JST Kesehatan, April 2017, Vol. 7 No. 2 : 178 – 184
ISSN 2252-5416
EVALUASI PERUBAHAN SELF CARE DAN QUALITY OF LIFE PADA PASIEN CHRONIC HEART FAILURE (CHF) YANG DIBERIKAN HEALTH EDUCATION PROGRAMME DI RSP. UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Evaluation of Changes in Self Care and Quality of Life in Chronic Heart Failure (CHF) Patients Receiving Health Education Programme at Hasanuddin University Hospital in Makassar Syaputra Artama S1, Rini Rachmawaty2, A. Wardihan Sinrang3 ¹Bagian Keperawatan UPTD AKPER Anging Mammiri Sul-Sel, (email:
[email protected]) ²Bagian Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (email:
[email protected] 3 Bagian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (email:
[email protected]
ABSTRAK Penyakit gagal jantung atau Chronic Heart Failure (CHF) merupakan salah satu sindrom klinis dengan tingkat kejadian tertinggi dan menjadi perhatian di dunia saat ini dimana kurang baiknya pendidikan pasien dan ketidaktahuan pasien akan penyakit merupakan alasan yang lebih umum terjadinya readmisision. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan self care dan quality of life pada pasien chronic heart failure (CHF) sebelum dan sesudah diberikan health education programme di RSP. Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan desain pre post test group design dengan kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sampel sebanyak 19 orang yang diperoleh melalui tehnik consecutive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara dengan menggunakan booklet sebagai instrumen edukasi. Data dianalisis dengan paired t test untuk melihat perubahan self care dan quality of life dan uji korelasi pearson untuk melihat hubungan hubungan self care dengan quality of life pada pasien CHF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan yang bermakna pada nilai self care kelompok intervensi (p=0,01) dan kontrol (p=0,03). Namun, perubahan self care pada kelompok intervensi jauh lebih besar dibandingkan perubahan self care pada kelompok kontrol. Ada perubahan quality of life yang bermakna antar kelompok intervensi (p=0,000) dan kelompok kontrol (p=0,001). Namun, perubahan quality of life lebih besar pada kelompok intervensi. Terdapat pula hubungan yang bermakna dengan kekuatan korelasi kuat antara perubahan self care dengan perubahan quality of life pada pasien CHF setelah satu bulan rawat jalan (p = 0,010; r=0,766). Kata Kunci: Health education programme, self care, quality of Life, chronic heart failure
ABSTRACT Chronic Heart Failure (CHF) is a clinical syndrome with the highest incidence rates and this raises concern in the world where the lack of good patient education and patient ignorance of the disease is the reason for more common occurrence of readmission. This research aims to describe the self care and quality of life in Chronic Heart Failure (CHF) patients before and after receiving Health Education Programme at Hasanuddin University Teaching Hospital in Makassar. This study used the quantitative research method with quasi experimental design and pre post test group design approach. There were intervention and control groups. The samples (19) were selected using the consecutive sampling technique. The data were collected using questionnaires and interviews with a booklet as the education instrument. The analysis was conducted using t-test to describe the changes in self care and quality of life. In addition, the pearson correlation test was used to analyse the relationship between self care and quality of life in the CHF patients. The results show that there was a significant change in the value of self care in the intervention group (p=0.01) and the control group (p=0.03). however, the change in self care is more significant in the intervention group than in the control group. Furthermore, in terms of quality of life, there is a significant change in the value of self care in the intervention group (p=0.000) and the control group (p=0.001). however, change in quality of life is more significant in the intervention group. There is a significant relationshipwith a strong correlation value between change in self care and change in the quality of life in CHF patients after a one-month outpatient treatment (p=0.010; r=0.766). Keywords: Health education program, self care, quality of Life, chronic heart failure
178
Syaputra Artama S
ISSN 2252-5416
termasuk dalam kelompok 10 kasus penyakit terbanyak. Tingginya prevalensi ini salah satunya akibat kurang baiknya pendidikan pasien dan ketidaktahuan pasien akan penyakit (gejala yang terkait) sehingga ini merupakan alasan yang lebih umum terjadinya rawat inap berulang (Mosalpuria et al., 2014). Berdasarkan tingginya angka prevalensi CHF di Indonesia, maka klien dengan CHF perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang optimal termasuk perlunya pemberian edukasi kesehatan (health education). Pemberian edukasi kesehatan (health education) yang dimaksud adalah dengan pemberian informasi, yang juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, mengubah perilaku pasien dan keluarga untuk mencegah komplikasi, dukungan kondisi kesehatan dalam hal pemulihan pasien, meningkatkan pemberdayaan pasien, dan efikasi diri, serta mencegah kematian. Kemampuan pasien dalam mangelola penyakitnya berpotensi mengurangi jumlah rawat inap berulang dan mengurangi angka kematian, Dua puluh enam persen dari pasien yang dipulangkan dari rumah sakit, kembali di rumah sakit dalam waktu 30 hari (Ouslander et al., 2010). Bahkan dengan perencanaan pulang, pasien dapat menjadi bingung dan tidak yakin ketika mencoba untuk mengelola perubahan dalam pengobatan, perawatan tindak lanjut dan perubahan kondisi dan kapasitas fungsional setelah keluar dari rumah sakit (Dedhia et al., 2009). Pasien dengan gagal jantung juga sering memiliki masalah psikologi seperti cemas, gangguan tidur, depresi, dan sensitifitas berlebihan yang mengakibatkan kualitas hidup pasien menurun (Chair et al., 2013). Terjadinya masalah psikososial dan penurunan kualitas hidup pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler sangat dimungkinkan, karena klien sering mengalami rehospitalisasi. Masalah psikososial tersebut dapat memicu peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dan pada proses selanjutnya akan mengganggu kontraksi jantung. Hasil penelitian lain juga memaparkan bahwa pemahaman tentang penyakit CHF berpengaruh terhadap terjadinya readmission klien (Sullivan et al., 2009).
PENDAHULUAN Penyakit gagal jantung atau Chronic Heart Failure (CHF) merupakan salah satu sindrom klinis dengan tingkat kejadian tertinggi dan menjadi perhatian di dunia saat ini karena menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia (Gazquez et al., 2012). Adanya perubahan gaya hidup menyebabkan angka kematian dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pola makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini (Alves et al., 2012; Meng et al., 2013). Davidson et al (2015), menuliskan bahwa data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan 26 juta orang meninggal akibat penyakit jantung pada tahun 2014, mewakili 30% dari semua kematian global. Negara berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak proporsional rentan akan penyakit kardiovaskuler, lebih dari 80% kematian penyakit kardiovaskular terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia pasien CHF juga mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan oleh data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, bahwa sekitar 4.3 juta penduduk Indonesia menderita gagal jantung dengan 500.000 kasus baru didiagnosa dengan CHF setiap tahunnya. Penyakit gagal jantung saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia, sekitar 25% dari seluruh kematian hampir disebabkan oleh gangguan kelainan jantung. Berdasarkan data Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, sebanyak 144.820 pasien dengan keluhan jantung dan penyakit pembuluh darah lainnnya yang datang berkunjung pada tahun 2013. Jumlah ini cenderung meningkat setiap tahunnya, antara sekitar 5-15% (Yenni dkk., 2015). Berdasarkan data yang didapatkan dari RSP. Universitas Hasanuddin, Makassar jumlah penderita CHF atau gagal jantung di ruang poliklinik jantung periode Desember 2015 sampai Februari 2016 sebanyak 1028 orang. Sementara untuk data pembiayaan rawat jalan pada pasien CHF berkisar antara Rp. 167.000 sampai Rp. 343.000 sedangkan pembiayaan rawat inap berkisar antara Rp. 4.670.000 sampai Rp. 11.300.000. Dari hasil data rekam medis rumah sakit juga didapatkan CHF atau gagal jantung
179
Health education programme, self care, quality of Life, chronic heart failure
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian bertujuan untuk mengetahui perubahan self care dan quality of life pada pasien chronic heart failure (CHF) sebelum dan sesudah diberikan health education programme di RSP. Universitas Hasanuddin Makassar.
ISSN 2252-5416
memiliki karakteristik yang sama atau homogen (p > 0,05). Rerata usia responden pada kelompok intervensi adalah 57 tahun dan rerata usia responden pada kelompok kontrol adalah 58 tahun. Responden pada kelompok intervensi terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-masing lima orang (50%). Sedangkan kelompok kontrol masing-masing terdiri dari empat orang laki-laki (44,4%) dan lima orang perempuan (55,6%). Selanjutnya dari tingkat pendidikan yang paling banyak adalah responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi untuk kedua kelompok dan untuk status pekerjaan, kebanyakan responden sudah tidak bekerja.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik jantung RSP. Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi eksperiment dengan pendekatan desain pre post test group design dengan kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien CHF yang datang berobat di poliklinik RSP. Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari 2016 sampai Februari 2016 sebanyak 28 pasien. Sampel adalah semua pasien yang datang berkunjung ke polikllinik jantung selang waktu lima hari yang sesuai kriteria inklusi sebanyak 19 responden. Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Teknik Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dan wawancara serta booklet sebagai instrumen untuk edukasi. Analisis dan Penyajian data Analisa data dilakukan dengan program SPSS 21 for Windows dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat dengan frekuensi, uji bivariat untuk melihat perubahan self care dan quality of life pasien CHF dengan paired t test dan uji Wilcoxon, untuk melihat hubungan karakteristik responden dengan self care dan quality of life dan hubungan self care dengan quality of life pada pasien CHF digunakan uji korelasi pearson dan spearman.
Tabel 1. Perbedaan responden berdasarkan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (n=19) Variabel Umur (Mean, SD) Jenis Kelamin Laki-laki (n,%) Perempuan (n,%) Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah (n,%) SD (n,%) SLTP (n,%) SMU (n,%) Perguruan Tinggi (n,%) Pekerjaan PNS (n,%) Pekerja Swasta (n,%) Wiraswasta (n,%) Tidak Bekerja (n,%)
Kelompok Intervensi health education (n = 10)
Kelompok Kontrol (n = 9)
p
57 (±14,04)
58 (±8,48)
0,10†
5 (50%) 5 (50%)
4 (44,4%) 5 (55,6%)
0,81††
0 (0%) 1 (10%) 0 (0%) 2 (20%) 7 (70%)
0 (0%) 1 (11,1%) 0 (0%) 6 (66,7%) 2 (22,2%)
2 (20%) 2 (20%) 2 (20%) 4 (40%)
3 (33,4%) 0 (0%) 2 (22,2%) 4 (44,4%)
0,10††
0,26††
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 2 menujukkan perbedaan karakteristik klinik responden dari kelompok intervensi health education programme dan kelompok kontrol. Pada nilai rata-rata berat badan, tekanan darah systole dan tekanan darah diastole, nadi, pernapasan dan suhu pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda, dan diperoleh nilai p > 0,05 pada kedua kelompok sehingga didapatkan hasil pada kedua kelompok memiliki karakteristik yang relatif sama atau homogen. Hal yang sama juga didapatkan pada hasil analisis derajat NYHA responden memiliki karakteristik yang sama atau homogen (p > 0,05). Dengan kata lain bahwa kelompok intervensi health education programme dan kelompok kontrol terdapat kesetaraan dalam karakateristik klinik. Responden pada kelompok intervensi health education programme berjumlah sepuluh orang berat badan responden memiliki
HASIL Analisa Univariat Tabel 1 menyajikan data perbedaan berdasarkan karakteristik demografi responden dari kelompok intervensi health education programme dan kelompok kontrol. Pada hasil analisis variabel karakteristik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan didapatkan gambaran bahwa responden pada kedua kelompok
180
Syaputra Artama S
ISSN 2252-5416
rata-rata 56,4 dan kelompok kontrol berjumlah sembilan orang dengan memiliki rata-rata 58,3. Selanjutnya dari nilai tekanan darah systole pada kelompok intervensi rata-rata 138 dan pada kelompok kontrol 140, sedangkan untuk tekanan darah diastole didapatkan rata-rata adalah 84 untuk kelompok intervensi dan 85 untuk kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi ratarata nadi responden adalah 82,60, tidak jauh berbeda dengan nilai dari rata-rata dari kelompok kontrol yaitu 81,75. Untuk nilai hasil rata-rata pernapasan dan suhu pada kedua kelompok juga tidak jauh bebeda, sedangkan responden dengan tingkat derajat NYHA pada kelompok intrvensi dan kelompok kontrol yang terbanyak adalah responden dengan derajat NYHA II.
programme dan kelompok kontrol antara pre test dan post test terdapat peningkatan, dengan nilai p < 0,05. pada perubahan self care memperlihatkan nilai signifikan yang didapatkan p = 0,01 untuk kelompok intervensi dan p = 0,03 untuk kelompok kontrol, dimana kedua kelompok dengan nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata perubahan yang bermakna pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Walaupun nilai pre self care responden pada kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan nilai pre self care pada kelompok kontrol namun terjadi peningkatan perubahan self care yang lebih besar terjadi pada kelompok intervensi (diberikan health education programme) setelah 1 bulan rawat jalan jika dibandingkan perubahan self care pada kelompok kontrol. Dari perubahan tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan perubahan self care pada kelompok intervensi jauh lebih besar dibandingkan perubahan self care pada kelompok kontrol.
Tabel 2. Perbedaan responden berdasarkan karakteristik klinik (berat badan, tekanan darah systole dan diastole, pernapasan, nadi, suhu dan derajat NYHA) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (n=19) Kelompok Intervensi health education (n = 10)
Kelompok Kontrol (n = 9)
p
Berat badan (Mean, SD)
56,40 (±5,16)
58,33 (±3,67)
0,29†
Tekanan darah (Mean, SD) Systole Diastole
138 (±18,73) 84 (±9,66)
140 (±19,36) 85(±8,81)
0,85† 0,69†
Nadi (Mean, SD)
82,60 (±8,38)
81,78(±10,41)
0,44†
Pernapasan (Mean, SD)
20,20 (±1,98)
20,22 (±1,56)
0,56†
Suhu (Mean, SD)
36,89 (±0,45)
37,04 (±0,26)
0,28†
Variabel
† ††
Derajat NYHA II (n,%) III (n,%) : Uji Independent t test : Uji chi-square
6 (60%) 4 (40%)
6 (66,7%) 3 (33,3%)
0,25
Tabel 3. Perubahan self care pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol selama 1 bulan rawat jalan pasien CHF di ruang poliklinik jantung RSP. Universitas Hasanuddin Makassar (n=19) Kelompok
n
mean(±SD) self care pre
††
MD
p
Post
Intervensi
10
45,8(±8,71)
52,4(±8,64)
6,60a
0,01
Kontrol
9
47,2(±7,79)
49,5(±9,16)
2,33b
0,03
*Super script pada kolom MD bila berbeda, maka hasil uji berbeda bermakna (p<0,05).
Tabel 4 menunjukkan data perubahan quality of pada pasien CHF yang dirawat jalan selama satu bulan di poliklinik RSP. Universitas Hasanuddin Makassar baik pada kelompok yang diintervensi health education maupun pada kelompok yang tidak diberikan intervensi health education programme (kelompok kontrol). Pada kelompok intervensi (health education programme) dan kelompok kontrol (edukasi sesuai standar rumah sakit) diperoleh hasil analisis data signifikan pada variabel quality of life antara kelompok intervensi (health education programme) dan kelompok kontrol (edukasi sesuai standar rumah sakit) dengan nilai p < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perubahan pada quality of life responden yang bermakna antar kelompok intervensi (health education programme) dan kelompok kontrol
Analisa Bivariat Tabel 3 menyatakan terjadi perubahan self care yang bermakna (p < 0,05) pada pasien CHF yang dirawat jalan selama satu bulan di poliklinik RSP. Universitas Hasanuddin Makassar baik pada kelompok yang diintervensi health education maupun pada kelompok yang tidak diberikan intervensi health education programme (kelompok kontrol). Pada kelompok kontrol perubahan self care meningkat 2,33 (dari 47,2 menjadi 49,5) selama rawat jalan selama satu bulan sedangkan pada kelompok intervensi (kelompok yang diberikan health education programme) meningkat lebih besar yaitu 6,60 (dari 45,8 menjadi 49,5). Perubahan self care pada kelompok intervensi health education
181
Health education programme, self care, quality of Life, chronic heart failure
(edukasi sesuai standar rumah sakit). Namun pada perubahan quality of life pada kelompok intervensi peningkatannya selama satu bulan rawat jalan jauh lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu perubahan quality of life pada kelompok intervensi meningkat sebesar 19,8 (dari 76,4 menjadi 96,2) sedangkan pada kelompok kontrol peningkatannya hanya sebesar 13,5 (dari 74,3 menjadi 87,8).
di poliklinik jantung RSP. Universitas Hasanuddin Makassar Korelasi Variabel Perubahan self care vs perubahan quality of life Kelompok Intervensi Kelompok control Total
n
mean(±SD) quality of life pre
Intervensi Kontrol
10 9
76.4(±9,47) 74,3(±7,05)
MD
p
96,2(±7,39)
19,8a
0,00
87,8(±8,28)
b
0,01
r
p
10 9
0,766 0,858
0,010* 0,003*
19
0,776
0,00*
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata perubahan self care pada kedua kelompok mengalami perubahan setelah pelaksanaan health education programme, namun dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan perubahan self care pada kelompok intervensi jauh lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perubahan self care yang baik dapat terjadi karena suatu proses pembelajaran, salah satunya melalui health education programme, terutama menggunakan booklet. Edukasi merupakan proses interaktif yang mendorong terjadinya pembelajaran, dan pembelajaran merupakan upaya penambahan pengetahuan baru, sikap, dan keterampilan melalui penguatan praktik dan pengalaman tertentu (Smeltzer & Bare, 2013). Dari penelitian lain ditemukan bahwa sangat penting untuk memberikan program edukatif yang komprehensif pada pasien dengan gagal jantung untuk mengembalikan kemampuan fisik paska serangan serta mencegah terjadinya serangan ulang, sehingga terjadi peningkatan kapasitas fungsional pada tubuh pasien. Pasien CHF yang sering kembali untuk dirawat inap ulang di rumah sakit karena adanya kekambuhan pada episode CHF. Kebanyakan kekambuhan CHF terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan misalnya tidak mampu melaksanakan terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet, tidak mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktivitas fisik yang berlebihan dan tidak dapat mengenali gejal kekambuhan (Smeltzer & Bare, 2013). Tingginya prevalensi ini salah satunya akibat kurangnya baiknya pendidikan pasien dan ketidaktahuan pasien akan penyakit (gejala yang terkait) sehingga ini merupakan alasan yang lebih umum terjadinya rawat inap berulang (Blauer et al., 2015). Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Bradke (2009), bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasien
post
13,5
n
*uji pearson
Tabel 4. Perubahan quality of life pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol selama satu bulan rawat jalan pasien CHF di ruang poliklinik jantung RSP. Universitas Hasanuddin Makassar (n=19) Kelompok
ISSN 2252-5416
*Super script pada kolom MD bila berbeda, maka hasil uji berbeda bermakna (p<0,05).
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan self care dengan perubahan quality of life pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol, hubungan perubahan self care terhadap perubahan quality of life pada kelompok intervensi diperoleh nilai korelasi pearson sebesar 0,766 dengan nilai p = 0,010 (p < 0,05) menunjukkan bahwa hubungan perubahan self care dengan perubahan quality of life pada kelompok intervensi memiliki kekuatan hubungan yang kuat dengan korelasi positif. Begitu halnya pada kelompok kontrol diperoleh nilai korelasi pearson sebesar 0,858 dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05) menunjukan bahwa hubungan perubahan self care dengan perubahan quality of life memiliki kekuatan hubungan yang kuat dengan korelasi positif. Dari hasil korelasi dari kedua kelompok menyatakan bahwa dengan korelasi kuat dan positif artinya semakin baik self care semakin baik quality of life. Pada nilai total dari perubahan self care dan perubahan quality of life setelah 1 bulan rawat jalan pada pasien CHF dengan nilai korelasi 0,776 menujukkan bahwa self care dengan quality of life memiliki kekuatan hubungan yang kuat dengan korelasi positif. Tabel 5. Korelasi perubahan self care dengan perubahan quality of life pada pasien chronic hearth failure (CHF) setelah 1 bulan rawat jalan 182
Syaputra Artama S
ISSN 2252-5416
dirawat inap ulang pada pasien CHF di rumah sakit adalah rendahnya pendidikan dan kurangnya pendidikan kesehatan tentang bagaimana perawatan di rumah, penggunaan obat-obat yang tidak tepat, kurangnya komunikasi dan pemberi layanan kesehatan (caregiver),dan kurangnya perencanaan tindak lanjut saat pasien pulang dari rumah sakit. Pendidikan kesehatan seringkali melibatkan perubahan sikap dan nilai sehingga dapat menimbulkan keyakinan yang memotivasi seseorang untuk belajar dan mengaplikasikan pendidikan tentang fakta yang diberikan. Health education merupakan suatu pengalaman pembelajaran yang dirancang untuk memfasilitasi tindakan–tindakan kondusif individu terhadap kesehatan sehingga dapat merawat diri sendiri secara individual atau bersama, berperan sebagai pengambil keputusan untuk merawat kesehatan (Domingues et al., 2010). Pemberian health education programme pada kelompok intervensi berupa penjelasan tentang penyakit CHF dan bagaimana pencegahan terjadinya penyakit CHF, cara mengontrol penyakit, batasan diet dan aktifitas pada pasien CHF. Health education programme merupakan upaya untuk meminimalkan perbedaan derajat kesehatan akibat ketidaktahuan atau ketidakmampuan dengan pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Pemberian health education programme diharapkan menjadi upaya promosi dan preventif untuk merubah perilaku. Perubahan perilaku kesehatan terbagi dalam 3 dimensi yaitu : mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai–nilai kesehatan), mengembangkan perilaku positif dan memelihara perilaku yang sudah positif (Domingues et al., 2010). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata perubahan quality of life pada kedua kelompok mengalami perubahan setelah pelaksanaan health education programme. Pada kedua kelompok mengalami peningkatan, namun perubahan quality of life pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yang lebih besar dari kelompok kontrol. Quality of life dapat dipengaruhi oleh peningkatan keyakinan diri pasien terhadap kemampuannya dalam menjalani kehidupan pasca serangan jantung. Melalui beberapa penelitian, edukasi dan kualitas hidup menjadi bagian yang tidak terpisahkan karena
membentuk hubungan yang kuat dan dinamis. Penelitian Govil et al (2009), menyatakan bahwa pengetahuan yang baik tentang gaya hidup yang sehat dapat meningkatkan quality of life pasien dengan gagal jantung. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perubahan self care dengan perubahan quality of life pada pasien CHF baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol, dimana memiliki kekuatan huubungan yang kuat. Hal ini berarti peningkatan kemampuan self care akan menyebabkan terjadinya peningkatan quality of life pasien CHF. Terjadinya perubahan self care yang baik akan meningkatkan perubahan quality of life pasien CHF yang lebih baik. Penelitian lain yang dilakukan Mehralian et al (2014), tentang the comparison of the effects of education provided by nurses on the quality of life in patients with Congestive Heart Failure in usual and home-visit cares, didapatkan bahwa penurunan kemampuan self care pasien heart failure akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien itu sendiri. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa health education programme dapat membantu pasien meningkatkan kesadaran bahwa dirinya memiliki kemampuan yang baik untuk mencapai kemandirian atau self care yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Institusi pelayanan kesehatan diharapkan agar dapat melakukan health education programme secara terstruktur dan dibentuk suatu protap (SOP) khusus agar dalam perawatan dan pengobatan terjadi perubahan self care dan quality of life yang lebih baik terhadap pasien CHF. DAFTAR PUSTAKA Alves F., Souza G., Brunetto S., Perry, & Biolo A. (2012). Nutritional orientation, knowledge and quality of diet in heart failure: Randomized clinical trial. Nutricion Hospitalaria. 27(2): 441-448. Blauer C., Frei I., Schnepp W., & Spirig R. (2015). Implementation of a nurse-led education proramme for chronic heart failure patients during hospitalization, and strategies supporting their selfmanagement at home: a practice
183
Health education programme, self care, quality of Life, chronic heart failure
development project in the context of the Swiss healthcare system. International Practice Development Journal. % (1) 115 Bradke P. (2009). Transisi depan program mengurangi readmissions untuk pasien gagal jantung. Diakses pada 20 Agustus 2016. Retrieved from http://www.inovations.ahrq.gov/content.as px%3Fid%3D2206. Chair S., Chan S., Thompson D., Leung, Kei-Pui S., & Choi K . (2013). Long-term effect of motivational interviewing on clinical and psychological outcomes and health-relate quality of life in cardiac rehabilitation patients with poor motivation in Hongkong: A randomized controlled trial. Clinical Rehabilitation. 27(12): 11071117. Doi: 10.1177/0269215513490527. Davidson P., Newton J., Tankumpuan T., Paull G., & Himmelfarb D. (2015). Multidiciplinary management of chronic heart failure: Principles and future trends. Clinical Therapeutics. 37(10). Dedhia P., Kravet S., Bulger J., Hinson T., Sridharan A., Kolodner K., & Howell E. (2009). A quality improvement intervention to facilitate the transition of older adults from three hospitals back to their homes. Journal of the American Geriatrics Society, 57(9), 1540-1546. doi: 10.1111/j.1532-5415.2009.02430.x. Domingues B., Clausell N., Aliti B., Dominguez R., & Rabelo R. (2010). Education and telephone monitoring by nurses of patients with heart failure: Randomized Clinical Trial. SBC: 233-239. Gazquez R., Holguin A., & Cortes R. (2012). Effectiveness of an educational program in nursing in the self-care of patients with heart failure: Randomized controlled trial. Latino-Am Enfermagem. 20(2): 296-306. Govil R., Weidner G., Merrit T., & Ornish D. (2009). Socioeconomic status and improvement in lifestyle, coronary risk factors, and quality of life: The multisite cardiac life style intervention program.
ISSN 2252-5416
American Journal of Public Health. 99 (7), 1263-1270. Mehralian H., Salehi S., Moghaddasi J., Amiri M., & Rafeei H. (2014). The comparison of the effects of education provided by nurses on the quality of life in patients with congestive heart failure (CHF) in usual and home-visit cares in Iran. Global Journal of Health Science. 6 (3). doi: 10.5539/gjhs.v6n3p256. Meng K., Musekamp G., Seekatz B., Glatz J., Karger G., & Kiwus U. (2013). Evaluation of a self-management patient education program for patients with chronic heart failure undergoing inpatient cardiac rehabilitation: Study protocol of a cluster randomized controlled trial. BMC Cardiovascular Disorders. 60(13): 14712261. Mosalpuria K. et al. (2014). Outpatient management of heart failure in the United States, 2006-2008. Texas Heart Institute Journal, 41(3), 253-261. doi:10.14503/THIJ-12-2947. Ouslander J. et al. (2010). “Potentially avoidable hospitalizations of nursing home residents: Frequency, causes, and costs.” Journal of the American Geriatrics Society 58 (4):627–35. Smeltzer S. & Bare G. (2013). Keperawatan medikal bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC. Sullivan J., Laura W., Jennifer T., Jeff B., Ann C., McGee V., & Diane J.(2009). The Support, Education, and Research in Chronic Heart Failure Study (SEARCH): A mindfulness based psychoeducational intervention improves depression and clinical symptoms in patients with chronic heart failure. American Heart Journal. 157 (1), 85-89. Yenni E., Nurchayati S., & Sabrian F. (2015). Pengaruh pendidikan kesehatan latihan rehabilitasi jantung terhadap pengetahuan dan kemampuan mobilisasi dini pada pasien Congestive Hearth Failure (CHF). Jurnal Online Mahasiswa (JOM). 2(1). 662-669.
184