JST Kesehatan, Juli 2014, Vol.4 No.3 : 283 – 290
ISSN 2252-5416
ABILITY TO PAY DAN CATASTROPHIC PAYMENT PADA PESERTA PEMBAYAR MANDIRI BPJS KESEHATAN KOTA MAKASSAR Ability to Pay and Catastrophic Payment on Self Payers Participants in BPJS Kesehatan Makassar Ryryn Suryaman Prana Putra1, Indar1, Nurhaedar Jafar2 1
2
Bagian AKK, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Prodi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected])
ABSTRAK Kelompok pembayar mandiri umumnya berasal dari kelompok pekerja bukan penerima upah/ pekerja informal. 87% pekerja mengetahui adanya Jamsostek, hanya 4% pekerja yang menjadi peserta (DJSN, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Ability To Pay dan Catastrophic Payment peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey deskriptif dan observasional. Pengambilan data dilakukan dengan daftar isian Ability To Pay, Catastrophic Payment dan Karakteristik Peserta Pembayar Mandiri BPJS Kesehatan. Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar peserta adalah wanita, kelompok umur di bawah 29 tahun, status telah menikah, lulusan SMU/sederajat, wiraswasta, lama bekerja 1-2 tahun, sebagian besar tidak memiliki asuransi kesehatan lainn, rata-rata memiliki dua orang tanggungan, serta rata-rata memilih premi kelas III (Rp. 25.500,-). Ability to Pay atau kemampuan membayar peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar adalah Rp. 405.484,(berdasarkan ATP non essensial). Kesimpulannya hanya 2 responden (0,5%) yang mendekati batas 10% Catasthropic Payment namun tidak ada responden yang melebihi batas Catasthropic. Disarankan evaluasi dan monitoring yang rutin dan berkelanjutan baik pada BPJS Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Kata Kunci: Karakteristik Peserta, Ability to Pay, Catasrophic Payment ABSTRACT Self payer groups generally come from independent groups of workers do not receive wages/ informal workers. 87 % of workers aware of Social Security, only 4 % of workers who participated (DJSN, 2012). This study aims to analyze the Ability To Pay and Catastrophic Payment on Self Payer Participant in BPJS Kesehatan Makassar 2014. This research is a quantitative research approach is descriptive and observational surveys. Data were collected by questionnaire Ability To Pay , Catastrophic Payment and Characteristics of Self Payer Participant BPJS Kesehatan. Data were analyzed by using SPSS and Microsoft Excel. The result showed that most of the participants were female, the age group under 29 years old, has been married status, high school graduate/ equivalent, self-employed, working for 1 to 2 years, most do not have other health insurance, average have two family members, and average select grade III (Rp.25.500,-. Ability to Pay’s Self Payer Participant BPJS Kesehatan Makassar is Rp. 405.484,- ( based on non-essential ATP). The conclusion is only 2 respondents (0.5% ) are approaching the limit of 10 % Catasthropic Payment but no respondents who exceed Catasthropic. Suggested evaluation and ongoing monitoring and regular both of BPJS Kesehatab and Health Care Facilities that people obtain quality health care and affordable. Keywords: Characteristics of Participants, Ability to Pay, Catasrophic Payment
283
Ryryn Suryaman Prana Putra
ISSN 2252-5416
Sosial Ekonomi Nasional Kota Makassar tahun 2012 diperoleh bahwa pengeluaran per kapita makanan sebesar 41,56% dan non makanan sebesar 58,44% (BPS, 2012). Berdasarkan penelitian Kemampuan Membayar (Ability To Pay) Masyarakat untuk Iuran Jaminan Kesehatan diperoleh hasil responden dengan ATP ≥ Rp. 88.500,- , memiliki pendapatan rata-rata yang lebih besar dibanding responden dengan ATP < Rp.88.500,-, kebutuhan dasar mereka relatif telah terpenuhi, sehingga kebutuhan akan jaminan kesehatan muncul (Elmamy & Sharon, 2012). Penelitian di Kota Samarinda dengan judul Pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah Berdasarkan Biaya Satuan, Kemampuan Membayar, Dan Kemauan Membayar Masyarakat Di Kota Samarinda diperoleh bahwa kemampuan masyarakat untuk membayar biaya pelayanan kesehatan di Kota Samarinda sebesar Rp.20.001- Rp.40.000 (43,6%) serta kemauan masyarakat untuk membayar biaya pelayanan kesehatan adalah sebesar Rp 15.001 - 30.000 (Subirman, 2011). Penyakit katastropik mengambil porsi 23% dari total biaya pelayanan kesehatan di PT. Askes (Persero) Divisi Regional VI pada tahun 2012. Sedangkan di PT. Askes (Persero) KCU Yogyakarta, biaya kesehatan penyakit katastropik mencapai 32% dari total biaya pelayanan kesehatan. 24,4% dari total biaya katastropik tersebut adalah untuk Gagal Ginjal Terminal yang membutuhkan Terapi Pengganti Ginjal (Haryani, 2013). Penelitian Determinan pengeluaran kesehatan katastrofik di Indonesia Tahun 2009 menemukan bahwa rumah tangga yang mengalami pengeluaran kesehatan katastropik sebesar 5,46% (2001) dan 5,70% (2004). Status ekonomi rendah, rawat inap tidak memiliki asuransi, memiliki anggota berusia lanjut dan balita beresiko besar mengalami katastropik (Hariyadi, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Ability
PENDAHULUAN Pada tanggal 1 April 2014 lalu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, dan Peta Jalan JKN (DJSN, 2012). Untuk mendapatkan suatu ukuran kemampuan membayar dan kemauan membayar suatu keluarga atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dapat ditelusuri dari pendapatan atau pengeluaran keluarga (Hidayat dkk., 2010). Menurut data Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia (BPS, 2013) tentang status pekerjaan utama di Provinsi Sulawesi Selatan yang menggambarkan kelompok sasaran pembayar mandiri BPJS Kesehatan maka kelompok Berusaha Sendiri sebesar 568.659 orang (2,97%), Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap sebesar 856.211 orang (4,41%), Berusaha Dibantu Buruh Tetap sebesar 144.702 orang (3,59%), dan Pekerja Bebas Non Pertanian sebesar 89.951 orang (1,4%). Sedangkan menurut data Keadaan Angkatan Kerja Sulawesi Selatan (BPS, 2012) Kota Makassar memiliki total pekerja di berbagai sector dan pekerjaan sebesar 499.362 orang dimana kelompok Berusaha Sendiri sebesar 74.088 orang (37,77%), Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap sebesar 22.263 orang (18,74%), Berusaha Dibantu Buruh Tetap sebesar 21.846 orang (38,03%), dan Pekerja Bebas Non Pertanian sebesar 35.213 orang (64,05%). Rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan di Kota Makassar selama tahun 2002-2006 meningkat dengan cukup berarti. Pada tahun 2002 rata-rata pengeluaran rumah tangga di Kota Makassar mencapai Rp.1.068.429, kemudian meningkat menjadi Rp.1.976.959 pada tahun 2007. Sedangkan data Survey 284
Karakteristik Peserta, Ability to Pay, Catasrophic Payment
to Pay dan Catastrophic Payment peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014.
ISSN 2252-5416
HASIL Karakteristik peserta pembayar mandiri Tabel 1 menunjukkan 165 responden pria (41,4%) dan 234 responden wanita (58,6%). 111 responden (27,8%) dengan kelompok umur di bawah 29 tahun, 212 responden (53,1%) dengan usia antara 30 sampai 39 tahun, 70 responden (17,5%) dengan usia antara 40 sampai 49 tahun, dan sebanyak 6 responden (1,5%) dengan usia di atas 50 tahun. 333 responden (83,5%) dengan status telah menikah dan 66 responden (16,5%) belum menikah. Enam responden (1,5%) yang tamat SD, 76 responden (19,0%) yang tamat SLTP/ sederajat, 226 responden (56,6%) yang tamat SMU/ sederajat, 21 responden (5,3%) yang tamat Diploma/ Akademi, dan 70 responden (17,5%) yang tamat Universitas (S1). Yang paling banyak adalah responden lulusan SMU/ sederajat. 59 responden (14,8%) yang bekerja sebagai pegawai swasta, 236 responden (59,1%) wiraswasta, 37 responden (9,3%) Buruh Harian, 7 responden (1,8%) tukang ojek, 6 responden (1,5%) Supir Pete-Pete/ Angkot, 26 responden (6,5%) Ibu Rumah Tangga dan 20 responden (5,0%) bekerja di sektor lainnya. Yang paling banyak adalah responden yang bekerja sebagai Wiraswasta. Tujuh puluh sembilan responden (19,8%) dengan lama bekerja 1-2 tahun, 89 responden (22,3) untuk 2-3 tahun, 57 responden (14,3%) untuk 3-4 tahun, dan sebanyak 148 responden (37,1%) yang bekerja di atas 4 tahun. Kelompok Lainnya merupakan kelompok dari pekerjaan Ibu Rumah Tangga sehingga tidak memiliki waktu lama bekerja dan yang paling banyak adalah responden dengan lama bekerja 4 tahun ke atas. 316 responden (79,2%) tidak memiliki asuransi lain, 1 responden (0,3%) memiliki asuransi bumi asih jaya, 1 responden (0,3%) memiliki asuransi commonwealth, 11 responden (2,8%) memiliki asuransi jamkesmas, 64 responden (0,3%) memiliki asuransi jamsostek, 3
BAHAN DAN METODE Lokasi dan rancangan penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor BPJS Kesehatan Divisi Regional IX Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey deskriptif dan observasional. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Sugiyono, 2013). Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar yang merupakan Non PBI BPJS Kesehatan (Pekerja Penerima Upah, Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja) sebanyak 118.197 orang. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara accidental sampling yang berjumlah 399 responden. Pengumpulan data Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui Laporan Badan Pusat Statistik Tahun 2013 mengenai jumlah pekerja penerima upah, jumlah pekerja bukan penerima upah, dan bukan pekerja di Kota Makassar. Analisis data Data dianalisis menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang berfungsi memberikan gambaran karakteristik, ATP dan Catasrophic Payment responden dimana penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diinterpretasikan. 285
Ryryn Suryaman Prana Putra
ISSN 2252-5416
responden (0,8%) memiliki asuransi manulife, 1 responden (0,3%) memiliki asuransi paninlife dan sebanyak 2 res-
ponden (0,5%) memiliki asuransi prudential. Responden yang tidak memiliki asuransi kesehatan lain yang terbanyak.
Tabel 1. Karakteristik Peserta Pembayar Mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar Variabel Jenis Kelamin Usia
Pernikahan Pendidikan
Pekerjaan
Lama Bekerja
Asuransi Lain
Jumlah Tanggungan
Premi
Kategori Laki-Laki Perempuan ≤29 30-39 40-49 ≥50 Menikah Belum Menikah SD(tamat) SLTP/ sederajat SMU/ sederajat Diploma/ Akademi S1 Pegawai Swasta Wiraswasta Kuli Bangunan Buruh Harian Tukang Ojek Supir Pete2/ Angkot IRT Lainnya 1-<2 tahun 2-<3 tahun 3-<4 tahun ≥4 tahun Lainnya Tidak Punya Bumi Asih Jaya Commonwealth Jamkesmas Jamsostek Manulife Paninlife Prudential Tidak Ada 1 2 3 4 5 Rp.59.500,Rp.42.500,Rp.25.500,286
n 165 2 111 212 70 6 333 66 6 76 226 21 70 59 236 8 37 7 6 26 20 79 89 57 148 26 316 1 1 11 64 3 1 2 73 127 131 52 14 2 114 73 212
% 41,4 58,6 27,8 53,1 17,5 1,5 83,5 16,5 1,5 19,0 56,6 5,3 17,5 14,8 59,1 2,0 9,3 1,8 1,5 6,5 5,0 19,8 22,3 14,3 37,1 6,5 79,2 0,3 0,3 2,8 16,0 0,8 0,3 0,5 18,3 31,8 32,8 13,0 3,5 0,5 28,6 18,3 53,1
Karakteristik Peserta, Ability to Pay, Catasrophic Payment
Tabel 2.
Distribusi ATP Berdasarkan Pengeluaran Non Essensial Peserta Pembayar Mandiri BPJS Kesehatan Tahun 2014 Jumlah
Pengeluaran Non Essensial
n 101 182 71 33 12 399
< 250.000 250.001-500.000 500.001-750.000 750.001-1.000.000 >1.000.000 Total Mean Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 3.
ISSN 2252-5416
% 25,3 45,6 17,8 8,3 3,0 100,0 Rp. 405.484,-
Distribusi Catasthropic Payment Peserta Pembayar Mandiri BPJS Kesehatan Tahun 2014 Jumlah
Persentase Catasthropic Payment (dalam %) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 >9 Total Sumber: Data Primer, 2014.
n 11 111 115 61 58 29 10 2 2 0 399
Tujuh puluh tiga responden (18,3%) yang tidak memiliki tanggungan, 127 responden (31,8%) dengan satu orang tanggungan, 131 responden (32,8%) dengan dua orang tanggungan, 52 responden (13,0%) dengan tiga orang tanggungan, 14 responden (3,5%) dengan empat orang tanggungan, dan sebanyak 2 responden (0,5%) dengan lima orang tanggungan. Yang paling banyak adalah responden dengan dua orang tanggungan. 114 responden (28,6%) yang termasuk kelompok premi kelas III (Rp. 59.500,-), 73 responden (18,3%) yang termasuk kelompok premi kelas II (Rp. 42.500,-), dan 212 responden (53,1%) yang termasuk kelompok premi kelas I (Rp.
25.500,-). Yang paling banyak adalah responden dengan premi kelas III atau dengan pembayaran sebesar Rp. 25.500,tiap bulan. Sebagian besar responden berada pada kategori umur kehamilan normal (20-35 tahun), 62,3%, menamatkan pendidikan menengah ke atas (SMA/ Akademi/PT), 74,0%, tidak bekerja/IRT, 57,1%, pendapatan rata- rata perbulan
% 2,8 27,8 28,8 15,3 14,5 7,3 2,5 0,5 0,5 0,0 100,0
Ryryn Suryaman Prana Putra
ISSN 2252-5416
pelayanan antenatal, 66,2% dan pengolahan informasi yang cukup, 71,4%.
yakni sebesar 27,8% dengan usia minimal yakni 25 tahun. Hal ini memberikan informasi bahwa usia muda juga telah memiliki kesadaran penting untuk memiliki asuransi. Penelitian oleh Khairurrahmi (2009) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (VCT). Pendidikan terakhir peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan sebagian besar dari lulusan SMU/ sederajat dan yang paling sedikit berasal dari lulusan SD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rianti dkk., (2011) yang memperoleh bahwa tingkat pendidikan responden rata-rata di RSUD dr. Rasidin Padang adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Pekerjaan peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan sebagian besar adalah wiraswasta. BPJS Kesehatan untuk program Non PBI ini memang sebagian besar diperuntukkan bagi pekerja bukan penerima upan dan bukan pekerja atau dengan kata lain kelompok sleain PBI atau penerima bantuan iuran. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Salamanja (2009) bahwa sebagian besar responden (34,9%) bekerja sebagai petani dan 27,9% bekerja sebagai wiraswasta, jenis pekerjaan ini sangat mendominasi responden pada kelas II dan kelas III. Perbedaan hasil temuan ini juga diperoleh Elmamy & Sharon (2012) bahwa kelompok wiraswasta juga memiliki jumlah sebesar 16,2% atau sebanyak 23 responden. Kepemilikan asuransi lain peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan sebagian besar adalah tidak memiliki asuransi atau jaminan kesehatan. Responden ini juga ada yang memiliki jamkesmas namun tetap mendaftarkan diri di BPJS Kesehatan. Mereka kebanyakan memiliki alasan bahwa pasien jamkesmas yang telah otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan ini masih tetap dikenai biaya meski mereka peserta BPJS dari peserta jamkesmas. Sehingga untuk mendapatkan pelayanan menyeluruh dan
Ability to pay Tabel 2 menunjukkan Ability to Pay atau kemampuan membayar peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 adalah Rp. 405.484,- (berdasarkan ATP non esensial). ATP ini menjelaskan bahwa peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan mampu membayar pelayanan kesehatan dalam skema BPJS dimana kelompok premi yang sebagian besar kelas III dan jumlah tanggungan rata-rata tiga orang pada peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan. Catastrophic payment Tabel 3 menunjukkan Catastrophic Payment peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 diketahui bahwa hanya 2 responden (0,5%) yang mendekati batas 10% Catasthropic Payment namun tidak ada responden yang melebihi batas Catasthropic. Hal ini merupakan manfaat dan pengaruh yang baik dari sistem yang diberlakukan oleh BPJS Kesehatan. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan gambaran karakteristik peserta, ability to pay (kemampuan membayar) dan catastrophic payment (pembayaran katastropik) peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar. Dilihat dari jenis kelamin peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan sebagian besar responden adalah perempuan. Hal ini disebabkan karena suami mereka sedang bekerja sehingga para wanita yang mewakili dalam mendaftar kepesertaan BPJS ini dan/ atau membayar iuran premi di BPJS Kesehatan. Usia peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan sebagian besar dari kelompok 30-39 tahun. Usia ini merupakan usia produktif dalam bekerja. Kelompok usia di bawah 29 tahun juga memberikan jumlah yang besar 288
Karakteristik Peserta, Ability to Pay, Catasrophic Payment
gratis di rumah sakit mereka disarankan oleh dokter rumah sakit bersangkutan untuk mendaftar BPJS Kesehatan agar semua pelayanan dan obat yang diperoleh menyeluruh dan tanpa ada penambahan biaya, selama mereka tetap pada kelas premi yang mereka daftarkan sebelumnya. Jumlah tanggungan peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan sebagian besar yang memiliki dua tanggungan yakni sebesar 32,8% dibandingkan yang jumlah tanggungannya lima orang. Premi peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan sebagian besar memilih kelas III dengan jumlah premi Rp. 25.500,- per orang per bulan. Kemampuan membayar peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan diukur melalui tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden. Pengukuran ability to pay (ATP) peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan menggunakan pendekatan ATP berdasarkan jumlah pengeluaran rumah tangga untuk non essensial Adisasmita (2008) dan diperoleh rata-rata ability to pay atau kemampuan membayar responden sebesar Rp. 405.484. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian dengan judul Kemampuan dan Kemauan Membayar Pasien Terhadap Pelayanan Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang bahwa kemampuan membayar pasien apabila dihitung ber-dasarkan total pengeluaran non esensial selama satu bulan di RSUD dr. Rasidin Padang kelas I sebesar Rp. 352.220,-, dan kelas II sebesar Rp. 265.740,- (Rianti dkk., 2011). Pasien yang mampu menekan pengeluaran rumah tangganya untuk keperluan non essensial seperti rokok, arisan, pesta, sehingga bukan tidak mungkin ability to pay pasien untuk kesehatan dapat lebih tinggi. Pasien mungkin mampu membiayai dirinya sendiri, paling tidak untuk keperluan mengakses pelayanan medis saat pertama kali (Rien dkk., 2013).
ISSN 2252-5416
Pengukuran Catasthropic Payment berdasarkan nilai batas 10% dari pengeluaran medis dan non medis diperoleh 2 responden (0,5%) yang mendekati batas 10% Catasthropic Payment yakni sebesar 9% namun tidak ada responden yang melebihi batas Catasthropic. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang berjudul Kemampuan dan Kemauan Membayar Pasien Terhadap Pelayanan Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang dimana 68,1% Pasien Umum RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya menderita pembayaran katastropik. Hal ini mungkin karena sampel yang digunakan oleh Rien berasal dari pasien umum sehingga biaya yang dikeluarkan memang cukup mahal (Rien dkk., 2013). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menujukkan bahwa sebagian besar peserta adalah wanita, kelompok umur di bawah 29 tahun, status telah menikah, lulusan SMU/ sederajat, wiraswasta, lama bekerja 1-2 tahun, sebagian besar tidak memiliki asuransi kesehatan lainn, rata-rata memiliki dua orang tanggungan, serta rata-rata memilih premi kelas III (Rp. 25.500,-), Ability to Pay peserta pembayar mandiri BPJS Kesehatan Kota Makassar adalah Rp. 405.484,- (berdasarkan ATP non essensial) dan tidak ada responden yang melebihi batas Catasthropic. Direkomendasikan kepada BPJS Kesehatan untuk melakukan evaluasi dan monitoring pada BPJS Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita. (2008). Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Fakultas Hukum FKM UI. BPS. (2012). Keadaan Angkatan Kerja Sulawesi Selatan Tahun 2012. Makassar : BPS. 289
Ryryn Suryaman Prana Putra
ISSN 2252-5416
BPS. (2012). Survey Sosial Ekonomi Nasional Kota Makassar tahun 2012. Makassar : BPS. BPS. (2013). Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia 2013. Jakarta : BPS Dewan Jaminan Sosial Nasional. (2012). Roadmap Jaminan Kesehan Nasional 2012 – 2019. Jakarta. Elmamy & Sharon. (2012). Kemampuan Membayar (Ability To Pay) Masyarakat untuk Iuran Jaminan Kesehatan. Hariyadi. (2009). Determinan Pengeluaran Kesehatan Katastrofik Di Indonesia. S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM Yogyakarta. Haryani. (2013). Analisis Biaya Rawat Jalan Hemodialisis Dan Peritoneal Dialisis Mandiri Berkesinambungan pada Peserta Askes di PT. Askes (Persero) Divisi Regional VI. Universitas Gadjah Mada. Hidayat., dkk. (2010). Analisis Kemampuan dan Kemauan Membayar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Kuli Bangunan. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Khairurrahmi. (2009). Pengaruh Faktor
Predisposisi, Dukungan Keluarga Dan Level Penyakit Orang Dengan HIV/ AIDS Terhadap Pemanfaatan VCT Di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Rianti, Kodrat Wibowo, Ferry Hadiyanto. (2011). Kemampuan dan Kemauan Membayar Pasien Terhadap Pelayanan Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran. Rien Gloria Sihombing, Thinni Nurul R. (2012). Dampak Pembiayaan Kesehatan Terhadap Ability To Pay Dan Catastrophic Payment. Salamanja. (2009). Rasionalisasi Tarif Berdasarkan Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Toto Kabupaten Bone Bolango. Subirman. (2011). Pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah Berdasarkan Biaya Satuan, Kemampuan Membayar, Dan Kemauan Membayar Masyarakat Di Kota Samarinda. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuanitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
290