J. Sains & Teknologi, Agustus 2014, Vol.14 No.2 : 162 – 171
ISSN 1411-4674
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU SAPI DI KABUPATEN SINJAI, SULAWESI SELATAN Strategy for Developing Dairy Milk Processing Industry in Sinjai Regency South Sulawesi Fauzhul Azhim, Salengke, Zainal Bagian Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK Industri pengolahan Susu sapi di kabupaten Sinjai sedang mengalami kekurangan pasokan susu segar, penurunan jumlah produksi dan permasalahn dalam pemasaran produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji rantai nilai pengelolaan susu sapi untuk menentukan kompetensi inti industri dan mengkaji pelaksanaan manajemen produksi dan manajemen pemasaran serta menentukan alternatif strategi pengembangan industri pengolahan susu sapi di kabupaten Sinjai yang meliputi rantai pasok, rantai produksi dan rantai pemasaran. Pengkajian rantai nilai dan aspek manajemen dilakukan dengan observasi dan wawancara (kualitatif). Pengambilan keputusan prioritas strategi pengembangan dilakukan secara kuantitatif dengan metode analisis hirarki proses (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi inti industri pengolahan susu sapi di Kabupaten Sinjai sangat ditentukan oleh kemampuan Koperasi Susu Sintari dalam memberikan nilai tambah sebesar-besarnya pada produk olahan yang di hasilkan. Manajemen produksi telah dilaksanakan dengan cukup baik, namun manajemen pemasaran belum di kelola dengan maksimal. Pada rantai pasok, strategi yang di prioritaskan adalah strategi yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi yaitu meningkatkan harga jual susu dari peternak. Pada rantai produksi, strategi produk yang diprioritaskan adalah yang mampu memenuhi permintaan pasar, yaitu dengan mengutamakan produksi susu pasteurisasi dibandingkan produk lainnya. Pada rantai pemasaran, strategi yang di prioritaskan adalah strategi yang mampu meningkatkan jaringan pemasaran yaitu strategi marketing mix komponen distribusi. Kata Kunci: Rantai Nilai, Manajemen Pemasaran, Marketing Mix ABSTRACT Dairy milk processing industry in Sinjai regency is experiencing a shortage of supply of fresh milk, a decrease in the amount of production and problems in marketing the product. The research aimed (1) to study value chain of cow milk in Sinjai regency in order to determine industry core competence; (2) to study the implementation of the production and marketing management; and (3) to determine the alternatives of the development strategy of the comprised the input, the production, and the marketing chains. The study of the value chain and the management aspect was conducted trough observation and interviews (qualitative). The decision making on priority of the development strategy was carried out qualitatively using the method of the process hierarchy analityc (PHA). The research result revealed that industrial core competence was the capability of Sintari Milk Cooperative in providing the processed products with the maximum added value. That production management had been implemented well enough, though the marketing management had not been carried out optimally. For the input chain, the priority strategy was the capability to provide the economic added value, i.e. to increase the sale price of the milk breeders. For the production chain, the priority of the strategy was the capability to meet the market demands, i.e. to give priority to the pasteurized milk products rather that other products. For the marketing chain, the priority of the strategy was the strategy of the marketing mix of the distribution components. Keywords: Value Chain, Marketing Management, Process Hierarchy Analityc, Marketing Mix
162
Rantai Nilai, Manajemen Pemasaran, Marketing Mix
ISSN 1411-4674
nasional semakin berkembang dan trend ini harus tetap dipertahankan. Susu sapi merupakan salah satu bahan pangan hewani yang tergolong bahan baku pangan yang sensitif terhadap cemararan mikroba, sehingga membutuhkan perlakuan pengolahan lebih lanjut segera setelah proses pemerahan. Industri pengolahan susu memegang peranan penting dalam usaha mempertahankan kesegaran dan kualitas serta menciptakan nilai tambah dari produk olahan susu sapi yang dihasilkan. Peran tersebut bisa dilaksanakan dengan optimal bila rantai pasok bahan baku susu segar, rantai produksi dan rantai pemasaran dapat dikendalikan dengan baik. Di pulau jawa tingkat ketergantungan peternak kepada IPS sangat tinggi. Sekitar 80% dari produksi susu dalam negeri digunakan oleh Industri Pengolahan Susu sebagai bahan baku. Sedangkan 10% lagi digunakan koperasi yang memiliki usaha pengolahan susu menjadi susu pasteurisasi dan yoghurt yang dijual langsung kepada konsumen. (Setiawati, 2008). Menurut Sitepu (2008) dalam Matondang dkk., 2012), melaporkan bahwa pengembangan usaha sapi perah masih terfokus di sentra-sentra produksi di Pulau Jawa. Hal ini mengakibatkan usaha sapi perah mengalami stagnasi karena keterbatasan dalam menyediakan hijauan sepanjang tahun. Sebagian besar peternak sapi perah yang ada di Indonesia merupakan anggota koperasi susu. Pada daerah pengembangan sapi perah di Indonesia seperti di daerah pulau jawa, peran koperasi yakni bertindak sebagai mediator antara peternak dan perusahaan pengolah susu yang meliputi antara lain PT. Frisian Flag, PT. Sari husada, PT. Indomilk, PT. ultra Jaya, PT. Nestle dan PT. Mirota. Menurut Daryanto (2009), peranan koperasi sebagai mediator perlu dipertahankan dan pelayanannya perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas SDM pengelola koperasi serta
PENDAHULUAN Susu merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk di kembangkan di Indonesia. Data yang diperoleh dari direktorat jenderal peternakan, kementerian pertanian republik Indonesia mengenai produksi susu nasional mempelihatkan bahwa pada tahun 2013 produksi susu dalam negeri mencapai angka 981.586 Ton (data sementara) atau mengalami peningkatan 2,28 % dibandingkan dengan tahun 2012. Sejalan dengan peningkatan populasi sapi perah di Indonesia, pada tahun 2006 FAPRI (Food Agriculture and Research Intitute) dari Amerika serikat, memproyeksikan populasi sapi perah di Indonesia pada tahun 2013 akan mencapai 450.000 ekor (Firman, 2010). Data sementara dari direktorat jenderal peternakan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki populasi sapi perah sebanyak 636.064 ekor, jauh lebih banyak di bandingkan dengan yang telah di proyeksikan sebelumnya. Untuk Sulawesi selatan, populasi sapi perah pada tahun 2013 yaitu 2.075 ekor (meningkat 5,83 % dibandingkan 2012) dengan Produksi susu mencapai 3.175 Ton (meningkat 5,83 % dibandingkan 2012). Data tersebut memperlihatkan trend kenaikan yang berdampak positif terhadap ketersedian bahan baku untuk industri pengolahan susu. Konsumsi susu nasional semakin meningkat setiap tahunnya, data badan ketahanan pangan memperlihatkan bahwa pada tahun 2011 konsumsi susu nasional mencapai angka 3.494.810 ton (14,26 kg/kapita/tahun), jika dibandingkan dengan data produksi pada tahun yang sama yaitu 974.694 ton maka produksi susu nasional hanya dapat memenuhi 27, 89 % kebutuhan susu nasional selebihnya harus di impor. Pada tahun 2012 (januari-desember) data dari kementrian pertanian memperlihatkan bahwa Indonesia mengimpor susu sebanyak 233.566 ton dan turun menjadi 211.247 ton pada tahun 2013. Hal ini memperlihatkan bahwa industri susu 163
Fauzhul Azhim
ISSN 1411-4674
memperkuat jejaring (networking) dengan industri-industri pengolahan. Peran koperasi di Kabupaten Sinjai, Sulawesi selatan adalah sepenuhnya sebagai pelaksana usaha pengolahan susu sapi yang di peroleh dari peternak setempat yang juga menjadi anggota koperasi. Hal ini disebabkan karena di daerah ini belum ada industri pengolahan susu seperti di daerah jawa. Oleh karena itu, arah pengembangannya juga akan berbeda karena harus disesuaikan dengan fungsi koperasi tersebut. Budidaya sapi perah sangat potensial untuk di kembangkan di Sinjai. hasil penelitian Nuraeni dan Purwanta (2006), memperlihatkan bahwa potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sarana penunjang mendukung dalam usaha pengembangan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten sinjai. Pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah dan pengelola setempat hingga saat ini masih berfokus pada penyediaan bahan baku susu segar seperti bantuan sapi, rearing (pembesaran) dan inseminasi buatan. Sehingga di duga belum optimal khususnya pada aspek manajemen produksi (operasi) dan manajemen pemasaran hasil olahan susu sapi. Hal inilah yang melatarbelakangi dilaksanakannya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji rantai nilai pengelolaan susu segar untuk komoditi susu sapi di Kabupaten Sinjai dan menentukan kompetensi inti industri, mengkaji pelaksanaan manajemen produksi dan manajemen pemasaran dan menentukan strategi pengembangan industri pengolahan susu sapi yang meliputi rantai pasok, rantai produksi dan rantai pemasaran.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi industri serta para pakar yang dianggap kompeten dalam pengembangan industri pengolahan susu sapi. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bahan bacaan yang mendukung penelitian. Pene-litian kuantatif dlakukan dengan pendekatan matematis dalam analisis hirarki proses, dalam menentukan prioritas pengambilan keputusan untuk strategi pengembangan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi industri baik melalui respondensi, diskusi serta pengamatan terhadap dokumen yang dimiliki oleh industri. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, laporan-laporan berkala atau tahunan, jurnal dan berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian. Sumber pokok data sekunder akan diperoleh dari pemerintah daerah Kabupaten Sinjai terutama dinas peternakan dan dinas perindustrian. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan yaitu selama bulan Mei hingga Juni tahun 2014, di Koperasi Susu “Sintari” Dusun batu leppa, Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Tahapan Penelitian Penelitian ini meliputi beberapa tahapan, tahap pertama merupakan tahap pendahuluan dengan memetakan rantai nilai pengolahan susu sapi di lokasi industri ini.Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi proses aktual manajemen produksi dan manajemen pemasaran yang dilakukan di koperasi susu “sintari”. Permasalahan yang ditemukan akan digunakan untuk menentukan tujuan dan alternatif solusi untuk tahapan analisis berikutnya. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan prioritas faktor penunjang kestabilan pasokan susu segar (rantai pasok). Tahap
BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan metode survei untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. 164
Rantai Nilai, Manajemen Pemasaran, Marketing Mix
kedua, dimulai dengan pemilihan prioritas produk yang akan dikembangkan yang mengacu kepada pohon industri susu (rantai produksi). Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan prioritas komponen yang ada didalam pendekatan marketing mix 4P (rantai pemasaran).
ISSN 1411-4674
Sinjai. Analisis Hirarki Proses disimulasikan dengan alat bantu software AHP Expert Choice Decision Analyst 11. HASIL Kondisi rantai pasok susu segar dan susu olahan yang ada di kabupaten Sinjai, cenderung lebih pendek dan pelaku yang terlibat tidak sebanyak pada rantai pasok susu segar seperti yang terjadi di Indonesia secara umum (daerah jawa) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut di sebabkan oleh jangkauan pemasaran produk yang masih dalam pasar lokal kabupaten dan daerah terdekat lain dalam provinsi seperti kota Makassar sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1. Rantai nilai pengelolaan susu sapi secara keseluruhan meliputi aktifitas primer dan aktivitas pendukung yang berguna untuk menentukan kompetenti inti industri sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Hasil pengkajian pelaksanaan manajemen produksi memperlihatkan bahwa perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian produksi di industri pengolahan susu sap di kabupaten Sinjai talah dilaksanakan dengan baik. Sedangkan pelaksanaan manajemen pemasaran yan meliputi perencanaan pelaksanaan dan pengedalian pemasaran, belum dilaksanakan dengan optimal.
Responden dan Analisis Data Responden dalam pemetaaan rantai nilai dan pengkajian aspek manajemen produksi dan manajemen pemasaran adalah pengelola koperasi susu “sintari” sinjai barat serta stakeholder terkait. Sedangkan komposisi responden dalam analisis hirarki proses (AHP) untuk penentuan prioritas faktor penunjang ketersediaan dan kontinuitas bahan baku susu segar, penentuan prioritas produk olahan susu yang akan dihasilkan, dan menentukan prioritas komponen marketing mix 4P dalam merumuskan strategi pemasaran adalah 10 orang pakar (Expert). Metode pemilihan responden atau pakar dilakukan dengan cara purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden adalah responden yang terlibat langsung atau responden yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait dengan pengembangan industri pengolahan susu sapi di Kabupaten
Susu Segar Pemasok Saprodi
Inseminator
Saprodi
Kelompok Ternak
Peternak Sapi Perah
Koperasi Susu
Susu Segar
Distributor Susu Olahan
Disnakeswan
Pedagang Lokal
(Sumber : Hasil peneltian, 2014) Gambar 1. Rantai pasok pengusahaan susu sapi di kabupaten Sinjai
165
Fauzhul Azhim
ISSN 1411-4674
166
Rantai Nilai, Manajemen Pemasaran, Marketing Mix
ISSN 1411-4674
Gambar 3. Grafik prioritas strategi untuk ketersediaan dan kontinuitas bahan baku susu segar.
Sumber : Analisis hasil penelitian, 2014
Gambar 4. Grafik prioritas alternatif pemlihan produk olahan susu untuk strategi produk.
Sumber: Analisis hasil Penelitian, 2014
Gambar 5. Grafik prioritas komponen dalam marketing mix untuk strategi pemasaran.
Sumber: Analisis hasil Penelitian, 2014
167
Fauzhul Azhim
ISSN 1411-4674
Hasil pengambilan keputusan strategi menggunakan metode analisis hirarki proses (AHP) dilakukan pada setiap rantai. Pada rantai pasok, hasil respondensi terhadap 10 orang pakar yang terdiri dari para ketua kelompok ternak, pemerintah, pengelola koperasi dan peneliti bidang budidaya sapi perah yang menentukan prioritas alternatif pemilihan produk olahan susu di sajikan pada Gambar 3. Hasil respondensi terhadap 10 orang pakar yang terdiri dari manajemen unit pengolahan koperasi susu Sintari, pemerintah, peneliti bidang pengolahan susu dan peneliti bidang agribisnis sapi perah yang menentukan prioritas alternatif pemilihan produk olahan susu (Gambar 4). Hasil respondensi terhadap 10 orang pakar yang terdiri dari distributor/agen pemasaran produk, pemerintah, peneliti bidang agribisnis sapi perah, peneliti bidang manajemen industri dan peneliti bidang pemasaran yang menentukan prioritas komponen marketing mix untuk strategi pemasaran di sajikan pada Gambar 5.
tersedianya tenaga dokter hewan di daerah ini. Susu segar yang di hasilkan oleh para peternak dapat lansung di setorkan ke koperasi melalui pengumpul yang berkeliling setiap pagi dan sore hari untuk peternak yang lokasinya dekat dengan koperasi, sementara untuk peternak yang berada jauh dari koperasi, susu segar di kumpulkan pada setiap kelompok, kemudian disetorkan ke koperasi. Pembayaran hasil penjualan susu segar dari koperasi ke peternak dilakukan secara berkala berdasarkan hasil rapat anggota koperasi. Mengingat resiko kontaminasi pada produk susu segar yang cukup tinggi, setiap susu segar yang masuk ke akan melewati beberapa rangkaian tes untuk dinyatakan layak untuk masuk dalam proses pengolahan. Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, bila koperasi dapat melaksanakan proses pengolahan produk yang baik dengan mengontrol kualitas bahan baku susu segar, mengoptimalkan teknologi pengolahan, serta mampu membaca dengan baik apa yang di inginkan oleh pasar. Maka, keuntungan akan diperoleh oleh setiap pihak yang terlibat dari hulu (peternak sapi perah) hingga ke hilir (pedagang). Dengan demikian, kompetensi inti industri yang harus dikembangkan adalah Kemampuan Koperasi Susu sintari dalam memberikan nilai tambah sebesarbesarnya pada produk olahan yang di hasilkan. Pelaksanaan manajemen produksi telah dilaksanakan dengan cukup baik, terbukti dengan beberapa sertifikat jaminan mutu yang telah diperoleh antara lain izin edar dari badan pengawasan obat dan makanan (BPOM). Aspek pemasaran merupakan aspek yang belum bisa di kelola dengan optimal oleh pengurus dan manajemen koperasi susu sintari Kabupaten Sinjai terutama pada level perencanaan dan pengendalian.
PEMBAHASAN Rantai nilai pengelolaan industri pengolahan susu sapi di Kabupaten Sinjai menunjukkan bahwa peternak sapi perah memperoleh saprodi (Hijauan, Konsentrat, Inseminasi Buatan (IB), Keswan dan bibit ternak) melalui dua jalur. Pertama, peternak dapat memperoleh saprodi dari kelompok ternak seperti bantuan bibit ternak, kesehatan hewan dan IB (inseminator berasal dari kelompok) yang berasal dari bantuan pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Kedua, peternak dapat memperoleh saprodi dari Inseminator yang merupakan pegawai pemerintah daerah, keberadaan inseminator menjadi sangat penting dalam sistem ini karena selain melayani IB, mengelola kandang rearing pedet dan kandang induk untuk bibit ternak, layanan kesehatan hewan juga turut dilaksanakan oleh mereka karena tidak
168
Rantai Nilai, Manajemen Pemasaran, Marketing Mix
Penurunan produksi susu sapi di kabupaten Sinjai membuat proses produksi di industri pengolahan menjadi tidak maksimal. Hasil analisis hirarki proses untuk menentukan prioritas strategi untuk ketersediaan dan kontinuitas bahan baku susu segar menunjukkan bahwa memperbaiki harga jual susu dari peternak merupakan hal utama yang harus dilakukan, hal ini disebabkan oleh menurunnya motivasi peternak sapi perah dalam membudidayakan sapi perah yang mereka miliki, penurunan tingkat populasi merupakan bukti turunnya minat peternak dalam memelihara sapi perah. Hal yang berbeda terjadi pada skala nasional yaitu pada hasil penelitian Farid dan Sukesi (2011), di tingkat on farm (peternak), pemerintah masih perlu memerlukan pembinaan dan pendampingan kepada peternak. Pembinaan peternak dilakukan oleh penyuluh, atau atas rekomendasi pemerintah oleh koperasi atau IPS, melalui program SCR atau SMD (Sarjana membangun desa) misalnya. Pembinaan tersebut perlu dilakukan secara kontinyu untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas susu yang dihasilkan peternak rakyat. Perbedaan ini disebabkan karena di kabupaten Sinjai, kemampuan koperasi susu sintari dalam memberikan nilai tambah (kompetensi inti) terhadap produk olahan susu masih belum optimal, sehingga keuntungan yang diperoleh masih minim bahkan harus mengalami kerugian karena produk yang di kembalikan oleh pedagang. Sedangkan secara nasional (sebagian besar di daerah jawa) harga jual susu dari peternak cenderung lebih stabil dan mampu memberikan keuntungan kepada peternak. Perbedaan juga di temukan pada sentra pengembangan sapi perah lain di Sulewesi selatan yaitu di kabupaten Enrekang. Hasil penelitian Kasim dkk (2011), menunjukkan bahwa prioritas strategi untuk pengembangan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang adalah meningkatkan populasi sapi perah, pemberdayaan kredit usaha dan
ISSN 1411-4674
optimalisasi lahan. Hal ini disebabkan oleh harga jual susu sapi segar dari peternak yang cukup tinggi karena pemasaran dangke (semacam keju akanan khas Enrekang) mengalami peningkatan yang cukup baik. Terbukti dengan dangke yang diproduksi tidak dapat menutupi permintaan. Dangke yang mereka buat biasanya dibeli langsung di rumah peternak dan setiap harinya ada konsumen yang tidak mendapatkan dangke karena terlambat. Para pakar menganggap bahwa susu pasteurisasi merupakan produk prioritas yang harus diproduksi di kabupaten Sinjai, dalam hal ini unit pengolahan susu di koperasi susu Sintari. Produk susu pasteurisasi merek susin merupakan produk yang di buat pertama kali sejak dimulainya industri pengolahan susu di kabupaten Sinjai dan produk ini telah menjadi ikon daerah ini. Meskipun persaingan cukup ketat dengan produsen lain namun permintaan pasar terhadap produk ini di anggap masih tinggi. Meskipun industri pengolahan susu dengan produk dangke di kabupeten enrekang masih berskala rumah tangga namun permintaan terhadap produk tersebut tinggi. Salah satu peternak di Kabupaten Enrekang yang populasinya terbesar yaitu sekitar 35 ekor, dimana mampu menghasilkan dangke 45 biji perhari yang bila dikalkulasikan dalam Rupiah sekitar Rp. 15.000.000 perbulan, dan setiap harinya produk tersebut laku terjual baik untuk konsumsi rumah tangga atau oleh-oleh (Kasim dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Fevrina (2011), dengan judul “Strategi Pengembangan Produk Berbasis Susu Di Kota Padang Panjang”, dari hasil wawancara dan kuisioner dengan Pemerintah Kota, Dinas Koperindag dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Pelaku Ekonomi serta Kelompok Tani Susu dan konsumen berdasarkan Analytical Hierarky Process (AHP) produk yang mendapat prioritas pertama untuk dikembangkan adalah Yoghurt, setelah itu keju, mentega dan susu kental manis. 169
Fauzhul Azhim
ISSN 1411-4674
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam strategi marketing mix (4P), komponen yang paling penting adalah komponen distribusi. Hal ini berhubungan dengan keputusan responden sebelumnya yang memprioritaskan memperluas jaringan pemasaran untuk strategi pemasaran. Meskipun pernah mendistribusikan produk ke Makassar namun untuk saat ini hanya dalam kawasan kabupaten Sinjai saja. Oleh karena itu dapat di rekomendasikan untuk dapat menerapkan strategi yang fokus pada distribusi seperti mencoba mendistribusikan ke retail, agen, grosir atau mendistribusikan lansung ke konsumen. Dengan mendistribusikan ke agen atau ke retail yang tepat atau yang mengerti produk,aktif dalam pemasaran, jujur, serta lancar dalam pembayaran bila menerapkan sistem titip jual, maka keuntungan akan diperoleh. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008), mengenai upaya peningkatan strategi marketing mix pangan berbasis bahan lokal melalui analisis sikap konsumen dengan model fishbein di Surabaya menunjukkan bahwa, strategi distribusi untuk makanan berbahan baku lokal sebagaimana diinginkan oleh konsumen adalah sebagai berikut: (1) dijual di semua tempat, (2) tempat penjualannya bersih dan rapi, (3) dijual juga di Mall dan restoran, dan (4) didistribusikan di kalangan biasa (sampai ke pelosok). Berbeda dengan hasil penelitian Sagantoro dkk (2013), mengenai analisis bauran pemasaran marketing mix dalam pembelian susu pasteurisasi (Studi Kasus: “Warung Susu Nandhi Murni” KUD Batu). Kualitas produk merupakan faktor yang dominan mempengaruhi pembelian susu pasteurisasi di “Warung Susu Nandhi Murni” seperti contoh aroma, warna, label kadaluarsa.
kajian rantai nilai pengelolaan industri pengolahan susu sapi di kabupaten Sinjai, kompetensi inti industri ini adalah kemampuan Koperasi Susu Sintari dalam memberikan nilai tambah sebesarbesarnya pada produk olahan yang di hasilkan. Manajemen produksi telah dilaksanakan dengan cukup baik, namun manajemen pemasaran belum di kelola dengan maksimal. Pada rantai pasok, strategi yang di prioritaskan adalah yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi yaitu meningkatkan harga jual susu dari peternak. Pada rantai produksi, strategi produk yang diprioritaskan adalah yang mampu memenuhi permintaan pasar yaitu dengan mengutamakan produksi susu pasteurisasi di banding produk lainnya.. Pada rantai pemasaran, strategi yang di prioritaskan adalah strategi yang mampu meningkatkan jaringan pemasaran yaitu strategi marketing mix komponen distribusi. Koperasi susu sintari sebaiknya membuat sebuah dokumen rencana pemasaran tahunan yang secara komperhensif menggambarkan tentang kondisi pasar, anggaran, strategi serta program yang direncanakan agar dapat melaksanakan mempermudah proses pemasaran dan terdapat acuan untuk implementasi serta evaluasi pemasaran. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk mengkaji lebih mendalam tentang penerapan good distribution practice (GDP) pada aspek pemasaran produk olahan susu dari koperasi sintari kabupaten Sinjai. DAFTAR PUSTAKA Daryanto, A. (2009). Dinamika daya saing industri peternakan. IPB Press: Bogor. Farid M & Sukesi N. (2011). Pengembangan susu segar dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan susu nasional. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 5(2): 1-26. Fevrina. (2011). Strategi pengembangan produk berbasis susu di kota Padang Panjang :Padang Panjang.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh beberapa kesimpulan. Berdasarkan hasil peng-
170
Rantai Nilai, Manajemen Pemasaran, Marketing Mix
Firman, A. (2010). Agribisnis sapi perah: bisnis sapi perah dari hulu sampai hilir. Widya Padjajaran: Bandung. Kasim S.N., Nurani S.N., & Irmayani. (2011). Strategi pengembangan usaha sapi perah di kabupaten Enrekang. Jurnal Agribisnis, 10(3):1-17. Matondang R.H., Talib C & Herawati T. (2012). Prospek pengembangan sapi perah di luar pulau Jawa mendukung swasembada susu di Indonesia. Jurnal Wartazoa, 22(4): 161-168. Nuraeni & Purwanta. (2006). Potensi sumber daya dan analisis pendapatan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Sinjai. Jurnal Agrisistem, 2(1):8-17.
ISSN 1411-4674
Sagantoro S.R., Hartono B. & Utami H.D. (2013). Analisis bauran pemaaran marketing mix dalam pembelian susu pasteurisasi. (Skripsi). Malang: Universitas Brawijaya. Setiawati T. (2008). Revitalisasi agribisnis sapi perah yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Prosiding Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas, 2020: 13-22. Balai Penelitian Ternak: Bogor. Susanti C.E. (2008). Upaya peningkatan strategi marketing mix pangan berbasis bahan lokal melalui analisis sikap konsumen dengan model fishbein di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 3(1):1-7.
171