J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.14 No.3 : 269 – 276
ISSN 1411-4674
UJI ADAPTASI BEBERAPA GENOTIPE GANDUM (TRITICUM AESTIVUM L.) PADA DATARAN RENDAH Adaptation Trials Some Wheat (Triticum Aestivum L.) Genotipes in Lowland Suriani, Ambo Ala, Muh. Farid Bdr. Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK Gandum merupakan tanaman subtropis, di Indonesia kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan gandum adalah cekaman lingkungan khususnya cekaman suhu tinggi pada dataran rendah. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan genotipe gandum yang dapat beradaptasi pada dataran rendah. Penelitian ini dilaksanakan di Screen House Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian berlangsung Oktober 2013 hingga Februari 2014, dan dilakukan dalam bentuk percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, faktor yang diamati terdiri dari 40 genotipe gandum yang terdiri dari genotipe pembanding, genotipe introduksi, genotipe hasil mutasi, dan genotipe hasil persilangan yang merupakan koleksi BALITSEREAL sebagai perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 2 unit percobaan sehingga terdapat 240 unit percobaan, Apabila uji sidik ragam berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji orthogonal kontras. Genotipe yang berpotensi adaptif didataran rendah dengan rata-rata terbaik pada karakter bobot biji perumpun adalah varietas Nias (3,05 g.rumpun-1), ASTREB*2/CBRD (2,93 g.rumpun-1), SO-10 (2,84 g.rumpun-1), S37-09 (2,82 g.rumpun-1), dan WAXWING*2 (2,41 g.rumpun-1). . Kata Kunci: Adaptasi, Genotipe, Gandum, Dataran Rendah ABSTRACT Wheat is a subtropical plant, in Indonesia the main obstacle in the development of environmental stresses, especially wheat is high temperature stress in lowland, research aiming to obtain lowland apated wheat genotipe. The objective of this study were to obtain low-land adapted wheat genotype. This study were composed in Screen House of Departement Agronomy of Agriculture, Agriculture Faculty, Hasanuddin University. Makassar. Be held October 2013 to February 2014. Implemented by Non-Factorial Randominized Complete Block Design (CBD), the observed factors consist of 40 wheat genotypes, consisting of comparison genotypes, introduction genotype, the mutated genotype, and genotypes from crosses which collection BALITSEREAL as treatment, each treatment consis as treatment, each treatment consist of 3 replications and each replication devided by 2 trial units so there were 240 units of trial, and followed by ortogonal test. Potentially adaptive genotype in lowland with the best on a character grain weight per-hill average are NIAS variety (3,05 g.hill-1), ASTREB*2/CBRD (2,93 g.hill-1), SO-10 (2,84 g.hill-1), S37-09 (2,82 g.hill-1), WAXWING*2 (2,41 g.hill-1). Keywords: Adaptation, Genotype, Wheat, Low-Land
maupun protein. Komoditas ini merupakan bahan baku tepung terigu yang banyak digunakan untuk pembuatan berbagai produk makanan seperti roti, mie, kue biskuit, dan produk pangan
PENDAHULUAN Gandum merupakan komoditas pangan penting di dunia dan merupakan bahan makanan pokok terpenting kedua setelah beras, baik sebagai sumber kalori 269
Suriani
ISSN 1411-4674
lainnya dalam jumlah yang besar. Kecenderungan masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi produk olahan yang berasal dari gandum, menyebabkan kebutuhan gandum dari tahun ke tahun meningkat. Salah satu keunggulan gandum adalah kandungan gluteinnya yang mencapai 80%. Glutein adalah protein yang bersifat kohesif dan liat sehingga bahan pangan yang mengandung glutein banyak digunakan untuk membuat roti, tepung, produk bahan baku (cake, cookies, crackers, pretzel), roti tanpa ragi, semolina, burgar dan sereal. Selain kandungan glutein yang tinggi, komposisi nutrisi gandum juga lebih baik dibanding komoditas lainnya. Sebagai contoh, kandungan protein pada gandum mencapai 13%, sedangkan pada padi 8%, jagung 10%, dan barley 12%. Kandungan karbohidrat gandum mencapai 69%, sedangkan padi 65% dan barley 63%. Keragaman penggunaan, kandungan nutrisi dan kualitas penyimpanannya yang tinggi menjadikan gandum sebagai bahan makanan pokok lebih dari sepertiga populasi dunia (Porter, 2005). Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun membawa dampak kepada peningkatan konsumsi gandum sehingga pemerintah mengambil langka untuk mengimpor gandum. Saat ini, ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum sangat tinggi. Impor gandum ke Indonesia tahun 2010 sebesar 5,2 juta ton, 2011 sebesar 6,3 juta ton, 2012 sebesar 7,4 juta ton, bahkan tahun 2013 pada periode Januari sampai September telah mencapai 5,1 juta ton (APTINDO, 2013). Wibowo (2009), menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena pengembangan budidaya gandum di Indonesia masih sangat terbatas. Selain itu Farid (2006), menyatakan bahwa terbatasnya luas dataran tinggi yang banyak ditanami dengan komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi juga berpengaruh terhadap pengembangan gandum di Indonesia sehingga diperlukan
pengembangan gandum yang toleran dataran rendah (< 400 mdpl). Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan gandum di dataran rendah adalah cekaman lingkungan yang sangat tinggi khususnya cekaman suhu tinggi, sehingga perlu dilakukan usaha perbaikan varietas yang adaptif melalui kegiatan pemuliaan tanaman seperti seleksi galur. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan genotipe gandum yang dapat beradaptasi pada pada dataran rendah. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Green House, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Berlangsung mulai Oktober 2013 hingga Februari 2014. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk NPK berimbang, dan benih gandum yang terdiri dari 40 genotipe yang merupakan koleksi BALITSEREAL. Alat-alat yang digunakan adalah polybag ukuran 30 cm x 40 cm, label, timbangan, mikroskop, camera digital, mistar, termometer, plastik sampel, kuteks, kaca preparat, selotip, cloropyl meter (CCM-200 plus), gunting dan alat tulis menulis lainnya. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Faktor yang diamati terdiri dari 40 genotipe gandum (G) sebagai perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 2 unit percobaan sehingga terdapat 240 unit percobaan. Perlakuan genotipe gandum adalah: 1) Genotipe pembanding (A) yang terdiri dari varietas introduksi (Munal (G1), dan varietas nasional (Selayar (G17), Nias (G18), Dewata (G19)); 2) Genotipe introduksi (B) yang terdiri dari: Cimmyt (B1) 270
Adaptasi, Genotipe, Gandum, Dataran Rendah
(SBR*D/1/09/38 (G2), SBD*/D/1/09/142 (G3), CNDO/R143//ENTE (G4), WAXWING*2 (G5), YMH/TOE//MCD/3 (G6), ASTREB*2/CBRD (G7), ASTREB*2 /NING (G8)), Slowakia (B2) (H-20 (G9), S0-3 (G10), S0-8 (G11), S37-09 (G12), SO10 (G16), G-21 (G28), VEE/PJN/Tul (G29)), India (B3) (DWR 162 (G13), UAS 316 (G14), UAS 415 (G15), OASIS/ SKAUZ //4* BCN (G24), RABE (G25), HP 1744 (G27)), Tukey (B4) ( ALIBEY (G26)), China (B5) (F-44 (G39), Yuan039 (G40)); 3) Genotipe hasil mutasi (M) (M8-16 (G20), M8-23 (G21), M8-62 (G22), M8-15 (G23); 4) Genotipe hasil persilangan (F) (MLAB6-F2-F (G30), MLCB1-F2-9 (G31), MLCB2-F2-9 (G32), MLCB3-F2-2 (G33), MLCB4-F2-4 (G34), MLCB5-F2-4 (G35), MLCB7-F2-49 (G36), MLCB7-F2-44 (G37), MLCB2-F246 (G38)). Variabel pengamatan adalah (1) Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah hingga ujung malai pada saat menjelang panen, (2) Jumlah anakan, dihitung pada saat menjelang panen dengan cara menghitung seluruh jumlah anakan. (3) Umur berbunga (hst), dihitung jumlah hari dari waktu tanam sampai tanaman telah mengeluarkan malai pada setiap ulangan, (4) Umur panen (hst), jumlah hari dari waktu tanam sampai lebih 50% tanaman telah menguning malainya, (5) Bobot biji perumpun (g.rumpun-1) pada kadar air 15%.
ISSN 1411-4674
genotipe introduksi berbeda nyata lebih tinggi dengan hasil mutasi dan hasil persilangan, dan rata-rata tinggi tanaman genotipe hasil mutasi berbeda nyata lebih tinggi daripada genotipe hasil persilangan. Jumlah Anakan Uji kontras ortogonal pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah anakan genotipe pembanding tidak berbeda nyata dengan genotipe lainnya, genotipe introduksi berbeda nyata lebih rendah dengan genotipe hasil mutasi dan hasil persilangan, genotipe hasil mutasi berbeda nyata lebih tinggi dengan genotipe hasil persilangan. Umur Berbunga (hst) Uji kontras ortogonal pada Tabel 3 menghasilkan bahwa rata-rata umur berbunga genotipe pembanding tidak berbeda nyata dengan genotipe lainnya, genotipe introduksi berbeda nyata lebih cepat daripada genotipe hasil mutasi dan hasil persilangan, genotipe hasil mutasi berbeda nyata lebih cepat daripada hasil persilangan. Umur Panen (hst) Uji kontras ortogonal pada Tabel 4 menghasilkan bahwa rata-rata umur panen genotipe pembanding tidak berbeda nyata dengan genotipe lainnya, umur panen genotipe introduksi berbeda nyata lebih cepat daripada genotipe hasil mutasi dan hasil persilangan, umur panen genotipe hasil mutasi berbeda nyata lebih cepat daripada genotipe hasil persilangan.
Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan analisis varian yaitu Rancangan Acak Kelompok non faktorial. Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal.
Bobot Biji Perumpun (g.rumpun-1) Uji kontras ortogonal pada Tabel 5 menghasilkan bahwa rata-rata berat biji perumpun genotipe pembanding (A) berbeda nyata lebih tinggi dengan genotipe lainnya, genotipe introduksi berbeda nyata lebih tinggi dengan genotipe hasil mutasi dan hasil persilangan, genotipe hasil mutasi berbeda nyata lebih tinggi dengan genotipe hasil persilangan.
HASIL Tinggi Tanaman (cm) Uji kontras ortogonal pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa rata-rata karakter tinggi tanaman genotipe pembanding berbeda nyata lebih tinggi dengan genotipe lainnya, rata-rata tinggi tanaman 271
Suriani
ISSN 1411-4674
Tabel 1. Uji kontras ortogonal tinggi tanaman (cm) tanaman gandum Perlakuan A vs B, M, F B vs M, F M vs F A.G1 vs A.G17, A.G18, A.G19 A.G17 vs A.G18, A.G19 A.G18 vs A.G19 B1 vs B2, B3, B4, B5 B2 vs B3, B4, B5 B3 vs B4, B5 B4. G26 vs B5 B1.G2 vs B1.G3, B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G3 vs B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G4 vs B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G5 vs B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G6 vs B1.G7, B1.G8 B1.G7 vs B1.G8 B2.G9 vs B2.G10, B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G10 vs B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G11 vs B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G12 vs B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G16 vs B2.G28, B2.G29 B2.G28 vs B2.G29 B3.G13 vs B3.G14, B3.G15, B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G14 vs B3.G15, B3.G24, B3.G25 B3.G27 B3.G15 vs B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G24 vs B3.G25, B3.G27 B3.G25 vs B3.G27 B5.G39 vs B5.G40 M.G20 vs M.G21, M.G22, M.G23 M.G21 vs M.G22, M.G23 M.G22 vs M.G23 F.G30 vs F.G31, F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G31 vs F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G32 vs F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G33 vs F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G34 vs F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G35 vs F.G36, F.G37, F.G38 F.G36 vs F.G37, F.G38 F.G37 vs F.G38
Keterangan: tn =Tidak berbeda nyata
*= Berbeda nyata
Tinggi Tanaman
F. Hitung
54,16 55,47 50,39 51,06 51,06 56,71 59,17 56,29 55,07 48,24 60,50 61,75 60,94 62,56 60,22 56,79 59,42 60,29 53,89 57,35 55,03 56,43 59,97 56,75 59,18 53,40 48,64 43,67 53,33 49,89 48,92 50,56 47,78 48,20 49,10 45,86 51,13 50,25 47,88
4,36 433,54 10,60 17,20 34,39 0,84 183,39 98,65 233,16 12,63 2,78 12,62 10,96 41,27 33,45 19,50 15,22 32,80 1,59 8,94 0,89 15,45 38,36 11,77 58,79 7,12 9,92 1,73 15,43 0,46 0,17 5,19 0,72 0,20 0,37 11,85 6,71 5,82 0,10
vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs
53,21 49,22 48,70 55,20 57,27 57,83 53,85 51,96 45,73 44,47 58,94 58,38 57,74 56,14 54,09 51,39 55,77 54,86 55,11 54,36 54,03 51,62 54,09 53,43 51,51 50,57 52,50 45,28 49,41 49,17 49,42 48,46 48,56 48,62 48,53 49,19 48,54 47,69 47,50
F Tabel 0,05 0,01 3,96 6,97
* ** ** ** ** tn ** ** ** ** tn ** ** ** ** ** ** ** tn ** tn ** ** ** ** ** ** tn ** tn tn * tn tn tn ** * * tn
**= Berbeda sangat nyata
Tabel 2. Uji kontras ortogonal jumlah anakan tanaman gandum Perlakuan A vs B, M, F B vs M, F M vs F A.G1 vs A.G17, A.G18, A.G19 A.G17 vs A.G18, A.G19 A.G18 vs A.G19 B1 vs B2, B3, B4, B5 B2 vs B3, B4, B5 B3 vs B4, B5 B4. G26 vs B5 B1.G2 vs B1.G3, B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G3 vs B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G4 vs B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G5 vs B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G6 vs B1.G7, B1.G8 B1.G7 vs B1.G8 B2.G9 vs B2.G10, B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G10 vs B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G11 vs B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G12 vs B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G16 vs B2.G28, B2.G29 B2.G28 vs B2.G29 B3.G13 vs B3.G14, B3.G15, B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G14 vs B3.G15, B3.G24, B3.G25 B3.G27 B3.G15 vs B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G24 vs B3.G25, B3.G27 B3.G25 vs B3.G27 B5.G39 vs B5.G40 M.G20 vs M.G21, M.G22, M.G23 M.G21 vs M.G22, M.G23 M.G22 vs M.G23 F.G30 vs F.G31, F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G31 vs F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G32 vs F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G33 vs F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G34 vs F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G35 vs F.G36, F.G37, F.G38 F.G36 vs F.G37, F.G38 F.G37 vs F.G38
Keterangan: tn =Tidak berbeda nyata
*= Berbeda nyata
Jumlah Anakan
F. Hitung
9,48 7,78 14,48 12,22 8,97 7,83 7,82 9,19 7,69 5,75 8,78 9,06 4,94 10,03 6,28 7,47 11,22 9,83 11,00 10,44 9,40 5,22 5,31 6,11 12,56 9,49 7,68 2,83 16,67 11,08 13,33 14,67 10,72 9,07 12,00 9,37 9,78 12,20 9,23
1,86 814,07 279,31 62,92 1,50 3,71 0,10 160,41 123,60 13,32 6,81 14,85 46,76 35,19 9,98 1,55 30,55 7,36 43,61 47,78 43,02 12,37 43,14 33,44 126,48 41,78 22,76 16,40 40,34 67,44 38,73 124,38 4,17 4,57 30,80 0,37 0,17 64,66 11,41
vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs
9,20 11,71 10,49 8,57 8,38 8,92 7,76 6,65 4,56 3,97 7,66 7,38 7,98 7,30 7,82 8,17 8,85 8,65 8,06 7,27 6,21 7,19 8,17 8,68 7,39 6,34 5,00 5,11 13,75 15,08 16,83 9,96 9,85 9,99 9,58 9,64 9,59 8,28 7,33
**= Berbeda sangat nyata
272
tn ** ** ** tn tn tn ** ** ** * ** ** ** ** tn ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** * * ** tn tn ** **
F Tabel 0,05 0,01 3,96 6,97
Adaptasi, Genotipe, Gandum, Dataran Rendah
ISSN 1411-4674
Tabel 3. Uji kontras ortogonal umur berbunga (hst) tanaman gandum Perlakuan A vs B, M, F B vs M, F M vs F A.G1 vs A.G17, A.G18, A.G19 A.G17 vs A.G18, A.G19 A.G18 vs A.G19 B1 vs B2, B3, B4, B5 B2 vs B3, B4, B5 B3 vs B4, B5 B4. G26 vs B5 B1.G2 vs B1.G3, B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G3 vs B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G4 vs B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G5 vs B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G6 vs B1.G7, B1.G8 B1.G7 vs B1.G8 B2.G9 vs B2.G10, B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G10 vs B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G11 vs B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G12 vs B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G16 vs B2.G28, B2.G29 B2.G28 vs B2.G29 B3.G13 vs B3.G14, B3.G15, B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G14 vs B3.G15, B3.G24, B3.G25 B3.G27 B3.G15 vs B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G24 vs B3.G25, B3.G27 B3.G25 vs B3.G27 B5.G39 vs B5.G40 M.G20 vs M.G21, M.G22, M.G23 M.G21 vs M.G22, M.G23 M.G22 vs M.G23 F.G30 vs F.G31, F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G31 vs F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G32 vs F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G33 vs F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G34 vs F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G35 vs F.G36, F.G37, F.G38 F.G36 vs F.G37, F.G38 F.G37 vs F.G38
Keterangan:
tn = Tidak berbeda nyata
Umur Berbunga
F. Hitung
44,67 42,17 47,25 55,33 48,00 37,33 44,57 42,57 42,28 38,67 43,33 52,00 39,33 49,00 48,33 37,33 53,33 43,33 38,67 38,00 38,67 42,33 46,67 37,67 56,33 41,33 35,67 34,00 48,67 45,33 47,00 56,33 59,33 52,33 59,00 46,00 42,33 47,00 39,67
0,02 437,86 18,29 176,92 83,02 0,26 67,45 30,36 108,91 18,16 2,09 73,00 23,32 33,86 53,99 16,59 157,58 9,14 3,73 11,06 14,60 1,04 26,96 20,32 304,77 23,52 0,06 0,06 3,12 3,65 0,58 58,96 148,11 34,67 220,61 6,23 1,82 18,16 14,58
vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs
* = Berbeda nyata
44,60 48,90 49,63 41,11 37,67 38,00 41,13 40,00 35,44 33,83 44,78 43,33 44,33 42,78 40,00 42,67 40,78 40,27 40,67 41,56 43,00 43,67 41,40 42,33 37,67 35,83 36,00 33,67 46,78 47,50 48,00 48,79 47,29 46,44 43,93 43,42 43,78 42,17 44,67
tn ** ** ** ** tn ** ** ** ** tn ** ** ** ** ** ** ** tn ** ** tn ** ** ** ** tn tn tn tn tn ** ** ** ** * tn ** **
F Tabel 0,05 0,01 3,96 6,97
** = Berbeda sangat nyata
Tabel 4. Uji kontras ortogonal umur penen (hst) tanaman gandum Perlakuan
Umur Panen
A vs B, M, F B vs M, F M vs F A.G1 vs A.G17, A.G18, A.G19 A.G17 vs A.G18, A.G19 A.G18 vs A.G19 B1 vsB2, B3, B4, B5 B2 vs B3, B4, B5 B3 vs B4, B5 B4. G26 vs B5 B1.G2 vs B1.G3, B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G3 vs B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G4 vs B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G5 vs B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G6 vs B1.G7, B1.G8 B1.G7 vs B1.G8 B2.G9 vs B2.G10, B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G10 vs B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G11 vs B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G12 vs B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G16 vs B2.G28, B2.G29 B2.G28 vs B2.G29 B3.G13 vs B3.G14, B3.G15, B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G14 vs B3.G15, B3.G24, B3.G25 B3.G27 B3.G15 vs B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G24 vs B3.G25, B3.G27 B3.G25 vs B3.G27 B5.G39 vs B5.G40 M.G20 vs M.G21, M.G22, M.G23 M.G21 vs M.G22, M.G23 M.G22 vs M.G23 F.G30 vs F.G31, F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G31 vs F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G32 vs F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G33 vs F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G34 vs F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G35 vs F.G36, F.G37, F.G38 F.G36 vs F.G37, F.G38 F.G37 vs F.G38
Keterangan:
tn = Tidak berbeda nyata
73,42 71,41 75,67 79,00 75,67 69,33 72,19 71,05 72,17 68,67 78,00 76,00 68,67 75,33 72,33 67,33 79,00 73,00 67,00 67,67 69,67 68,33 72,67 71,67 84,33 69,67 67,33 69,00 80,67 70,33 79,67 83,33 83,67 83,33 83,33 69,33 71,33 77,67 69,00
* = Berbeda nyata
273
vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs
73,50 77,21 77,89 71,56 69,50 69,67 71,06 71,07 68,89 69,00 71,22 70,27 70,67 69,11 67,50 67,67 69,72 69,07 69,58 70,22 70,50 72,67 72,07 72,17 68,11 67,33 67,33 69,00 74,00 75,83 72,00 77,21 76,29 75,11 73,47 74,50 75,56 74,50 80,00
F. Hitung 0,02 239,41 11,72 35,62 21,73 0,05 5,31 0,00 18,42 0,06 33,75 23,48 2,74 24,89 13,35 0,05 63,24 11,05 4,58 4,20 0,40 8,05 0,26 0,17 169,16 3,11 0,00 0,00 28,57 17,28 25,19 28,58 40,86 49,67 69,53 18,30 11,46 5,73 51,85
tn ** ** ** ** tn * tn ** tn ** ** tn ** ** tn ** ** * * tn ** tn tn ** tn tn tn ** ** ** ** ** ** ** ** ** * **
F Tabel 0,05 0,01 3,96 6,97
** = Berbeda sangat nyata
Suriani
ISSN 1411-4674
Tabel 5. Uji kontras orthogonal bobot biji perumpun (g.rumpun-1) tanaman gandum Perlakuan
Bobot Biji
A vs B, M, F B vs M, F M vs F A.G1 vs A.G17, A.G18, A.G19 A.G17 vs A.G18, A.G19 A.G18 vs A.G19 B1 vs B2, B3, B4, B5 B2 vs B3, B4, B5 B3 vs B4, B5 B4. G26 vs B5 B1.G2 vs B1.G3, B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G3 vs B1.G4, B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G4 vs B1.G5, B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G5 vs B1.G6, B1.G7, B1.G8 B1.G6 vs B1.G7, B1.G8 B1.G7 vs B1.G8 B2.G9 vs B2.G10, B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G10 vs B2.G11, B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G11 vs B2.G12, B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G12 vs B2.G16, B2.G28, B2.G29 B2.G16 vs B2.G28, B2.G29 B2.G28 vs B2.G29 B3.G13 vs B3.G14, B3.G15, B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G14 vs B3.G15, B3.G24, B3.G25 B3.G27 B3.G15 vs B3.G24, B3.G25, B3.G27 B3.G24 vs B3.G25, B3.G27 B3.G25 vs B3.G27 B5.G39 vs B5.G40 M.G20 vs M.G21, M.G22, M.G23 M.G21 vs M.G22, M.G23 M.G22 vs M.G23 F.G30 vs F.G31, F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G31 vs F.G32, F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G32 vs F.G33, F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G33 vs F.G34, F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G34 vs F.G35, F.G36, F.G37, F.G38 F.G35 vs F.G36, F.G37, F.G38 F.G36 vs F.G37, F.G38 F.G37 vs F.G38
Keterangan:
tn = Tidak berbeda nyata
1,88 1,56 1,24 2,34 1,42 3,05 1,80 1,77 1,20 1,66 1,15 0,60 1,91 2,41 1,55 2,93 1,26 1,35 2,03 2,82 2,84 1,00 0,54 1,87 0,12 2,19 1,17 1,08 1,35 1,05 0,75 1,36 0,37 0,90 0,53 2,08 0,49 1,40 0,77
* = Berbeda nyata
vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs vs
F. Hitung 1,39 1,10 1,03 1,73 1,88 0,72 1,45 1,21 1,22 1,00 1,90 2,16 2,23 2,17 2,47 2,01 2,03 1,95 1,93 1,63 1,03 1,06 1,34 1,20 1,56 1,25 1,33 0,92 1,21 1,28 1,81 0,99 1,08 1,11 1,23 1,01 1,19 1,08 1,39
36,09 74,28 5,20 11,73 6,09 114,11 23,99 51,26 0,02 12,43 20,25 85,22 3,30 1,82 23,72 17,62 12,58 12,79 0,36 44,53 91,94 0,08 22,17 15,11 65,45 24,69 0,52 0,53 0,67 1,46 23,62 4,97 18,56 1,57 17,16 38,32 15,40 2,89 7,87
** ** * ** * ** ** ** tn ** ** ** tn tn ** ** ** ** tn ** ** tn ** ** ** ** tn tn tn tn ** * ** tn ** ** ** tn **
F Tabel 0,05 0,01 3,96 6,97
** = Berbeda sangat nyata
Dahlan (2010), bahwa suhu tinggi setelah pembungaan pada umumnya berpengaruh jelek terhadap proses pengisian biji, Menurut Maestri et al., (2002), bahwa suhu tinggi dapat merubah morfologi bulir dan mengurangi ukuran bulir pada gandum. Tinggi tanaman seluruh genotipe gandum berkisar antara 43.67- 62,00. Keragaan tinggi tanaman tersebut jauh lebih rendah dibanding tinggi tanaman gandum di daerah subtropis, yang menurut Stroke et al., (1971), berkisar antara 90-120 cm. Budiarti (2005), mengelompokkan tanaman gandum ke dalam kategori pendek untuk tanaman dengan kisaran tinggi 53.5-65.2 cm, sedang (65.2-76.9 cm), dan tinggi (>76.9 cm). Rendahnya tinggi tanaman pada semua genotipe disebabkan karena adanya cekaman lingkungan yang
PEMBAHASAN Produksi merupakan produk akhir yang merupakan tolok ukur baik tidaknya suatu varietas yang dibudidayakan, termasuk gandum. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata produksi tertinggi yaitu bobot biji perumpun berturut-turut pada genotipe pembanding yaitu varietas nasional G18 = 3,05 g.rumpun-1, genotipe introduksi dari Cimmyt (G18 = 2,93 g.rumpun-1 ; G5 = 2,41 g.rumpun-1), dan genotipe introduksi dari Slowakia (G16 = 2,84 g.rumpun-1; G12 = 2,84 g.rumpun-1). Pada gandum dataran rendah, cekaman suhu tinggi setelah pembungaan yang disertai dengan ketersediaan air yang kurang diduga mempercepat proses pematangan biji sehingga laju pengisian biji yaitu berkurangnya akumulasi pati yang dihasilkan oleh setiap genotipe. 274
Adaptasi, Genotipe, Gandum, Dataran Rendah
dialami tanaman khususnya cekaman suhu dan penyinaran yang cukup tinggi. Intensitas penyinaran yang tinggi dapat mengganggu kerja hormon pertumbuhan (auksin), sehingga kerja hormon auksin tidak optimal. Keadaan ini mengakibatkan tanaman akan menjadi lebih pendek. Hal ini sesuai pendapat Gardner et al., (1991) yang menyatakan bahwa penyinaran yang kuat akan merusak auksin dan mengurangi tinggi tanaman. Setiap anakan berpotensi menghasilkan satu malai. Jumlah anakan termasuk variabel yang penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap hasil panen. Budiarti et al., (2005), menyatakan bahwa jumlah anakan pertanaman berpengaruh langsung terhadap hasil per tanaman sehingga dapat dijadikan kriteria seleksi untuk mendapatkan genotipe gandum yang berpotensi tinggi. Semakin tinggi jumlah anakan produktif, maka biji yang dihasilkan pun akan semakin meningkat. Akan tetapi variabel ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan yang mutlak, bahwa semua genotipe gandum yang memiliki jumlah anakan tinggi akan menghasilkan panen yang tinggi juga. Hal ini dapat dilihat pada genotipe hasil mutasi yaitu G22 dan G23 menghasilkan jumlah anakan tertinggi, namun anakan yang mampu menghasilkan malai sangat rendah sehingga produksi juga rendah. Hasil pengamatan menunjuk-kan bahwa rata-rata umur berbunga genotipe gandum dipertanaman termasuk genjah, yaitu sekitar 33,67-59,33 hst. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe gandum memiliki kemampuan daya adaptasi yang sama terhadap lingkungan dataran rendah tropis. Penelitian di beberapa daerah lainnya di Indonesia membuktikan bahwa gandum dataran rendah (tropis) dapat berbunga lebih cepat yaitu 35-51 hst dibandingkan dengan gandum dataran tinggi yaitu 55 – 60 hst (Aqil et al., 2011). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata umur panen tanaman gandum di pertanaman 67-84 hst, umur
ISSN 1411-4674
panen tersebut sangat genjah dibandingkan umur tanaman gandum dataran tinggi yaitu 100-120 hst. Perubahan umur panen yang lebih cepat diduga adanya cekaman suhu yang dialami oleh tanaman gandum dataran rendah., Wahyu dkk., (2013), menyatakan bahwa suhu udara yang terlalu tinggi mempengaruhi cepatnya umur panen pada beberapa varietas gandum di daerah elevasi rendah. Pringgohandoko dan Suryawati (2006), menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan tanaman gandum akan menyelesaikan keseluruhan siklus hidupnya lebih cepat dengan memperpendek setiap fase perkembangan tanaman. Panen dilakukan secara bertahap karena bertepatan dengan musim hujan hal dilakukan dengan tujuan untuk mencegah benih berkecambah dalam spiklet dengan melihat tanda masak fisiologis malai yaitu penampilan malai dan batang tanaman mulai menguning. KESIMPULAN DAN SARAN Genotipe yang berpotensi adaptif didataran rendah dengan rata-rata terbaik pada karakter bobot biji perumpun adalah varietas Nias, ASTREB*2/CBRD, SO10, S37-09, dan WAXWING*2.Untuk meningkatkan adaptabilitas masingmasing genotipe, maka sebaiknya dilakukan pada tingkat lapangan pada dataran rendah. DAFTAR PUSTAKA APTINDO. (2013). Overview Industri Tepung Terigu Nasional Indonesia., Jakarta 14 Maret 2013. (online) http://www.aptindo.or.id/pdfs /Overview%20Industri%20Terigu% 20nasional. Diakses 20 November 2013. Aqill M., Marcia B.P., dan Muslimah H. (2011). Inovasi Gandum Adaptif Dataran Rendah. Majalah Sinar Tani Edisi 26 Januari-1 Februari 2011 No.3390 Tahun XLI. Budiarti S.G. (2005), Karakterisasi Beberapa Sifat Kuantitatif Plasma 275
Suriani
ISSN 1411-4674
Nutfah Gandum (Triticum aestivum L.). Buletin Plasma Nutfah 11(2):4954. Dahlan M. (2010). Teknologi Produksi Tanaman Gandum. Balai Penelitian Serealia. (Online) http://agribisnis. deptan.go.id/web/ diperta-ntb artikel /gandum.htm. September 2013. Farid N. (2006). Pertumbuhan dan Produksi Enam Genotipe Tanaman Gandum Pada Dataran Rendah dan Tanah Masam. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Hal:389-396. Gardner E.P., Perce R.B., and Mitcel R.I. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerjemah Herwati Susilo. UI. Press, Jakarta. Maestri E., Klueva N., Perrotta C., Gulli M., Nguyen H.T., and Marmiroli N. (2002). Molecular Genetics of Heat Tolerance And Heat Shock Proteins
In Cereals.Plant Mol. Biol. 48, 667– 681. Porter J.R. (2005). Rising Temperatures are Likely to Reduce Crop Yields. Nature 436:174. Pringgohandoko B., dan Suryawati A. (2006). Pengaruh Cekaman Kekeringan Setelah Antesis Terhadap Hasil Tujuh Genotipe Gandum. Jurnal Agrotropika 11(2): 56:66. Stroke J.E., Johnson V.A., Schimdt J.W., Mattern P.J. (1971). Result of The FirstInternational Winter Wheat Performance Nursery. 1st ed. University of Nebraska Collage of Agriculture. Nebraska. Wahyu Y., Samosir P.A., Budiarti G.S. (2013). Adaptabilitas Genotipe Gandum Introduksi di Dataran Rendah. Bul. Agrohorti 1(1): 1-6. Wibowo. (2009). Gandumpun Bisa Tumbuh di Indonesia. http://www. agroinonesia.co.id. [10 Desember 2013].
276