J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.14 No.3 : 277 – 284
ISSN 1411-4674
SKENARIO PENGGUNAAN LAHAN UNTUK MEREDUKSI EROSI BERBASIS FUZZY MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING DI DAS JENEBERANG Land Use Scenario’s to Reduce Erosion Based on Fuzzy Multi Attribute Decision Making in Das Jeneberang Mardaeni, Ahmad Munir, Daniel Useng Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK Wilayah DAS Jeneberang Hulu merupakan bagian dari (sub) DAS Jeneberang yang termasuk prioritas penanganan konservasi Selain itu, DAS Jeneberang Hulu juga berperan sebagai pengendali sedimentasi dan banjir bagi daerah hilir DAS. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menanggulangi erosi di DAS Jeneberang (2) Mengurangi pengendapan sedimentasi pada waduk Bili-Bili, (3) Menunjang langkah konservasi lahan, memperlambat laju erosi dan mengurangi sedimentasi selama kegiatan konservasi lahan berjalan.Penelitian ini dilaksanakan di kawasan kebun campuran DAS Jeneberang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei lapangan dengan mewawancarai petani sebagai responden. Pengambilan sampel dilakukan secara acak yang mewakili lokasi penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan Fuzzy Multi Attribute Decision Making. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dan software ArcView. Software tersebut digunakan untuk keperluan digitasi dan analisis peta secara komputasi dan overlay peta untuk menetapkan unit lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki tingkat kesadaran dan kemampuan yang rendah dalam penerapan teknologi konservasi tanah. Konsep kebijakan yang ditemukan pada penelitian ini untuk meminimalkan laju erosi pada DAS, dan sedimentasi pada waduk adalah terasering dan sistem rotasi tanaman. Rencana tindak yang dapat mendukung penerapan teknik konservasi lahan adalah peningkatan sumberdaya manusia, peningkatan kemampuan pengetahuan/teknologi, penjaminan ketersediaan bahan untuk konservasi, penyesuaian budaya, dan dukungan lembaga sedangkan faktor penghambat ketersediaan biaya Kata Kunci: DAS Jeneberang, Erosi, Sedimentasi ABSTRACT Hulu Jeneberang basin is part of the (sub) watershed Jeneberang which include conservation treatment priorities addition, DAS Jeneberang Hulu also act as sedimentation and flood control for downstream watershed. The study aims to 1) handle erosion in the watershed of Jeneberang river; 2) reduce deposition in Bili-Bili Dam;, and 3) Support land conservation effort, slow down erosion rate, and reduce sedimentation during the process of land conservation. The study was conducted in the mixed farm of Jeneberang watershed. It is a field survey involving interviews with the farmers. The sample was selected randomly representing the research location. The data were analysed with Fuzzy Multi Attribute Decision Making. The data were processed using Geographical Information System (GIS) and to digitize and analyse the computational map to determine land unit, Arcview software is used. The study indicates that most farmers have a low awareness and insufficient ability level ti practice land conservation technology. Policy concept found in the study is to minimize the erosion rate in the watershed area, and sedimentation in the reservoir is terracing and crop rotation system. Action plan to support is the improvement of the skills of the farmers, ensuring the availability of materials for conservation, improvement of technological capability, and cultural appropriateness. Keywords: DAS Jeneberang, Erosion, Sedimentation
277
Mardaeni
ISSN 1411-4674
Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang diteliti dalam studi ini adalah bagaimana cara mengendalikan erosi di DAS Jeneberang dan sedimentasi di Waduk Bili-Bili yang berfokus pada kebun campuran. Penelitian ini bertujuan untuk, mendapatkan model geospasial dalam hal penggunaan lahan optimal upaya mengurangi laju erosi di Sub Das Jeneberang dan sedimentasi di Waduk Bili-Bili.
PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yaitu tempat tertinggi (punggung bukit) sehingga air hujan yang jatuh di dalamnya akan selalu menuju tempat hilirnya (bagian yang lebih rendah). Wilayah DAS meliputi bagian hulu sampai hilir sungai, dan dapat berupa wilayah pemukiman, wilayah lindung, wilayah budidaya, dan lain-lain. Wilayah DAS Jeneberang Hulu merupakan bagian dari (sub) DAS Jeneberang yang termasuk prioritas penanganan konservasi tanah. Selain itu, DAS Jeneberang Hulu juga berperan sebagai pengendali sedimentasi dan banjir bagi daerah hilir DAS. Daerah Aliran Sungai Jeneberang dalam perkembangannya telah mengalami kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh berubahnya tata guna lahan. Perubahan tata guna lahan ini diakibatkan oleh adanya kerusakan vegetasi. Kerusakan vegetasi, baik kerusakan semak belukar maupun vegetasi penutup yang disebabkan oleh alam maupun manusia, menyebabkan luas semak belukar dan vegetasi menjadi semakin berkurang. Penelitian tentang erosi dan sedimentasi di DAS Jeneberang telah dilakukan oleh Asrib et al., (2011), volume sedimentasi yang tertampung di Waduk Bili-Bili secara kumulatif adalah sebesar 8.376.000m3 pada tahun 2001. Lima tahun setelah kejadian longsor Kaldera pada tahun 2008 volume sedimen telah mencapai 60.959.000m3. Nuraeni et al., (2013) menyatakan bahwa penerapan konservasi pada lahan usahatani sayuran di Hulu DAS Jeneberang masih rendah, konservasi yang dilakukan pun cenderung masih sederhana dan belum sesuai dengan teknik konservasi.
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Campuran Sub DAS Jeneberang, Kecamatan Tinggimoncong, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Populasi dan Sampel Penelitian ini melakukan wawancara terhadap kalangan aparat pemerintah yang terkait DAS, pakar pengelolaan DAS termasuk dosen yang paham akan pengelolaan DAS, dan masyarakat perumahan serta petani. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup kriteria penerapan konservasi dan alternatif kebijakan teknik konservasi yang ditawarkan kepada responden, adapun kriteria mencakup 5 kriteria yaitu: 1) Ketersediaan bahan untuk konservasi; 2) Kesiapan sumberdaya manusia; 3) Kemampuan pengetahuan; 4) Dukungan kelembagaan; 5) Kesesuaian adat dan budaya. Sedangkan alternatif kebijakan yang akan ditawarkan kepada responden, yaitu: 1) Jenis usaha tani yang dimiliki; 2) Teknik konservasi/pengawetan tanah yang paling disukai; 3) Pemberian mulsa alami; 4) Pemberian mulsa sintetik (plastik); 5) Strip cropping; 6) Sistem rotasi tanaman; 7) Penggunaan tanaman penutup; 8) Penanaman dan pengolahan 278
DAS Jeneberang, Erosi, Sedimentasi
ISSN 1411-4674
tanah menurut kontur; 9) penerapan terasering; 10) Penerapan agroforestry; 11) Penanaman tanaman pohon; dan 12) Penghijauan. Sedangkan data sekunder yang relevan dengan tujuan penelitian diambil dari berbagai sumber, seperti buku referensi, internet, dan buku atau informasi dari instansi terkait. Data ini diperoleh melalui survei, wawancara dengan masyarakat setempat dan dinasdinas yang terkait, serta diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion). Sedangkan data sekunder terdiri atas, 1) Tekstur tanah dan struktur tanah; 2) Panjang dan kemiringan lereng; 3) Penggunaan lahan (land use) dan jenis vegetasi penutup lahan; 4) Peta tingkat kemiringan lereng; 5) Peta penggunaan lahan; 6) Peta jenis tanah; 7) Data curah hujan
Pemberian mulsa sintetik (8,33%); 3) Strip Cropping (4,17%); 4) Sistem rotasi tanaman (27,78%); 5) Penggunaan tanaman penutup (0,00%); 6) Penanaman dan pengolahan tanah menurut kontur (20,83%); 7) Terasering (36,11%); 8) Agroforestry (0,00%); 9) Penanaman pohon buah-buahan (1,39%); 10) Penghijauan (0,00%). Berikut disajikan (Tabel 2) yang memuat gabungan pendapat para responden mengenai teknik konservasi yang ditawarkan Penurunan Erosi dan Sedimentasi Erosi yang terjadi pada Sub DAS Jeneberang untuk wilayah kebun campuran seluas 11.806 Ha menghasilkan total erosi sebesar 6.134.823,996 ton/tahun dengan jumlah rata-rata 519,6 ton/ha/tahun, dan menghasilkan kontribusi sedimentasi sebesar 239.414,99 m3/tahun atau 20.273 m3/km2/tahun. Penurunan laju erosi dan sedimentasi setelah penerapan kebijakan sistem rotasi tanaman dan terasering adalah erosi sebesar 970.437,423 ton/thn kotribusi sedimentasi sebesar 37.871,871 m3/thn, terjadi penurunan erosi sebesar 5.164.386,57 ton/thn dan sedimentasi 201.543,57 m3/thn (Gambar 1 dan Gambar 2).
Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah Qualitatif-Descriptif Analisis dan Quantitatif- Descriptif Analisis serta analisis tabulasi. HASIL Jenis Usaha Tani Hasil studi menunjukkan bahwa petani yang memiliki usaha tani sayuran (78,38%), perkebunan (16,22%) dan tanaman pangan (5,41%). Gabungan pendapat responden selengkapnya disajikan pada (Tabel 1).
Analisis Keputusan Pengelolaan Lahan Hasil analisis FMADM dengan menggunakan metode weighted product dan AHP, diperoleh angka maksimal 0,713 yang terdapat pada alternatif sistem rotasi tanaman dan penerapan terrasering (Tabel 3).
Teknik Konservasi/Pengawetan Tanah Hasil studi menunjukkan bahwa 1) Pemberian mulsa alami (1,39%); 2)
Tabel 1. Jenis usaha tani yang dimiliki responden Pendapat a. Sayuran b. Tanaman Pangan c. Perkebunan Total
Persentase (%) 78,38 5,41 16,22 100.00
Sumber : Hasil Analisis FMADM, WP, 2014.
279
Bobot 0,78 0,05 0,16 1.00
Mardaeni
ISSN 1411-4674
Tabel 2.Teknik konservasi yang ditawarkan respoden Pendapat
Persentase Bobot (%)
Bobot
a. Pemberian mulsa alami
1,39
0,01
b. Pemberian mulsa sintetik
8,33
0,08
c. Strip cropping
4,17
0,04
d. Sistem rotasi tanaman
27,78
0,28
e. Penggunaan tanaman penutup
0,00
0,00
f. Penanaman dan pengolahan tanah menurut kontur
20,83
0,21
g. Terasering
36,11
0,36
h. Agroforestry
0,00
0,00
i. Penanaman pohon buah-buahan
1,39
0,01
j. Penghijauan
0,00
0,00
100,00
1,00
Total Sumber : Hasil Analisis FMADM, WP, 2014
Tabel 3. Analisis penentuan kebijakan konservasi lahan Kriteria Alternatif
Bobot Akhir (Nilai Min.)
Ket. Bahan
Kesiapan Petani
Kemampuan Teknologi
Dukungan Lembaga
Kesiapan Budaya
Ket. Biaya
Lainnya
Pemberian mulsa alami
0,781
0,770
0,728
0,625
0,729
0,759
0,823
0,625
Pemberian mulsa sintetik
0,469
0,815
0,766
0,813
0,000
0,886
0,826
0,000
Strip cropping
0,680
0,813
0,673
0,820
0,000
0,836
0,824
0,000
Sistem rotasi tanaman
0,653
0,766
0,713
0,757
0,787
0,891
0,000
0,653
0,783
0,745
0,666
0,759
0,000
0,832
0,878
0,000
0,666
0,769
0,767
0,741
0,841
0,000
0,840
0,000
Terrasering
0,758
0,715
0,713
0,767
0,828
0,810
0,000
0,713
Agroforestry
0,586
0,800
0,761
0,812
0,678
0,862
0,820
0,586
Penanaman pohon
0,627
0,770
0,812
0,819
0,676
0,812
0,000
0,627
Penghijauan
0,660
0,696
0,698
0,906
0,720
0,788
0,000
0,660
Penggunaan tanaman penutup Penanaman/pengolahan tanah menurut kontur
Bobot Akhir (Nilai Max.) Sumber : Hasil Analisis FMADM, WP, 2014
280
0,713
DAS Jeneberang, Erosi, Sedimentasi
ISSN 1411-4674
Gambar1 . Peta Tingkat Bahaya Erosi Kebun Campuran DAS Jeneberang
Gambar2. Peta Penurunan Tingkat Bahaya Erosi Setelah Pen
281
Mardaeni
ISSN 1411-4674
bervegetasi kacang tanah mampu mengendalikan laju erosi sebesar 5.46ton/ha/bulan, sekitar 8,33% dari laju erosi pada lahan gundul tanpa teras. Penerapan teknik konservasi terasering dimanfaatkan petani untuk memotong panjang lereng (Arsyad, 2010). Penerapan teras bangku berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan serta memungkinkan penyerapan air oleh tanah, dengan demikian erosi akan berkurang. Sedangkan pengelolaan tanaman dengan rotasi tanaman dimanfaatkan untuk mengendalikan perkembangbiakan hama dan penyakit, meningkatkan hasil tanaman, mengendalikan kerusakan tanah dan mengurangi laju erosi. Tjokrowardojo et al., (2011) Sistem rotasi tanaman sepanjang tahun, selain mampu mengurangi laju erosi tanah juga memberikan keuntungan berupa kelebihan hasil panen dibandingkan dengan penyiapan lahan tanpa olah tanah. Adnan (2011) menyatakan bahwa rotasi tanaman dapat mengurangi populasi hama dan bakteri. Sedangkan Arsyad (2004) menuliskan beberapa hasil penelitian dalam jurnalnya yang menunjukkan bahwa penanaman yang intensif dengan pola rotasi dan sistem olah tanah konservasi dapat mengendalikan kerusakan tanah. Sistem tersebut sekaligus dapat mengendalikan erosi dan meningkatkan hasil. Teknologi pengelolaan lahan pertanian telah disosialisakan oleh berbagai pihak, baik dari pemerintah melalui jalur penyuluhan/pembinaan kelompok tani ataupun dari pihak peneliti yang melakukan studi dilahan tersebut, beberapa jenis teknologi yang sering ditawarkan dan disosialisasikan adalah teknologi konservasi tanah, peningkatan kesuburan tanah, pengelolaan bahan organik tanah, dan pengelolaan air. Namun, sebagian besar petani belum mampu menerapkan dengan baik sistem teknologi konservasi tersebut dan
PEMBAHASAN Penelitian ini menenemukan kebijakan penggunaan lahan yang optimal digunakan untuk mereduksi laju erosi pada Sub DAS Jeneberang dan sedimentasi pada Waduk Bili-Bili yaitu pengelolaan tanaman dengan menerapkan sistem rotasi tanaman dan penerapan konservasi terasering. Pertanian merupakan sektor utama dan menjadi potensi di Kabupaten Gowa. Bercocok tanam dan bertani adalah dua mata pencaharian utama yang mendukung keberlangsungan hidup penduduk di Kabupaten Gowa. Kecamatan Tinggimoncong berada di dataran tinggi hulu DAS Jeneberang. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah kentang, wortel, kol, kubis, sawi, daun bawang, dan buncis, tanaman pangan yaitu jagung, sedangkan tanaman perkebunan yang dibudidayakan yaitu buah strawberry, dan kopi. Saida et al., (2011) menyatakan bahwa Kecamatan Tinggimoncong merupakan penghasil buah-buahan dan sayur mayur. Buah-buahan yang banyak dibudidayakan yaitu rambutan, mangga dan pisang sedangkan sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah kentang, wortel, kol, kubis, sawi, daun bawang, dan buncis. Pengembangan usaha sayuran banyak ditekuni oleh petani karena sebagian besar lahan yang mereka tempati sangat cocok dengan pengembangan usaha sayuran. Adapun perkebunan seperti kopi, strawberry dan tanaman pangan seperti jagung dibudidayakan disela-sela pohon pinus. Teknik konservasi yang dominan disukai oleh petani adalah terasering dan sistem rotasi tanaman. Kebijakan yang terpilih untuk diterapkan pada lahan untuk mengurangi erosi dan sedimentasi adalah sistem rotasi tanaman dan penerapan terasering. Jurnal Mawardi (2011), menuliskan bahwa peranan teras akan lebih nampak untuk lahan yang lebih miring dari 10% dan keberadaan bangunan teras kredit pada lahan 282
DAS Jeneberang, Erosi, Sedimentasi
ISSN 1411-4674
sebagian besar petani masih menerapkan sistem pengelolaan lahan yang turun temurun, sehingga perlu diseleksi teknologi yang tepat guna sesuai dengan kondisi lahan berdasar karakteristik lahan dan petani, serta mampu mengurangi laju erosi yang terjadi dilahan dan pengendapan sedimentasi di Waduk BiliBili. Berdasarkan hasil penelitian Saida et al., (2011), dalam penerapan teknologi koservasi lahan hal-hal yang berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem usahatani meliputi tingkat erosi yang terjadi, kondisi penutupan lahan, tingkat kemiringan lereng, produktivitas tanaman hortikultura, pengelolaan lahan, komoditas unggulan, intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan, intensitas pertemuan kelompok tani, teknik penggunaan mulsa dan teknologi konservasi tanah dan air. Abdurachman et al., (2008), menyatakan bahwa penerapan konservasi lahan terlebih dulu mengetahui karaktersitik lahan dan kondisi petani agar teknologi konservasi yang terpilih betul-betul efektif dan dapat diadopsi oleh petani setempat Jumlah erosi total dan sedimentasi total pada kebun campuran mengalami penurunan erosi dan sedimentasi dengan menerapkan sistem pengolahan tanaman berupa sistem rotasi tanaman dan penerapan konservasi pada lahan berupa terasering. penanggulangan bahaya erosi dan sedimentasi bertujuan untuk mengawetkan lahan agar dapat digunakan oleh generasi berikutnya. Menurut Kartasapoetra (2005) pendayagunaan tanah tidak hanya untuk sementara tetapi akan menjadi warisan generasi-generasi yang akan datang. Besarnya tingkat bahaya erosi pada DAS Jeneberang berdampak besar terhadap daya tampung Waduk Bili-Bili. Informasi dari BPDAS Jeneberang (2010) bahwa jumlah erosi yang tertampung di bendungan setiap tahun mencapai 30 ton/ha. Sementara daya tampungnya hanya 18ton/ha. Kondisi ini dapat mempengaruhi daya
tahan bendungan. Berdasarkan hasil penelitian Munir dan Abdullah (2004), Daerah Aliran Sungai Jeneberang di Sulawesi Selatan, terjadi laju erosi sebesar 170ton/ha/tahun, yang menghasilkan sedimentasi 2.121m-3km-2/thn. Laju sedimentasi ini telah mengakibatkan pemendekan umur fungsi waduk bili-bili pada hilir DAS Jeneberang dari rencana 50tahun menjadi hanya 15tahun. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan nilai keanggotaan membership function yang ditemukan pada penelitian ini, maka konsep kebijakan penggunaan lahan untuk meminimalkan laju erosi pada DAS, dan sedimentasi pada waduk adalah terasering kontruksi tradisional (0.713) dan sistem rotasi tanaman (0.713). Rencana tindak yang dapat mendukung penerapan teknik konservasi lahan adalah peningkatan sumberdaya manusia, peningkatan kemampuan pengetahuan/ teknologi, penjaminan ketersediaan bahan untuk konservasi, penyesuaian budaya, dan dukungan lembaga sedangkan faktor penghambat ketersediaan biaya. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan, berupa penerapan kebijakan konservasi yang telah terpilih, yaitu penerapan terasering dengan kontruksi tradisional dan pengolahan tanaman dengan sistem rotasi tanaman (pergiliran tanaman setiap musim tanam), untuk mereduksi erosi dan sedimentasi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orangtua Ayahanda H. Masnur Dg. Malinrang dan Ibunda Hj. Nurjihan, yang telah banyak memberikan nasehat untuk terus berusaha dan do’a yang tiada henti dari beliau, serta kepada Prof. Dr. Ir. Ahmad Munir, M.Eng sebagai Ketua Komisi Penasihat dan Dr. Ir. Daniel Useng, M.Eng.Sc sebagai Anggota Komisi Penasihat atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap permasalahan penelitian ini, pelaksanaan 283
Mardaeni
ISSN 1411-4674
penelitiannya sampai dengan penulis tesis ini dan yang terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para sahabat, yang namanya tidak tercantum tetapi telah banyak membantu penulis.
Mawardi. (2011). Peranan Teras Kredit Sebagai Pengendali Laju Erosi Pada Lahan Bervegetasi Kacang Tanah, Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang, Teknis vol. 6 no.3 Desember 2011 : 105 -113. Munir, A., and Muh., N., Abdullah. (2004). Development of an interactive embeddable Geographic Information System (E-GIS) program for soil erosion prediction. XXIII. IUGG-Seminar, Sapporo Japan. IAHS Red Book, No. 2762003 UK. Nuraeni, Sugiyanto, Zaenal. (2013). Usahatani Konservasi Di Hulu Das Jeneberang (Studi Kasus Petani Sayuran Di Hulu DAS Jeneberang Sulawesi Selatan). Jurnal: Manusia dan Lingkungan Vol. 20, No. 2., Juli 2013:173-183. Saida, S. Sabiham, S. H. Sutjahjo, dan Widiatmaka. (2011). Analisis Keberlanjutan Usahatani Tanaman Hortikultura Buah-Buahan Pada Lahan Berlereng Di Hulu DAS Jeneberang. Jurnal Ilmiah Bertani Volume VI Edisi 2 Mei 2011. ISSN. No. 1907-6894. Kantor Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah IX Sulawesi. Tjokrowardojo, Sudiman, Agus dan Arifin, Muhammad. (2011). Penerapan Teknologi Olah Tanah Konservasi dalam Usahatani di Lahan Marjinal. Balai penelitian tanaman obat dan aromatik. Balai besar penelitian dan pengembangan bioteknologi dan sumberdaya genetika pertanian. Bogor. Available from: http://muhammadarifind rprof.blogspot.com/2011/01/penerap an-teknologi-olah-tanah_08.html Diakses 21 Agustus 2013.
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. (2008). Strategi dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang Pertanian. Diakses 08 Mei 2014. http://pustaka.litbang.deptan.go.id. Adnan, A.M. (2011). Nematoda Parasit Pada Tanaman Gandum: Suatu Kajian Bioekologi. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Seminar nasional serealia. Diakses, 14 Mei 2014. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id Arsyad, Sitanala. (2010). Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor Arsyad, A. R. (2004). Pengaruh Olah Tanah Konservasi Dan Pola Tanam Terhadap Sifat Fisika Tanah Ultisol Dan Hasil Jagung [The Effect Of Conservation Tillage And Cropping System On Physical Soil Properties And Maize Yield]. Jurnal Agronomi 8(2): 111-116. Asrib, et., al. (2011). Dampak Longsor Kaldera Terhadap Tingkat Sedimentasi di Waduk Bili-Bili Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Hidrolitan. Vol. 2:3:135-146,2011. ISSN 20864825. BPDAS Jeneberang Walanae. (2010). Review Karakteristik DAS Jeneberang tahun 2010. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jeneberang Walanae. Makassar. Kartasapoetra. (2005). Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
284