J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.14 No.3 : 241 – 251
ISSN 1411-4674
PEMETAAN POLA PERGERAKAN IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN Mapping Movement Pattern of Skipjack Tuna (Katsuwonus Pelamis) in the Bone Bay, South Sulawesi Nur Indah Rezkyanti1, Mukti Zainuddin2, Safruddin2 1
Program Studi Ilmu Perikanan, Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin 2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK
Ikan cakalang merupakan target utama bagi sebagian besar kegiatan penangkapan di Teluk Bone dimana distribusi dan kelimpahan ikan ini sangat dipengaruhi oleh variasi kondisi oseanografis. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor oseanografi dengan hasil tangkapan, melihat pola migrasi ikan cakalang, dan mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap pola pergerakan ikan cakalang pada periode September 2013–Mei 2014. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Bone dengan menggunakan metode analisis Generalized Additive Model (GAM) dan regresi non linear Cobb-Douglas serta teknik sistem informasi geografis. Pola pergerakan cakalang dianalisis dengan pusat gravitasi daerah prediksi potensial penangkapan, dan perubahan iklim dianalisis dengan melihat anomali SPL selama sepuluh tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan daerah potensial penangkapan ikan cakalang diindikasikan SPL 29,0–30,5°C dan densitas klorofil-a 0,15– 0,20 mg.m-3. Model prediksi menunjukkan bahwa tingkat produktifitas daerah potensial penangkapan ikan cakalang tertinggi pada bulan November. Pola pergerakan ikan cakalang paling produktif berada pada sebelah barat perairan Teluk Bone (Luwu, Wajo dan Bone), sebagian berada sebelah selatan dan sebelah timur perairan Teluk Bone dengan hasil tangkapan rata-rata 204 - 218 ekor/trip. Pola pergerakan ikan terhadap perubahan iklim selama sembilan bulan memperlihatkan bahwa cakalang cenderung berasosiasi dengan anomali suhu yang positif dari suhu rata-rata sepuluh tahun terakhir. Kata Kunci: Faktor Oseanografi, Pola Pergerakan, Anomali, Teluk Bone ABSTRACT Skipjack Tuna is the main target for commercial pole and line fishery in the Gulf of Bone in which their distribution and abundance is strongly influenced by dynamics of oceanographic conditions. The study aims to analyze (1) the relationship of skipjack and oceanographyc factors, (2) skipjack tuna migration patterns, and (3) the effect of climate change on skipjack tuna movement pattern during the period September 2013 - May 2014. This study was conducted in Bone gulf waters by using Generalized Additive Models (GAM) analysis method and the non-linear regression CobbDouglas and geographic information system techniques, movement pattern of skipjack were analyzed by the movement of gravity center of potential fishing zone prediction, and climate change was analyzed by looking at anomalies SST over the last ten years. The results show the potential region of skipjack fishing is indicated with SST from 29.0 to 30.5°C and the density of chlorophyll-a from 0.15 to 0.20 mg.m-3. Predictions model indicates that the highest level of potentially regional productivity of skipjack fishing is in November. Skipjack movement patterns most productive is on the western Gulf of Bone waters (Luwu, Wajo and Bone), partially located southern and eastern the gulf of Bone waters with average catches 204-218 fish/day fishing. Skipjack movement patterns to climate change during the nine months showed that the skipjack may associate with positive SST anomaly temperatures than the average temperature of the last ten years. Keywords: Oceanographyc Factors, Movement Pattern, Anomaly, Bone Bay
241
Nur Indah Rezkyanti
ISSN 1411-4674
klorofil juga memiliki efek langsung atau tidak langsung dalam distribusi dari predator puncak (Andrade, 2003 dalam Mugo et al., 2010). Zainuddin et al (2008) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa konsentrasi klorofil adalah indikator yang baik untuk habitat tuna albacore. Oleh karena itu, penelitian ini akan memfokuskan pada penentuan pola pergerakan ikan cakalang berdasarkan respon terhadap kondisi lingkungan dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan metode statistik Generalized Additive Models (GAM) dan analisis model fungsi Cobb-douglas. Hasil analisis dengan teknik statistik mutakhir (GAM) dan regresi non-linear Cobb Douglas terhadap data survei lapangan dan citra satelit kemudian dapat dimasukkan divisualisasikan dengan sistematis dan detail dalam bentuk peta thematik yang dibangun dengan teknik Sistem Informasi Geografis (SIG). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola pergerakan ikan cakalang terhadap faktor oseanografi dan pengaruh perubahan iklim pada musim Peralihan dan musim Barat di perairan Teluk Bone (periode September 2013– Mei 2014).
PENDAHULUAN Teluk Bone merupakan wilayah perairan yang cukup potensil di perairan Timur Indonesia, dimana di perairan ini nelayan melakukan penangkapan dengan berbagai macam alat tangkap (Mallawa dkk., 2010). Wilayah laut Teluk Bone merupakan perairan yang tertutup dibanding dengan Perairan Laut Selat Makassar dan Laut Flores (Zainuddin et al., 2013). Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan sumberdaya ikan pelagis besar yang potensial menjadi target penangkapan oleh nelayan lokal di Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Distribusi dan migrasi species ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi seperti distribusi suhu dan kepadatan klorofil-a (Zainuddin dan Jamal, 2009; Zainuddin, 2013). Laevastu and Hayes, 1981 dalam Indahyani (2013), menyatakan bahwa jenis ikan ini hidup dilapisan permukaan sama halnya dengan tuna madidihang sehingga sangat mudah ditangkap dengan menggunakan pole and line. Nakamura, 1969 dalam Humston et al (2000) menjelaskan dua jenis pergerakan migrasi untuk tuna: satu ia dianggap pasif, yaitu, pergerakan dalam habitat dalam menanggapi kondisi abiotik atau biotik lingkungan, dan yang lainnya, gerakan aktif atau pergerakan langsung ikan antara habitat mengikuti perubahan ontogenetic dalam kebutuhan biologis. Perilaku migrasi terakhir ini sering termotivasi oleh kebutuhan untuk makan dan reproduksi. Ikan cakalang melakukan migrasi karena adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan arus, usaha mencari daerah perairan yang mengandung bahan makan yang cukup, usaha mencari daerah pemijahan (Nikolsky, 1963 dalam Simbolon, 2009). Dalam beberapa penelitian, suhu merupakan variabel lingkungan utama untuk menjelaskan kelimpahan dan distribusi ikan cakalang, walaupun suhu penting, faktor lain seperti konsentrasi
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Mei 2014 di di wilayah perairan Teluk Bone dengan basis penangkapan (fishing base) di Desa Murante, Kecamatan Suli Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu: kapal pole and line, perangkat lunak Envi 4.7, perangkat lunak ArcGis 10, perangkat lunak R, perangkat lunak SPSS 16.0, termometer digital, Hand-refractometer, Global Position System (GPS), Kamera digital dan alat tulis.
242
Faktor Oseanografi, Pola Pergerakan, Anomali, Teluk Bone
ISSN 1411-4674
Hasil overlay yang berupa nilai parameter oseanografi dianalisis lebih lanjut dengan metode GAM. Pembentukan model GAM dilakukan dengan menggunakan pustaka mgcv yang terdapat dalam program R. Sebagai variabel Y adalah hasil tangkapan ikan cakalang, sedangkan sebagai variabel X adalah variabel-variabel oseanografi yang telah terseleksi dalam proses eksplorasi data. Model GAM disusun berdasarkan kombinasi antara variabel-variabel X (Wibawa et al., 2012). Kemudian untuk menyatakan hubungan variabel tak bebas: hasil tangkapan ikan cakalang (Y) terhadap hasil pengukuran variabel bebas: suhu (X1), dan klorofil-a (X2), maka digunakan analisis cobb-douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma. Apabila hasil analisis regresi menunjukkan hubungan antara hasil tangkapan dengan SPL dan klorofil-a (berpengaruh nyata), maka dilakukan pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan dengan menggunakan data satelit dengan memasukkan peta digital Pulau Sulawesi, Melakukan suatu topologi berupa data parameter oseanografi seperti SPL dan klorofil-a serta hasil tangkapan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10. Kedua asumsi tersebut mengindikasikan bahwa pendugaan atribut data dapat dilakukan berdasarkan lokasilokasi di sekitarnya dan nilai pada titiktitik yang berdekatan akan lebih mirip dari pada nilai pada titik-titik yang terpisah lebih jauh (Prasasti dkk., 2005). Pergerakan ikan diidentifikasi dengan menggunakan pergerakan pusat gravitasi daerah penangkapan ikan. Untuk menentukan model pergerakan ikan pada tiap-tiap posisi (x dan y) dari ikan pada jangka waktu tertentu digunakan persamaan sebagai berikut (Lehodey et al., 1997):
Pengumpulan Data Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder (data lapangan yang dikombinasikan dengan data citra satelit Terra/Modis yang diperoleh dari situs resmin NASA (http://oceancolor.gsfc. nasa.gov/) dan hasil tangkapan lapangan. Penentuan titik koordinat pada daerah dimana dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan GPS (Global Position System). Suhu permukaan laut diukur secara langsung dengan menggunakan thermometer, pengukuran kandungan klorofil-a dengan mengambil sampel air laut ke dalam botol sampel dengan volume 1.500 ml yang telah dtutupi lakban hitam kemudian disimpan ke dalam coolbox agar sampel air tidak terkena cahaya matahari sehingga metabolisme klorofil-a dapat terhenti. Dan data hasil tangkapan meliputi total hasil tangkapan (ekor) pada setiap pengoperasian dimana hasil tangkapan dikumpulkan di satu tempat kemudian dilakukan penjumlahan dengan satuan ekor. Data citra SPL diperoleh dari satelit Terra MODIS dan data Klorofil-a diperoleh dari satelit Aqua MODIS dengan resolusi 4 km x 4 km (pixel) yaitu data bulanan antara bulan September 2013– Mei 2014. Analisis Data Data Citra Satelit Terra MODIS Sea Surface Temperature (11μ daytime) yang dianalisis merupakan data pada musim Barat (Desember-Februari), musim peralihan dari Barat ke Timur (Maret–Mei) dan dari Timur ke Barat (September– Nopember) tahun 2004–2014 untuk melihat anomali suhu permukaan laut. Data Citra Satelit Aqua MODIS Chlorophyll concentration untuk sebaran Klorofil-a yang dianalisis merupakan data pada musim Barat (DesemberFebruari), musim peralihan dari Barat ke Timur (Maret–Mei) dan dari Timur ke Barat (September–Nopember) tahun 2013–2014.
Σlong (C/F) Gx = Σ (C/F)
243
Σlat (C/F) dan
Gy = Σ (C/F)
Nur Indah Rezkyanti
ISSN 1411-4674
Dimana X dan Y merupakan posisi ikan dalam derajat pada garis bujur dan garis lintang; dan C/F adalah hasil tangkapan (ekor). Pola pergerakan ikan yang terbentuk berdasarkan rumus pusat gravitasi kemudian diplot ke peta untuk mendapatkan pola pergerakan ikan cakalang selama penelitian. Untuk menganalisis kecenderungan antar-tahunan, anomali SPL bulanan dan hasil tangkapan dihitung untuk setiap tahun (Andrade dan Garcia, 1999):
Analisis Statistik Generalized Additive Model (GAM) Hasil tersebut didukung oleh prediksi GAM. Dalam hasil studi ini juga diketahui bahwa SPL memiliki pengaruh nyata (P < 0,1; R2= 0,8) terhadap distribusi ikan cakalang pada kisaran 29,0 – 30,5 oC dan interval konsentrasi klorofil-a 0,15 – 0, 20 mg.m-3 (Gambar 1). Analisis Regresi Non Linear CobbDouglass Hasil penelitian menunjukkan nilai significant diperoleh adalah 4,654 x 10 -8 memperlihatkan bahwa nilai tersebut 4,654 x 10 -8 < 0.005 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua faktor atau parameter tersebut berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan cakalang pada musim barat dan peralihan, pernyataan diterima. Untuk persamaan regresinya, dapat kita lihat dari nilai coefficient, sehingga:
δi,j = ṫ i,j - ṫ i Dimana: δi,j adalah anomali dari variabel (SPL dan hasil tangkapan) pada bulan i dan tahun j; ṫi,j merupakan mean dari variabel pada bulan i dan tahun j; dan ṫi adalah rata-rata bulanan variabel untuk semua tahun. HASIL Hubungan Parameter Oseanografi dengan Hasil Tangkapan Dalam 9 (sembilan) bulan pengambilan data dari bulan September 2013 sampai bulan Mei 2014, ada 119 posisi fishing ground (FG) dengan total hasil tangkapan sebanyak 12.193 ekor. Pada penelitian ini, jumlah posisi FG tidak merata untuk setiap bulannya karena keterbatasan dalam pengambilan data lapangan, posisi terbanyak pada bulan September sebanyak 30 posisi FG dan terendah berada pada bulan Nopember sebanyak 6 posisi FG. Hasil tangkapan terbanyak untuk setiap trip didapatkan pada bulan September yakni sekitar 700 ekor dan terendah pada bulan Mei sebanyak 3 ekor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan cakalang cenderung menempati ruang yang pada nilai SPL 29°C dan terkonsentrasi pada SPL 30°C. Dalam hubungannya dengan konsentrasi klorofil-a, daerah potential penangkapan cakalang berada pada tingkat klorofil-a sekitar 0,15 - 0,20 mg.m-3.
Y = -8,816 + 7,425X1 + 0,333X2 Aplikasi SIG untuk Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Hasil penelitian menunjukkan hasil tangkapan pada bulan September yaitu 4.176 ekor diperoleh dari konsentrasi klorofil 0,1622-0,3337 mg/m3 (Gambar 3), dengan hasil tangkapan tertinggi berada pada suhu 29,1418oC dengan jumlah hasil tangkapan 700 ekor. Selain itu, ada juga yang tertangkap pada kisaran suhu 29,1518-29,5254oC (Gambar 2). Pada bulan Oktober, hasil tangkapan tertinggi berada pada SPL dikisaran 30,4961oC dan pada kisaran konsentrasi klorofil 0,1639 mg/m3, dan terendah berada pada SPL 30,5062oC. Hasil tangkapan pada bulan Nopember pada berkisar antara 9-203 ekor yang rata-rata tertangkap pada suhu kisaran 30,434030,9525oC dan pada konsentrasi klorofil 0,2360-0,2327 mg/m3.
244
100
Linear predictor
-300
-100 0
400 200 0 -400 -200
Linear predictor
ISSN 1411-4674
300
Faktor Oseanografi, Pola Pergerakan, Anomali, Teluk Bone
28.5
29.0
29.5
30.0
30.5
31.0
0.2
Suhu permukaan laut (oC)
0.3
(a) Gambar 1.
0.4
0.5
Klorofil-a (mg/m3)
(b)
Pengaruh suhu permukaan laut (SPL) terhadap distribusi ikan cakalang (a); Pengaruh konsentrasi klorofil-a permukaan terhadap distribusi ikan cakalang (b); Warna arsiran abu-abu (Gray-shaded area) menunjukkan batas tingkat kepercayaan 95%.
9
10
11
12
1
2
3
4
5
Gambar 2. Sebaran Suhu Permukaan Laut
245
Nur Indah Rezkyanti
ISSN 1411-4674
9
10
11
12
1
2
3
4
5
Gambar 3. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a
Gambar 4. Peta Pola Pergerakan Ikan Cakalang di Teluk Bone
246
Faktor Oseanografi, Pola Pergerakan, Anomali, Teluk Bone
ISSN 1411-4674
9
10
11
12
1
2
3
4
5
Gambar 5. Anomali Suhu Permukaan Laut dalam Sembilan Bulan
Sumber : Data Primer dan Sekunder Hasil Penelitian Tahun 2009 – 2013
247
Nur Indah Rezkyanti
ISSN 1411-4674
Pada bulan Desember 2013 yang dihubungkan dengan hasil tangkapan, dimana SPL diperairan Kab. Luwu berada pada kisaran 29,5-30,5 oC dengan hasil tangkapan sekitar 1.009 ekor, hasil tangkapan ini juga berada pada konsentrasi klorofil dengan kisaran 0,24920,2896 mg/m3. Pada bulan Januari, hasil tangkapan dengan jumlah 1.895 ekor rata-rata diperoleh pada suhu dengan kisaran 28,4502-30,2583oC. Tangkapan tertinggi didapatkan pada suhu 29,2434 o C dan konsentrasi klorofil 0,2153 mg/m3 yang berjumlah 422 ekor, sedangkan ikan dengan jumlah terkecil tertangkap pada suhu 28,7048 oC. Untuk hasil tangkapan pada bulan Februari, diperoleh dari kisaran suhu 28,1447-29,2434oC dan konsentrasi klorofil 0,1586-0,1593 mg/m3 dengan total hasil tangkapan berjumlah 914 ekor yang diperoleh dari sepuluh kali proses penangkapan. Hasil tangkapan pada bulan Maret rata-rata tertangkap pada suhu kisaran 29,6616-30,1708oC dan kisaran klorofil 0,1521-0,2213 mg/m3, Sedangkan untuk hasil tangkapan pada bulan April berjumlah 546 ekor dengan frekuensi penangkapan sebanyak sepuluh kali, dengan hasil tangkapan tertinggi berada pada suhu 30,3221oC dan kisaran klorofil 0,2176 mg/m3 dengan jumlah hasil tangkapan 203 ekor. Bulan Mei didominasi kisaran suhu 30-30,5oC dengan hasil tangkapan yang lebih banyak tertangkap pada suhu dengan kisaran 30,0001-30,4297oC. Tangkapan tertinggi berada pada konsentrasi klorofil 0,1863 mg/m3 sebanyak 123 ekor. Kisaran suhu ini berada pada sebagian besar Kab. Bulukumba, Kab. Sinjai, Kab. Bone, Kab. Wajo, Kab. Luwu, Kab. Buton, Kab. Kolaka Utara, sedangkan nilai SPL antara 30,5-31oC berada di Kab. Kolaka dan sebagian besar berada pada wilayah bagian Utara dari Teluk Bone yakni sekitar perairan Kota Palopo, Kab. Luwu Utara dan Kab. Luwu Timur.
Aplikasi SIG dalam Prediksi Hasil Tangkapan Prediksi hasil tangkapan menurut lokasi penangkapan dan bulan penangkapan memperlihatkan hasil prediksi jumlah hasil tangkapan pada bulan September daerah potensil penangkapan ikan cakalang tertinggi berada di bagian utara Teluk Bone, yaitu dari perairan Kota Palopo hingga perairan Kab. Luwu Timur dengan prediksi penangkapan berkisar 213 – 220 ekor Cakalang. Pada bulan Oktober, prediksi tertinggi berada dibagian utara Teluk Bone dimana prediksi hasil tangkapan tertinggi berada pada sekitar perairan Kota Palopo, Kab. Luwu Utara, Kab. Luwu Timur dan Kab. Kolaka dengan jumlah hasil tangkapan prediksi sebesar 219 – 230 ekor. Hasil tangkapan prediksi untuk bulan Desember daerah potensil penangkapan ikan berada dibagian utara perairan Teluk Bone pada perairan Kab. Luwu Utara dan Kab. Luwu Timur dengan kisaran 217 – 230 ekor. Pada bulan Januari prediksi daerah potensil penangkapan ikan cakalang juga masih terbanyak dibagian utara perairan Teluk Bone dengan hasil tangkapan berkisar 210 – 227 ekor berada di sekitar perairan Kab. Luwu sampai Kolaka Utara. Pada bulan Februari, daerah hasil tangkapan prediksi yang potensial berada disekitar perairan Kota Palopo dan Kab. Luwu Timur dengan jumlah hasil tangkapan prediksi 211 – 225 ekor. Hasil prediksi jumlah hasil tangkapan untuk bulan Maret lebih sedikit dari bulan-bulan sebelumnya, hasil prediksi tertinggi hanya berada sekitar perairan Kota Palopo, Kab. Luwu Timur dan Kab. Kolaka dengan hasil tangkapan berkisar antara 219 – 230 ekor dalam cakupan wilayah yang cukup kecil. Bulan April memperlihatkan hasil tangkapan prediksi potensial dengan kisaran 218 – 230 ekor berada disekitar perairan Kab. Luwu Utara, Kab. Luwu Timur dan Kab. Kolaka sementara bulan Mei, hasil
248
Faktor Oseanografi, Pola Pergerakan, Anomali, Teluk Bone
tangkapan prediksi yang tertinggi berada di perairan Kab. Bone, Kota Palopo, Kab. Luwu Utara, Kab. Luwu Timur dan Kab. Kolaka.
ISSN 1411-4674
Januari, hasil tangkapan didapatkan pada anomali -0,916 - -0,398 oC dan bulan Februari ikan cakalang ditangkap pada kisaran anomali -2,566 - -1,666oC. Memasuki bulan Maret posisi penangkapan berada pada kisaran anomali 0,948 - 0,368 oC, bulan April hasil tangkapan berada pada suhu yang menghangat yakni berada pada kisaran anomali 0,116 - 0,403 oC dan ada juga yang berada pada penurunan suhu sekitar -1,035 - -0,459 oC. Sedangkan bulan Mei pada kisaran anomali -0,147 - 0,460oC.
Pola Pergerakan Ikan Cakalang Pergerakan dari pusat gravitasi daerah potensial penangkapan dalam peta setiap bulan (Gambar 4) memperlihatkan pergerakan dari ikan cakalang yang terkonsentrasi dalam rata-rata yang menggambarkan pola migrasi dari ikan cakalang di Teluk Bone. Berdasarkan analisis pusat gravitasi dari daerah potensial penangkapan ikan didapatkan pada bulan September berada disekitar perairan Kab. Kolaka Utara sampai pada bulan Oktober. Kemudian pada bulan Nopember, konsentrasi ikan cakalang bergerak ke perairan sekitar Kab. Luwu dengan rata-rata hasil tangkapan 218 ekor/trip. Pada bulan Desember, pusat dari kelimpahan cakalang bergerak ke arah utara lebih dekat dengan Kab. Luwu kemudian bergerak menuju arah selatan pada bulan Januari di sekitar perairan Kab. Wajo yang berpusat pada koordinat 120o40’7” BT dan 4o7’54” LS. Rute pergerakan dari ikan Cakalang pada bulan Februari kembali bergerak ke arah utara kemudian kembali ke selatan pada bulan berikutnya, Maret. Pada bulan April, pusat gravitasi cakalang bergerak ke arah selatan dan terkonsentrasi di sekitar wilayah perairan Kab. Bone sampai pada bulan Mei. Pola pergerakan ikan yang dipetakan bersama anomali suhu permukaan laut selama 9 (sembilan) bulan memperlihatkan hasil tangkapan yang didapat selama penelitian sebagian besar berada pada suhu yang lebih tinggi dari suhu rata-rata 10 (sepuluh) tahun terakhir (Gambar 5). Pada bulan September posisi penangkapan berada pada kisaran anomali SPL 0,374 - 0,999oC, kemudian pada bulan Oktober berkisar antara 0,384 – 1,392oC. Untuk bulan Nopember 0,258 – 0,683oC, kemudian pada bulan Desember -0,451 - 0,443oC. Bulan
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah penangkapan ikan Cakalang nelayan pole and line pada umumnya berada pada suhu 29 – 30,5 oC. Dinamika SPL di perairan Teluk Bone tidak lepas dari pengaruh perubahan musim. Kenyataan ini dapat dilihat pada bulan Oktober dan Desember terutama di bagian Selatan Teluk Bone, di perairan Kabupaten Bulukumba, Sinjai dan Kabupaten Bone dengan SPL tinggi (Barat Daya) sedangkan Kabupaten Buton dan Kolaka dengan SPL rendah (Tenggara). Di bagian Utara Teluk Bone yang meliputi Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, Luwu Timur dan sebagian Kolaka Utara, ditemukan SPL tinggi kecuali pada bulan September dan cenderung tidak dipengaruhi oleh musim perubahan. Hal ini disebabkan karena di bagian Utara Teluk Bone merupakan perairan yang dangkal dan dipengaruhi oleh pemanasan di daratan di sekitarnya. Konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Bone berada pada kisaran yang cukup luas antara 0,01 - 1,00 mg.m-3, keadaan ini memungkinkan untuk mendukung kelimpahan ikan pelagis kecil di perairan dengan mangsa utama plankton (Safruddin, 2013) yang selanjutnya mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan pada level tropik yang tinggi seperti ikan cakalang. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya, Zainuddin (2013), mencatat bahwa
249
Nur Indah Rezkyanti
ISSN 1411-4674
cakalang cenderung berkumpul pada SPL 30,5 – 31,0oC dengan konsentrasi klorofi l-a sekitar 0,15 - 0,2 mg.m-3, sehingga kisaran nilai beberapa parameter oseanografi tersebut mungkin merupakan habitat optimum untuk ikan cakalang khususnya di perairan Teluk Bone. Perubahan iklim terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur dan pergeseran musim. Dampak kenaikan suhu permukaan laut (SPL) berakibat pada pola migrasi ikan di laut yang selanjutnya akan mempengaruhi mata pencaharian nelayan khususnya di perairan Teluk Bone. Adanya perbedaan anomali SPL untuk setiap bulannya karena cuaca untuk setiap bulan berbeda-beda. Penyebab utama dari anomali suhu adalah adanya intensitas radiasi matahari dan distribusi current (pola arus air laut). Hasil penelitian menunjukkan ikan cakalang ditemukan pada anomali positif, artinya cakalang cenderung lebih menyukai tingkatan suhu optimum untuk habitatnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lehodey et al (2003), dalam penelitiannya tentang pemodelan variabilitas iklim dari populasi tuna yang menggabungkan model oceanbiogeochemical-dinamika populasi, menyatakan bahwa perekrutan tuna tropis (seperti cakalang dan yellowfin) meningkat setelah peristiwa El Niño. Tuna subtropis (albacore selatan Pasifik) menunjukkan pola yang berlawanan.
mengenali parameter oseanografi yang lain untuk pemetaan prediksi daerah penangkapan ikan serta perbaikan sistem pendataan perikanan tangkap mengenai waktu dan posisi penangkapan serta kondisi perairan setiap lokasi penangkapan. DAFTAR PUSTAKA Andrade, H.A. dan A.E. Garcia. (1999). Skipjack tuna in relation to sea surface temperature off the southern Brazilian coast. Fish. Oceanography, 8(4):245-254. Humston, R., Jerald S. Ault, Molly Lutcavage and Donald B. Olson. (2000). Schooling and Migration of Large Pelagic Fishes Relative to Environmental Cues. Fisheries Oceanography. Vol. 9:2. pp. 136146. Indahyani, F., Zainuddin M., dan Farhum A. (2013). Pemetaan Kelayakan Zona Potensi Penangkapan Ikan Cakalang Bagi Unit Penangkapan Pole And Line di Perairan Teluk Bone (Tesis). Makassar: Universitas Hasanuddin. Lehodey, P., Bertignac, M., Hampton, J., Lewis, A. and Picaut, J. (1997). El Niño southern oscillation and tuna in the western Pacific. Nature, 389:715-718. Lehodey, P., F. Chai, and J. Hampton. (2003). Modelling climate-related variability of tuna populations from a coupled oceanbiogeochemicalpopulations dynamics model. Fish. Oceanogr.,12, 483–494. Mallawa, A, Syafruddin, dan Palo, M. (2010). Aspek Perikanan dan Pola Distribusi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 20 (1) April 2010: 17 – 24. Mugo, R., S. Saitoh, A. Nihira, and T. Kuroyama. (2010). Habitat characteristics of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in the western North
KESIMPULAN DAN SARAN Pola pergerakan ikan selama sembilan bulan memperlihatkan bahwa hasil tangkapan dipengaruhi secara signifikan oleh suhu dan klorofil-a pada interval tertentu, hal ini juga diperlihatkan pada peta anomali SPL dimana sebagian besar berada pada suhu yang relatif lebih tinggi dari suhu rata-rata sepuluh tahun terakhir. Untuk memperoleh hasil pemetaan pola migrasi yang baik dan akurat, perlu 250
Faktor Oseanografi, Pola Pergerakan, Anomali, Teluk Bone
Pacific: a remote sensing perspective. Journal of Fisheries Oceanography. 19: 382 - 396. Prasasti,I., Wijayanto H. dan Christanto M. (2005). Analisis Penerapan Metode Krigging Dan Invers Distance Pada Interpolasi Data Dugaan Suhu, Air Mampu Curah (AMC) Dan Indeks Stabilitas Atmosfer (ISA) Dari Data NOAATOVS. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. Surabaya. Safruddin. (2013). Distribusi ikan Layang (Decapterus sp) hubungannya dengan kondisi oseanografi di perairan Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jurnal Torani, FIKP-Unhas. Vol. 23 (3):150 -156. Simbolon D. et al. (2009). Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wibawa, T.A., Novianto D. dan Nugraha B. (2012). Sebaran Spasial Kelimpahan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Berdasarkan Analisis Data Satelit Oseanografi. Balai Penelitian
ISSN 1411-4674
dan Observasi Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan. Bali. Hal. 149. Zainuddin, M., K. Saitoh and S. Saitoh. (2008). Albacore tuna in relation to oceanographic condition in the northwestern North Pacific using remotely sensed satellite data. Journal of Fisheries Oceanography. 17: 2, 61-73. Zainuddin, M., dan Jamal Muhammad. (2009). Satellite Remote Sensing and Geographic Information System of Potential Fishing Zones and Migration Pattern of Skipjack Tuna in Bone Bay, South Sulawesi. International Proceeding of World Ocean Conference, Manado 15-20. Mei 2009. Zainuddin, M., et al. (2013). Characterizing Potential Fishing Zone of Skipjack Tuna During the Southeast Monsoon in Bone Bay – Flores Sea Using Remotely Sensed Oceanographic Data. International Journal of Geosciences. 4, 259 – 266.
251