J. Sains & Teknologi, Desember 2016, Vol.16 No.3 : 295 – 301
ISSN 1411-4674
KEBIJAKAN PERBENIHAN PADI DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANTAENG The Rice Seed Policy to Support the Development of Agriculture in Bantaeng Regency Mawarni Nur1, Muhammad Arsyad2, Muh. Farid3 1
Program Studi Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan Pertanian, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, (email :
[email protected]) 2 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (email :
[email protected]). 3Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, (email :
[email protected])
ABSTRAK Benih adalah kebutuhan dasar untuk melakukan proses produksi dan merupakan inti dari pengembangan menjalankan usahatani padi. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keterampilan petani di bidang teknis dan manajemen perbenihan padi; mengetahui proses pelaksanaan prosedur dan tahapan memproduksi benih padi dilakukan sesuai petunjuk teknis perbenihan padi; mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memproduksi benih padi; dan mendapatkan rekomendasi kebijakan perbenihan padi dalam mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pa’jukukang, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bissappu, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng pada bulan April – Juli 2015. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan focus discussion group (FGD). Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterampilan petani penangkar dibidang teknis dan manajemen perbenihan padi di Kabupaten Bantaeng baru mencapai 26,70%; prosedur dan tahapan memproduksi benih padi belum dilaksanakan sesuai petunjuk teknis budidaya perbenihan padi khususnya pada kegiatan penyiapan lahan dan tahap seleksi; Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memproduksi benih padi adalah (1) harga pembelian calon benih padi (2) produktivitas yang rendah dan (3) Faktor sosial budaya. Dengan demikian, perlu alternative kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng yaitu peningkatan keterampilan petani khususnya teknis perbenihan padi, pelaksanaan kegiatan perbenihan padi harus dilakukan sesuai dengan prosedur/tahapan teknis budidaya perbenihan padi guna meningkatkan produksi dan produktivitas benih padi, peningkatan harga pembelian calon benih padi, sosialisasi dan komunikasi yang intensif dengan pemilik lahan dan penggarapnya untuk mengatasi masalah dalam faktor sosial budaya. Kata Kunci: Perbenihan padi, pembangunan pertanian, rekomendasi kebijakan
ABSTRACT Seed is the basic requirement for the production process and the core of the development of running a rice farm. This aims of the research to determine the level of farmers skills in the areas of technical and management rice seed; know the procedures and stages of the implementation process of producing seed paddy rice seed appropriate technical guidelines; determine the factors that affect farmers producing rice seed; and get rice seed policy recommendations in supporting agricultural development in Bantaeng Regency. This research carried out in the District Pa’jukukang, Bantaeng, Bissappu, Eremerasa, Tompobulu of Bantaeng Regency from April to July 2015. The methods of obtaining the data were observation, interview and focus group discussion. The data were analyzed using descriptive qualitative analysis. The results of the research indicate that breeder farmer skill level in the field of technical and management rice seed ini Bantaeng Regency reached 26,70%; procedures and stages of producing rice seeds have not been conducted in accordance with the technical manual rice seed cultivation, especially in land preparation and selection phase; factors that
295
Mawarni Nur
ISSN 1411-4674
affect farmers producing rice seed was (1) prospective purchase price of rice seeds, (2) Low productivity, and (3) Socio-cultural factors. So alternative policies needed by the government of Bantaeng regency are the improvement of farmers skill especially rice seed, implementation of rice seed must be done in accordance in the procedures / technical stages of rice seed cultivation, an increase in the purchase price of rice seed candidate, socialization and intensive communication with landowners and tenants to resolve problems in the socio-cultural factors. Keywords: Rice seed, agricultural development, policy recommendations
berdampak langsung pada pembangunan pertanian. Hal inilah yang di tangkap oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng, dalam program pembangunan lima tahun ke depan, Bupati terpilih bercita-cita dan termaktub dalam visi misinya menetapkan Kabupaten Bantaeng sebagai Kabupaten benih.berbasis teknologi dalam hal ini khususnya pengembangan benih padi. Bukan sebuah angan-angan, sejak tahun 2008 sudah di targetkan kalau Kabupaten Bantaeng harus mulai memproduksi benih padi sendiri. Keseriusan Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam memproduksi benih padi tidak sampai disitu hingga pada akhir tahun 2013 dibentuknya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perbenihan Tanaman Pangan. Kegiatan perbenihan ini diharapkan akan memberikan informasi teknologi kepada petani bagaimana untuk menghasilkan benih padi sendiri yang pada akhirnya bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dibanding menjual gabah. Selain itu ketersediaan benih dapat terpenuhi pada setiap musim tanam. Tapi kenyataan dilapangan, petani lebih tertarik memproduksi gabah daripada memproduksi benih disebabkan oleh tingkat keterampilan petani dibidang teknis dan manajemen perbenihan masih terbatas serta prosedur dan tahapan memproduksi benih belum dilaksanakan sesuai petunjuk teknis serta adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi sehingga petani/kelompok tani kurang begitu tertarik memproduksi benih padi. Padahal apabila petani menanam padi hanya untuk memproduksi gabah yang pada akhirnya sebagian besar dijual dan
PENDAHULUAN Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Pertanian juga berperan sebagai pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus pendorong pengembangan ekonomi kerakyatan (Anonim, 2008). Begitu pentingnya pembangunan pertanian, terutama bagi negara Indonesia sebagai negara agraris. Karena pertanian dapat meberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi sebuah bangsa, misalnya pertanian mrupakan penyedia tenaga kerja. Dengan demikian ia juga berkontribusi terhadap pendapatan dan penyediaan pangan serta kapital. Sedangkan dari sisi produksi pertanian berkontribusi sebagai penyedia bahan baku (Andrianto, 2014) Namun dalam pengembangan pertanian persoalan kelangkaan benih sering terjadi karena beberapa peristiwa seperti anomali iklim dan bencana alam. Kelangkaan benih yang terjadi sedapat mungkin harus dapat diatasi di masa mendatang. Bagi petani, benih adalah kebutuhan dasar untuk melakukan proses produksi. Benih merupakan inti dari pengembangan menjalankan usahatani mereka. Benih yang berkualitas dengan harga ekonomis bagi petani akan menjadi faktor penting dalam meningkatkan produktivitas usahatani mereka (Mugnisjah & Asep, 2009). Lain halnya pemerintah, benih adalah simbol dari kekuasaan mereka. Pemerintah selaku pemegang regulasi perbenihan tentu memiliki peran penting untuk mengarahkan kebijakan perbenihan agar benar-benar menyentuh persoalan yang
296
Perbenihan padi, pembangunan pertanian, rekomendasi kebijakan
sebagian lagi dikonsumsi, maka pendapatan petani dalam satu musim tanam masih rendah. Selain itu petani kadang masih susah untuk mendapatkan benih padi yang mereka inginkan pada setiap musim tanam dikarenakan adanya keterlambatan benih. Pengembangan perbenihan didasarkan kondisi fisik dan potensi luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Bantaeng sangat terbatas yakni sekitar 7.829 Ha. Berdasarkan catatan BPS tahun 2013, produksi padi di Kabupaten Bantaeng 89.984 ton dengan produktivitas 57,51 Kw/Ha (BPS, 2013) Secara ekonomi dengan luas lahan sawah yang terbatas,maka konsep perbenihan akan memberikan daya saing yang lebih baik dan secara ekonomi menguntungkan kalau memproduksi benih padi dari pada gabah. Melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Tanaman Pangan inilah produksi benih padi Kabupaten Bantaeng akan didorong untuk benar-benar beroperasi memproduksi benih. UPTD bermitra dengan beberapa kelompok tani yang sudah menjadi kelompok tani penangkar membangun sistem kemitraan yang strategis dalam mengembangkan perbenihan padi di kabupaten bantaeng dan tentunya berasaskan kemitraan yang sejajar dengan prinsip secara ekonomi saling menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi tentang kebijakan perbenihan padi dalam mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten Bantaeng.
ISSN 1411-4674
Populasi dan Sampel Metode penelitian yang digunakan adalah metoda penelitian analitik kualitatif. Populasi dalam penelitian adalah petani yang melaksanakan perbenihan padi yang ada di 5 (lima) Kecamatan di Kabupaten Bantaeng sebagai lokasi penelitian. Pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana (metode simple random sampling). Sampel yang dipilih sebanyak 30 orang dengan pertimbangan derajat keseragaman dari populasi, rencana analisa, tenaga, biaya dan waktu penelitian. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari petani sampel : mengetahui identitas responden yang meliputi umur, pendidikan, luas lahan garapan, status lahan garapan, pengalaman usahatani, jumlah tanggungan dalam keluarga, produktivitas, dan produksi. Disamping data primer ini, dilakukan pula wawancara terstruktur (kuisioner) untuk memperoleh informasi mengenai hasil pengembangan perbenihan yang dikelola olah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) perbenihan tanaman pangan musim tanam April September 2014. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dari Instansi terkait, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan tertulis para ahli yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data sekunder tersebut tersedia dalam bentuk laporanlaporan tertulis.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pa’jukukang, Tompobulu, Eremerasa, Bantaeng, Bissappu Kabupaten Bantaeng, Propinsi Sulawesi Selatan yang di estimasi berlangsung selama tiga bulan.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah teknik untuk mendapatkan data maupun informasi dari lokasi penelitian melalui kegiatan lapangan. Teknik penelitian berguna untuk menjelaskan seluruh proses teknis dalam melakukan 297
Mawarni Nur
ISSN 1411-4674
penelitian (Melleong, 2008). Pengumpulan data akan dilakukan dengan melalui beberapa instrument dengan tahapan sebagai berikut : Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan data dalam bentuk deskripsi dari informan. Observasi, Pengamatan secara langsung terhadap kegiatan perbenihan padi yang dilaksnakan oleh UPTD tanaman pangan di Kabupaten Bantaeng. Dalam metode observasi digunakan jenis observasi nonsistematis, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk memahami obyek yang diteliti, dan selain itu untuk mengetahui kondisi wilayah penelitian yang meliputi keadaan dan kondisi wilayah penelitian, Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk untuk memperoleh data dan informasi dari beberapa pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan pengembangan perbenihan padi di Kabupaten Bantaeng. Melalui kegiatan diskusi kelompok dari masing-masing pihak.
pada tabel 2, menunjukkan bahwa petani yang bermitra dengan UPTD BB Tanaman Pangan belum melakukan kegiatan penyiapan lahan dan seleksi, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memproduksi benih padi ada 3 faktor yaitu rendahnya harga pembelian calon benih, produktivitas yang rendah, adanya faktor sosial budaya dan (4) mendapatkan rekomendasi kebijakan perbenihan padi. Tabel 1. Jumlah petani responden berdasarkan tingkat keterampilan menangkar benih padi di Kabupaten Bantaeng
Tabel 2. Tahapan/prosedur pelaksanaan perbenihan padi yang dilakukan oleh petani yang bermitra dengan UPTD BB Tanaman Pangan dan kelompok tani penangkar mandiri di Kabupaten Bantaeng
Analisis Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka data dianalisis secara kualitatif dengan menunjukkan bahwa metode analisis yang digunakan adalah skala indikator dan analisis deskriptif. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian kebijakan perbenihan padi di Kabupaten Bantaeng adalah (1) rendahnya tingkat keterampilan petani di bidang teknis dan manajemen perbenihan padi yang tampak pada tabel 1, menunjukkan bahwa sebanyak 8 orang (26,70 persen) petani responden memiliki tingkat keterampilan yang tinggi, sebanyak 10 orang (33.30 persen) petani responden memiliki tingkat keterampilan yang sedang dan sebanyak 12 orang (40,00 persen) petani responden memiliki tingkat keterampilan yang rendah. (2) proses pelaksanaan prosedur dan tahapan memproduksi benih padi belum dilakukan sesuai petunjuk teknis perbenihan padi seperti tampak
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat keterampilan petani di bidang teknis dan manajemen perbenihan padi disebabkan karena kurangnya frekuensi pelatihan perbenihan padi yang diadakan oleh instansi terkait yaitu oleh Dinas Pertanian dan Peternakan dan UPTD BB Tanaman Pangan sehingga hal ini berpengaruh besar pada pada tingkat keterampilan petani untuk melakukan 298
Perbenihan padi, pembangunan pertanian, rekomendasi kebijakan
kegiatan perbenihan padi yang sesuai dengan rekomendasi teknis yang diterapkan oleh UPTD BB Tanaman Pangan, sehingga kegiatan perbenihan padi belum berjalan dengan maksimal. Selain itu jumlah petani yang sudah mengikuti pelatihan tentang perbenihan padi masih kurang, sedangkan pengetahuan dan keterampilan petani ini sangat ditunjang oleh adanya pelatihan atau kursus-kursus tani yang dilaksanakan oleh para penyuluh atau instansi yang terkait (Mointy, 2011). Maka untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan keterampilan petani penangkar, maka pihak UPTD BB Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng sebaiknya memperbanyak frekuensi pelatihan tentang teknologi perbenihan padi kepada petani-petani penangkar yang terlibat dan bekerjasama dengan pihak UPTD BB Tanaman Pangan, dimana materi pelatihan juga diajarkan secara menyeluruh dan tuntas sehingga materi perbenihan padi ini dapat diserap dan diadopsi dengan baik oleh petanipetani penangkar padi. Selain itu petanipetani yang tergabung dalam kelompok penangkar padi diberi bantuan fasilitasi sarana dan prasarana perbenihan secara bertahap untuk menunjang kegiatan perbenihan padi ini. Oleh karena itu disarankan kepada pihak Pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk menyediakan anggaran yang ditujukan kepada UPTD BB Tanaman pangan yang digunakan untuk kegiatan pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani penangkar yang komprehensif dan menyeluruh serta memberi bantuan fasilitas sarana dan prasarana perbenihan pada kelompok-kelompok petani penangkar yang bekerjasama dengan UPTD BB Tanaman Pangan sehingga adopsi teknologi perbenihan padi dapat cepat diserap oleh petani. Proses pelaksanaan prosedur dan tahapan memproduksi benih padi harus dijalankan sesuai dengan standar dan ketentuan yang telah ditetapkan. Apabila
ISSN 1411-4674
terdapat prosedur atau tahapan yang tidak dilaksanakan maka akan berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan (Anonim, 2012). Adapun prosedur dan tahapan itu meliputi proses produksi benih, prosesing, penyimpanan dan pada proses pengujian mutu. Petani merasakan adanya kesulitan untuk melaksanakan prosedur/tahapan yang harus dijalankan ketika hendak memproduksi benih. Kesulitan dan kerumitan yang paling dirasakan oleh petani responden adalah pada tahap seleksi/rouging. Hal ini disebabkan karena pada tahap seleksi harus membutuhkan banyak tenaga (Sadjad, 2008). Selain pada tahap seleksi, kesulitan dan kerumitan prosedur / tahapan perbenihan padi ini juga dirasakan pada tahap pasca panen yaitu tahap pengeringan, pembersihan dan pengemasan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pasca panen padi yang dimiliki oleh kelompok/petani penangkar seperti halnya lantai jemur, dryer, seed cleaner dan gudang penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memproduksi benih padi ada 3 faktor yaitu (1) rendahnya harga pembelian calon benih, dimana dalam kegiatan perbenihan padi yang dikelola oleh UPTD BB tanaman pangan, harga pembelian calon benih dari petani penangkar sudah ditetapkan melalui Surat Perjanjian Kerjasama (SPK), dimana harga pembelian calon benih padi ini 10% lebih tinggi dari pada harga pokok penjualan gabah yang berlaku di masyarakat pada satu musim tanam. UPTD BB tanaman pangan hanya menaikan harga pembelian calon benih padi kepada petani sebesar 10% dari harga pokok penjualan gabah yang berlaku pada suatu musim tanam karena setiap petani penangkar yang bermitra dengan UPTD BB tanaman pangan untuk menghasilkan calon benih padi diberikan fasilitas sarana produksi berupa benih sumber 25 kg/ha, pupuk urea 200 kg/ha, pupuk NPK 150 kg/ ha dan furadan 10 kg/ha dan pestisida jikalau pertanaman 299
Mawarni Nur
ISSN 1411-4674
padi terserang oleh hama penyakit. Selain itu pihak UPTD BB tanaman pangan juga menanggung biaya pascapanen dan prossesing calon benih padi menjadi benih padi yang siap dijual. Hal ini membuat petani yang bermitra dengan UPTD BB tanaman pangan merasa kurang mendapatkan keuntungan yang signifikan sedangkan beban pekerjaan yang harus dilakukan petani lebih berat dibandingkan menanam padi biasa. Dalam hitungan usaha tani, petani akan lebih semangat melakukan kegiatan perbenihan padi dan bermitra dengan UPTD BB tanaman pangan apabila pembelian calon benih pada saat panen diatas 10 % (2) produktivitas yang rendah, dimana sebagian besar petani responden yang memiliki produktivitas ≤ 5,5 ton.ha-1 menempati posisi paling besar dengan persentase 86,60 %. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar petani penangkar belum mampu menerapkan teknis budidaya perbenihan padi sesuai petunjuk teknis yang ada. Selain itu tingkat keterampilan petani dalam budidaya perbenihan padi masih rendah. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Supedi & Sumedi (2009), yang menyatakan bahwa salah satu kondisi yang dialami petani untuk komoditas tanaman pangan adalah rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas ini akan menyebabkan rendahnya pendapatan yang mengakibatkan lemahnya posisi finansial petani dalam mendukung kegiatan ekonominya. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan produktivitas padi rendah adalah rendahnya pendidikan petani, minimnya keterampilan yang dimiliki sehingga petani tidak memiliki sumber pendapatan yang lain, minimnya akses informasi, dimana petani hanya mengandalkan informasi pasar dari pembeli yang mengakibatkan ketimpangan informasi dan kesulitan bernegoisasi, kurangnya penerapan teknologi pertanian, dimana kemauan petani untuk menerapkan teknologi pertanian masih minim sehingga pola pikir petani harus diubah
(Husaini, 2012), (3) adanya faktor sosial budaya, dimana pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai hasil pertanian yang optimal. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berpikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Faktor sosial yang mempengaruhi kurangnya petani mau terlibat dalam kegiatan perbenihan padi disebabkan oleh status kepemilikan lahan yang ada di Kabupaten Bantaeng dimana 80% lahan sawah diolah oleh petani penggarap dengan sistem bagi hasil. Sedangkan faktor budaya yang ada dalam masyarakat di Kabupaten Bantaeng juga memberikan kontribusi terhadap ketertarikan petani untuk terlibat dalam kegiatan perbenihan padi yang dikembangkan di Kabupaten Bantaeng. Hal ini disebabkan adat istiadat masih kental dan berpengaruh terhadap aktifitas pertanian. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disarankan beberapa bentuk kebijakan pada kegiatan perbenihan padi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng adalah melakukan peningkatan keterampilan petani dalam hal teknis budidaya perbenihan padi; penambahan anggaran untuk mendukung kegiatan perbenihan padi; melakukan sosialisasi secara intensif kepada petani yang terlibat dalam kegiatan perbenihan padi tentang keuntungan yang diperoleh bila ikut dalam kegiatan perbenihan padi KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterampilan petani penangkar di bidang teknis dan manajemen perbenihan padi mencapai 26,70 %, sehingga perlu peningkatan keterampilan petani yang dapat ditempuh dengan pembangunan sumberdaya petani khususnya dalam bidang perbenihan yaitu memberikan 300
Perbenihan padi, pembangunan pertanian, rekomendasi kebijakan
pelatihan-pelatihan tentang perbenihan secara terstuktur dan tersistematis, mengikuti kursus-kursus perbenihan bahkan magang ke sentra-sentra perbenihan nasional. Prosedur dan tahapan memproduksi benih belum dilaksanakan sesuai petunjuk teknis budidaya perbenihan padi khususnya pada kegiatan penyiapan lahan dan tahap seleksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memproduksi benih padi adalah harga pembelian calon benih, produktivitas yang rendah dan faktor sosial budaya. Bentuk kebijakan yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng sehubungan dengan perbenihan padi yang ada di Kabupaten Bantaeng adalah : peningkatan keterampilan petani khususnya teknis perbenihan padi, pelaksanaan kegiatan perbenihan padi harus dilakukan sesuai dengan prosedur/tahapan teknis budidaya perbenihan padi guna meningkatkan produksi dan produktivitas benih padi, peningkatan harga pembelian calon benih padi dan sosialisasi secara intensif kepada petani yang terlibat dalam kegiatan perbenihan padi tentang keuntungan yang diperoleh bila ikut dalam kegiatan perbenihan padi.
ISSN 1411-4674
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2008). Direktori Padi Indonesia 2008. Subang:Badan Libang Pertanian, Balai Besar Penelitinan Tanaman Padi, Jawa Barat Anonim. (2012). Teknik Produksi Benih. Makassar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan. Andrianto. (2014). Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Global Pustaka Utama BPS. (2013). Kabupaten Bantaeng Dalam Angka (Bantaeng in Figures). Bantaeng : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng. Husaini. (2012). Karateristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Barito Kuala. Agribisnis Pedesaan. Melleong MA. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Mugnisjah Q. W. & Asep S. (2009). Produksi Benih. Jakarta: Bumi Aksara Mointy. ( 2011). Keterampilan Petani. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sadjad S.(2008). Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Rasindo Supedi & Sumedi. ( 2009). Tinjauan Umum Kebijakan Kredit Pertanian Pada Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian.
301