J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.3 No.2 : 165 – 173
ISSN 2303-3614
KELAYAKAN HUNI RUMAH MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH YANG DIBANGUN DENGAN BAHAN BEKAS DI MAKASSAR The Habitable Feasibility of the Houses Built from Used Materials of Low-Income Community in Makassar Muhammad Karyadi, Victor Sampebulu’, Ananto Yudono Jurusan Teknik Arsitektur Pascasarjana Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK Bahan Bangunan merupakan aspek penting di dalam menentukan kualitas ruang secara arsitektural, sedangkan masyarakat yang berpendapatan rendah menggunakan bahan bekas sebagai bahan bangunan untuk membangun rumah mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pengaruh penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan terhadap kelayakan huni rumah masyarakat berpendapatan rendah. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Kampung Pisang Kota Makassar. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam terhadap penghuni, identifikasi bahan bangunan dan kajian pustaka. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan terhadap kelayakan huni rumah masyarakat berpendapatan rendah di Makassar adalah menurunkan kemampuan fisik rumah untuk melindungi penghuni dari panas dan hujan. Penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan juga tidak menjamin kesehatan penghuni, dan berdasarkan kajian pustaka mengenai substansi zat kimia yang terkandung pada bahan bangunan dapat menyebabkan penyakit berbahaya seperti kanker, gangguan pernafasan, alergi, mutasi gen, dan gangguan reproduksi. Dalam kajian ini juga dibahas mengenai regulasi pemerintah melalui Peraturan menteri negara perumahan rakyat no. 22/ PERMEN/ M/ 2008 tentang petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang perumahan rakyat daerah kabupaten/kota yang belum membahas jaminan kesehatan dari aspek penggunaan bahan bangunan. Faktor kesehatan yang diuraikan hanya mencakup pencahayaan, penghawaan, dan sanitasi, yang dengan demikian penelitian ini mengusulkan untuk memberikan pertimbangan kesehatan dari aspek bahan bangunan yang digunakan. Kesimpulan penelitian kelayakan huni rumah masyarakat berekonomi lemah yang menggunakan bahan bekas sebagai bahan bangunan tidak memenuhi kriteria jaminan kesehatan terhadap penghuni bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan serius. Kata Kunci: Kelayakan Huni, Rumah, Bahan Bekas, Bahan Bangunan ABSTRACT Building materials is an important aspect in determining the quality of architectural space, while the low-income community build their houses with used materials. This research aims to assess the impact of the use of used material to the habitable feasibility of the houses the low-income community. The research was conducted in Kampung Pisang, Makassar. It was a descriptive/ qualitative research and the data collection was carried out using the techniques of observation, depth interviews with the residents, identification of building materials and library study. The data were analysed descriptively and qualitatively. The research results revealed that the impact of the use of used material to the habitable feasibility of the houses the low-income community is lowering the physical ability to protect the house occupants from heat and rain. The use of used materials as building materials does not guarantee the health of the residents. The library study also revealed that the chemical content of the building materials might cause dangerous diseases, such as cancers, respiratory problems, allergies, gene mutations, and reproductive disorders. In addition, this research also discussed the government regulation as issued in public housing minister Regulation no. 22/PERMEN/M/2008 about the technical guidance on the minimum service standards of public housing areas of regencies/cities, which apparently had not provided any guidance about the health
165
Muhammad Karyadi
ISSN 2303-3614
guarantees concerning the aspects of the use of building materials, the only health factors presented were lighting, airing, and sanitation. Therefore, it is suggested that the community health was considered in choosing the building materials. Conclusion of the research the habitable feasibility of the houses built from used materials of economically weak community in makassar, it does not meet the criteria of the occupants health insurance, even can lead to serious health problems. Keywords: Habitable Feasibility, Houses, Used Materials, Building Materials
bangunan kemudian menjadi elemenelemen pembentuk bangunan seperti atap, lantai, dinding, dan seterusnya, menjadikan bahan bangunan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu desain arsitektural baik dari segi kekuatan, kenyamanan, dan kesehatannya. Selain menentukan keberhasilan sebuah bangunan, bahan bangunan memiliki potensi yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Sejalan dengan munculnya bahan bangunan pabrikan, pada abad ke-19 muncul pula pemahaman ilmiah terhadap bahan bangunan yang meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan dari penggunaan bahan bangunan tertentu (Conway, 1994). Hal tersebut menjadikan pengujian kandungan dari beberapa jenis bahan bangunan menjadi penting dilakukan dan sejalan dengan waktu, hal tersebut memuculkan kewaspadaan terhadap bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis bahan bangunan. Substansi kimia yang ada pada bahan bangunan dapat berbahaya bagi kesehatan manusia berupa kandungan zat kimia yang dapat menyebabkan kanker, gangguan pernafasan, mutasi gen, gangguan reproduksi dan lain sebagainya (Berg, 2009). Salah satu contoh yang sering kita jumpai di masyarakat yaitu penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes. Asbes merupakan bahan bangunan yang memiliki kemampuan tahan terhadap api, namun memiliki debu yang berbahaya bagi kesehatan manusia sebab mengandung timbal pada bahan catnya (Conway, 1994). Penggunaan bahan bekas merupakan bagian dari metode berwawasan
PENDAHULUAN Secara fitrah, manusia membutuhkan rumah sebagai ruang untuk dihuni. Sejak zaman prasejarah, manusia menghuni gua dan tonjolan wadas untuk berlindung dari cuaca luar, binatang liar dan serangan dari musuh, dan seiring perkembangan pengetahuan dan keterampilan pertukangan, manusia mulai membangun rumah sederhana yang selanjutnya terus-menerus mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungannya (Frick dkk., 2006). Selanjutnya setelah mendapatkan tempat berlindung, manusia menghuni rumah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, tidur, dan seterusnya, hingga pemenuhan kebutuhan yang bersifat aktualisasi diri dan kebutuhan akan kasih sayang. Sebagai lingkungan yang melingkupi manusia, kualitas fisik rumah sangat menentukan kualitas hidup seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh WHO (World Health Organization) mengenai pengaruh fisik ruang dalam terhadap penghuni yang menunjukkan keterkaitan antara kualitas pencahayaan dan kualitas suara dalam ruang terhadap kesehatan mental penghuni, kualitas penghawaan ruang dengan penyakit asma, dan masalah kelembaban dan jamur pada ruang dengan masalah pernafasan penghuni. Salah satu aspek penting elemen pembentuk struktur bangunan adalah bahan bangunan. Rumah sebagai produk arsitektural merupakan satu kesatuan hasil komposisi dan konstruksi dari unit-unit bahan bangunan yang berperan dengan fungsi masing-masing serta saling mendukung satu sama lain (Rigdon dkk., 1998). Terbentuknya bangunan rumah dari bahan-bahan 166
Kelayakan Huni, Rumah, Bahan Bekas, Bahan Bangunan
lingkungan yang lebih dikenal sebagai konsep Reuse Material dan lebih kompleks sering dirangkaiakan sebagai konsep 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycling. Frase 3R, Reduce, Reuse, dan Recycling merupakan frase yang digunakan untuk menggambarkan solusi untuk menyelesaikan masalah pertumbuhan limbah (Morgan, 2009). Konsep 3R dianggap dapat menyelesaikan masalah limbah dengan menguranginya, dengan menggunakannya kembali, dan dengan mengolahnya sebagai bahan baku dalam memproduksi barang baru. Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang bahan bongkaran bangunan menyimpulkan bahwa ide untuk mereuse atau menggunakan kembali bahan limbah sangat menarik dan mendorong untuk meminimalkan kerusakan kerak bumi dan kerusakan hutan dengan mengurangi tingkat aktivitas pertambangnan bahan baku material baru (Gamastha dkk., 2006). Sedangkan penelitian lainnya tentang reuse atau penggunaan kembali bahan bangunan bekas menyimpulkan bahwa dampak terhadap lingkungan mencapai 55% bila menggunakan bahan baru, dan sebaliknya penggunaan kembali bahan batu tanah liat dan bahan atap genteng tanah liat dapat menurunkan dampak terhadap lingkungan dalam jumlah yang besar (Thormark, 2000). Namun metode 3R juga masih menyisakan pertanyaan baru yang salah satunya mempertanyakan apakah bahan-bahan dari konsep 3R aman bagi lingkungan dan kesehatan kita? Masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan yang digunakan untuk membangun rumahrumah mereka. Sebahagian besar masyarakat menggunakan bahan-bahan bekas bongkaran bangunan, bahkan memanfaatkan sampah-sampah yang tersedia di lingkungan perkotaan, untuk dijadikan sebagai bahan Atap, Lantai, dan Dinding rumah. Salah satu daerah
ISSN 2303-3614
pemukiman yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan menggunakan bahan bekas sebagai bahan bangunan adalah Kampung Pisang yang terletak di wilayah RT 4 RW 5 Kelurahan Maccini Sombala Kota Makassar. Berdasarkan kajian literature mengenai kandungan zat kimia berbahaya yang terkandung diberbagai bahan bangunan dan fakta tentang kondisi masyarakat yang menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan untuk membangun rumah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pengaruh penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan terhadap kelayakan huni dari rumah masyarakat berekonomi lemah di Kampung Pisang Makassar. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi dan suatu sistem pemikiran serta peristiwa yang akan terjadiyang bertujuan dari suatu penelitian deskriptif adalah untuk membuat eksploratif gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara berbagai gejala yang akan diteliti. Berdasarkan pemikiran tersebut dan dengan menggunakan metode observasi langsung, panduan wawancara, melakukan wawancara mendalam dan studi dokumen, dibuat deskripsi apa yang terjadi dan berusaha mendapatkan fakta yang terkait dengan strategi pengembangan daerah tujuan wisata. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Makassar, tepatnya di Kampung Pisang yang terletak di dalam wilayah RT 4 RW 5 Kelurahan Maccini Sombala 167
Muhammad Karyadi
ISSN 2303-3614
Kecamatan Mariso Kota Makassar.
finansial yang menggambarkan kondisi masyarakat berekonomi lemah di Makassar. Meskipun diantara masyarakat sudah ada beberapa kepala ruamah tangga yang mampu mencapai penghasilan perbulan hingga 1,5 juta sampai 2,4 juta perbulan, namun hal ini jika mereka sedang ada pekerjaan (buruh/tukang bangunan). Sebagian besar dari penghuni Kampung Pisang merupakan buruh harian bangunan, hal ini menjadikan mereka memperoleh bahan bekas dari bongkaran bangunan yang sedang dikerjakan.
Populasi dan Sampel Kampung Pisang merupakan area pemukiman seluas 7000 m2 yang menjadi lokasi untuk 39 rumah yang terbagi atas rumah yang rumah tinggal sebanyak 30 rumah dan rumah sewa sebanyak 9 rumah. Yang menjadi populasi pada penelitian ini yaitu rumah tinggal yang berjumlah 28 rumah, karna 2 rumah tinggal lainnya tidak dapat diakses dan penghuninya tidak dapat ditemui. Jumlah populasi 28 unit rumah masih memungkinkan untuk dijadikan sampel penelitian (sampel jenuh).
Bahan bekas yang digunakan sebagai bahan bangunan Terdapat 7 jenis bahan bekas yang digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat di Kampung Pisang Makassar, yaitu bahan seng, multiroof, papan dan balok kayu, bambu, Terpal plastik, Plastik Vinyl bahan Spanduk, Papan Gypsum.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui kajian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data observasi (identifikasi bahan bangunan), wawancara mendalam, pengukuran ruang, sketsa denah dan kajian pustaka.
Persepsi penghuni Dari hasil wawancara mendalam terhadap penghuni/warga Kampung Pisang ditemukan bahwa persepsi penghuni terhadap suhu udara di dalam ruang rata-rata menggambarkan kondisi yang panas disepanjang hari, pagi, siang dan malam. Hal ini berarti membentuk suhu udara di dalam ruang tidak nyaman terutama pada waktu siang hari. Rumah-rumah di Kampung Pisang rata-rata mengalami kerusakan bahan berupa atap yang bocor. Tingkat kebocoran terparah mencapai pada kerusakan atau kebocoran pada seluruh ruangan. Kerusakan bahan ini dihubungkan dengan aktivitas penghuni di dalam ruang yang digambarkan di dalam persepsi penghuni tentang aktivitas mereka yang terganggu. Hal ini menggambarkan kemampuan rumah dalam melindungi penghuninya dari hujan dan hal ini dihubungkan dengan persepsi penghuni tentang aktivitas di dalam rumah yang terganggu akibat kerusakan/atap bocor (Gambar 1).
Analisis Data Teknik analis data yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Dari data yang telah diperoleh dari observasi yang mencakup identifikasi bahan bekas yang digunakan sebagai bahan bangunan, data akan dikelompokkan sesuai dengan jenis bahan dan fungsinya, dan selanjutnya dikoreksi berdasarkan hasil kajian pustaka tentang substansi kimia yang dapat terkandung di dalam bahan bangunan tersebut, dan dipadukan dengan hasil wawancara terhadap penghuni mengenai pengaruh penggunaan bahan bekas terhadap persepsi penghuni untuk menggambarkan kualitas kelayakan huni rumah masyarakat berekonomi lemah di Makassar. HASIL Karakteristik responden (sampel) Karakteristik sosial dari masyarakat Kampung Pisang Makassar menunjukkan bahwa mereka hidup dalam keterbatasan 168
Kelayakan Huni, Rumah, Bahan Bekas, Bahan Bangunan
Identifikasi bahan bekas yang digunakan pada rumah masyarakat di Kampung Pisang, terungkap bahwa ada 7 jenis bahan bekas yang digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat di Kampung Pisang Makassar, yaitu bahan seng, multiroof, papan dan balok kayu, bambu, Terpal plastik, Plastik Vinyl bahan Spanduk, Papan Gypsum. Penghuni rumah di Kampung Pisang menghadapi resiko penyakit-penyakit
ISSN 2303-3614
berbahaya seperti kanker, mutasi gen, gangguan pernafasan, asma, dan gangguan reproduksi (Tabel 1). Terdapat 36% dari jumlah warga yang memberikan testimoni mengenai gangguan kesehatan mengatakan bahwa mereka menderita gangguan pernafasan dan asma dan juga 36% yang mengatakan bahwa mereka menderita penyakit alergi dan gatal-gatal pada kulit. Di atas 90% penderita adalah anak-anak dan balita.
Gambar 1. Analisis Bahan (analisis penelitian) 169
Muhammad Karyadi
ISSN 2303-3614
Tabel 1. Bahan (peneliti, 2014) dan Substansi kimia (B.Berg, 2009). No. Jenis Bahan 1
Seng
2
Multyroof
Kategori Substansi
Resiko Gangguan Kesehatan Sangat beracun/ beracun/ berbahaya bagi organisme air (Zn)
Produk Logam, Logam Campuran
Menyebabkan Alergi (Nikel) Berbahaya/beracun melalui pernafasan (Nikel)
3
Kayu ; Papan, Balok
-
Asma ; Jika berjamur + penghawaan yang buruk (WHO)
Bambu 4
Atap plastik Fiber
Mutagenik, diketahui/suspek
5
Terpal plastik
Memepengaruhi organ reproduksi, diketahui/suspek
6
Spanduk Vinyl
Sangat beracun Sulit terurai & bersifat menumpuk, diketahui/suspek Menyebabkan alergi Berbahaya/beracun melalui pernafasan Plastik Berbahaya/beracun jika tertelan Berbahaya/beracun jika terkena mata/kulit Menyebabkan iritasi mata Menyebabkan iritasi saluran pernafasan Menyebabkan iritasi kulit Sangat beracun/ beracun/ berbahaya bagi organisme air Kontak yang terus menerus dapat menyebabkan rasa kantuk dan pusing
7
Papan Gypsum
Asbes
Karsinogenik, diketahui/suspek
170
Kelayakan Huni, Rumah, Bahan Bekas, Bahan Bangunan
ISSN 2303-3614
konstruksi untuk perumahan murah untuk masyarakat miskin perkotaan menyimpulkan bahwa dengan menggunakan bahan bangunan dan teknik konstruksi lokal akan menyelesaikan masalah tingginya biaya bahan bangunan yang menyulitkan masyarakat miskin perkotaan di Nigeria untuk memiliki rumah sendiri (Fadairo dkk.,2013). Bahan lokal dapat menekan ketidakterjangkauan masyarakat miskin pada bahan bangunan yang berharga tinggi, namun bagi masyarakat di Kampung Pisang Makassar, bahan yang dapat terjangkau adalah bahan bekas baik dari bahan bangunan maupun bahan non bahan bangunan seperti bahan spanduk dan baligho bekas yang digunakan sebagai bahan plafond, bahan kanopi, bahan atap, bahan dinding, bahkan digunakan sebagai bahan penutup lantai. Hal ini selanjutnya menimbulkan resiko kontaminasi yang lebih berpotensi dari substansi kimia berbahaya yang terkandung pada bahanbahan yang digunakan. Bahan bekas yang rusak (sedikit/banyak) pada bagian bahan secara keseluruhan atau sebagian terpapar langsung ke dalam ruangan sebagai atap, lantai, dan dinding dan berinteraksi dengan penghuni melalui udara yang dihirup, disentuh, dan terbawa masuk bersama air hujan akibat atap atau dinding yang bocor. Identifikasi bahan bekas yang digunakan pada rumah masyarakat di Kampung Pisang, terungkap bahwa ada 7 jenis bahan bekas yang digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat di Kampung Pisang Makassar, yaitu bahan seng, multiroof, papan dan balok kayu, bambu, Terpal plastik, Plastik Vinyl bahan Spanduk, Papan Gypsum. Hal ini dihubungkan dengan hasil kajian literatur mengenai substansi kimia bahan bangunan untuk mengukur resiko yang harus dihadapi masyarakat yang menggunakan bahan bekas sebagai bahan bangunan rumah mereka. Dari hasil tinjauan resiko, penghuni rumah di Kampung Pisang menghadapi resiko penyakit-penyakit berbahaya seperti
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan pengaruh dari penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan terhadap kelayakan huni rumah masyarakat berekonomi lemah di Kampung Pisang Makassar, yakni menurunkan kemampuan dari fisik rumah dalam melindungi penghuni dari panas dan hujan. Penelitian ini juga memperlihatkan kondisi yang tidak dapat menjamin kesehatan penghuni bahkan sangat beresiko pada gangguan kesehatan yang serius bagi penghuni melalui substansi kimia yang terkandung pada bahan-bahan bekas yang digunakan sebagai bahan bangunan. Pengaruh penggunaan bahan bekas pada kondisi suhu udara ruang yang panas dan kerusakan bahan (atap yang bocor) merupakan akumulasi dari kualitas dari bahan bangunan dalam membentuk fungsi elemen atap dan dinding yang mengalami degradasi akibat kondisi-kondisi dari bahan bekas yang digunakan seadanya, sesuai dengan kondisi bahan, tanpa adanya perlakuan khusus, perbaikan, yang selanjutnya membentuk kualitas ruang yang menentukan kelayakan huni dari rumah. Sedangkan persepsi yang terbentuk dari penghuni rumah di Kampung Pisang hampir secara keseluruhan menggambarkan kondisi di dalam ruangan yang panas sepanjang hari bahkan hingga pada waktu malam hari. Hal ini sangat tidak nyaman bagi penghuni dan mereka lebih memilih untuk bersantai dan beristrahat di waktu siang hari di halaman rumah, halaman tetangga/di luar rumah. Hal ini menggambarkan kondisi fisik rumah yang tidak mampu memberikan perlindungan terhadap penghuni dari panas. Penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan pada rumah masyarakat berekonomi lemah di Kampung Pisang Makassar dianggap sebagai sebuah solusi pengganti bahan bangunan yang harganya tidak terjangkau. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Nigeria mengenai bahan bangunan dan teknik 171
Muhammad Karyadi
ISSN 2303-3614
kanker, mutasi gen, gangguan pernafasan, asma, dan gangguan reproduksi. 36% dari jumlah warga yang memberikan testimoni mengenai gangguan kesehatan menunjukkan bahwa mereka menderita gangguan pernafasan dan asma dan juga 36% yang menderita penyakit alergi dan gatal-gatal pada kulit dan untuk penghuni yang mengalami gangguan pernafasan dan asma. Diatas 90% penderita adalah anak-anak dan balita. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan perlunya langkah pengkajian lebih lanjut tentang penyebab gangguan kesehatan dan menghubungkan kondisi tersebut dengan kondisi fisik rumah yang terbentuk dari elemenelemen yang menggunakan bahan bekas sebagai bahan bangunan rumah di Kampung Pisang Makassar. Regulasi pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Porvinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, mengungkapkan bahwa standar minimal jaminan kesehatan rumah meliputi pencahayaan, penghawaan, dan sanitasi (Kemeterian Negara Perumahan Rakyat, 2008). Standar ini belum mengungkapkan faktor bahan bangunan dalam menentukan jaminan kesehatan penghuni. Oleh karena itu, penelitian ini juga menyarankan kepada pemerintah untuk memasukkan dan mengkaji faktor bahan bangunan yang digunakan sebagai faktor yang juga berperan dalam menentukan jaminan kesehatan terhadap penghuni, khususnya bagi masyrakat berekonomi lemah yang menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan bangunan rumah mereka. Penggunaan bahan bekas dilakukan dengan metode seadanya tanpa perlakuan khusus pada bahan bekas, maka sebaiknya penggunaan bahan bekas mendapat pengawalan dan pengawasan dari pemerintah, dan dilakukan pengkajian mendalam dan evaluasi pada sistem pengolahan limbah dan sistem
pembongkaran bangunan, khususnya limbah konstruksi yang mengandung substansi kimia berbahaya. Berdasarkan pendekatan metode pembongkaran bangunan, pada tahap persiapan pembongkaran bangunan salah satu yang harus dilakukan adalah memindahkan material yang berbahan berbahaya seperti asbes, dan bahan berbahaya lainnya dari site bangunan (Bhandri, dkk., 2008). Hal ini dimaksudkan agar bahan-bahan yang mengandung substansi kimia yang berbahaya tidak rusak atau hancur yang yang dapat mengakibatkan kontaminasi terhadap lingkungan dan manusia. KESIMPULAN DAN SARAN Pengaruh penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan terhadap kelayakan huni rumah masyarakat yang berekonomi lemah di Makassar adalah menurunkan kemampuan fisik rumah untuk melindungi penghuninya dari panas dan hujan, serta tidak menjamin kesehatan penghuni, bahkan diduga berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan serius seperti kanker, mutasi gen, gangguan pernafasan, asma, dan gangguan reproduksi, dan resiko gangguan kesehatan sangat rentan terjadi pada anak-anak dan balita. Dalam kajian regulasi pemerintah tentang standar minimal rumah layak huni, belum membahas tentang standar minimal dari bahan bangunan yang dapat menjamin kesehatan penghuni. Penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan pada rumah masyarakat yang berekonomi lemah di Makassar membutuhkan perlakuan khusus dan pengembangan metode sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik rumah dalam melindungi penghuni dari panas dan hujan. Diperlukan campur tangan pemerintah dalam bentuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya substansi kimia yang dapat terkandung di dalam berbagai bahan bangunan, regulasi tentang standar minimal dari penggunaan bahan bangunan yang dapat menjamin 172
Kelayakan Huni, Rumah, Bahan Bekas, Bahan Bangunan
kesehatan penghuni dan pengkajian mengenai pengelolaan dan manajemen khusus mengenai limbah konstruksi terutama limbah konstruksi yang mengandung zat kimia berbahaya.
ISSN 2303-3614
cost housing for urban poor in Akure, Nigeria: materials and techniques of construction. Journal of Environment and Earth Science, 3(9): 2225-0948. Gamashta L., Gumashta S. (2006). Reuse of concrete and masonry waste materials in construction to minimize environmental damages due to quarrying. Journal of Environmental Research And Development, 1(1). Kemeterian Negara Perumahan Rakyat. (2008). Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 22/PERMEN/M/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Porvinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Jakarta: Kemeterian Negara Perumahan Rakyat. Morgan S. (2009). Sustainable Future: Waste, Recycling, and Reuse. London: Evans Brothers Limited. Rigdon B., Kim J.J. (1998). Qualities, Use, and Examples of Sustainable Building Materials. Michigan: National Pollution Prevention Centre For Higher Education. Thormark C. (2000). Environmental analysis of a building with reused building materials. International journal of low energy aand sustainable buildings, 1(2).
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, shalawat dan taslim kepada Rasulullah SAW penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, istri, keluarga dan terkhusus saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.Ir. Victor Sampebulu, M.Eng selaku pembimbing I dan Prof.Dr.Ir. Ananto Yudono, M.Eng selaku pembimbing II. DAFTAR PUSTAKA Berge B. (2009). The Ecology of Building Materials, Second Edition. Oxford: Elsevier. Bhandri M.G., Kulkarni V.K., Malviya R.K. (2008). Building demolition: ground to earth important as construction. International journal of emerging technology and advanced engineering, 3(4): 2250-2459. Conway H. (1994). Undersatnding Architecture. London: Routledge. Frick H., Widmer P. (2006). Membangun, membentuk, menghuni. Yogyakarta: Kanisius. Fadairo G., Olotuah A.O. (2013). Low-
173