J. Sains & Teknologi, Desember 2016, Vol.16 No.3 : 275 – 281
ISSN 1411-4674
DAMPAK PERTAMBANGAN GALIAN C PADA LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI DI KELURAHAN BEBANGA KECAMATAN KALUKKU KABUPATEN MAMUJU Excavation C Mining Impacts on Social Environment Economic Society in the Bebanga Village Kalukku Sub-District Mamuju Regency Muh. Iqbal1, Didi Rukmana2, Muh. Yusran Jusuf3 1
Jurusan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin, (email:
[email protected]) 2 Bagian Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Alam, Fakultas Pertanian, Univeritas Hasanuddin, (email:
[email protected]) 3 Bagian Kebijakan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin (email:
[email protected])
ABSTRAK Pemanfaatan sumber daya alam oleh perusahaan pertambangan yang, tidak tepat guna dan tidak berwawasan lingkungan menyebabkan terjadinya darnpak sosial maupun ekonorni khususnya bagi masyarakat di Kelurahan Bebanga. Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Dampak Pertambangan Galian C terhadap lingkungan Sosial Masyarakat di Ampallas Kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju, (2) Dampak Pertambangan Galian C terhadap lingkungan Sosial Masyarakat di Ampallas Kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju. Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Ampallas Kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif Instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri, Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan Studi dokumentasi. Informan yang diperoleh adalah Aparatur pemerintahan, pengusaha. dan Masyarakat. Analisis data dalam penelitian ini yaitu Tahap Reduksi data, penvajian data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukan pertambangan Galian C di Kelurahan Bebanga berdampak pada lingkungan sosial dan ekonomi diantaranya terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal, Peningkatan Kesejahteraan namun keuntungan tersebut jauh dibandingkan dengan kerugian berupa kerusakan fasilitas umum, pencemaran udara, Pencemaran Sungai dan kerusakan alam yang dialami oleh daerah tersebut Karena sistem pengelolaan dan penampungan akhir yang tidak efektif. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu dalarn pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan aspek lingkungan, pemerintah harus membuat kebijakan yang mengatur masalah eksploitasi Galian C, pihak perusahaan harus lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan Pekerja, serta pegawasan harus lebih ditingkatkan agar dampak-dampak negatif yang timbul dikemudian hari dapat diminimalisir. Kata Kunci: Dampak pertambangan galian C, lingkungan sosial-ekonomi masyarakat
ABSTRACT Utilization of natural resources by mining companies Mat are.not appropriate find trot environmental causes of social and economic impacts, especially for people in the Bebanga Village. The research aimed to investigate (1) The excavation C mining impact to the community’s social environment at ampallas, bebanga village administration, kalukku district, Mamuju Regency (2) The excavation C mining impact to the community’s economic environment at ampallas, bebanga village administration, kalukku district, Mamuju Regency. The research was conduted at ampallas environment, bebanga village administration, kalukku district, mamuju regency. The research primary instrument was the researcher himself. Data were collected by an interview, observation and
275
Muh. Iqbal
ISSN 1411-4674
documentary study. Informants obtained were governmental apparatus, businessmen, and comunitymembers. Data analysis in the research was by the data reduction stage, data presentation and verification. The research result indicates that the exaction C mining at bebanga village administration has the impact on the social and economic environment, among others are, the opening of the job opportunities for the local community members, prosperity improment, however, the advantages are less compared with losses in the forms of the public facility damages, air pollution, river pollution, natural damage suffered by the area because the management system and final reservoir are ineffective. The recommendations which can be given are the natural resourse utilization should focus on the environmental aspect, the government should establish the policy which governs the excavation C, the company should focus more on the community and employees’ prosperity, the supervision should be improved, so that the negative impacts arising in the future can be minimized. Keywords: Excavation C mining ,impacts on social environment-economic society
yang penyebaran dan jenisnya cukup luas mulai dari mineral primer dan bahan galian lain salah satunya yaitu Bahan galian Batu dan Pasir yang termasuk dalam golongan C, dimana salah satu daerah pertambangan khususnya galian golongan C berada di daerah Ampallas Kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku yang dikelola Oleh PT. Karya Mandala Lestari Sejak tahun 2006. Aktivitas pertambangan akan memberikan pengaruh pada komponen ekosistem wilayah baik mikro sebagai salah satu ekosistem, antara kegiatan pertambangan dengan komponenkomponen lingkungan tidak dapat dipisahkan. Masing-masing akan memberikan pengaruh timbal balik (Zulkifli, 2014). hal tersebut telah diatur dalam peraturan daerah Kabupaten Mamuju Nomor 7 Tahun 2011 yaitu Asas pengelolaan pertambangan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan tujuan menjamin tersedianya bahan baku, mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan daerah untuk bersaing dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, Negara serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar – besarnya kesejahteraan masyarakat. Namun fakta dilapangan berbeda, banyak pengusaha pertambangan yang mengabaikan faktor lingkungan sehingga dampak negatif yang timbul banyak dirasakan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada bulan Februari
PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu proses disegala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu, dalam hal ini pembangunan pada sektor pertambangan (Suratmo, 2007). Industri pertambangan merupakan industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa dan pendapatan Asli Daerah yang bersangkutan. Kegiatan pertambangan ini meliputi ekplorasi, ekploitasi, pengelolaan/ pemurnian, pengangkutan mineral/bahan tambang (Sukandarrumidi, 2009). Diterapkannya otonomi daerah yang diatur dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah maka daerah memiliki kewenangan dalam memanfaatkan segala sumber daya yang ada didaerahnya, termasuk pemanfaatan dan pengelolaan pertambangan. Atas dasar otonomi daerah sesuai kewenangannya pengelolaan bahan galian mulai dari penerbitan izin sampai dengan pengawasan dan pengendalian berada ditangan pemerintah daerah kabupaten atau Kota(Siagian,2008). Berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Barat hingga 2015 memetakan sedikitnya 65 titik wilayah pertambangan yang saat ini berproduksi di seluruh wilayah Sulawesi barat. Salah satunya ialah kabupaten Mamuju yang memiliki potensi bahan galian beraneka ragam 276
Dampak pertambangan galian C
ISSN 1411-4674
kegiatan pertambangan Batu di Lingkungan Ampallas kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju memberikan beberapa dampak positif maupun negatif khususnya pada lingkungan Sosial dan Lingkungan Ekonomi Masyarakat. Dampak positif yang terjadi diantaranya yaitu kegiatan pertambangan tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang memberikan kesempatan kerja bagi kurang lebih 50 orang tenaga kerja lokal maupun sekitar 40 orang tenaga kerja yang berasal dari luar daerah yang bekerja sebagai teknisi alat berat, supir truk, operator dan keamanan perusahaan. Pendapatan masyarakat juga terbantu dengan adanya sistem sewa atau dijual lahan milik warga yang sewaktu – waktu butuh uang untuk keperluan yang mendesak serta Pertumbuhan usaha kecil seperti usaha warung, dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat sedikit terbantu dengan adanya CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat, CSR tersebut dipungut oleh pemerintah setiap bulannya dan ada pula yang diberikan langsung oleh perusahaan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan ruang kelas Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidayah dan Pembangunan masjid. (sumber : wawancara pemilik PT. Karya Mandala Lestari) Pertambangan Galian C di daerah Ampallas kelurahan bebanga tesebut tidak hanya memberikan dampak positif tetapi terdapat pula beberapa masalah atau dampak negatif yang timbul akibat penambangan Galian C yaitu dari segi Lingkungan perubahan kontur atau bentuk areal pertambangan yang semula masih alami menjadi berlubang akibat penggalian yang dikhawatirkan menimbulkan kelongsoran, Daerah Aliran Sungai yang di terkikis akibat penggalian yang dilakukan di pinggir sungai, terjadi penurunan kualitas lahan persawahan, udara di areal pabrik penampungan batu kerikil dipenuhi partikel debu yang sangat menganggu
pernafasan dan kebisingan oleh pengoprasian alat berat serta Pabrik Kruser Pemecah Batu. Berdasarkan masalah yang telah peneliti deskripsikan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengaplikasikan dalam sebuah Tesis yang berjudul “Dampak Pertambangan Galian C terhadap Lingkungan Sosial – Ekonomi Masyarakat Yang bertujuan Untuk Mengetahui Dampak Pertambangan Galian C terhadap lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat di Ampallas Kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah Ampallas Kelurahan Bebanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju.Desain penelitian menggunakan metode Kualitatif yaitu pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsepdengan pendekatan deskriptif berdasarkan faktafakta dan didasarkan induk analitik (Moleong, 2007). Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan di dalam pengumpuan data penelitian kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Moleong bahwa, pencari tahu alamiah (peneliti) dalam mengumpulkan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data.Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.Data primer yang didapat berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta, sedangkan data sekunder berupa dokumen tertulis, Teknik data yang digunakan juga merupakan kombinasi dari beberapa teknik(Sugiyono, 2005). Kegiatan Analisis data dalam penelitian Kualitatif dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan Pralapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat jenuh. Menurut Bogdan 277
Muh. Iqbal
ISSN 1411-4674
& Biklen dalam (Moleong, 2007) Analisis data kualitatif adalah “Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dari apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktifyang telah dikembangkan oleh Miles & Huberman (1992), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya ; Reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verifycation).
tercatat ada 3 sekolah dasar dan 2 madrasah yang berada di Kelurahan Bebanga dari sebelum tahun 2004 hanya ada 2 sekolah dasar dan 1 Madrasah, dan beberapa sekolah tersebut mendapatkan bantuan dari pihak perusahaan pertambangan Batu untuk Penambahan kelas sehingga sekarang masyarakat kelurahan bebanga lebih mudah memperoleh akses pendidikan yang layak hanya terkendala pada dana untuk membiayai pendidikan yang masih dirasa sulit. Namun dalam bidang kesehatan, terjadi penurunan kesehatan penduduk dalam satu tahun terakhir ini. Menurut keterangan bidan desa yankni dewi tercatat 34 orang penduduk terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang kemungkinan besar disebabkan oleh seringnya penduduk menghirup udara kotor atau debu yang berasal dari operasi pemecah batu dan aktifitas mobil truk yang membawa hasil pertambangan serta terjadi 2 kali kecelakaan yang dialami warga akibat terserempet truk besar pengangkut hasil tambang. Menurut penuturan salah satu Pengawas Perusahaan Masyarakat kelurahan bebanga belum dapat menyesuaikan dengan lingkungan industri dan masih terikat pada kebiasaan – kebiasaan yang bersifat tradisional, dari observasi yang peneliti lakukan memang benar masih banyak pekerja yang tidak mempedulikan keamanan untuk dirinya sendiri, masih banyak pekerja yang hanya memakai sandal bahkan tidak memakai alas kaki saat bekerja padahal bekerjaan yang mereka lakukan sangat beresiko tinggi dan rawan kecelakaan. Salah satu bukti nyata dari CSR tersebut terlihat dari bangunan masjid AlQudwah yang berada di lingkungan Ampallas Kelurahan Bebanga.Masjid ini dibangun oleh pemilik perusahaan PT. Karya Mandala Lestari yang dibangun sejak tahun 2009.Namun dari hasil observasi lain, peneliti juga melihat bahwa pertambangan galian C tersebut tidak hanya berdampak positif untuk
HASIL Dampak Pertambangan Galian C pada Lingkungan Sosial Masyarakat Dari pernyataan warga bahwa partisipasi masyarakat Kelurahan Bebanga di antaranya dilakukan dengan Bekerja di Pertambangan sebagai Karyawan/Buruh di PT. Karya Mandala Lestari. Dari hasil observasi peneliti, tercatat sekitar 50 orang warga Kelurahan Bebanga yang bekerja di perusahaan pertambangan yaitu PT. Karya Mandala Lestari, Padahal data kependudukan memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Bebanga mencapai 5.493 orang, jika di rata-rata penduduk yang bekerja di Pertambangan tidak mencapai angka 40% seperti yang dikatakan Kepala Kelurahan Bebanga. Sejak mulai dibukanya pertambangan Batu di Kelurahan Bebanga tahun 2006 banyak jenis usaha baru yang mulai digeluti oleh masyarakat mulai dari penjualan barang-barang konsumsi seperti warung sampai usaha dalam bidang jasa seperti ojek, bengkel, bahkan supir truk. Meskipun jenis usaha-usaha tersebut berskala kecil namun mampu menopan kehidupan beberapa orang di Kelurahan Bebanga. Berdasarkan data kependudukan, peneliti melihat bahwa 278
Dampak pertambangan galian C
ISSN 1411-4674
pembangunan daerah saja melainkan berdampak negatif pula pada masyarakakat areal tambang. Dampak tersebut timbul karena adanya limbah dari hasil dari pabrik pemecah batu dan pengerukan pinggir sungai untuk mengambil batu yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dalam pengelolaannya.
sehinga warga setempat hanya bisa bekerja sebagai buru harian. Hal inilah yang membuka peluang untuk penduduk luar daerah yang memiliki keahlian yang lebih tinggi untuk bekerja dan mengisi jabatan penting diperusahaan pertambangan Batu tersebut. Pengunaan alat berat yang digunakan sebagai alat untuk mengkeploitasi Batu harus dibatasi pengunanya, agar alam mempunyai waktu untuk memperbaiki dirinya. Selain itu, pengunaan alat pertambangan rakyat bukan alat berat akan membuat pekerjaan dalam pertambangan Batu tersebut menjadi lebi banyak. Hal ini menyebabkan terbukaanya peluan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan mengunakan peralatan berat. Namun bukan berarti penulis menolak adanya kemajuan teknologi. Kalaupun harus memakai alat berat pembagian kerja perlu mendapatkan perhatian sehinga penghasilan dari hasil kringat pekerja dapat dibagi rata. Kemungkinan dengan cara pekerja digilir seminggu tiga hari kerja, dan ini dilakukan secara bergantian. Dengan begitu pengahsilan (tinkat kesejahteraan) dapat merata. Operasi penambangan membutuhkan tenaga kerja minimal 50 orang dengan kualifikasi pendidikan SD,SLTP, SLTA dan Sarjana. Tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh kegiatan operasi penambangan. Tenaga yang bekerja sebagian besar dari daerah sekitar. Waktu kerja hanya 1 shiff dari jam 08.00-16.00 kecuali petugas keamanan yang dibagi menjadi 3 shiff, yaitu : shiffke-1 jam 08.00-16.00, shiff ke-2 jam 16.00-24.00 dan shiff ke-3 jam 24.00-08.00. Pada praktek dilapangan, jabatan tertinggi dipegang oleh pemilik modal, kemudian kepala teknik tambang yang merangkap sebagai mandor bertugas sebagai kordinator lapangan yang mengawasi pekerja yang dibawanya yaitu operator alat berat seperti backhoe dan para buruh harian yang bertugas
Dampak Pertambangan Galian C pada Lingkungan Ekonomi Masyarakat Pertambangan Batu Kelurahan Bebanga dalam pemamfaatannya seringkali mengabaikan faktor kelestarian lingkungan, mereka hanya berorientasi pada profit.Perusahaan dalam satu hari minimal memproduksi Batu sebanyak 200-500 m3. Sedangkan produksi Batu tersebut berlangsung setiap hari selama hampir 24 jam. Hal ini tercermin dari pencemaran yang terjadi pada sungai Ampallas akibat belum optimalnya sistem pengelolaan limbah cair. Pertambangan Batu merupakan pertambangan yang kurang bernilai ekonomis tinggi seperti emas ataupun batubara, jadi jarang sekali ada investasi dari luar dan modalnya hanya berasal dari pribadi si pemilik. Untuk itu peneliti menganalisis bahwa akumulasi modal yang didapatkan si pemilik modal dapat dihitung dari harga perkubik Batu yaitu Rp 150.000 dikali volume Batu yang digali yaitu 100 m3 perhari, sehinga setiap harinya keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 15.000.000. Dari pernyataan hasil wawancara, peneliti menganalisis bahwa warga Kelurahan Bebanga yang bekerja dipertambangan kurang mengalami peningkatan ekonomi yang berarti, karna berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hanya sekitar 50% saja yang memiliki tabungan, 5% lainya mengakui dari penghasilannya hanya mengakui untuk kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini juga terbentur karena faktor skill warga masyarakat lokal yang masi banyak dibawa istandar karena pendidikan yang mereka dapat rata-rata hanya tamatan SD 279
Muh. Iqbal
ISSN 1411-4674
mengankut Batu dari hasil galian dan kemudian di masukkan ke mesin pemecah batu sampai diankut pada truktruk pengangkut Batu.
kehadiran perusahaan masyarakat memiliki kesempatan kerja di perusahaan namun tidak semua masyarakat ingin berkerja sebagai penambang disamping karena hal baru masyarakat juga sudah terbiasa dengan bekerja sebagai petani. Pihak perusahaan juga membatasi warga untuk mengambil batu secara bebas karena perusahaan telah membeli lahan yang menjadi lokasi pertambangan galian C khususnya pertambangan Batu. Faktor keahlian juga berpengaruh untuk ikut berpartisipasi sebagai pekerja di perusahaan, hal tersebut yang secara tidak langsung membuat penyerapan tenaga kerja dari luar meningkat hal ini menyebabkan banyaknya masyarakat dari luar kelurahan ampallas yang bekerja di perusahaan tersebut. Standar kriteria atau baku mutu keserasian lingkungan sosial seringkali ditentukan oleh kondisi sosial, budaya dan lingkungan masyarakat itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, indikator lingkungan sosial ditentukan berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan hidup yang bertanggung jawab secara sosial (Sosiality Responsible) dan dilakukan secara integral, holistik dan adil (Raharjo, 2006). Dari hasil observasi peneliti, tercatat sekitar 50 orang warga Kelurahan Bebanga yang bekerja di perusahaan pertambangan yaitu PT. Karya Mandala Lestari, Padahal data kependudukan memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Bebanga tepatnya di lingkungan Ampallas mencapai 354 orang, jika di rata-rata penduduk yang bekerja di Pertambangan tidak mencapai angka 40% seperti yang dikatakan Kepala Kelurahan Bebanga Hasrullah. Dari pernyataan hasil wawancara dengan informan peneliti menganalisis bahwa warga Kelurahan Bebanga yang bekerja dipertambangan kurang mengalami peningkatan ekonomi yang berarti, karena berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hanya sekitar
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa pertambangan galian C di kelurahan Bebanga berpengaruh terhadap lingkungan sosial dan ekonomi yang tidak signifikan yaitu : Berdasarkan data kependudukan, peneliti melihat bahwa tercatat ada 3 sekolah dasar dan 2 madrasah yang berada di Kelurahan Bebanga dari sebelum tahun 2004 hanya ada 2 sekolah dasar dan 1 Madrasah, dan beberapa sekolah tersebut mendapatkan bantuan dari pihak perusahaan pertambangan Batu untuk Penambahan kelas sehingga sekarang masyarakat kelurahan bebanga lebih mudah memperoleh akses pendidikan yang layak hanya terkendala pada dana untuk mmbiayai pendidikan yang masih dirasa sulit. Namun dalam bidang kesehatan, terjadi penurunan kesehatan penduduk dalam satu tahun terakhir ini. Menurut keterangan bidan desa yankni dewi tercatat 34 orang penduduk terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang kemungkinan besar disebabkan oleh seringnya penduduk menghirup udara kotor atau debu yang berasal dari operasi pemecah batu dan aktifitas mobil truk yang membawa hasil pertambangan serta terjadi 2 kali kecelakaan yang dialami warga akibat terserempet truk besar pengangkut hasil tambang. Lingkungan Sosial yang dianggap merupakan bagian dari Lingkungan Hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam macam interaksi Sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan symbol dan nilai serta norma yang sudah mapan, serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan binaan/buatan (Purba, 2005). Berdasarkan persepsi awal peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dengan 280
Dampak pertambangan galian C
ISSN 1411-4674
50% saja yang memiliki tabungan, 5% lainya mengakui dari penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini juga terbentur karena faktor skill warga masyarakat lokal yang masih banyak dibawa standar karena pendidikan yang mereka dapat rata-rata hanya tamatan SD sehinga warga setempat hanya bisa bekerja sebagai buruh harian.Hal inilah yang membuka peluang untuk penduduk luar daerah yang memiliki keahlian yang lebih tinggi untuk bekerja dan mengisi jabatan penting diperusahaan pertambangan tersebut. Lingkungan ekonomi adalah kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan (Thoha, 2005).
Pihak perusahaan harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan, memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar pada umumnya dan masyarakat yang bekerja dipertambangan pada khususnya, dengan memberikan upah yang layak dan sesuai dengan UMP. Selain itu pihak terkait harus meningkatkan pengawasan pada proses pengelolaan pertambangan Galian C agar dampak negatif yang timbul dikemudian hari dapat diminimalisir. DAFTAR PUSTAKA Miles & Huberman. (1992). Analisi Data Kualitatif. Jakarta: UI Pers. Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purba J. (2005). Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Raharjo. (2006). Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.Yogyakarta : Graha Ilmu. Siagian. (2008). Administrasi Pembangunan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sukandarrumidi. (2009). Bahan Galian Industri. Gajah Masa Press : Yogyakarta. Suratmo. (2007). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Thoha.(2005). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. Zulkifli. A. (2014). Pengelolaan Tambang Berkelanjutan. Yogyakarta; Graha Ilmu.
KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa Dilihat dari dampak Lingkungan Sosial dan Ekonomi Pertambangan Galian C di Kelurahan Bebanga Membuka lapangan pekerjaan baru, perusahaan berkontribusi melalui program CSR. Namun juga kerusakan fasilitas umum, pencemaran udara, Pencemaran Sungai dan kerusakan alam yang dialami oleh daerah,penggunaan alat berat mengakibatkan kebutuhan akan tenaga kerja semakin kecil. Secara ekonomi upah yang diberikan pekerja kurang memenuhi perekonomian keluarga, tanpa adanya dana untuk membiayai kesehatan maupun pendidikan. Rekomendasi untuk
281