J. Sains & Teknologi, Agustus 2014, Vol.14 No.2 : 172 – 179
ISSN 1411-4674
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI PADA LAHAN SAWAH TERCEMAR LUMPUR PENAMBANGAN EMAS Growth and Production of Some Variety Rice in Paddy Fields Contaminated Sludge Gold Mining Winarto Ramlan1, Elkawakib Syam’un2, Amir Yassi3 ¹ Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Luwuk ² Program Studi Agroteknologi Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK Aktifitas pendulangan emas pada saluran irigasi menyebabkan terjadinya pencemaran lumpur penambangan emas pada saluran irigasi dan lahan sawah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi pada lahan sawah tercemar lumpur tambang emas yang diberi beberapa bahan pembenah tanah. Penelitian dilaksanakan di Desa Mulyoharjo Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei – Oktober 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah terdiri 6 varietas padi dan 2 jenis pembenah tanah serta 1 kontrol. Varietas yang digunakan adalah varietas Ciherang, varietas IR 64, varietas Cigeulis,varietas Mekongga, varietas Ciliwung, varietas Impari 4. Faktor Pembenah Tanah perlakuan adalah tanpa pemberian bahan pembenah, kompos jerami + arang sekam, kompos pupuk kandang+arang tempurung+ sabut kelapa, dengan 3 ulangan total petak pengamatan adalah 54 petak. Ukuran petak 4 x 6 m. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua varietas padi dapat tumbuh dan berproduksi pada lahan sawah yang tercemar lumpur penambangan emas yang diberi pembenah tanah. Pemberian bahan pembenah tanah belum mampu memberikan pertumbuhan dan produksi yang berbeda terhadap padi yang ditanam pada lahan sawah tercemar limbah penambangan emas. Tidak terdapat varietas padi yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal pada lahan sawah yang tercemar limbah penambangan emas yang diberi pembenah tanah. Kata Kunci: Varietas Padi, Pembenah Tanah, Lumpur Tambang Emas ABSTRACT Gold panning activities in irrigation canals causing pollution of gold mining sludge in irrigation canals and rice fields. The aim of this study to see growth and production of some rice varieties in paddy fields contaminated sludge gold mining that given the material for repair land. The experiment was conducted in the village mulyoharjo Moilong Banggai District of Central Sulawesi with the execution time on May - October 2013. research using Split Splot Designt with two factor, Factors that rice varieties as subplot and Materials for repair Land as the main plot. Factor consists of 6 varieties of rice varieties and factor material for repair Land consists of 2 types of, plus one control. Here are the varieties used in the study: Ciherang variety; IR 64 variety, Cigeulis variety Mekongga variety; Ciliwung variety; Impari 4 variety. The materials for repair Land used in the study: control, Compost straw + husk biochar, dunk+ coconut shell charcoal+ coco biochar; Each treatment was repeated 3 times, so the total units of observation are 54 units of observation. The result showed not all rice varieties can grow and produce for paddy soil contaminated sludge gold mining. Giving ground the materials for repair land have not been able to provide able to provide growth and production of rice in paddys fields contaminated sludge gold mining. There is no rice varity that can be grown and produce the optimal in paddy fields contaminated sludge gold mining. Keywords: Rice Varity, The Material For Repair Land, Sludge Gold Mining
172
Varietas Padi, Pembenah Tanah, Lumpur Tambang Emas
ISSN 1411-4674
toleran dapat berproduksi dengan baik pada kondisi lahan dengan kadar Fe tinggi. Jagau (2001) melaporkan dari 18 galur padi yang dicobakan pada lahan kering rendah N dan keracunan logam Al terdapat 5 galur padi yang toleran. Utama dkk., (2009) menyatakan penapisan beberapa varietas dapat menghasilkan varietas yang toleran terhadap salinitas lahan rawa di Kabupaten Pesisir Selatan. Teknik lain budidaya lain untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan padi pada lahan marjinal adalah dengan menggunakan bahan pembenah untuk membenahi sifat fisik dan kimia tanah. Karyaningsih, (2009) melaporkan pemberian pembenah tanah dapat memperbaiki kualitas pertumbuhan bibit tanaman kehutanan pada tailing batubara. Edison (2000) dalam Zahra, (2011) menyatakan pemberian bokashi atau jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah difermentasikan dengan EM4 dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. pemberian dan volume kompos berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan kimia tailing penambangan timah antara lain KTK, P tersedia, K-dd. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi pada lahan sawah tercemar lumpur tambang emas dan upaya membenahi tanah guna memperbaiki produktifitas lahan sawah yang tercemar penambangan emas.
PENDAHULUAN Desa Mulyo Harjo adalah salah satu desa di Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah yang terkena akibat aktifitas penambangan emas tanpa izin atau biasa disebut penambangan tradisional. Aktifitas pendulangan emas pada saluran irigasi menyebabkan terjadinya pencemaran lumpur penambangan emas pada saluran irigasi dan lahan sawah. Jika dikeringkan maka tanah menjadi padat dan pecah-pecah dengan lebar retakan 2-3 cm dan kedalam retakan 10 cm sampai 20 cm sehingga sulit untuk ditanami padi. Selain itu air irigasi yang bercampur lumpur menyebabkan kematian tanaman padi yang telah ditanam jika dimasukkan ke petakan sawah., sehingga lahan sawah yang ada diolah dengan mengharapkan curah hujan. Namun demikian pertumbuhan tanaman padi tetap merana bahkan banyak yang hampa, sehingga lahan sawah kemudian dibiarkan terlantar oleh petani. Hasil analisis tanah awal yang dilakukan pada laboratorium Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin, terhadap sifat fisik tanah, lahan yang ada mengandung 59 % debu, 32 % liat dan 9 % pasir dengan klas tekstur tanah lempung liat berdebu. Sedangkan hasil analisis tanah terhadap kimia tanah, lahan yang ada mengadung unsur Fe dalam kadar yang cukup tinggi untuk tanaman padi yakni 1.256 ppm. Kebutuhan rata-rata kadar Fe dalam tanaman adalah 100 ppm sedangkan harkat Fe tersedia dalam tanah kategori sedang 50 – 250 ppm (Rosmarkam dkk., 2002). Kasno (2009), menyatakan kelebihan Fe menyebabkan akar terselubung Fe sehingga tanaman terhambat dalam penyerapan hara yang dibutuhkan. Batas kritis kandungan Fe dalam tanaman adalah 200 ppm. Penanaman varietas yang toleran adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk tetap mempertahankan pertumbuhan dan produksi padi yang optimal. Sahrawat (2005) dalam Syafrudin (2011) menyatakan beberapa varietas yang
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Mulyoharjo Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei – Oktober 2013. Desa Mulyoharjo terletak pada ketinggian tempat 17 m dari permukaan air laut, keadaan topografi dataran dengan luas desa 4 km2, suhu rata-rata berkisar 250 C – 290 C, curah hujan 158 – 238 mm/ tahun dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni – Agustus. 173
Winarto Ramlan
ISSN 1411-4674
Bahan bahan yang digunakan dalam rencana penelitian ini adalah 6 varietas padi, Zeolit, Silika butiran, Pupuk Kompos jerami+ arang sekam , Pupuk Kandang +sabut+ arang tempurung, pupuk NPK, ZA, racun tikus meshopid, Furadan 3G, kapur barus, herbisida Gramakson, racun hama Dangky. Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, sabit, ,pisau meteran, terpal plastik, tiang patok pesemaian, sprayer, timbangan gantung, timbangan digital, mistar, pengukur kadar air, tali plastik, tiang patok papan nama, kertas, spidol, martil. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah pola Faktorial dengan menggunakan 2 Faktor yakni varietas padi sebagai anak petak dan bahan pembenah tanah sebagai petak utama. Faktor varietas padi terdiri 6 varietas dan faktor bahan pembenah tanah terdiri atas 2 jenis pembenah tanah dan 1 kontrol. Varietas yang digunakan dalam penelitian: V1 = Varietas Ciherang, V2 = Varietas IR 64, V3 = Varietas Cigeulis, V4 = Varietas Mekongga, V5 = Varietas Ciliwung, V6 =Varietas Impari 4. Faktor Pembenah Tanah perlakuan adalah : P0 = tanpa pemberian bahan pembenah, P1 = Kompos jerami + arang sekam, P2 = Pupuk Kandang+arang tempurung+ sabut kelapa, sehingga didapatkan 18 petak pengamatan. Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga total petak pengamatan adalah 54 petak pengamatan.
dari aliran air irigasi, kemudian disemprot herbisida untuk mematikan rumput yang ada, setelah itu lahan dikeringkan untuk memudahkan pembuatan pematang petak utama berukuran 12 x 12 meter dan ukuran anak petak adalah 4 x 6 meter. Setiap petak utama dicampur dengan bahan pembenah tanah sesuai dengan rancangan penelitian satu minggu sebelum melakukan penanaman. Untuk kompos pupuk kandang digunakan dosis 10 ton / ha dan untuk pupuk kompos jerami digunakan dosis 2 ton /ha. Pembibitan padi sawah, Untuk mendapatkan bibit padi sebelum dilakukan pesemaian benih padi dengan 6 petak pesemaian. Petakan kemudian dipagar dengan menggunakan terpal plastik bening untuk mengendalikan serangan hama tikus. Benih padi direndam terpisah dalam air sesuai dengan varietas masing masing, selama kurang lebih 24 jam, kemudian ditiriskan. Setelah itu benih disebar merata di atas petakan, dan disekitar pagar plastik diberi racun tikus, butiran padi dan kapur barus. Penanaman Bibit dipindahkan dari pesemaian setelah berumur 19 hari. Jarak tanam yang digunakan 30 x 30 cm dengan menggunakan sistem jajar legowo 2:1. Pemupukan Dosis yang digunakan adalah berdasarkan Acuan Penetapan Rekomendasi Pupuk NPK pada lahan sawah Spesifik lokasi, yakni 250 kg Urea atau 112,5 N / ha , 75 kg SP 36 atau 27 kg P /ha, 50 KCL atau 45 kg K /ha. Pemupukan dasar dilakukan 7 hari setelah tanam dengan pertimbangan akar sudah mulai berfungsi. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam sebelum daun bendera keluar Pemanenan, Pemanenan dilakukan ketika daun bendera mengering, malai sudah berisi dan merunduk serta berwarna kuning. Pemanenan dilakukan
Pelaksanaan penelitian Pembuatan Kompos, Tahap awal penelitian adalah dengan menyiapkan kompos sebagai bahan pembenah tanah. Kompos yang dibuat terdiri atas kompos jerami+ arang sekam dan kompos pupuk kandang + sabut kelapa + arang tempurung. Pengolahan lahan Tahapan pengolahan yang dilakukan adalah: membuat saluran irigasi alternatif, untuk mendapatkan air irigasi yang bersih untuk mengurangi kelarutan unsur-unsur logam terutama Fe. Selanjutnya lahan ditutup 174
Varietas Padi, Pembenah Tanah, Lumpur Tambang Emas
dengan menggunakan pisau pemotong malai dan dipotong pada tangkai malai. Variabel Pengamatan, (1). Tinggi Tanaman, Tinggi tanaman diamati mulai 2 minggu setelah tanam (MST) dan selanjutnya pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sampai panen. (2). Panjang malai Dihitung saat panen. (3). Prosentase gabah berisi per malai, Dihitung saat panen. (4). Bobot 1000 butir Gabah Kering Panen (GKP), Dihitung setelah penjemuran kering angin dengan kadar air > 20 % menggunakan alat pengukur kadar air. (5). Bobot 1000 butir Gabah Kering Giling (GKG), Dihitung pada kadar air ≤ 14 %. (6). Produksi Per Hektar Gabah Kering Panen (GKP). (7). Produksi Per hektar Gabah Kering Giling (GKG).
ISSN 1411-4674
Produksi Gabah Kering Panen Per Ha Hasil analisis sidik ragam terhadap produksi GKP per Hektar, perlakuan pembenah tanah berpengaruh tidak nyata, beberapa varietas padi berpengaruh nyata, interaksi berpengaruh tidak nyata Produksi Gabah Kering Giling (GKG) per Ha Hasil analisis sidik ragam Produksi Gabah Kering Giling (GKG) per petak, perlakuan pembenah tanah berpengaruh tidak nyata, adaptasi varietas berpengaruh sangat nyata, interaksi memberikan pengaruh tidak nyata Hasil analisis kimia tanah setelah panen, terjadi penurunan kadar Fe dan kimia tanah lainnya seperti pH, Norganik, P, dan KTK. Selain itu terjadi juga perubahan tekstur dari debu berliat menjadi liat. Produksi gabah kering panen ratarata beberapa varietas padi sawah yang dicobakan pada lahan yang tercemar lumpur tambang emas di Desa Mulyoharjo Kecamatan Moilong sangat rendah yakni 6, 22 kg per hektar atau 0,000622 ton per hektar. Nilai produktifitas padi sawah rata-rata adalah 0,000000622 ton per Hektar atau 0,00002 % Gabah Kering Panen (GKP) dari ratarata produktifitas nasional yang mencapai 4 ton GKP per hektar (Tabel 1). Produksi GKP varietas Ciherang 5,07 kg/ha atau 0,0005 ton/ha dengan produktifitas 0,0000005 ton/ha. Produksi GKP varietas IR 64 11,31 kg/ha atau 0,0113 ton/ha dengan produktifitas 0,00001,13 ton/ha. Produksi GKP varietas Cigeulis 7,62 kg/ha atau 0,007,62 ton/ha dengan nilai produktifitas 0,000007,62 ton/ha. Produksi GKP varietas Mekongga (V4) 3,09 kg/ha atau 0,003,09 ton Ha dengan nilai produktivitas 0,0000003,09 ton/ha. Produksi GKP varietas Ciliwung (V5) 1,53 kg/ha atau 0,001,53 ton/ha dengan nilai produktifitas 0,0000001,53 ton/ha. Produksi GKP varietas Inpari 4 (V6) 10,72 kg/ha atau 0,01072 ton/ha dengan
HASIL Tinggi Tanaman Padi (cm) Sidik ragam menunjukkan perlakuan pemberian pembenah tanah tidak berpengaruh nyata. Tinggi tanaman belum memberikan hasil potensi tinggi optimal yakni kisaran 91 cm – 124 cm. Panjang Malai (cm) Sidik ragam menunjukkan pengamatan panjang malai saat panen, perlakuan pembenah tanah berpengaruh tidak nyata Prosentase Gabah Berisi Sidik ragam prosentase gabah berisi, perlakuan pembenah tanah berpengaruh tidak nyata. Berat 1000 Butir Gabah Kering Panen Sidik ragam berat 1000 butir gabah kering panen (GKP), perlakuan pembenah tanah memberikan pengaruh tidak nyata, Berat 1000 Butir Gabah Kering Giling Hasil analisis sidik ragam berat 1000 butir gabah kering giling (GKG), perlakuan pembenah tanah memberikan pengaruh tidak nyata.
175
Winarto Ramlan
Tabel 1.
ISSN 1411-4674
Perbandingan Keadaan Kimia dan Tekstur Tanah Sebelum dan Sesudah Penanaman
No.
Indikator
Sebelum
Sesudah
1
pH
6,09
4,9 – 5,6
2
C- organik
7,92
0,65 – 2.04 %
3
N –organik
0,25
%
0,11 – 0,22 %
4
P2O5
21,25
ppm
5,7 – 10,3
5
K
0,26
(cmol(+)kg-1)
0,02 – 0,14 (cmol(+)kg-1)
6
Fe
1.256 ppm
7
KTK
32,4
(cmol(+)kg-1)
18,63 – 24,32 (cmol(+)kg-1)
8
Pasir
9
%
11 – 26 %
9
Liat
32
%
42 – 54 %
10
Debu
59
%
26 - 38 %
ppm
21,85 – 43,26 ppm
Tabel 2. Status Ketersediaan hara lokasi penelitian No.
Indikator
Sesudah
Kriteria
1
pH
4,9 – 5,6
Masam
2
C- organik
0,65 – 2.04 %
Sangat rendah
3
N –organik
0,11 – 0,22 %
Sangat rendah
4
P2O5
5,7 – 10,3
Sangat rendah
5
K
0,02 – 0,14 (cmol(+)kg-1)
Sangat rendah
6
Fe
21,85 – 43,26 ppm
Rendah
7
KTK
18,63 – 24,32 (cmol(+)kg-1)
Sedang
ppm
Keterangan : Kriteria Hardjowigeno (2003),
nilai produktivitas 0,000001,072 ton/ha, hal ini sebagaimana diuraikan Tabel 2. Hasil produksi dan produktivitas padi seperti ini menunjukkan tingkat kerusakan lahan atau kehilangan kesuburan tanah yang tinggi.
dan produksi yang berbeda terhadap padi yang ditanam pada lahan sawah tercemar limbah penambangan emas. Tidak terdapat varietas padi yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal pada lahan sawah yang tercemar limbah penambangan emas. Atmodjo, (2006) menyatakan bahwa, usaha pertambangan yang dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang permanen memberikan
PEMBAHASAN Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa Pemberian bahan pembenah tanah belum mampu memberikan pertumbuhan 176
Varietas Padi, Pembenah Tanah, Lumpur Tambang Emas
dampak negatif pertambangan berupa rusaknya permukaan bekas penambangan yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi (tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah sehingga menyebabkan degradasi kesuburan tanah. Hal ini yang diduga menjadi penyebab produktifitas tanaman padi di lokasi tercemar lumpur tambang emas menjadi sangat rendah. Rosmarkam dkk., (2002), menyatakan bila salah satu unsur hara dalam keadaan difisiensi, maka produksi tanaman dipengaruhi oleh faktor unsur hara yang paling rendah harkatnya sebagai faktor pembatas. Reaksi tanah yang ditunjukkan oleh pH tanah dapat memberikan informasi tentang beberapa hal , mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar pada pH tanah sekitar netra, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Reaksi tanah yang masam menyebabkan unsur-unsur mikro manjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Kelebihan unsur hara mikro menyebabkan tanaman menjadi keracunan atau unsur hara yang dibutuhkan menjadi tidak tersedia, contohnya kandungan Alumunium yang tinggi akan memfiksasi P menjadi tidak tersedia. Perkembangan mikroorganisme tanah yang dibutuhkan dalam daur unsur hara. Contoh bakteri pengikat nitrogen hanya dapat berkembang dengah baik pada pH lebih dari 5,5. Jamur pengurai harus bersaing dengan bakteri pada pH 5,5. Tanaman menggunakan unsur Karbon (C) sebagai sumber energi. Menurut Kononova (1966) dalam Rosmarkan dkk., (2002), sumber utama CO di alam berasal dari dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan hewan serta respirasi invertebrata, bakteri dan fungi. Hasil analisis kimia menunjukkan kriteria C-Organik berada
ISSN 1411-4674
dalam status sangat rendah. Kandungan N organik sangat rendah sedangkan C/N rasio 4% - 17%. C/N rendah memberi makna bahwa proses dekomposisi sangat rendah. Unsur K dan Fe juga sangat rendah. Ini menunjukkan terjadi pencucian hara yang tinggi. Pencucian hara yang terjadi diduga selama penelitian berlangsung, selain air irigasi yang sengaja dimasukkan dalam rangka pengurangan kadar Fe, waktu penelitian sedang dalam curah hujan tertinggi antara bulan Juni – awal September dan masih hujan walau dalam intensitas rendah pada Oktober 2013. Kasno (2009), menyatakan bahwa kadar Fe tinggi dapat dilihat dari warna permukaan air yang berwarna merah dan untuk menanggulanggi keracunan Fe pada sawah bukaan baru adalah dengan pengairan secara berselang hingga tanaman padi berumur 3 minggu setelah tanam. Tetapi akibat curah hujan yang tinggi dan untuk mengimbangi air limbah yang masuk, pemberian pupuk dasar dan pemupukan kedua mengalami pencucian hebat. Faktor lain yang juga menyebabkan rendahnya kandungan hara adalah jumlah bahan organik masih belum mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga ketika jumlah air yang masuk banyak, lahan tidak mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup. Nilai KTK yang berstatus sedang diduga karena fraksi tanah yang banyak mengandung liat (42% – 54%). KTK berhubungan dengan kemampuan tanah menyediakan unsur hara. Hardjowigeno, (2003) menyatakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik tinggi atau tanah-tanah berpasir. Pemberian bahan pembenah tanah yang dilakukan belum mampu mendukung produktivitas tanaman padi yang ditanam. Hasil pengujian beberapa varietas padi sawah terhadap lahan yang tercemar lumpur tambang menunjukkan varietas yang berbeda memiliki kemampuan 177
Winarto Ramlan
ISSN 1411-4674
bertahan hidup yang tidak sama terhadap kondisi lahan lokasi penelitian. Varietas IR 64 dan Inpari 4 mampu tumbuh dan berproduksi lebih baik jika dibandingkan dengan varietas lainnya dalam produksi padi per hektar, baik dalam bentuk gabah kering panen (GKP) maupun dalam bentuk gabah kering giling (GKG). Amnal (2009), melaporkan varietas padi IR 64 adalah varietas yang paling peka atau sensitif terhadap Fe. Hairullah, (2012) melaporkan peningkatan Fe menyebabkan penurunan pertumbuhan dan produksi varietas IR 64. Tingginya produksi IR 64 pada lokasi penelitian menguatkan upaya pengairan terus menerus pada lahan lokasi penelitian dengan cara membuat saluran irigasi alternatif yang tidak tercemar lumpur penambangan emas berhasil menurunkan kandungan Fe pada lokasi penelitian. Pengaturan air irigasi dan curah hujan yang tepat selain dapat mengurangi keracunan Fe juga dapat meningkatkan produksi padi. Pencemaran lumpur penambangan emas terbukti menyebabkan penurunan kemampuan lahan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi padi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan lahan tersebut diatas dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni pengelolaan air, pengelolaan lahan, pemberian pupuk kandang, pemberian arang sekam dan arang tempurung kelapa. Suprapto (2005) menyatakan perbaikan kondisi tanah akibat penambangan meliputi perbaikan ruang tumbuh, pemberian pucuk dan bahan organik, karena kendala utama dalam merestorasi lahan bekas tambang atau tercemar limbah tambang adalah masalah fisik, kimia dan biologi. Lebih lanjut dikatakannya, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah penambahan kapur, pemilihan jenis tanaman dan pemanfaatan mikoriza.
sawah yang tercemar lumpur penambangan emas yang diberi pembenah tanah. Pemberian bahan pembenah tanah belum mampu memberikan pertumbuhan dan produksi yang berbeda terhadap padi yang ditanam pada lahan sawah tercemar limbah penambangan emas. Tidak terdapat varietas padi yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal pada lahan sawah yang tercemar limbah penambangan emas. Perlu kajian lanjutan tentang upaya mengembalikan kesuburan lahan sawah yang tercemar limbah penambangan emas dengan pemberian bahan pembenah tanah. Perlu upaya perbaikan irigasi dan penanaman tanaman pionir sebelum lahan kembali digunakan untuk penanaman padi. DAFTAR PUSTAKA Amnal, (2009). Respon Fisiologi Beberapa Varietas Padi Terhadap Cekaman Besi. Tesis Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Atmojo, S.W., (2006). Degradasi Lahan dan Ancaman Bagi Pertanian. Solo Pos. http://www.solopos.com diakses tanggal 10 Desember 20013 Hardjowigeno, H.S., (2003). Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. Jagau, Y., (2001). Penampilan Padi Gogo toleran Keracunan Al pada Kondisi Nitrogen Rendah. Prosiding sosialisasi hasil penelitian dan pengkajian teknologi, BPTP Kalimantan Tengah Kasno, A. (2009). Keracunan Besi Sawah bukaan Baru. Informasi Ringkas BanK Pengetahuan Padi Indonesia. Balai Penelitian Tanah. http//bbpadi. litbang.deptan.go.id diakses tanggal 20 Desember 2013. Karyaningsih, I., (2009). Pembenah tanah dan Fungi Mikorihza Arbuskula (FMA) Untuk Peningkatan Kualitas Bibit Tanaman Kehutanan Pada Areal Bekas Tambang Batubara. Pascasarjana IPB, Bogor. Khairullah, Izhar., (2012). Gatra Fisiologis dan Agronomis Pengaruh
KESIMPULAN DAN SARAN Tidak semua varietas padi dapat tumbuh dan berproduksi pada lahan 178
Varietas Padi, Pembenah Tanah, Lumpur Tambang Emas
Pengendalian Keracunan Besi Padi Sawah di Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam. Disertasi PPs Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W., (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta Suprapto dan Widyantoro, (2005). Toleransi Sebelas Galur Padi Sawah Terhadap Penggerek Padi Putih (Tryporiza innotata Walker) . Jurnal Agrofropika X(1):2l- 26, Juni 2005 Volume X No. 1. Syafrudin, (2011). Keracunan Besi Pada Tanaman Padi dan Upaya Pengelolaannya pada lahan sawah.
ISSN 1411-4674
Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol.3 No.1 Desember 2011. BPTP Sulawesi Tengah Utama, M.Z.H., Haryoko, W., Munir, R., dan Sunadi, (2009). Penapisan Varietas Padi toleran Salinitas pada Lahan Rawa di Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Agro Indonesia 37(2). journal.ipb.ac.id (diakses 6 Februari 2014). Zahra, S., (2011). Aplikasi pupuk Bokashi dan NPK Organik Pada Tanah Ultisol untuk Tanamaan Padi Sawah Dengan Sistem SRI. Jurnal Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Riau.
179