J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : 78 – 87
ISSN 1411-4674
PENGARUH MODAL SOSIAL DAN STRATEGI KEMITRAAN TERHADAP KINERJA RANTAI PASOK HORTIKLUTRURA SAYURAN DI TIMIKA-PAPUA Influence of Social Capital and Partnership Strategy to Performance Supply Chain Hortiklutrura Vegetables in Timika-Papua Khristina Parrangan1, Elkawakib Syam’un2, Palmarudi Mappigau3 1
Fakultas Pertanian, Universitas Timika Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin 3 Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin 2
(E-mail:
[email protected]) ABSTRAK Agribisnis pada setiap subsistemnya harus ada keselarasan yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok, untuk itu diperlukan modal sosial dan strategi kemitraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal sosial dan strategi kemitraan terhadap kinerja rantai pasok hortiukultura sayuran yang ada di Timika Kabupaten Mimika-Papua. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan eksplanatif. Sebanyak 81 orang responden pelaku kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran yang ditentukan dengan metode disproportional stratified sampling. Data dikumpulkan melalui metode survei dan wawancara mendalam dengan alat bantu kuesioner. Skala yang digunakan adalah skala likert yang disuksesif interval. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path). Hasil penelitian ini berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa: total skor modal sosial sebesar 1345 dengan interpretasi kuat, total skor strategi kemitraan sebesar 1341 dengan interpretasi baik, dan total skor kinerja rantai pasok sebesar 1383 dengan interpretasi tinggi. Sedangkan hasi analisis path (jalur) menunjukkan bahwa : modal sosial pengaruh positif terhadap kinerja rantai pasok dengan besaran pengaruh 0,1225 Modal sosial berpengaruh positif terhadap strategi kemitraan dengan besaran pengaruh 0,555. Strategi kemitraan berpengaruh positif terhadap kinerja rantai pasok dengan besaran pengaruh 0,253. Modal sosial berpengaruh positif terhadap kinerja rantai pasok melalui pengaruhnya terhadap strategi kemitraan dengan besaran pengaruh 0,375. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja rantai pasok harus ditopang oleh modal sosial yang kuat dan strategi kemitraan yang baik. Penelitan ini memberi kontribusi bagi pengembangan teori rantai pasok, menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan pola kemitraan hortikultura sayuran dan bagi pelaku kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika agar melakukan pertukaran sumber daya dengan cara memberi bantuan modal kepada petani. Kata Kunci: Modal Sosial, Strategi Kemitraan, Kinerja Rantai Pasok ABSTRACT Agribusiness at each alignment subsystems must exist that can improve supply chain performance, it is necessary for social capital and strategic partnerships. This study aims to determine the influence of social capital and partnership strategies on the performance of supply chain hortiukultura vegetables in Timika, Papua Mimika. This study use type of approaches is explanative. A total of 81 respondent’s actors horticultural supply chain partnerships vegetables set with disproportional stratified sampling method. Data were collected through in-depth interviews and a survey method with a questionnaire tool. The scale used is the Likert scale disuksesif intervals. The analytical tool used is the analysis of the path (the path). The results of this study is based on descriptive analysis showed that: a total score of 1345 social capital with strong interpretation, the total score of 1341 strategic partnerships with both interpretations, and the total score of 1383 supply chain performance with high interpretation. While hasi path analysis (lines) shows that: the positive effect of social capital on the performance of supply chain with the amount of social capital influences 0.1225 a positive influence on the strategy of partnership with the amount of influence of 0.555. Partnership
78
Modal Sosial, Strategi Kemitraan, Kinerja Rantai Pasok
ISSN 1411-4674
strategy has a positive effect on the performance of the supply chain to influence the amount of 0.253. Social capital has a positive effect on the performance of supply chains through its influence on the strategy of partnership with the amount of influence of 0,375. Thus, to improve supply chain performance should be supported by a strong social capital and good partnership strategy. This research contributes to the development of the theory of supply chain, becomes the input for local governments in the development of partnerships to the perpetrators of horticultural vegetables and horticultural supply chain partnerships vegetables in Timika in order to exchange resources by giving financial aid to farmers. Keywords: Social Capital, Strategic Partnerships, Supply Chain Performance
pasar modern di samping pasar tradisional, serta dinamika permintaan pasar dan perubahan preferensi konsumen, serta fenomena segmentasi pasar menuntut adanya perubahan serta penyesuaian beroperasinya kemitraan rantai pasok komoditas hortikultura. Rantai pasok merupakan hubungan keterkaitan antara aliran material, uang dan informasi mulai dari pemasok, produsen, distributor, gudang, pengecer sampai ke pelanggan akhir. Penanganan rantai pasok yang tepat harus berorientasi pada kualitas, kwantitas dan kontinuitas. Sifat komoditas hortikultura yang mudah rusak, dan mengalami susut yang besar, volume yang besar, dipengaruhi oleh iklim, harga yang berflukuasi, produksi (budidaya) yang terpencar merupakan permasalahan yang dialami petani menyebabkan pemborosan. Papua merupakan salah satu sentra produksi hortikultura sayuran, di kawasan Indonesia Timur. Kontribusi komoditas sektor pertanian terhadap PDRB Mimika sebesar 0,69%. Walupun jumlahnya relative kecil jika dibandingkan dengan sector petambangan yang mencapai 97,77% akan tetapi merupakan sector terbesar kedua dalam pembentukan PDRB Mimika (Sesa, 2003). Harga hortikultura sayuran pada umunya berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh musim. Sedangkan harga hortikultura sayuran pada kemitraan yang ada di Timika dengan harga pasar mempunyai selisih yang relatif besar dan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan besar terhadap perusahaan mitranya waktunya relatif
PENDAHULUAN Kontribusi subsektor hortikultura terhadap pembangunan sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Produk Domestik Bruto (PDB), volume ekspor, penyerapan tenaga kerja, dan nilai tukar petani (NTP). Tahun 2008 subsektor hortikultura menyumbang sekitar 18,55% dari total PDB sektor pertanian. Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalam subsektor hortikultura sekitar 8,4 juta rumah tangga. (PDPKAH Kementrian Pertanian, 2012). Agribisnis pada setiap subsistemnya harus ada keselarasan yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok, untuk itu diperlukan modal sosial dan strategi kemitraan. Modal sosial yang di dalamnya ada kepercayaan, norma dan jaringan akan memungkinkan terjadinya sebuah hubungan kerjasama. Kemitraan merupakan kerjasama yang terjalin antara usaha kecil (termasuk petani) dengan usaha menengah atau besar dalam jaringan rantai pasok dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Modal sosial yang di dalamnya ada kepercayaan, norma dan jaringan akan memungkinkan terjadinya sebuah hubungan kerjasama. Secara empiris diperoleh kenyataan bahwa struktur pasar hasil pertanian terutama komoditas hortikultura cenderung oligopsonistik (beberapa pembeli dan banyak penjual), sehingga petani selaku produsen selalu memiliki posisi tawar yang relatif lebih lemah. Perubahan lingkungan strategis seperti liberalisasi perdagangan, pesatnya pertumbuhan 79
Khristina Parrangan
ISSN 1411-4674
lama yakni 15 hari - 30 setelah invois diterima.
Analisis data Data diolah dengan bantuan SPSS 19. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan keadaan modal sosial, strategi kemitraan dan kinerja rantai pasok. Analisis jalur (path) digunakan untuk melihat pengaruh modal sosial terhadap kinerja rantai pasok melalui pengaruhnya terhadap strategi kemitraan. Angket terbuka digunakan untuk mengetahui karakteristik pelaku kemitraan rantai pasok hortikultura (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama berusaha, lama bermitra, dan luas lahan).
BAHAN METODE Lokasi dan rancangan penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Timika Kabupaten Mimika-Papua. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan eksplanatif. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku kemitraan rantai pasok sayuran hortikultura yang ada di Timika yang terdiri dari: Petani, Pengumpul/ketua kelompok tani, pengurus Asosiasi, Pengurus Koperasi Karyawan (Kopkar) Sarima, dan Maneger PT. Pangansari Utama. Sampel sebanyak 81 orang yang ditentukan dengan cara Disproportionate stratified random sampling. Petani sebanyak 69 orang, pengumpul sebanyak 6 orang, pengurus asosiasi sebanyak 4 orang, pengurus Kopkar Sarima sebanyak 1 orang dan manager PT. Pangansari Utama sebanyak 1 orang.
HASIL Responden pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 79 orang atau 98,77% dan perempuan sebanyak 2 orang atau sebesar 1,23%. Demikian responden yang terlibat dalam kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika didominasi oleh laki - laki sebanyak sebesar 98,77%. Responden yang terlibat pada kemitraan rantai pasok hortikultura di Timika menurut umur yaitu umur produktif yaitu 20-50 tahun sebanyak 63 orang atau sebesar 77,78%, dan umur non produktif yaitu 51-65 sebesar 22,22%. Dengan demikian responden yang terlibat dalam kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika didominasi oleh umur produktif yaitu 20-50 sebanyak 63 responden atau sebesar 77,78%. Responden yang terlibat pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika menurut tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan rendah sebesar 48,14 %, yang terdiri dari pendidikan tidak tamat SD sebesar 3,70%, dan pendidikan SD sebesar 44,44%. Pendidikan menengah sebesar 50,62%, yang terdiri pendidikan SMP sebesar 32,1% SMA sebesar 18,52% dan pendidikan tinggi yakni S1 sebesar 1,23%. Dengan demikian tingkat pendidikan responden yang terlibat dalam
Metode pengumpulan data Data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan cara: data primer dikumpulkan cara observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu angket (questionnaire) menggunakan format ganda yaitu pertanyaan tertutup dan terbuka. Angket tertutup (angket berstruktur) yaitu diukur dengan skala likert. Dari pernyataan masing-masing mempunyai bobot nilai 1 sampai dengan 3, yaitu: setuju diberi bobot 3, kurang setuju diberi bobot 2 dan tidak setuju diberi bobot 1. Sedangkan untuk data sekunder dikumpul dengan cara: dokumen dari data yang dimiliki oleh Asosiasi, Kopkar Sarima, PT. Pangansari Utama dan dinas terkait di Kabupaten Mimika dan penelitian Kepustakaan (Library Research).
80
Modal Sosial, Strategi Kemitraan, Kinerja Rantai Pasok
kemitraan rantai pasok hortikultura di Timika didominasi oleh tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 41 orang atau sebanyak 50,62%. Responden yang terlibat pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika menurut lama berusaha yaitu jangka pendek yaitu 1 – 5 tahun sebanyak 36 responden atau 44,44%, lama berusaha 1- 5 tahun ini hanya ada pada tingkat petani saja. Untuk lama berusaha jangka panjang yaitu 6- 30 tahun sebesar 55,56%, yakni terdiri dari lama berusaha 6 -10 tahun sebesar 29,63, 11- 15 tahun sebesar 17,75%,16-20 sebesar 3,70, 21- 25 tahun sebesar dan 26-30 sebesar 1,23%.Dengan demikian responden yang terlibat dalam kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika didominasi oleh pelaku yang telah berusaha dalam waktu jangka panjang yaitu 6 - 30 tahun sebanyak 45 responden atau sebanyak 55,56%. Responden yang terlibat pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika menurut lama bermitra yaitu jangka pendek menurut lama bermitra yaitu 1 – 5 tahun sebanyak 48 orang responden atau sebesar 59,26%. Sedangkan lama berusaha jangka panjang yaitu 6- 15 tahun sebesar 40,74%, yang terdiri 6-10 tahun sebesar 17,28%, dan 11-15 tahun sebesar 23,46. Dengan demikian responden yang terlibat dalam kemitraan rantai pasok sayuran di Timika didominasi oleh pelaku yang bermitra dalam kurun waktu jangka pendek yaitu 1–5 tahun sebanyak 48 orang atau sebesar 59,26%. Responden yang terlibat pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika menurut luas lahan yaitu luas lahan sempit yaitu 0,25 -1 ha diusahakan oleh petani sebanyak 45 responden atau sebesar 65,22 %. Sedangkan luas lahan sedang yaitu 1,25 – 2 sebanyak 19 responden atau 27,53 %,dan untuk luas lahan luas yaitu 2,25 – 10 sebanyak 5 responden atau 2,47 %. Dengan demikian luas lahan yang diusahakan responden (petani) yang
ISSN 1411-4674
terlibat dalam kemitraan rantai pasok hortikultura di Timika didominasi oleh petani yang memiliki luas lahan sempit yaitu 0,25 – 1 ha sebanyak 45 orang atau sebesar 65,21%. Gambaran umum kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di TimikaPapua Gambar 1 memperlihatkan adanya aliran barang, informasi dan dana pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran yang ada di Timika. Rantai 1 terdapat aliran saprodi yang dibeli pengumpul dari kios dan diberikan kepada petani, dari petani ke pasar lokal dan pengumpul, kemudian ke asosiasi, dari asosiasi ke Kopkar Sarima kemudian ke PT. Pangansari Utama. Rantai 2 terdapat aliran saprodi diperoleh petani dari kios, petani menjual sayuran ke asosiasi, kemudian dari asosiasi ke Kopkar sarima, dari Kopkar Sarima ke PT. Pangansari Utama. Rantai 3 terdapat aliran saprodi (pupuk bersubsidi) dari KSU Sarirasa ke kios tani dan petani, petani menjual sayuran ke asosiasi, dari asosiasi ke Kopkar Sarima kemudian ke PT. Pangansari Utama. Rantai 4 terdapat aliran saprodi diperoleh petani dari kios, petani menjual sayuran ke pasar lokal dan asosiasi kemudian ke Kopkar Sarima, dari Kopkar Sarima ke PT. Pangansari Utama. Rantai 5 terdapat aliran saprodi dari pasar lokal, petani menjual sayuran ke pengumpul, kemudian ke asosiasi, dari asosiasi ke Kopkar Sarima kemudian ke PT.Pangansari Utama. Rantai 6 terdapat aliran saprodi dari pasar lokal dibeli pengumpul kemudian diberikan kepada petani, petani menjual sayuran ke pengumpul, dari pengumpul ke asosiasi, dari asosiasi ke Asosiasi Kopkar Sarima kemudian ke PT. Pangansari Utama. Aliran Informasi terjadi pada setiap rantai dan antar rantai pasok hortikultrura sayuran yang ada di Timika. Aliran informasi antara kios dengan petani. Aliran informasi antara Kios dengan pengumpul. Aliran informasi antara KSU Sarirasa sebagai agen resmi pupuk gresik 81
Khristina Parrangan
ISSN 1411-4674
dengan petani, kios tani, pengumpul dan asosiasi. Aliran informasi antara penjual di pasar dengan petani. Aliran informasi antara Petani dengan petani. Aliran informasi antara petani dengan pengumpul. Aliran informasi antara pengumpul dengan pengumpul. Aliran informasi antara pengumpul antara dengan asosiasi. Aliran informasi antara asosiasi dengan Asosiasi dan Kopkar Sarima. Aliran informasi antara Kopkar Sarima dengan PT. Pangansari Utama. Aliran dana yang terjadi pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika mengikuti aliran barang. Secara garis besar aliran dana yaitu dari PT. Pangansasi Utama kepada Kopkar Sarima melalui rekening bank, kemudian dari asosiasi Kopkar ke asosiasi melalui rekening bank, dan dari asoasi ke petani secara tunai. Aliran dana dari PT. Pangansari Utama kepada Kopkar Sarima melalui rekening bank, kemudian ke asosiasi Kopkar, dari asosiasi Kopkar ke asosiasi melalui rekening bank, dan dari asoasi ke pengumpul secara tunai, dan dari pengumpul ke petani secara tunai, dari petani ke kios secara kredit dan tunai. Aliran dana dari pasar lokal ke petani secara kredit dan tunai.
sudah berlangsung lama, pembagian informasi dan mitra sebagai sumber informasi dengan total skor sebesar 1.341 yang diinterpretasikan baik. Dengan demikian secara keseluruhan keadaan strategi kemitraan pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika adalah baik. Tabel 3 memperlihatkan indikator variabel kinerja rantai pasok yang terdiri dari meminimalkan biaya, keuntungan yang tinggi, kualitas kesegaran sayuran, jaminan kemasan yang digunakan, kecepatan pengiriman dan meminimalkan waktu tunggu berada pada interpercaya, kejujuran, kepatuhan terhadap aturan, pemenuhan kewajiban, kerjasama yang saling menguntungkan dan kerjasama yang tidak mengalami kerugian dengan total skor sebesar 1.383 yang diinterpretasikan tinggi. Dengan demikian secara keseluruhan keadaan kinerja rantai pasok pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika adalah tinggi. Analisis jalur (path) Tabel 4 memperlihatkan koefisien path pengaruh modal sosial terhadap pstrategi kemitraan sebesar 0,745 pada taraf 0,000, memenuhi bobot regresi dan telah distandarlisasikan. Hasil Uji t dengan nilai t hitung > dari t tabel (10,192>1,991. Dengan demikian modal sosial berpengaruh parsial dan positif terhadap strategi kemitraan. Koefisien path pengaruh modal sosial terhadap kinerja rantai pasok adalah sebesar 0,350 (p=0,000<0,05) dan signifikan pada taraf 0,001, memenuhi bobot regresi dan telah distandarlisasikan. Hasil Uji t dengan nilai t hitung > dari t tabel (3,92>1,991). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal sosial berpengaruh parsial dan positif terhadap kinerja rantai pasok. Koefisien path pengaruh strategi kemitraan terhadap kinerja rantai pasok adalah sebesar 0,503 (p=0,000<0,05) dan signifikan pada taraf 0,000, memenuhi bobot regresi dan telah distandarli-
Analisis deskriptif Tabel 1 memperlihatkan indikator variabel modal sosial yang terdiri dari saling percaya, kejujuran, kepatuhan terhadap aturan, pemenuhan kewajiban, kerjasama yang saling menguntungkan dan kerjasama yang tidak mengalami kerugian dengan total skor sebesar 1.345 yang diinterpretasikan kuat. Dengan demikan secara keseluruhan keadaan modal sosial pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika adalah kuat. Tabel 2 memperlihatkan indikator variabel strategi kemitraan yang terdiri dari pemberian bantuan modal berada pada interval kelas dengan interpretasi sedang sedangkan, keberhasilan usaha, harapan kerjasama lama, kerjasama yang 82
Modal Sosial, Strategi Kemitraan, Kinerja Rantai Pasok
sasikan. Hasil Uji t dengan nilai t hitung > dari t tabel (3,92>1,991). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi kemitraan berpengaruh parsial dan positif terhadap kinerja rantai pasok. Pengaruh langsung masing masing variabel yaitu modal sosial terhadap strategi kemitraan sebesar 0,555, modal social terhadap kinerja rantai pasok sebesar 0,253 dan strategi kemitraan terhadap kinerja rantai pasok sebesar 0,1225. Pengaruh total modal sosial terhadap strategi kemitraan sebesar 0,555, pengaruh strategi kemitraan terhadap kinerja rantai pasok sebesar 0,253 Sedangkan total pengaruh modal social terhadap kinerja rantai pasok melalui pengarunhya terhadap strategi kemitraan adalah sebesar 0,4975.
ISSN 1411-4674
Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung baik untuk pengaruh modal sosial terhadap strategi kemitraan dan pengaruh strategi kemitraan terhadap kinerja rantai pasok keduanya > dari nilai tTabel yang ditandai dengan koefisien jalur yang positif. Dengan demikian, ada pengaruh tidak langsung dari modal sosial terhadap kinerja rantai pasok yakni melalui pengaruhnya terhadap strategi kemitraan. Besarnya pengaruh langsung modal sosial adalah (0,000< 0.05), yaitu sebesar 0,1225 lebih kecil daripada besarnya pengaruh tidak lansungnya terhadap kinerja rantai pasok, yaitu sebesar 0,375 ( 0,1225 < 0,375). Sedangkan total pengaruh langsung < pengaruh total tidak langsung modal sosial yaitu 0,1225< 0,4975.
Tabel 1. Skor indikator variabel modal sosial pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika Item
Skor
Keterangan
Saling percaya
238
Kuat
Kejujuran Kepatuhan terhadap aturan
238 214
Kuat Kuat
Memenuni Kewajiban
212
Kuat
Kerajsama menguntungkan
221
Kuat
222 1345
Kuat Kuat
Kerjasama yang tidak merugikan Total Sumber : Data Hasil Penelitian, 2013.
Tabel 2. Skor indikator variabel strategi kemitraan pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika Item Pernyataan Bantuan Modal Bantuan Keberhasilan Usaha Harapan Lama Sudah Lama Berbagi Informasi Sumber Informasi Total Sumber : Data Hasil Penelitian, 2013.
83
Skor
keterangan
183 220 236 233 236 233 1341
Sedang Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Khristina Parrangan
ISSN 1411-4674
Tabel 3. Skor indikator variabel kinerja rantai pasok pada kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika Item Pernyataan Biaya Rendah Meminimalkan Biaya Kualitas Kemasan Kecepatan Pengiriman Waktu Tunggu Total Sumber : Data Hasil Penelitian, 2013.
Skor 220 218 235 234 240 23 1383
Keterangan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tabel 4. Analisis path pengaruh modal sosial dan strategi kemitraan terhadap kinerja rantai pasok hortikultura sayuran Struktur Parameter
Koefisien Path
Pengaruh Langsung
X1 terhadap X2
0,745
0,555
X1 terhadap X3
0,350
0,1225
Pengaruh Via X2
0,375
X2 terhadap X3 0,503 0,253 Keterangan : * *Signifikan p <0,01
Pasar Lokal
Petan i
KSU
Petan i
Sarirasa
Kio s
Pengumpul
Pengaruh Total
t hitung
t Tabel
Nilai Sig.
0,555
10,192**
1,991
0,000
Hipothesis 1
0,4975
3,92**
1,991
0,001
Hipotesis 2 & 4
0,253
4,868**
1,991
0,000
Hipotesis
Pengump
ul
Asosia si
Petan i
Kopkar Sarima
PT. Pangans ariUtama
Pengumpu l
Pasar
Lokal
Aliran Barang : Aliran Informasi: Aliran Dana : Gambar 1. Implikasi Rantai Pasok Hortikultura Sayuran di Timika.
kontribusi penting dalam menyusun sebuah strategi kemitraan. Modal sosial yang didalamnya ada kepercayaan, kepatuhan terhadap aturan masingmasing mitra untuk mewujudkan suatu
PEMBAHASAN Hasil temuan penelitian ini menjelaskan bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap strategi kemitraan. Dengan demikian modal sosial memiliki 84
Ket.
Modal Sosial, Strategi Kemitraan, Kinerja Rantai Pasok
kerjasama yang saling menguntungkan, akan mengakibatkan ketergantungan sumber daya yang dimiliki oleh satu dengan yang lainnya. Selain itu modal sosial yang kuat juga akan mengakibatkan adanya aliran informasi secara terbuka satu dengan yang lainnya, sehingga ada harapan bekerjasama yang panjang dengan adanya pembagaian informasi di antara pelaku kemitraan rantai pasok. Modal sosial juga akan memungkinkan seseorang dengan orang lain untuk membangun suatu jaringan kerjasama. Modal sosial dalam sebuah hubungan kerjasama akan membuat orang tidak egois dalam penguasaan sumber daya. Pengembangan jaringan kerjasama baik di dalam dan luar organisasi (Network), atas dasar saling percaya (Trust), dengan kepatuhan terhadap norma-norma kerja dan (Norms), yang berlaku dalam hubungan kerjasama tersebut. Menurut Ferdinand dalam Nurita (2012), pengembangan kohesi sosial (Social Cohesion), pengembangan norma resiprositas (Norm of Reciprocity), serta pengembangan dan pemeliharaan kerjasama (Cooperation) dalam tataran praktis dapat dikembangkan dan diperlukan sebagai sumber daya yang dapat menghasilkan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Modal sosial memiliki kontribusi penting terhadap peningkatan kinerja rantai pasok. Modal sosial yang dilandasi oleh kepercayaan, kejujuran, kepatuhan terhadap aturan yang ada dalam jaringan kerjasama yang akan meningkatkan kinerja rantai pasok dan kinerja perusahaan (Ahuja, 2000), Avary et. al. (2009) menyatakan modal sosial dapat meningkatkan pelayanan pada setiap rantai pasok untuk menjawab permintaan konsumen. Strategi Kemitraan berpengaruh positif terhadap kinerja rantai pasok. Hasil temuan penelitian ini menjelaskan bahwa strategi kemitraan memiliki kontribusi penting dalam meningkatkan kinerja rantai pasok. Strategi kemitraan
ISSN 1411-4674
yang baik dapat menigkatkan kinerja rantai pasok, karena dengan adanya ketergantungan sumber daya, harapan kerjasama yang panjang serta pembagian informasi akan meningkatkan efisiensi, kualitas dan responsibilitas. Strategi kemitraan yang baik dalam pasokan dapat meningkatkan kinerja rantai pasok, yakni dapat menjamin kualitas, dan mengurangi atau meniadakan pemborosan. Menurut Ragatz et al., bahwa dengan adanya kemitraan strategik akan dapat mengurangi time to market dan meningkatkan kepuasan dan respon terhadap konsumen (Power et. al., 2001). Strategi kemitraan yang baik dengan tingkat pembagian informasi diantara pelaku kemitraan rantai pasok. Ketepatan dan keterbukaan informasi pada setiap tingkat kepentingan dalam rantai pasokan akan meningkatkan suatu kinerja rantai pasok dalam menjawab kebutuhan konsumen. Pembagian informasi merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi manajemen rantai pasok. Yang et. al, (2008) mengemukakan bahwa information sharing merupakan salah satu dari ”building blocks” yang menunjukkan hubungan yang solid antar mitra bisnis yang tergabung dalam rantai pasokan. Namun berbeda dari penelitian Batjargal (2000) yang menyimpulkan bahwa jejaring tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Peran modal sosial sangat penting untuk meningkatkan kinerja rantai pasok yang harus didukung oleh adanya strategi kemitraan. Modal sosial yang kuat dan didukung oleh strategi kemitraan yang baik dapat meingkatkan kinerja rantai pasok untuk menjawab adanya ketidakpastian permintaan konsumen. Hal ini sesuai dengan Heyzer et. at. (2005). Kunci bagi manajemen rantai pasokan yang efektif adalah menjadikan para pemasok sebagai mitra dalam strategi perusahaan untuk memenuhi pasar yang yang selalu berubah. Modal sosial akan mengakibatkan hubungan timbal balik antara kedua belah pihak yang bermitra. 85
Khristina Parrangan
ISSN 1411-4674
Modal sosial sangatlah dibutuhkan karena saling percaya tidak dengan mudah ada atau diperoleh begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang biasanya lama. Modal sosial akan memunculkan sebuah keyakinan yang akan mengakibatkan hubungan kerjasama yang akan memberikan manfaat seperti yang diharapkan oleh kedua belah pihak (Wahyuni et al., 2003). Modal sosial yang ada diantara pelaku kemitraan rantai pasok juga akan meningkatkan komunikasi sehingga akan memungkinkan adanya informasi yang terbuka. Mishra dan Monrissey (1990) menyatakan bahwa komunikasi yang terbuka, keterbukaan dalam informasi secara kritikal, keterbukaan dalam persepsi dan feeling, dan besarnya keterlibatan pekerja dalam keputusan memfasilitasi kepercayaan dalam hubungan antar organisasi. Terdapat sebelas kondisi dari keper-cayaan secara organisasional yang sebaiknya dipenuhi, yakni: bijaksana dalam memilih, availibilitas, kompetensi, konsistensi, kejujuran, integritas, loyalitas, keterbukaan, kepercayaan yang menyeluruh, pemenuhan janji, peneri-maan suatu kondisi satu dengan yang lainnya. Modal sosial yang didalamnya ada kepercayaan, jaringan kerjasama yang saling menguntungkan, pembagian informasi, akan dapat meningkatkan kinerja rantai pasok. Studi Morgant dan Hunt dalam Tukamuhabwa (2011) menyatakan kepercayaan dimaknai sebagai keinginan untuk membentuk hubungan yang baik dan saling menguntungkan yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja organisasi sehingga secara langsung juga mempengaruhi kinerja dari rantai pasok itu sendiri. Modal sosial melalui strategi kemitraan dapat meningkatkan kinerja rantai pasok. Karena dengan adanya modal sosial yang kuat, yang didalamnya ada kepercayaan, kepatuhan terhadap aturan yang disepakati bersama dan terwujudnya jaringan kerjasama yang saling menguntungkan akan meningkatkan ketergantungan
sumberdaya yang dimiliki, harapan bermitra jangka panjang dan pembagian informas. Dengan adanya modal sosial yang kuat dan strategi kemitraan yang baik akan meningkatkan efisiensi, kualitas dan fleksibilitas pada kinerja rantai pasok. Kinerja rantai pasok yang dibangun dengan adanya kualitas hubungan. Pertukaran hubungan digambarkan sebagai hubungan dekat, saling bergantung dan terdapat adanya seperangkat norma hubungan yang meningkat. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja rantrai pasok diperlukan adanya modal sosial yang kuat di antara pelaku rantai pasok dan harus didukung oleh strategi kemitraan yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa modal sosial berpengaruh langsung dan positif terhadap strategi kemitraan dan kinerja rantai pasok. Strategi kemitraan berpengaruh langsung dan positif terhadap kinerja rantai pasok Modal sosial berpengaruh tidak langsung dan positif terhadap kinerja rantai pasok melalui pengaruhnya terhadap strategi kemitraan. Pengaruh tidak langsung modal sosial lebih besar daripada pengaruh langsungnya terhadap kinerja rantai pasok. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja rantai pasok memerlukan modal sosial dan strategi kemitraan. Kemitraan yang terjadi di antara para pelaku rantai pasok perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Secara khusus untuk peneiltian selanjutnya menggunakan variabel dan jumlah sampel sampel yang besar dan wilayah yang berbeda. Bagi para pelaku rantai pasok agar melakukan ketergantungan sumber daya khususnya pemberian bantuan modal kepada petani. Bagi Pemerintah Daerah agar berperan aktif serta mengevaluasi pola kemitraan yang terjadi dengan cara ikut menentukan aturan kemitraan rantai pasok hortikultura sayuran di Timika. 86
Modal Sosial, Strategi Kemitraan, Kinerja Rantai Pasok
ISSN 1411-4674
Research, Imperial College London, South Kensington, London. Heizer J. dan Render B.. (2010). Manajemen Operasi. Penerbit Salemba, Jakarta. Jie, Ferry. (2003). Supply Chain Performance Indicators for Australian Beef Industry: An Empirical Analysis. School of Management, Faculty of Business, University of Technology, Sydney. Manoshi, P. (2004). Analysis of Vegetable Supply Chains of Supermarkets in Sri Lanka. Sri Lankan Journal of Agricultural Economics. Vol. 6, No. 1. Mishra, J. &Morrissey, M.A. (1990). Trust in employee/employer relationships: A survey of west Michigan managers. Public Personel Management, 19 (4), 443-461. Power, D. J., Sohal, A., & Rahman S. U., (2001). Critical Success Factors in Agile Supplychain Management: An Empirical Study. International Journal of Physical Distribution and Logistics Management 31 (4): 247– 65. PDPKAH, (2012). Panduan Umum Program Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Jakarta. Tukamuhabwa Benjamin R., (2011). A Conceptual Model for Explaining Supply Chain Performance in Uganda’s SMEs. Vol. 3, No. 6, pp. 336-344, Dec 2011 (ISSN 22203796) Wahyuni S. (2003). Strategic Alliance Development: A Study of Alliance between Competing firms. Research School System, Organitation and Management Yang J, Wang J, Wong C, et al (2008). Relational stability and alliance performance in supply chain [J]. Omega, 36(4): 600-608.
DAFTAR PUSTAKA Adiani Nurita. (2012). Model Hubungan Modal Sosial, Kompetensi Pemasaran (Marketing Intelligence dan Marketing Innovation dalam mempengaruhi Kinerja Pemasaran. Vol. 10 No 1. Maret 2011. Anatan Lina. (2010). Pengaruh Implementasi Praktik-Praktik Manajemen Rantai Pasokan terhadap Kinerja Rantai Pasok dan Keunggulan Kompetitif. Vol.4(2): 106-117, 2010. Ahuja G. (2000) The duality of collaboration: inducements and opportunities in the formation of interfirm linkages. Strategic Management Journal 21 (3), 317–343. Avery Sherry L.dan Swafford, Patricia M. (2009). Social Capital Impact on Service Supply Chains. Journal of Service Science. Volume 2, Number 2. Texas. Borgstrom. Badjargal, B. (2000). Social Capital and Enterpreneurial Performace in Rusia Working. Paper Number 352. Bongiwe G. Xaba and Micah B. Masuku. (2012). An Analysis of the Vegetables Supply Chain in Swaziland. Sustainable Agriculture Research; Vol. 2, No. 2. Bresnen, M. and Marshall, N. (2000). Motivation, commitment and the use of incentives in partnerships and alliances. Constr. Manage. Econ., 18(5), 587-598. Bulu G.Yohanes.(2009). Pengaruh Modal Sosial dan Keterdedahan Informasi Inovasi Terhadap Tingklat Adopsi Inovasi Jagung di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 27 No. 1, Mei 2009: 1 -21. Duffy Rachel and Andrew Fearne. (2006). Effective Partnerships for Agri-foodChains. The impact of supply-chain partnerships on supplier performance in the UK fresh-produce for Food Chain
87