INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION IOM INDONESIA
ʻ09
annual report
laporan tahunan
M A NA G I N G M I G R AT I O N F O R T H E B E N E F I T O F A L L
Contents
Daftar isi
IOM in Brief / Sekilas IOM
IOM in Indonesia / IOM di Indonesia Forward from Chief of Mission / Kata Pengantar dari Ketua Misi
Movement, Emergency &Post-Crisis Migration Management / Mengelola Pergerakan, Migrasi Darurat & Pasca-Krisis
01
Emergency & Post Emergency Operations Assistance / Bantuan Kegiatan Darurat dan Pasca Darurat
02
Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik
04
Tsunami Post Emergency Assistance / Bantuan Darurat Pasca-Tsunami
16
Earthquake Post Emergency Assistance / Bantuan Darurat Pasca Gempa Bumi
26
Migration Health / Kesehatan Migrasi
41
Migration & Develoment / Migrasi & Pembangunan
55
Remittance / Remitensi
56
Regulating Migration / Pengaturan Migrasi
61
Return Assistance for Migrants & Governments / Bantuan Pemulangan bagi Migran & Pemerintah
62
Irregular Migration / Migrasi Gelap Counter Trafficking / Unit Penanggulangan Perdagangan Manusia Combating Human Trafficking in Indonesia / Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia Technical Cooperation on Migration Management & Capacity-Building / Kerjasama Teknis pada Pengelolaan Migrasi & Pembangunan Kapasitas Police Reform Programme / Program Reformasi Polisi
64 68 70 86 88
Facilitating Migration / Memfasilitasi Migrasi
94
Labour Migration / Migrasi Tenaga Kerja
96
Project Development & Donor List / Unit Pengembangan Proyak & Daftar Donor
100
IOM Indonesia Offices / Kantor-kantor IOM di Indonesia
104
Editor (English) Editor (Bahasa) Translator Design/Layout Photographed by Printed by
: : : : : :
Chris Lom; Ruby Murray Jihan Labetubun Adi Nugroho Sanda Fatharani Paul Dillon; Simon Gladman; IOM Indonesia staff; Jihan Labetubun; Chris Lom; Ruby Murray; Jonathan Perugia; Edy Purnomo; Swan Ti; John Vink; Karl Zirbs Mitrametrotama
IOM INDONESIA Sampoerna Strategic Square, North Tower Floor 12A, Jalan Jendral Sudirman Kav.45-46, Jakarta Selatan 12930, INDONESIA Phone. +62 (21) 5795 1275 • Fax. +62 (21) 5795 1274 • Email.
[email protected] • Website. http://www.iom.or.id © 2010 International Organization for Migration (IOM) Indonesia “All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without the prior written permission of the publisher.”
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM in Brief Sekilas IOM
Established om 1951, the International Organization for Migration (IOM) is the principal integovernmental organization in the field of migration. IOM is dedicated to promoting humane and orderly migration for the benefit of all. It does so by providing services and advice to governments and migrants.
Berdiri pada 1951, Organisasi Internasional untuk Migrasi
Headquartered in Geneva, Switzerland, IOM is growing rapidly and currently counts 125 states as members. A further 16 states and 74 international and nongovernmental organizations hold observer status.
Berkantor pusat di Jenewa, Swiss, IOM berkembang pesat dan
IOM’s expenditures in 2007 reached USD 783.8 million while the year 2005 saw a peak programme budget in excess of USD 952 million. Approximately 5,600 staff are working on more than 1,770 projects from over 420 field offices in 129 countries (November 2008).
Anggaran IOM pada 2007 mencapai ASD 783,8 juta
IOM works in the four broad areas of migration management: • Migration and development • Facilitating migration • Regulating migration • Forced migration
IOM bergerak menangani migrasi di empat bidang umum: • Migrasi dan pembangunan • Menfasilitasi migrasi • Mengatur migrasi • Migrasi yang dipaksakan
(OIM) adalah organisasi internasional utama di bidang migrasi. IOM berdedikasi menjunjung tinggi migrasi yang manusiawi
dan
teratur
untuk
kepentingan
bersama.
IOM melakukannya dengan memberikan pelayanan dan nasehat ke pemerintah maupun migran.
kini 125 negara tercatat sebagai anggota. Selain itu, 16 negara dan 74 organisasi internasional dan organisasi swadaya berstatus pengamat.
sementara pada 2005 anggaran program mencapai puncak hingga ASD 952 juta. Sekitar 5.600 staf bekerja di lebih dari 1.770 proyek atas 420 kantor di 129 negara (Nopember 2008).
Sejumlah kegiatan OIM yang mencakup bidang-bidang
IOM activities that cut across these areas include the promotion of international migration law, policy debate and guidance, protection of migrants’ rights, migration health and the gender dimension of migration.
tersebut meliputi pengendalan wacana hukum migrasi internasional, perdebatan dan acuan kebijakan, perlindungan hak-hak para migran, kesehatan migrasi dan dimensi gender dari migrasi.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM in Indonesia OIM di Indonesia
IOM operations in Indonesia began with the processing of Vietnamese migrants in Tanjung Pinang, Riau, in 1979. These efforts were immediately followed by another major operation providing for the care, maintenance and assisted voluntary return of internally displaced East Timorese.
IOM memulai operasinya di Indonesia dengan memproses migran Vietnam di Tanjung Pinang, Riau, pada 1979. Serangkaian usaha berlanjut dengan penyediaan perawatan, pemeliharaan dan bantuan pemulangan sukarela bagi para pengungsi Timor Timur.
IOM’s relationship with the Government of Indonesia extends back to 1991 when Indonesia became a formal Observer in the IOM Council. A Cooperative Agreement signed in 2000 recognized the valuable association established between the Government and IOM towards improving migration management.
Hubungan IOM dengan pemerintah Indonesia dimulai pada 1999 ketika Indonesia resmi menjadi pengamat dalam dewan IOM. Sebuah Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani pada 2000 mengakui hubungan yang sangat bermanfaat antara Pemerintah dan IOM dalam meningkatkan penanganan migrasi.
IOM Indonesia’s programmes have expanded dramatically both in terms of geographic reach and target populations, particularly since the tsunami struck the province of Aceh on the northenmost tip of the island of Sumatra in December 2004. Sub-offices are now located across the country with over 600 staff members working on a wide range of activities.
Program-program IOM Indonesia telah berkembang dari sisi geografis maupun target penduduk, khususnya sejak tsunami menghantam propinsi Aceh di ujung utara pulau Sumatera pada Desember 2004. Kantorkantor cabang kini berdiri di penjuru nusantara dengan lebih dari 600 staf bekerja dalam beragam kegiatan.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Foreword from the Chief of Mission Kata Pengantar dari Ketua Misi
It is with great pleasure that I present you with IOM Indonesia’s 2009 Annual Report. The Report summarizes our mission’s strategic and operational services across Indonesia over the last 12 months. It also describes IOM’s programming activities, which engage with Indonesia’s diverse societies and cultures to manage the cross-cutting effects of both internal and external migration.
Dengan bangga kami sampaikan Laporan Tahunan IOM
IOM Indonesia is currently one of the Organization’s largest global missions. With a population of almost 240 million across an archipelago spanning 5,000 kilometres and comprising 17,600 islands, Indonesia is a prime source, destination, and transit country for migrants. Internally, complex migration patterns are influenced by natural disasters, conflict, and demands for labour in what is a rapidly developing country.
IOM Indonesia saat ini merupakan misi global IOM terbesar. Dengan penduduk sebayak 240 juta jiwa yang menghuni 17.600 kepulauan sepanjang 5.000 kilometer, Indonesia merupakan negara sumber, tujuan dan transit utama bagi para migran. Secara internal, pola migrasi yang kompleks ini dipengaruhi oleh bencana alam, konflik, dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang sedang berkembang secara cepat ini.
Indonesia 2009. Laporan ini merangkum layanan strategis dan operasional IOM di seluruh Indonesia dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Laporan ini juga menjelaskan kegiatan program IOM, yang bekerjasama dengan masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam dalam menangani dampak di seluruh bidang yang dibawa oleh migrasi internal maupun eksternal.
Selama 2009, IOM Indonesia telah membangun kerjasama yang
In 2009, IOM Indonesia has built on its close working relationship with the Government of Indonesia, local Indonesian government institutions, partners in the non-government sector, and local communities to support national and regional capacity-building efforts and to provide direct assistance to migrants in need. We have built on the strengths of our history in Indonesia to grow our operations in accordance with the principle that humane and orderly migration benefits migrants and society.
baik
IOM’s rapid, flexible approach has established it as a major partner in the Government of Indonesia’s responses to disasters and the displacement of internal populations. In Aceh in 2004, Yogyakarta in 2006, Padang in 2007 and again in 2009 following another devastating earthquake in West Sumatra, IOM has been at the forefront of emergency response and development assistance efforts in Indonesia.
Pendekatan IOM yang cepat dan fleksibel telah mengkukuhkannya
The coming decades will see migration increasingly represent the complex issues facing human society at the local, national, and international levels. From migration health assessment services to the provision of shelter for victims of human trafficking, from IOM’s Indonesian
Pada tahun-tahun mendatang akan semakin terlihat bagaimana migrasi mencerminkan beragamnya masalah yang dihadapi oleh masyarakat di tingkat lokal, nasional dan internasional. Dari sejumlah penelitian kesehatan migrasi hingga penyediaan penampungan sementara bagi korban perdagangan manusia,
dengan
Pemerintah
Indonesia,
lembaga
pemerintah
daerah, para mitra dari sektor Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta masyarakat setempat guna mendukung upaya pengembangan kapasitas di tingkat nasional maupun regional dan sekaligus memberikan bantuan langsung kepada para migran yang membutuhkan. Kami telah membangun dasar kekuatan dengan pengalaman kami di Indonesia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan prinsip bahwa migrasi yang manusiawi dan tertib memberi manfaat bagi para migran maupun masyarakat.
sebagai mitra utama Pemerintah Indonesia dalam menanggapi bencana dan pengungsian penduduk secara internal. IOM telah memainkan peran terdepan dalam memberi bantuan darurat dan bantuan pembangunan di Indonesia seperti di Aceh pada 2004, Yogyakarta pada 2006, Padang pada 2007 dan sekali lagi pada 2009 setelah terjadinya bencana gempa bumi di Sumatera Barat.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
National Police human rights training to our support of livelihoods development in remote, conflict affected communities, the diversity of IOM’s programme architecture reflects IOM’s adaptability of approach and our long experience in the area of migration.
pelatihan HAM oleh IOM bagi Kepolisian Republik Indonesia hingga bantuan kami untuk pengembangan mata pencaharian di komunitas yang terpencil dan terkena imbas konflik, mencerminkan keanekaragaman rancangan program IOM yang mampu mengadaptasi pendekatan yang digunakan berdasarkan yang cukup panjang di bidang migrasi.
This report is divided into five key sections that represent the operational areas of IOM Indonesia:
Laporan ini dibagi dalam lima bagian utama yang menyajikan bidang-bidang operasional IOM Indonesia:
Movement, Emergency and Post-Crisis Management looks at IOM’s disaster responses to the West Sumatra earthquakes in 2009, tracking IOM’s emergency and post-emergency operations activities. IOM’s logistical expertise placed IOM at the centre of the emergency response to the West Sumatran earthquakes, with IOM overseeing the movement of thousands of tonnes of aid throughout the affected region in the days and weeks following the disaster. This section also looks at the ongoing post-conflict reintegration and posttsunami emergency assistance programmes in Aceh, and the Central Java earthquake post-emergency assistance activities in Yogyakarta and surrounds.
Penanganan Perpindahan Penduduk, Masa Darurat dan PascaKrisis membahas bantuan bencana yang diberikan oleh IOM kepada korban gempa di Sumatera Barat pada 2009, menelusuri kegiatan-kegiatan operasional IOM di masa darurat dan pascadarurat. Keahlian IOM di bidang logistik menempatkan dirinya sebagai poros tengah upaya pemberian bantuan pada waktu gempa di Sumatera Barat, dimana IOM mengawasi pengangkutan ribuan ton bahan bantuan di kawasan yang terkena bencana sesaat setelah bencana terjadi. Bagian ini juga memaparkan program bantuan reintegrasi pasca-konflik serta bantuan pasca tsunami yang masih berlangsung di Aceh, serta kegiatan bantuan pasca-darurat untuk korban gempa di Jawa Tengah, Yogyakarta dan daerah sekitarnya.
IOM’s Migration Health programme spans a broad array of health activities, from the orderly and voluntary return of medical evacuees in post-disaster situations to the provision of direct medical and psychosocial assistance to migrants in distress, including victims of conflict, natural disasters, and of human trafficking.
Program
Kesehatan
Migrasi
IOM
mencakup
serangkaian
kegiatan layanan kesehatan, mulai dari pengaturan pemulangan dan pemulangan sukarela pasien medis selama masa pasca-b encana hingga penyediaan bantuan medis dan psikososial langsung bagi para migran yang bermasalah, termasuk korban konflik, bencana alam, dan tindak pidana perdagangan manusia.
In the area of Migration and Development IOM has built on our ongoing research on the effects of remittance corridors on Indonesian development efforts, and has been instrumental in expanding understanding of the corridors throughout the Indonesian region.
Di bidang Migrasi dan Pembangunan, IOM telah memanfaatkan penelitian tentang dampak koridor remitensi pada upaya pembangunan di Indonesia, dan telah memainkan peran yang sangat penting dalam memperluas pemahaman mengenai koridor-koridor tersebut di seluruh Indonesia.
Regulating Migration looks at IOM’s programmes in counter human trafficking and our work with the Indonesian law enforcement sector to enhance technical cooperation on migration management and capacity building in the areas of migration and human rights throughout Indonesia. With irregular migration on the rise across the region, IOM continues
Pengaturan Migrasi membahas program-program IOM dalam memerangi perdagangan manusia dan kerjasama kami dengan sektor penegakan hukum di Indonesia guna meningkatkan kerjasama teknis tentang pengaturan migrasi dan pengembangan kapasitas di bidang migrasi dan HAM di seluruh Indonesia. Dengan meningkatnya migrasi gelap di seluruh kawasan ini,
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
to assist irregular migrants in Indonesia through the provision of vital services including health assistance and voluntary returns.
IOM terus membantu para migran gelap di Indonesia melalui
In 2009, IOM’s strong working relationship with the Indonesian law enforcement sector culminated in the release of five major resources: an updated Guidelines for Law Enforcement and the Protection of Victims of Trafficking in Handling Traficking in Persons Cases, a new Manual for Officers Handling People Smuggling and Other People Smuggling Related Crimes, and three comprehensive training curricula tailored to the INP, public prosecutors, and judges dealing with cases of human trafficking.
Selama 2009, puncak kerjasama IOM yang kuat dengan
penyediaan
bantuan-bantuan
penting
termasuk
bantuan
kesehatan dan pemulangan secara sukarela.
lembaga-lembaga penegak hukum ditandai dengan penerbitan lima dokumen penting: sebuah versi terkini dari Pedoman Bagi Penegak Hukum dan Perlindungan Korban Perdagangan Manusia dalam Penanganan Kasus-kasus Perdagangan Manusia, sebuah panduan baru bagi Pejabat yang Menangani Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana Lainnya yang Terkait Dengan Penyelundupan
Manusia,
dan
tiga
kurikulum
pelatihan
menyeluruh yang khusus dirancang bagi anggota Polri, jaksa penuntut umum, dan hakim
yang menangani kasus-kasus
perdagangan manusia.
Finally, Facilitating Migration describes IOM’s labour migration programme and our work protecting and supporting Indonesian migrant workers at home and abroad. IOM Indonesia looks forward to building upon our strong working relationship with our government partners, donors, non-government partners and beneficiaries in the coming year, and to ensuring that migration benefits both migrants and society.
Terakhir, Mengfasilitasi Migrasi menjelaskan program migrasi tenaga kerja IOM dan kerja kami dalam melindungi dan membantu para TKI baik di dalam negeri maupun di luar negeri. IOM
Indonesia
sangat
berharap
untuk
memanfaatkan
kerjasama yang erat dengan para mitra kami di pemerintahan, donor, mitra LSM serta penerima bantuan di tahun yang akan datang ini, dan sekaligus memastikan agar migrasi membawa manfaat bagi para migran maupun masyarakat.
Denis Nihill Chief of Mission / Ketua Misi
Movement, Emergency, and Post-cr
Perpindahan, Kedaruratan, dan Manajemen Migrasi P
t-crisis Migration Management
grasi Pasca Krisis
2
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Emergency and Post Emergency Operations Assistance
Bantuan Operasional Darurat dan Pasca Darurat
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
3
4
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Post-conflict Reintegration Programme Program Reintegrasi Pasca-konflik
Post-conflict Reintegration in Aceh
Reintegrasi Pasca-konflik Di Aceh
IOM’s approach to reintegration in Aceh focuses on enhancing stability. It seeks to create perceptions of fairness by directly addressing post-conflict issues at the community level.
Pendekatan IOM atas permasalahan reintegrasi di Aceh berfokus pada peningkatan stabilitas. Pendekatan tersebut berupaya menciptakan persepsi keadilan dengan secara langsung menangani masalah-masalah pasca konflik di tingkat masyarakat.
The Post-Conflict and Reintegration Programme (PCRP) targets a core caseload of 10,000 ex-combatants, amnestied political prisoners and vulnerable young people, together with their communities.
Sejumlah 10.000 mantan kombatan, mantan tahanan politik dan kelompok pemuda rentan, beserta komunitas mereka merupakan sasaran inti Program Pasca-Konflik dan Reintegrasi (PCRP).
Reintegration programming focuses on this group in selected high-risk areas using individual case management based on IOM’s internationally-recognized Information, Counselling and Referral Services (ICRS) model. Concurrent community-driven stabilization programmes in the same areas provide ‘peace dividends’ to communities as a whole.
Penyusunan program reintegrasi berfokus pada kelompok di lokasi-lokasi berisiko tinggi denggan menggunakan penanganan kasus secara individual berdasarkan model Layanan Informasi, Konseling dan Rujukan IOM (ICRS/PIKR) yang telah diakui secara internasional. Program-program stabilisasi yang digerakkan oleh para masyarakat sendiri yang berlangsung berbarengan di daerahdaerah yang sama memberikan ‘manfaat perdamaian’ kepada masyarakat secara keseluruhan.
Community stabilization activities in over 1,200 villages support individual reintegration by helping communities to take a leading role in social and economic recovery. Activities include the rebuilding of infrastructure, livelihood support, community selfhelp and socio-cultural celebrations.
Kegiatan stabilisasi masyarakat di lebih dari 1.200 desa mendukung
Programme coverage is extensive and targets “hotspot” areas in Aceh where the risk of a relapse into conflict is highest. These activities centre on quick-impact projects targeting conflict-affected communities in which ex-combatants, amnestied political prisoners, refugees and internally displaced people live.
Cakupan program ini bersifat ekstensif terutama di daerah-
Community stabilization – whether it manifests itself as a new road, a gabion basket retaining wall, a handtractor, organic farming, a football field, a brick-kiln or a local concert – is peace-building through the restoration of trust within and between communities scarred by the conflict. All assistance is presented as a tangible result of the peace process.
Stabilisasi masyarakat – baik dalam bentuk pembangunan jalanan
reintegrasi individu dengan cara membantu komunitas untuk memainkan peran terdepan dalam pemulihan sosial dan ekonomi. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup pembangunan kembali prasarana, bantuan mata pencaharian, bantuan swadaya masyarakat dan berbagai acara perayaan sosial-budaya.
daerah yang tergolong bersiko tinggi atas terjadinya konflik. Kegiatan-kegiatan ini dititikberatkan pada proyek-proyek dampak cepat yang memperhatikan komunitas yang terkena dampak konflik dimana para mantan kombatan, mantan tahanan politik serta pengungsi tersebut berdiam.
baru, tembok penahan gabion, traktor tangan, perkebunan organik, lapangan sepak bola, tungku batu bata atau konser masyarakat – adalah pembangunan perdamaian melalui pemulihan rasa percaya di dalam dan diantara masyarakat yang terluka karena konflik. Semua bantuan diberikan sebagai hasil nyata dari proses perdamaian.
5
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Information, Counselling and Referral Services: Targeted Assistance to Vulnerable Youth and Economic Revitalization in their Communities
Layanan Informasi, Konseling dan Rujukan: Bantuan Terarah bagi Para Kaum Muda Rentan dan Revitalisasi Ekonomi di Komunitas-komunitas Mereka
ICRS, which has been funded by the Government of Japan since October of 2005, works in partnership with some 82 civil society and small/medium-sized business partners in over 2,000 villages across Aceh.
PIKR, didanai oleh Pemerintah Jepang sejak Oktober 2005,
By September 2009 the 2007-2009 programme had delivered vocational training, jobs and other opportunities to over 6,000 vulnerable young people identified by their communities. It had also provided grants and in-kind business expansion support to 51 small businesses employing and training them. Of the 6,071 youths initially accepted and participating in the programme, 5,220 remain active clients.
Hingga September 2009, program ini telah memberikan pelatihan
menjalin kerjasama dengan setidaknya 82 masyarakat sipil dan mitra usaha berskala kecil/menengah di lebih dari 2.000 desa di seluruh Aceh.
kerja, lapangan kerja dan peluang-peluang lainnya kepada lebih dari 6.000 pemuda rentan yang telah diidentifikasi oleh komunitas mereka. Program tersebut juga telah memberikan hibah dan dukungan perluasan usaha dalam bentuk barang dan jasa kepada 51 unit usaha kecil melalui pekerjaan dan pelatihan. Dari 6.071 pemuda yang pada awalnya diterima dan berpartisipasi pada program ini, 5.220 masih menjadi klien yang aktif.
In urban settings, ICRS clients are offered fixed term employment and training in participating businesses. Others have been trained to create and run their own businesses, including a computer training centre and a motorcycle repair shop.
Di daerah perkotaan, klien PIKR ditawarkan lapangan kerja dengan waktu tertentu serta pelatihan usaha. Beberapa diantara mereka telah dilatih untuk mendirikan dan menjalankan usaha mereka sendiri, termasuk pusat pelatihan komputer dan bengkel sepeda motor.
In rural areas where there are fewer economic opportunities, ICRS works through 25 local civil society organizations to create jobs for clients in smallscale local cooperatives and other small businesses. The project also produces a free, monthly tabloid newspaper – Tingkap –which has a print run of 50,000 copies and is distributed throughout Aceh. It includes stories about economic opportunities, the Aceh Peace Process and the role of young people, and is distributed through local print media, civil society and ICRS field staff. ICRS also builds socio-cultural bridges through its ongoing partnership with well-known Acehnese singer Rafly, who serves as an IOM ‘peace emissary’ with local security actors, government and ex-GAM rebels.
Di daerah pedesaan, dimana terdapat lebih sedikit peluang ekonomi, PIKR bekerja melalui 25 organisasi masyarakat setempat untuk menciptakan lapangan kerja bagi klien dan koperasi lokal berskala kecil. Proyek ini juga mengeluarkan surat kabar tabloid bulanan gratis – Tingkap
– dengan oplah sebesar 50.000 eksemplar dan
beredar di seluruh Aceh. Tabloid tersebut memuat artikel-artikel mengenai peluang-peluang ekonomi, Proses Perdamaian di Aceh serta peran penduduk berusia muda, dan diedarkan melalui media cetak setempat, masyarakat sipil dan staff lapangan PIKR. PIKR juga membangun jembatan sosial budaya melalui kemitraan yang dijalinnya dengan penyanyi Aceh terkenal, Rafly, yang berperan sebagai ‘duta besar perdamaian’ IOM bersamasama dengan para pejabat di bidang keamanan, pemerintahan dan mantan pejuang GAM.
6
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
7
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
The Jamboe Damee (Peace Tent) tour also saw Rafly and his band travel to 21 locations in seven districts of Aceh to introduce some 960 ICRS clients to classical Acehnese instruments. 679 ICRS clients completed the training.
Tur Jamboe Damee juga mendatangkan Rafly dan band-nya ke 21 lokasi di tujuh kabupaten di Aceh memperkenalkan sekitar 960 klien PIKR terhadap instrumen musik klasik Aceh. Sekitar 679 dari mereka telah menyelesaikan pelatihan. Masing-masing
Each of the classes ended with a community concert attended by some 5,000 people. The Peace Tent tour ended with a concert outside Banda Aceh, where 56 of the most committed young musicians featured in a new Rafly music video.
Support for Conflict-Affected Communities: Serving Communities and Individuals
kelas
diselesaikan
dengan
sebuah
konser
masyarakat yang dihadiri sekitar 5.000 warga. Tur Jamboe Damee ini diakhiri dengan sebuah konser di pinggiran kota Banda Aceh, dimana 56 dari musisi yang paling berkomitmen ditampilkan di video musik Rafly yang baru.
Dukungan bagi Komunitas yang Terkena Imbas Konflik: Melayani Masyarakat dan Individu Sejak 2006, Proyek Dukungan bagi Komunitas yang Terimbas Konflik (SCACP), yang didanai USAID, telah melaksanakan
Since 2006, the USAID-funded Support for ConflictAffected Communities Project (SCACP) has conducted community stabilization and peace-building activities through direct grassroots assistance to 197,920 beneficiaries in 451 vulnerable communities in the four central highlands districts of Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues and Aceh Tenggara.
kegiatan stabilisasi masyarakat dan pembangunan perdamaian melalui bantuan di tingkat akar kepada 197.920 penerima bantuan di 451 komunitas rentan di empat kabupaten bagian tengah, yakni Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Sama halnya dengan PIKR , SCACP yang beroperasi di dataran tinggi Aceh Tengah bertujuan mengubah kapasitas berkonflik
Operating in the same Highlands areas as ICRS, SCACP aims to transform the capacity for conflict of both individuals and communities into a capacity for peaceful co-existence. It supports the peace process by providing tangible benefits to those who need them most.
para individu maupun komunitas menjadi kapasitas untuk hidup berdampingan secara damai. Proyek ini mendukung proses perdamaian dengan memberikan manfaat nyata bagi mereka yang paling membutuhkan. SCACP telah mendirikan 76 proyek infrastruktur, yang masingmasing dipilih oleh beberapa kelompok warga desa dengan
SCACP has constructed 76 infrastructure projects, each selected by groups of villages of differing ethnicities and political allegiances, through a process that allowed them to come together and agree upon common goals.
latar belakang adat serta politik yang berbeda, melalui sebuah proses yang memungkinkan mereka untuk berkumpul dan menyepakati tujuan bersama. SCACP juga telah memberikan bantuan mata pencaharian penting melalui hibah dalam bentuk non tunai ke lebih dari
SCACP has also provided essential livelihood support through grants in kind to over 16,180 vulnerable people identified by their communities. The beneficiaries are organized into self-help groups based upon common livelihoods.
16.180 warga rentan yang diidentifikasi oleh komunitaskomunitas mereka. Para penerima bantuan tersebut dibagibagi menjadi kelompok-kelompok swadaya yang didasarkan pada jenis mata pencaharian yang sama. Hibah yang diberikan secara rotasi ini, disampaikan dan
The rotational nature of these grants, delivered through and monitored by local civil society organizations, enables groups to expand their membership and create new groups, at no additional cost to IOM or USAID.
dipantau oleh lembaga-lembaga masyarakat sipil setempat.
The United Nations Development Programme (UNDP) donated agricultural machinery to SCACP, which the project has used to set up a collective asset management scheme. Local civil society organizations maintain the equipment on behalf of beneficiary groups in exchange for a small cost recovery fee. The system has been in place for two years and continues to operate for the benefit of both beneficiaries and the local organizations that support them.
Program Pembangunan PBB (UNDP) menyumbangkan mesin-
Pendekatan
ini
memungkinkan
kelompok-kelompok
untuk
memperluas keanggotaan mereka dan menciptakan kelompokkelompok baru, tanpa membutuhkan biaya tambahan dari IOM atau USAID.
mesin pertanian kepada SCACP, yang telah dipergunakan oleh proyek untuk mendirikan sebuah sistem pengelolaan kepemilikan
bersama.
Lembaga-lembaga
masyarakat
sipil
setempat memelihara peralatan-peralatan tersebut atas nama kelompok-kelompok penerima bantuan dengan imbal jasa yang kecil. Sistem ini telah berdiri selama dua tahun dan terus berjalan untuk kepentingan baik para penerima bantuan maupun organisasi-organisasi daerah yang mendukung mereka.
8
In 2009 service delivery to beneficiaries continued through IOM’s local partners, with expansion into new and remote areas of the Highlands, as well as trainings for local partners and local government and extension services for livelihood beneficiaries.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Pada
2009 pelayanan kepada para penerima bantuan terus
berlanjut melalui para mitra IOM setempat, dengan perluasan ke derah-daerah baru dan terpencil di bagian pegunungan. Termasuk didalamnya pelatihan bagi mitra-mitra setempat dan pemerintah daerah dan perluasan layanan bagi para penerima bantuan mata pencaharian.
Of the 454 beneficiary groups formed, 99 have applied for and received grants directly from the project for small-scale economic activities. This serves as testimony to the progress made by these groups, formed from the poorest people in their communities. Many are now entrepreneurs capable of handling and reporting funds and managing their own business ventures.
Dari 454 kelompok penerima bantuan yang dibentuk, 99 telah mengajukan permintaan dan memperoleh hibah secara langsung dari proyek untuk kegiatan-kegiatan ekonomi berskala kecil. Ini merupakan bukti kemajuan yang telah dicapai oleh kelompokkelompok ini – yang terdiri dari warga-warga yang paling miskin di komunitas mereka. Banyak dari mereka kini merupakan pengusaha yang mampu mengatur dan melaporkan dana serta mengelola kegiatan usaha mereka sendiri.
Makmu Gampong Kereuna Dame: Peace Dividends Paid at the Grassroots Level Funded by the European Commission, UNDP and the Canadian International Development Agency (CIDA), IOM’s Village Prosperity Due to Peace (Makmu Gampong Kereuna Dame or MGKD) project has now delivered 1,715 community projects to an estimated 730,358 people in 721 conflict-affected villages.
Makmu Gampong Kereuna Dame: Manfaat Perdamaian Diberikan di Tingkat Akar Dengan didanai Komisi Eropa, UNDP dan Lembaga Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), proyek IOM yang dikenal Kemakmuran Desa Karena Damai (Makmu Gampong Kereuna Dame atau MGKD) hingga kini telah mengadakan 1.715 proyek masyarakat atas sekitar 730.358 warga di 721 desa yang terkena imbas konflik.
Communities have benefited from a wide variety of community-based activities, ranging from income generation to infrastructure projects such as road compaction, repair of community buildings, and the building of irrigation and flood drainage canals. As a result, reintegration has been facilitated, social cohesion and stabilization enhanced, and village ownership of the process increased.
Komunitas - komunitas tersebut telah mendapat manfaat dari
Communities and local government are fully involved in the SCACP processes, and district and subdistrict heads select the villages to receive grants. Kecamatan Development Programme (PNPM) facilitators also work closely with IOM staff to oversee and monitor projects and provide technical support.
Masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal ini bupati dan
serangkaian kegiatan berbasis masyarakat, yang berkisar dari penciptaan pendapatan hingga proyek-proyek infrastruktur seperti pemadatan jalanan, perbaikan bangunan masyarakat, dan pembangunan saluran irigasi dan kanal saluran banjir. Hasilnya, reintegrasi telah terfasilitasi, kohesi sosial dan stabilisasi disempurnakan, dan meningkatnya rasa kepemilikan desa melalui proses tersebut .
camat terlibat penuh dalam berbagai proses SCAP, termasuk proses pemilihan desa yang akan menerima hibah. Para fasilitator Program Pembangunan Kecamatan juga bekerjasama dengan staf IOM dalam rangka mengawasi dan memantau proyek-proyek dan memberikan dukungan teknis. Para komunitas memilih proyek mereka dan melaksanakannya
Communities choose their projects and implement them themselves, fostering social cohesion and community pride. All groups, including excombatants, amnestied prisoners, women, IDPs and young people, have a voice in the decision-making processes – often for the first time.
sendiri, memperkuat kohesi sosial dan sekaligus meningkatkan
Inclusion, transparency, the use of democratic community meetings, and the implementation of projects by community members to ensure ownership are hallmarks of the SCACP project.
Keterlibatan masyarakat, transparansi, pemanfaatan pertemuan
MGKD also has a strong emphasis on women’s involvement through its ‘Women’s Leadership and
MGKD juga menempatkan penekanan kuat pada keterlibatan
harga diri komunitas. Semua kelompok termasuk mantan kombatan, para mantan tahanan politik, perempuan, pengungsi dan kelompok muda memiliki suara dalam proses pembuatan keputusan – yang tidak jarang merupakan pengalaman pertama bagi mereka.
masyarakat yang demokratis dan pelaksanaan proyek oleh anggota masyarakat dengan menjamin rasa kepemilikan adalah ciri khas dari proyek SCACP.
perempuan
melalui
program
pelatihan
‘Pengembangan
9
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Capacity Building’ training programme, which is provided for village women with the potential of becoming organisers in their communities. This aims to not only encourage women to be present at village meetings, but also to engage fully in decision-making processes.
Kepemimpinan dan Kapasitas Wanita’, yang diberikan bagi
Human interest story #1
Cerita kemanusiaan #1
Global.Com
Pusat
an Icrs Self-help Group
Swadaya ICRS
Computer Training Centre:
perempuan-perempuan di desa yang berpotensi menjadi penggerak di komunitas mereka. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk mendorong wanita untuk hadir dalam rapat-rapat desa, namun juga untuk melibatkan mereka secara penuh dalam proses pembuatan keputusan.
Pelatihan
Komputer
Global.Com: Sebuah Kelompok
Global.Com operates out of a two-storey shop-house located on the Banda Aceh – Medan road, in front of the Keudee Jeunib gas station in the village of Jeunib in Bireuen district.
Global.Com melakukan kegiatannya di sebuah ruko berlantai dua yang berlokasi di seputar jalan Banda Aceh – Medan, di seberang SPBU Keudee Jeunib di desa Jeunib di Kabupaten Bireuen.
A collective effort of 21 vulnerable young people identified by their communities in the conflict-impacted villages of Jeunib, Simpang Mamplam, Pandrah and Samalanga, it operates a computer services and training business.
Buah dari sebuah usaha bersama 21 pemuda rentan yang
The business, which opened its doors in June 2009, was born out of a market survey of the area set up with the help of the Aceh Ka Bangkit foundation (ABANK), and is enjoying brisk business.
Usaha ini, yang dibuka pada Juni 2009, lahir dari sebuah survei
Global.Com offers typing orders, computer rental, computer training and tutorials, photo printing, LAN network installation, computer repair, computer sales and equipment sales.
telah diidentifikasi oleh para komunitas mereka di desa Jeunib, Simpang Mamplam, Pandrah dan Samalanga, pusat pelatihan tersebut beroperasi sebagai sebuah penyedia jasa komputer dan pelatihan.
pasar di daerah tersebut. Didirikan dengan bantuan yayasan Aceh Ka Bangkit (ABANK) usaha ini tergolong ramai. Global.Com menerima pesanan pengetikan, menyewakan komputer, pelatihan dan panduan komputer, pencetakan foto, pemasangan jaringan LAN, perbaikan komputer, penjualan komputer dan perangkatnya. Sebelum dibukanya toko ini, ABANK dan IOM melihat
Several of the members of the self help group behind Global.Com had some experience with computers. ABANK and IOM also trained them in small business management, computer repair and other hardware/ software aspects of the computer business before opening the shop.
rendahnya keterampilan komputer dari beberapa anggota dari kelompok swadaya di belakang Global.Com. Pelatihan tentang pengelolaan usaha kecil, reparasi komputer dan aspek perangkat keras/lunak lainnya dari usaha komputer pun diberikan ABANK dan IOM. Meskipun pengawasan ABANK berakhir pada November 2009.,
Global.Com is now generating a profit and is collectively managed without the oversight of ABANK, which ended in November of 2009. The most profitable services so far are typing and dictation, which often keep the young people working deep into the night.
Global.Com saat ini telah menghasilkan laba dan dikelola secara bersama-sama. Aspek usaha yang paling menguntungkan hingga kini adalah jasa pengetikan dan pendiktean, yang seringkali mengharuskan para pemuda tersebut untuk bekerja hingga larut malam. Setidaknya 18 orang telah mendaftar pada pelatihan komputer
To date 18 people have enrolled in the group’s computer tutorials - each paying IDR 500,000 for three months of after-work training. Global.Com also offers tutorials in Adobe Photoshop. Its photo printing services are in high demand in the community, and the group plans to buy better printers to expand their printing capacity.
yang disediakan kelompok ini dimana masing-masing dari mereka membayar Rp 500.000 untuk pelatihan selama tiga bulan setelah pulang kerja. Global.Com juga menawarkan pelatihan untuk menggunakan Adobe Photoshop. Melihat tingginya minat masyarakat atas jasa pencetakan foto, kelompok tersebut berencana membeli mesin pencetak yang lebih bagus untuk meningkatkan kapasitas pencetakan mereka.
10
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Human interest story #2
Cerita kemanusiaan #2
Agam’s Story
Kisah Agam
‘There was shooting between GAM, TNI and Police in my village… my father was shot… I didn’t know what to do… I was suspected by GAM, TNI and Police.’
‘Terjadi baku tembak antara GAM, TNI dan Polri di desa saya …
Agam, an ICRS client in Darul Amin Village, Lawe Alas sub-district, Aceh Tenggara, spoke to an IOM Outreach Assistant about his experience of conflict in his village. He did not take sides in the conflict, which resulted in both the TNI and the GAM questioning his loyalty and suspecting him of belonging to the opposite side. When it became difficult for Agam to remain in his village, he fled south to Pekanbaru in Riau province, where he made a living as a professional thief, stealing motorcycles and cars.
Agam, seorang Klien PIKR di Desa Darul Amin Village, kecamatan
ayah saya tertembak … saya tidak tahu harus berbuat apa … saya dicurigai oleh GAM, TNI dan Polisi.’
Lawe Alas, Aceh Tenggara, berbicara kepada seorang IOM ‘Outreach Assistant’ tentang pengalaman konfliknya di desanya. Ia tidak memilih pihak selama konflik, sehingga mengakibatkan baik TNI maupun GAM mempertanyakan loyalitasnya dan masing-masing mencurigai dirinya berada di pihak lawan. Ketika menjadi sulit bagi Agam untuk tetap tinggal di desanya, ia lari ke arah selatan ke Pekanbaru di propinsi Riau, dimana ia menyambung hidup dengan menjadi pencuri kendaraan bermotor. ‘Saya dulu selalu berharap bahwa suatu hari saya bisa pulang
‘I always hoped that one day I could return to Aceh and live with my family,’ Agam says.
ke Aceh dan hidup dengan keluarga saya,’ kata Agam. Penandatanganan Nota Kesepahaman Helsinki dan perdamaian
The signing of the Helsinki Memorandum of Understanding and subsequent peace in Aceh gave Agam the confidence to finally return to his village. In 2008, he was selected as an ICRS client and told IOM that he wanted to improve his skills as a motorcycle mechanic.
yang terjadi setelahnya di Aceh memberikan Agam keyakinan
He is currently completing an apprenticeship at Fina SKD Service, one of a network of small businesses supporting ICRS clients, and is now a step closer to earning an honest living running his own small motorcycle repair business.
Saat ini ia sedang menyelesaikan masa magang di Fina SKD
‘I am ashamed of some of the things I did in the past and want to do good things in the future… The ICRS programme is helping me to create a new future in Aceh with my family,’ he says.
‘Saya malu dengan beberapa hal yang telah saya lakukan di
Human interest story #3
Cerita kemanusiaan #3
Pt Global Water:
Pt Global Water:
PT Global Water Pratama Indonesia (Global Water) was established on 6 March 2008 in Banda Aceh, opened its first branch office in Lhokseumawe on 26 March, and sterilizes, bottles and sells water under the brand name ‘Riz Water.’
PT Global Water Pratama Indonesia (Global Water) didirikan pada 6 Maret 2008 di Banda Aceh, membuka kantor cabang pertamanya
an ICRS Business
untuk pulang ke desanya. Pada 2008 ia dipilih sebagai salah satu klien PIKR dan menyampaikan kepada IOM bahwa ia berkeinginan untuk meningkatkan keterampilannya sebagai montir sepeda motor.
Service, salah satu dari serangkaian usaha kecil yang membantu klien-klien PIKR, dan saat ini satu langkah lebih dekat untuk memiliki sumber penghidupan yang halal berupa bengkel sepseda motor kecil.
masa lalu dan saya ingin berbuat baik di masa depan… Program PIKR membantu saya menciptakan sebuah masa depan baru di Aceh bersama keluarga saya,’ katanya.
Sebuah Usaha PIKR
di Lhokseumawe pada 26 Maret dan mensterilkan, membotolkan dan menjual air dengan menggunakan merk ‘Riz Water.’ Pemilik dan manager perusahaan tersebut, Dr. Azhari Ali
The company’s owner and manager, Dr. Azhari Ali, worked in water infrastructure and provision for many years before striking out on his own.
telah bekerja di bidang prasarana dan penyediaan air selama bertahun-tahun sebelum membuka usahanya sendiri. Pada Agustus 2008, Dr. Azhari menjawab sebuah penawaran tender
In August 2008, Dr. Azhari responded to a tender launched in local newspapers by ICRS and submitted a business plan to provide 28 apprenticeship vacancies
PIKR di sebuah surat kabar setempat dan mengirimkan sebuah rencana kerja untuk menyediakan 28 posisi magang bagi pemuda rentan di kantor dan pusat pembotolan Global Water di Lhokseumawe.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
11
12
for vulnerable young people at Global Water’s Lhokseumawe office and bottling centre.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
PIKR meneliti rencana perluasan perusahaan tersebut dan memberikan KONTRAK senilai RP 472.250.000 (ASD 47.000) pada 1 September 2008. Dana tersebut dirancang untuk
ICRS studied the company’s expansion plan and awarded it a IDR 472,250,000 (USD 47,000) contract on 1 September 2008. The funds were designed to support the ICRS apprentices and to help Global Water to buy additional equipment in line with the expansion plan.
membantu para pekerja magang PIKR dan untuk membantu Global Water untuk membeli peralatan tambahan sejalan dengan rencana perkembangannya. Program magang tersebut segera dimulai bagi kedua puluh delapan klien PIKR yang berusia antara 18-35, yang kesemuanya
The apprenticeships started immediately for the 28 ICRS clients aged from 18-35, all of them identified by their own communities as being particularly vulnerable. Some had been involved in militias and criminal gangs, while others were simply extremely poor.
diidentifikasi oleh komunitas mereka sendiri sebagai warga yang rentan. Beberapa pernah terlibat dengan milisi setempat dan kelompok kriminal, sedangkan lainnya merupakan warga miskin. Pada awalnya kelompok tersebut diberi pelatihan mengenai
The group was initially trained in quality control standards for bottled water production, water quality analysis, operational and equipment handling, standards and maintenance. They were also introduced to Global Water’s management system, employee standards and employer expectations. Global Water then assigned one staff member to every five apprentices for ‘handson’ guidance and training at the factory.
standar pengendalian kualitas untuk produksi air botol, analisa kualitas air, aspek operasional, serta pengoperasian, standar dan pemeliharaan peralatan. Mereka juga diperkenalkan dengan sistem manajemen Global Water, standar karyawan dan harapan pemilik usaha. Global Water kemudian menugaskan satu karyawan untuk setiap lima peserta magang untuk mendapat pengarahan dan pelatihan secara langsung di pabrik. Dari keduapuluh delapan peserta magang, 26 telah berhasil
Of the 28 apprentices, 26 successfully finished their six-month apprenticeships and were recruited by Global Water as permanent staff. Global Water has now expanded its business interests into neighbouring North Sumatra and seven ex-ICRS clients have been transferred to Medan.
menyelesaikan program magang selama enam bulan dan direkrut oleh Global Water sebagai staf permanen. Global Water saat ini telah memperluas kepentingan usahanya hingga mencakup Sumatera Utara dimana tujuh mantan klien PIKR telah ditransfer ke Medan. Global Water kemudian menawarkan 30 program magang
Global Water then offered another 30 6-month apprenticeships to ICRS clients. By the time ICRS’ contract with Global Water completed on 30 September 2009, 56 ICRS vulnerable youths had received permanent jobs with this dynamic company.
selama enam bulan kepada klien-klien PIKR. Pada saat kontrak PIKR dengan Global Water selesai pada 30 September 2009, 56 pemuda rentan di bawah PIKR telah mendapatkan pekerjaan permanen dari perusahaan yang dinamis ini. Global Water merupakan contoh utama tentang keberhasilan
Global Water is a prime example of the success possible when reintegration programmes like ICRS are linked up with energetic entrepreneurs.
yang bisa dicapai ketika program reintegrasi seperti PIKR digabungkan dengan para pengusaha yang bersemangat. Dengan bantuan PIKR, usaha Dr. Azhari bersama para
With ICRS’ help, Dr. Azhari’s business has expanded along with his workforce from IDR 98,000,000 in Mar-Dec 2008 to IDR 283,000,000 in Jan-Sept 2009. Global Water expects sales of IDR 450,000,000 in 2010. Azhari sees his participation in the programme as a way to profit while investing in the community and giving young people opportunities they previously lacked.
karyawannya telah berkembang dari Rp 98.000.000 di bulan
An ICRS Client Success Story: Rahmawati
Sebuah Kisah Keberhasilan Klien PIKR: Rahmawati
“I had quite low self esteem before I joined ICRS, because I dropped out of school, but through the apprenticeship programme at Global Water I began to believe in my own abilities, and to build my skills and my self-confidence.” - Rahmawati, 34, ICRS client and now a permanent employee of PT Global Water
Mar-Des 2008 menjadi Rp 283.000.000 di bulan Jan-Sept 2009. Global Water memperkirakan penjualan sebesar Rp 450.000.000 di tahun 2010. Azhari melihat partisipasi dirinya dalam program
ini tidak hanya sebagai cara untuk mendapatkan
keuntungan, namun juga pada saat yang bersamaan berinvestasi pada masyarakat dan memberikan kepada pemuda peluang yang kurang mereka dapati.
“Rasa percaya diri saya cukup rendah sebelum saya bergabung dengan PIKR, karena saya putus sekolah. Namun melalui program magang di Global Water saya mulai mempercayai kemampuan
saya
sendiri,
dan
untuk
mengembangkan
keterampilan dan rasa percaya diri.” - Rahmawati, 34, klien PIKR, karyawan tetap PT Global Water
13
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Rahmawati is a widow and mother of five-year-old twin boys from Matangkuli village, Aceh Utara. Her husband died in 2005 and, to support her family, she made a subsistence living packaging snacks in her small kitchen for sale in the village. She was then referred to ICRS by Matangkuli villagers, who identified her as one of their most vulnerable neighbours.
Rahmawati adalah seorang janda dan ibu dari dua anak kembar
Rahmawati started her apprenticeship on 4 November 2008. In the beginning she worked with bottling equipment, but she soon learnt how to use a computer. She proved so adept that she rapidly became a supervisor. Now she is a member of the permanent administrative staff and prepares payrolls for all Global Water staff. She was one of the first ICRS clients to receive a permanent position at the company.
Rahmawati memulai program magang pada 4 November 2008.
“I am so grateful to ICRS and Global Water because I’ve learned so many skills and been given chances I couldn’t have imagined before,” says Rahmawati.
By the numbers
beumur lima tahun dari Desa Matangkuli, Aceh Utara. Suaminya meninggal dunia di tahun 2005. Sebelumnya untuk menghidupi keluarganya,
ia
mencari
penghasilan
dengan
mengemas
makanan-makanan ringan di dapurnya yang kecil untuk dijual di desa. Ia dirujuk ke PIKR oleh warga Desa Matangkuli, yang mengidentifikasinya sebagai salah satu warga yang paling rentan.
Pada awalnya ia kerja menjalankan alat pengisian botol, namun tidak lama kemudian ia belajar menggunakan komputer. Ternyata ia sangat terampil sehingga dengan cepat menjadi seorang penyelia. Saat ini ia salah satu staf administrasi dan menyiapkan gaji bagi semua staf Global Water. Ia adalah salah satu klien PIKR pertama yang menerima posisi permanen di perusahaan tersebut. “Saya sangat berterima kasih kepada PIKR dan Global Water karena saya telah belajar banyak ketrampilan dan telah diberikan kesempatan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” ujar Rahmawati.
Berdasarkan angka
as of November 2009 / hingga Nopember 2009
Makmue Gampong Karena Dame Village Peace Due To Prosperity Project (2006-2009) Proyek Makmue Gampong Karena Dame (Kemakmuran Desa Berkat Perdamaian) (2006-2009)
721 1,715
Number of Villages participating in the Makmue Gampong Karena Damee project / Jumlah desa yang turut serta dalam proyek Makmue Gampong Karena Damee
Total number of projects / Keseluruhan jumlah proyek
564
Number of women-only projects / Jumlah proyek yang khusus diperuntukan bagi perempuan
730,358
Total number of beneficiaries / Keseluruhan jumlah penerima bantuan
8,158
Ex-combatant beneficiaries / Penerima bantuan yang mantan kombatan
630
Amnestied political prisoner beneficiaries / Penerima bantuan yang merupakan mantan tahanan politik
Post-Conflict Reintegration ProgrammeInformation, Counselling and Referrals (2005-2009) Program Reintegrasi Pasca-Konflik Informasi, Konseling dan Rujukan (2005-2009)
4,941
Number of GAM/TNA ex-combatants and amnestied political prisoners registered and provided with livelihood opportunities that focused predominantly on business/vocational training and small business start-up (first phase of reintegration programme supported by Government of Japan) / Jumlah mantan kombatan GAM/TNA dan mantan tahanan politik yang terdaftar dan disediakan peluang mata pencaharian yang terutama difokuskan pada pelatihan usaha/kerja dan pendirian usaha baru (fase pertama program reintegrasi yang didukung oleh Pemerintah Jepang)
14
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
91%
15
Of all registered GAM/TNA ex-combatants and amnestied political prisoners who received skills trainings ranging from animal husbandry and best-practice agricultural skills, to automotive repairs and small business management / Dari keseluruhan mantan kombatan dan mantan tahanan politik GAM/TNA yang menerima berbagai pelatihan keterampilan dari peternakan hewan dan keterampilan bertani yang baik, hingga keterampilan memperbaiki mobil dan pengelolaan usaha kecil.
6,074
Vulnerable unemployed youths in high-risk areas of Aceh registered by the current reintegration programme from a target of 5,500 / Pemuda pengangguran rentan di daerah-daerah berisiko tinggi di Aceh yang terdaftar pada program reintegrasi dari target sebesar 5.500.
5,220
Clients referred to jobs, apprenticeships, training, or small-business networks to date / Klien yang diberi rujukan ke pekerjaan, magang, pelatihan, atau jaringan usaha kecil hingga kini
27,846
Youths selected by their communities and screened by 15 local civil society organizations performing community facilitation in 76 sub-districts across eight high-risk districts throughout Aceh / Pemuda yang dipilih oleh komunitas mereka dan dinilai oleh 15 organisasi masyarakat setempat yang melaksanakan fasilitasi masyarakat di 76 kecamatan di empat kabupaten berisiko tinggi di Aceh
Support for Conflict-affected Communities Project (2006-2009) Proyek Bantuan Bagi Komunitas yang Terkena Imbas Konflik (2006-2009)
681
Villages assesed by the project, of which 630 received comprehensive facilitation and 451 of the poorest and most conflict-affected were selected / Desa yang diteliti oleh proyek, dimana 630 menerima fasilitasi komprehensif dan 451 dari yang paling miskin dan terkena imbas konflik telah dipilih
76
Infrastructure projects selected by communities and constructed by IOM, according to a village cluster model where multiple villages of differing ethnicities and political allegiances were brought together around common goals / Proyek infrastruktur yang dipilih oleh masyarakat dan dibangun oleh IOM, berdasarkan model pengelompokan desa dimana beberapa desa dengan latar belakang adat dan aliran politik, yang berbeda disatukan melalui satu tujuan bersama
181,738
People benefiting from infrastructure projects / Warga yang telah dibantu oleh proyek-proyek infrastruktur
64,000
People benefiting from socio-cultural activities / Warga yang telah dibantu oleh kegiatan-kegiatan sosial budaya
16,182
Community-identified vulnerable persons receiving livelihoods grants-in-kind and training from the project. These beneficiaries are assembled into 454 small community groups based on common livelihood activities, of which 99 are now receiving grants directly from IOM / Warga rentan yang telah diidentifikasi oleh komunitas mereka yang menerima bantuan mata pencaharian dan pelatihan dari proyek. Para penerima bantuan tersebut dikelompokkan ke dalam 454 kelompok masyarakat kecil berdasarkan kegiatan mata pencaharian, dimana 99 saat ini menerima bantuan secara langsung dari IOM
3,282
Community journalism stories aired by 130 project-trained aspiring journalists, broadcast on 3 stations across the highlands / Artikel jurnalistik tentang masyarakat yang diudarakan oleh 130 jurnalis muda yang dilatih oleh proyek, disiarkan di 3 stasiun di daerah pedalaman Aceh
16
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Tsunami Post Emergency Assistance Bantuan Darurat Pasca Tsunami
WATER AND SANITATION : Water, Sanitation and Hygiene in PostTsunami Aceh
AIR DAN SANITASI Air, Sanitasi dan Kebersihan di Aceh Pasca-Tsunami
Access to clean water is a key factor in helping people displaced by the 2004 tsunami to restart their lives and return to normality. IOM is currently working with 14,240 such people living in IOM-constructed houses throughout the province.
Akses atas air bersih merupakan faktor kunci dalam membantu
Using a community-based approach, IOM has worked with households since the tsunami to form Village Water and Sanitation Committees (VWSC) to maintain water and sanitation systems.
Dengan menggunakan pendekatan yang berbasis komunitas, IOM
penduduk yang mengungsi untuk memulai kembali hidup mereka dan kembali ke keadaan normal setelah tsunami 2004. IOM saat ini bekerja membantu 14.240 warga yang tinggal di rumah-rumah yang dibangun IOM di seluruh propinsi.
telah bekerja dengan sejumlah rumah tangga sejak bencana tsunami dengan membentuk Panitia Air dan Sanitasi Desa (Village Water and Sanitation Committees - VWSC) guna memelihara sistem air dan sanitasi.
The VWSCs not only maintain the water and sanitation systems after construction projects end. They also host a variety of community events to promote hygiene, and share skills and knowledge with the wider community.
VWSC tidak hanya memelihara sistem air dan sanitasi setelah selesainya proyek-proyek konstruksi. Panitia tersebut juga mengadakan berbagai kegiatan masyarakat untuk memajukan kebersihan, dan berbagai keterampilan dan pengetahuan bagi masyarakat secara luas.
The project has operated in 83 communities in 11 districts. Target groups include people displaced by the tsunami now living in IOM-constructed homes, people relocated from tsunami-affected affected areas, and people in pre-existing local communities.
Proyek ini telah mencakup 83 komunitas di 11 kabupaten. Kelompokkelompok yang dituju adalah warga yang harus mengungsi akibat tsunami, bekerja di rumah-rumah yang dibangun IOM, warga yang berelokasi dari daerah-daerah yang terkena imbas tsunami, dan warga asli dari komunitas yang bersangkutan.
To coordinate the project, IOM developed an innovative monitoring and evaluation system – from community hygiene promotion to increased access to water and improved sanitation.
Untuk mengkoordinir proyek, IOM mengembangkan sebuah sistem pengawasan dan evaluasi yang inovatif – dari kebersihan masyarakat hingga peningkatan akses terhadap air dan sanitasi yang lebih baik.
IOM community teams surveyed participating villages in order to create specific solutions for water, drainage and sanitation, hygiene promotion and training.
Tim komunitas IOM telah mensurvei desa - desa yang berpartisipasi
A survey and community mapping of over 1,000 households found that in most areas there was already considerable knowledge surrounding water and sanitation issues, but low practice rates. IOM project teams used the information to develop tailored solutions for the communities in which they worked.
Sebuah survei dan pemetaan komunitas atas lebih dari 1.000
The project improved village sanitation through the
Proyek ini telah memperbaiki sanitasi desa melalui pembangunan
untuk mencari pemecahan masalah untuk pemajuan dan pelatihan tentang air, saluran pembuangan dan sanitasi, serta kebersihan.
rumah tangga menemukan bahwa di sebagian besar daerah sudah terdapat pengetahuan yang cukup besar mengenai air dan sanitasi, namun tingkat praktek masih rendah. Tim-proyek IOM menggunakan informasi tersebut untuk mengembangkan metode khusus yang sesuai dengan komunitas yang mereka tangani.
17
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
construction of drainage systems in 40 communities and improved septic systems for some 1,317 households. These measures will help to ensure that new villages meet Indonesian national standards and reduce potential negative environmental impacts.
sistem saluran pembuangan di 40 komunitas dan menyempurnakan
Human interest story #1
Cerita kemanusiaan #1
An IOM Staffer’s Story
sistem septic untuk setidaknya 1.317 rumah tangga. Kegiatankegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa desa-desa baru memenuhi standar nasional di Indonesia dan mengurangi potensi dampak yang merugikan lingkungan.
Kisah Seorang Staf IOM
Safrizal has worked as an IOM Community Facilitator on water and sanitation projects in Aceh Besar, Banda Aceh and Aceh Jaya since September 2007.
Safrizal telah bekerja sebagai Fasilitator Masyarakat IOM untuk
He says that his role is to act as a “bridge” connecting IOM to communities in order to ensure an adequate supply of clean water, better sanitation and knowledge transfer about personal and environmental hygiene.
Ia menjelaskan bahwa perannya adalah untuk bertindak sebagai
proyek air dan sanitasi di Aceh Besar, Banda Aceh dan Aceh Jaya sejak September 2007.
“jembatan” yang menghubungkan IOM dengan komunitas guna memastikan adanya persediaan air bersih yang memadai, sanitasi yang lebih baik dan alih pengetahuan tentang kebersihan pribadi dan lingkungan.
He explains that the key to getting community members to open up and provide facilitators with the information they need to run projects lies in speaking to people in their own language and using an informal style of teaching.
Ia menjelaskan bahwa kunci agar anggota masyarakat mau membuka diri dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh fasilitator untuk menjalankan proyek terletak pada proses komunikasi dalam bahasa mereka dan menggunakan gaya pengajaran yang informal.
“Each person has a different capacity to receive information from the facilitator,” he notes. “In meetings, sometimes communities are overly careful and polite when expressing their ideas and that can lead to misunderstandings. The solution is to invite them to discuss issues in an informal way and with humour, so they will not be shy to talk about their problems or ideas.”
“Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda untuk menyerap
Facilitators also have to accept that the community often knows more than they do, says Safrizal. “We need to use every opportunity to learn what we can from the community’s experiences,” he notes.
Para fasilitator juga harus menerima bahwa komunitas seringkali
Facilitators need to be able to analyse the dynamics of the community in which they’re working. According to Safrizal, each community has a certain character.
Lebih jauh lagi, fasilitator perlu untuk dapat menganalisa
informasi dari fasilitator,” ia perhatikan. “Dalam pertemuan, terkadang komunitas terlalu berhati-hati dan sopan ketika mengungkapkan ide mereka dan ini dapat mengakibatkan kesalahpahaman. Jalan keluarnya adalah untuk mengundang mereka untuk membahas masalah-masalah dengan cara yang informal dan dengan humor, sehingga mereka tidak malu untuk membicarakan mengenai masalah atau ide mereka.”
tahu lebih banyak daripada mereka, jelas Safrizal. “Kita perlu memanfaatkan segala kesempatan untuk belajar apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman masyarakat,” ujarnya.
dinamika komunitas dimana mereka bekerja. Menurut Safrizal, setiap komunitas memiliki karakter yang berbeda-beda. Dengan
18
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Talking to community members individually or in small groups before moving on to dealing with the community in large group situations gives facilitators a better idea of how resources are really divided up in the villages and who is in charge of making decisions, he observes.
cara berbicara ke para anggota masyarakat secara individu
An example of this in Safrizal’s work has been dealing with water issues and the gender divide in villages, where the decision-making structure is dominated by men, despite the fact that water is mostly used by women in food preparation and household tasks.
Salah satu contoh situasi ini dalam pekerjaan Safrizal adalah
atau dalam kelompok-kelompok kecil sebelum berlanjut untuk berbicara dengan masyarakat dalam kelompok yang besar memberikan fasilitator sebuah gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana sumber daya dibagi-bagi di masyarakat dan siapa yang bertanggung jawab dalam membuat keputusan, pandang Safrizal.
ketika menghadapi masalah air dan jarak antar gender di desadesa, dimana struktur pengambilan keputusan didominasi oleh pria, walau dengan kenyataan bahwa air paling sering digunakan oleh perempuan dalam hal masak-memasak dan tugas-tugas rumah tangga.
Safrizal tries to persuade communities to address gender issues surrounding water and sanitation and to form village organizations where men and women share roles and responsibilities equally.
Safrizal berusaha untuk membujuk komunitas untuk membahas masalah gender menyangkut air dan sanitasi sekaligus membentuk badan desa dimana pria dan perempuan berbagi peran dan tanggung jawab secara sama rata.
The communities in Safrizal’s work area actively participate in all IOM activities implemented in the village. He believes that successful projects grow from relationships built between facilitators and community members, and between the community members themselves. “Proper water sources, their location, the method of project implementation and the way in which facilities are maintained all have to be discussed by the community,” he observes.
Para komunitas di daerah kerja Safrizal secara aktif berpartisipasi di semua kegiatan IOM yang dilaksanakan di desa. Ia yakin bahwa keberhasilan proyek berkembang dari hubungan yang dijalin antara fasilitator dan anggota masyarakat, dan diantara para anggota masyarakat itu sendiri. “Sumber air yang layak, lokasi, metode pelaksanaan proyek serta cara pemeliharaan fasilitas, kesemuanya harus dibahas oleh masyarakat,” jelasnya. “Melibatkan
“Involving the community as decision makers instils a sense of ownership in them,” says Safrizal. “I never ask them to form a VWSC, but I inspire and motivate them, so they feel the need of such committee - whatever they choose to call it. This way the community understands its responsibilities and the facilities are more sustainable.”
masyarakat
sebagai
pengambil
keputusan
menanamkan rasa kepemilikan di mereka,” kata Safrizal. “Saya tidak pernah meminta mereka untuk membentuk sebuah panitia, namun saya memberikan mereka inspirasi dan dorongan, sehingga mereka merasa membutuhkan panitia tersebut – apapun sebutannya oleh mereka. Dengan cara ini masyarakat memahami tanggung jawabnya dan fasilitas menjadi lebih bersifat berkesinambungan,” tambahnya.
Safrizal’s work for the American Red Cross-funded IOM Community Water and Sanitation Project has taken him to very different communities, from Aceh Singkil in the southwest to Aceh Timur in the east, covering 11 of the earthquake and tsunami -affected districts of Aceh. In six communities, the water systems constructed by the project are now maintained by the communities themselves. Safrizal worked in four of the six, ensuring the sustainability of the water systems and building understanding in the communities about how to manage their water resources effectively.
Human interest story #2
Pekerjaan Safrizal untuk Proyek Air dan Sanitasi Masyarakat IOM yang didanai oleh Palang Merah Amerika Serikat telah membawanya ke berbagai macam komunitas dari Aceh Singkil di barat daya hingga Aceh Timur, mencakup 11 dari kabupaten yang terkena gempa dan tsunami di Aceh. Di enam komunitas, sistem air yang dibangun oleh proyek saat ini dirawat oleh masyarakat sendiri. Safrizal bekerja di empat dari keenam lokasi tersebut, memastikan kesinambungan sistem air dan membangun pemahaman di masyarakat mengenai bagaimana cara untuk mengelola sumber daya air mereka secara efektif.
Cerita kemanusiaan #2
Teureubeh Builds a Future for
Teureubeh
Rosniati, or Ibu Ros, a 38-year-old kindergarten teacher, lives in a relocation community of 150 IOM-constructed houses in Teurebeh, Jantho, Aceh Besar.
Rosniati atau Ibu Ros, seorang guru taman kanak-kanak berusia 38
its Children
Membangun
Sebuah
Masa Depan untuk Anak
tahun, tinggal di sebuah komunitas relokasi yang terdiri dari 150 rumah yang dibangun IOM di Teurebeh, Jantho, Aceh Besar.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
19
20
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
21
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Before the tsunami, she sold flowers in Kampung Baru to support herself and her three children. On December 26, 2004, she was at home in her kitchen when the huge earthquake struck.
Sebelum terjadinya tsunami, ia menjual bunga di Kampung
She and the children escaped from their home and when they realized that the tsunami was coming, sought safety on the second floor of a neighbouring building that had survived the quake.
Ia dan anak-anaknya lari dari rumah dan ketika mereka sadar
“I was so grateful because my children and I were safe. My family thought that we were dead,” she says, remembering that day.
“Saya sangat bersyukur karena saya dan anak-anak saya selamat.
After the disaster, the family stayed in camps and barracks. Throughout that time, Ibu Ros and her friends often gathered the children together to play and sing, and to teach them to count and read.
Setelah bencana tersebut, keluarganya tinggal di kamp dan barak.
In June 2007 the family moved into an IOM house in Teurebeh. After receiving UNICEF teacher training, Ibu Ros and four other women formed a kindergarten in the IOM development, which now has 30 pupils.
Pada Juni 2007, keluarganya pindah ke sebuah rumah IOM di
Baru untuk menghidup dirinya dan ketiga anaknya. Pada 26 Desember 2004, ia sedang di dapur rumahnya ketiga gempa dahsyat terjadi.
bahwa tsunami akan datang, mereka mencari perlindungan di lantai dua di sebuah gedung di dekat rumah mereka yang selamat dari gempa.
Keluarga kami mengira kami telah tewas,” katanya, mengikat hari tersebut.
Selama masa tersebut, ibu Ros dan teman-temannya sering mengumpulkan anak-anak untuk bermain dan bernyanyi, dan mengajarkan mereka untuk berhitung dan membaca.
Teurebeh. Setelah menerima pelatihan guru dari UNICEF, ibu Ros dan empat wanita lainnya mendirikan sebuah taman kanakkanak dengan bantuan IOM, yang sekarang memiliki 30 orang murid.
Besides teaching, Ibu Ros is actively involved in the VWSC. IOM provided community training and “Healthy House Consultations” on sanitation, septic systems and water-borne diseases.
Selain mengajar, ibu Ros saat ini aktif terlibat dalam Panitia Air dan Sanitasi Desa - VWSC. IOM menyediakan pelatihan masyarakat dan “Konsultasi Rumah yang Sehat” tentang sanitasi, sistem septik dan penyakit yang disebarkan melalui air.
The VWSC also supported IOM health promotion activities, organizing hand washing demonstrations and competitions for children, cooking competitions for mothers, and playing the water and sanitationthemed movies “The Naughty Mosquitoes” and “Eumpang Breuh.” “All the trainings given by IOM are really useful the community in Teurebeh. Now I understand importance of healthy behaviours and keeping environment clean and I convey these messages to children at my school,” says Ibu Ros.
for the the the
Panitia tersebut juga mendukung kegiatan pemajuan kesehatan IOM, menyelenggarakan peragaan pencucian tangan dan beragam lomba untuk anak-anak dan ibu-ibu, termasukmemutar film yang bertema air dan sanitasi berjudul “Nyamuk yang Nakal” dan “Eumpang Breuh.” “Semua pelatihan yang diberikan oleh IOM benar-benar berguna bagi masyarakat di Teurebeh. Sekarang saya mengerti pentingnya perilaku yang sehat dan menjaga kebersihan lingkungan dan saya menyampaikan pesan-pesan ini ke anak-anak di sekolah saya,” ujar ibu Ros.
NATIONAL CONSTRUCTION SERVICES Post-Tsunami Housing Construction Ends
LAYANAN KONSTRUKSI NASIONAL Konstruksi Perumahan Pasca-Tsunami Berakhir
After four years of post-tsunami reconstruction work in Aceh and Nias, IOM’s construction and housing services ended in 2009, with the culmination of a range of projects designed to stabilize and revitalize communities displaced by the two natural disasters of 2004 and 2005.
Setelah empat tahun melakukan rekonstruksi pasca-tsunami
Construction was carried out in coordination with government and NGO partners, in close consultation with community committees, at the request of the Government of Indonesia.
Konstruksi
di Aceh dan Nias, layanan konstruksi dan perumahan IOM berakhir pada 2009, dengan hasil serangkaian macam proyek yang dirancang untuk menstabilkan dan merevitalisasi komunitas-komunitas yang harus mengungsi akibat kedua bencana alam di tahun 2004 dan 2005. dilaksanakan
di
bawah
koordinasi
dengan
pemerintah dan mitra LSM, dan berkonsultasi dengan panitia-panitia di masyarakat, atas permintaan Pemerintah Indonesia.
22
By early 2009, the final units of permanent housing for tsunami-affected families were completed. A total of 4,580 transitional shelters and permanent houses were built, along with 388 public buildings including schools, clinics and community centres. IOM’s construction programme was active in 125 communities across Aceh’s 15 coastal districts.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Hingga awal 2009, unit-unit terakhir perumahan permanen bagi keluarga yang terkena imbas tsunami telah diselesaikan. Sejumlah 4.580 perumahan sementara dan rumah permanen dibangun, beserta 388 bangunan umum termasuk sekolah, klinik dan pusatpusat kegiatan masyarakat. Program konstruksi IOM aktif bergerak di 125 komunitas di 15 kabupaten di Aceh yang terletak di pesisiran. Dengan diselesaikannya proyek penampungan pada awal 2008, di
With its original shelter projects completed in 2008, in 2009 IOM provided shelter construction assistance to several NGOs that had constructed semi-permanent shelters for tsunami-affected families in Aceh as an interim measure after the tsunami.
tahun 2009 IOM menyediakan bantuan konstruksi penampungan (‘shelter’) kepada beberapa LSM yang telah membangun penampungan semi-permanen bagi keluarga yang terkena imbas tsunami di Aceh sebagai langkah sementara setelah tsunami. Salah satu dari LSM ini adalah Oxfam, yang menggunakan
One of these was Oxfam, which used a communitydriven approach to construct many houses throughout Aceh in 2005. The design used a masonry substructure and a wooden superstructure, which allowed beneficiary families to be involved in the construction and resulted in fast completion.
pendekatan yang digerakkan oleh masyarakat untuk membangun
But the timber superstructures proved vulnerable to weather and insect infestation, resulting in deterioration and structural damage. IOM stepped in in 2009 to replace them with more durable strctures. It removed the wooden superstructure of 48 houses and replaced it with new, permanent superstructures using lightweight steel frames.
Namun superstructures yang terbuat dari kayu ternyata rentan
In Banda Aceh and Aceh Besar, IOM – in partnership with CARE – also implemented a project to demolish existing structures and replace them with earthquakeresistant RISHA-designed houses.
Di Banda Aceh dan Aceh Besar, IOM -- bekerjasama dengan
IOM has used the RISHA pre-fabricated design developed and certified in Indonesia since early 2005. It incorporates a 38 to 44m2 modular reinforced precast concrete moulded structure and a septic system that can deal with the high water table found in most coastal communities.
IOM telah menggunakan rancangan RISHA yang dikembangkan
banyak rumah di Aceh selama tahun 2005. Rancangan digunakan menggunakan substruktur batu dan ‘superstructure’ yang dibuat dengan kayu, yang memungkinkan para keluarga penerima bantuan untuk ikut terlibat dalam konstruksi dan menghasilkan proses konstruksi yang cepat.
terhadap cuaca dan infestasi serangga, mengakibatkan kerusakan struktural. Pada 2009 IOM memberi bantuan melalui penggantian dengan struktur yang lebih tahan lama. ‘Superstructure’ kayu dibongkar dari 48 rumah dan digantikan dengan ‘superstructure’ yang baru dan permanen dengan menggunakan kerangka baja ringan.
CARE -- juga melaksanakan sebuah proyek untuk menghancurkan struktur yang sudah ada dan menggantikannya dengan rumahrumah dengan rancangan RISHA yang tahan gempa.
dan tersertifikasi di Indonesia sejak awal 2005. Rancangan tersebut terdiri dari struktur modular pre-cast (cor) beton seluas 38 hingga 44m2 dan sebuah sistem septik yang dapat menanggulangi tabel air yang tinggi yang umum terdapat di komunitas-komunitas pesisir.
The project constructed 79 new 44m2 housing units, complete with three partitioned rooms, a kitchen alcove, and additional separate toilet and washing facilities connected to a sanitation system.
Proyek ini mendirikan 79 unit-unit rumah baru seluas 44m2, lengkap dengan tiga ruangan yang berpartisi, area dapur, dan
LIVELIHOODS Aceh Livelihoods
MATA PENCAHARIAN Mata Pencaharian Aceh
IOM’s livelihoods programme in Aceh also came to a close in August 2009, after helping 3,500 people to start new livelihoods over a period of three years following the December 2004 tsunami.
Program mata pencaharian IOM di Aceh berakhir di sekitar
In Aceh, IOM was one of the few agencies present in the province prior to the tsunami, working with local authorities to identify and later address the humanitarian needs of those displaced by conflict.
Di Aceh, IOM adalah salah satu dari sedikit lembaga yang hadir
fasilitas jamban dan tempat pencucian yang terpisah yang dihubungkan ke sebuah sistem sanitasi.
Agustus 2009, setelah membantu 3.350 keluarga memulai mata pencaharian baru selama jangka waktu tiga tahun pasca tsunami di Desember 2004.
di propinsi tersebut sebelum terjadinya tsunami, bekerjasama dengan pemerintahan setempat mengidentifikasi dan menjawab kebutuhan kemanusiaan dari warga yang mengungsi akibat konflik.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
23
24
After the tsunami, IOM developed and implemented a range of livelihood support projects to provide immediate and long-term support to those affected by both the conflict and the natural disaster.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Setelah
peristiwa
tsunami,
IOM
mengembangkan
dan
melaksanakan serangkaian proyek bantuan mata pencaharian dalam bentuk penyediaan bantuan jangka pendek dan jangka panjang bagi mereka yang terkena imbas konflik maupun bencana alam.
IOM’s livelihoods programme in Aceh included a longrunning micro-finance initiative for women, which supported 19 communities in the establishment of female-managed savings and loans cooperatives located in 14 districts of the province, with a membership of 4,000. Using a successful East Javanese women’s secondary cooperative which focused on the empowerment of women as a model, IOM and its partners provided the cooperatives with start up capital and support including training activities, monitoring and mentoring over their first few years of operation.
Program mata pencaharian IOM di Aceh meliputi inisiatif keuangan mikro jangka panjang bagi wanita, yang mendukung 19 komunitas melalui pendirian koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh perempuan yang berlokasi di 14 kabupaten di propinsi tersebut, dengan jumlah anggota sebesar 4.000. Dengan mengambil kesuksesan Puskowanjati yang fokus pada pemberdayaan wanita sebagai model panutan, IOM dan para mitranya menyediakan koperasi tersebut modal awal dan dukungan yang meliputi kegiatan pelatihan, pengawasan dan pengarahan selama beberapa tahun pertama beroperasi. Dengan pendanaan dari Americares, program mata pencaharian
With funding from Americares, the IOM Aceh livelihoods programme also ran a successful twoyear tsunami response project in tsunami-affected communities along the east coast of Aceh.
IOM Aceh juga menjalankan sebuah proyek bantuan tsunami selama dua tahun di komunitas-komunitas yang terkena tsunami di sepanjang pesisir timur Aceh. Proyek tersebut menyediakan pelatihan usaha dan keterampilan,
The project provided business and skills training, livelihood material inputs and the construction of complementary small-scale infrastructure to 3,350 direct and an estimated 10,000 indirect beneficiaries.
masukan materi mata pencaharian dan konstruksi infrastruktur berskala kecil pelengkap kepada 3.350 penerima bantuan langsung dan 10.000 penerima bantuan tidak langsung. Program mata pencaharian juga mendukung program kesehatan
The livelihoods programme also supported the IOM – Harvard Medical School collaborative psycho-social and mental health programme in Aceh.
psikososial dan kesehatan mental di Aceh yang merupakan
This innovative project was established to provide aid and test the hypothesis that complementary livelihoods and mental health programming can work to improve people’s lives, particularly in post-conflict settings.
Proyek inovatif tersebut didirikan untuk memberikan bantuan
With support from the World Bank, the Livelihoods Unit worked with 200 patients across Aceh, most of whom lived in impoverished communities and earned less than US$100 per day, helping them to identify livelihoods opportunities.
Dengan dukungan dari Bank Dunia, Unit Mata Pencaharian
The project provided relevant skills and training, as well as material inputs to help patients develop and expand businesses.
Proyek ini menyediakan keterampilan dan pelatihan yang
prakarsa gabungan antara IOM dan
Harvard Medical
School.
dan pengujian hipotesa bahwasanya program pelengkap mata pencaharian dan kesehatan mental dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya dalam situasi pasca-konflik.
menangani 200 pasien di Aceh, yang sebagian besar hidup di komunitas miskin dan menghasilkan kurang dari ASD100 per hari, dan membantu mereka untuk mengidentifikasi peluangpeluang mata pencaharian.
relevan, disamping sumbangan materi untuk membantu pasien membangun dan memperluas usaha.
25
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
By the numbers
Berdasarkan angka
as of September 2009 / hingga September 2009
Community Water and Sanitation Air dan Penyehatan Masyarakat
14,000 1,317
Individuals benefit from improved water supply systems / Individu yang menerima manfaat perbaikan system persediaan air
Septic systems constructed or improved to national environmental health standards / Sistem septik yang dibangun atau ditingkatkan ke standar kesehatan lingkungan nasional
11,300
Individuals reached by hygiene information promoting healthier communities / Individu yang dicakup oleh informasi penyehatan yang memperkenalkan komunitas yang lebih sehat
34,603
Metres of drainage constructed / Meter saluran pembuangan yang dibangun as of October 2009 / hingga Oktober 2009
National Construction Services Programme Aceh and Nias Program Layanan Konstruksi Nasional, Aceh dan Nias
1,233
Transitional shelters constructed post-tsunami /
3,342
Permanent houses constructed post-tsunami /
Hunian sementara yang dibangun pasca-tsunami Rumah permanen yang dibangun pasca-tsunami
4,580
Total shelters and houses constructed / Total hunian sementara dan rumah yang dibangun
247
Three-room school buildings constructed / Bangunan sekolah dengan tiga ruangan yang telah dibangun
141
Other public buildings (clinics, community centres) constructed / Bangunan umum lainnya (klinik, pusat kegiatan masyarakat) yang dibangun
4,963
Total units constructed (including houses, clinics, schools, community centres, etc.) in Aceh and Nias / Total unit yang dibangun (termasuk rumah, klinik, sekolah, pusat kegiatan masyarakat, dsb.) di Aceh dan Nias 2009 / 2009
Aceh Livelihoods Mata Pencaharian di Aceh
3,687
Female members of IOM-assisted women’s cooperatives /
8,068
Loans issued by Kopwan /
Perempuan yang menjadi anggota Kopwan yang dibantu IOM Pinjaman yang diberikan oleh Kopwan
3,962
Kopwan members who are repeat borrowers / Anggota Kopwan yang beberapa kali melakukan pinjaman
3,350
Households who have received material assistance to develop their businesses / Rumah tangga yang menerima bantuan material untuk mengembangkan usaha
2,670
Beneficiaries who have participated in business education training / Penerima bantuan yang turut serta dalam pelatihan pendidikan usaha
3,341
Beneficiaries who have participated in a variety of skills training / Penerima bantuan yang turut serta dalam berbagai pelatihan keterampilan
323
Government extension agents who have received training in cooperative management / Pejabat pemerintah daerah yang ikut pelatihan kepengurusan koperasi
26
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Earthquake Post Emergency Assistance Bantuan Darurat Pasca Gempa Bumi
LIVELIHOODS Livelihoods Yogyakarta
MATA PENCAHARIAN Mata Pencaharian di Yogyakarta
During 2009, IOM continued to help to restore 3,000 micro- and small enterprises (MSEs) in earthquakeaffected Yogyakarta and Central Java under its Livelihoods Programme funded by the multi-donor Java Reconstruction Fund (JRF).
Selama 2009, IOM terus membantu memulihkan 3.000 usaha
The programme’s main objective is to restore 3000 MSE to their pre-May 2006 capacity, sales and profits through the integrated application of the following activities: (i) Assessment & Beneficiary Identification (ii) Asset Replacement (iii) Market Access (iv) Technical Assistance/Capacity Building (v) Monitoring and Evaluation.
Tujuan utama program ini adalah untuk memulihkan 3.000
Now in its second year, the programme has contributed to the recovery and expansion of MSEs by providing productive assets at the level of individuals, producer groups, cooperatives, villages and communities, as well as providing training in accounting, business development, marketing and technical skills.
Memasuki tahun keduanya, program ini telah membantu
The beneficiary enterprises include handicraft production (Javanese batik, silver, agel), organic farming, tofu production, fish farming, cattle and goat rearing, and traditional weaving.
Usaha para penerima bantuan meliputi produksi kerajinan
The May 2006 earthquake affected 837 villages in the two provinces, impacting the livelihoods of over 100,000 people. Many of them were poor and vulnerable even before the disaster.
Gempa yang terjadi pada Mei 2006 merusak 837 desa di kedua
With 2,661 MSEs accessing IOM support in 18 villages by the end of 2009, IOM Yogyakarta is now close to meeting its target of 3,000 beneficiaries. To date, 59 per cent of the beneficiaries have been women, significantly contributing to their empowerment.
Dengan 2.661 UKM mengakses bantuan IOM di 18 desa hingga
The project has forged important partnerships with, among others, the Indonesian Chamber of Commerce and Industry (KADIN), Bina Swadaya Foundation
Proyek ini telah mengukuhkan kemitraan yang penting dengan,
kecil dan menengah (UKM) di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terkena musibah gempa di bawah Program Mata Pencaharian yang didanai oleh lembaga multi-donor ‘Java Reconstruction Fund’ (JRF).
UKM ke kapasitas, penjualan dan laba yang mereka miliki sebelum terjadinya gempa pada Mei 2006 melalui pelaksanaan terpadu dari kegiatan-kegiatan berikut ini: (i) Penelitian & Identifikasi Penerima Bantuan (ii) Penggantian Modal (iii) Akses Pasar (iv) Bantuan Teknis/Pembangunan Kapasitas (v) Monitoring dan Evaluasi.
pemulihan dan perluasan UKM melalui penyediaan modal produktif di tingkat individu, kelompok produsen, koperasi, desa
dan
komunitas,
disamping
menyediakan
pelatihan
akuntansi, pengembangan usaha, pemasaran dan keterampilan teknis.
tangan (batik Jawa, perak, agel), pertanian organik, pembuatan tahu, pembudidayaan ikan, ternak sapi dan kambing, dan sulaman tradisional.
propinsi, dan membawa dampak terhadap mata pencaharian lebih dari 100.000 warga. Sebagian besar dari mereka adalah warga miskin dan rentan bahkan sebelum bencana terjadi.
akhir 2009, IOM Yogyakarta kini hampir mencapai target sebanyak 3.000 penerima bantuan. Hingga kini, 59 persen dari penerima bantuan adalah perempuan, yang dengan sendirinya merupakan upaya permberdayaan mereka.
antara lain, Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Yayasan Bina Swadaya Foundation (sebuah LSM nasional), Muslim Aid
27
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
(a national NGO), Muslim Aid (an international NGO) and CV Triguna (a local environmental group.)
(sebuah LSM internasional) dan CV Triguna (sebuah kelompok
IOM has also entered into a set of cooperation frameworks with national, provincial and local government counterparts, which will ensure that the project is well coordinated, targeted and aligned with the government’s own development priorities throughout implementation.
IOM juga telah menjalin suatu kerangka kerjasama dengan para
The Livelihoods Programme follows the completion of the Mobile Community Programme (MCAP) and the Roof Tile Manufacturing Project, initiatives funded AUSAID/Yogyakarta and Central Java Programme (YCAP.)
successful Assistance and Brick under the Assistance
lingkungan hidup lokal).
mitra di badan pemerintahan nasional, propinsi dan setempat, yang menjamin proyek terkoordinasi dengan baik, sesuai dan sejalan dengan target prioritas pembangunan pemerintah selama waktu pelaksanaan. Program Mata Pencaharian tersebut mengikuti keberhasilan Program Bantuan Masyarakat Keliling (MCAP) dan Proyek Pembuatan Genteng dan Batu Bata, yang didanai Program Bantuan Yogyakarta dan Jawa Tengah (YCAP) dari USAID.
Cerita kemanusiaan #1
Human interest story #1
Kisah Senen
Senen’s Story
Usaha Baru”
“Agel Crafter Learns New Business Skills” Senen’s experience in the IOM Livelihood programme and the fact that he can now sell his products at fairs and exhibitions across Indonesia “opened his eyes,” he says.
“Pengrajin Agel Belajar Keterampilan
Pengalaman Senen pada program Mata Pencaharian IOM dan bahwa ia sekarang mampu menjual produk-produknya di pameran dan bazar di seluruh Indonesia telah “membuka matanya”, menurut Senen. Pengrajin agel berusia 39 tahun dari desa Tuksono, kabupaten
The 39-year-old agel crafter from earthquake-hit Tuksono village, Kulon Progo district near Yogyakarta, acquired new business skills and grew his business under the IOM-Java Reconstruction Fund postearthquake rehabilitation programme.
Kulon Progo, dekat Yogyakarta yang terkena gempa ini mendapatkan keterampilan usaha baru dan mengembangkannya di bawah program rehabilitasi pasca-gempa dari IOM-Java Reconstruction Fund. Usahanya sedikit lesu ketika Senen pertama kali berupaya
Trade was slow when Senen originally tried to relaunch his small business after the May 2006 disaster. But it has been improving ever since he started taking part in IOM business activities and, most importantly, fairs and exhibitions.
meluncurkan kembali usaha kecilnya pasca bencana Mei 2006. Namun sejak ia mengambil bagian di beberapa kegiatan usaha IOM, usahanya semakin membaik terutama keterlibatannya dalam sejumlah pameran dan pekan raya. “Saya bergabung dengan serangkaian kegiatan pada program
“I joined a series of activities under the programme and really enjoyed them. We had very limited business
tersebut dan sangat menyukainya. Kami sebelumnya memiliki keterampilan pengelolaan usaha yang sangat terbatas, namun
28
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
29
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
management skills before, but IOM has helped to open our eyes,” said Senen, speaking for fellow agel crafters, whose businesses were damaged by the quake.
IOM telah membantu membuka mata kami,” kata Senen, berbicara
“I joined the Business Development, Marketing and Promotion, and Technical Assistance trainings. Recently, I joined the English and computer classes provided by IOM under the programme. They are all helping me to acquire new knowledge,” he says.
“Saya mengikuti pelatihan Pengembangan Usaha, Pemasaran
Senen has used his new skills to display many of his agel products at IOM fairs and exhibitions throughout Indonesia, including Jakarta and Makassar/Sulawesi. The Jakarta Small Medium Enterprises Cooperatives (SMESCO) Expo last October, in particular, introduced Senen’s products to wider and more profitable domestic and international markets.
Senen
IOM programme beneficiaries, also including silver crafters, batik producers and organic farmers, have sold a total of USD 4,000 worth of goods at the 13 expos and fairs that they participated in through November 2009. These expos have given beneficiaries a chance to test their marketing and promotional strategies and implement their business plans.
Para penerima bantuan dari program IOM, juga termasuk
Senen welcomed the chance to meet industry and ministry representatives at the SMESCO fair, which attracted more than 100 display booths from across Indonesia and South-East Asia. He met representatives of the Indonesian Ministry of Cooperatives, which is trying to expand market opportunities for MSEs.
Senen menyambut gembira kesempatan untuk bertemu dengan
“This type of meeting is useful because I can directly get feedback and input about my business and how to improve it”, says Senen, who is one of almost 200 IOM beneficiaries to have participated in expos and fairs to date.
“Pertemuan-pertemuan seperti ini sangat bermanfaat karena
Beneficiaries from Tuksono, Salamrejo and Pampang Villages also established their own Village Promotion Teams, winning themselves and IOM an award at the Yogyakarta Texcraft Expo in August 2009.
Para penerima bantuan dari desa Tuksono, Salamrejo dan
Human interest story #2
Cerita #2
“Organic Farming –
“Pertanian Organik –
Organic farmer Isti Umayah is now not just ‘eating healthy’ – she is also living a healthier life.
Petani organik Isti Umayah saat ini tidak hanya makan secara
The 63-year-old from earthquake-affected Sumberharjo village in Sleman District near Yogyakarta is turning her vegetable garden into a viable business with the help of the livelihood programme backed by the Java Reconstruction Fund (JRF) and implemented by IOM.
Ibu yang berusia 63 tahun ini berasal dari desa Sumberharjo yang
A Growth Opportunity?”
atas nama rekan-rekan pengrajin agel lainnya, yang usahanya juga hancur akibat gempa.
dan Promosi, serta Bantuan Teknis. Baru-baru ini saya mengikuti kursus bahasa Inggris dan komputer yang diberikan oleh IOM di bawah program ini. Mereka semua membantu saya mendapatkan pengetahuan baru,” jelasnya. telah
menggunakan
keterampilan
barunya
untuk
memamerkan banyak dari produk agel buatannya di pameranpameran di berbagai tempat di Indonesia, termasuk di Jakarta dan Makassar/Sulawesi. Expo Usaha Kecil Menengah Koperasi Jakarta (SMESCO) pada Oktober lalu, khususnya, memperkenalkan produk buatan Senen ke pasar domestik dan internasional yang lebih menguntungkan.
pengrajin perak, pembuat batik dan petani organik, telah menjual barang-barangnya senilai ASD 4.000 di 13 ekspo dan pameran yang telah mereka ikuti selama November 2009. Acara-acara ekspo tersebut telah memberikan kepada para penerima bantuan tersebut kesempatan untuk menguji strategi pemasaran dan promosi mereka dan menerapkan rencana usaha mereka.
perwakilan industri dan departemen di pameran SMESCO, yang menarik lebih dari 100 bilik pameran dari seluruh Indonesia dan Asia Tenggara. Ia bertemu dengan perwakilan dari Departemen Koperasi, yang sedang berupaya untuk memperluas peluang pasar bagi UKM.
saya dapat memperoleh masukan langsung tentang usaha saya dan bagaimana untuk meningkatkannya,” kata Senen, yang merupakan salah satu dari hampir 200 penerima bantuan IOM yang telah berpartisipasi dalam ekspo dan pameran hingga kini.
Pampang juga membentuk Tim Promosi Desa mereka sendiri, dan telah menang dan menerima penghargaan IOM pada Yogyakarta Texcraft Expo Agustus 2009.
Peluang Pertumbuhan?” sehat – ia juga hidup lebih sehat.
terkena dampak gempa tengah mengubah kebun sayurannya menjadi sebuah lahan usaha dengan bantuan sebuah program mata-pencaharian yang didukung oleh Java Reconstruction Fund (JRF) dan dilaksanakan oleh IOM.
30
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
This programme is not just boosting Isti’s income. “I feel healthier because I get exercise when I’m taking care of my vegetables. And I’m happier when I’m able to see my plants grow,” she says.
Program tersebut tidak hanya meningkatkan pendapatan
Life has completely changed for Isti, a mother of four, since the devastating earthquake of May 2006. She used to sell fried snacks and flowers, but the quake damaged her garden and some of her cooking equipment, making it much harder for her to earn a living.
Sejak gempa dahsyat pada Mei 2006, hidup telah sepenuhnya
Isti. “Saya merasa lebih sehat karena saya berolah raga ketika merawat sayur-sayuran milik saya. Dan saya lebih bahagia ketika melihat tanaman saya tumbuh,” ujarnya.
berubah bagi Isti, ibu empat anak. Ia dulunya menjual gorengan dan bunga, namun gempa telah merusak kebunnya dan beberapa perabotan masaknya, membuatnya sulit untuk mencari nafkah. Sebagai salah satu dari 207 penerima bantuan di Sumberharjo,
As one of 207 IOM beneficiaries in Sumberharjo, Isti’s life is now getting back on track. IOM provided her and other participants with seven days of business development training, covering areas including marketing, bookkeeping, human resource management and how to access finance.
kehidupan Isti sekarang kembali membaik. Kepadanya dan peserta lainnya, IOM memberikan pelatihan pengembangan usaha selama tujuh hari, yang mencakup bidang pelatihan seperti pemasaran, pembukuan, pengelolaan sumber daya manusia dan bagaimana mengakses fasilitas pendanaan. Sebagai bagian dari komitmen IOM untuk membangun
As part of IOM’s commitment to capacity building for all, the training targeted women and illiterate people. It also provided technical training in organic farming, when IOM research found that demand for organic produce in the Yogyakarta region was growing.
kemampuan seluruh warga, pelatihan tersebut ditujukan bagi perempuan dan kelompok tuna aksara. Kegiatan tersebut juga memberikan pelatihan teknis berkebun secara organik, setelah riset yang dilakukan oleh IOM menemukan adanya peningkatan permintaan hasil perkebunan organik di daerah Yogyakarta. Isti juga memiliki harapan yang tinggi dan berencana untuk
Isti is also setting her goals high and is planning to apply for a bank loan to grow her organic farming business. She plans to expand her garden to include tomatoes, beans and spinach to make more money.
mendapatkan pinjaman bank untuk mengembangkan usaha
“I hope that IOM will still help us after the training. I want to know more about product packaging and market access, especially to supermarkets. I also hope to open an organic vegetarian restaurant in the future”, she says.
“Saya berharap IOM akan masih membantu kami setelah pelatihan. Saya ingin lebih mengetahui tentang pengemasan produk dan akses pasar, khususnya untuk supermarket. Saya juga berharap untuk membuka restoran sayur organik suatu hari nanti,” katanya.
IOM has also provided opportunities for another woman farmer, Titi Darmini. In October, IOM Yogyakarta staff and Titi were among more than 100 sector stakeholders who took part in the 5th Community-Based Disaster Risk Management (CBDRM) conference in Makasar, Sulawesi. The event addressed issues of community resilience toward disaster risk and climate change mitigation.
IOM telah memberikan peluang lain juga bagi petani perempuan
Titi and the IOM team joined focus group discussions and exhibitions related to disaster risk reduction and climate change issues. Participating organizations displayed their products and publications at an expo during the conference. Titi displayed her vegetables at the IOM stand and offered information about organic farming.
Titi dan tim dari IOM bergabung dalam beberapa diskusi kelompok terfokus dan pameran yang terkait pengurangan risiko bencana dan permasalahan perubahan iklim. Para organisasi peserta menampilkan produk-produk serta makalah terbitan mereka di sebuah ekspo yang diselenggarakan selama konferensi berlangsung. Titi memamerkan sayur mayur nya di stand IOM dan menawarkan informasi mengenai bertani secara organik.
“Some of the participants were very interested in knowing more about organic farming in Sumberharjo. The sessions taught me more about linking soil cultivation in organic farming to the village plan, which will increase the community’s capacity to cope with potential disasters,” she says.
“Beberapa peserta sangat berminat untuk mengetahui lebih banyak tentang bertani secara organik di Sumberharjo. Sesi-sesi tersebut mengajarkan kepada saya lebih banyak tentang keterkaitan pembudidayaan tanah dalam bertani secara organik dengan rencana desa, yang akan meningkatkan kapasitas komunitas untuk menghadapi potensi bencana,” jelasnya.
perkebunan organiknya. Ia berencana untuk memperluas kebunnya untuk juga meliputi tomat, kacang-kacangan dan bayam guna mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.
bernama Titi Darmini. Pada Oktober, staf IOM Yogyakarta dan Titi merupakan diantara 100 peserta yang ambil bagian di konferensi Penanganan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat (Community-Based Disaster Risk Management - CBDRM) ke-5 di Makassar, Sulawesi. Acara tersebut membahas berbagai masalah pertanahan komunitas terhadap risiko bencana dan mitigasi perubahan iklim.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
31
32
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
The 33-year-old, who lives with her husband and son, said her involvement with the IOM programme had been life-changing. Using natural fertilizers instead of chemicals has helped to reduce her family’s production costs.
Ibu berusia 33 tahun yang tinggal bersama suami dan anaknya
Sumberharjo village was selected as one of 18 earthquakeaffected villages to receive support from the IOM Livelihoods programme, which aims to restore 3,000 micro- and small enterprises to pre-earthquake capacity, sales and profits.
Desa Sumberharjo telah dipilih sebagai salah satu dari 18 desa
The programme is currently supporting 97 beneficiaries in the organic farming sector in Sumberharjo, where 3,138 or 83% of houses sustained earthquake damage and nearly 15 per cent of the population live below the poverty line.
Program tersebut saat ini membantu 97 penerima bantuan di
IOM is conducting a series of activities in Sumberharjo, including business development training, technical assistance to improve production, and visits to producer groups in other villages and districts. These visits are educational and allow them to see new techniques for producing organic fertilizers and organic vegetables.
mengatakan bahwa keterlibatannya dengan program IOM telah mengubah hidupnya. Menggunakan pupuk alami sebagai pengganti pupuk kimia telah menurunkan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh keluarganya.
yang terkena imbas gempa untuk menerima bantuan dari program Mata Pencaharian IOM, yang bertujuan untuk memulihkan 3.000 usaha mikro dan kecil kembali ke kapasitas, penjualan dan laba yang mereka miliki sebelum terjadinya gempa.
sektor pertanian organik di Sumberharjo, dimana 3.138 atau 83% rumah tinggal mengalami kerusakan akibat gempa dan hampir 15% persen dari warga hidup di bawah garis kemiskinan. IOM saat ini melaksanakan serangkaian kegiatan di Sumberharjo, termasuk pelatihan pengembangan usaha, bantuan teknis untuk meningkatkan produksi, dan kunjungan ke kelompok-kelompok produsen di desa serta kabupaten lainnya. Kunjungan-kunjungan tersebut bersifat edukatif dan memungkinkan mereka untuk menyaksikan teknik-teknik baru untuk memproduksi pupuk organik dan sayuran organik.
In June IOM hosted a workshop in Sumberharjo to bring together key actors from the organic farming industry, academia and government to explore market access for organic products. It was designed to ensure government involvement and coordination in IOM’s activities in Sumberharjo and to complement the Government of Indonesia’s “Go Organic 2010” agenda.
Di bulan Juni IOM menyelenggarakan sebuah lokakarya di
During the workshop, the head of the Agriculture and Forestry Department of Sleman District, Bapak Slamet Riyadi, said: “These IOM efforts are part of a strategic response to global and local market opportunities associated with healthy and environmentally sustainable food production.”
Selama lokakarya, kepala kantor dinas Pertanian dan Perhutanan
EMERGENCY RESPONSE West Sumatra Emergency Response
TANGGAP DARURAT Tanggap Darurat di Sumatera Barat
Within two days of the 30 September and 1 October 2009 earthquakes hitting West Sumatra, IOM established an office in the provincial capital Padang to coordinate emergency relief operations across the devastated region.
Dalam waktu dua hari setelah gempa 30 September dan 1 Oktober
Sumberharjo untuk mempertemukan tokoh-tokoh kunci dari industri pertanian industri, akademisi dan pemerintah guna menjajaki akses pasar untuk produk-produk organik. Lokakarya ini dirancang untuk memastikan keterlibatan dan koordinasi pemerintah pada kegiatan-kegiatan IOM di Sumberharjo dan untuk melengkapi agenda “Go Organic 2010” milik Pemerintah Indonesia.
Kabupaten Sleman, Bapak Slamet Riyadi, berkata bahwa, “Upaya-upaya IOM ini merupakan bagian dari jawaban strategis terhadap peluang pasar global dan lokal yang terkait dengan produksi makanan yang sehat dan berkesinambungan dari segi lingkungan hidup.”
2009 di Sumatera Barat, IOM mendirikan sebuah kantor di Padang ibu kota propinsi guna mengkoordinir kegiatan bantuan darurat di daerah yang terkena bencana tersebut. Dengan bantuan dana sebesar EUR 924.000 dari Bagian Bantuan
Supported by a EUR 924,000 from the European Commission’s Humanitarian Aid Department (ECHO) and with additional funding from the UN Central Emergency Response Fund (CERF) and Brazil, IOM moved quickly to deliver and coordinate a range of emergency services in the affected communities, including transport and logistical support, assisted medical returns, shelter assistance, and water, sanitation and hygiene.
Kemanusiaan Komisi Eropa (ECHO) dan pendanaan tambahan dari ‘UN Central Emergency Response Fund’ (CERF) dan pemerintah Brazil, IOM bekerja cepat untuk menyampaikan dan mengkoordinir serangkaian layanan darurat, seperti dukungan transportasi dan logistik, pemulangan medis dengan bantuan, bantuan penampungan, serta air, sanitasi dan kebersihan kelompok-kelompok masyarakat yang terkena bencana. Kemampuan tanggap darurat IOM di Sumatera telah ada sejak
33
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM’s emergency response capacity in Sumatra dates back to the 2004 tsunami and the 2005 Nias earthquake. In March 2007, it established an office in Padang following the Solok earthquake. Today, as the emergency response moves to the reconstruction phase, IOM is continuing to provide on-going support to the government, national and international partner agencies.
tsunami 2004 dan gempa tahun 2005 di Nias. Pada Maret 2007, IOM mendirikan sebuah kantor di Padang setelah terjadinya gempa Solok. Saat ini, dengan bergesernya tanggap darurat ke fase rekonstruksi, IOM terus memberikan bantuan berkelanjutan kepada pemerintah, serta lembaga-lembaga mitra di tingkat nasional maupun internasional.
Dukungan Transportasi dan Logistik Transport and Logistical Support Pusat logistik di Padang telah mengangkut lebih dari 14.310 ton
IOM’s logistics hub in Padang moved over 14,310 tons of relief items throughout West Sumatra between October 2009 and January 2010, in partnership with 168 government institutions and local and international aid organizations.
bahan bantuan ke berbagai tempat di Sumatera Barat antara Oktober 2009 dan Januari 2010, bekerjasama dengan pemerintah dan 168 lembaga bantuan lokal dan internasional. Titik logistik tersebut menyediakan layanan angkutan truk secara cuma-cuma bagi pemerintah dan lembaga-lembaga yang
The hub provides free trucking services for government and agencies donating aid and coordinates the complex logistical operations required to manage incoming aid, warehouse it, and ensure its efficient distribution to those most in need.
menyumbangkan bantuan serta mengkoordinir operasional logistik yang rumit guna mengatur bantuan yang masuk, menyimpannya di gudang, dan memastikan pembagian secara efisien ke para pihak yang paling membutuhkannya. Pada Januari 2010, sejumlah 4.011 truk IOM telah dikerahkan
As of January 2010, a total of 4,011 IOM trucks had been deployed to transport food and non-food items to survivors throughout West Sumatra. In mid-October, food and nutrition assessments in the region reported that some 38,000 households were experiencing temporary food shortages of staples such as rice.
untuk mengangkut bahan makanan dan non-makanan kepada para korban yang selamat di berbagai area di Sumatera Barat. Pada pertengahan Oktober, penelitian terhadap makanan dan gizi melaporkan sekitar 38.000 rumah tangga mengalami kekurangan bahan makanan pokok seperti beras. Menanggapi kekurangan tersebut, sekitar dua pertiga bantuan
Responding to these shortages, roughly two thirds of the aid transported by IOM was food, with temporary shelter and medical supplies making up the bulk of the remaining shipments.
yang diangkut oleh IOM adalah makanan, sedangkan sebagian besar kiriman lainnya adalah bahan-bahan hunian sementara dan perlengkapan medis.
Bantuan Pemulangan Medis Assisted Medical Returns Tiga minggu setelah gempa hanya 50 persen dari fasilitas kesehatan
Only 50 per cent of the West Sumatra’s health facilities were operational three weeks after the earthquakes, with more than half of the 3,900 injured people in the area requiring specialized care and follow-up.
di Sumatera Barat beroperasi, dengan lebih dari setengah dari 3.900 korban yang terluka membutuhkan perawatan khusus dan perawatan lanjutan. Dengan dukungan dari ECHO, IOM berkoordinasi dengan rumah
With support from ECHO, IOM ran a medical returns programme which reached 2,829 beneficiaries in the months following the earthquake, in coordination with hospitals in Padang, Pariaman, and Agam districts, and an Indonesian military floating hospital.
sakit di kabupaten Padang, Pariaman, dan Agam, serta rumah sakit terapung miliki TNI Angkatan Laut, menjalankan sebuah program pemulangan medis bagi 2.829 penerima bantuan selama beberapa bulan setelah terjadinya gempa. Program tersebut menyediakan transportasi bagi pasien dan
The programme provided transport for patients and their families wanting to leave hospital and return home after treatment. This freed up scarce hospital beds for other patients. IOM also also provided transport for follow-up medical visits needed by many patients.
keluarga mereka yang ingin meninggalkan rumah sakit dan
“The programme helped patients to recover faster: they didn’t need to be concerned about getting home or receiving follow-up treatment, as IOM was there to help as needed,” said Colonel Dr. Arie Zakaria of the Dr. Soeharso Hospital Ship.
“Program ini membantu pasien untuk pulih secara lebih cepat:
pulang setelah mendapatkan perawatan. Langkah ini memberikan tempat tidur di rumah sakit untuk pasien-pasien lainnya. IOM juga menyediakan transportasi untuk kunjungan medis lanjutan yang dibutuhkan oleh banyak pasien.
mereka tidak perlu khawatir tentang cara untuk pulang atau mendapatkan perawatan lanjuta, karena IOM ada di sana untuk membantu jika diperlukan,” ujar Colonel Dr. Arie Zakaria dari Rumah Sakit Kapal Dr Soeharso.
34
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
35
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM arranged for the return of 204 patients and 371 accompanying family members. Some 853 patients and 1,401 accompanying family members also had follow-up visits facilitated through IOM.
Sejak … hingga … IOM telah mengatur pemulangan 204 pasien
Shelter Assistance
Bantuan Penampungan (Shelter)
Over 200,000 houses were damaged by the West Sumatran quakes, leaving thousands of families vulnerable and homeless ahead of the monsoon rains. Padang Pariaman district was the worst hit area, with 96 per cent of houses across the district reported to have sustained damage.
Lebih dari 200.000 rumah rusak akibat gempa yang melanda
Past experiences in the region have shown that it can take six months to two years for families to rebuild safe homes. Bridging the gap between emergency shelter and reconstruction allows people the time to plan for safer construction and maintain their livelihoods as communities rebuild.
Pengalaman-pengalaman
dan 371 anggota keluarga yang mendampingi mereka. Sekitar 853 pasien dan 1.401 anggota keluarga pendamping juga mendapat fasilitasi kunjungan lanjutan melalui IOM.
Sumatera Barat, mengakibatkan ribuan keluarga menjadi rentan dan tidak memiliki tempat tinggal menjelang musim hujan. Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah yang terkena dampak paling parah, dimana 96 persen rumah di kabupaten tersebut dilaporkan mengalami kerusakan. sebelumnya
di
daerah
tersebut
menunjukkan bahwa bisa memakan waktu antara enam bulan hingga dua tahun bagi keluarga untuk membangun kembali rumah yang aman. Jeda waktu antara penampungan darurat dan rekonstruksi memberikan waktu bagi warga untuk merencanakan konstruksi yang aman dan mempertahankan mata pencaharian mereka sewaktu komunitas tersebut membangun diri kembali.
IOM is leading a project funded by ECHO and UN CERF in West Sumatra to provide up to 3,500 shelter kits. The kits comprise corrugated iron (CGI) roof sheets and toolkits that, in combination with salvageable material, will help people to build temporary housing. The use of durable CGI sheets – rather than plastic sheets – was requested by the government as the sheets can be reused in post-emergency reconstruction.
IOM mengelola sebuah proyek yang didanai oleh ECHO dan UN CERF di Sumatera Barat guna memberikan 3.500 perlengkapan penampungan sementara. Perlengkapan tersebut terdiri dari lempengan seng untuk atap dan peralatan yang jika digabungkan dengan material yang dapat diselamatkan akan membantu warga membangun perumahan sementara. Pemerintah meminta penggunaan lempengan seng – dan bukan lempengan plastik –karena lempengan-lempengan tersebut dapat digunakan dalam
IOM has also put together individual and community toolkits that will be used to demolish unsafe structures and build new homes in their place. Each individual kit includes a shovel, saw, hammer, chisel, machete, bucket, wire, nails and work gloves in a kitbag. 5,200 beneficiaries have received individual toolkits. The 993 community kits distributed to date, which will be shared between five families, contain a wheelbarrow, sledgehammer, pickaxe, crowbar, hacksaw, tin cutter and rope.
rekonstruksi pasca-darurat. IOM juga telah menyusun paket peralatan bagi individu dan masyarakat yang akan digunakan untuk menghancurkan struktur yang tidak aman dan membangun rumah baru di atas tanahnya. Masing-masing peralatan bagi individu terdiri dari sekop, gergaji, palu, pahat, golok, ember, kawat, paku dan sarung tangan kerja yang dikemas dalam sebuah kantong peralatan. Peralatan bagi masyarakat, yang akan digunakan secara bersama oleh lima keluarga, terdiri dari gerobak dorong, palu godam, linggis, gergaji besar, pemotong seng dan tali.
Water, Sanitation and Hygiene In October 2009, IOM set up a Water, Sanitation and Hygiene pilot project in West Sumatra from which valuable lessons were learnt about community processes, engineering challenges and costing. Building on these lessons, IOM is rolling out a programme that will construct up to 250 public hygiene facilities consisting of five toilets and showers, a laundry area and water storage. One of the toilets in each facility will be designed for disabled access. The project will also include hygiene awareness outreach activities.
Air, Sanitasi dan Kebersihan Pada Oktober 2009, IOM mendirikan proyek percontohan Air, Sanitasi dan Kebersihan di Sumatera Barat dimana pelajaranpelajaran penting diperoleh tentang proses masyarakat, tantangan teknis dan biaya. Dengan belajar dari pengalaman tersebut, IOM meluncurkan sebuah program yang akan membangun hingga 250 fasilitas kebersihan umum yang terdiri dari lima jamban dan tempat mandi, sebuah tempat cuci pakaian dan penyimpanan air. Salah satu jamban dalam fasilitas tersebut akan dirancang bagi orang cacat fisik. Proyek ini juga akan mencakup kegiatan penyadaran kebersihan.
As each facility can serve around 100 people, a total of approximately 25,000 beneficiaries throughout the
Karena setiap fasilitas dapat melayani 100 warga, sekitar 25.000
36
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Pariaman and Agam districts will get improved access to the public hygiene, which can reduce the risk of outbreaks of water-borne and sanitation-related diseases.
penerima bantuan di Kabupaten Pariaman dan Agam districts
Human interest story
Cerita kemanusiaan
Post Treatment Support Brings
Bantuan Pasca-Perawatan
Ibu Rosniar’s days used to be much the same as those of other housewives in Indonesia. They included household tasks, cleaning, washing, preparing meals and looking after her three children and two grandchildren.
Hari-hari yang dijalani oleh ibu Rosniar dahulunya sama dengan
Peace of Mind
akan memperoleh akses yang lebih baik terhadap kebersihan umum, yang dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air dan yang dipengaruhi oleh kebersihan.
Membawa Ketenangan Bathin yang dijalani oleh ibu-ibu rumah tangga lain di Indonesia. Kegiatannya termasuk melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, mencuci, menyiapkan makanan dan merawat ketiga anaknya serta dua cucu.
An active fifty-nine year old, Ibu Rosniar was rearranging the furniture in her living room while her husband, a retired soldier, was fixing their roof when the 7.9 magnitude earthquake hit Padang on 30 September 2009.
Sebagai ibu berusia lima puluh sembilan tahun yang masih aktif, ibu Rosniar sedang menata ulang perabotan di ruang tamunya sementara suaminya, seorang purnawirawan TNI, sedang memperbaiki atap saat gempa yang berkekuatan 7,9 skala Richter tersebut menghantam Padang pada 30 September 2009.
It was as Ibu Rosniar was running through the front yard, calling for her husband to get down on the roof, that a wall collapsed on her leg.
Saat ibu Rosniar berlari melewati taman depan sambil meneriaki suaminya untuk turun dari atap, sebuah tembok runtuh di atas kakinya.
She visited a local paramedic to fix what she thought was a sprained ankle. But in the week following the quake there was no improvement in her condition, and the pain in her leg became excruciating.
Ia mengunjungi seorang dukun untuk merawat apa yang ia kira hanya kaki yang terkilir. Namun dalam minggu setelah gempa, ia tidak melihat adanya perbaikan, dan rasa sakit di kakinya menjadi lebih parah.
Her husband heard about the Indonesian navy’s floating Dr. Soeharso hospital operating in Teluk Bayur harbor which provided free medical service to earthquake victims. He took his wife to the ship, where doctors found that her ‘sprain’ was in fact a bad break. They operated and inserted eight surgical pins to reconnect the bones .
Suaminya mendengar tentang rumah sakit apung Dr. Soeharso miliki TNI AL di pelabuhan Teluk Bayur yang menyediakan layanan medis cuma-cuma bagi para korban gempa bumi. Ia membawa isterinya ke kapal tersebut, dimana para dokter menemukan
bahwa
kakinya
yang
‘terkilir’
sesungguhnya
mengalami patah tulang yang cukup parah. Mereka melakukan pembedahan dan memasukkan delapan pin untuk menyambung
To recover fully, Rosniar needed rest, but the floating hospital was due to leave, having already stayed in the port for ten days. The hospital staff referred her to IOM, which organized her return home and subsequently helped her to get follow up treatment at a referral hospital free of charge.
kembali tulangnya. Untuk dapat pulih secara total, Rosniar membutuhkan istirahat, namun rumah sakit apung tersebut akan segera bertolak dari pelabuhan setelah beroperasi selama sepuluh hari. Para staf rumah sakit tersebut merujukknya ke IOM, yang mengatur kepulangannya
Rosniar was just one of over 2,800 beneficiaries of IOM’s medical returns programme in West Sumatra following the 2009 earthquakes, which was provided with the support of the European Commission’s Humanitarian Aid Department (ECHO).
dan
membantunya
untuk
mendapatkan
perawatan lanjutan di rumah sakit rujukan secara bebas biaya. Rosniar hanya salah satu dari lebih 2.800 penerima bantuan medis IOM di Sumatera Barat setelah terjadinya gempa di tahun 2009, yang diberikan dengan dukungan European Commission’s Humanitarian Aid Department (ECHO).
Dr. Arie Zakaria of the Dr. Soeharso hospital says that this type of assisted medical return programme helps victims of natural disasters to move forward with their lives. “Services like this are really needed during emergencies. They not only support physical healing, but also the recovery of the victim’s state of mind,” he observes.
Dr. Arie Zakaria dari rumah sakit Dr. Soeharso mengatakan bahwa bentuk bantuan pemulangan medis ini membantu para korban bencana alam untuk melanjutkan hidupnya. “Layanan seperti ini sangat dibutuhkan selama masa darurat. Bantuan tersebut tidak hanya membantu pemulihan fisik, namun juga pemulihan keadaan bathin para korbanm,” jelasnya.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
37
38
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
By the numbers
Berdasarkan angka
2008 / 2008
National Construction Services Programme Yogyakarta Program Layanan Konstruksi Nasional, Yogyakarta
250,000 > 15,000
Emergency shelter items distributed (NFIs); equivalent to 40,000 packages of NFIs distributed / Barang hunian darurat dibagi-bagikan (non-makanan); sebanyak 40.000 paket NFI yang dibagi-bagikan
Transitional shelters constructed / Lebih dari 15.000 hunian sementara dibangun
100
Pilot steel frame (semi-permanent) houses and WATSA N facilities constructed / Rumah rangka baja (semi-permanen) dan fasilitas air dan kebersihan dibangun
66
Adjusted houses constructed / Rumah yang dibangun dengan penyesuaian
40
WATSA N facilities constructed / Fasilitas air dan kebersihan dibangun
16,600
Beneficiaries participated in Earthquake Safe Construction Awareness Raising Campaign (2006-2007) / Penerima bantuan ikut serta dalam Kampanye Peningkatan Kesadaran Konstruksi Aman Gempa (2006-2007)
1,894
Beneficiaries received capacity building in Safe and Earthquake Resistant Construction Practices / Penerima bantuan menerima peningkatan kapasitas mengenai Langkah-langkah Konstruksi Tahan Gempa
1,962
Beneficiaries trained in Disaster Preparedness / Penerima bantuan yang dilatih tentang Persiapan Menghadapi Bencana as of 15 November 2009 / hingga 15 Nopember 2009
Yogyakarta and Central Java Livelihoods Programme Program Mata Pencaharian Yogyakarta dan Jawa Tengah
2,661
Micro and small enterprises benefiting from the project (selected as IOM beneficiaries) equivalent to 89% of the planned total number of 3,000 / Usaha mikro dan kecil yang menerima manfaat dari proyek (dipilih sebagia penerima bantuan IOM) yang merupakan 89% dari keseluruhan jumlah yang direncanakan sebesar 3.000
18
Villages selected and targeted in Yogyakarta and Central Java provinces / Desa yang dipilih dan ditargetkan di Yogyakarta dan Jawa Tengah
13,300
Inhabitants of Selopamioro village and sub-villages (Bantul district/Yogyakarta Province) who benefited though the reconstruction of a community centre, which had been destroyed by the earthquake / Warga desa Selopamioro (kabupaten Bantul, Yogyakarta) yang menerima manfaat dari pembangunan pusat kegiatan masyarakat, yang hancur akibat gempa
25
Per cent more agricultural output (rice and vegetables) achieved annually by the rehabilitation of their earthquake-damaged community irrigation system in Kebon village (Klaten disctrict/Central Java Province), directly benefiting 133 farming families / Persen peningkatan hasil pertanian (beras dan sayuran) yang dicapai setiap tahunnya melalui rehabilitasi sistem irigasi rakyat yang rusak akibat gempa di desa Kebon (Kabupaten Klaten, Jawa Tengah), yang secara langsung membantu 133 rumah tangga petani
779
Micro and small enterprises supported through productive asset placement / Usaha mikro dan kecil yang dibantu melalui pemberian modal produktif
1,596
Micro and small enterprises that have received technical assistance / Usaha mikro dan kecil yang telah menerima bantuan teknis
191
Micro and small enterprises that have participated in expos and fairs / Usaha mikro dan kecil yang telah mengikuti ekspo dan pameran
759
Micro and small enterprises that have joined in cross-visits to established production centres or model companies / Usaha mikro dan kecil yang telah ikut dalam kunjungan ke pusat-pusat produksi atau perusahaan percontohan
39
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
as of end of December 2009 / hingga Desember 2009
West Sumatra Emergency Response Tanggap Darurat di Sumatera Barat
14,310 4,011
Metric tons of food and non-food items have been transported through IOM trucking services throughout the West Sumatra region / Metrik ton bahan makanan dan non-makanan yang telah diangkut melalui layanan angkutan truk IOM di daerah Sumatera Barat
Trucks and heavy vehicles were deployed to assists the distribution of relief goods / Truk dan kendaraan berat yang dimobilisasi guna membantu pendistribusian bahan bantuan
5,329
Individual trips have been conducted / Perjalanan telah dilakukan
168
Organizations and governmental institution have been assited in transporting various aid and relief items throughout the affected region / Organisasi dan lembaga pemerintahan telah dibantu dalam mengangkut berbagai bahan bantuan di daerah-daerah yang terkena bencana
2,829
Beneficiaries were assisted through IOM Assisted Medical Return Project / Penerima bantuan telah dibantu melalui proyek Pemulangan Medis IOM
9,940
Individual hygiene kits have been distributed to students elementary schools in geographic area of Padang and Padang Pariaman district / Paket kebersihan individual telah dibagi-bagikan kepada siswa-siswa sekolah dasar di Kotamadya Padang dan kabupaten Padang Pariaman
181
Sites have been verified and activities started for construction of public hygiene facilities serving up to 25,000 people including disabled from affected areas / Lokasi telah diverifikasi dan kegiatan telah dimulai untuk pembangunan fasilitas kebersihan publik yang melayani hingga 25.000 orang termasuk penyandang cacat dari daerah-daerah yang terkena imbas bencana
5,200
Beneficiaries have received individual toolkits to aid reconstruction and clearing efforts / Penerima bantuan telah menerima paket perkakas individual untuk membantu rekonstruksi dan usaha pembersihan reruntuhan
993
Communal toolkits were distributed / Paket perkakas bersama telah didistribusikan
100,000
DRR and safe contruction posters are being distributed throughout the affected region co-developed and printed by IOM and distributed by various members of Shelter Cluster and government offices / Poster DRR dan konstruksi yang aman dibagi-bagikan di daerah-daerah yang terkena imbas bencana, yang turut dikembangkan dan dicetak oleh IOM dan didistribusikan oleh berbagai Kelompok Hunian dan kantor-kantor pemerintahan
Migration Health Kesehatan Migrasi
42
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Migration Health Kesehatan Migrasi
As people travel faster to more destinations, individuals link the health environments of their home, transit, and host countries, creating global communities that contain both health risks and potential benefits.
Dengan semakin cepatnya orang bergerak ke tempat tujuan yang beragam, para individu tersebut menciptakan keterkaitan antara kesehatan rumah mereka, tempat transit, dan negara tujuan, dan dengan demikian menciptakan masyarakat global yang tidak hanya memiliki manfaat-manfaat potensial namun juga risiko
Population mobility is a fact of life in modern Indonesia. But to millions of Indonesian migrant workers and aspirant migrants, the economic gains of migration may be offset against its social and health costs. Indonesia, with 17,600 islands spread across 2 million square kilometres, has the world’s fourth largest population, and is by international standards a highly mobile population.
kesehatan . Mobilitas penduduk merupakan fakta hidup dalam Indonesia yang modern. Namun bagi jutaan tenaga kerja migran Indonesia serta para calon migran, manfaat ekonomi dari migrasi dapat dikalahkan oleh kerugian sosial dan kesehatan. Indonesia, dengan 17.600 pulaunya di daerah yang terbentang seluas 2 juta kilometer persegi, memiliki jumlah penduduk keempat terbanyak, dan berdasarkan standar internasional merupakan penduduk yang
Millions of Indonesian workers leave their families and villages to work in cities, factories, construction sites, mines and plantations all over the country.
cenderung berpindah-pindah (mobile). Jutaan pekerja Indonesia meninggalkan keluarga dan desa mereka untuk bekerja di perkotaan, pabrik, area konstruksi, pertambangan
Hundreds of thousands of others leave Indonesia each year to work abroad. The majority are employed in unskilled work categories, and of the total outbound migrant workers, 80% are women who migrate to work in the domestic and caregiver sectors.
dan perkebunan di berbagai tempat di Indonesia. Ratusan ribu lainnya meninggalkan Indonesia setiap tahunnya untuk bekerja di luar negeri. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pekerja tak terlatih, dan dari seluruh jumlah pekerja yang bekerja di luar, 80% adalah perempuan yang bermigrasi untuk
Irregular migration through the country’s porous borders with Papua New Guinea, Timor-Leste, Malaysia and Singapore is also increasing, making migrants more vulnerable to exploitation, abuse, harassment and marginalization from health and social services.
bekerja di sektor domestik dan perawat. Migrasi gelap melalui celah-celah dalam perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea, Timor-Leste, Malaysia dan Singapura juga semakin meningkat, menyebabkan para migran menjadi lebih rentan terhadap eksploitasi, kekerasan, pelecehan dan
Mobility within Indonesia is also associated with internal displacement as a result of conflict or natural disasters. This increases the burden on the country’s generally under-resourced public health and social services.
marjinalisasi di bidang layanan kesehatan dan sosial. Mobilitas di dalam Indonesia juga dikaitkan dengan pengungsian internal sebagai akibat konflik atau bencana alam. Hal ini meningkatkan beban pada layanan kesehatan publik dan sosial
Indonesia leads the list of countries at risk of a pandemic from the highly pathogenic Avian Influenza caused by the H5N1 virus. The health and livelihood implications of such a pandemic would be dire, particularly in terms of migrant populations, due to underlying factors such as access to services, displacement, and a lack of coherent community preparedness and awareness of the affects of the pandemic and mitigation measures.
yang secara umum kekurangan sumber daya. Indonesia berada di posisi teratas dalam daftar negara yang memiliki risiko pandemi flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1. Implikasi kesehatan dan mata pencaharian dari pandemi tersebut akan sangat serius, khususnya dari segi penduduk migran, dikarenakan beberapa faktor mendasar seperti akses terhadap layanan, pengungsian, dan kurangnya persiapan masyarakat
43
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
In 2009, IOM with its partners continued to respond to migration and public health challenges in Indonesia through its various health programmes:
yang koheren dan kesadaran mengenai pengaruh pandemi dan tindakan penanggulangan. Selama 2009, IOM dengan para mitranya terus memberi
• Maternal and child health for internally displaced populations and host communities. • Psychosocial and mental health programmes for post-conflict affected communities. • Emergency medical response for victims of natural disasters. • Integrated HIV and population mobility awareness raising for targeted beneficiaries of IOM programmes and services. • Avian influenza and pandemic preparedness for migrants and host communities. • Migration health assessments for migrants and refugees. • Health and psychosocial services for irregular migrants and victims of trafficking.
tanggapan atas tantangan-tantangan migrasi dan kesehatan publik di Indonesia melalui berbagai program kesehatannya seperti: • Kesehatan ibu dan anak bagi kelompok pengungsi internal dan masyarakat penerima. • Program-program kesehatan psikososial dan mental bagi masyarakat yang terkena dampak konflik. • Bantuan medis darurat bagi korban dan bencana alam. • Peningkatan kesadaran tentang HIV dan mobilitas penduduk yang terintegrasi bagi penerima bantuan dari program dan layanan IOM. • Persiapan menghadapi flu burung dan pandemi bagi migran dan masyarakat penerima. • Pemeriksaan kesehatan migrasi bagi para migran dan pengungsi. • Layanan kesehatan dan psikososial bagi migran gelap dan korban perdagangan manusia.
Maternal and Child Health (MCH) In its third year of implementation, IOM’s partnership with the Harvard Medical School (HMS) to advance safe delivery and neonatal health in communities in Aceh where former internally displaced people (IDPs) have resettled became increasingly integrated into the public health system. The programme continued to train midwives in managing obstetrical emergencies and neonatal asphyxia and moved towards a more structured approach in addressing neonatal health by supporting and utilizing the training system of the Ministry of Health and the World Health Organization (WHO) for Integrated Management of Childhood Illness.
Kesehatan Ibu dan Anak Di tahun ketiga pelaksanaannya, kemitraan IOM dengan Harvard Medical School (HMS) yang bertujuan memajukan persalinan yang aman dan kesehatan pasca-kelahiran di berbagai komunitas di Aceh dimana mantan pengungsi internal telah menetap, menjadi lebih terintegrasi ke dalam sistem kesehatan publik. Program ini terus melatih para bidan dalam menangani keadaan darurat persalinan dan neonatal asphyxia dan bergerak ke arah pendekatan yang lebih terstruktur dalam menanggapi kesehatan neonatal dengan cara mendukung dan memanfaatkan sistem pelatihan Departemen Kesehatan dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk Penanganan Penyakit Anak yang Terintegrasi. Sejumlah 1.000 bidan mengikuti pelatihan dan kemudian
A total of 1,000 midwives underwent training and then went on to conduct home visits in villages. Building the capacity of midwives through training contributes to the strengthening of Indonesia’s national health system.
melakukan kunjungan rumah di desa-desa. Pengembangan kapasitas bidan melalui pelatihan semakin memperkuat sistem kesehatan nasional Indonesia. Dengan keberhasilan pelaksanaan programnya menyangkut
44
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
45
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
With the successful implementation of its maternal and child health programme in Aceh, IOM is now developing a model programme for other parts of Indonesia. As a member of UN Country team, IOM continued to participate in the development of the UN Joint Programme of Support for Papua and hopes to extend its maternal and child health interventions to the province.
kesehatan ibu dan anak di Aceh, IOM saat ini sedang mengembangkan sebuah program percontohan untuk daerah-daerah lain di Indonesia. Sebagai anggota tim PBB, IOM terus berpartisipasi dalam pengembangan sebuah Program Gabungan PBB untuk Bantuan Bagi Papua dan berharap akan memperluas intervensi kesehatan ibu dan anak untuk mencakup propinsi tersebut.
Kesehatan Psikososial dan Mental Psychosocial and Mental Health Selama 2009, IOM bersama-sama dengan Harvard Medical
In 2009, IOM in partnership with the Harvard Medical School (HMS) and with the support of the World Bank continued to provide psychosocial and mental health services and outreach to communities affected by the past conflict in Aceh. A total of 6,007 beneficiaries were provided with general health assessment services. Of these 2,000 patients in two districts were identified with mental and psychosocial health problems.
School (HMS) dan dengan dukungan dari Bank Dunia terus memberikan layanan psikososial dan kesehatan mental dan kunjungan ke masyarakat yang terkena dampak konflik di masa lalu di Aceh. Sejumlah 6.007 penerima bantuan diberikan layanan pemeriksaan kesehatan umum. Dari jumlah tersebut, 2.000 pasien di dua kabupaten telah diidentifikasi mengidap masalah kesehatan mental dan psikososial. Melalui kerjasama dengan Universitas Indonesia, para dokter dan
Doctors and Community Mental Health Nurses were also provided with formal intensive trainings and separate, specialized on-the-job field training in identifying and addressing mental health and psychosocial needs based on the Interagency Standing Committee (IASC) Guidelines on Mental Health and Psychosocial Support in Emergencies, in collaboration with the University of Indonesia.
perawat kesehatan mental masyarakat juga diberikan pelatihan intensif formal dan pelatihan lapangan khusus yang terpisah di bidang penanganan dan penanggulangan masalah kesehatan mental dan kebutuhan psikososial yang didasarkan pada Pedoman Bantuan Kesehatan Mental dan Psikososial Dalam Situasi Darurat yang diterbitkan oleh Interagency Standing Committee (IASC). Program ini diciptakan berdasarkan hasil dari temuan-temuan
The programme was conceived as a result of the findings of the mental health assessments during demobilization health assessment of ex-combatants, and designed from structured baseline studies on the psychosocial and mental health needs of communities affected by the past conflict in Aceh.
dari penelitian kesehatan mental selama pemeriksaan kesehatan
The programme has not only provided and established medical, psychosocial and mental health services and training in conflict-affected communities, but has also embarked on testing the hypothesis that improving the economic situation of victims of conflicts suffering from mental health problems will help to improve their mental health condition. As part of its psychosocial and mental health activities, IOM provided livelihood assistance to 200 individuals over a control group of 600 individuals with similar histories of conflict exposure and suffering from mental health problems.1
Program ini tidak hanya memberikan dan mendirikan layanan
demobilisasi bagi mantan kombatan, dan dirancang berdasarkan studi ‘baseline’ terstruktur terhadap kebutuhan kesehatan psikososial dan mental dari komunitas-komunitas yang terimbas konflik masa lalu di Aceh.
dan pelatihan medis, psikososial dan mental di komunitaskomunitas yang terkena imbas konflik, namun juga telah mulai pengujian hipotesa bahwa memperbaiki situasi ekonomi korban konflik yang menderita masalah kesehatan mental juga akan membantu meningkatkan kondisi kesehatan mental mereka. Sebagai bagian dari kegiatan psikososial dan kesehatan mental program tersebut, IOM menyediakan bantuan mata pencaharian kepada 200 individu dari sebuah kelompok kontrol dimana sebanyak 600 orang memiliki sejarah konflik yang sama dan mengidap masalah-masalah kesehatan mental.1
Psychosocial and mental health counselling is also integrated as a subject in the training curriculum of the IOM’s Indonesian National Police (INP) Training Programme in Aceh.
Konseling kesehatan psikososial dan mental juga diintegrasikan sebagai sebuah mata pelajaran dalam kurikulum Program Pelatihan Kepolisian Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh
The focus of IOM’s police project is on human rights and community policing. Integrating psychosocial and mental health counselling into the curriculum equips members of the INP in Aceh with skills that will enable them to reach out to their colleagues in the police force and help them to maintain their psychosocial and mental well-being, in turn improving the services they can provide in their communities.
1
IOM di Aceh. Fokus dari proyek polisi IOM ini adalah pada HAM dan perpolisian masyarakat. Pengintegrasian konseling kesehatan psikososial dan mental ke dalam kurikulum memberikan keterampilan kepada para anggota Polri di Aceh yang memungkinkan mereka untuk membantu rekan mereka di kepolisian dalam rangka menjaga
Concept Paper: “An Empirical Study of the Leveraging Effects of Livelihood Interventions in a Post-Conflict Mental Health Programme, Aceh, Indonesia, 2008 / Naskah konsep: “Sebuah Studi Empiris Tentang Efek Peningkat Intervensi Mata Pencaharian dalam Program Kesehatan Mental Pasca-Konflik, Aceh, Indonesia, 2008
46
Two trainings on counselling were conducted for 64 trainers of the Aceh National Police (POLDA NAD) in 2009.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
kesehatan psikososial dan mental mereka, sehingga meningkatkan layanan yang dapat mereka berikan kepada komunitas mereka. Dua pelatihan tentang konseling diselenggarakan bagi 64 pelatih di Polda NAD selama periode 2009.
HIV and Population Mobility In Indonesia, IOM ensures that the link between population mobility and HIV is appropriately addressed and integrated in the activities of its programmes. Interventions are based on a multi-disciplinary rightsbased approach that addresses the specific HIV-related vulnerabilities of mobile and migrant populations, including displaced persons and victims of trafficking.
HIV dan Mobilitas Penduduk Di Indonesia, IOM memastikan bahwa keterkaitan antara mobilitas penduduk dan HIV ditangani dengan baik dan diintegrasikan ke dalam kegiatan program-programnya. Intervensi didasarkan pada pendekatan multi-disipliner yang berbasis hak yang menanggapi kerentanan spesifik yang terkait dengan HIV yang dialami oleh para penduduk yang berpindah-pindah dan
HIV prevention and care components are integrated in IOM’s community health education and promotion projects targeting populations displaced by the tsunami in the Community Health Revitalization Programme, and conflict-affected communities in the Direct Health and Psychosocial Assistance Programme in Aceh.
migran, termasuk pengungsi internal dan korban perdagangan manusia. Komponen pencegahan dan perawatan HIV diintegrasikan ke dalam proyek-proyek pendidikan dan pemajuan kesehatan masyarakat IOM yang menargetkan penduduk yang harus mengungsi akibat tsunami di bawah program Revitalisasi Kesehatan Masyarakat,
HIV-related health education promotion and treatment aspects are also integrated in the psychosocial counselling, medical and referral services for irregular migrants under the Management and Care of Intercepted Irregular Migrants Programme, as well as victims of trafficking assisted through the Return, Recovery and Reintegration Programme.
dan komunitas-komunitas dalam Program Bantuan Langsung Kesehatan dan Psikososial di Aceh. Aspek pemajuan pendidikan kesehatan dan penanganan yang terkait HIV juga diintegrasikan ke dalam layanan konseling psikososial, medis dan rujukan bagi migran gelap di bawah Program Penanganan dan Perawatan Migran Gelap Yang Tertangkap, disamping juga korban perdagangan manusia yang dibantu melalui Program Pemulangan,
For other programmes, HIV awareness is integrated with gender-based violence in the curriculum for human rights and community policing taught to the police through IOM’s INP Training Programme.
Pemulihan dan Reintegrasi. Untuk program-program lainnya, kesadaran tentang HIV diintegrasikan dengan kekerasan berbasis gender dalam kurikulum untuk HAM dan perpolisian masyarakat yang diajarkan kepada
IOM ensures that the IOM-provided Immigration Health Assessment undertaken by migrants and refugees resettling in countries requiring HIV tests includes high quality voluntary pre- and post counselling and confidential HIV testing.
polisi melalui Program Pelatihan Polri yang diselenggarakan IOM. IOM memastikan bahwa Pemeriksaan Kesehatan Imigrasi yang disediakan oleh IOM yang dijalani oleh para migran dan pengungsi yang akan menetap di negara yang mensyaratkan pengujian HIV mencakup pra- dan pasca-konseling bersifat sukarela yang
Since 2007 IOM, as a member of the UN Joint Team on HIV, has worked closely with its UN partners to develop the UN Joint Programme of Support for HIV in Papua.
berkualitas tinggi dan pengujian HIV secara rahasia. Sejak 2007 IOM sebagai anggota Tim Gabungan HIV PBB, telah bekerjasama secara dekat dengan para mitra dari PBB dalam
In July 2009 IOM launched a 1-year project to establish a “Court of Women in Trafficking and HIV: From Vulnerability to Free, Just and Safe Movement” in Jakarta with partners the United Nations Population Fund (UNFPA) and the United Nations Development Programme (UNDP.)
mengembangkan Program Gabungan Dukungan HIV PBB di Papua. Pada Juli 2009, IOM meluncurkan sebuah proyek satu tahun untuk membentuk sebuah “Badan Wanita Korban Perdagangan Manusia dan HIV: dari Kerentanan Hingga Perpindahan Yang Bebas, Adil dan Aman” di Jakarta, bersama mitra dari United Nations Population Fund (UNFPA) dan United Nations Development
As a result of the campaign, a common advocacy position has been established to include HIV and Population Mobility interventions in the National AIDS Commission Round 9 proposal to the Global Fund to Fight Aids, Tuberculosis and Malaria (GFATM).
Program (UNDP.) Sebagai hasil dari kampanye tersebut, sebuah posisi advokasi bersama telah dicanangkan agar mencakup intervensi HIV dan Mobilitas Penduduk dalam proposal Putaran 9 Komisi AIDS Nasional ke dalam Dana Global Untuk Memerangi Aids,
On advocacy and support to policy development, IOM works with a wide range of international organizations,
Tuberculosis dan Malaria (Global Fund to Fight Aids, Tuberculosis and Malaria - GFATM).
47
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
governmental and non-governmental organizations for the protection of migrants’ rights and to reduce the HIV vulnerability of mobile populations.
Di bidang advokasi dan dukungan terhadap pengembangan kebijakan, IOM bekerjasama dengan serangkaian organisasi internasional, organisasi pemerintah dan LSM untuk menciptakan perlindungan bagi hak-hak migran dan mengurangi kerentanan terhadap HIV bagi penduduk dengan mobilitas tinggi.
Emerging and Re-emerging Diseases For the past few years, the threat of avian and pandemic influenza has triggered the development of national strategies and pandemic preparedness plans, as well as prompting regional dialogue on how to address emerging and re-emerging diseases, particularly in the Asia-Pacific region.
Penyakit yang Muncul dan Muncul Kembali Selama beberapa tahun belakangan ini, ancaman flu burung dan pandemi telah memicu pengembangan strategi nasional dan rencana persiapan terhadap pandemi, disamping juga mendorong dialog regional mengenai bagaimana cara menanggapi penyakit
As of October 2008, 97% (141/145) of countries surveyed reported that they had pandemic preparedness plans, although the quality and comprehensiveness of the plans varied significantly between countries2. Some countries have put into practice key points of the World Health Organization’s (WHO) pandemic preparedness guidelines, and also adhere to the newly revised International Health Regulations (IHR, May 2005) that came into force in June 2007, and the Asia Pacific Strategy for Emerging Diseases (WHO, 2005). To date, it has been confirmed that Avian influenza (H5N1) and Influenza A (H1N1) has spread to 24 province of Indonesia, with a total of over 900 confirmed human cases. Based on the organization’s understanding of migrant populations, IOM has successfully argued for the inclusion of migrants and their host communities within the national and regional planning processes. In recognizing the specific vulnerability of such populations, IOM, in partnership with the UN System, supports migrant access to public health interventions to protect them against disease.
yang muncul dan muncul kembali, khusus di kawasan AsiaPasifik. Hingga Oktober 2008, 97% (141/145) negara-negara yang disurvei melaporkan bahwa mereka memiliki rencana persiapan pandemi, walau kualitas dan seberapa menyeluruhnya dari rencanarencana tersebut berbeda-beda antar negara2. Beberapa negara telah mempraktekkan hal-hal utama yang terdapat di dalam panduan persiapan pandemi yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan juga memenuhi Peraturan Kesehatan Internasional yang baru saja direvisi (International Health Regulations - IHR, Mei 2005) dan mulai berlaku pada bulan Juni 2007, serta Strategi Asia Pasifik Untuk Penyakit yang Baru Timbul (Asia Pacific Strategy for Emerging Diseases - WHO, 2005). Hingga kini, telah dikonfirmasikan bahwa flu burung (H5N1) dan Influenza A (H1N1) telah menyebar ke 24 propinsi di Indonesia, dengan jumlah 900 kasus manusia yang dikonfirmasi. Berdasarkan pemahamannya tentang populasi migran, IOM telah berhasil memasukkan migran dan masyarakat yang menerima mereka ke dalam proses perencanaan nasional dan regional. Dengan mengakui kerentanan khusus kelompok penduduk tersebut, IOM, secara kerjasama dengan Sistem PBB,
In Indonesia, IOM has completed a baseline assessment that determines the level of knowledge, attitudes, practices and behaviour regarding AHI and pandemic preparedness in targeted migrants and host communities of its programmes in Bogor and Mataram, where irregular migrants are hosted within local communities. The result of this baseline assessment is expected to be published in November 2009.
mendukung akses migran terhadap intervensi kesehatan publik guna melindungi mereka dari penyakit. Di Indonesia, IOM telah menyelesaikan sebuah penelitian baseline yang menentukan tingkat pengetahuan, sikap, praktek dan perilaku mengenai AHI dan kesiapan pandemi di komunitas migran dan komunitas penerima tertentu di bawah programnya di Bogor dan Mataram, dimana para migran gelap ditampung oleh masyarakat setempat. Hasil dari penelitian tersebut diperkirakan terbit pada
To improve knowledge in communities where migrants live, IOM has reproduced and distributed posters and leaflets which have been translated into 4 languages: Farsi (for Afghan migrants), Tamil (for Sri Lankan migrants), Arabic (for Iraqi migrants) and Bahasa Indonesia (for host communities.) These materials were developed by IOM in collaboration with the National
2
November 2009. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan di komunitaskomunitas dimana migran tinggal, IOM telah mencetak ulang dan mendistribusikan poster dan selebaran yang telah diterjemahkan ke dalam empat bahasa: Farsi (bagi migran dari Afghanistan), Tamil (bagi migran dari Sri Lankan), Arab (bagi migran dari Irak) dan
Responses to Avian Influenza and State of Pandemic Readiness- Fourth Global Progress Report 2008 / Tanggapan Terhadap Avian Influenza dan Keadaan Siap Pandemi - Laporan Perkembangan Global Keempat 2008
48
Committee for Avian Influenza and Pandemic Influenza (KOMNAS FBPI), the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, and the Local District Health Offices in Bogor and Mataram.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Bahasa Indonesia (untuk masyarakat penerima). Bahan-bahan tersebut dikembangkan oleh IOM bersama-sama dengan Komisi Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, dan Dinas Kesehatan Kabupaten di Bogor dan Mataram.
IOM Indonesia continues to expand its awareness raising and pandemic preparedness activities to the national level to address the needs of migrant and host communities with regards of Pandemic Influenza awareness. Over the coming year, awareness raising will be integrated in IOM’s Public Service Announcement programmes, and pandemic preparedness will focus on ensuring that migrants and host communities are ready to cope not only with an Influenza Pandemic Situation, but with any large scale crisis where systems may be unable to cope. The programme will include a Radio Health Talk Show in Bogor and Mataram, and a local television programme in Bogor.
IOM
Indonesia
terus
memperluas
kegiatan
peningkatan
kesadaran dan persiapan pandemi kepada tingkat nasional guna menjawab kebutuhan para migran dan komunitas penerima terkait dengan kesadaran akan Pandemi Influenza. Pada tahun-tahun mendatang, peningkatan kesadaran akan diintegrasikan ke dalam program Layanan Masyarakat IOM, dan kesiapan pandemi akan berfokus pada pemastian bahwa migran dan komunitas penerima siap untuk menghadapi tidak hanya Situasi Pandemi Influenza, namun juga segala krisis berskala besar dimana sistem tidak mampu untuk menanggulanginya. Program ini akan meliputi acara perbincangan kesehatan di radio di Bogor dan Mataram serta acara televisi lokal di Bogor.
Anti-Perdagangan Manusia dan Kesehatan Counter-trafficking and Health Indonesia merupakan negara pengirim, transit dan tujuan bagi
Indonesia is a country of origin, transit and destination for trafficked persons. The socio-economic discrepancies between regions and income differentials with neighbouring countries such as Malaysia and Singapore have led many Indonesians to leave their home villages to seek a better life in big cities and abroad.
orang-orang korban perdagangan manusia. Kesenjangan sosio-
Although thousands of Indonesians are believed to be trafficked abroad, many women, men and children are trafficked internally for various kinds of exploitation, including the commercial sex industry and domestic servitude.
Meski ribuan warga Indonesia diperkirakan diperdagangkan di luar negeri, banyak perempuan, pria dan anak diperdagangkan secara internal dalam berbagai macam bentuk eksploitasi, termasuk industri seks komersil dan pekerja rumah tangga.
ekonomi antar daerah dan perbedaan tingkat pendapatan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura telah membuat banyak warga Indonesia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di kotakota besar dan di luar negeri.
Undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang No. 21 tahun
The Government of Indonesia’s 2007 Anti Trafficking Law (UUPTPPO/No.21/) and subsequent 2008 regulations guarantee the right of all trafficked persons to medical and psychosocial care. IOM played an important advocacy role and provided technical support in drafting the legislation, based on its delivery of services as of October 2009 to over 3,598 Indonesian victims of trafficking since 2005.
2007 (UUPTPPO) dan peraturan-peraturan yang diterbitkan
With IOM support, the Government of Indonesia has finalized the minimum standards for service provision to trafficked persons, and is currently developing the Standard Operating Procedures.
Dengan dukungan IOM, pemerintah Indonesia telah menyelesaikan standar minimum penyediaan layanan bagi korban perdagangan manusia, dan saat ini mengembangkan Standar Prosedur Operasional yang terkait
In 2009 IOM continued to operate its one-stop recovery centre at the Indonesian National Police Hospital in Jakarta, where comprehensive medical and psychosocial assistance is provided to trafficked persons. It also continued to build the capacity of other government facilities, especially shelters managed by the Department of Social Affairs, to provide accommodation, food and psychosocial care.
Selama 2009, IOM terus mengelola pusat pemulihan terpadu
pada 2008 menjamin hak dari semua korban perdagangan manusia untuk mendapatkan perawatan medis dan psikososial. IOM memainkan sebuah peran advokasi yang penting dan memberikan dukungan teknis dalam penyusunan perundangundangan tersebut, berdasarkan penyampaian layanan yang, sejak 2005 hingga Oktober 2009, telah membantu lebih dari 3.598 korban perdagangan manusia Indonesian.
di Rumah Sakit Polri di Jakarta, dimana bantuan medis dan psikososial yang bersifat menyeluruh diberikan bagi orang-orang yang telah diperdagangkan. IOM juga terus membangun kapasitas fasilitas-fasilitas lainnya milik pemerintah, khususnya rumah penampungan (shelter) yang dikelola oleh Departemen Sosial, guna
memberikan
psikososial.
akomodasi,
makan
dan
perawatan
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
49
50
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Health and Irregular Migrants
Kesehatan dan Migran Gelap
In 2009 Indonesia remained a major transit country for asylum seekers and economic migrants trying to reach Australia. Migrants often risk perilous sea journeys aboard ill-equipped and unsuitable vessels crewed by ruthless smugglers. Those stranded or intercepted in Indonesia are usually penniless and cannot access health or social services. The numbers of intercepted irregular migrants in Indonesia has increased significantly during the last six months of 2009.
Hingga 2009 Indonesia masih merupakan negara transit utama bagi pencari suaka dan migran ekonomi yang berusaha mencapai Australia. Migran seringkali menghadapi risiko perjalanan laut yang berbahaya dengan menggunakan kapal yang tidak layak pakai yang diawaki oleh penyelundup yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Mereka yang terdampar atau ditangkap di Indonesia biasanya tidak memiliki uang dan tidak dapat mengakses layanan kesehatan atau sosial. Jumlah migran gelap yang tertangkap di Indonesia telah meningkat tajam selama enam bulan terakhir pada 2009.
IOM, through a technical cooperation agreement on migration management with the Government of Indonesia, has provided mental health and Assisted Voluntary Return counselling, medical care, food, shelter and voluntary repatriation assistance to stranded irregular migrants. Since its inception in December 1999, IOM’s Management and Care of Intercepted Irregular Immigrants Project has helped over 5,847 migrants and continues to provide medical services, including psychosocial and mental health services.
IOM, melalui sebuah kesepakatan kerjasama teknis di bidang penanganan migrasi dengan Pemerintah Indonesia, telah memberikan konseling kesehatan mental pemulangan sukarela yang dibantu, perawatan medis, makanan, penampungan dan bantuan repatriasi sukarela kepada migran gelap yang terdampar. Sejak didirikan pada Desember 1999, Proyek Penanganan dan Perawatan Imigran Gelap yang Ditangkap telah membantu lebih dari 5.847 migran dan terus memberikan layanan medis, termasuk layanan kesehatan psikososial dan mental.
Migration Health Assessment
Pemeriksaan Kesehatan Migrasi
Quality assured immigration health assessment, predeparture health checks, and travel health assistance are part of IOM’s traditional services for visa applicants, refugees and immigrants to Australia, Canada, New Zealand and the USA.
Pemeriksaan
kesehatan
berdasarkan
standar
imigrasi,
pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan dan bantuan perjalanan kesehatan adalah bagian dari pelayanan-pelayanan IOM yang sudah ada sejak lama bagi para pemohon visa, pengungsi dan imigran yang menuju Australia, Canada, Selandia Baru dan Amerika Serikat.
An immigration health assessment consists of a complete physical examination, a chest x-ray, and laboratory tests following the requirements of the migrant’s country of destination. For migrants or visa applicants requiring serology testing for HIV and syphilis, IOM ensures that pre- and post HIV test counselling are provided.
Sebuah
pemeriksaan
kesehatan
imigrasi
terdiri
dari
pemeriksaan fisik lengkap, Ronsen dada, dan pengujian laboratorium sesuai dengan persyaratan negara yang dituju oleh migran yang bersangkutan. Bagi migran atau pemohon visa yang membutuhkan pengujian serologi untuk HIV dan syphilis, IOM memastikan bahwa konseling pra- dan pasca-uji HIV diberikan.
From October 2008 to September 2009 a total of 377 migrants, refugees and visa applicants underwent their immigration health assessments with IOM. Of those examined, 222 were self-paying immigrants and visa applicants from Indonesia applying for resettlement to Australia, Canada and New Zealand. Some 155 were refugees bound for Australia, Canada, New Zealand and the USA.
Sejak Oktober 2008 hingga September 2009, sejumlah 377 migran, pengungsi dan pemohon visa menjalani pemeriksaan kesehatan imigrasi pada IOM. Dari yang diperiksa, 222 adalah imigran atas biaya sendiri dan pemohon visa dari Indonesia yang meminta ditempatkan di Australia, Kanada dan Selandia Baru. Sekitar 155 orang adalah pengungsi yang menuju Australia, Kanada, Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Human interest story #1
Cerita kemanusiaan #1
Midwives Train to Manage
Pelatihan Bidan untuk Menangani
Cut Yuslinda has been working as a midwife for 18 years on the West Coast of Aceh, where she was first posted to Puskesmas Kuala Bhee in 1993 to work on Polindes Activity policlinic in the sub-district villages.
Cut Yuslinda telah bekerja sebagai bidan selama 18 tahun di pesisir
Post Partum Survival in Aceh
Keselamatan Post Partum di Aceh
barat Aceh, dimana dia pertama kali ditugaskan di Puskesmas Kuala Bhee di tahun 1993 untuk mendirikan Polindes (poliklinik desa) di desa-desa kecamatan.
51
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
She remembers that in her first years as a midwife it was common to stop conducting neonatal visits the first week after a birth. Sometimes, if there were complications with the mother or the newborn, if the baby had a cough, fever or diarrhea, families would request that the midwife return. But if families did not make specific requests, visits were rare after the first week.
Ia ingat bahwa pada tahun pertamanya sebagai bidan, adalah lazim untuk berhenti melakukan kunjungan neonatal seminggu setelah persalinan. Terkadang, jika terdapat komplikasi pada ibu atau bayi, jika bayi batuk, demam atau diare, keluarganya akan meminta bidan untuk kembali. Namun jika keluarga tidak membuat permintaan khusus, kunjungan jarang dilakukan setelah minggu pertama. Pada waktu itu, bidan di puskesmas dimana Cut Yuslinda bekerja
Back then, the midwives in Cut Yuslinda’s Puskesmas had limited knowledge about the post partum period. There were no specific forms or reporting procedures regarding home visits, and the midwives did not posses the knowledge or skills needed to identify danger signs and perform procedures.
memiliki pengetahuan terbatas mengenai masa post partum
Counselling mothers on correct breast-feeding practices and on how to care for their babies were not high priorities for Cut Yuslinda and her colleagues.
Dahulu, memberikan bimbingan kepada para ibu tentang
(pasca persalinan). Tidak ada formulir khusus ataupun prosedur pelaporan untuk kunjungan rumah. Pada saat yang bersamaan para bidan tidak memiliki pengetahuan maupun keterampilan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi tanda-tanda bahaya dan melaksanakan prosedur.
pemberian ASI secara benar dan bagaimana merawat bayi mereka bukan merupakan prioritas utama bagi Cut Yuslinda dan rekanrekannya.
The training most midwives received required them to perform a basic visual check-up to see that the baby and mother ‘looked’ well. Midwives never received any specific guidance on how to conduct examinations to check the eyes, mouth, umbilical cord and skin for infection, or on how to take the baby’s weight. As a result, home visits were based on the assumption that if the baby and mother looked well, then everything was OK.
Pelatihan yang diperoleh oleh sebagian besar bidan mengharuskan mereka untuk melakukan pemeriksaan visual mendasar untuk melihat apakah bayi dan ibu ‘terlihat’ sehat. Selama ini bidan tidak pernah menerima panduan spesifik mengenai cara melakukan pemeriksaan untuk memeriksa mata, mulut, tali pusar dan kulit untuk tanda-tanda infeksi, atau bagaimana cara menimbang bayi. Akibatnya, kunjungan ke rumah didasarkan pada asumsi bahwa jika bayi dan ibu terlihat sehat, maka semuanya baik-baik saja.
Then Cut Yuslinda attended the IOM training of trainers on Post Partum Survival, where for the first time the midwives were shown how to examine newborn babies and how to follow clinical procedures, from weighing newborns to administrating immunizations. The midwives learnt about immunizations, umbilical cord care, the classification of certain infections and diseases common to newborns, breastfeeding, and counselling for mothers.
Kemudian Cut Yuslinda mengikuti pelatihan untuk pelatih yang diselenggarakan IOM tentang Keselamatan Post Partum, dimana untuk pertama kalinya para bidan diberitahu cara untuk memeriksa bayi yang baru lahir dan bagaimana mengikuti prosedur klinis, dari menimbang bayi hingga memberi imunisasi. Para bidan tersebut belajar mengenai imunisasi, perawatan tali pusar, klasifikasi infeksi tertentu dan penyakit-penyakit yang umum diderita bayi yang baru lahir, pemberian ASI, dan bimbingan bagi para ibu.
Cut Yuslinda sees a new confidence in the midwives conducting home visits and counselling mothers on correct breast feeding after the training, saying mothers have benefited from the counselling and practical demonstrations her colleagues are now able to provide.
Cut Yuslinda melihat adanya rasa percaya diri baru diantara para bidan yang melakukan kunjungan rumah dan memberikan bimbingan kepada ibu mengenai pemberian ASI secara benar setelah mendapat pelatihan tersebut, dan mengatakan bahwa para ibu telah memperoleh manfaat dari bimbingan yang
“With the skills we’ve acquired through the IOM training, trained midwives are now able to counsel family members regarding neonatal care and immunization, and clarify certain fears and misunderstandings about children receiving immunizations,” she smiles.
diberikan dan peragaan praktis yang sekarang dapat diberikan oleh rekan-rekannya, ketika ada ibu yang mengalami kesulitan memberi ASI kepada bayinya. “Dengan keterampilan yang telah kami peroleh melalui pelatihan IOM, para bidan yang telah dilatih sekarang dapat memberi
Cut Yuslinda is now a Midwife Coordinator in Puskesmas Meureubo, and a clinical trainer in post partum survival. She regularly supervises the Home Visits Programme, coaches the midwives receiving Post Partum Survival Training, and is active in conducting supervision, monitoring and evaluation of the home visits in her district.
bimbingan kepada anggota keluarga mengenai perawatan neonatal dan imunisasi, dan menjelaskan berbagai kekhawatiran dan kesalahpahaman tentang anak yang mendapatkan imunisasi,” katanya. Cut Yuslinda sekarang adalah Bidan Koordinator di Puskesmas Meureubo, dan adalah pelatih klinis mengenai keselamatan
52
Cut Yuslinda hopes that midwives continue to work to improve health care through Puskesmas-based refresher trainings, and that immunizations and breastfeeding will increase among mothers as a result of their interactions with well-trained midwives.
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
post-partum. Ia secara berkala mengawasi Program Kunjungan Rumah, melatih bidan yang memperoleh Pelatihan Keselamatan Post Partum, dan aktif dalam melaksanakan pengawasan, pemantauan dan evaluasi kunjungan rumah di kabupatennya. Cut Yuslinda berharap para bidan akan terus meningkatkan pelayanan kesehatan melalui pelatihan penyegaran di Puskesmas,
Human interest story #2 Nazliana’s Story Nazliana is a mother of four living in Langkak village in Nagan Raya District, where she gave birth to all her children at home with the help of a local community midwife. Unfortunately, not all of Nazliana’s babies survived home birth: her first baby experienced birth complications, and even though the midwife attempted to resuscitate her child, the baby died of causes attributed to asphyxia.
dan bahwa imunisasi dan pemberian ASI akan meningkat diantara para ibu sebagai hasil dari interaksi mereka dengan bidan-bidan yang telah terlatih dengan baik.
Cerita kemanusiaan #2 Kisah Nazliana Nazliana adalah ibu dari empat anak yang tinggal di desa Langkak di Kabupaten Nagan Raya, dimana ia telah melahirkan semua anaknya di rumah dengan bantuan seorang bidan desa. Sayangnya, tidak semua bayi Nazliana selamat: bayi pertamanya
The three other babies’ births were free of complications. “The services provided by the community midwives are good,” says Nazliana. “Once in a while, midwives from the Puskesmas come to assist the midwives in the delivery of ante-natal care through the Posyandu monthly village outreach activities as well.”
menderita komplikasi persalinan, dan walau bidan berusaha untuk meresusitasi anak tersebut, bayinya meninggal disebabkan oleh asphyxia. Tiga kelahiran bayi lainnya bebas dari komplikasi. “Layanan yang diberikan oleh bidan desa baik,” kata Nazliana. “Sekali waktu, bidan dari Puskesmas datang untuk membantu bidan dalam
Nazliana says that when she attended the Posyandu with other pregnant woman they received counselling and talks about ante natal care, immunization, iron tablets, and additional nutrition.
pemberian perawatan ante-natal melalui kegiatan kunjungan desa bulanan di Posyandu.” Nazliana menjelaskan bahwa ia datang ke Posyandu dengan ibu-ibu lainnya dimana mereka mendapatkan bimbingan dan
When asked where women can go when there is a problem or complication with their newborn baby, Nazliana says that mothers generally go to Posyandu or the community midwife’s house, and if there are complications, the community midwife may then refer them to an Obstetric Gynaecologist for further examination.
informasi mengenai perawatan ante-natal, imunisasi, pil zat besi, dan gizi tambahan. Ketika ditanya ke mana ibu-ibu dapat berkunjung ketika terjadi masalah atau komplikasi pada bayi mereka yang baru lahir, Nazliana berkata bahwa para ibu umumnya ke Posyandu atau rumah bidan desa, dan jika terdapat komplikasi, bidan desa dapat merujuknya ke seorang spesialis Obstetric Gynaecologist untuk
Nazliana’s second baby, Syarifah Anggianur, was born on April 8, 2009 and weighed 3 kilos. It was a normal delivery attended by a community midwife, without any complications. Ten days after birth, red spots began to show across Syarifah’s body, which Nazliana tried to cure using a traditional method involving the application of baking powder. The symptoms persisted. On the third neonatal visit, the community midwife gave the Nazliana an ointment for the spots, which healed the condition in a week. Since the birth, Nazliana has been regularly breastfeeding, as advised by the community midwife. Baby Syarifah reached the healthy weight of 4 kilos after two and a half weeks.
pemeriksaan lebih lanjut.. Bayi kedua Nazliana, Syarifah Anggianur, lahir pada 18 April, 2009 dengan berat tiga kilo. Persalinannya normal dengan dibantu oleh seorang bidan desa, tanpa adanya komplikasi. Sepuluh hari setelah lahir, bintik-bintik merah mulai tampak di seluruh badan Syarifah, yang berusaha diobati oleh Nazliana dengan menggunakan cara tradisional yaitu pemakaian tepung masak. Gejala tidak kunjung hilang. Pada kunjungan neo-natal ketiga, bidan desa memberikan obat salep, dan kondisi tersebut sembuh dalam waktu seminggu. Sejak kelahiran tersebut, Nazliana secara teratur memberi ASI, sebagaimana yang dinasehatkan oleh bidan desa. Syarifah mencapai berat badan sehat yakni empat kilo setelah dua setengah minggu.
53
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
By the numbers
Berdasarkan angka
as of September 2009 / hingga September 2008
IOM Harvard Medical School Programme, Aceh Program IOM Harvard Medical School, Aceh
5 47
Districts in Aceh covered by IOM and HMS health programmes / Kabupaten di Aceh dicakup oleh program kesehatan IOM dan HMS
Sub-Districts in Aceh covered by IOM and HMS health programmes / Kecamatan di Aceh dicakup oleh program kesehatan IOM dan HMS
107
Midwife clinical educators trained in childbirth emergencies / Pelatih klinis bidan yang dilatih di bidang pertolongan persalinan darurat
653
Village midwives trained in childbirth emergencies in Aceh Barat, Nagan Raya and Aceh Jaya / Bidan desa dilatih tentang persalinan darurat di Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya
5,992
Conflict-affected people received direct health assistance / Korban konflik menerima bantuan kesehatan
1,530
Mentally ill patients received treatment and follow-up / Pasien penyakit jiwa menerima perawatan dan perawatan lanjutan
48
Midwives trained as clinical educators for 661 village midwives in 17 sub-districts of Bireuen / Bidan dilatih sebagai pelatih klinis bagi 661 bidan desa di 17 kecamatan di Bireuen
270
Community mental health nurses and village volunteers trained in counselling and early detection of mental illness / Perawat kesehatan mental masyarakat dan relawan yang dilatih tentang konseling dan deteksi dini penyakit kejiwaan
598
Midwives evaluated on their skills and knowledge by using the “Observed Structured Clinical Exam” / Bidan dievaluasi keterampilan dan pengetahuannya dengan menggunakan “Observed Structured Clinical Exam”
357
Village midwives given additional training on post partum survival training focusing on mothers and neonates under 2 months old / Bidan desa diberikan pelatihan tambahan tentang keselamatan pasca-persalinan yang berfokus pada ibu dan bayi di bawah 2 bulan 1 October 2008 - 30 September 2009 / 1 Oktober 2008 - 30 September 2009
Migration Health Assessments and Irregular Migrants Programme, Indonesia Program Pemeriksaan Kesehatan Migrasi dan Migran Gelap, Indonesia
377 5,657
Immigrants and refugees underwent immigration health assessment through the IOM clinic / Imigran dan pengungsi yang menjalani pemeriksaan kesehatan migrasi melalui klinik IOM
Irregular migrants received direct health and psychosocial assistance from IOM / Irregular migrants received direct health and psychosocial assistance from IOM
8,789
Total number of health consultations provided to irregular migrants under the care of IOM (7,088 males and 1,701 females) / Jumlah total konsultasi medis yang diberikan kepada para migran gelap yang diurus IOM (7.088 pria dan 1.701 perempuan)
1,764
Irregular migrants with health problems referred for hospital management and care / Migran gelap dengan masalah kesehatan yang dirujuk ke rumah sakit
656
Pre-departure health checks conducted for Assisted Voluntary Return, resettlement to the third countries and irregular migrants transferred within Indonesia / Pemeriksaan kesehatan pra-keberangkatan yang dilaksanakan dalam rangka Pemulangan Sukarela yang Dibantu (Assisted Voluntary Return), penempatan di negara ketiga dan para migran gelap yang dipindahkan di dalam Indonesia
Migration and Development Migrasi dan Pembangunan
56
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Remittances Remitensi
Remittances are a key source of income for countries around the world – especially for those like Indonesia, which sends hundreds of thousands of workers abroad each year.
Remitensi merupakan sumber pendapatan utama bagi berbagai negara di dunia – khususnya bagi negara seperti Indonesia, yang mengirimkan ratusan ribu pekerja ke luar negeri setiap tahunnya.
Overseas employment has become a key livelihood option for many Indonesian workers. Poverty and limited employment opportunities at home continue to trigger outward migration, with many Indonesians viewing migration as an opportunity to access higher wages and a better standard of living.
Bekerja di luar negeri telah menjadi sebuah pilihan mata pencaharian utama bagi banyak tenaga kerja Indonesia. kemiskinan dan terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri terus memicu migrasi ke luar negeri, dimana banyak warga Indonesia
memandang
migrasi
sebagai
peluang
untuk
mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan standar kehidupan yang lebih baik.
Remittances represent tangible contributions that migrants make to their families, communities and the development of their home countries. According to Bank Indonesia, Indonesia received USD 6.6 billion in remittances in 2008. Remittances represent a significant proportion of all foreign direct investment in the country, supplying an important source of foreign exchange.
Improving Knowledge of Remittance Corridors and Enhancing Development through Inter-Regional Dialogue and Pilot Projects in Southeast Asia and Europe – Special Focus on the Philippines and Indonesia In order to better understand key remittance corridors to Indonesia, IOM Indonesia, in coordination with IOM Philippines, launched a project in 2008 that focused on data collection on the Italy-Philippines, NetherlandsIndonesia, Malaysia-Indonesia and Malaysia-Philippines remittance corridors, policy dialogues and pilot project implementation. The IOM project, which is funded by the European Commission under its AENEAS programme, brings together regional key actors in development and migration, including representatives from the Indonesian government, civil society organisations and the banking sector, in order to deepen regional understanding of the
Remitensi merupakan kontribusi nyata yang diberikan para migran ke keluarga, masyarakat dan pembangunan di negara asal mereka. Menurut Bank Indonesia, Indonesia menerima ASD 6,6 milyar dalam bentuk remitensi pada 2008. Remitensi mewakili porsi yang besar dari semua investasi luar negeri langsung di Indonesia, dan memberikan sumber devisa yang penting.
Meningkatkan Pengetahuan tentang Koridor Remitensi dan Meningkatkan Pembangunan melalui Dialog InterRegional dan Proyek Percontohan di Asia Tenggara dan Eropa – Fokus Khusus pada Filipina dan Indonesia Untuk lebih memahami koridor-koridor remitensi utama ke Indonesia, IOM Indonesia, berkoordinasi dengan IOM Filipina, meluncurkan sebuah proyek pada 2008 yang berfokus pada pengumpulan data tentang koridor remitensi Itali - Filipina, Belanda-Indonesia, Malaysia-Indonesia dan Malaysia - Filipina, dialog kebijakan dan pelaksanaan proyek percontohan. Proyek IOM, yang didanai oleh Komisi Eropa di bawah program AENEAS
tersebut,
mempertemukan
para
pelaku
utama
pembangunan dan migrasi di kawasan ini, termasuk para perwakilan dari pemerintah Indonesia, organisasi masyarakat sipil
dan
sektor
perbankan,
dalam
rangka
mendalami
pemahaman regional tentang peran-peran kompleks yang
57
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
complex roles played by remittance corridors in development.
digerakkan oleh koridor-koridor remitensi pada pembangunan.
The project is being implemented in three phases.
Proyek ini diimplementasikan dalam tiga fase.
• Phase One Indonesia: Research on remittance corridors between the Netherlands and Indonesia, and Malaysia and Indonesia (November 2008-April 2009).
• Fase Satu Indonesia: Riset tentang koridor-koridor remitensi
• Phase Two Indonesia: IOM hosts Inter-regional Policy Dialogue: Harnessing the Development Potential of Indonesian Migrant Workers’ Remittances (MalaysiaIndonesia Corridor and Netherlands-Indonesia Corridor as case points), 6-7 May 2009, Jakarta.
• Fase Dua Indonesia: IOM menyelenggarakan Dialog Kebijakan
In May 2009 IOM hosted a two-day regional policy dialogue on remittances and development in Jakarta, which acted as a forum for government, civil society, financial institutions, academic researchers and diaspora organisations to foster linkages between migrants’ remittances and development. The full text of the report and accompanying annexes is available for download on the IOM Indonesia website (www.iom.or.id) • Phase Three Indonesia: Pilot Projects (July 2009 - January 2010). In the final phase of the project, pilot projects are being implemented based on the findings of the first two phases of the project, the research, and the Policy Dialogue. One of the key issues that emerged from the earlier phases of the project was the low level of financial literacy among migrants and their family members, and their consequent lack of knowledge of the importance of financial planning. To combat this lack of financial literacy, IOM has developed a training module in close collaboration with MICRA and the TIFA Foundation on Financial Literacy for migrants. IOM has also piloted training of trainers in financial literacy and safe migration in Nusa Tenggara Barat, and selected trained trainers to conduct trainings for former migrant workers and
antara Belanda dan Indonesia dan Malaysia dan Indonesia (Nopember 2008-April 2009).
Inter-Regional: Memanfaatkan Potensi Pembangunan dari Remitensi Tenaga Kerja Migran Indonesia (Koridor MalaysiaIndonesia dan Belanda-Indonesia sebagai studi kasus), 6-7 Mei 2009, Jakarta. Pada Mei 2009 IOM menyelenggarakan sebuah dialog kebijakan regional mengenai remitensi dan perkembangan selama dua hari di Jakarta, yang berfungsi sebagai suatu forum bagi pemerintah, masyarakat sipil, lembaga-lembaga keuangan, para periset akademis dan organisasi diaspora untuk meningkatkan hubungan antara remitensi migran dan pembangunan. Naskah lengkap laporan dan lampiranlampiran yang menyertainya dapat diunduh di situs web IOM Indonesia (www.iom.or.id). • Fase Tiga Indonesia: Proyek-proyek Percontohan (Juli 2009 - Januari 2010.) Pada fase terakhir proyek ini, proyek-proyek percontohan dilaksanakan dengan didasarkan pada temuantemuan dari kedua fase pertama proyek, riset, serta Dialog Kebijakan. Salah satu permasalahan pertama yang timbul pada fase awal proyek adalah rendahnya tingkatan pengetahuan keuangan diantara para migran dan keluarga mereka, serta kurangnya pengetahuan mereka mengenai pentingnya perencanaan keuangan. Untuk menanggulangi keterbatasan pengetahuan keuangan ini, IOM telah mengembangkan sebuah modul pelatihan melalui kerjasama dengan MICRA dan Yayasan TIFA tentang Pengetahuan Keuangan bagi migran. IOM juga telah memprakarsai pelatihan pelatih di bidang pengetahuan keuangan dan migrasi yang aman di Nusa Tenggara Barat, serta pelatih terlatih yang telah dipilih untuk menyampaikan
58
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
59
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
their family members. These activities were accompanied by the dissemination of brochures and posters in Nusa Tenggara Barat on financial literacy and safe migration. In order to deepen the involvement of the Indonesian diaspora in the Netherlands, IOM facilitated a workshop for Indonesian organizations in the Netherlands from 7-8 November 2009 to establish an Indonesian diaspora platform and to foster cooperation between the Indonesian diaspora and development organizations in Indonesia.
pelatihan bagi para mantan pekerja migran dan para anggota keluarganya. Kegiatan-kegiatan ini disertai dengan penyebaran brosur dan poster tentang pengetahuan keuangan dan migrasi yang aman. Guna memperdalam keterlibatan diaspora Indonesia di Belanda, IOM memfasilitasi sebuah lokakarya bagi organisasiorganisasi Indonesia di Belanda dari 7 hingga 8 November 2009 untuk membentuk sebuah landasan diaspora Indonesia dan untuk membina kerjasama antara diaspora Indonesia dan organisasi-organisasi pembangunan di Indonesia.
Cerita kemanusiaan Human interest story Partnership
With
Migrant
Overseas Placement Agency
IOM has been working in close cooperation with the government agency responsible for facilitating migrant placements overseas and protecting migrants throughout the migration process – the National Board for Placement and Protection of Migrant Workers (BNP2TKI). The collaboration is through IOM’s regional project “Improving Knowledge of Remittance Corridors and Enhancing Development through Interregional Dialogue and Pilot Projects in Southeast Asia and Europe (with special focus on the Philippines and Indonesia)”.
Kemitraan
Penempatan
dengan
Tenaga
Migran di Luar Negeri
Agen
Kerja
IOM telah bekerjasama secara dekat dengan badan pemerintahan yakni Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), yang bertanggung jawab memfasilitasi penempatan migran di luar negeri dan melindungi migran selama proses migrasi. Kerjasama ini direalisasikan melalui proyek-proyek regional IOM: “Meningkatkan Pengetahuan Tentang Koridor-koridor Remitensi dan Meningkatkan Pembangunan melalui Dialog Inter-Regional dan Proyek-proyek Percontohan di Asia Tenggara dan Eropa (dengan fokus khusus pada Filipina dan Indonesia)”. Ibu Lisna Yuliani Poeloengan, Direktur Pemberdayaan pada
Ms. Lisna Yuliani Poeloengan, Director of Empowerment at BNP2TKI, says that IOM’s project has contributed to increased cooperation between IOM and BNP2TKI. “IOM’s support for BNP2TKI’s programmes in financial education and safe migration has been important,” says Ms Poeloengan. “This project has strengthened the agency’s capacity to protect migrants.”
BNP2TKI, mengatakan bahwa proyek IOM telah memberi kontribusi pada peningkatan kerjasama antara IOM dan BNP2TKI. “Dukungan IOM terhadap program-program BNP2TKI di bidang pendidikan keuangan dan migrasi yang aman telah memainkan peranan penting,” kata Ibu Poeloengan. “Proyek ini telah memperkuat kapasitas agen untuk melindungi para migran.” BNP2TKI merupakan titik penghubung yang penting bagi semua
BNP2TKI is an important focal point for all agencies and organizations working on migration and development initiatives in Indonesia. For IOM’s pilot projects in Nusa Tenggara Barat, the close relationship between BNP2TKI and IOM ensured that the pilot projects on financial literacy also benefited from the participation of NGOs carrying out similar programmes in the area, including the TIFA Foundation.
instansi dan organisasi yang terlibat di bidang inisiatif migrasi dan pembangunan di Indonesia. Bagi proyek-proyek percontohan IOM di Nusa Tenggara Barat, hubungan yang erat antara BNP2TKI dan IOM memastikan bahwa proyek-proyek percontohan di bidang pengetahuan keuangan tersebut juga mendapat manfaat dari partisipasi para LSM yang melaksanakan programprogram yang serupa di bidang tersebut, termasuk Yayasan TIFA. Ibu Poeloengan menekankan berbagai tantangan yang ada di
Ms. Poeloengan emphasizes the numerous challenges that lie ahead. “These projects bring tangible change to people’s lives. Capacity building for both BNP2TKI and local government offices is essential, as is improved policymaking: it is important that more funds are made available for migration initiatives,” she says.
masa mendatang. “Proyek-proyek ini membawa perubahan yang nyata pada kehidupan orang. Penguatan kapasitas bagi BNP2TKI serta dinas-dinas di daerah adalah penting, demikian juga penyempurnaan pembuatan kebijakan: adalah penting agar pendanaan yang lebih besar disediakan untuk inisiatif-inisiatif migrasi,” ujar beliau.
Regulating Migration Pengaturan Migrasi
62
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Return Assistance for Migrants and Governments
Bantuan Pemulangan bagi Migran dan Pemerintah
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
63
64
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Irregular Migration Migrasi Gelap
Background
Latar Belakang
The Management and Care of Irregular Immigrants Project (MCIIP) commenced in 2007 and will be completed by the end of 2009. MCIIP seeks to enhance the Indonesian Directorate General of Immigration (Immigration)’s capacity to care and manage irregular immigrants in Indonesia through the development of standard operating procedures incorporating: human rights instruments; the enhancement of Immigration’s returns function; and the renovation and refurbishment of two detention facilities. Combined, these three project components will ensure that irregular immigrants detained in Indonesia will be provided with a standard of care that complies with international standards.
Proyek Penanganan dan Perawatan Imigran Gelap (Management
The MCIIP team operates in two locations: embedded within Immigration, providing advice directly to the Director of Law Enforcement and Investigation; and in Tanjung Pinang, Bintan Island.
Tim MCIIP bekerja di dua lokasi: dari dalam Imigrasi,
Refurbishment and Renovation
Melengkapi dan Renovasi
To ensure that irregular immigrants are provided with appropriate care, it is essential that detention facilities are maintained well. Indonesian detention centres have been in a state of disrepair for many years, because Immigration has had insufficient funds to provide regular maintenance and do repairs. Immigration and IOM have cooperated closely on the refurbishment and renovation works.
Adalah penting menjaga fasilitas-fasilitas detensi dirawat dengan
Standard Operating Procedures
Prosedur Operasional Standar
Immigration has worked closely with IOM to identify the procedural needs of staff in detention facilities and to collaborate on the development of a standard operating procedural (SOP) manual for use in all detention houses, detention rooms and border checkpoints.
Imigrasi telah bekerjasama secara erat dengan IOM guna
and Care of Irregular Immigrants Project - MCIIP) diluncurkan pada 2007 dan akan selesai pada akhir tahun 2009. MCIIP bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Direktorat Jenderal Imigrasi Republik Indonesia (Imigrasi) untuk merawat dan mengatur imigran gelap di Indonesia melalui pengembangan prosedur operasional standar yang mencakup: instrumen hak azazi manusia (HAM); peningkatan fungsi pemulangan Imigrasi; dan renovasi dan perbaikan dua fasilitas detensi. Jika digabungkan, ketiga komponen proyek ini akan menjamin bahwa para imigran gelap yang berada dalam detensi di Indonesia akan diberikan perawatan standar yang sesuai dengan standar internasional.
memberikan nasehat langsung kepada Direktur Penegakan Hukum dan Penyelidikan; dan di Tanjung Pinang, Pulau Bintan.
baik demi kepastian diberikannya perawatan yang memadai bagi para imigran gelap. Pusat-pusat detensi di Indonesia berada dalam kondisi yang buruk selama bertahun-tahun, karena Imigrasi mengalami kekurangan dana untuk melakukan perawatan secara berkala dan melakukan perbaikan. Imigrasi dan IOM telah bekerjasama secara erat dalam melengkapi dan merenovasi fasilitas-fasilitas tersebut.
mengidentifikasi kebutuhan prosedural para staf di fasilitas detensi dan untuk bekerjasama dalam pengembangan sebuah panduan prosedur standar operasional (standard operating procedure - SOP) untuk digunakan di berbagai rumah detensi, ruang detensi dan tempat pemeriksaan imigrasi.
65
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
The SOPs provide guidance on the care of all detainees in relation to food, healthcare, communication, grievances and other aspects of daily life in a detention facility. The SOPs also provide for the needs of special groups including individuals with a disability and unaccompanied minors.
SOP tersebut memberikan panduan mengenai perawatan detainee
terkait
dengan
masalah
makanan,
perawatan
kesehatan, komunikasi, keluhan dan aspek lainnya dalam kesehari-harian sebuah fasilitas detensi. SOP tersebut juga memenuhi kebutuhan kelompok-kelompok khusus, termasuk individu dengan cacat fisik serta anak di bawah umur yang tidak memiliki pendamping.
IOM developed a training package for the SOPs and conducted a Training of Trainers followed by a national training programme in Jakarta, Makassar, Batam and Bali. The national training programme was conducted by Immigration trainers, with the support of the IOM MCIIP team.
IOM mengembangkan sebuah paket pelatihan untuk SOP dan menyelenggarakan sebuah Pelatihan untuk Para Pelatih (ToT) yang diikuti oleh program pelatihan nasional di Jakarta, Makassar, Batam dan Bali. Program pelatihan nasional tersebut dilaksanakan oleh para pelatih Imigrasi, dengan dukungan dari tim MCIIP IOM.
The SOPs training introduced participants to international human rights instruments and their application in a detention environment. Over a threeday training course, Immigration Officers learnt how the SOPs related to international standards and how they would assist in the care of detainees.
Pelatihan SOP memperkenalkan peserta pada instrumeninstrumen internasional HAM dan penerapannya dalam lingkungan detensi. Selama masa pelatihan berjangka waktu tiga hari tersebut, para petugas Imigrasi belajar mengenai bagaimana SOP terkait dengan standar internasional dan bagaimana mereka dapat membantu dalam perawatan para detainees.
The SOPs will be formally adopted by Immigration in the form of directives and manuals made available to all detention facilities. The directives on the SOPs will form part of the series of directives and regulations issued by the Directorate General, and as such will be included in the Immigration Academy’s programme of study.
Regional (RCA)
Cooperation
Agreement
IOM works closely with the Indonesian and Australian authorities to support their efforts to regulate the movement of irregular migrants through Indonesia.
SOP tersebut akan secara resmi diberlakukan oleh Imigrasi dalam bentuk instruksi dan pedoman yang diterbitkan untuk semua fasilitas detensi. Instruksi tentang SOP tersebut akan menjadi bagian dari serangkaian instruksi dan peraturan yang dikeluarkan oleh Ditjen, dan dengan demikian akan dimasukkan ke dalam kurikulum program Akademi Imigrasi.
Perjanjian Kerjasama Regional (Regional Cooperation Agreement RCA) IOM bekerjasama secara erat dengan pihak berwenang dari Indonesia dan Australia guna mendukung upaya mereka untuk mengatur lalu lintas migran gelap melalui Indonesia.
Refugees, asylum seekers and failed asylum seekers are referred to IOM by Immigration or by UNHCR. They receive basic accommodation, medical care, allowances for food, and counselling from IOM field staff.
Para pengungsi, pencari suaka dan pencari suaka yang ditolak dirujuk ke IOM oleh Imigrasi ataupun UNHCR. Mereka menerima akomodasi dasar, perawatan medis, uang saku untuk makanan, dan konseling dari staf lapangan IOM.
66
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
67
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Reinforcing Management of Irregular Migration (RMIM)
Penguatan Penanganan Migrasi Gelap (Reinforcing Management of Irregular Migration - RMIM)
The “Reinforcing Management of Irregular Migration in Indonesia through the Setting Up of a Network of Monitoring and Coordination Offices” project is implemented by IOM, in collaboration with Immigration (DITJENIM) at the Ministry of Legal and Human Rights Affairs, and the Indonesian National Police (MABES POLRI), with the support of the Australia’s Department of Immigration and Citizenship (DIAC).
Proyek “Penguatan Penanganan Migrasi Gelap di Indonesia melalui Penciptaan Jaringan Kantor Pemantauan dan Koordinasi” dilaksanakan oleh IOM, bekerjasama dengan Imigrasi (DITJENIM) dari Departemen Hukum dan HAM, serta Kepolisian Republik Indonesia (MABES POLRI), dengan dukungan Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan Australia (DIAC.) Di bawah RMIM, IOM memelihara sebuah jaringan kantor di
Under the RMIM, IOM maintains a network of offices throughout Indonesia to enhance assistance currently provided under the RCA.
seluruh Indonesia guna meningkatkan bantuan yang saat ini diberikan dibawah RCA. IOM memberitahukan kepada migran mengenai hak-hak mereka
IOM informs migrants of their rights in claiming asylum and refers those who wish to submit such requests to UNHCR. IOM continues to provide care and maintenance services while migrants are being considered by UNHCR for refugee status. IOM also facilitates assisted voluntary returns should the migrants opt to return home.
untuk meminta suaka dan merujuk mereka yang ingin mengajukan permintaan tersebut ke UNCHR. IOM terus memberikan layanan perawatan dan pemeliharaan selama para migran dipertimbangkan oleh UNHCR apakah akan mendapatkan status pengungsi. IOM juga memfasilitasi pemulangan sukarela yang dibantu jika para migran tersebut memilih untuk pulang ke negara asal mereka. IOM bekerjasama menangani kekurangan-kekurangan yang ada
IOM is working to address existing gaps and strengthen coordination between immigration, police and local government officials by providing training and through awareness-raising activities.
dan memperkuat koordinasi antara pejabat imigrasi, kepolisian dan pemerintah daerah dengan memberikan pelatihan melalui kegiatan peningkatan kesadaran. Tujuan umum dari proyek ini adalah memberi kontribusi pada
The overall objective of the project has been to contribute to the regional efforts of Indonesia and Australia to focus on irregular migration, while at the same time ensuring the decent treatment of stranded migrants.
upaya regional yang dilakukan oleh Indonesia dan Australia
One of its specific aims is to monitor migration flows and provide timely and efficient management of intercepted irregular migrants. This is being achieved by establishing effective coordination mechanisms between responsible law enforcement agencies at the local level through regular targeted training sessions.
Salah satu tujuan khususnya adalah untuk memantau arus
By the numbers
untuk memfokuskan migrasi gelap, dan pada saat yang bersamaan memastikan perlakuan yang layak bagi para migran yang terdampar.
migrasi dan memberikan penanganan yang tepat waktu dan efisien terhadap para migran gelap yang tertangkap. Hal ini dicapai dengan menciptakan mekanisme koordinasi yang efektif antara para instansi penegak hukum yang bertanggung jawab di tingkat daerah melalui pelatihan-pelatihan terfokus secara berkala.
Berdasarkan angka
as per 31 December 2009 / hingga 31 Desember 2009
Irregular Migrants Under IOM Indonesia Assistance Irregular Migrants Under IOM Indonesia Assistance
487
Afghanistan
40
Vietnam
347
Sri Lanka
19
Iran
188
Iraq
17
Pakistan
147
Myanmar
19
Other
1,323
Total
59
Bangladesh
68
Counter Trafficking
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Unit Penanggulangan Perdagangan Manusia
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
69
70
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Combating Human Trafficking in Indonesia Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia
Counter-Trafficking Unit
Unit Penanggulangan Perdagangan Manusia
Indonesia is a country of source, transit and destination for human trafficking. The majority of victims, both internally and externally, are women and children who are trafficked for domestic labour or sexual exploitation. Trafficking of persons in Indonesia – the fourth most populous country in the world – is increasingly recognized by the government and the international community as a major problem and a serious abuse of human rights.
Indonesia merupakan negara pengirim, transit dan tujuan industri perdagangan manusia. Sebagian besar korban, baik yang internal maupun eksternal, adalah perempuan dan anak yang diperdagangkan untuk bekerja di rumah tinggal atau eksploitasi seksual. Perdagangan manusia di Indonesia – yang merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia – semakin dipandang oleh pemerintah dan komunitas internasional sebagai masalah besar dan pelanggaran serius terhadap hak azasi manusia (HAM).
Since 2003, IOM has actively contributed to Indonesia’s efforts to fight human trafficking by supporting the establishment of a comprehensive and sustainable law enforcement programme and a corresponding victim assistance and protection programme, as well as providing direct return, recovery and reintegration assistance to both internally and externally trafficked persons.
Sejak 2003, IOM telah secara aktif memberi kontribusi pada upaya Indonesia untuk memerangi perdagangan manusia dengan mendukung penciptaan sebuah program penegakan hukum yang menyeluruh dan berkesinambungan. Selain itu suatu program pendampingan dan perlindungan korban, juga dihadirkan untuk memberikan bantuan pemulangan, pemulihan dan reintegrasi kepada orang-orang yang telah diperdagangkan baik secara internal maupun eksternal.
IOM has supported Indonesia’s efforts to implement anti-trafficking legislation introduced in 2007, which focuses on prosecuting traffickers and protecting victims. In 2009, IOM was an active partner with other agencies in providing technical assistance to define the framework for applying the anti-trafficking legislation at both local and national levels.
IOM telah mendukung upaya Indonesia untuk menerapkan perundang-undangan anti perdagangan manusia yang diberlakukan pada 2007, dengan berfokus menuntut para pelaku dan melindungi para korban. Pada 2009, IOM bertindak sebagai mitra aktif bersama para lembaga lainnya, memberikan bantuan teknis membangun kerangka dalam menerapkan perundang-undangan anti perdagangan manusia baik di tingkat daerah maupun nasional.
Technical Support for Government and NGO Partners IOM’s capacity-building efforts have focused on providing direct assistance to victims of trafficking, while simultaneously strengthening the institutional capacity of key government agencies to implement effective and relevant victim assistance and protection policies.
Bantuan Teknis bagi Pemerintah dan Mitra Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Upaya pengembangan kapasitas IOM berfokus pada penyediaan bantuan langsung kepada korban perdagangan manusia. Pada saat yang bersamaan memperkuat kapasitas kelembagaan lembagalembaga utama di pemerintahan guna mengimplementasikan bantuan korban yang efektif dan relevan serta kebijakan-kebijakan
Through IOM’s targeted trainings, stakeholders across the country have gained a greater understanding of trafficking by providing services to victims under the supervision of IOM, which acted to ensure standards of confidentiality and care.
di bidang perlindungan. Melalui pelatihan terfokus yang diselenggarakan oleh IOM, para pemegang kepentingan di seluruh Indonesia telah mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang perdagangan manusia
71
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM provided training – both administrative and issue-based – to government officials, and supported 81 partners from the non-government and faith-based organizational sectors through targeted training on appropriate return, recovery, and reintegration principles.
melalui pemberian bantuan kepada korban di bawah pengawasan IOM, yang menitik beratkan pada kerahasiaan dan perawatan. IOM menyediakan pelatihan – baik adminstratif maupun yang menyangkut pokok permasalahan – bagi pejabat pemerintah, dan membantu 81 mitra dari lembaga swadaya maupun keagamaan
In an effort to embed counter-trafficking thinking in national legislation and local planning, a key focus of IOM’s capacity building training has been to promote the content and purpose of the 2007 anti-trafficking legislation across all levels of government and civil society.
Assistance for Trafficked Persons Fearing social stigmatization and lacking viable alternatives, many victims of trafficking (VoTs) are retrafficked after returning to their countries of origin. IOM – through the government and local NGOs – provides recovery, return and reintegration assistance to VoTs on a voluntary basis. The VoT recovery and reintegration process is managed on an individual, caseby-case basis. IOM coordinates with VoTs, government and/or local NGOs to develop recovery and reintegration assistance plans suited to the specific needs of the victim in question. Assistance often includes a followup medical examination, follow-up counselling services, and small business and education assistance.
melalui pelatihan terfokus tentang prinsip-prinsip pemulangan, pemulihan dan reintegrasi yang baik. Dalam rangka upaya menanamkan pemahaman tentang antiperdagangan manusia di dalam perundang-undangan nasional dan perencanaan di tingkat daerah, salah satu fokus utama dari pelatihan pengembangan kapasitas IOM adalah untuk memajukan isi dan tujuan dari undang-undang tindak pidana perdagangan manusia tahun 2007 di seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat sipil.
Bantuan bagi Orang-Orang Diperdagangkan
yang
Kekhawatiran atas stigma sosial dan tidak memiliki alternatif yang memadai, banyak korban perdagangan manusia kembali diperdagangkan setelah kembali ke negara asal mereka. IOM – melalui pemerintah dan LSM setempat – memberikan bantuan pemulihan, pemulangan dan reintegrasi kepada korban secara sukarela. Proses pemulihan dan reintegrasi korban dikelola secara individual, dan kasus per kasus. IOM berkoordinasi dengan korban, pemerintah dan/atau LSM lokal guna mengembangkan rencana bantuan pemulihan dan reintegrasi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik korban yang bersangkutan. Bantuan seringkali
Direct assistance to trafficked persons continues to be a central focus for IOM Indonesia, particularly in regard to medical and psychosocial support for victims. In addition to supporting individuals at the IOM Recovery Centre at the Jakarta National Police Hospital, throughout 2009 IOM has continued to build the capacity of government medical staff to harmonize services for victims as mandated under Indonesian law.
mencakup pemeriksaan medis lanjutan, layanan konseling lanjutan, dan bantuan usaha kecil dan pendidikan. Khusus terkait dengan bantuan medis dan psikologis bagi korban, bantuan langsung yang diberikan kepada orang yang telah menjadi korban perdagangan terus merupakan fokus utama IOM Indonesia. Disamping membantu para individu di Pusat Pemulihan Terpadu IOM di RS Polri di Jakarta, selama 2009 IOM terus membangun kapasitas staf medis pemerintah guna mensinergikan layanan bagi
Working in close cooperation with government and civil society partners since March 2005, IOM Indonesia has supported over 3,600 Indonesian VoTs through return, recovery and reintegration assistance.
korban sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang. Bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat sipil sejak Maret 2005, IOM Indonesia telah membantu lebih dari 3.600 korban
72
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
73
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Criminal Justice
perdagangan manusia di Indonesia melalui proses pemulangan, pemulihan dan reintegrasi.
In 2007, the government passed Anti-Trafficking Law 21, providing – for the first time – a comprehensive legal framework containing sweeping provisions that criminalized trafficking and guaranteed victims comprehensive assistance and protection. Despite these efforts, a gap remains between the number of trafficking cases investigated and those actually prosecuted.
Peradilan Pidana Pada 2007, pemerintah mensahkan Undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang untuk pertama kalinya memberikan kerangka hukum komprehensif yang memuat ketentuan-ketentuan menyeluruh yang memperlakukan perdagangan manusia sebagai tindak pidana dan menjamin bantuan dan perlindungan yang
From May 2008 to August 2009, IOM implemented a law enforcement programme to strengthen the capacity of criminal justice agencies to combat human trafficking, as well as to protect victims of trafficking in Indonesia.
menyeluruh bagi korban. Namun walau dengan adanya upaya ini, masih terdapat kesenjangan antara jumlah kasus perdagangan manusia yang diselidiki dan yang akhirnya disidangkan. Sejak Mei 2008 hingga Agustus 2009, IOM menerapkan sebuah program penegakan hukum guna memperkuat kapasitas badan-
Within the framework of this project, IOM provided technical assistance and targeted trainings for police, prosecutors, immigration officials, labour inspectors and judges throughout Indonesia on human trafficking and the Anti-Trafficking Law 21, in an effort to increase convictions while at the same time providing greater protection for victims.
badan peradilan pidana dalam memerangi perdagangan manusia disamping melindungi korban perdagangan di Indonesia. Di dalam kerangka kerja proyek ini, IOM memberikan bantuan teknis dan pelatihan terfokus bagi polisi, penuntut umum, pejabat imigrasi, inspektur tenaga kerja dan hakim di seluruh Indonesia tentang perdagangan manusia dan Undang-undang Anti-Perdagangan Manusia No.21. Hal ini merupakan upaya
In 2009, IOM worked with criminal justice agencies to develop three separate, specialized curricula and training modules to be used in the various training institutions of the Indonesian police, prosecutors and judges.
meningkatkan jumlah vonis bersalah sementara sekaligus memberikan perlindungan yang lebih baik bagi korban. Pada 2009, IOM bekerjasama dengan badan-badan peradilan pidana guna mengembangkan tiga kurikulum khusus yang terpisah serta modul-modul pelatihan untuk digunakan di dalam berbagai lembaga
IOM has also distributed over 10,000 copies of the IOM Guidelines for Prosecution of Trafficking Cases and Victim Protection, and has trained police, prosecutors, judges, diplomats, legal aid offices, NGOs, academics, social workers and other government partners throughout Indonesia in how to deal with cases of human trafficking and how to offer protection to the victims.
pelatihan di lingkungan Polri, Kejaksaan dan Kehakiman. IOM juga telah mendistribusikan lebih dari 10.000 salinan Panduan IOM Untuk Penuntutan Kasus Perdagangan Manusia dan Perlindungan Korban, dan telah melatih polisi, penuntut umum, hakim, diplomat, lembaga bantuan hukum, LSM, akademisi, pekerja sosial dan mitra pemerintahan lainnya di seluruh Indonesia mengenai bagaimana cara menangani kasus-kasus perdagangan manusia dan menawarkan perlindungan kepada para korban.
In 2009, IOM also conducted three Training of Trainers (ToT) workshops: one for police officers, one for judges and one for prosecutors. It also conducted joint coordination seminars bringing together law enforcement and victim assistance actors to strengthen their collaboration in assisting VoTs. Additionally, a legal assistance fund was established to provide assistance to NGOs helping VoTs to take their cases to court.
Masih di tahun yang sama, IOM juga mengadakan tiga lokakarya Pelatihan Untuk Pelatih: satu untuk polisi, satu untuk para hakim, dan satu untuk para jaksa penuntut umum. IOM juga menyelenggarakan seminar koordinasi gabungan yang mempertemukan para penegakan hukum dan pemberi bantuan korban guna memperkuat kerjasama mereka dalam membantu korban perdagangan manusia. Disamping itu, sebuah dana bantuan hukum didirikan guna memberikan bantuan kepada LSM yang membantu korban membawa perkara mereka ke pengadilan.
The Way Forward: By directly cooperating with government and civil society organizations through project implementation, IOM will promote the transfer of knowledge and expertise to partner organizations in Indonesia, strengthening the capacity of these organizations to deliver support in a self-reliant manner and ensuring the sustainability of services. IOM will promote
Jalan Menuju Masa Depan: Dengan cara menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintahan maupun masyarakat melalui penerapan proyek, IOM akan memajukan transfer pengetahuan dan keterampilan bagi para lembaga mitra di Indonesia, memperkuat kapasitas lembagalembaga tersebut untuk memberi dukungan secara swadaya, dan memastikan kesinambungan layanan. IOM memajukan kerjasama
74
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
enhanced cooperation and create synergies between government agencies, NGOs and FBOs with other initiatives that promote victim assistance and protection. The production of training materials and guidelines that can be used regularly by government officials and other partners throughout the region ensures that information continues to flow even after projects have been implemented. IOM designs each activity to fully engage government officials and civil society organizations, better equipping them to respond to the human trafficking phenomenon.
yang telah ditingkatkan dan menciptakan sinergi diantara para
Human interest story #1
Cerita kemanusiaan #1
IOM and RPTC
IOM dan RPTC
– Collaborating to Help Victim Recovery
–
(Protection Home and Trauma Centre)
The Jakarta Protection Home and Trauma Centre (RPTC) has been involved in protecting, rehabilitating, reintegrating and empowering VoTs since its establishment in 2005. Since 2006, IOM has collaborated with the RPTC in its efforts to assist VoTs and ensure that all victims receive a high quality standard of care.
instansi pemerintah, LSM dan organisasi keagamaan melalui inisiatif-inisiatif lain yang memperjuangkan bantuan dan perlindungan bagi korban. Penyusunan bahan-bahan pelatihan dan pedoman yang dapat digunakan secara berkala oleh aparat pemerintah dan mitra lainnya di seluruh kawasan ini menjamin bahwa informasi akan terus mengalir bahkan setelah proyek selesai dilaksanakan. IOM merancang setiap kegiatan sedemikian rupa sehingga melibatkan para pejabat pemerintahan dan organisasiorganisasi kemasyarakatan secara penuh, menjadikan mereka lebih siap untuk menjawab fenomena perdagangan manusia ini.
(Rumah Perlindungan dan Trauma Center) Bekerjasama
Pemulihan Korban
dalam
Membantu
Rumah Perlindungan dan Trauma Center Jakarta (RPTC) telah terlibat dalam melindungi, merehabilitasi, mereintegrasi dan memberdayakan korban perdagangan manusia sejak didirikan pada 2005. Sejak 2006, IOM telah bekerjasama dengan RPTC dalam upayanya membantu korban perdagangan manusia dan menjamin bahwa semua korban menerima standar perawatan
RPTC provides victims of trafficking and victims of other types of abuse with counselling services, educational training, psychosocial support and medical assistance. The centre also arranges for victims’ return home and for their societal reintegration, including the provision of counselling services for victims’ families to ensure their safety and to avoid possible re-trafficking. Mrs. Suparti, the social worker coordinator at RPTC, describes the collaboration between RPTC and IOM as a “great success” as it has greatly expanded the Centre’s capacity to handle victims. As a result of the collaboration, victims now receive free medical and psychosocial services. IOM has enhanced the capacity of RPTC to assist victims through providing targeted training for the Centre’s social workers on reproductive health and safe migration. IOM and RPTC also work together in victim referral, recovery and in ensuring their safe return to their communities.
yang tinggi. RPTC memberikan kepada korban perdagangan manusia dan korban bentuk kekerasan lainnya dengan layanan konseling, pelatihan, dukungan psiko-sosial dan bantuan medis. Fasilitas tersebut juga mengatur kepulangan para korban dan reintegrasi sosial mereka, termasuk penyediaan layanan konseling bagi keluarga korban guna menjamin keselamatan mereka dan menghindari mereka diperdagangkan kembali. Ibu Suparti, koordinator pekerja sosial di RPTC, menyebutkan kerjasama antara RPTC dan IOM sebagai “keberhasilan yang sangat besar” karena telah memperluas kapasitas fasilitas tersebut dalam menangani korban. Sebagai hasil dari kerjasama tersebut, para korban saat ini dapat menerima layanan medis dan psikososial secara cumacuma. IOM telah meningkatkan kapasitas RPTC untuk membantu korban melalui penyediaan pelatihan yang terfokus bagi para pekerja sosial lembaga tersebut di bidang kesehatan reproduksi dan migrasi yang aman. IOM dan PRTC juga bekerjasama dalam melakukan perujukan dan pemulihan korban serta memastikan kepulangan mereka secara aman ke komunitas mereka.
‘Protection homes’ like the RPTC play a vital role in combating human trafficking. The essential services that RPTC provide can help victims of trafficking recover and move towards reintegrating with society. With the number of victims of trafficking coming to the Centre for help increasing, Mrs. Suparti notes that funding remains a key challenge in providing victim assistance and has requested further support from IOM. IOM will continue its important collaboration with RPTC to ensure funds are available to meet the needs of the victims.
‘Rumah-rumah perlindungan’ seperti RPTC memainkan peran penting dalam memerangi perdagangan manusia. Layanan-layanan utama yang disediakan oleh RPTC dapat membantu korban untuk pulih dan melangkah menuju reintegrasi di masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah korban perdagangan manusia yang meminta bantuan ke fasilitas tersebut, ibu Suparti mengutarakan bahwa dana masih merupakan tantangan terbesar dalam memberikan bantuan kepada korban dan telah meminta bantuan lebih lanjut dari IOM. IOM akan meneruskan kerjasamanya dengan RPTC guna memastikan dana tersedianya dana untuk memenuhi kebutuhan para korban.
75
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Human interest story #2
Cerita kemanusiaan #2
Mia’s Story
Kisah Mia
Mia, a 48-year-old woman from a village near Yogyakarta, survived human trafficking. She was recruited by a man called Edwin, who frequently came into her shop in Yogyakarta, told her about great opportunities abroad, and eventually sent her to Suriname.
Mia, perempuan berusia 48 tahun dari sebuah desa dekat
(names have been changed for this story)
(bukan nama sebenarnya)
Yogyakarta, telah selamat dari situasi perdagangan manusia. Ia direkrut oleh seorang pria bernama Edwin, yang seringkali datang ke tokonya di Yogyakarta, menceritakan kepadanya tentang kesempatan-kesempatan menggiurkan di luar negeri, dan akhirnya mengirimkan Mia ke Suriname.
Mia originally told Edwin she didn’t want to move to Suriname, explaining that she would rather open up a business near her home. Edwin was very persistent about the great work opportunities in Suriname, promising Mia that she would be well paid and that the work would be easy. When Mia still refused, Edwin loaned her IDR 15 million to help her set up a business in Yogyakarta.
Pada awalnya Mia memberitahu Edwin bahwa dirinya tidak ingin pindah ke Suriname, karena ia lebih memilih untuk membuka usaha dekat rumahnya. Edwin sangat gigih menawarkan kesempatan di Suriname ini, dan menjanjikan Mia bahwa ia akan dibayar dengan gaji tinggi dan pekerjaannya akan mudah. Ketika Mia masih menolak, Edwin meminjamkan uang kepadanya sebesar Rp 15 juta untuk membantu mendirikan sebuah usaha di Yogyakarta.
When Mia’s business failed and she was unable to repay her loan, Edwin gave her two options: either he would go to the police, or she had to go and work in Suriname. In 2008, Mia went to Suriname, where she was forced into involuntary domestic servitude with other Indonesian workers. Mia explains that Edwin was often angry with them. One day he became so furious that he threw them out of the house. Mia and the other Indonesian victims went to the Indonesian Embassy in Suriname for protection and were later referred to IOM. At the request of the Indonesian Embassy in Suriname, IOM provided return and reintegration assistance for Mia and the other Indonesian victims. Once in Jakarta, Mia received immediate medical and psychosocial support from IOM at the IOM Recovery Centre in Jakarta. In 2009, nearly a year after her ordeal, Mia has returned to Yogyakarta, where she has received further rehabilitation and reintegration assistance from IOM. Today, Mia runs a successful shop near her home and is able to support her family.
Ketika usaha Mia gagal dan ia tidak mampu untuk melunasi hutangnya, Edwin memberinya dua pilihan: ia akan laporkan Mia ke polisi, atau Mia harus pergi bekerja di Suriname. Pada 2008 Mia pergi ke Suriname, dimana ia dipaksa untuk bekerja domestik dengan para pekerja Indonesia lainnya. Mia bercerita bahwa Edwin seringkali marah pada mereka. Suatu hari ia sangat marah sehingga mengusir mereka keluar rumah. Mia dan para korban lainnya kemudian pergi ke kedutaan besar Indonesia di Suriname untuk mendapatkan perlindungan dan kemudian dirujuk ke IOM. Atas permintaan Kedutaan Besar Indonesia di Suriname, IOM memberikan bantuan pemulangan dan reintegrasi kepada Mia dan para korban dari Indonesia lainnya. Setelah tiba di Jakarta, Mia mendapatkan bantuan medis dan psikososial langsung dari IOM di Pusat Pemulihan Terpadu di Jakarta. Pada 2009, hampir setahun setelah pengalamannya yang buruk tersebut, Mia telah kembali ke Yogyakarta, dimana ia mendapatkan bantuan rehabilitasi dan reintegrasi lebih lanjut dari IOM. Sekarang Mia memiliki sebuah toko yang laris dekat rumahnya dan mampu menghidupi keluarganya.
76
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
By the numbers
Berdasarkan angka
1 March 2005 - 30 December 2009 / 1 Maret 2005 - 30 Desember 2009
Counter Trafficking Health Activities Kegiatan Bidang Kesehatan Anti-Perdagangan Manusia
3,453
Victims of Trafficking (VoT) provided with medical and psychosocial recovery at IOM recovery centre /
2,478
VoTs received counselling from a psychologist /
Korban Perdagangan Manusia (VoT) diberi bantuan pemulihan medis dan psikososial di PPT IOM VoT menerima konseling dari psikolog
284
VoTs with psychiatric disorders treated at the Recovery Centre / VoT dengan gangguan jiwa dirawat di PPT
1.31%
Percentage of VoTs who screened positive for HIV and were provided with referrals for treatment out of the 2,593 who volunteered for testing / persentase VoT yang positif mengidap HIV dan diberikan rujukan untuk perawatan dari 2.593 yang diuji secara sukarela
1
Established Recovery Center at the National Police Hospital, Jakarta / Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) didirikan di RS Polri, Jakarta
Number of Trafficked Persons Based on Sex/Age Breakdown Jumlah Korban Berdasarkan Jenis Kelamin/ Usia
3,338 358
Total female: 737 children and 2,601 adults / Total perempuan: jumlah anak-anak 737 dan dewasa 2.601 Total male: 148 children and 210 adults / Total laki-laki: jumlah anak-anak 148 dan dewasa 201
Number of Trafficked Persons Based on Provinces of Origin Jumlah Korban Berdasarkan Daerah Asal
831
West Java / Jawa Barat
12
West Sulawesi / Sulawesi Barat
722
West Kalimantan / Kalimantan Barat
12
South East Sulawesi / Sulawesi Tenggara
457
East Java / Jawa Timur
11
Riau Islands / Kepulauan Riau
422
Central Java / Jawa Tengah
8
West Sumatra / Sumatera Barat
254
North Sumatra / Sumatera Utara
8
Riau / Riau
236
West Nusa Tenggara / Nusa Tenggara Barat
7
North Sulawesi / Sulawesi Utara
189
Lampung / Lampung
5
South Kalimantan / Kalimantan Selatan
163
East Nusa Tenggara / Nusa Tenggara Timur
5
Maluku / Maluku
77
Banten / Banten
5
Bengkulu / Bengkulu
72
South Sumatra / Sumatera Selatan
2
East Kalimantan / Kalimantan Timur
60
South Sulawesi / Sulawesi Selatan
2
Gorontalo / Gorontalo
57
DKI Jakarta / DKI Jakarta
1
Bali / Bali
27
Aceh / Aceh
1
Central Kalimantan / Kalimantan Tengah
18
DI Yogyakarta / DI Yogyakarta
1
Papua (Irian Jaya) / Papua (Irian Jaya)
15
Central Sulawesi / Sulawesi Tengah
1
Bangka-Belitung Islands / Kepulauan Bangka-Belitung
14
Jambi / Jambi
1
(No data) / (Tidak ada data)
* Majority of women are from West Java / Mayoritas perempuan dari Jawa Barat * Majority of men and children are from West Kalimantan / Mayoritas laki-laki dan anak-anak dari Kalimantan Barat
Number of Trafficked Persons Based on Category of Trafficking Jumlah Korban Berdasarkan Kategori Internal Trafficking Perdagangan Internal
365
Total children: 310 female and 55 male /
Cross-border Trafficking Perdagangan Lintas Negara
520
Total anak-anak: 310 perempuan dan 55 laki-laki
320
Total adults, with 310 female and 10 male / Total dewasa: 310 perempuan dan 55 laki-laki
Total children, with 427 female and 93 male / Total anak-anak: 427 perempuan dan 93 laki-laki
2,491
Total adults, with 2,291 female and 200 male / Total dewasa: 2.291 perempuan dan 200 laki-laki
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
77
78
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Number of Trafficked Persons Based on Destination Where They were Trafficked Jumlah Korban Berdasarkan Tujuan Dimana Mereka di Perdagangkan
2,800
Malaysia
8
Suriname
3
East Timor
64
Saudi Arabia
7
Mauritania
2
Arab Emirates
28
Singapore
6
Jordan
2
Brunei Darussalam
27
Japan
6
Taiwan*
2
Oman
20
Kuwait
4
Macau
2
Qatar
12
Syria
4
Thailand
1
Turkey
Iraq
3
Hongkong**
1
United States
9
* Province of China / Provinsi Cina ** Special Administrative Region of China / Daerah Khusus Administrasi Cina
Number of Trafficked Persons Based on Education Level Jumlah Korban Berdasarkan Tingkat Edukasi
1,097
Elementary / Sekolah dasar
739
Drop-out elementary / Keluar sekolah dasar
729
Junior high / Sekolah Menengah Pertama
349
Drop-out junior high / Keluar Sekolah Menengah Pertama
349
Senior high / Sekolah Menengah Atas
202
No school / Tidak sekolah
143
Drop-out senior high / Keluar Sekolah Menengah Atas
61
No data / Tidak ada data
16
University/diploma / Universitas/diploma
11
Drop-out university/diploma / Keluar universitas/diploma * Majority of women and children completed elementary school / Mayoritas perempuan dan anak-anak menyelesaikan sekolah dasar * Majority of men did not finished elementary school / Mayoritas laki-laki tidak menyelesaikan sekolah dasar
Number of Trafficked Persons Based on Reason Victim Left Home Jumlah Korban Berdasarkan Alasan Korban Meninggalkan Rumah
3,260 154
Economic problem/seeking job / Masalah ekonomi/mencari pekerjaan
Family problem / Masalah keluarga
106
Personal problem / Masalah pribadi
86
Other / Lainnya
41
No data / Tidak ada data
41
Education problem / Masalah pendidikan
7
Social political problems: conflict, race / Masalah sosial politik: konflik, ras
1
Medical/health problem / Masalah medis/kesehatan * Majority of men, women, and children left home because of economic problems and to seek jobs. / Mayoritas laki-laki, perempuan, dan anak-anak meninggalkan rumah karena masalah ekonomi dan untuk mencari pekerjaan.
79
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Number of Trafficked Persons Based on Who Recruited the Victim Jumlah Korban Berdasarkan Siapa yang Merekrut Mereka
2,472 286
Agent / Agen
Family member /
58
Other /
55
No data /
Anggota keluarga
277
Neighbour /
Tidak ada data
12
Tetangga
265
Friend / Self contact / Kontak langsung
109
Kidnapped / Diculik
9
Teman
151
Lainnya
Boyfriend / Pasangan
2
Husband / Suami
Legal recruiting agent / Agen perekrutan secara legal * Majority of men, women, and children were recruited by an agent / Mayoritas laki-laki, perempuan, dan anak-anak direkrut oleh agen
Number of Trafficked Persons Based on if Victim Paid Money for Recruitment Jumlah Korban Berdasarkan Apabila Korban Membayar Sejumlah Uang ke Perekrut
3,046 582 68
No / Tidak Yes / Ya No data / Tidak ada data
Number of Trafficked Persons Based on Who Paid Travel/Transport Jumlah Korban Berdasarkan Siapa yang Membayar Perjalanan/Transportasi
3,187 333
Agent/recruiter / Agen/perekrut Selfpaid / Membayar sendiri
71
No data / Agen/perekrut
30
Other / Lainnya
29
Friends / Teman
21
Neighbour / Tetangga
12
Parent / Orangtua
8
Relative / Kerabat
5
Boyfriend/girlfriend / Pasangan
Number of Trafficked Persons Based on Who Handled Victim’s Document Jumlah Korban Berdasarkan Siapa yang Menangani Dokumen Korban
1,391
Labour agent / Agen pekerja
992
Employer / Perusahaan
527
No data / Tidak ada data
298
Individual/victim / Sendiri/korban
261
Other / Lainnya
141
Trafficker / Penyelundup
83 3
Police / Polisi Embassy / Kedutaan * Documents such as passport, ID, visa, etc. / Dokumen seperti paspor, kartu identitas, visa, dll. * Majority of women’s and children’s documents were handled by labour agents. For men there is no data. / Mayoritas dokumen perempuan dan anak-anak ditangani oleh agen pekerja
80
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
81
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Number of Trafficked Persons Based on Mode of Transportation Jumlah Korban Berdasarkan Sarana Transportasi
2,704 793 71
Mixed / Campur
64
Air / Udara
Land / Darat
64
Sea / Laut
No data / Tidak ada data
Number of Trafficked Persons Based on Forms of Work Program Mata Pencaharian Yogyakarta dan Jawa Tengah Promised Work / Pekerjaan yg Dijanjikan
2,085
Domestic worker / Pekerja pumah tangga
498
Waitress / Pramusaji
257
No data / Tidak ada data
216
Shoopkeeper / Pramuniaga
206
Factory worker / Buruh pabrik
173
Plantation worker / Pekerja perkebunan
112
Nanny/babysitter / Pengasuh/penjaga anak
72
Construction/labourer / Konstruksi/buruh
43
Sex worker / Pekerja seks
10
Cultural dancer / Penari tradisional
8
Fisherman / Nelayan
6
Did not work / Tidak bekerja
6
Masseuse / Pemijat
2
Scavenger / Pemulung
1
Baby selling / Menjual bayi
1
Beggar / Pengemis Actual Work/ Pekerjaan Sebenarnya
2,077
Domestic worker / Pekerja rumah tangga
421
Exploitation at transit / Eksploitasi saat transit
591
Forced prostitution / Prostitusi yang dipaksakan
170
Plantation worker / Pekerja perkebunan
90
Waitress / Pramusaji
89
Factory worker / Buruh pabrik
76
Construction/Labourer / Konstruksi/buruh
75
Shopkeeper / Pramuniaga
64
Nanny/babysitter / Pengasuh/penjaga anak
18
Fisherman / Nelayan
6
Beggar / Pengemis
6
Masseuse / Pemijat
6
Scavenger / Pemulung
5
Baby selling / Menjual bayi
2
Cultural dancer / Penari tradisional
* Majority of women and children were promised domestic work / Mayoritas perempuan dan anak-anak dijanjikan pekerjaan rumah tangga. * Majority of men were promised plantation work / Mayoritas laki-laki dijanjikan pekerjaan perkebunan. * Majority of women and children worked as domestic workers and majority of men as plantation workers / Mayoritas perempuan dan anak-anak berkerja sebagai pembantu rumah tangga dan mayoritas laki-laki sebagai pekerja perkebunan.
82
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Number of Trafficked Persons Based on Type of Exploitation Jumlah Korban Berdasarkan Jenis Eksploitasi
2,955
Excessive working hours / Waktu bekerja yang berlebihan
2,646
Total deprivation of wages / Perampasan gaji seutuhnya
587
Partial deprivation of wages / Perampasan sebagian gaji
2,861 291
Freedom of movement totally denied / Kebebasan bergerak sangat dibatasi Freedom of movement partially denied / Kebebasan bergerak sedikit dibatasi
2,758
Verbal/psychological abuse / Penyiksaan secara verbal/psikis
1,758
Physical abuse / Penyiksaan secara fisik
752
Sexual harrasment / Pelecehan seksual
355
Rape / Pemerkosaan
1,963
Deprivation of adequate supply of food and water / Perampasan persediaan makanan dan air
2,133
Lack of health care services in the case of illness / Kurangnya pelayanan kesehatan saat sakit
1,381
Poor sanitary state of living place / Keadaan kebersihan tempat tinggal yang rendah
1,084
Imprisonment / Dipenjara
2,433
Seizure of documents / Penahanan dokumen
1,292
Ideological pressure / Penekanan ideologi
962
Traded to various employers / Dijual kepada beberapa majikan
261
Forced consumption of alcohol / Dipaksa untuk menkonsumsi alkohol
196
Forced use of drugs / Dipaksa untuk menggunakan obat-obatan
318
Not allowed to keep earned money / Tidak diijinkan untuk menyimpan uang pendapatan * Multiple answer / beberapa jawaban
Number of Trafficked Persons Based on How Victim Escaped Jumlah Korban Berdasarkan Cara Korban Melarikan Diri
1,867
By themselves / Sendiri
1,083
Police / Polisi
268
No data / Tidak ada data
154
Employer / Majikan
137
Other / Lainnya
111
NGO / LSM
56
Friend / Teman
20
Customer / Pelanggan
Number of Trafficked Persons Based on Type of Direct Assistance Provided to Victims Jumlah Korban Berdasarkan Jenis Bantuan Langsung yang Diberikan kepada Korban
3,616
Health services / Layanan kesehatan
3,696
General psychosocial counselling / Konseling psikososial umum
2,570
Psychological assessment / Penilaian psikologis
3,376
Assisted return / Bantuan pemulangan
see below
Reintegration assistance / Bantuan reintegrasi *
See details of reintegration below / Lihat detil reintegrasi di bawah
83
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Number of Trafficked Persons Based on Reintegration Assistance Provided to Victims Jumlah Korban Berdasarkan Bantuan Reintegrasi yang Diberikan kepada Korban
1,270
Follow up counselling services / Menindaklanjuti layanan konseling
794
Small business assistance* / Bantuan usaha kecil*
805
Follow up transportation assistance / Menindaklanjuti bantuan transportasi
355
Follow up medical care / Menindaklanjuti layanan medis
158
Education assistance / Bantuan pendidikan
254
Non-formal education assistance / Bantuan pendidikan tidak formal
144
Legal assistance / Bantuan hukum
39 215
Credit union enrollment / Pendaftaran kredit koperasi Refuse any type of reintegration support / Menolak segala macam dukungan reintegrasi *
Small business assistance consisting of the following alternatives: farming, livestock (chicken, ducks, goats, cows, pigs), small shops, motocycle rental, etc depending on the skills possessed by the VoT. / Bantuan usaha kecil terdiri dari beberapa alternatif: pertanian, peternakan (ayam, bebek, kambing, sapi, babi), toko kecil, penyewaan motor, dll. tergantung kepada keterampilan yang dimiliki oleh korban perdagangan manusia.
Number of Trafficked Persons Based on Sexually Transmitted Infections Jumlah Korban Berdasarkan Infeksi Penularan Penyakit Secara Seksual Gonorrhea
Viral warts
3.83 % Female / Perempuan
1.32 % Female / Perempuan
Syphilis
4.05 % Female / Perempuan 2.87 % Male / Laki-laki
23.18 % Male / Laki-laki
Hepatitis B
4.29 % Female / Perempuan
0 % Male / Laki-laki
Trichomoniasis
HIV positive*
6.10 % Female / Perempuan
6.76 % Male / Laki-laki
1.28 % Female / Perempuan
0 % Male / Laki-laki
1. 48 % Male / Laki-laki
Chlamydia *
69.50 % Female / Perempuan 57.14 % Male / Laki-laki
Out of 2,709 tested / Dari 2.709 yang dites
Number of Trafficked Persons Based on Most Common Disease Jumlah Korban Berdasarkan Penyakit yang Paling Umum
925
Urinary tract infection / Infeksi saluran kencing
331
Refraction disorders / Kelainan
829
Reproductive tract infection / Infeksi saluran reproduksi
263
Headache / Sakit kepala
802
Anemia / Anemia
207
Skin parasite & dermatitis / Penyakit kulit
721
Dental caries / Sakit gigi
151
Menstrual cycle disorders / Kelainan siklus menstruasi
603
Candidiasis / Kandidiasis
109
Viral hepatitis / Virus hepatitis
381
Other respiratory disorders / Kelainan saluran pernapasan
102
Physical trauma / Trauma fisik
380
Hypotension / Hipotensi
366
Dyspepsia / Dispepsia
39
Tuberculosis / Tuberculosis
Number of Trafficked Persons Based on Total Victims Who Received Medical Recovery Jumlah Korban Berdasarkan Angka Keseluruhan yang Menerima Layanan Pemulihan Medis
3,272 344
Female / Perempuan Male / Laki-laki
84
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Number of Trafficked Persons Based on Psychological Assessment (June 2005 - September 2009) Jumlah Korban Berdasarkan Penilaian Psikologis (Juni 2005 - September 2009)
29 %
Post-traumatic stress symptoms: Symptoms related to traumatic experiences during trafficking experience (flashbacks, recurring thoughts of abuse, nightmares, avoidance of any reminders of their traumatic experiences, sudden emotional or physical reactions when reminded of traumatic event, cannot recall some details of trafficking experience). / Gejala stres pasca trauma: Gejala-gejala yang terkait dengan pengalaman traumatik selama pengalaman trafiking (kilatan ingatan masa lalu (flashback), ingatan penganiayaan, mimpi buruk, penghindaran hal-hal yang mengingatkan pengalaman traumatik, reaksi emosi atau fisik secara tiba-tiba ketika teringat akan peristiwa traumatik, tidak mampu mengingat berbagai hal mengenai trafiking yang dialami).
82 %
Depression symptoms: Mild-moderate Hamilton scale results (depressed mood, feelings of guilt, sleeping problems, loss of weight, loss of interest in nearly all activities). / Gejala depresi: Hasil skala Hamilton ringan-sedang (perasaan depresi, perasaan bersalah, masalah tidur, berat badan berkurang, hilangnya minat pada hampir semua kegiatan).
11 %
Psychiatric problems: Severe anxiety/depression Hamilton scale results (difficulty controlling symptoms, which clearly interfere with her daily life, work and adjustment in social life). / Masalah psikiatri: Hasil skala Hamilton berupa kecemasan/ depresi berat (kesulitan mengendalikan gejala, yang jelas mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan, dan penyesuaian terhadap kehidupan sosial).
63 %
Anxiety symptoms: Mild-moderate Hamilton scale results (anxious mood, tense/nervous, fearful, difficulty in concentrating and making decision about everyday matters, chest pain, irritability or muscle tension). / Gejala kecemasan: Hasil skala Hamilton tingkat ringan-sedang (rasa cemas, tegang, takut, sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan menyangkut kegiatan seharihari, rasa sakit di dada; mudah kesal, otot tegang).
5%
Excessive use of alcohol: Symptoms are associated with depressed or anxious feelings. / Pengkonsumsian alkohol secara berlebihan: Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas.
3%
Excessive use of drugs (usually metamphetamines): Symptoms are associated with depressed or anxious feelings. / Penggunaan obat-obatan secara berlebihan (umumnya metamphetamines): Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas.
5%
Excessive use of smoking: Symptoms are associated with depressed or anxious feelings. / Merokok secara berlebihan: Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas
10 %
Low self-esteem: Feeling of helplessness, unable to cope, losing control or feeling of worthlessness. Symptoms are associated with depressed feelings. / Kepercayaan diri rendah: Perasaan tidak berdaya, tidak mampu menghadapi masalah; hilang kendali, merasa tidak bernilai. Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas.
9%
Suicidal ideations/plans/attempts: Symptoms associated with severe depressed feelings such as taking sedatives, cutting their veins, etc. / Kecenderungan/ rencana/ upaya bunuh diri: Mengkonsumsi obat penenang, memotong urat nadi, gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi berat.
7%
No psychological problem / Tidak ada masalah psikologis
2,570
Total number of victims / Jumlah total korban
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Number of Trafficked Persons Based on Psychiatric Assessment (June 2005 - September 2009) Jumlah Korban Berdasarkan Penilaian Psikiatris (Juni 2005 - September 2009)
8
Organic, including symptomatic, mental disorder /
2
Mental and behavioural disorders due to psychoactive substance use /
Gangguan mental bersifat organik, termasuk simptomatik Gangguan mental dan perilaku disebabkan penggunaan zat psikoaktif
95
Schizophrenia, schizotypal and delusional disorders / Schizophrenia, Schizotypal and gangguan delusional (mengkhayal)
99
Affective disorders, depressive disorder, bipolar affective disorders, manic disorder / Gangguan afektif, gangguan depresif, gangguan afektif bipolar, manic disorder
82
Neurotic, stress-related and somatoform disorders / Gangguan neurotic, berkaitan dengan stress dan somatoform
3
Mental retardation / Penurunan mental
5
Behavioural and emotional disorders with onset usually occuring in childhood and adolescence / Gangguan perilaku dan emosional yang umumnya bermula di masa kanak-kanak dan remaja
85
86
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Technical Cooperation on
Migration Management and Capacity-Building Kerjasama Teknis pada
Manajemen Migrasi dan Pembangunan Kapasitas
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
87
88
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Police Reform Programme Program Reformasi Polisi
The success of Phase I of IOM’s “Strengthening the Indonesian National Police through Institution Building” police reform programme encouraged IOM, the Royal Netherlands Embassy and the Indonesian National Police (INP) to launch a second phase of the programme in October 2007.
Keberhasilan Fase I dari program reformasi polisi IOM
Phase II of the programme has focused on ensuring sustainable reform and preparing for the programme’s management to be transferred to the INP. The programme aims to reform the INP and create a professional, accountable, effective, and humane law enforcement institution through the implementation of the INP’s national strategy on Community Policing (POLMAS) and the promotion of human rights principles.
Fase II dari program tersebut berfokus pada penjaminan
berjudul “Memperkuat Kepolisian Republik Indonesia Melalui Pembangunan Kelembagaan” telah mendorong IOM, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda serta Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk melancarkan fase kedua program pada Oktober 2007.
reformasi
yang
berkesinambungan
dan
menyiapkan
penyelenggaraan program untuk dialihkan kepada Polri. Program tersebut bertujuan untuk mereformasi Polri dan menciptakan sebuah lembaga penegak hukum yang profesional, bertanggung jawab, efektif, dan manusiawi melalui penerapan strategi
nasional
Polri
tentang
Perpolisian
Masyarakat
(POLMAS) dan pemajuan prinsip-prinsip Hak Azazi Manusia (HAM).
In 2009, IOM has continued to support police reform by facilitating the formulation and passage of INP policies and operational practices, in particular the new INP Chief Regulation (PERKAP) 8, 2009, on “The Implementation of Human Rights Principles and Standards in the Discharge of Duties of the Indonesian National Police.”
Selama 2009, IOM terus mendukung reformasi polisi dengan memfasilitasi penyusunan dan pengesahan kebijakan dan praktek operasional Polri, khususnya Peraturan Kapolri No. 8 tahun 2009 tentang “Pelaksanaan Standar dan Prinsip HAM dalam Pelaksanaan Tugas Polri.” Pasal-pasal dalam Perkap No. 64 tersebut menetapkan panduan-
The Regulation’s 64 articles set out clear guidelines for the conduct of all INP members, comprehensively covering how police must conduct investigations, searches, arrests, summons and confiscation of items from suspects.
panduan yang jelas tentang perilaku anggota Polri, yang secara menyeluruh mengatur bagaimana polisi harus menangani penyidikan, penggeledahan, penangkapan, pemanggilan dan penyitaan barang dari tersangka. Peraturan tersebut secara resmi mengakui hak-hak yang tidak
The rules officially recognize internationally ratified inalienable rights such as: the right to life, freedom from torture, freedom from oppression and freedom of expression. They also recognize and protect vulnerable groups such as women, children, ethnic, religious and sexual minorities.
dapat dilanggar yang telah disahkan secara internasional,
In 2009 IOM continued to strengthen the INP’s education and training institutions by conducting capacity enhancement training for 206 mid-level INP managers and trainers in INP functions including Community Guidance, Criminal Investigation, Intelligence, and Traffic. Participants came from across
Selama periode 2009, IOM terus memperkuat lembaga-lembaga
seperti: hak untuk hidup, bebas dari siksaan, kebebasan dari penekanan dan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat. Peraturan tersebut juga mengakui dan melindungi kelompokkelompok rentan seperti wanita, anak, kelompok minoritas adat, agama dan seksual.
pendidikan dan pelatihan Polri dengan melaksanakan pelatihan peningkatan kapasitas bagi 206 manager dan pelatih Polri tingkat menengah tentang fungsi Polri, termasuk Panduan Masyarakat, Penyelidikan Pidana, Intelijen, dan Lalu Lintas. Peserta datang dari seluruh penjuru Indonesia dan masing-
89
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Indonesia and each function was addressed from a perspective of human rights and community policing.
masing fungsi dibahas dari suatu perspektif HAM dan perpolisian
IOM also conducted a capacity enhancement Training of Trainers (ToT) on Guidance and Counselling for a total of 34 counsellors from across the INP’s first level police schools, who were then able to pass on their knowledge to a further 115 counsellors.
IOM juga menyelenggarakan sebuah Pelatihan Para Pelatih
A group of 21 mid-level INP officers received ToT on gender perspectives, gender mainstreaming and gender in policing. At the higher levels of the INP, all 215 of the INP’s generals attended IOM’s 2009 information dissemination seminar on “Human Rights and Community Policing.”
Sejumlah 21 petugas Polri tingkat menengah menerima Pelatihan Untuk Pelatih tentang perspektif gender, pengarusutamaan gender dan gender dalam pemolisian. Pada tingkatan yang lebih tinggi di tubuh Polri, kesemua 215 jenderal polisi mengikuti seminar perluasan informasi IOM di tahun 2009 tentang “Hak Azazi Manusia dan Perpolisian Masyarakat”.
Human interest story
Cerita Kemanusiaan
INP Reaches out to Civil
Polri Menyentuh Masyarakat
On 15 September 2008, Indonesian National Police (INP) Law Division Head Inspector General Aryanto Sutadi held a consultative meeting with representatives of 15 NGOs to discuss security sector reform and to obtain their input on the INP policy and guidelines on Community Policing.
Pada 15 September 2008, Kepala Divisi Hukum Kepolisian
Society, Seeks Professionalism
masyarakat.
untuk meningkatkan kapasitas menyangkut Bimbingan dan Konseling bagi sejumlah 34 pembimbing dari sekolah kepolisian, yang kemudian dapat meneruskan pengetahuan mereka ke 115 pembimbing lainnya.
Sipil, Menuju Profesionalisme
Republik Indonesia (Polri), Inspektur Jenderal Aryanto Sutadi menyelenggarakan
sebuah
pertemuan
konsultatif
dengan
perwakilan dari 15 LSM guna membahas reformasi sektor keamanan dan untuk mendapat masukan dari mereka mengenai kebijakan dan panduan Polri tentang Perpolisian Masyarakat.
It was the first time that the INP and civil society had come together to discuss a law that was going to impact on the lives of all Indonesians. Facilitated by IOM and the Partnership for Governance Reform, the discussion represented a watershed moment in the INP’s ongoing reform.
Ini merupakan pertama kalinya Polri dan masyarakat sipil bertemu untuk membahas sebuah undang-undang yang akan membawa dampak pada kehidupan semua warga Indonesia. Dengan difasilitasi oleh IOM dan ‘Partnership for Governance Reform’,
diskusi
ini
merupakan
momen
penting
dalam
reformasi Polri yang sedang dilaksanakan ini.
Inspector General Aryanto Sutadi, who is responsible for the process of institutionalizing Community Policing in Indonesia and who represents the INP in the Community Policing Working Group, told the NGO representatives that he hoped that the law would lead to a more integrated, holistic and applicable kind
Inspektur Jenderal Aryanto Sutadi, yang bertanggung jawab atas proses pelembagaan Perpolisian Masyarakat di Indonesia dan yang mewakili Polri dalam Kelompok Kerja Perpolisian Masyarakat,
mengatakan
kepada
para
perwakilan
LSM
bahwa ia berharap undang-undang akan menghasilkan jenis
90
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
of community policing that upholds human rights principles.
perpolisian masyarakat yang lebih terintegrasi, holistik dan
“CP should not be limited to problem-solving – it should also eventually extend to the analysis of social justice issues and crime prevention,” he said.
“Polmas seharusnya tidak terbatas pada penyelesaian masalah
In July 2009, IOM partnered with KontraS, Amnesty International, Praxis, Federation KontraS and POLRI to facilitate another seminar entitled: ‘Understanding Policing: Towards A Professional Indonesian Republic Police.’ Attended by 120 police officer students and a range of civil society representatives and human rights advocates from across Indonesia, the seminar dealt with issues of Community Policing, human rights, and the barriers to ongoing reform, and created a space where stakeholders could share learning and experiences.
Pada Juli 2009, IOM bermitra dengan KontraS, Amnesty
dapat dilaksanakan yang menjunjung tinggi prinsip HAM.
– namun perlu untuk mencakup analisa masalah keadilan sosial dan pencegahan kejahatan,” katanya.
International, Praxis, Federation KontraS dan POLRI untuk memfasilitasi seminar lain berjudul ‘Memahami Pemolisian: Menuju Polri yang Profesional.’ Dengan diikuti oleh 120 siswa perwira polisi dan sejumlah perwakilan masyarakat sipil serta aktifis HAM dari seluruh penjuru Indonesia, seminar tersebut membahas masalah-masalah menyangkut Perpolisian Masyarakat,
HAM,
dan
rintangan-rintangan
terhadap
reformasi, dan menciptakan sebuah wadah dimana para pemegang
kepentingan
dapat
berbagi
pembelajaran
dan
pengalaman.
The Chief of the INP Regulation No. 7 2008 on Community Policing was enacted in October 2009 as a nationwide policy and programme.
Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2008 tentang Perpolisian Masyarakat disahkan pada Oktober 2009 sebagai suatu kebijakan dan program nasional.
To date, over 100,000 police field officers have been trained in Community Policing and Human Rights through a programme facilitated by IOM and funded by the Royal Netherlands Embassy and the European Commission.
By the numbers
Hingga kini, lebih dari 100.000 petugas polisi lapangan telah dilatih di bidang Perpolisian Masyarakat dan HAM melalui sebuah program yang difasilitasi oleh IOM dan didanai oleh Kedutaan Besar Kerajaan Belanda serta Komisi Eropa.
Berdasarkan angka
as of July 2009 / hingga Juli 2009
Technical Cooperation and Capacity Building (Police Project) Proyek Polisi TCCB
499 58
Indonesian National Police (INP) Midlevel & High Rank Managers trained in Community Policing (CP) & Human Rights (HR) / Pejabat menengah dan atas Polri mendapat pelatihan tentang Polisi Kemasyarakatan (Polmas) dan Hak Azazi Manusia (HAM)
INP Police Functioning Trainers of Trainers (ToTs) attended Refresher Course / Polri memfungsikan pelatihan bagi pelatih untuk menghadiri kursus ..???
206
INP Midlevel Managers and Instructors trained on CP & HR in relation to Police functions / Pejabat menengah Polri dan para instruktur mendapat pelatihan tentang Polmas dan HAM yang berhubungan dengan fungsi-fungsi kepolisian
175
Non-Commissioned Officers (Bintara) trained in basic CP Training / Bintara mendapat pelatihan dasar tentang Polmas
1,208
Non-Commissioned Officers (Bintara) trained in basic HR Training / Bintara mendapat pelatihan dasar tentang HAM
200
SESPIM students trained in Public Perception Mapping of the 2009 General Election Security Threat & the use of CP approaches to safeguard 2009 General Election / Siswa/i SESPIM mendapat pelatihan tentang Public Perception Mapping..??
21
Midlevel Police Officers trained to be ToTs in Gender Perspectives & Mainstreaming / Pejabat menengah Polri mendapat pelatihan untuk menjadi pelatih tentang Gender Perspective & Mainstreaming ????
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
34
91
INP Counsellors trained to be ToTs in Guidance & Counselling / Penasihat Polri mendapat pelatihan untuk menjadi pelatih tentang Panduan & Konseling
435
INP Midlevel & High Rank Managers attended Seminar & Workshop on information dissemination on Chief of INP Guidelines for CP Implementation / Pejabat menengah dan atas Polri menghadiri Seminar dan Lokakarya tentang penyebaran informasi dalam hal Panduan dari Kapolri dalam Mengimplementasikan Polmas
350
INP School and Training Centre Counsellors trained in Basic Guidance & Counselling / Penasihat Sekolah dan Pusat Pelatihan Polri mendapat pelatihan tentang Panduan Dasar & Konseling
44
INP Trainers trained to be ToTs in Basic Communication Skills (BCS) & Training Techniques in relation to CP, HR & Gender / Pelatih Polri mendapat pelatihan untuk menjadi pelatih bagi pelatih tentang Kemampuan Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan dalam hubungannya dengan Polmas, HAM dan Jender
1,039
INP School & Training Centres instructors trained in BCS & Training Techniques for CP, HR & Gender / Para instruktur Sekolah dan Pusat Pelatihan Polri mendapat pelatihan tentang Kemampuan Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan untuk Polmas, HAM & Jender
1,680
Community Police Forum (CPF), Community Members & INP members in the targeted area attended sessions on Information Dissemination on CP & HR / Forum Komunitas Polisi, Anggota Komunitas & anggota Polri di area-are yang telah ditargetkan menghadiri sesi tentang Penyebaran Informasi mengenai Polmas & HAM
175
CSO, midlevel & INP high rank managers, legislative, academician participated in the Seminar on Chief of INP Guidelines for Implementation of HR Principles for Law Enforcement Officers / CSO, pejabat menengah & atas Polri, legislatif, kaum akademis berpartisipasi pada Seminar mengenai Panduan dari Kapolri untuk Mengimplementasikan Prinsip-prinsip HAM bagi para petugas penegak hukum
25
SESPIM lecturers/Widya Iswara attended enhancement training in BCS & Training Techniques / Dosen SESPIM/Widya Iswara menghadiri pelatihan tambahan tentang Kemampuan Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan
1,000
Guide Book/Manual on Human Rights for The Indonesian National Police (May 2006) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Buku Panduan/Manual tentang HAM bagi Polri (Mei 2006) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
500
Training Manual on Community Policing for the Indonesian National Police (June 2006) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Manual Pelatihan tentang Polmas bagi Polri (Juni 2006) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
25
Training Manual on Gender in Policing for the Indonesian National Police (November 2008) printed and distributed in Bahasa / Indonesia & English / Manual Pelatihan tentang Jender dalam bagi Polri (Nopember 2008) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia & Inggris
1,500
Training Manual on Basic Communication & Training techniques for National Police School Trainers Enhancement of Capacity Training (October 2008) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Manual Pelatihan tentang Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan Tambahan bagi Pelatih Sekolah Polri dalam hal Pelatihan Kapasitas (Oktober 2008) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
450
Training Manual on Guidance and Counselling for Counsellors in the Indonesian National Police Training and Education Institution (March 2009) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Manual Pelatihan tentang Panduan dan Konseling bagi Penasihat di Institusi Pendidikan dan Pelatihan Polri (Maret 2009) telah dicetak dan didistribukan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
70,000
Chief of INP’s Guidance on the Implementation of Community Policing by the Indonesian National Police (September 2008) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Panduan dari Kapolri tentang Pengimplementasian Polmas oleh Polri (September 2008) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
51,000
Chief of INP’s Guidance on the Implementation of Human Rights Principles for Law Enforcement Officers by the Indonesian National Police (July 2009) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Panduan dari Kapolri tentang Implementasi Prinsip-prinsip HAM untuk Petugas Penegak Hukum oleh Polri (Juli 2009) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
11,100
Bilingual Newsletters printed and circulated / Newsletter dalam dua bahasa telah dicetak dan disirkulasikan
5,000
Community Policing posters printed and distributed / Poster-poster Polmas telah dicetak dan didistribusikan
5,000
Human Rights posters printed and distributed / Poster-poster HAM telah dicetak dan didistribusikan
1
CP & HR interactive learning website in SESPIM developed & operational / Situs belajar secara interaktif Polmas dan HAM di SESPIM telah dijalankan & dikembangkan
4
Computer sets donated to SESPIM to support the operation of interactive learning website / Paket-paket komputer didonasikan untuk mendukung kegiatan situs belajar secara interaktif kepada SESPIM
215
Senior High Level INP Officers undergo information dissemination on Human Rights and Community Policing / Senior tingkat atas Polri melakukan penyebaran informasi tentang HAM dan Polmas
92
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
The finalists of the Poster Competition on Community Policing and Human Rights/ Finalis Kompetisi Poster tentang
Polisi Kemasyarakatan dan Hak Asasi Manusia
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
93
Facilitating Migration Memfasilitasi Migrasi
96
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Labour Migration Migrasi Tenaga Kerja
In 2008 almost 700,000 labour migrants officially left Indonesia to seek employment abroad, the majority in Malaysia or the Middle East. It is believed that several hundred thousand more also left without following proper procedures and are now working as undocumented migrants in other countries.
Selama 2008 hampir 700.000 tenaga kerja migran resmi
Undocumented migration is full of risks. IOM works to facilitate the development of policies and programmes to improve documented migration practices in Indonesia that benefit all stakeholders in labour migration – government, migrants and wider Indonesian society.
Migrasi tanpa berdokumen penuh dengan risiko. IOM bekerja
As Indonesia seeks to better support its migrant workers, IOM is supporting enhanced labour migration practices to popular destination countries for Indonesian labour migrants. IOM’s project: “Promoting Dialogue and Information Sharing on Labour Migration between Indonesia and Malaysia, Singapore and the Middle East” aims to enhance labour migration management capacity in Indonesia. Funded by the US State Department’s Bureau for Population, Refugees and Migration (PRM), the project promotes dialogue between Indonesia and selected key labour destination countries in Asia and the Middle East, namely Malaysia, Singapore, Bahrain, Kuwait and Egypt.
Melihat Indonesia berupaya untuk lebih mendukung para
As part of the project a research report has been produced, which outlines the main weaknesses in the labour migration system in Indonesia, as well as some of the problems migrants encounter in key destination countries. It also provides recommendations as to how the system could be improved. In addition, a Government Working Group was formed, led by the Coordinating Ministry for Economic Affairs, to identify challenges facing Indonesia’s labour migration management and find solutions through facilitated study trips to Malaysia, Singapore, Kuwait and Bahrain. The study visits were aimed at promoting dialogue to address present and future migration challenges and at reaching solutions that will benefit both origin and destination countries.
Sebagai bagian dari proyek ini, sebuah laporan riset telah disusun,
meninggalkan Indonesia untuk mencari kerja di luar negeri, yang sebagian besar ke Malaysia atau Timur Tengah. Diperkirakan beberapa ratus ribu juga telah pergi, tanpa mengikuti prosedur yang benar dan saat ini bekerja sebagai TKI tanpa dokumen di negara lain.
untuk memfasilitasi pengembangan kebijakan dan program guna meningkatkan migrasi berdokumen di Indonesia yang membawa manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan di migrasi tenaga kerja – yakni pemerintah, migran dan masyarakat Indonesia secara luas.
tenaga kerja migrannya, IOM mendukung praktek-praktek migrasi tenaga kerja yang lebih baik ke negara-negara tujuan yang populer bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI). Proyek IOM yang berjudul “Memajukan Dialog dan Pertukaran Informasi Tentang Migrasi Tenaga Kerja Antara Indonesia dan Malaysia, Singapura dan Timur Tengah” bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penanganan migrasi tenaga kerja di Indonesia. Dengan didanai oleh Biro Kependudukan, Pengungsi dan Migrasi (PRM) pada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, proyek ini memajukan dialog antara Indonesia dan beberapa negara tujuan tertentu di Asia dan Timur Tengah, yakni Malaysia, Singapura, Bahrain, Kuwait dan Mesir.
yang menggariskan kelemahan-kelemahan utama pada sistem migrasi tenaga kerja di Indonesia, disamping juga masalahmasalah yang dihadapi para migran di beberapa negara tujuan utama. Laporan tersebut juga memberikan beberapa rekomendasi mengenai bagaimana hal tersebut dapat ditingkatkan. Disamping itu, sebuah Kelompok Kerja Pemerintah juga telah dibentuk, yang diketuai oleh Kementrian Koordinator Urusan Ekonomi, untuk mengidentifikasi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan migrasi tenaga kerja Indonesia dan mencari solusi melalui kunjungan belajar ke Malaysia, Singapura, Kuwait dan Bahrain. Kunjungan studi ini bertujuan memajukan dialog guna menjawab tantangan-tantangan migrasi yang ada saat ini maupun di masa depan, sekaligus mencari solusi yang akan membawa manfaat bagi negara pengirim maupun negara tujuan.
97
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
The Working Group consisted of representatives from eight government ministries working directly and indirectly in the field of labour migration in Indonesia. After completing the series of study visits, the Working Group contributed their findings to the research report and provided recommendations. The research was conducted by IOM in collaboration with the Institute for ECOSOC.
Kelompok Kerja tersebut terdiri dari para perwakilan dari
The final report will be launched during a conference in January 2010, attended by stakeholders including the government, civil society organizations from Indonesia and the four destination countries, and returned migrants. IOM hopes that the research report will be used by the government to improve labour migration management and to shape labour migration policy.
Laporan akhir diluncurkan dalam sebuah konferensi pada Januari 2010, dengan dihadiri para pemegang kepentingan termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil dari Indonesia dan keempat negara tujuan, serta para migran yang telah pulang. IOM berharap laporan riset tersebut akan digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan penanganan migrasi tenaga kerja dan untuk membentuk kebijakan migrasi tenaga kerja kita.
In addition to its other labour migration projects, IOM is currently starting a new project to enhance Indonesian labour attachés’ capacity to protect Indonesian migrant workers overseas.
Disamping proyek-proyeknya di bidang migrasi, IOM saat ini
Human interest story
Cerita kemanusiaan
Government Advisor
Penasehat Pemerintah
Dr. Arifien Habibie Wants a Better Deal for Migrants
delapan departemen pemerintah yang bekerja secara langsung dan tidak langsung di bidang migrasi tenaga kerja di Indonesia. Setelah menyelesaikan rangkaian kunjungan studi, kelompok kerja ini menyumbangkan temuan-temuan mereka dalam bentuk laporan riset dan memberikan beberapa rekomendasi. Riset tersebut dilakukan oleh IOM bekerjasama dengan ‘Institute for ECOSOC’.
memulai sebuah proyek baru untuk meningkatkan kapasitas perwakilan pejabat tenaga kerja Indonesia di kedutaan-kedutaan besar Indonesia guna melindungi para TKI di luar negeri.
Dr. Arifien Habibie ingin Situasi yang Lebih Baik bagi Migran
Dr Arifien Habibie, Senior Advisor to the Coordinating Minister of Economic Affairs, says that labour migration in Indonesia is not yet properly managed, focusing too much on the commercial aspects of migration and not paying enough attention to the welfare of migrants.
Dr Arifien Habibie, Penasehat Senior Menteri Urusan Ekonomi,
But he is hopeful that things are changing. Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono has expressed his concerns about how labour migration is currently being managed, reforming the mechanisms for the placement and protection of migrant workers through Presidential Instruction No. 6/2006, he notes.
Namun ia yakin bahwa situasi tersebut sedang berubah. Ia melihat
mengatakan bahwa migrasi tenaga kerja di Indonesia masih belum dikelola dengan baik, yang berfokus terlalu banyak pada aspek komersil dari migrasi dan tidak memberi perhatian yang cukup pada kesejahteraan para migran.
bahwa Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah menyatakan keprihatinannya mengenai bagaimana migrasi tenaga kerja ditangani saat ini, memperbaharui mekanisme untuk penempatan dan perlindungan para tenaga kerja migran melalui Instruksi Presiden No. 6/2006.
98
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
99
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
In 2009 Dr. Habibie led an Indonesian delegation on study visits to Singapore, Malaysia, Kuwait and Bahrain. Accompanied by IOM staff members, the delegation included representatives from the Ministry of Manpower and Transmigration, National Board for Placement and Protection of Overseas Migrant Workers, Ministry of Social Affairs, Indonesian National Police, Ministry of Women’s Empowerment, Ministry of Foreign Affairs, Coordinating Ministry of People’s Welfare and Ministry of Home Affairs.
Pada 2009 Dr. Habibie memimpin sebuah delegasi Indonesia dalam kunjungan belajar ke Singapura, Malaysia, Kuwait dan Bahrain. Dengan didampingi oleh staf IOM, delegasi tersebut terdiri dari perwakilan dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Sosial, Polri, Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Departemen Luar Negeri, Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakat dan Departemen Dalam Negeri. Kunjungan studi tersebut difasilitasi oleh IOM sebagai bagian dari proyek “Memajukan Dialog dan Pertukaran Informasi
The study visits were facilitated by IOM as a part of the: “Promoting Dialogue and Information Sharing on Labour Migration between Indonesia and Malaysia, Singapore, and the Middle East” project. The visits aimed to promote dialogue between the government and labour migration destination countries and to assist Indonesia in meeting its present and future labour migration challenges.
Tentang Migrasi Tenaga Kerja antara Indonesia dan Malaysia, Singapura, dan Timur Tengah. Kunjungan tersebut ditujukan untuk memajukan dialog antara pemerintah dan negara tujuan migrasi tenaga kerja sekaligus membantu Indonesia dalam menanggulangi tantangan migrasi tenaga kerja yang ada saat ini dan di masa depan. Menurut Dr Habibie, fasilitasi IOM telah berujung pada kunjungan belajar yang paling komprehensif yang pernah
According to Dr Habibie, IOM’s facilitation has lead to the most comprehensive study visits so far conducted in the field. During the visits, the delegation met with various stakeholders including the governments of the destination countries, NGOs and researchers, as well as visiting shelters for labour migrants, overseas Indonesian communities and Indonesian Embassies.
dilakukan hingga kini di lapangan. Selama kunjungan tersebut, delegasi bertemu dengan beberapa pemegang kepentingan termasuk pemerintah negara tujuan, LSM dan peneliti, disamping mengunjungi tempat shelter bagi tenaga kerja migran, masyarakat Indonesia di luar negeri dan Kedutaaan Besar Indonesia. Luasnya jangkauan konsultasi tersebut memungkinkan delegasi untuk mendapatkan gambar komprehensif mengenai situasi
This breadth of consultation allowed the delegation to get a comprehensive picture of the labour migration situation in each destination country, with IOM providing a forum where the government representatives could discuss the problems associated with labour migration and potential solutions with a wide range of stakeholders.
migrasi tenaga kerja di masing-masing negara tujuan. IOM telah menyediakan sebuah forum dimana para perwakilan pemerintah dapat mendiskusikan masalah-masalah yang terkait dengan migrasi tenaga kerja serta penyelesaian-penyelesaian potensial dengan berbagai pemegang kepentingan. “Kunjungan-kunjungan tersebut telah memberikan informasi berharga tentang situasi para tenaga kerja migran Indonesia,
“These trips have provided us with valuable information on Indonesian labour migrants’ situations, on labour markets and on host countries’ policies that will help us to shape better policies on labour migration management in Indonesia,” says Dr. Habibie.
tentang lapangan kerja dan kebijakan-kebijakan negara tujuan yang akan membantu kita menyusun kebijakan yang lebih baik tentang penanganan migrasi tenaga kerja di Indonesia,” kata Dr. Habibie. Saat ini, 70 persen tenaga kerja Indonesia tidak memiliki
Currently, 70 per cent of Indonesian labour migrants are unskilled. Dr. Habibie is optimistic that within five years, Indonesia will be able to deploy a more equal mix of both skilled and unskilled migrant workers. Reflecting on his experiences, Dr. Habibie hopes that IOM will continue to assist the government to improve its capacity to better address migration challenges in the future, particularly by bridging gaps between governments and promoting information sharing in bilateral and international fora.
keterampilan. Dr Habibie optimis dalam waktu lima tahun, Indonesia akan mampu mengirim pekerja terlatih dan tidak terlatih dalam jumlah yang lebih seimbang. Melihat dari pengalamannya, Dr. Habibie berharap IOM akan terus membantu pemerintah memperbaiki kapasitasnya agar secara lebih baik dapat menangani tantangan-tantangan migrasi di masa depan, khususnya dengan menjembatani kekosongan-kekosongan antara pemerintah dan memajukan pertukaran internasional.
informasi
dalam
forum
bilateral
maupun
Project Development and Donor L Unit Pengembangan Proyek dan Daftar Donor
nor List
102
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
Project Development and Donor List
Pengembangan Proyek dan Daftar Donor
IOM Indonesia, with its broad range of operations throughout the Indonesian archipelago, is one of the largest IOM missions in the world. IOM Indonesia successfully raised USD 22.9 million for 17 new projects in 2009.
IOM Indonesia, dengan sejumlah kegiatannya yang beraneka ragam di kepulauan Indonesia, merupakan salah satu misi IOM terbesar di dunia. IOM Indonesia telah berhasil menggalang ASD 22,9 juta untuk 17 proyek baru selama 2009.
With support from the the Governments of Australia, European Commission, The Netherlands, Japan, United Kingdom, United States of America, the United Nations (UN) and the multi-donor Java Reconstruction Fund, the Mission secured its longterm presence in Indonesia to support the Government of Indonesia’s initiatives in the areas of Migration Management, Security Sector Reform, Return Assistance to Migrants, Post-Disaster and Post-Conflict Rehabilitation, Migration Health, Counter-Trafficking, Labour Migration and Migration and Development. Thanks to the funding raised in 2009 in close coordination with its UN and non-UN humanitarian relief partners, IOM continued to be one of the main humanitarian actors in Indonesia.
Dengan dukungan dari Pemerintah Australia, Komisi Eropa, Belanda, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, PBB dan berbagai donor yang terhimpun di dalam ‘Java Reconstruction Fund’, IOM Indonesia telah menjamin keberadaannya untuk jangka panjang di Indonesia guna membantu berbagai inisiatif Pemerintah Indonesia di bidang Pengaturan Migrasi, Reformasi Sektor Keamanan, Bantuan Pemulangan Bagi Migran, Rehabilitasi Pasca-Bencana dan Pasca-Konflik, Kesehatan Migrasi, Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Manusia, Migrasi Tenaga Kerja dan Migrasi dan Pembangunan. Berkat pendanaan yang telah digalang selama 2009 di bawah kerjasama yang erat dengan para mitranya di PBB maupun non-PBB, IOM terus menjadi salah satu pelaku utama bantuan kemanusiaan di Indonesia.
While traditional bi- and multilateral donors were the main contributors to IOM’s activities in Indonesia throughout 2008, IOM continued to receive funding from international non-governmental organizations, demonstrating its attractiveness as a flexible, hands-on organization, and its capacity to deliver high-quality services and effective assistance. IOM Indonesia’s strategy remains to closely work governmental, intergovernmental and nongovernmental partners to provide services and advice to the Government of Indonesia, migrants and migrant communities. In 2009, IOM has received funding from 22 different donors, confirming a solid and diversified funding base for annual and multi-annual projects and programmes in Indonesia.
Meskipun donor bilateral dan multilateral tetap menjadi kontributor utama bagi kegiatan IOM di Indonesia selama tahun 2008, IOM terus menerima pendanaan dari organisasi non-pemerintah internasional, yang menunjukkan daya tariknya sebagai organisasi yang fleksibel, serta kapasitasnya untuk memberikan layanan berkualitas tinggi dan bantuan yang efektif. Strategi IOM Indonesia masih tetap dengan bekerjasama secara erat dengan para mitra pemerintahan, antar pemerintah dan non-pemerintah guna menyediakan layanan dan nasehat kepada Pemerintah RI, para migran dan komunitas migran. Selama 2009, IOM telah menerima pendanaan dari 22 donor yang berbeda-beda, yang mengukuhkan landasan pendanaan yang solid dan beraneka ragam bagi proyekproyek dan program-program tahunan dan multi-tahunan di Indonesia.
103
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
By the numbers
Berdasarkan angka
as of end of December 2009 / hingga Desember 2009
IOM Harvard Medical School Programme, Aceh Program IOM Harvard Medical School, Aceh
USD 96,722,135
Total value of project and programme portfolio in 2009 /
USD 23,492,882
Total value of funding raised for new projects in 2009 (including extensions) /
Total nilai proyek dan program pada tahun 2009 Total nilai dana yang dikumpulkan untuk proyek-proyek baru pada tahun 2009 (termasuk proyek lanjutan)
USD 35,401,310
Total value of projects under development / Total nilai proyek-proyek yang sedang dikembangkan
43
Number of projects implemented by IOM Indonesia in 2009 / Jumlah proyek-proyek yang diimplementasikan oleh IOM Indonesia pada tahun 2009
13
Number of projects implemented by IOM in Aceh in 2009 / Jumlah proyek-proyek yang diimplementasikan oleh IOM di Aceh pada tahun 2009
23
Number of new projects in 2009 / Jumlah proyek-proyek baru pada tahun 2009
18
Number of projects under development / Jumlah proyek-proyek yang sedang dikembangkan
22
Number of donors in 2009 / Jumlah donor pada tahun 2009
Donor List and Contribution Daftar Donor dan Kontribusinya
USD 21,407,194
Australia - Department of Immigration and Citizenship (DIAC)
USD 17,631,483
European Comission (EC), including ECHO
USD 10,602,042
United States Agency for International Development (USAID)
USD 9,266,007
Japan
USD 8,082,962
American Red Cross
USD 7,373,834
Royal Netherlands Embassy (RNE)
USD 5,565,948
Canadian International Development Agency (CIDA)
USD 4,484,000
Java Reconstruction Fund (JRF)
USD 3,184,000
United States - Bureau of Population, Refugees, and Migration (PRM)
USD 1,826,805
AmeriCares
USD 1,620,882
Asian Development Bank (ADB)
USD 1,614,184
Department For International Development (DFID)
USD 1,221,148
Cooperative for Assistance and Relief Everywhere (CARE)
USD 668,869
Australian Customs and Border Protection Service
USD 660,000
United States - The Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons (G/TIP)
USD 654,046
Save The Children
USD 407,618
Central Emergency Response Fund
USD 183,887
Australian Federal Police
USD 141,849
Central Fund for Influenza Action (CFIA)
USD 100,000
Brazil
USD 15,540 USD 9,837 USD 96,722,135
Norwegian Embassy UNAIDS – Programme Acceleration Funds (PAF) TOTAL
IOM Indonesia Offices Kantor-kantor IOM Indonesia
106
IOM INDONESIA Sampoerna Strategic Square, North Tower, Floor 12A, Jl. Jend. Sudirman Kav.45-46, Jakarta Selatan 12930, Indonesia P. +62 (21) 579 51 275 F. +62 (21) 579 51 274 E.
[email protected]
IOM Banda aceh Jl. Sudirman No. 32, Banda Aceh 23230, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia P. +62 (651) 435 56 F. +62 (651) 435 54
IOM Medan (ops) Jl. Mojopahit No. 65, Medan 20153, Sumatera Utara, Indonesia P. +62 (61) 415 2 567 F. +62 (61) 452 5 122
IOM Padang Jl. Batang Naras No. 6, Padang Baru, Padang, Sumatera Barat, Indonesia P. +62 (751) 705 5 354
IOM Batam (ops) Jl. Tiban II Blok B IV/5, RT 002 RW 11, Kel. Tiban Lama, Kec. Sekupang, Batam 29425, Indonesia P. +62 (778) 322 526 F. +62 (778) 322 526
IOM Tanjung Pinang Jl. Gatot Subroto Villa Taman Pinang Blok D2, Kel. Kampung Bulang, Kec. Tanjung Pinang Timur, Kepulauan Riau 29123, Indonesia P. +62 (771) 311 961 F. +62 (771) 311 961
IOM Lampung (ops) Jl. KH. Mansyur No. 115, Rawa Laut, Kec. Tj. Karang Timur, Bandar Lampung, Indonesia P. +62 (721) 261 325
IOM Bogor (ops) Komp. Dosen IPB, Jl. Intan No.25/27, Tanah Baru, RT 03 RW 11, Kel. Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, Indonesia P. +62 (251) 832 4 781 F. +62 (251) 832 4 781
IOM Bandung Jl. Setia No. 9, Sukajadi, Bandung, Jawa Barat, Indonesia P. +62 (22) 203 2 855
IOM Yogyakarta Jl. HOS Cokroaminoto No. 109, Yogyakarta 55253, Indonesia P. +62 (274) 619 055/56 F. +62 (274) 619 012
IOM Surabaya (ops) Jl. Raya Pabean-Sedati (Juanda Baru), Garden Dian Regency, Alamanda II-25, Sidoarjo, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia P. +62 (31) 868 5 359 F. +62 (31) 869 0 127
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009
IOM Situbondo (Police Project) Polres Situbondo, Jl. PB Sudirman No. 30, Situbondo 68312, Jawa Timur, Indonesia
IOM Denpasar (police Project) Polri-RNE Coordination Office, POLDA Bali lt. 2, Jl. WR Supratman No. 7, Denpasar, Bali, Indonesia
IOM Pontianak (ops) Jl. Lombok No. 70, Pontianak 78121, Kalimantan Barat, Indonesia F. +62 (561) 763 953
IOM Makasar (ops) Perumahan Tulip Blok C1/31, Panakkukang, Jl. Boulevard, Makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia P. +62 (411) 432 750
IOM Mataram (ops) Jl. Pelikan No. 9, Pajang Timur, Mataram 83121, Nusa Tenggara Barat, Indonesia P. +62 (370) 644 283 F. +62 (370) 647 813
IOM Kupang (ops) Jl. Srikandi No. 22, Kelapa Lima, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia P. +62 (380) 828 382 F. +62 (380) 828 382
IOM Rote (ops) Nusaklai (Ba’a) Rote, RT 09 RW 04, Kel. Mokdale, Kec. Lobalain, Kab. Rote Ndao, Rote, Indonesia P. +62 (380) 871 226
IOM Maumere (ops) Jl. Brai No. 18, Kel. Nangameting, Kec. Alok Timur, Kab. Sikka, Maumere, Flores, Indonesia P. +62 (382) 221 86 F. +62 (382) 210 00
IOM Ambon (ops) Perumahan Puspa Sari Blok B No. 6, Halong Atas, Ambon, Maluku, Indonesia
IOM Jayapura (ops) Gedung BPID lt. 2, Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 32, Jayapura 99112, Indonesia
IOM Merauke (ops) Jl. Raya Mandal, Bampel, Kel. Mandala, Kec. Merauke, Indonesia
107
Sampoerna Strategic Square, Tower North, Floor 12A Jalan Jendral Sudirman Kav.45-46, Jakarta Selatan 12930, Indonesia P. +62 21 5795 1275 F. +62 21 5795 1274 E.
[email protected] http://www.iom.or.id
designed by: sanda fatharani (
[email protected])
International Organization for Migration (IOM) Indonesia