INTERNALISASI KESADARAN PUBLIK DALAM MERESPONS PEMBERITAAN KISRUH RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DKI 2015 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Fatma Hidayani NIM: 1111051000142
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/1437H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar strata satu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3) Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2016
Fatma Hidayani NIM: 1111051000142
ABSTRAK
Fatma Hidayani, NIM: 1111051000142, Internalisasi Kesadaran Publik Dalam Merespons Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015. Di bawah Bimbingan Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si
Kisruh RAPBD DKI 2015 sangat menarik perhatian banyak kalangan, tidak terkecuali mahasiswa. Tudingan adanya dana siluman pada RAPBD versi DPRD dari pihak Pemprov menyulut pertengkaran kedua belah pihak, yang membuat semakin kacaunya RAPBD DKI 2015 lalu. Kisruh ini pun menelurkan banyak kasus lain, diantaranya hak angket Gubernur dan korupsi dana UPS. Seluruh media massa berlomba-lomba memberitakannya. Apa yang dihadirkan oleh media massa dalam pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 ini pun diterima mahasiswa dan mengalami proses internalisasi yang berbeda antar setiap individu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015? dan adakah perbedaan antara internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Universitas Sahid Jakarta? Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Penelitian ini pun menggunakan studi komparatif yang mana akan dilakukan di dua universitas, yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang paling utama adalah wawancara. Namun, untuk memperkuat analisis dari isi wawancara peneliti juga mengumpulkan data melalui teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 diantaranya adalah sebagai cerminan buruk pemerintahan di Indonesia dan bahan pelajaran bagi daerah-daerah lain terutama daerah terpencil. Sedangkan internalisasi mahasiswa Universitas Sahid Jakarta diantaranya adalah sebagai hal yang biasa, bahkan hanya sebuah hiburan dan gambaran banyaknya pejabat yang kurang amanah. Perbedaan tersebut dikarenakan eksternalisasi, objektifikasi, selective attention, selective perception dan selective retention yang terjadi pada masing-masing individu. Yang mana pada penelitian ini diketahui eksternalisasi dan selective attention lah yang paling mempengaruhi perbedaan internalisasi mahasiswa. Intensitas terpaan pemberitaan dan tingkat ketertarikan pada isu yang ada dalam pemberitaan sangat mempengaruhi pemahaman dan pemaknaan yang ada dalam setiap individu.
Kata Kunci: Internalisasi, Mahasiswa, Kisruh, RAPBD, Pemberitaan.
v
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan segala usaha dan do’a, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, sebagai risalah bagi seluruh umat Islam dan telah membawa perubahan bagi dunia. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Karena tanpa adanya semangat, doa dan bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Ini semua berkat arahan, bantuan, petunjuk serta motivasi
yang diberikan kepada penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan. M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Bapak Dr. Suprapto, M.Ed, MA selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Bapak Drs. Masran, MA selaku Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
vi
3. Bapak Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan serta dorongan kepada penulis dan tak lupa memberikan inspirasi dan masukan yang sangat berharga kapada penulis dikala berkonsultasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah membalas ketulusan beliau, Amin. 4. Bapak Rachmat Baihaky, MA sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk membantu dan memberikan arahan selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis melakukan studi. 6. Teruntuk kedua Orang Tua Bapak Ibrahim dan Ibu Afriani, serta kakakkakakku Yudha Ajie Sumantri, S.Sos, Fitrie Yuniati, S.Pd.I, dan Yoram Ajie Sambudhi yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi untuk kelancaran studi penulis. Penulis menyadari skripsi ini maih belum mencapai kesempurnaan namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan dengan baik semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca dan menjadi salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya.
Jakarta, 18 Maret 2016
Fatma Hidayani
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 7 D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8 E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 10 F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 14 BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Konstruksi Sosial Realitas ................................................................ 16 B. Konsep Internalisasi ................................................................................... 22 C. Konsep Kesadaran Publik .......................................................................... 23 D. Konsep Merespons ..................................................................................... 24 E. Konsep Selective Attention ......................................................................... 24 F. Konsep Selective Perception ...................................................................... 25 G. Konsep Selective Retention ........................................................................ 25 H. Konsep Media Massa ................................................................................. 26 I. Konsep Berita ............................................................................................. 27
viii
J. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ................................... 31 BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................. 37 B. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ........... 41 C. Gambaran Umum Universitas Sahid Jakarta ........................................... 49 D. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Komunikasi ......................................... 57 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 .................................................... 60 B. Internalisasi Mahasiswa UIN Syarif Hidatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dalam Merespons Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 ......................................................................... 65 C. Internalisasi Mahasiswa Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi Dalam Merespon Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 ............................................................................................................ 81 D. Analisis
Komparatif
Internalisasi
Mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunisasi dengan Mahasiswa Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi Dalam Merespons Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 ............................................................................................................ 88 E. Interpretasi .................................................................................................. 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 98 B. Saran ........................................................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 101
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Internalisasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ....................
65
Tabel 4.2 Mahasiswa Mengetahui Adanya Kisruh RAPBD DKI 2015 .................
69
Tabel 4.3 Mahasiswa Mengikuti Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 ............
69
Tabel 4.4 Mahasiswa Menilai Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 Penting Untuk Diketahui Publik ..........................................................................
71
Tabel 4.5 Mahasiswa Menilai Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 Penting Untuk Diketahui Mahasiswa ..................................................................
73
Tabel 4.7 Latar Belakang Dari Sisi Ketertarikan Dengan Dunia Politik, Keanggotaan Pada Organisasi dan Pembangunan Citra Hubungan .......
75
Tabel 4.8 Mahasiswa Berusaha Mencari Dari Berbagai Sumber ...........................
77
Tabel 4.9 Ingatan Mahasiswa Akan Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 .......
79
Tabel 4.10 Internalisasi Mahasiswa Universitas Sahid Jakarta ................................
81
Tabel 4.11 Mahasiswa Mengetahui Adanya Kisruh RAPBD DKI 2015 .................
83
Tabel 4.12 Mahasiswa Mengikuti Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 ............
83
Tabel 4.13 Mahasiswa Menilai Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 Penting Untuk Diketahui Publik ..........................................................................
84
Tabel 4.14 Mahasiswa Menilai Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 Penting Untuk Diketahui Mahasiswa ..................................................................
85
Tabel 4.15 Latar Belakang Dari Sisi Ketertarikan Dengan Dunia Politik, Keanggotaan Pada Organisasi dan Pembangunan Citra Hubungan .......
86
Tabel 4.16 Mahasiswa Berusaha Mencari Dari Berbagai Sumber ...........................
87
Tabel 4.17 Ingatan Mahasiswa Akan Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 .......
88
x
Tabel 4.18 Komparasi Internalisasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Dengan Universitas Sahid Jakarta Dalam Merespons Pemberitaan Kisrus RAPBD DKI ...............................................................................
xi
90
DAFTAR GAMBAR
Diagram 3.1 Jumlah Mahasiswa FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011 s/d 2014 .................................................................... 48 Diagram 3.2 Jumlah Mahasiswa FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011 s/d 2014 Berdasarkan Jurusan .................................. 49 Gambar 4.1
Pemberitaan Disahkannya APBD DKI 2015 Pada Sidang Paripurna 27 Januari 2015 ................................................................. 59
Gambar 4.2
Pemberitaan Rasa Kecewa DPRD Terhadap Pemprov DKI ............. 61
Gambar 4.3
Pemberitaan Seruan Dukungan Terhadap Gubernur DKI di Twitter ............................................................................................... 62
Gambar 4.4
Tagar #SaveAhok Menjadi Trending Topic ....................................... 62
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Beberapa waktu lalu berbagai media massa dipenuhi dengan berita perihal kisruh RAPBD DKI tahun anggaran 2015. Dimana terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara RAPBD DKI 2015 versi Pemprov DKI dengan versi DPRD, selisih perbedaan tersebut mencapai Rp 12,1 triliun. Perbedaan inilah yang kemudian menyulut “pertengkaran” antara Gubernur DKI dengan DPRD DKI. Adanya tuduhan “dana siluman” oleh Gubernur DKI kepada APBD versi DPRD menyebabkan keduanya saling melempar argumen, guna membenarkan RAPBD versi masing-masing pihak. Gubernur DKI menyebut legislatif telah memotong anggaran sebesar 10-15% dari program-program unggulan Pemprov hingga muncul Rp.12,1 triliun yang dialokasikan untuk pos yang dinilai tidak logis.1 Pos-pos itu adalah pengadaan uninterruptible power supply (UPS) untuk sejumlah sekolah di Jakarta. Anggaran UPS untuk masing-masing sekolah mencapai Rp.6 miliar. Alat fitness untuk kebugaran juga dianggarkan DPRD sebesar Rp.2,5 miliar per sekolah. Masih dari dunia pendidikan, DPRD menganggarkan alat cetak dan pemindai (printer dan scanner) senilai Rp.3 miliar untuk setiap sekolah, termasuk alat sains senilai Rp.3 miliar per sekolah. DPRD juga memasukan anggaran sarana pembelajaran untuk SMA atau SMK di Kecamatan Cengkareng sebesar Rp.4,5 miliar. Tidak cuma itu, DPRD DKI 1 Ayunda Windyastuti Savitri. “Kronologi Ahok VS DPRD Dari Dana Siluman Sampai Hak Angket,” artikel diakses pada 29 Maret 2015 http://news.detik.com/berita/2844167/kronologiahok-vs-dprd-dari-dana-siluman-sampai-hak-angket
1
2
Jakarta juga mengajukan anggaran puluhan jenis tanaman di pos Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Harga pohon paling murah Rp.200 juta hingga yang termahal Rp.5 miliar, total anggaran yang diajukan untuk pengadaan tanamantanaman itu mencapai Rp.56,9 miliar. APBD DKI Jakarta 2015 juga memunculkan anggaran kontroversial lain, yakni untuk pembuatan buku trilogi Ahok yang totalnya mencapai Rp.30 miliar.2 Adu argumen ini pun menarik perhatian banyak pihak, termasuk peneliti. Selain adu argumen yang menjadi perhatian, menurut peneliti topik dasar dari permasalahan ini yaitu RAPBD memang patut diperhatikan. Hal ini dikarenakan RAPBD yang nantinya akan menjadi APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, yang menjadi dasar bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah. Maka dari itu transparansi perencanaan sampai penggunaan APBD sangat penting bagi masyatakat. Selain itu, peneliti tertarik dengan topik/masalah ini dikarenakan kasus ini menelurkan kasus lain, mulai dari hak angket sampai permasalahan etika Gubernur DKI Jakarta. Peneliti pun melihat mungkin dengan munculnya kisruh ini akan menjadi titik tolak transparansi penggunaan APBD DKI ke masyarakat luas di waktu yang akan datang. Dengan munculnya kasus ini kepublik, sehingga menjadi pusat perhatian, diharap kedepannya Pemprov dan DPRD akan lebih selektif dan transparan dalam penggunaan maupun penyusunan APBD. Ketertarikan peneliti pun timbul, karena saat kasus ini bergulir hampir seluruh media massa memberitakan konflik ini, baik cetak, elektronik maupun online berlomba-lomba menyajikan informasi mengenai kisruh RAPBD DKI “Ini Penyebab Kisruh Ahok Dengan DPRD DKI,” berita diakses pada 29 Maret 2015 dari m.liputan6.com/news 2
3
2015. Namun, isi media merupakan sebuah informasi yang dapat merubah sebuah persepsi masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh media tersebut. Apalagi isu yang disampaikan mengenai pemerintahan. Ini merupakan isu yang sangat sensitif bagi khalayak terutama mahasiswa. Semakin gencarnya media memberitakan isu tentang buruknya pemerintahan kita maka akan semakin gencar juga fokus khalayak terhadap isu tersebut. Selama ini berita yang disampaikan oleh media elektronik maupun media cetak hanya dianggap sebagai sebuah representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan ditransformasikan lewat berita. Ia bisa mengesampingkan keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa yang diungkapkan murni fakta, bukan penilaian individu. Biasanya kita menilai berita hanya melihat, mendengar dan membacanya saja tanpa adanya sebuah pengaruh yang memasuki benak kita dalam menilai sebuah fakta yang disampaikan oleh media tersebut. Dalam buku Jumroni (2006) Alex Sobur mendefinisikan media massa sebagai “suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, bahkan suatu kepentingan citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris”.3 Dari penjelasan diatas, kita dapat mengerti memang saat kita membaca, mendengar, dan melihat sebuah informasi yang terjadi kita tidak hanya melakukan
3
Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 85.
4
kegiatan tersebut saja, tetapi pemikirian kita telah terkonstruksi terhadap isi pemberitaan tersebut. Dalam pandangan konstruksionis media bukanlah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan keberpihakanya. Disini media di pandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Setelah mereka memahami bahwa media bukan hanya menyampaikan berita saja, lalu mereka menafsirkan isi berita tersebut melalui penafsiran mereka sendiri. Setiap orang memiliki pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu akan menafsirkan realitas itu dengan konstruksinya masingmasing.4 Jadi, seseorang akan menafsirkan isi berita sesuai dengan apa yang melekat pada dirinya, bisa berupa pengalaman, pendidikan, dan preferensi yang pernah mereka alami sendiri. Dalam proses kontruksi realitas, terdapat tiga fase yakni eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Yang dalam penelitian ini ,peneliti focus terhadap tahap internalisasi yang dialami khalayak. Internalisasi merupakan pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya, sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain yang dengan demikian menjadi bermakna secara subjektif bagi individu sendiri. Tidak peduli apakah subjektif orang lain itu bersesuaian dengan subjektif individu tertentu, karena bisa jadi individu memahami orang lain secara keliru, karena sebenarnya subjektifitas orang lain itu tersedia secara objektif bagi individu dan menjadi bermakna baginya.5
4 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: Lkis, 2002), h. 18. 5 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana, 2011), h. 19.
5
Pada pemberitaan kisruh RAPBD masyarakat memberikan tanggapannya, tanggapan yang diberikan masyarakat mengenai kisruh ini pun beragam. Kita dapat melihat dengan jelas tanggapan masyarakat mengenai hal ini di media sosial. Hal ini dikarenakan adanya tagar #SaveAhok di media sosial Twitter yang menjadi trending topic saat kisruh ini bergulir di berbagai media. Serta yang paling populer dari berbagai respon yang diberikan khalayak adalah gambar digital “guyonan” guna menyindir kasus ini yang tersebar di berbagai social media. Saat kasus ini bergulir masyarakat terbagi menjadi dua kubu, kubu yang berpihak terhadap Gubernur DKI dan DPRD. Terbaginya masyarakat menjadi dua kubu ini membuktikan bahwasanya terdapat perbedaan internalisasi atau pemahaman yang dialami masyarakat. Perbedaan internalisasi yang menyebabkan terbaginya masyarakat menjadi dua kubu terjadi di berbagai lapisan. Tidak terkecuali dikalangan mahasiswa. Mahasiswa yang notabene adalah masyarakat yang “peduli politik” sudah barang tentu mempunyai sedikit banyak perbedaan dalam internalisasi kisruh ini. Namun, apakah seluruh mahasiswa di Indonesia khususnya di DKI Jakarta adalah mahasiswa yang paham politik? Peduli dengan politik? Peneliti berpendapat tidak semua mahasiswa paham dan peduli akan politik. Atas dasar pemikiran itulah peneliti tertarik untuk membahas mengenai perbedaan internalisasi publik dalam merespon pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Dimana publik dalam penelitian ini dikerucutkan menjadi mahasiswa, yakni antara mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta. Internalisasi yang diteliti pun difokuskan kepada internalisasi kesadaran pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015, mengapa peneliti memilih internalisasi
6
terhadap pemberitaannya, karena seperti yang telah kita ketahui peran media massa saat ini sangatlah besar. Media massa telah menjadi perhatian masyarakat, bahkan sejak kemunculannya pertama kali, media massa telah menjadi objek perhatian dan objek peraturan (regulasi). Sedang dalam bidang politik, penentuan sikap tindak demokratis atau tidaknya suatu organisasi maupun individu sudah semakin bergantung pada media massa. Keputusan atau pembahasan atas berbagai isu sosial penting saat ini sudah harus memperhitungkan peranan media massa, baik itu untuk tujuan baik maupun sebaliknya, beserta dampaknya.6 Atas dasar itulah selanjutnya penelitian ini diberi judul “Internalisasi Kesadaran Publik Dalam Merespons Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015”. B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah Uraian pada sub bab latar belakang yang masih bersifat umum memungkinkan terjadinya perluasan dalam pembahasan. Untuk itu diperlukan suatu pembatasan masalah, selain untuk menghindari perluasan pembahasan, pembatasan masalah juga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan. Maka penelitian ini di batasi pada “Bagaimana Internalisasi Kesadaran Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi Dalam Merespons Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015”.
6
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) h. 1.
7
2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan maka peniliti membuat perumusan masalah, yang disusun dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana
internalisasi
kesadaran
mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015? 2. Adakah perbedaan internalisasi kesadaran mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana internalisasi kesadaran mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD 2015 DKI Jakarta. 2. Untuk mengetahui adakah perbedaan internalisasi kesadaran mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD 2015 DKI Jakarta. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a) Manfaat Akademis
8
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
bahan
informasi
dan
dokumentasi
ilmiah
untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang memadai kepada pembaca, khususnya yang berkaitan dengan internalisasi/pemahaman individu terhadap suatu peristiwa objektif. b) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan bagaimana internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD 2015 DKI Jakarta. Sedang untuk pemerintah/aparatur negara hasil penelitian ini diharapkan
dapat
membangun
kepedulian
terhadap
kebijakan/keputusan yang diambil pemerintah, terutama dalam penggunaan APBD. Serta dapat memberikan evaluasi bagi pemerintah mengenai pentingnya transparansi penyusunan dan penggunaan APBD. D. Tinjauan Pustaka Untuk memastikan bahwa belum ada penelitian yang sama dengan yang akan dilakukan peneliti. Maka peneliti melakukan tinjauan pustaka di perpustakan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan setelah melakukan tinjauan pustaka tidak ditemukan judul penelitian yang berkaitan dengan internalisasi kesadaran publik dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015.
9
Peneliti hanya menemukan penelitian dengan kesamaan pada studi komparatifnya saja. Penelitian tersebut berjudul “Pendekatan Public Relation Politik Dalam Persuasi Pemilih Muslim Jelang Pemilu 2014 (Studi Komparatif PKS dan PPP)” yang ditulis oleh Bayu Noer Cahyo pada tahun 2013. Dalam penelitiannya Bayu Noer Cahyo melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pendekatan public relation politik PKS dan PPP serta kelebihan dan kekurangan pendekatan public relation politik dari masing-masing pihak.
Penelitiannya
menggunakan
pendekatan
kualitatif,
sementara jenis penelitiannya analisis deskriptif. Hasil dari penelitiannya menunjukan setiap masing-masing pihak memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Tentunya terdapat banyak perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh saudara Bayu Noer Cahyo dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Salah satunya, dari sisi subjek dan objek penelitian yang diambil. Penelitian sebelumnya mengambil subjek kantor DPP PKS dan kantor DPP PPP dengan objek penelitian pendekatan public relation politik dalam persuasi pemilih muslim jelang pemilu 2014. Sedangkan penelitian ini mengambil subjek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dengan objek internalisasi publik dalam merespon pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Perbedaan dari sisi objek dan subjek penelitian sudah tentu menimbulkan perbedaan yang signifikan bagi kedua penelitian ini. Perbedaan dari sisi objek dan subjek akan menyebabkan perbedaan dalam teori yang digunakan, pembahasan, data yang diperoleh dan hasil akhir/simpulan yang didapatkan. Manfaat yang akan didapat dari penelitian pun akan berbeda. Manfaat yang didapat dari penelitian
10
sebelumnya hanyalah sebatas memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu komunikasi politik dan memberikan bahan masukkan pada divisi humas PKS dan PPP dalam konteks pendekatan public relation politik. Sedang manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah diketahuinya seberapa penting sikap peduli politik bagi mahasiswa dan transparansi penyusunan dan penggunaan APBD. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Berbicara mengenai metodologi berarti berbicara mengenai hukum, aturan, dan tata cara melaksanakan atau menyelenggarakan sesuatu. 7 Oleh karena itu peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif. Karena hukum, aturan dan tata cara dalam metode penelitian kualitatif dirasa sangat cocok untuk penelitian ini. Sedang untuk pendekatan, peneliti memilih pendekatan deskriptif analisis. Dimana kegiatan penelitian yang akan dilakukan menggambarkan apa adanya peristiwa yang terjadi. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati.8 2. Paradigma Penelitian Paradigma adalah cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukan kepada
7 Haris Herdiansyah, Metode Peneltian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 2. 8 Lexy J Moeleng, Metode Peneltian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h. 3.
11
praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.9 Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas
atau
ilmu
pengetahuan.
Atau
lebih
tepatnya
paradigma
konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivisme. Paradigma konstruktivisme memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaning action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.10 Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain. Dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan paradigma seperti ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil dari setiap individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut.11 3. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilakukan di dua universitas yaitu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta. Dengan
9
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 9. 10 Deddy N Hidayat, Paradigma dan Metodelogi Penelitian Sosial Empirik Klasik (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), h. 3. 11 Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd Edition (California: Sage Publications, 2002), h. 96-97.
12
jangka waktu penelitian lima bulan, yakni dari bulan Juni hingga Desember 2015. 4. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Wawancara Dalam penelitian kualitatif wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama. Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik ini untuk pengumpulan data penelitian. Bentuk wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semi-terstruktur, dimana nantinya peneliti selaku pewawancacara akan memberikan pertanyaan terbuka kepada terwawancara. Wawancara akan dilakukan langsung kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta, masing-masing responden di tiap universitas sebanyak lima orang. Dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mahasiswa/i Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) ; Fakultas Ilmu Komunikasi (untuk Universitas Sahid Jakarta) 2. Mahasiswa/i minimal semester 5 dan maksimal semester 9. 3. Mahasiswa/i aktif organisasi, minimal mengikuti satu organisasi. 4. Mahasiswa/i yang mengetahui pemberitaan kisruh RAPBD DKI. b) Dokumentasi Teknik pengumpulan data lainnya adalah dengan mencari data berupa buku, catatan, artikel, berita dan sejenisnya yang berkaitan dengan
13
objek penelitian. Mempelajari, menelaah dan mengkaji dokumendokumen tertulis yang terkait dengan kisruh RAPBD DKI dan internalisasi. Selain itu, ada pula penggunaan data-data dari internet berupa artikel-artikel media massa, dan laporan hasil penelitian lainnya. 5. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan atau data yang dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan mahasiswa
Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu
Komunikasi. Sedangkan objek penelitian ini adalah internalisasi kesadaran mahasiswa dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. 6. Teknik analisis data Untuk menganalisa data yang telah terkumpul peneliti akan mereduksi data tersebut menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara. Sedang hasil studi dokumentasi diformat menjadi skrip analisis dokumen.12 Kemudian data dipelajari dan ditelaah. Dalam penelitian ini peneliti menampilkan data yang menampilkan internalisasi yang terjadi terhadap mahasiswa dalam merespon pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. 7. Teknik penulisan
12
Haris Herdiansyah, Metode Peneltiian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, h. 165.
14
Adapun teknik penulisan skripsi ini, berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah, yang diterbitkan UIN Syahida Jakarta CeQDA tahun 2007. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang akan dibagi menjadi bagian bab yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab pertama ini berisi enam sub bab di antaranya adalah; Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : KERANGKA TEORITIS Dalam bab ini akan membahas hal-hal yang meliputi; Definisi Teoritis dan Konsep, mengenai teori konstruksi sosial, konseptualisasi internalisasi, selective attention, selective perception, selective retention, media massa, berita dan APBD. BAB III: GAMBARAN UMUM Pada bab ini difokuskan membahas mengenai gambaran umum dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta. BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN DATA LAPANGAN Bab ini membahas hasil temuan dan analisis di lapangan, yakni mengenai bagaimana pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015, internalisasi kesadaran
15
mahasiswa UIN Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015, analisis komparatif antara keduanya dan interpretasi peneliti terhadap penelitian ini. BAB V : PENUTUP Bagian akhir ini penulis akan menjabarkan beberapa bagian, di antaranya ialah; Kesimpulan dan saran, serta beberapa lampiran yang didapat oleh peneliti.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Konstruksi Sosial Realitas Sejak kemunculannya, media massa memang telah menjadi objek penelitian. Yang mana, kemudian penelitian tersebut menghasilkan berbagai teori komunikasi massa. Salah satunya adalah teori konstruksi sosial realitas, yang muncul pada era teori kebudayaan. Teori-teori komunikasi massa yang masuk dalam era teori kebudayaan, kelompok pemikiran kultural atau sering juga disebut dengan tradisi sosiokultural, memiliki asumsi bahwa pengalaman terhadap kenyataan merupakan suatu konstruksi sosial yang berlangsung terus-menerus, jadi bukan sesuatu yang hanya dikirimkan begitu saja kepublik.1 Hal tersebut sejalan dengan ide pokok pemikiran teori konstruksi sosial realitas, yaitu bahwa dunia sosial tercipta karena adanya interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Sehingga terjadilah komunikasi sepanjang waktu, yang mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Dengan demikian, setiap orang pada dasarnya memiliki teori pribadinya sendiri-sendiri mengenai kehidupan. Teori pribadi itu menjadi model bagi manusia untuk memahami pengalaman hidupnya dan teori itu akan terus berkembang serta diperbaiki terus-menerus melalui berbagai interaksi sepanjang hidupnya.2 1 2
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 27. Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, h. 134.
16
17
Asal mula teori ini dari filsafat konstruktivisme dan teori ini berdiri diatas paradigma konstruktivis. Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas adalah konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun, demikian kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.3 Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme:4 1. Konstruktivisme
radikal;
konstruktivisme
radikal
hanya
dapat
mengakui apa yang dapat dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk ini tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologis objektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Bentuk ini biasanya hanya mengakui apa yang dihasilkan oleh pikiran kita. Mereka tidak menganggap pengetahuan sebagai sebuah realitas. Karena realitas adalah sesuatu yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Misalnya adalah, orang barat akan menilai islam adalah sebuah agama yang mengajarkan kekerasan. Ini karena mereka melihat realitas yang terjadi selama ini dalam sisi islam begitu banyaknya aksiaksi kekerasan yang melibatkan umat islam dalam menegakan amar ma’ruf nahi mungkar.
3 4
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008), h. 187. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana, 2011),h. 14.
18
2. Realisme hipotesis; dalam pandangan realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Dalam bentuk ini mereka mengakui pengetahuan sebagai sebuah hipotesis, lalu mereka membandingkannya dengan segala hipotesis yang melibatkan sebuah realitas sehingga meneguhkan diri mereka menuju pengetahuan yang hakiki. Misalnya orang islam belum tentu benar walaupun Al-Qur’an sebagai
pedoman hidupnya telah
menuliskan keagungan kebenarannya. Hal ini dikarenakan selama realitas umat islam itu sendiri tidak menunjukan kebenaran dalam AlQur’an. Bentuk ini akan terus melakukan dugaan-dugaan terkait kebenaran pengetahuan dan juga realitas yang terjadi dalam lingkungan sosial. 3. Konstruktivisme biasa; konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai sebuah gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Antara pengetahuan dan pengalaman seseorang mampu menjadi sebuah realitas dari seseorang. Lebih tepatnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dalam realitas tersebut yang mampu membentuk dirinya dalam sebuah lingkungan. Teori kontruksi sosial realitas merupakan hasil penelitian dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman, yang mencoba menyelidiki bagaimana
19
pengetahuan manusia dibangun melalui interaksi sosial.5 Peter L. Berger adalah seorang sosiolog dari New School for Social Research, New York. Sedang Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Mereka memperkenalkan teori ini melalui buku The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge pada tahun 1966. Dalam buku tersebut digambarkan bahwa proses sosial dilakukan melalui tindakan dan interaksi, dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.6 Dengan kata lain, realitas bukan sesuatu yang natural melainkan hasil konstruksi manusia. Jadi konstruksi sosial adalah pengembangan pola pikir masyarakat atau khalayak melalui isu yang terdapat pada media. Pengertian dan pemahaman kita terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu. Hasil dari konstruksi sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat, seperti konsep, kesadaran umum, dan wacana publik. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckman ini terdiri dari realitas objektif, realitas simbolis dan realitas subjektif.7 Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada diluar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari 5
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, h. 28. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 13. 7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 192. 6
20
realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis kedalam individu melalui proses internalisasi.8 Teori dan pendekatan konstruksi sosial realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial yaitu eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Proses ini dinamakan proses dialektika. Terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif dan simbolis atau intersubjektif.9 Adapun dalam pandangan Peter L. Berger tiga tahapan yang dimaksud disini adalah:10 1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar manusia, ia akan sealalu mencurahkan diri ke tempat dimana dia berada. Proses ini berawal dari latar belakang seseorang dalam melakukan pencurahan dirinya kedalam sebuah realitas. Proses ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Latar belakang akan mempengaruhi seseorang dalam melihat realitas. 2. Objektivikasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu
8
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 192. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 202. 10 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002), h. 16. 9
21
menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Setelah manusia mencurahkan dirinya ke dalam sebuah realitas, maka mereka akan menghasilkan sebuah pemaknaan pada dirinya terkait dengan realitas disekitarnya. Seorang yang berlatar belakang muslim radikal misalnya, akan melihat perjuangan Front Pembela Islam (FPI) sebagai tindakan yang wajar dalam melakukan kekerasaan untuk menegakan amar ma’ruf nahi mungkar. Sedangkan bagi seorang muslim moderat perbuatan tersebut dinilai sebagai sebuah tindakan yang melanggar hukum. Karena akan mengganggu kerukunan umat beragama, selain itu mereka juga akan menganggap FPI sebagai sebuah organisasi liar yang melakukan penertiban iman. Latar belakang seseorang akan menghasilkan realitas yang berbeda dalam melihat kondisi sosial. 3. Internalisasi, proses ini lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Dalam tahap ini adalah bagaimana manusia kembali merefleksikan apa yang telah ia hasilkan melalui pencurahan dirinya ke dalam
22
sebuah realitas dan melihat apa yang dipersepsikan oleh lingkungan sekitar terhadap realitas yang sama. Misalnya sebagai pekerja media, seorang wartawan tidak akan mungkin menuliskan hasil pencurahan dirinya dalam sebuah realitas untuk dijadikan sebuah berita. Biasanya mereka dibatasi oleh pengertian-pengertian yang dihasilkan oleh rapat redaksi dalam membuat realitas dalam sebuah pemberitaan. Ini terjadi pada tubuh media manapun. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaiknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.11 Dari pernyataan itu, berarti realitas tidak pernah memiliki wajah aslinya, akan selalu ada perbedaan. Setiap orang akan memiliki tafsiran sendiri dalam menghadapi realitas. Pengalaman, preferensi, pendidikan, dan lingkungan pergaulan akan menafsirkan sebuah realitas sosial dengan konstruksinya masing-masing. B. Konsep Internalisasi Internalisasi merupakan pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya, sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain yang dengan demikian menjadi bermakna secara subyektif bagi individu sendiri. Tidak peduli apakah subjektif orang lain itu bersesuaian dengan subjektif individu tertentu, karena bisa jadi individu memahami orang lain secara keliru, karena sebenarnya subjektifitas orang lain itu tersedia secara objektif bagi individu dan menjadi bermakna baginya.12 11 12
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 18. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 19.
23
Dengan demikian, internalisasi dalam arti umum merupakan dasar pemahaman mengenai “sesama saya”, yaitu pemahaman individu dan orang lain serta pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial.13 Yang mana melalui proses internalisasi inilah realitas subjektif diciptakan. Dalam penelitian ini internalisasi yang dimaksudkan adalah
pemahaman,
pemaknaan,
penafsiran
mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi terhadap pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. C. Konsep Kesadaran Publik Kata dasar dari kesadaran adalah sadar, dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sadar adalah merasa tahu dan mengerti. Sedangkan kesadaran itu sendiri menurut KBBI adalah keadaan mengerti hal yang dirasakan atau dialami seseorang. Untuk definisi publik menurut KBBI, publik adalah orang banyak. Jadi peneliti menyimpulkan kesadaran publik adalah keadaan mengerti yang dialami orang banyak terhadap hal yang dirasakan. Dalam penelitian ini publik dikerucutkan kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi. Kesadaran publik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan mengerti yang dialami mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah
13
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 197-198.
24
dan Ilmu Komunikasi dan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi terhadap pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. D. Konsep Merespons Kata dasar dari merespons adalah respons, menurut KBBI respons adalah
tanggapan/reaksi/jawaban.
Sedangkan
untuk
pengertian
dari
merespons adalah memberikan tanggapan/menanggapi. Yang mana dalam penelitian ini merespons yang dimaksudkan adalah memberikan tanggapan mengenai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. E. Konsep Selective Attention Selective attention (penerimaan informasi selektif) adalah proses dimana individu cenderung memerhatikan dan menerima terpaan pesan media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya atau yang sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya.14 Di samping itu ia menghindari pesan-pesan yang tidak sesuai dengan pendapat dan minatnya. Bahkan, dalam perkembangannya, seorang individu akan cenderung memilih siaran yang sesuai dengan sikap dan keyakinannya.15 Nurudin mengutip Alexis S. Tan yang berpendapat selective attention mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut. Pertama, perbedaan individu merupakan hasil dari struktur kognitif seseorang yang berbeda dalam menerima pesan-pesan media, jenis media massa pun beragam silih berganti menerpa seseorang. Seseorang memiliki kemampuan untuk selektif hanya pada pesan-pesan yang menarik perhatiannya.
14 15
229.
Morissan, Psikologi Komunikasi(Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 232. Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007), h.
25
Kedua, keanggotaan sosial pada berbagai kelompok sosial pun ikut mempengaruhi pesan mana yang kita pilih. Misalnya agama, partai, suku. Dengan demikian, mereka yang mempunyai agama sama cenderung memperhatikan pesan-pesan yang sama. Ketiga, orang lebih berminat kalau suatu informasi dapat membangun citra hubungan dengan orang lain.16 Dengan begitu, apa yang menjadi perhatian seseorang belum tentu sama dengan orang lain. Kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat dan apa yang ingin kita dengar menyebabkan perbedaan ini timbul.17 F. Konsep Selective Perception Selective perception adalah seorang individu secara sadar akan mencari media yang mendorong kecenderungan dirinya. Kecenderungan dirinya ini bisa merupakan pendapat, sikap atau keyakinan. Jadi, individu aktif mencari informasi yang bisa memperkuat keyakinannya. Misalnya, seorang mahasiswa yang sedang belajar tentang demokrasi dan disetiap kesempatan memperbincangkan arti pentingnya demokrasi, akan merasa perlu untuk mencari buku-buku yang bisa mendukung pendapatnya tersebut. Jarang dari mereka yang mencari buku-buku yang justru menolak ideidenya.18 G. Konsep Selective Retention Selective Retention atau pengingatan selektif adalah kecenderungan seseorang untuk mengingat kembali suatu informasi yang dipengaruhi oleh
16
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa, h. 229. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi(Bandung: RemajaRosdakarya, 2007), h.53. 18 Morissan, Psikologi Komunikasi, h. 233. 17
26
keinginan, kebutuhan, sikap dan faktor-faktor psikologis lain.19 Seseorang cenderung hanya mengingat pesan yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya. Ingatan selektif mengasumsikan bahwa orang tidak akan mudah lupa atau sangat mengingat pesan-pesan yang sesuai sikap atau kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya.20 H. Konsep Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti, surat kabar, film, radio dan televisi.21 Karakteristik media massa adalah: 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat
satu
arah,
artinya
komunikasi
yang
dilakukan
kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau terjadi reaksi, memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
19 Werner J. Severin dan James W. Tankard. Teori Komunikasi: Sejarah Metode dan Terapan di Dalam Media Massa Edisi ke-5 (Jakarta: Kencana, 2009), h. 93. 20 Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, h. 71. 21 Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 122.
27
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. Pada satu pihak, media massa mencerminkan realitas sosial. Pada lain pihak, media massa mampu membentuk realitas sosial melalui pemilihan. Selektif untuk mengangkat suatu permasalahan. Oleh karena itu, media massa memiliki kekuasaan untuk mengembangkan dan mengarahkan pemikiran yang saling bertentangan yang ada dalam masyarakat. Jadi khalayak yang heterogen, terutama dalam sikap dan pemikiran, lebih dikendalikan oleh media. Media massa juga berfungsi memberikan status, misalnya orang yang tidak dikenal mendadak terkenal karena diungkap besar-besaran dalam media massa.22 I.
Konsep Berita 1. Pengertian Berita Istilah “News” merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang artinya “berita”, berasal dari “new” (baru) dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dalam hal ini segala yang baru merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news). Oleh karena itu Hornby menjelaskan “news” sebagai laporan tentang apa yang terjadi paling mutakhir (sangat-sangat baru), baik peristiwa maupun faktanya.23 Kemudian Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate menyatakan, news atau berita adalah
22
Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 54. Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi Produk dan Kode Etik (Bandung: Nuansa, 2004), h. 102. 23
28
sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta khalayak pendengar.24 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.25 Pendapat lain dikemukakan oleh AS Haris Sumadiria yang menyatakan berita adalah semua hal yang terjadi di dunia, apa yang ditulis dalam surat kabar, apa yang disiarkan di radio, dan apa yang ditayangkan oleh televisi.26 Dari uraian tadi kiranya dapat diartikan berita merupakan suatu informasi yang bersifat aktual, kebaruan dan terkini yang ada dalam kehidupan masyarakat dan disampaikan kepada khalayak dalam waktu yang secepat-cepatnya. Dalam pemahaman lebih dalam, berita dibedakan menjadi dua sistem yaitu menurut Pers Barat dan Pers Timur. Keduanya mempunyai sistem yang sangat bertentangan dan berbeda. Dalam Pers Timur berita tidak dipandang sebagai “komoditi”: berita bukan “barang dagangan”. Berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Berita tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu “ingin tahu” segala sesuatu yang luar biasa dan “menabjubkan” melainkan pada keharusan ikut usaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan negara sosialis. Berbeda dengan Pers Barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. “Tidak heran kalau Pers Barat mendefinisikan berita
24 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Professional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64. 25 Suhaemi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 27. 26 Suhaemi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, h. 28.
29
seperti yang diberikan oleh ‘raja pers’ dari Inggris, Lord Northcliffe, yang mengatakan bahwa “News is anything out of ordinary”.27 2. Jenis Berita Terdapat beberapa jenis berita yang diantaranya adalah:28 1. Hard News, segala informasi penting dan menarik yang harus segera di laporkan atau disiarkan agar cepat diketahui khalayak. 2. Soft News, segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat segera ditayangkan. 3. Dokumenter,
program
informasi
yang
bertujuan
untuk
pembelajaran dan berpendidikan namun disajikan dengan menarik.
3. Objek Berita Objek berita seluruhnya menggambarkan atau menginformasikan tentang fakta. Dalam hal ini fakta yang dimaksud yaitu: a. Peristiwa: suatu kejadian yang baru terjadi dan hanya sekali terjadi. b. Kasus: kejadian atau fakta yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa. c. Fenomena: suatu kejadian yang pengaruhnya melebihi batas teritorial tertentu, dan ruang-ruang identitas lainnya, dan terjadi secara berulang-ulang. Dalam menulis berita perlu diperhatikan beberapa elemen nilai berita yang menjadikan peristiwa atau kejadian tersebut memiliki daya tarik. Menurut Septiawan K. Santana elemen nilai berita terbagi menjadi berikut:29
27 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 32. 28 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008) h. 25-28.
30
a. Immediacy, berkaitan dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan atau nilai baru. b. Proximity,
keterdekatan
peristiwa
dengan
khalayak
dalam
keseharian mereka. c. Consequence, nilai berita yang memberikan konsekuensi atau memiliki pengaruh bagi khalayak. d. Conflict,
berkaitan
dengan
peristiwa
perang,
demonstrasi,
kerusuhan, kriminal, atau perseteruan. e. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi atau jarang ditemui. f. Sex, berkaitan dengan peristiwa perselingkuhan, hubungan antar invidu. g. Emotion, biasanya disebut sebagai elemen human interest, dimana elemen ini berkaitan dengan kisah-kisah yang menyentuh emosi manusia. h. Prominence, berkaitan dengan keterlibatan orang-orang penting, terkenal atau tokoh. i. Suspence, adanya peristiwa yang mengejutkan atau sesuatu yang ditunggu-tunggu. j. Progress, berkaitan dengan perkembangan sebuah peristiwa. Unsur penting yang ada dalam berita meliputi pertanyaan yang dapat menjawab rasa ingin tahu masyarakat pembaca. Unsur berita tersebut adalah: What (apa peristiwa yang terjadi), who (siapa yang terlibat dalam peristiwa),
29
Suhaemi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, h. 31.
31
where (dimanakah peristiwa terjadi), when (kapan peristiwa terjadi), why (penyebab peristiwa terjadi), dan how (bagaimana itu terjadi). 4. Kaidah-kaidah Berita a. Akurasi (accuracy): kebenaran dan ketepatan data yang diberitakan. b. Keseimbangan (balance): keseimbangan ini dilakukan ketika sebuah peristiwa
berkaitan
dengan
dua
belah
pihak.
Maka,
untuk
menyeimbangkannya, wartawan harus sama-sama menggali data dari dua belah pihak terkait secara seimbang. Begitu juga dalam penulisannya. c. Kejelasan (clarity): dapat dipahami maksud yang dikehendaki dalam ini berita. Ini meliputi keutuhan data dan penulisan berita. J.
Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Dengan demikian anggaran merupakan suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen berupa rencana-rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu, dimana rencana tersebut merupakan suatu pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut.30 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.31 APBD merupakan
30 31
Dedi Nordiawan, dkk., Akutansi Pemerintahan (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 19. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003, pasal 1 butir 8.
32
pengejawantahan rencana kerja pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahun dan berorientasi kepada tujuan kesejahteraan publik.32 APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD juga ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD, demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.33 APBD memiliki struktur yang merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, pembiayaan. Sebagai dokumen APBD merupakan rangkaian seluruh jenis pendapatan, jenis belanja, dan sumber-sumber pembiayaan, oleh karena itu akan ada kemungkinan surplus atau defisit. Surplus anggaran terjadi jika terdapat selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah. Sebaliknya defisit terjadi jika terdapat selisih kurang pendapatan daerah terhadap belanja daerah, sedangkan jumlah pembiayaan sama dengan jumlah surplus/defisit anggaran.34 1. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam massa satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala daerah dalam penyusunan Rancangan APBD (RAPBD) 32
Indra Bastian, Akutansi Sektor Publik (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 189. Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2008), h. 369. 34 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 371. 33
33
menetapkan prioritas dalam plafon anggaran sebagai dasar peyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja (RKASK) perangkat daerah. Berdasarkan prioritas dan plafon anggaran tersebut kepala RKASK perangkat daerah dengan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai. RKASK perangkat daerah disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai
bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun
berikutnya.35 Banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran, baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah dan ini berdampak langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi orang yang langsung mempunyai hubungan dengan penyusunan anggaran, dalam pelaksanaan penyusunanya itu tidak mudah, karena banyak dampak negatif yang keluar pada diri seseorang, diantaranya perbuatan yang sangat tidak terpuji dan berdampak merugikan bagi negara contohnya, perbuatan korupsi. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 Ayat (4) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa:“APBN/APBD
mempunyai
fungsi
otorisasi,
perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi”.36 a. Fungsi otoritas: Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.
35 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 87. 36 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, pasal 3 ayat (4).
34
b. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah. d. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah. e. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. f. Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
2. Praktik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, didukung dana dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah, sedangkan yang menjadi kewenangan pemerintah, didukung dana dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. Di dalam praktiknya APBD, kepala daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah.37
37
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, h. 77.
35
Dalam pelaksanaan APBD, semua manfaat yang bernilai uang berupa komisi, rabat, potongan, bunga atau nama lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa dan dari penyimpanan dan atau penempatan uang daerah merupakan pendapatan daerah dan dibukukan sebagai pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD.38 Dalam rangka pelaksanaan APBD, SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan yang tidak tersedia anggaranya, dan/atau yang tidak cukup tersedia anggaranya dalam APBD. Pelaksanaan belanja daerah ini harus didasarkan pada perinsip hemat, tidak mewah, efektif, efesien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan APBD adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD). DPA SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.39 Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.40 Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan daerah, semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. Rekening 38 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, 2007), h. 206. 39 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 390. 40 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, h. 95.
36
kas umum daerah dalam ayat ini adalah tempat penyimpanaan uang dan surat berharga yang ditetapkan oleh kepala daerah. Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambatlambatnya dalam waktu satu hari kerja.41 Dalam
rangka
pelaksanaan
anggaran
belanja
daerah,
setiap
pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak penagih. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah. Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), atau DPA-SKPD, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.42 SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan
kegiatan
sebagai
dasar
penerbitan
Surat
Permintaan
Pembayaran (SPP), pengertian berdasarkan DPA-SKPD dala hal ini, adalah seperti untuk kegiatan yang sudah jelas alokasinya, SPP adalah dokumen yang diterbitkan
oleh
pejabat
yang
bertanggungjawab
atas
pelaksanaan
kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
41 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 392. 42 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 393.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini, peneliti akan menyajikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Dakwah (FIDIKOM) Universitas Islam Negeri Jakarta dan Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Sahid Jakarta. Namun, sebelum masuk pada gambaran umum kedua fakultas tersebut diatas. Terlebih dahulu peneliti akan menyajikan gambaran umum Universitas Islam Negeri Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta. A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Sejarah Sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi, sejarah perkembangan UIN Jakarta tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan perguruan tinggi Islam di Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan Islam secara modern. Karena berdirinya UIN pada dasarnya merupakan keinginan umat Islam untuk membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan mahasiswa yang handal dalam merespon setiap kebutuhan masyarakat dan perubahan zaman.1 Pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berawal dari dibentuknya Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) sebagai akademi dinas Departemen Agama pada tanggal 1 Juni 1957. Yang dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 ADIA bergabung dengan PTAIN (Perguruan Tinggi Agama 1
Admin, Sejarah UIN Jakarta, artikel diakses pada 20 September 2015 dari http://www.uinjkt.ac.id/?page_id=49
37
38
Islam) yang berada di Yogyakarta menjadi IAIN al Jamiah al Hukumiyah dengan dua fakultas yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Kemudian, pada tahun 1962 dibuka Fakultas Ushuluddin yang merupakan metamorfosis dari Jurusan Da’wah wal Irsyad (Jurusan Imam Tentara). Mengingat perkembangannya yang pesat dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1963 bahwa IAIN yang telah mempunyai tiga fakultas maka dianggap telah mampu untuk berdiri sendiri , maka dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1963 tanggal 25 Februari 1963 IAIN cabang Jakarta menjadi IAIN al Jamiah al Hukumiyyah Syarif Hidayatullah Jakarta. Terakhir, pada 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan terbitnya Keputusan Presiden RI No. 031 Tanggal 20 Mei 2002. Keppres itu menjadi landasan legalitas formal perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden H. Hamzah Haz tanggal 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank (IDB). Sebagai upaya awal untuk menghilangkan dikotomi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mulai tahun akademik 2002/2003 menetapkan namanama fakultas sebagai berikut:2 1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan; 2
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013 (Jakarta: UIN Jakarta, 2012), h. 10.
39
2) Fakultas Adab dan Humaniora; 3) Fakultas Ushuluddin; 4) Fakultas Syari'ah dan Hukum; 5) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi; 6) Fakultas Dirasat Islamiyah; 7) Fakultas Psikologi; 8) Fakultas Ekonomi dan Bisnis; 9) Fakultas Sains dan Teknologi; 10) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 11) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; 12) Sekolah Pascasarjana. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terus berupaya menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu-ilmu terkait lainnya dalam arti yang seluas-luasnya. 2. Visi, Misi dan Tujuan Visi Menjadi lembaga pendidikan tinggi terkemuka, berdaya saing tinggi, dan terdepan dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan, kemanusiaan, kemodernan, dan keindonesiaan. 3
3
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013, h. 10.
40
Misi a. Melakukan reintegrasi keilmuan pada tingkat epistimologi, ontologi, dan aksiologi, sehingga tidak ada lagi dikotomi antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. b. Memberikan
landasan
moral
terhadap
pengembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan melakukan pencerahan dalam pembinaan iman dan taqwa (Imtaq) sehingga Iptek dan Imtaq dapat sejalan. c. Mengartikulasikan ajaran islam secara ilmiah-akademis ke dalam konteks kehidupan masyarakat, sehingga tidak ada lagi jarak antara nilai dan perspektif agama dengan sofisme masyarakat. d. Meningkatkan mengembangkan
kualitas aspek
penyelenggaraan keislaman,
pendidikan
keilmuan,
dan
kemanusiaan,
kemodernan, dan keindonesiaan. e. Meningkatkan kualiatas penelitian dan pengabdian yang bermanfaat untuk kepentingan ilmu dan masyarakat. f. Membangun tata kelola Universitas yang baik dan manajemen yang profesional dalam mengelola sumber daya perguruan tinggi sehingga menghasilkan pelayanan prima kepada sivitas akademika dan masyarakat. g. Membangun kepercayaan dan kerjasama dengan lembaga regional, nasional, dan internasional. h. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan
41
prinsip efisiensi dan produktifitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Tujuan a. Menghasilkan sarjana yang memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan global. b. Menyiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik, profesi, dan/atau vokasi yang kompetitif serta dapat mengembangkan ilmu agama islam, sains dan teknologi, serta seni. c. Menyebarluaskan ilmu agama islam, Iptek, dan seni yang dijiwai oleh nilai keislaman, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya budaya nasional. B. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 1. Sejarah Pada 1990, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta meresmikan berdirinya Fakultas Dakwah.
Fakultas ini mulai menerima mahasiswa pada tahun
akademik 1990/1991. Pada saat pertama kali dibuka Fakultas Dakwah memiliki satu jurusan, yaitu Jurusan Penerangan Dan Penyiaran Agama (PPA). Setahun kemudian, tepatnya pada tahun Akademi 1992-1993, sejalan dengan semakin besarnya minat calon mahasiswa, Fakultas Dakwah membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Masyarakat (BPM). Pada tahun akademik 1994-1995 jurusan ini berubah menjadi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (BPA). Pada tahun Akademik 1996-1997, kembali terjadi pergantian nama , yaitu: Jurusan PPA berubah menjadi Jurusan
42
Komunikasi Dan Penyiaran Islam(KPI), Jurusan BPA berubah menjadi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI). Pada tahun akademik 1997-1998, Fakultas Dakwah membuka Jurusan Manajemen Dakwah (MD). Jurusan ini dimaksudkan sebagai bentuk IAIN sebagai lembaga pendidikan tinggi terhadap lemahnya manajemen lembagalembaga dan aktivitas dakwah di Indonesia. Manajemen yang tidak efektif sering kali menjadikan kendala dalam aktivitas dakwah. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun akademik 1998-1999 Fakultas Dakwah membuka Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Pembukaan jurusan ini didasarkan kepada keinginan untuk mengembangkan da’wah bi al-hal pada tataran konsep dan implementasi. Pada tahun yang sama, Fakultas Dakwah juga membuka program non-reguler ( Program Ektensi) Program Studi KPI untuk memfasilitasi calon mahasiswanya yang karena berbagai alasan tidak dapat mengikuti kuliah dipagi hari dan hanya satu jurusan yaitu KPI. Legalitas Program Studi di Fakultas Dakwah adalah surat keputusan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (Dirjen Binbaga sekarang Dirjen pendidikan Islam) No. E/48/1999 Tanggal 25 Februari 1999. Dengan demikian, Fakultas Dakwah terdiri dari 4 (empat) Program Studi, yaitu KPI, BPI, MD, dan PMI.4 Semakin besarnya tuntutan kebutuhan terhadap sarjana-sarjana muslim yang memiliki kemampuan dalam menangani masalah-masalah sosial sejalan dengan semakin banyaknya problematika sosial seperti kemiskinan, anak jalanan, narkoba, bencana alam, konflik etnik, dan agama pada tahun 4
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013 (Jakarta: UIN Jakarta, 2012), h. 173-176.
43
akademik Konsentrasi
2003-2004
Fakultas
Kesejathteraan
Dakwah
Sosial
dan
(Kessos)
Komunikasi dibawah
membuka
Jurusan
PMI.
Pembukaan konsentrasi Kessos mendapatkan dukungan dari “IAIN Indonesia Social Equity Project” (IISEP). Project ini merupakan kerjasama beberapa lembaga yaitu IAIN SyarifHidayatullah Jakarta, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Departemen Agama (Depag), Canadian Depelovment Agency (CIDA), dan Mc Gill University, Canada. Pada tahun akademik 2004-2005, sejalan dengan makin besarnya minta calon mahasiswa KPI, khususnya untuk bidang komunikasi dan media massa, Fakultas Dakwah dan Komunikasi membuka konsentrasi Junalistik yang berada dibawah Jurusan KPI. Konsentrasi Jurnalistik dimaksudkan untuk mencetak jurnalis muslim yang melayani media massa Islam yang semakin besar jumlahnya. Pada tahun 2002, Presiden RI menerbitkan Kepres No. 31 Tahun 2002 Tanggal 20 Mei 2002 tentang perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perubahan kelembagaan ini diikuti pula dengan perubahan nama-nama Fakultas dilingkungan UIN Jakarta. Berdasarkan SK tersebut Fakultas Dakwah secara resmi menjadi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Kemudian pada tahun 2009 Fakultas Dakwah dan Komunikasi berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, hal ini mempertegaskan bahwa Fakultas ini mengemban amanat untuk membangun dua rumpun keilmuan yaitu kelimuan dakwah dan kelimuan komunikasi.
44
Sejak berdiri pada tahun akademik 1990-1991, Fakultas Dakwah dan Komunikasi telah mengalami pergantian pimpinan (Dekan) sebagai berikut: Prof. Dr. H. R. Husnul Aqib Suminto (1990-19993), Prof. Dr. H. Muh. Ardani (Pjs.1994-1996 dan 1996-1997), Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf (19972000 dan 2000-2005), Dr. H. Murodi, MA (2005-2009), dan Dr. H. Arief Subhan, MA (2009-sekarang). 2. Visi dan Misi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Visi Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah: “ Menjadikan Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai pusat keunggulan dalam kajian ilmu-ilmu dakwah, pengembangan masyarakat Islam, dan komunikasi kontemporer”.5 Misi Fakultas Dakwah dan Komunikasi 1. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pengajaran yang berkualitas dan mempuni dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Melakukan penelitian yang berkualitas dalam rangka pengembangan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, dan mempublikasikan, baik nasional, regional, dan internasional. 3. Melakukan pengabdian kepada masyarakat secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mengamalkan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi. 4. Mengembangkan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa. 5. Melakukan secara aktif kerjasama yang produktif dengan lembaga dan instansi terkait, baik dalam maupun luar negeri untuk kepentingan pengembangan dakwah dan masyarakat Islam. 5
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013 (Jakarta: UIN Jakarta, 2012), h. 175.
45
6. Melakukan pembinaan akhlak mulia, kreativitas, dan life skill mahasiswa agar dapat menjadi tauladan dan berpretasi ditengah masyarakat. 7. Menjalin silahturahmi secara intensif dengan alumni dan wali mahasiswa untuk membangun kejayaan Fakultas. 3. Program Studi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi a. Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam (KPI) Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) bertujuan menghasilkan output sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang komunikasi dan penyiaran Islam, cakap dalam bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, mampu mengkomunikasikan nilai-nilai atau ajaran Islam dalam konteks perkembangan dunia modern. Tidak kalah penting, mereka mampu memanfaatkan media-media komunikasi modern sebagai media dakwah Islam. b. Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) bertujuan menyiapkan keilmuan dakwah yang bermoral tinggi serta memilki keterampilan dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan agama Islam baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat Muslim secara professional.
c.
Program Studi Manajemen Dakwah (MD) Program Studi Manajemen Dakwah (MD) bertujuan menyiapkan
ilmuan dakwah yang bermoral tinggi serta memiliki keterampilan sebagai
46
manajer dalam mengelola lembaga-lembaga dakwah dan masyarakat dengan pendekatan manajemen secara professional. d. Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam bertujuan menyiapkan kelimuan dakwah yang bermoral tinggi serta memiliki keterampilan sebagai pekerja sosial (social worker) dan pengembangan komunitas (community development) dalam mendorong pertumbuhan keluarga dan masyarakat secara professional. e. Konsentrasi Jurnalistik Sejarah konsentrasi Jurnalistik tidak dapat dipisahkan dari Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Secara legal, konsentrasi jurnalistik berada dibawah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Pembukaan Konsentrasi Jurnalistik tidak dapat dilepaskan dari suasana kebebasan pers di Indonesia setelah reformasi politik. Situasi tersebut mendorong kemunculan sejumlah media massa baru di Indonesia baik cetak maupun elektronik ( radio dan televisi). Hal ini mendorong meningkatnya jumlah calon mahasiswa yang ingin menekuni ilmu Jurnalistik jenjang S1. Penting ditegaskan bahwa sejalan dengan cita-cita UIN untuk integrasi ilmu, Konsentrasi Jurnalistik ingin mengembangkan model Jurnalistik Islami. f. Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Pembukuan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (Kessos) merupakan buah kerjasama antara Departemen Agama, UIN Jakarta dan Yogyakarta, CIDA (Canadian International Development Agency), dan Universitas
47
McGill Kanada dalam proyek IISEP. Konsentrasi Kessos dibuka sejak 2002 dibawah Program Studi Masayarakat Islam. 4. Profil Mahasiswa/i Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Mahasiwa/i Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi memiliki profil yang unik, jika kita membandingkannya dengan mahasiswa/i di fakultas ilmu komunikasi universitas-universitas lain. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan yang dimiliki mahasiwa/i berbeda dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki mahasiwa/i fakultas ilmu komunikasi universitas lain. Jika di fakultas ilmu komunikasi universitas lain mahasiswa/i nya rata-rata memiliki latar belakang pendidikan lulusan SMA/K, di fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah berbeda, latar belakang pendidikan mereka lebih banyak lulusan pesantren. Yang menyebabkan atmosfer berbeda di fakultas ini. Dari gaya berbusana nya pun sudah sangat berbeda di fakultas ini seluruh mahasiswa/i diwajibkan berpakaian muslim/muslimah. Namun, latar belakang yang islami tidak membuat mahasiswa/i melupakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni, pendidikan, penelitian dan pengabdian. Dalam segi pendidikan mahasiwa/i fakultas ini cukup berprestasi, tak jarang dari mereka yang memiliki prestasi akademik yang mumpuni, mencapai IPK cumlaude dan lain sebagainya. Dengan banyaknya skripsi yang berada di perpustakaan fakultas maupun perpustakaan utama telah memperlihatkan bahwa fakultas mahasiswa/i sudah melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kedua, yakni penelitian. Pada semester 7 seluruh mahasiswa/i diwajibkan melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk kegiatan Kuliah Kerja Nyata
48
yang berkerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah. Hal tersebut merupakan realisasi dari Tri Dharma Mahasiwa yang ketiga, yaitu pengabdian. Berdasarkan data pada tahun 2011-2014 jumlah mahasiswa/i Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
Diagram 3.1: Jumlah Mahasiwa FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011 s/d 2014
2014; 470
2011; 423
2011 2012 2013 2014
2013; 525
2012; 462
Sesuai data yang terlihat dalam diagram diatas, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dari angkatan 2011 sampai dengan 2014 berjumlah 1880 orang. Dengan rincian angkatan tahun 2011 berjumlah 423 orang, angkatan 2012 berjumlah 462 orang, angkatan 2013 berjumlah 525 orang dan angkatan 2014 berjumlah 470 orang. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah mahasiswa di fakultas ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2013, namun sayang penurunan jumlah mahasiswa yang cukup besar terjadi pada tahun ajaran selanjutnya, yakni tahun 2014 terjadi penurunan dari 525 orang menjadi 470 orang.
49
Untuk selanjutnya, berikut merupakan detail jumlah mahasiswa berdasarkan jurusan dari masing-masing angkatan:
Diagram 3.2: Jumlah Mahasiwa/i FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011 s/d 2014 Berdasarkan Jurusan
KPI
PMI; 126
Kessos
Jurnalistik; 258 KPI; 673
MD BPI Jurnalistik
BPI; 204
PMI MD; 377
Kessos; 242
Data pada tabel diatas menunjukan bahwa mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam lebih banyak atau mendominasi dari jurusanjurusan lainnya, hal ini terjadi diseluruh angkatan, mulai dari 2011-2014. Hal ini dikarenakan peminat untuk jurusan ini memang cukup banyak, sehingga kuota untuk jurusan ini pun memang disediakan lebih banyak dibanding jurusan-jurusan lain. Namun ini bukan berarti bahwasanya jurusan ini merupakan jurusan yang paling baik dari jurusan-jurusan lainnya. Semua jurusan di Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Dakwah UIN Syarif Hidayatullah sama baiknya, semuanya telah terakreditasi. C. Gambaran Umum Universitas Sahid Jakarta 1. Sejarah Universitas Sahid merupakan bagian dari Yayasan Sahid Jaya. Lebih tepatnya Yayasan Sahid Jaya lah yang mendirikan Universitas Sahid ini.
50
Namun, sebenarnya pada awal Yayasan Sahid Jaya mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Yayasan ini tidak serta merta langsung mendirikan sebuah universitas. Perjalanan panjang untuk mendirikan sebuah universitas pun mereka lalui. Pada tanggal 23 Maret 1983, Yayasan Sahid Jaya mendirikan suatu lembaga pendidikan yang diberi nama Akademi Perhotelan dan Pariwisata Sahid (APPS) berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Kesejahteraan, Pendidikan dan Sosial Sahid Jaya No. 039/Sc/Kpts/PI/1982 dan Surat Keputusan Koordinator KOPERTIS Wilayah III Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
No.
0275/KOP.III.N.XII/82.
Pada
tahun
1986,
APPS
memperoleh status “terdaftar” berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0216/01986. 6 Kemudian pada awal tahun 1987 timbul gagasan untuk memekarkan APPS ini menjadi lembaga pendidikan yang lebih tinggi yaitu menjadi Universitas. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0296a/0/1989, APPS diubah bentuknya menjadi Universitas Sahid (USAHID), yang memulai kegiatan akademiknya untuk pertama kalinya pada semester ganjil tahun ajaran 1988/1989. Program Studi vokasional (D-II dan D-III) pada APPS dihimpun dalam Fakultas Non Gelar. Selanjutnya, tanggal 2 Maret 1989 dan 15 Maret 1989, USAHID ditinjau oleh Tim Akreditasi dan semua Program Studi (P.S) memperoleh status “Terdaftar”, yaitu: P.S. Teknik dan Manajemen Industri, P.S. Teknik Lingkungan, dan P.S. Teknologi Makanan pada Fakultas Teknik, P.S
6
Admin, Profil Usahid, artikel diakses pada 22 September 2015 dari www.usahid.ac.id
51
Penerangan, P.S Humas dan P.S. Jurnalistik pada Fakultas Ilmu Komunikasi, serta P.S Manajemen dan P.S Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) pada Fakultas Ekonomi berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0297/01998, tertanggal 27 Mei 1989 j.o. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0586/0/1990 tertanggal 4 September 1990. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 30/1990, yang pada salah satu butirnya mengimplisitkan Fakultas Non Gelar tidak dikenal dalam Sistem Pendidikan Tinggi Nasional, maka mulai tanggal 1 Januari 1991, Fakultas Non Gelar diubah kembali menjadi Akademi Perhotelan dan Pariwisata Sahid (sekarang STP Sahid). Dalam rangka peningkatan status program studi di lingkungan USAHID, P.S. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomi, serta P.S Teknik Manajemen Industri, P.S. Teknik Lingkungan dan P.S Teknologi Industri Pangan di Fakultas Teknik telah memperoleh status “Diakui”, berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud No. 273/DIKTI/Kep/1992 tanggal 5 Juni 1992. Demikian pula untuk P.S Ilmu Hubungan Masyarakat dan P.S Ilmu Penerangan di Fakultas Ilmu Komunikasi, status “Diakui” diperolehnya berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud No. 376/DIKTI/Kep/1992 tanggal 19 Agustus 1992 Sementara itu, USAHID telah membuka program-program baru baik untuk program S-I (P.S. Akuntansi di Fakultas Ekonomi), maupun Program D-III (P.S. Manajemen Pemasaran dan Perdagangan di Fakultas Ekonomi) yang telah dikukuhkan dengan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi
52
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 255/DIKTI/KEP/1992 dengan masing-masing berstatus “Terdaftar”,dan Program D III (P.S. Komunikasi Bisnis di Fakultas Ilmu Komunikasi) berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud No. 406/DIKTI/Kep/1992 dengan status “Terdaftar”. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud Republik Indonesia No. 305/DIKTI/Kep/1994 tanggal 7 Desember 1994 Universitas Sahid telah maju satu langkah lagi dengan diberikannya status “disamakan” kepada : 1. Jurusan/Program Studi Manajemen Jenjang Pendidikan S-1 untuk Kekhususan Studi Pariwisata dan Studi Perhotelan pada Fakultas Ekonomi USAHID. 2. Jurusan/Program Studi : a. Ilmu Penerangan b. Ilmu Hubungan Masyarakat Untuk Jenjang Pendidikan S-1 pada Fakultas Ilmu Komunikasi USAHID. Mengiringi jejak tersebut, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud No. 64/DIKTI/Kep/1995 tanggal 23 Pebruari 1995 telah diberikan status “DISAMAKAN” bagi : 1. Jurusan/Program Studi Teknik dan Manajemen Industri (TMI); 2. Jurusan/Program Studi Teknik Lingkungan (TL); 3. Jurusan Teknologi Makanan Program Studi Teknologi Industri Pangan untuk Jenjang Pendidikan S-1 pada Fakultas Teknik, serta;
53
4. Jurusan/Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), jenjang pendidikan S-1 pada Fakultas Ekonomi. Dengan terbentuknya Badan Akreditasi Nasional (BAN), kepada seluruh Program Studi dengan Status Disamakan diberikan kesempatan pertama
untuk
mengajukan
permohonan
akreditasi.
USAHID
pun
memanfaatkan peluang ini, dan hasilnya 6 (enam) Program Studi memperoleh peringkat akreditasi, sesuai SK BAN No: 001/BAN-PT/AK-I/VIII/1998, disusul dengan SK BAN No 004/BAN-PT/AK-IV/IV/2000 untuk Program Studi Akuntansi dan SK BAN No. 012/BAN-PT/AK-IV/VI/2000 untuk Program Studi Ilmu Jurnalistik, serta perbaikan peringkat akreditasi bagi Program Studi Teknologi Pangan dengan SK BAN No 021/BAN-PT/AKIV/VIII/2000, SK BAN No 025/BAN-PT/Ak-I/S2/IX/2000 untuk Program Studi Manajemen (S2), serta SK BAN No 002/BAN-PT/Ak-I/Dpl/IV/2002 untuk Program Studi Manajemen Pemasaran (D3) dan Program Studi Komunikasi Bisnis (D3). Pada tahun akademik 2000/2001 Program Pasca Sarjana membuka Program Studi Magister Ilmu Komunikasi berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Tinggi No : 179/DIKTI/Kep/2000 dengan 2 Bidang Konsentrasi yaitu : 1. Manajemen Komunikasi 2. Public Relations Pada tahun akademik 2001/2002 Universitas Sahid membuka Fakultas Pertanian
sesuai
dengan
SK
Yayasan
Sahid
Jaya
No
046/YSJ/KPTS/KV/V/2001 tanggal 15 Mei 2001 yang terdiri atas Program Studi Teknologi Pangan, Program Studi Hortikultura. Program Studi
54
Teknologi Pangan melepaskan diri dari Fakultas Teknik sedangkan Program Studi
Hortikultura
merupakan
program
studi
baru
yang
mulai
dioperasionalkan pada tahun akademik 2001/2002 dengan berdasarkan Surat Ijin Penyelenggaraan dari Dirjen. Pendidikan Tinggi No 2823/D/T/2001 Tanggal 30 Agustus 2001. Kemudian pada awal tahun akademik 2002/2003, Fakultas Pertanian membuka Program Studi Agribisnis dengan berdasarkan Surat Ijin Penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas No 2095/D/T/2002, serta pada tahun akademik yang sama dibuka Program Studi Ilmu Hukum dengan 2 (dua) Peminatan yaitu Hukum Bisnis dan Praktisi yang dioperasionalkan berdasarkan Surat Ijin Penyelenggaraan dari Dirjen. Pendidikan Tinggi No. 1060/D/T/2002 di bawah Fakultas Hukum sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Sahid Jakarta No 53/SK/USAHID/V/2002. Pada Akreditasi ulang pada tahun 2002 dan 2003 yang dilakukan terhadap 6 Program Studi yaitu PS. Manajemen (S1) dan PS. Ekonomi Pembangunan (S1) pada Fakultas Ekonomi, PS. Ilmu Hubungan Masyarakat (S1) dan PS. Ilmu Penerangan (S1) pada Fakultas Ilmu Komunikasi serta PS. Teknik Industri (S1) dan PS. Teknik Lingkungan (S1) pada Fakultas Teknik, masing-masing menghasilkan peringkat akreditasi yang sama dengan sebelumnya berdasarkan SK BAN No 019/BAN-PT/Ak-VII/S1/VIII/2003, No
033/BAN-PT/Ak-VII/S1/IX/2003
VII/S1/X/2003.
dan
No
035/BAN-PT/Ak-
55
Dengan adanya penataan program studi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas, maka pada tahun 2004, 3 (tiga) Program Studi pada Fakultas Ilmu Komunikasi yaitu P.S. Ilmu Humas, P.S. Ilmu Penerangan dan P.S. Ilmu Jurnalistik bergabung menjadi satu program studi yaitu P.S. Ilmu Komunikasi dengan peminatan Ilmu Humas, Ilmu Penerangan dan Ilmu Jurnalistik. 1. Visi “Menjadi Universitas yang unggul bercirikan Kepariwisataan dan Kewirausahaan”. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang makna visi institusi agar sejalan dengan persepsi tentang arah pengembangan jangka panjang Universitas Sahid Jakarta dan memudahkan pemahaman para sivitas akademika termasuk pemangku kepentingan yang terlibat. Universitas yang unggul adalah perguruan tinggi yang memenuhi kepatuhan (compliance) guna menghasilkan lulusan yang unggul. Lulusan yang unggul berarti: lulusan memiliki kompetensi dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (religius). Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara masyarakat, pemerintah dan pengusaha. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009.Tentang Kepariwisataan). Kewirausahaan adalah keseluruhan kegiatan guna menanamkan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani
56
usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja dan teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberi pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar (Inpres No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan
Nasional
Memasyarakatkan
dan
Membudayakan
Kewirausahaan). 2. Misi Guna mencapai visi, maka misi Universitas Sahid adalah: 1. Menyelenggarakan tata kelola universitas yang sehat (good university governance) pelaksanaan otonomi perguruan tinggi. 2. Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi melalui sistem pendidikan dan pengajaran yang bermutu bercirikan Kepariwisataan dan Kewirausahaan. 3. Menyelenggarakan
kegiatan
penelitian
dan pengabdian
kepada
masyarakat bercirikan Kepariwisataan dan Kewirausahaan. 4. Menyelenggarakan kegiatan kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan. 3. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai oleh Universitas Sahid Jakarta berdasarkan visi dan misinya adalah : 1. Mewujudkan Universitas Sahid sebagai perguruan tinggi dengan tata kelola yang sehat. 2. Mewujudkan Universitas Sahid sebagai lembaga pendidikan tinggi yang melaksanakan Tri Darma bercirikan Kepariwisataan dan Kewirausahaan.
57
3. Menjadi
lembaga
pendidikan
tinggi
yang
berpartisipasi
dalam
pembangunan masyarakat. D. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Komunikasi 1. Visi Pada tahun 2020 menjadi lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi bercirikan kepariwisataan dan kewirausahaan yang secara konsisten diwujudkan dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang berlandaskan moral dan budaya bangsa. 2. Misi 1. Menyelenggarakan
pendidikan
berkualitas
dalam
menghasilkan
sumberdaya manusia yang unggul dalam wawasan keilmuan dan keterampilan komunikasi. 2. Menyelenggarakan penelitian berkualitas dalam rangka pengembangan teori dan praktek komunikasi. 3. Menyelenggarakan
pengabdian
dan
menumbuh-kembangkan
pengetahuan kreatif bagi masyarakat dalam teori dan praktek komunikasi berbasis kewirausahaan dan kepariwisataan. 4. Menumbuh kembangkan kehidupan akademik yang bermoral dan berbudaya. 3. Tujuan 1. Menciptakan suasana fakultas yang akademis, religius, berbudaya, nyaman, dan profesional. 2. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademis Ilmu Komunikasi dan atau mempunyai kemampuan profesional komunikasi
58
sehingga mampu menjawab tantangan dunia kerja secara benar (rasional-ilmiah),
baik
(religius-etik-estetik),
dan
betul
(etik-
relationship-network/kerjasama). 4. Profil Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta Dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan peneliti sebelum dan selama melakukan penelitian, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta memiliki karakteristik yang berbeda dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari cara berpakaian, pergaulan dan lain sebagainya. Namun, sama seperti mahasiswa di universitas pada umumnya, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta melakukan rutinitas perkuliahan di dalam kampus untuk memperdalam ilmu pengetahuan secara umum maupun spesifik berdasarkan jurusan yang mereka pilih. Selain rutinitas perkuliahan di dalam kelas, mahasiswa dituntut untuk memperdalam wawasan dan ilmu pengetahuannya di luar perkuliahan dengan mengikuti seminar, riset, kegiatan diskusi, studi banding dengan universitas lain yang berada di dalam ataupun luar negeri dan mengikuti organisasi intra maupun ekstra. Perbedaan terdapat dalam bentuk organisasi
yang diikuti
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta, mahasiswa pada fakultas ini lebih tertarik dan aktif untuk mengikuti organisasi intra kampus nya, baik dalam bentuk UKM untuk tingkat universitas ataupun Organisasi Mahasiswa untuk tingkat fakultas. Sangat
59
minim partisipasi dari mahasiswa Universitas Sahid Jakarta untuk mengikuti organisasi ekstra (luar kampus). Kegiatan-kegiatan yang ada di dalam organisasi kampus ini pun lebih terdominasi oleh kegiatankegiatan yang bersifat entertainment. Sangat jarang terlihat adanya kegiatan-kegiatan diskusi dan sejenisnya. Hal tersebut sangat jauh berbeda dengan mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang mana kita dapat dengan mudah menemui mahasiswa yang aktif di organisasi intra maupun ekstra. Kegiatan-kegiatan diskusi pun kerap digelar di koridor-koridor fakultas pada sore hari. Dalam hal menanggapi isu yang berkaitan dengan pemerintah, mahasiswa pada fakultas ini pun cenderung kurang aktif dan kurang tertarik. Sikap yang cenderung apatis terhadap politik ini pun yang kemudian cukup menyulitkan peneliti untuk mendapatkan informan pada penelitian ini.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 Masih hangat diingatan kita semua betapa kisruhnya rancangan APBD DKI tahun 2015 lalu. Pemberitaan mengenai kisruh ini gencar dilakukan berbagai media massa mulai dari media cetak, elektronik hingga online. Kisruh ini berawal dari perbedaan rancangan APBD DKI 2015 yang diserahkan pemprov DKI Jakarta kepada Kementerian Dalam Negeri. Pasalnya, RAPBD DKI 2015 telah disetujui oleh DPRD DKI pada sidang paripurna 27 Januari 2015.
Gambar 4.1 Pemberitaan Disahkannya APBD DKI 2015 Pada Sidang Paripurna 27 Januari 2015. Sumber : Kompas.com
Namun, DPRD menilai draf yang diserahkan Pemprov DKI bukan hasil kesepakatan dengan DPRD melalui paripurna 27 Januari lalu. Menurut pengakuan dari Ketua DPRD DKI, pada saat dirinya ketok palu, APBD 2015 sebesar Rp.73,8 triliun sedang yang diserahkan pihak Pemprov DKI sebesar Rp.73,08 triliun. Pihak DPRD DKI pun menuding bahwa APBD yang
60
61
diajukan Pemprov DKI tidak sah. Karena tidak ada paraf ketua Ketua DPRD selaku Ketua Badan Anggaran1.
Gambar 4.2 Pemberitaan Rasa Kecewa DPRD Terhadap Pemprov DKI - 13 Februari 2015. Sumber : Kompas.com
Gubernur DKI, yang karap disapa Ahok ini tak menerima tudingan tersebut. Menurutnya, melalui penggunaan e-budgeting dokumen APBD yang diajukan ke Kemendagri tidak perlu paraf ketua DPRD DKI. Setelah mendapat evaluasi Kemendagri, baru ditandatangani antar-eksekutif dan legislatif. Alasan Gubernur DKI untuk menggunakan sistem e-budgeting cukup kuat. Gubernur menegaskan, Pemprof DKI tetap akan menjalankan sistem e-budgeting. Sehingga hanya beberapa pihak yang memiliki akun serta password untuk mengunci anggaran di e-budgeting. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya “dana siluman” dalam APBD. Pihak Pemprov pun balik menuding DPRD DKI perihal adanya “dana siluman” dalam RAPBD versi mereka. Gubernur DKI menyebut legislatif telah memotong anggaran sebesar 10-15% dari program-program unggulan Pemprov hingga muncul Rp.12,1 triliun yang dialokasikan untuk pos-pos tidak logis. Gubernur DKI yang kerap disapa Ahok ini pun geram dan melapor ke KPK terkait dugaan anggaran 1 Kurnia Sari Aziza, “Kecewa Pengajuan APBD 2015, Ketua DPRD Merasa Ditipu Ahok,” artikel diakses pada 14 Desember 2015 dari http://megapolitan.kompas.com/read /2015/02/13/18555901/Kecewa.Pengajuan.APBD.2015.Ketua.DPRD.Merasa.Ditipu.Ahok
62
“siluman” ini. Tindakan Gubernur DKI terkait anggaran “siluman” ini akhirnya berbuntut panjang. Bahasan RAPBD DKI 2015 pun menjadi macet. Bahkan berujung pada disepakatinya hak angket oleh DPRD DKI untuk menggulingkan Ahok, selaku Gubernur DKI. Menanggapi hal tersebut masyarakat pun mulai menyuarakan pendapatnya melalui linimasa Twitter. Dukungan terhadap Gubernur DKI guna memberantas korupsi dikalangan pemerintah terus mengalir. Hal ini dapat dilihat dari tagar #SaveAhok yang menjadi trending topic saat itu. Tagar itu bahkan memuncaki daftar pertama kicauan pengguna Twitter di Indonesia. Sebagian kicauan berisikan pembelaan terhadap Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama.
Gambar 4.3 Pemberitaan Seruan Dukungan Terhadap Gubernur DKI di Twitter 27 Februari 2015. Sumber : Detik.com
Gambar 4.4 Tagar #SaveAhok Menjadi Trending Topic Sumber : Kompas.com
63
Mayoritas warga DKI memang mengikuti isu ini, hal ini telah dibuktikan oleh survei yang dilakukan lembaga survei, Populi Center, yang bertajuk “Anggaran Siluman di Mata Masyarakat Jakarta”. Hasil survey tersebut mengatakan sebanyak 59,8% masyarakat Jakarta mengikuti isu anggaran siluman, dan yang tidak mengikuti ada 25,5%. Terlihat masyarakat Jakarta tertarik dengan isu tersebut dan dianggap sebagai hal yang penting2. Masyarakat pun terbagi menjadi dua kubu, kubu yang memercayai RAPBD versi Pemprov DKI dan yang memercayai RAPBD versi DPRD DKI. Namun, menurut survei yang dilakukan Populi Center, mayoritas warga lebih percaya kepada versi Pemprov dibanding versi DPRD. Tercatat sebanyak 42,6 persen masyarakat Jakarta menyatakan percaya pada dokumen RAPBD versi Pemprov DKI. Sementara itu, yang percaya pada APBD versi DPRD hanya 7,4 persen.3 Berlarut-larutnya kisruh ini merugikan banyak pihak. Pemprov DKI Jakarta diperkirakan akan mengalami kerugian sebesar Rp.11,4 triliun akibat kisruh anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Kerugian ini disebabkan oleh sanksi atas keterlambatan pengesahan APBD DKI tahun 20154. Tidak sampai disitu kisruh APBD DKI Jakarta dikhawatirkan akan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat Ibu Kota. Kerugian tersebut dapat
Andri Donnal Putera,”Mayoritas Warga Jakarta Ikuti Isu APBD dan Anggaran Siluman”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http://megapolitan.kompas.com/ read/2015/03/19/16085821/Mayoritas.Warga.Jakarta.Ikuti.Isu.APBD.dan.Anggaran.Siluman 3 Andri Donnal Putera, “Kekisruhan APBD, Warga Lebih Percaya Informasi dari Ahok Ketimbang DPRD”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http://megapolitan.kompas.com/ read/2015/03/19/1619024/Kekisruhan.APBD.Warga.Lebih.Percaya.Informasi.dari.Ahok.ketimban g.DPRD 4 Tara Marchelin Tamalea, “Kisruh APBD, Jakarta Dikhawatirkan Rugi Rp 11,4 Triliun”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http://megapolitan.kompas.com/read/ 2015/03/03/15392921/Kisruh.APBD.Jakarta.Dikhawatirkan.Rugi.Rp.11.4.Triliun 2
64
berpengaruh pada pelayanan publik. Seperti pada anggaran Kartu Jakarta Sehat 2015 senilai Rp.1,3 triliun dan anggaran Kartu Jakarta Pintar 2015 senilai Rp.2,2 triliun terancam terlambat turun akibat permasalahan ini. Begitu juga dana Bantuan Operasional Sekolah senilai Rp.2,51 triliun. Keterlambatan ini akan menyebabkan semakin menurunnya pelayanan publik diberbagai bidang.5 Kisruh pengesahan APBD DKI 2015 menemui jalan buntu. Karena kisruh terus berorientasi pada konflik kasus “dana siluman”, hak angket dan cenderung berorientasi kepada konflik personal antara Gubernur DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta. Yang pada akhirnya membuat batas waktu pengesahan APBD DKI telah terlewati. Oleh karena itu sesuai dengan PP 58/2005 pasal 46 yang berbunyi: “Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan, yang disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD” APBD 2015 ditetapkan melalui Peraturan Gubernur dan besaran anggaran sama dengan pada tahun 2014. Hal ini adalah kali pertama terjadi. Padahal sebelumnya, ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi yang juga ketua Badan Anggaran berjanji pada Gubernur DKI Jakarta bahwa DPRD akan sepakat mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda), bukan Pergub. Namun, karena alasan sakit saat rapat akhir penetapan APBD, Prasetio tidak hadir.
5 Tara Marchelin Tamalea, “Kerugian Masyarakat Akibat Kisruh APBD”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/03/13205631/ Kerugian.Masyarakat.Jakarta.Akibat.Kisruh.APBD
65
B. Internalisasi Mahasiswa UIN Syarif Hidatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Dakwah
dan
Ilmu
Komunikasi
Dalam
Merespons
Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 A. Internalisasi Internalisasi merupakan pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna. Bagaimana individu memahami atau memaknai suatu peristiwa objektif secara subjektif bagi individu itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara, didapat internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam merespon pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Internalisasi Internalisasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Informan
Komentar
RO
E.... dari kisruh yang kemaren.. Yang aku dapet itu.. dari pemberitaan-pemberitaan itu apaya... Em... ini sih, ini.. kalo misalkan diliat-liat ya dari yang di review-review nih, kayaknya sih kita masyarakat sendiri ya.. kurang banyak tau tentang RAPBD itu sendiri. E... alokasinya buat kemana-kemana aja, terus pas udah digunain juga, digunainnya untuk apa aja. Bisa dibilang dari adanya kisruh ini, kita nih sebagai masyarakat, terutama warga Jakarta juga kan bisa tau tuh, gimana kurang transparannya selama ini kan mengenai ran.. mengenai tentang rancangan sampai penggunaan dana APBD DKI itu sendiri.
DTA
Ya.... kalau yang saya tangkap ya, yang saya pahami lah. Masih banyak celah di pemerintahan untuk para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menyelewengkan dana masyarakat. Masih banyak celah untuk koruptor
66
melakukan tindak pidana korupsi. Tapi ya, ini sih bukan di DKI aja ya, di pemerintahan seluruh Indonesia pasti ada banyak proyekproyek yang menjadi lahan korupsi yang dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Seperti pada proyek tutup buku lah, daripada dananya sisa mendingan dihabiskan, dan lebih seringnya dihabiskan pada proyekproyek yang tidak penting.
MON
Kalau menurut saya sih, hubungan antara legislatif dengan eksekutif itu, yang saya lihat dari permasalahan kemarin itu masih apa ya... e... ibaratnya garis instruksi dan kordinasinya itu masih kurang. Harusnya kan antara legislatif dengan eksekutif itu berjalan sesuai dengan ketentuannya.
MNR
Ya kalau untuk kesan dan pelajaran yang bisa ditangkap sih. Sebuah kota besar yang menjadi panutan orang-orang daerah untuk datang ke daerah besar yakni Jakarta. Ternyata pembahasan RAPBD-nya seperti ini, bagaimana dengan daerah-daerah terpencil. Hal ini seharusnya menjadi bahan pelajaran bagi daerah lain. Saya sebagai warga pendatang dan awam dengan masalah ini. Menjadi tahu menjadi pengetahuan baru, kalau pembahasan RAPBD itu banyak yang harus masyarakat ketahui. Yang dimana selama ini kan masyarakat awam atau tidak tahu mengenai hal itu.
PAN
Apa yaa.... yaaa.... buat aku sih adanya pemberitaan kisruh RAPBD DKI kemarin..... cerminan buruknya pemerintahan kita. Berarti kan aparatur negara kita nggak akur, sampe terjadi kisruh. Apalagi kisruhnya mengenai RAPBD, sesuatu yang sangat krusial buat pemerintahan disebuah daerah. Coba aja kalo aparatur negaranya akur, punya visi misi yang sama. Mungkin nggak akan terjadi kisruh yang berlarut-larut kayak kemaren. Dengan adanya kisruh RAPBD... itu juga kan merugikan
67
masyarakat luas. Aku baca disalah satu portal berita online waktu itu, kalo nggak salah sih kompas.com. Karena APBD DKI 2015 belum disahkan, pelayanan di posyandu jadi terhambat. See? Pasti ada efek domino dari semua itu kan.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat kita lihat adanya perbedaan internalisasi antara informan yang satu dengan yang lainnya. DTA memaknai pemberitaan kisruh RAPBD DKI merupakan bukti bahwa masih banyak celah untuk para oknum yang tidak bertanggung jawab melakukan tindak pidana korupsi. Hal tersebut bukan hanya bisa terjadi di DKI Jakarta, namun di daerah-daerah lain pun memiliki peluang yang sama. Karena disetiap daerah memiliki proyek-proyek yang riskan untuk dijadikan lahan korupsi. Berbeda dengan MNR, dia memahami pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai bahan pelajaran bagi daerah-daerah lain, terutama daerah terpencil. Jika kota besar seperti DKI Jakarta saja mengalami hal seperti ini, bagaimana dengan kota-kota lainnya, begitu menurutnya. Berbeda lagi dengan MON, dia memaknai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai gambaran kurang harmonisnya hubungan antara legislatif dan eksekutif. Hampir senada dengan MON, PAN memaknai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai cermin buruknya pemerintahan saat ini. Ketidakharmonisan antar sesama aparatur negara menyebabkan kericuhan pada perancangan APBD DKI 2015, yang menyebabkan kerugian bagi banyak pihak. Salah satunya adalah terhambatnya pelayanan posyandu,
68
menurutnya banyak efek domino yang akan terjadi karena kisruhnya RAPBD. Lain halnya dengan RO, dia memahami pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sebagai akibat dari kurang transparannya pemerintah selama ini. Baik dalam perancangan APBD sampai penggunaannya. Menurutnya dengan adanya kisruh RAPBD DKI 2015 masyarakat dapat lebih memahami bagaimana prosedur dalam perancangan APBD di sebuah daerah. Khususnya bagi warga DKI Jakarta, yang belum lama ini perancangan APBD-nya terhambat karena kisruh yang berkepanjangan. Perbedaan internalisasi yang dialami antara informan satu dan yang lainnya dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti faktor pada saat proses eksternalisasi dan objektifikasi, ataupun faktor penyeleksian terpaan media massa yang diterima masing-masing informan. Semua itu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang memahami sebuah realitas sosial secara subjektif. B. Ekternalisasi Ekternalisasi adalah usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik.6 Eksternalisasi merupakan salah satu fase dari proses dialektika. Melalui proses dialektika ini, realitas sosial (pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015) terbentuk. Eksternalisasi terjadi pada tahap yang paling mendasar. Terjadi saat adanya interaksi antara pesan pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 dengan individu melalui media massa. 6
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002), h. 16.
69
Tabel 4.2 Eksternalisasi Mahasiswa mengetahui adanya kisruh RAPBD DKI 2015 Informan RO DTA MON
MNR
PAN
Komentar E... Tau kok, yang ada... perbedaan versi RAPBD antara DPRD sama Pemprov kan yah? Iya, saya tahu. Iya saya tahu, emang karena pemberitaan itu sempat menjadi hot news di berbagai stasiun televisi. Oh iya, saya tahu, tentang RAPBD, yang tentang dana-dana siluman itukan? Yang tentang Pemda DKI sama DPRD DKI. Iyalah aku tau, siapa sih yang nggak tau kisruh itu. Kan beritanya banyak di media massa waktu itu.
Tabel 4.3 Eksternalisasi Mahasiswa mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 Informan RO
DTA
MON
MNR
Komentar E... Ngikutin sih, tapi... bukan karena aku nya memang tertarik sama dunia politik. Kebetulan, waktu itu kan. E... aku juga ada niat tuh buat jadiin kisruh itu sebagai bahan penelitian aku. Terus jadi aku berusaha ngikutin pemberitaannya. Tapi ya gituh ujung-ujungnya nggak jadi sih, hehehe (tertawa kecil). Waktu itu cuma karena lagi booming jadi penasaran. Ngikutin paling cuma sekali dua kali aja. Iya, emang cukup mengikuti. Karena emang saat itu sedang menjadi headline diberbagai media massa. Kemudian juga apa yang menjadi headline di media massa itu, cukup menarik perhatian bagi saya dalam mengikuti masalah yang ada diberita tersebut. Termasuk kemarin yang.. ya itu kisruh RAPBD DKI. Sebenarnya sih kalau untuk mengikuti dari awal nggak, cuma pas kemaren-kemaren ada
70
PAN
pembahasan ada sempat ngobrol-ngobrol juga ya.... taulah sedikit-sedikit. Bisa dibilang sih ngikutin pada waktu itu, tapi bisa dibilang juga enggak. Aku cuma mau tau aja, soalnya beritanya booming banget kan waktu itu. Cukup menarik perhatian lah.
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa semua informan mengetahui pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Namun tidak semua informan mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Hanya RO, MON dan PAN yang mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3. Pengetahuan dan keikutsertaan mahasiswa pada pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 memperlihatkan telah terjadinya tahap eksternalisasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti yang dikatakan Berger, eksternalisasi berlangsung ketika produk sosial
tercipta
didalam
masyarakat,
kemudian
individu
mengeksternalisasikan (penyesuaian diri) kedalam dunia sosiokulturalnya7. Pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 telah menjadi sebuah produk sosial, karena pemberitaan tersebut telah menjadi bagian penting dalam masyarakat. Seperti yang dipaparkan para informan, kisruh RAPBD DKI 2015 saat itu sangat gencar diberitakan oleh media massa. Hal tersebut menjadikan pemberitaan kisruh RAPBD ini menarik perhatian banyak pihak, yang kemudian membuat pemberitaan ini dianggap penting untuk diketahui oleh masyarakat, termasuk mahasiswa. Sehingga mahasiswa berusaha mengeksternalisasikan (menyesuaikan diri) dengan ikut mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015.
7
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana, 2011), h. 16.
71
C. Objektifikasi Objektifikasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.8 Yang dalam penelitian ini realitas objektif yang tercipta adalah realitas dalam memandang pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 secara objektif.
Tabel 4.4 Objektifikasi Mahasiswa menilai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 penting untuk diketahui publik Informan
RO
DTA
8
Komentar Penting penting penting, penting lah gitu kan, karena kan dengan adanya pemberitaan tentang kisruh ini masyarakat gituh kan lebih memperhatikan kebijakan yang diambil pemerintah. Terus khususnya juga... khususnya nih... terkait dengan transparansi RAPBD itu sendiri. Menurut gue ya pemberitaan mengenai kisruh RAPBD ini pemberitaan yang penting, karena menyangkut dana, dana dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Apalagi untuk warga DKI Jakarta. Ya kan kita lihat sendiri ya dari pemberitaan mark up anggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum itu banyak sekali. Contohnya, pada pengadaan UPS yang harganya kalau tidak salah 100jt atau 200jt, tapi di anggaran di mark up sampai 1 milyaran. Ya itu kan dana masyarakat ya itu jelas banget penting banget untuk warga DKI. Karena dana
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 16.
72
MON
MNR
PAN
yang di mark up itu kan sebenarnya bisa dialihkan untuk pembangunan daerah yang lebih penting. Ya sebenernya kan media itu, gunanya media itu untuk membangun opini publik. Tetapi karena ada permasalahan itu kan berarti ada dua kubu yang menjadi sorotan publik gituh. Entah DPRD-nya yang salah ataupun pihak Gubernurnya yang salah. Ya menurut saya sih pemberitaan dari media itu ya... sangat berperan penting untuk membangun opini publik. Oh iya, tentu. Tentu sangat penting. Ya kalau warga masyarakat selama ini tidak tahu tentang hal ini, ya.. adanya masalah ini sebenernya masyarakat harus senang. Berarti masyarakat juga harus tau kemana dana pajak yang mereka keluarkan setiap tahunnya, dan apa yang sebenarnya terjadi antara legislatif dan eksekutif. Penting lah, sangat penting bahkan. RAPBD itu kan elemen penting bagi keberlangsungan program-program di pemerintahan. Yang notabene menyangkut kepentingan publik bukan? Khususnya warga Jakarta. Dengan di blow up nya permasalahan ini oleh media ke publik. Publik masyarakat jadi lebih memperhatikan tentang permasalahan RAPBD DKI ini. Contohnya aku, sebelum adanya pemberitaan mengenai kisruh ini. Aku mana tau kalo ternyata dalam perencanaan APBD itu memakan proses yang cukup rumit, dari sidang paripurna DPRD lalu diajukan dulu ke Kemendagri, dan lain sebagainya lah.
73
Tabel 4.5 Objektifikasi Mahasiswa menilai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 penting untuk diketahui mahasiswa Informan RO
DTA
MON
MNR
PAN
Komentar Sama pentingnya menurut aku, karena kan kita mahasiswa kan emang udah seharusnya lebih peduli sama apa-apa aja yang terjadi di pemerintahan sana. Penting banget. Karena dana yang banyak di mar k up itu dibagian pendidikan ya kalau saya tidak salah ingat. Dan saya sebagai mahasiswa merasa dirugikan oleh hal itu. Ya sebenernya kan media itu, gunanya media itu untuk membangun opini publik. Tetapi karena ada permasalahan itu kan berarti ada dua kubu yang menjadi sorotan publik gituh. Entah DPRD nya yang salah ataupun pihak Gubernur nya yang salah. Ya menurut saya sih pemberitaan dari media itu ya... sangat berperan penting untuk membangun opini publik. Kalau untuk kepentingan sebagai mahasiswa ya.. sangat penting lah. Untuk menjadi pelajaran untuk menjadi lebih kritis untuk menghadapi setiap tahunnya. Kan RAPBD itu agenda setiap tahun, agenda rutin pemerintah setiap tahun. Ya sebagai mahasiswa kita juga harus tahu, harus kritis bagaimana mekanismenya, bagaimana alur-alurnya sehingga kita tidak hanya mengikuti apa yang ada atau apa yang kita lihat. Yang disajikan oleh pemberitaan. Ya sama pentingnya lah.
Dalam melihat pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 secara objektif. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melihatnya sebagai pemberitaan yang penting untuk diketahui publik dan mahasiswa. Pentingnya pemberitaan untuk diketahui oleh publik dan mahasiswa
74
dikarenakan pokok permasalahan dari pemberitaan ini merupakan hal yang sangat krusial. Yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang notabene merupakan elemen penting bagi keberlangsungan program-program di pemerintahan. Yang mana dana dari APBD bersumber dari rakyat, seperti yang dikatakan MNR bahwa masyarakat harus tahu kemana dana pajak yang mereka keluarkan setiap tahunnya. Walau bagaimanapun, kekacauan saat perancangan APBD tersebut sangat penting untuk diketahui publik dan mahasiswa, karena menyangkut kepentingan orang banyak. Selain itu, seperti yang diungkapkan RO, dengan diketahuinya permasalahan ini oleh publik, membuat permasalahan ini menjadi pusat perhatian.
Sehingga
masyarakat
lebih
memperhatikan
kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh pemerintah di masa yang akan datang khususnya mengenai transparansi penggunaan APBD. D. Selective Attention Dalam menerima sebuah informasi setiap individu mengalami proses selective attention. Selective attention adalah proses dimana individu cenderung memerhatikan dan menerima terpaan media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya.9 Latar belakang kesuaian pendapat, minat, sikap dan kepercayaan yang dimiliki sebelumnya juga mempengaruhi. Seseorang memiliki kemampuan untuk menyeleksi pesan-pesan yang menarik perhatiannya. Keanggotaan pada kelompok sosial, seperti
9
Morissan, Psikologi Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 232.
75
agama, partai, suku, serta kemampuan sebuah informasi dalam membangun citra hubungan dengan orang lain juga mempengaruhi.10 Tabel 4.7 Selective Attention Latar belakang dari sisi ketertarikan dengan politik, keanggotaan pada organisasi, dan pembangunan citra hubungan. Informan RO DTA
MON
MNR
PAN
Komentar ... bukan karena aku nya memang tertarik sama dunia politik... Sama sekali enggak. (Tidak tertarik dengan dunia politik) Kalau dari awal semester 1 sih emang sudah aktif di organisasi intra, itu HMJ KPI. Maupun di organisasi eksternal, yaitu HMI. Kegiatannya yaitu biasanya kalau sehabis kuliah, sore hari nya langsung ikut organisasi kayak rapat buat acara, dan lain lain. Terus karena saya ikut HMJ, saya jadi kenal banyak teman-teman jurusan lain gituh. Kalau tertarik nggak tertarik sama dunia politik sih tergantung mood ya. Soalnya kalau, tapi kalau untuk fokus memahami atau apa... me.... apa ya.. untuk update terus di pemberitaan politik enggak enggak terlalu minat juga sih. ...nggak juga sih. Bukan karena aku tertarik sama politik. Ya.... yang tadi aku bilang, karena pemberitaannya booming banget, di media sosial juga kan happening banget, sampe ada “meme meme lucu” tentang Haji Lulung, terus ada hashtag #saveahok dan #savehajilulung. Jadi.... ya.... menarik perhatian aja. Karena banyak orang yang ngomongin, jadi aku nggak mau ketinggalan berita dong...
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang telah diwawancara semuanya merupakan anggota dari sebuah organisasi, 3 diantaranya 10
229.
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.
76
mengikuti organisasi eksternal kampus. Penulis ketahui dari MNR, bahwasanya memang organisasi yang dia ikuti bergerak dibidang politik. Darisini dapat terlihat latar belakang keanggotaan pada kelompok sosial turut mempengaruhi ketertarikan seseorang dalam sebuah informasi yang hendak diterimanya. Pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 lalu termasuk dalam ranah politik, namun hal tersebut tidak menyurutkan minat mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengikuti pemberitaan walaupun sebagian dari mereka menyatakan tidak tertarik dengan dunia politik. Dengan booming nya pemberitaan mengenai kisruh RAPBD DKI 2015 ini, membuat pengetahuan seseorang akan berita ini akan membangun citra hubungan dengan orang lain. Tiga dari lima informan yang diwawancarai peneliti mengaku mengetahui berita ini karena gencarnya pemberitaan yang dilakukan media. Saat ini seseorang cenderung ingin diterima keberadaannya dalam lingkungan sosial. Jika lingkungan sosial nya membicarakan mengenai kisruh ini, mau tidak mau mereka yang ingin diterima keberadaannya harus ikut mengetahui isu ini. Seperti yang diakui oleh PAN bahwa dia tidak ingin “ketinggalan” berita. Hal tersebut mengindikasikan bahwasanya mereka ingin diterima dilingkungan sosial, yang mana lingkungan sosial saat itu sedang tertarik pada kisruh RAPBD ini. Sehingga pengetahuan mereka akan pemberitaan kisruh RAPBD ini akan membangun citra hubungan dengan orang lain. E. Selective Perception
77
Selain selective attention, adapula selective perception. Yakni keadaan dimana individu secara sadar dan aktif mencari informasi yang bisa memperkuat keyakinannya. Tabel 4.8 Selective Perception Mahasiswa berusaha mencari informasi dari berbagai sumber Informan
RO
DTA
MON
MNR PAN
Komentar Iya iya iya iya.. waktu itu aku.. cari-cari terus. Tapi kebanyakan dari online. Kan soalnya paling gampang aku akses kan online. Kalo TV sekilas-sekilas aja paling, kan yang penting tau tuh kalo misalkan ada beritanya masuk TV, kalo cetak cuma liat ada di headline korankoran. Kan yang namanya kalo udah jadi headline kan berarti berita nya penting tuh. Udah jadi agenda media, terus yang seterusnya jadi agenda publik deh. Enggak si. Kalau untuk mencari tahu secara khusus si enggak, soalnya saat itu memang sedang menjadi headline di media massa. Otomatis terpaan dari pemberitaan itu cukup banyak yang saya dapatkan, tanpa harus saya mencari tahu informasi mengenai masalah tersebut secara khusus, gituh kak. Ya.... gimana ya... usaha sih ada. Kalo saya nggak usaha, mana mungkin saya mengetahui pemberitaan ini. Tapi.... kalo usaha yang niat banget seperti itu, sih enggak. Enggak, aku cuma cari dari media online aja.
Ternyata hampir semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak mencari pemberitaan mengenai kisruh ini dari berbagai sumber. Hanya RO yang mencari pemberitaan mengenai kisruh ini secara khusus dari berbagai sumber, hal ini dikarenakan RO memerlukan
78
informasi untuk memperkuat keyakinannya untuk menjadikan kisruh RAPBD DKI menjadi objek penelitiannya. Namun, ketidakaktifan mahasiswa untuk mencari informasi mengenai berita ini dari berbagai sumber, tidak membuat mereka minim pengetahuan mengenai isu ini. Kemudahan mengakses informasi menggunakan media online membuat mahasiswa tetap mengetahui banyak informasi mengenai isu ini. Hal tersebut dapat dilihat dari retention atau ingatan mahasiswa akan informasi-informasi yang disampaikan media massa pada saat itu. F. Selective Retention Selective
retention
atau
pengingatan
selektif
adalah
kecenderungan seseorang untuk mengingat kembali suatu informasi yang dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, sikap dan faktor-faktor psikologis lain.11 Seseorang cenderung hanya mengingat pesan yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya. Ingatan selektif mengasumsikan bahwa orang tidak akan mudah lupa atau sangat mengingat pesan-pesan yang sesuai sikap atau kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya. 12 Tabel 4.9 Selective Retention Ingatan mahasiswa akan pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 Informan
RO
Komentar E.... banyak deh kayaknya, e.... diantaranya aja nih ya... yang aku inget. Yang aku persis tau sih yang itu... yang... pertama itu kan ada... pemberitaan tentang Pemprof DKI yang ngajuin RAPBD DKI 2015, yang bukan dari hasil sidang paripurna DPRD. Nah, mulai dari
11 Werner J. Severindan James W. Tankard. TeoriKomunikasi: SejarahMetodedanTerapan di Dalam Media Massa Edisi ke-5, h. 93. 12 Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, h. 71.
79
DTA
MON
MNR
situ tuh... muncul deh, selisih paham, antara DPRD sama Pemprof DKI yang... tentang RAPBD DKI. Terus.. e... yang ujung-ujungnya itu berlanjut dengan pemberitaan-pemberitaan tentang adanya... itu loh.. argumen yang dari kedua belah pihak. Yang... untuk mempertahankan... yang satu mempertahankan RAPBD versi nya masing-masing. Terus.. yang argumen... kedua.. e.. terus... udah tuh kan ya.. Mulai dari pemberitaan adanya dana siluman menurut Pemprof DKI yang RAPBD 2015 yang versi DPRD, terus.. e... DPRD balik serang kan, e... dengan... yang cara dia mengajukan hak angket tentang... yang... etika Pak Ahok itu. Terus sama kesalahan nya karena mengajukan RAPBD yang bukan dari hasil sidang paripurna. Ya waktu itu si headline nya, masalah anggaran siluman yang Pak Ahok yang bentrok sama ketua DPRD nya apa kalo gak salah, Pak Haji Lulung. Emm.... apa si.... Jadi, ga sesuai gituh daftar anggaran yang udah di rapatin sama yang dilihat oleh Pak Ahok, jadi kayak ada penambahan dana yang tidak diperlukan dan aneh. Yang tidak dibahas tapi tiba-tiba muncul. Yang saya tahu sih sebenernya permasalahan yang ada di DPRD kemarin itu mengenai, dana siluman gituh kak, mengenai mark up harga, kayak misalkan contoh kasusnya itu UPS terus di mark up oleh DPRD tapi Gubernur DKI Jakarta nya itu, Pak Ahok itu nggak sepakat dengan APBD yang ada di DPRD. Kemudian akhirnya, Gubernur DKI Jakarta itu mengeluarkan revisi baru, mengeluarkan versi Gubernur sendiri gituh. Jadi ada permasalahan di antara kubu DPRD dengan Gubernur DKI Jakarta. Intinya sih gituh kak. Ya... yang saya tahu... e... sedikit yang saya tahu. Jadi dana siluman itu sebenernya.. e... apa... diakalin untuk mark up dana RAPBD. Dimana yang sebelumnya legislatif, DPRD DKI Jakarta sama eksekutif Pemda DKI sudah
80
PAN
melakukan rapat pembahasan RAPBD tapi ternyata pas finalisasi nya ada tambahan dana atau dana mark up dari DPRD gituh. Kemudian karena Pak Ahok yang harus tanda tangan untuk pengesahan merasa tidak ada dana itu, dana mark up tersebut. Maka dia menggemborgemborkan ke publik dengan sebutan dana siluman. Intinya gituh. E..... Yang aku inget.... media waktu itu ngeberitain nya.... kalo kisruh ini berawal dari ketidaksamaan pendapat antara DPRD sama Pemprof DKI. Tentang, RAPBD DKI tahun 2015. Terus.... karena ketidaksamaan ini, DPRD sama Pemprof berantem, berantem dalam tanda kutip ya maksud aku. Ya.. kurang lebih seperti itu media ngeberitainnya. Jadi DPRD maunya RAPBD yang begini, Pemprof maunya yang begitu. Karena sama-sama nggak ada yang mau ngalah, jadinya kisruh.
Dapat kita liat perbedaan ingatan akan informasi yang diterima para informan dari tabel 4.9. RO cukup banyak mengingat informasiinformasi yang disampaikan media massa dengan cukup detail. Hal ini dikarenakan RO mencari informasi mengenai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 dari berbagai sumber, karena pada saat itu pemberitaan ini sesuai dengan minatnya yang mana ingin menjadikan pemberitaaan ini sebagai bahan objek penelitian. Sedangkan informan lainnya tidak terlalu mengingat isi pemberitaan dengan detail. Ada yang mengingat poin pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 yakni perihal adanya mark up anggaran, ada pula yang mengingat mengenai dana siluman. Serta ada pula yang lebih mengingat tentang adanya adu argumen antara kedua belah pihak.
81
C. Internalisasi Mahasiswa Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi Dalam Merespon Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI 2015 A. Internalisasi Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti didapat internalisasi dari mahasiswa Universitas Sahid Jakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Internalisasi Internalisasi Mahasiswa Universitas Sahid Jakarta Informan
RA
RP
PAW
FY
Komentar E.. intinya apa ya.. permasalahan si balik lagi ke anggaran. Soal anggaran. Jadi kayak ada misalkan oknum yang ingin apa yaa... oknum yang ingin berkuasa dan memanfaatkan kepentingannya. Apa..... kepentingan kelompoknya untuk kepentingan pribadi diri sendiri. Yang ditangkep. E... orang yang... yang ditangkep orangnya kebanyakan nggak bener. Iya bawahannya, atasannya udah tegas. Bawahannya nggak bener gituh. Ya... biasalah namanya pejabat. Iya gitu deh pokoknya. Pejabat udah naek keatas. Biasa nyari duit. Itu tuh... buat balikin modal kampanye. Ya dengan... dengan kisruhnya antara Gubernur dan DPRD sih. Kesimpulannya sih e... dengan terjadinya ini cepat dapat solusinya karena sebagian dampaknya itu akan kena ke masyarakat. Ya... kalau saya si nangkepnya, sekedar aja. Sekedar mengetahui kalau DKI, RAPBD buat tahun 2015 belom ada. Karena masih kisruh di pemerintahannya. Menurut saya, kisruh RAPBD itu sendiri ya memperlihatkan kalau
82
MSJ
pemerintahan kita memang belum sejalan. Nggak ada.... biasa aja sih ngeliatnya. Soalnya juga.. apa ya... udah biasa juga sih menurut gue, kalo ngeliat pemerintahan di negara Indonesia yang kacau balau kayak gini. Masih inget kan kasus yang.. apa sih.. yang ditimpuk pake palu itu.. yang kalo nggak salah nenek-nenek ilang palu. Nah, itu aja.. itu juga lucu banget beritanya. Jadi, nggak aneh lah kalo ngeliat berita-berita kayak begini di Indonesia kayak udah buat hiburan aja.
Dari tabel diatas dapat kita lihat bagaimana internalisasi mahasiswa Universitas Sahid Jakarta terhadap pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Saudara RA memaknai bahwa kisruh RAPBD DKI merupakan gambaran adanya oknum yang ingin berkuasa dan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Sedangkan RP memahami kisruh ini sebagai gambaran banyaknya pejabat yang kurang amanah. Berbeda dengan RP, PAW memaknai kisruh ini akan menyebabkan dampak yang buruk kepada masyarakat. Lain halnya dengan FY, dia memahami bahwa kisruh ini memperlihatkan bahwa pemerintah DKI Jakarta belum sejalan. Berbeda dengan yang lainnya MSJ memaknai kisruh ini sebagai hal yang biasa, bahkan hanya sebagai hiburan semata. Terdapat perbedaan internalisasi antara informan yang satu dengan yang lainnya. namun menurut analisis peneliti internalisasi yang dialami mahasiswa Universitas Sahid Jakarta tidak terlalu mendalam. Pemaparan mereka saat diwawancarai dan deskripsi mereka mengenai
83
kisruh RAPBD DKI 2015 tidak terlalu banyak dan mendalam. Hal tersebut ditenggarai karena mereka memang tidak cukup tertarik dengan pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Yang mana dapat dilihat pada ekternalisasi, selective attention, selective perception dan selective retention yang dialami mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. B. Eksternalisasi Tabel 4.11 Eksternalisasi Mahasiswa mengetahui adanya kisruh RAPBD DKI 2015 Informan RA RP PAW FY MSJ
Komentar Iya tau. Tau. Tau-tau. Dari media online. Sedikit tahu. Kalo tau si tau, tapi nggak banyak. E.... Tau.
Tabel 4.12 Eksternalisasi Mahasiswa mengikuti adanya kisruh RAPBD DKI 2015 Informan RA RP PAW FY
MSJ
Komentar Kalo ngikutin sih enggak. Ngikutin kok. Enggak. Iya, sama cuma sekedar tahu. (tidak mengikuti) Kalo ngikutin sih sebenernya enggak. Cuman karna kemaren kepo aja, pengen tau ada soal yang meme-meme lucu soal Haji Lulung itu. Nah pas uda tau, e... ternyata itu adalah konflik DPRD sama Gubernur yaudah. Gituh aja.
Dari tabel 4.11 diketahui bahwa mahasiswa Universitas Sahid Jakarta mengetahui perihal adanya pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Namun, hanya satu informan yang mengikuti pemberitaan
84
selebihnya hanya mengetahui sekedarnya saja. Hal tersebut dikarenakan kurangnya daya tarik mahasiswa Universitas Sahid Jakarta terhadap kisruh ini. Mayoritas dari mereka mengetahui adanya kisruh ini karena adanya digital image guyonan atau biasa disebut “meme-meme lucu” di social media khususnya Twitter dan Path. Sehingga hal tersebut menimbulkan rasa ingin tahu dari mahasiswa Universitas Sahid Jakarta terhadap isu dibalik “meme” tersebut. C. Objektifikasi Tabel 4.13 Objektifikasi Mahasiswa menilai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 penting untuk diketahui publik Informan
RA
RP
PAW
FY
MSJ
Komentar Kalo dibilang penting ya penting. Buat.. apa ya.. pengetahuan masyarakat juga kan. E... pemerintahan Indonesia kayak apa sih, sekarang lagi terjadi apa sih.. Jadi kalo dibilang penting ya penting buat pengetahuan kita. Penting lah, penting banget malah harus diketahui. Karena.. karena kan itu.. e... RAPBD itu kan uang nya dari publik. Jadi itu permasalahan publik, kalau ada masalah kayak gituh. Jadi harus tau, karena kan pemerintah kerja buat rakyat. Jadi semuanya harus transparan, gituh... Cukup penting sih, karena yang dibalik e.. apa yang dilakukan pemerintah itu sebenernya enggak semua nya bener yang diketahui oleh masyarakat. Kalo penting si penting banget. Penting sih... penting banget. Karena kan biar gimana juga ini kan salah satu bagian dari... apa... pemerintahan di Indonesia. Cuman, ya balik lagi sama kita nya masing-masing nanggepin berita itu seperti apa. Kalo gue sih nganggep nya, ya... yaudalah biasa aja. Emang
85
begitu ada nya. Tabel 4.14 Objektifikasi Mahasiswa menilai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 penting untuk diketahui mahasiswa Informan RA
RP
PAW
FY
MSJ
Komentar Kalo buat mahasiswa penting juga sih, soalnya sebagai mahasiswa itu kan bakalan jadi generasi penerus bangsa. Jadi misalkan ada masalah harus mencoba kritis sih. Ketika ada masalah apa ya kita sampein anjurannya buat koreksi pemerintah, kalo ada yang nggak bener. Penting lah penting banget, karena kan buat belajar. Buat pelajaran kedepannya, kalau ada mahasiswa yang jadi politisi. Ya.. jangan kayak gituh. Apalagi atasannya Ahok. Kelar... Untuk mahasiswa menurut gua penting, e.. apa.. adanya kasus seperti ini. Apalagi dalam ruang lingkup politik gituh kan. E.. Untuk kedepannya sih.. buat.. buat si mahasiswa biar tau untuk kedepannya mau melakukan apa. Untuk.. agar dalam... apa.. kasus politik ini dapat ditangani dengan baik. Cukup penting, yaa pada intinya. Sebenarnya semua pemberitaan yang menyangkut pemerintahan itu penting. Tinggal dari individu nya sendiri bagaimana menanggapi dan menyikapinya. Kalo... kalo.. mungkin kalo lo nanya nya sama gue, gue ngerasa ya itu biasa aja. Tapi kalo mungkin untuk mahasiswa yang... gila banget politik atau apa... ya balik lagi sama orangnya sebenernya penting.. sebenernya sih penting. Cuman, ya kita udah.. karena gue udah biasa banget dengerin pemerintahan di Indonesia yang kacau balau. Jadi.. yaudalah udah biasa gituh loh. Karena pasti bakal ada lagi masalah, bakal ada lagi masalah kayak gituh.
86
Dari kedua tabel diatas, dapat dilihat bahwa dalam melihat secara objektif pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015, mahasiswa Universitas Sahid menganggap pemberitaan mengenai kisruh RAPBD DKI 2015 merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh publik dan mahasiswa. Menurut mahasiswa Universitas Sahid Jakarta, pemberitaan ini penting untuk diketahui publik dan mahasiswa karena menyangkut kepentingan orang banyak. D. Selective Attention Tabel 4.15 Selective Attention Latar belakang dari sisi ketertarikan dengan politik, keanggotaan pada organisasi, dan pembangunan citra hubungan. Informan
RA
RP PAW FY
MSJ
Komentar Iya... karena apa ya... emang nggak tertarik aja sih. Walaupun emang penting. Tapi yaudah emang nggak tertarik di dunia politik jadi yaudah begitu. Emang disempetin sih sejam lah sehari buka media online. Karena gak begitu tertarik. Gak tertarik banget. Haha, iya. Saya orang nya memang kurang suka dengan dunia politik. Jadi ya suka aja enggak, apalagi sampai cari tahu kan. Iya, e... ketertarikan gue sama pemberitaan itu muncul karena adanya meme-meme yang soal Haji Lulung itu. Rame aja gituh ngeliatnya, mangkanya gue kepo. Kalo soal kegiatan gue dikampus... ya... gituh-gituh aja sih. Gimana sih anak kuliah, ngumpul terus nongkrong sama temen-temen, terus gue juga siaran radio, rapatrapat buat acara radio. Ya... gituh-gituh aja.
Ketertarikan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta terhadap pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 tidak terlalu besar. Hal ini
87
dikarenakan ketidaksesuaian latar belakang yang mereka miliki. Ratarata mahasiswa Universitas Sahid Jakarta tidak menyukai dunia politik, sebagian dari mereka merasa tidak tertarik untuk mengikuti isu-isu yang berkaitan dengan pemerintah. Hal tersebut yang menyebabkan minimnya minat mahasiswa Universitas Sahid Jakarta untuk mengikuti pemberitaan mengenai kisruh RAPBD DKI 2015. E. Selective Perception Tabel 4.16 Selective Perception Mahasiswa berusaha mencari informasi dari berbagai sumber Informan RA RP PAW
FY
MSJ
Komentar Iya benar, hanya dari.. tau nya dari internet dan sekilas dari televisi. Iya dari media online aja, karena lebih cepet. Oh itu dari MNC sama Metro TV. Oh enggak, karena saya memang selalu menyempatkan untuk mengakses portal berita online, karena praktis ya. Untuk berita nya sendiri, saya baca yang memang sedang menjadi headline aja. Jarang si akses portal berita khusus untuk mencari berita tertentu, apalagi yang berbau politik. E.... untuk pemberitaan itu? Ya... kalo nyari sih dari internet aja. Cuman buka-buka Google, terus searching-searching itu juga gue mau tau semuanya karena ya itu, ada meme-meme lucu nya, gituh. Jadi, bisa dibilang sumbernya cuma dari internet aja udah.
Karena kurang nya minat mahasiswa Universitas Sahid Jakarta terhadap isu ini membuat mereka tidak berusaha secara aktif untuk mencari informasi mengenai isu ini dari berbagai sumber. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan yang diberikan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta pada tabel 4.16.
88
F. Selective Retention Tabel 4.17 Selective Retention Ingatan mahasiswa akan pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 Informan RA RP
PAW
FY
MSJ
Komentar Inget sih... paling yang jadi permasalahan itu soal anggaran si kalo menurut gue. Yang gue tau si paling itu. E... bawahannya Gubernur kebanyakan mark up harga. Intinya si itu ceritanya. E.... Yang gue tahu sih kisruh nya tentang perbedaan rancangan anggaran antara Gubernur sama DPRD. Itu sih yang gue tau. Cuma selebihnya gak gue ikutin. Karena gue Cuma pengen tau aja. Jadi ada dua versi RAPBD DKI 2015, versi yang DPRD sama yang Pemprof. Udah si itu aja. E.... pokoknya itu konflik antara yang.. gue inget nih ya.. antara yang Haji Lulung sama Pak Ahok. Terus, konfliknya itu ya masalah RAPBD itu. Nah, katanya sih apa? Ada siluman... dana siluman siluman gituh deh pokoknya. Yang gue inget cuman ya gituhgituh aja.
Karena pada awalnya mahasiswa Universitas Sahid kurang tertarik dengan pemberitaan menjadikan sedikitnya ingatan akan berita kisruh RAPBD DKI 2015. Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya pemaparan yang diberikan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta pada tabel 4.17. D. Analisis
Komparatif
Internalisasi
Mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dengan Universitas Sahid Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi Dalam Merespons Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI
89
Sebagaimana yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, bagaimana internalisasi yang dialami mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Serta eksternalisasi, objektifikasi, selective attention, selective perception dan selective retention yang mempengaruhi internalisasi tersebut. Berikut merupakan hasil tabel komparasi internalisasi yang dialami mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dalam merespon pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015: Tabel 4.18 Komparasi Internalisasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah dengan Universitas Sahid Jakarta Dalam Merespons Pemberitaan Kisruh RAPBD DKI No
Komparasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Universitas Sahid Jakarta
Imbas
dari
kurang
Gambaran adanya oknum
transparannya
RAPBD
yang memanfaatkan jaba
DKI. Baik dalam proses
-tan untuk kepentingan
perancangan
pribadi dan golongan.
maupun
Gambaran
penggunaannya. Gambaran masih banyak nya celah untuk aparatur
1
Internalisasi
pemerintah
melakukan
korupsi.
pejabat
banyaknya yang
kurang
amanah. Kisruh akan berdampak buruk kepada masyarakat.
Gambaran kurang harmo
Memperlihatkan
-nisnya hubungan antara
pemerintahan yang belum
pihak
sejalan.
eksekutif
dan
legislatif. Sebagai bahan pelajaran bagi daerah-daerah lain, terutama daerah terpencil.
Sebagai hal yang biasa, bahkan hiburan.
hanya
sebuah
90
Cerminan buruk kinerja pemerintah daerah DKI Jakarta. Mengetahui
2
3
Eksternalisasi
Objektifikasi
pemberita-
an kisruh RAPBD DKI
2015.
2015.
Mayoritas mengikuti pem
Mayoritas tidak meng-
-beritaan kisruh RAPBD
ikuti pemberitaan kisruh
DKI 2015.
RAPBD DKI 2015.
Menganggap
penting
Menganggap
penting
pemberitaan
kisruh
pemberitaan
kisruh
RAPBD DKI 2015 untuk
RAPBD DKI 2015 untuk
diketahui
diketahui
publik
dan
gotaan pada organisasi.
Attention
publik
dan
mahasiswa.
Terpengaruh oleh keang-
4
pemberita-
an kisruh RAPBD DKI
mahasiswa.
Selective
Mengetahui
Minimnya
ketertarikan
pada dunia politik.
Adanya ketertarikan pada
Lingkungan kampus yang
dunia politik, walau tidak
kurang mendukung dalam
terlalu besar.
merespon isu-isu menge-
Pembangunan citra hubu-
nai pemerintah.
ngan dengan orang lain.
5
Selective Perception
Tidak aktif mencari di ber bagai sumber.
bagai sumber.
Cukup banyak poin yang
6
Tidak aktif mencari di ber
Minimnya
poin
yang
Selective
diingat dari pemberitaan
diingat dari pemberitaan
Retention
kisruh
kisruh
2015.
RAPBD
DKI
RAPBD
DKI
2015.
Jadi secara keseluruhan dapat dikatakan internalisasi yang dialami mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah lebih mendalam dibanding mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. Hal ini dikarenakan, pengaruh seleksi terpaan media massa pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. Mayoritas
91
mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah
mengetahui
dan
mengikuti
pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sedangkan mayoritas mahasiswa Universitas Sahid Jakarta, hanya mengetahui namun tidak mengikuti. Meskipun begitu, keduanya melihat kisruh ini secara objektif adalah merupakan hal yang penting untuk diketahui publik dan mahasiswa. Sedangkan untuk tingkat ketertarikan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap kisruh ini lebih besar dibanding mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. Latar belakang keanggotaan pada organisasi eksternal, lingkungan kampus yang mendorong mahasiswa untuk peduli dengan isu yang sedang berkembang dan keinginan terbangunnya citra yang positif dari pengetahuannya mengenai kisruh ini menjadikan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih tertarik untuk mengikuti pemberitaan ini. Sedangkan pada mahasiswa Universitas Sahid Jakarta tidak demikian, lingkungan kampus yang tidak terbiasa untuk merespon isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat, khususnya dalam hal politik membuat tingkat ketertarikan mereka pada pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 sangat minim. Perbedaan tingkat ketertarikan ini pun menimbulkan perbedaan yang cukup signifikan dalam hal selective retention atau ingatan selektif. Ingatan akan poin-poin yang diberitakan media massa yang di alami mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih banyak dibandingkan dengan ingatan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta.
92
E. Interpretasi Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa fakta menarik untuk dikaji. Penelitian ini mengambil objek penelitian internalisasi mahasiswa dalam merespon pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015, yang mana peneliti membandingkan (studi komparatif) antara internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Universitas Sahid Jakarta. Mengapa peneliti mengambil dua universitas tersebut. Karena peneliti menilai social culture di kedua universitas ini sangat berbeda. Pendapat ini didasari dari hasil observasi sebelum dan selama penelitian dilakukan. Sehingga internalisasi mahasiswa dalam merespon pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 antara kedua universitas ini dirasa menarik untuk dikaji dan dibandingkan. Seperti yang peneliti katakan diawal, telah ditemukan fakta menarik dalam penelitian ini, fakta tersebut terlihat dari hasil analisis komparatif yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya. Peneliti melihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara internalisasi yang terjadi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa Universitas Hidayatullah
Sahid
Jakarta.
Jakarta
Internalisasi
cukup
beragam
mahasiswa dan
UIN
Syarif
beralasan
serta
berkesinambungan dengan apa yang dipaparkannya saat wawancara. Sedang internalisasi mahasiswa Universitas Sahid Jakarta tidak terlalu mendalam namun tetap beragam. Tapi sangat disayangkan pemaparan mereka saat diwawancara dan pemahaman yang mereka kemukakan tidak cukup beralasan dan berkesinambungan.
93
Faktor eksternalisasi, objektifikasi, selective attention, selective perception dan selective retention ternyata sangat mempengaruhi satu sama lain serta memiliki peranan penting dalam internalisasi atau pemahaman mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta dalam memaknai pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015. Peneliti melihat faktor eksternalisasi dan selective attention lah yang paling memiliki peranan besar pada pemahaman dan penafsiran yang dikemukakan oleh mahasiswa, baik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ataupun mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. Pada dasarnya, peneliti melihat social culture yang berkembang di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Sahid Jakarta memang sangat jauh berbeda. Dari apa yang diamati penulis sebelum dan selama penelitian social culture di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sangat mendukung untuk mahasiswanya menanggapi isu-isu mengenai gejolak pemerintahan yang sedang beredar di masyarakat. Berbeda dengan social culture di Universitas Sahid Jakarta yang lebih tertarik dengan hal-hal yang “berbau” entertainment dibandingkan dengan politik. Hal tersebut merupakan satu poin besar yang menyebabkan perbedaan internalisasi antara kedua belah pihak. Yang mana poin tersebut termasuk dalam proses selective attention. Ketidaktertarikan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta terhadap politik bukan tanpa alasan. Disinyalir ketidaktertarikan ini berkaitan dengan gejala yang dinamakan “alineasi politik”. Yaitu rasa lelah karena terlalu banyak menyaksikan peristiwa dan proses-proses politik yang
94
sebenarnya mudah untuk ditenggarai namun dibuat sulit dan berlarut-larut. Yang mana membuat munculnya sikap apatis, tidak mau peduli, tidak mau percaya dan lain sebagainya terhadap pemerintah merupakan cerminan dari rasa lelah akan ketidakpastian gejolak politik di negeri ini.13 Dapat dikatakan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta sedang merasakan keterasingan politik atau alineasi politik. Alineasi politik dirasakan ketika ada “jarak” yang sangat lebar antara proses politik yang terjadi di tingkat elit dengan perilaku dan tindak-tanduk politis di atas bawah. Artinya, rakyat mulai tidak mengerti, tidak percaya, tidak mampu berbuat untuk mengubah keadaan, mulai apatis dan semakin merasa terasing dengan proses-proses politik.14 Yang kemudian menimbulkan rasa ketidaktertarikan dengan isu-isu mengenai pemerintah. Memang sangat disayangkan, ketidaktertarikan tersebut membuat mereka memahami pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 dengan biasa saja, bahkan ada yang hanya mengganggap ini semua sebagai hiburan semata. Mayoritas mahasiswa Universitas Sahid Jakarta melihat kisruh ini hanya sebagai ajang perdebatan antara Gubernur dan DPRD. Mereka tidak mencoba untuk memahami lebih jauh lagi, apa sebab dari perdebatan tersebut. Ataupun tidak mencoba melihat sisi lain dari ajang perdebatan tersebut, yang sebenarnya bukan hanya permasalahan adu argumen yang ada pada kisruh RAPBD DKI 2015 kemarin. Kurangnya daya tarik dan pemahaman mereka membuat tidak adanya keinginan untuk kedepannya lebih peduli dengan kebijakan13
Hamdi Muluk, Mozaik Psikologi Politik Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.
14
Hamdi Muluk, Mozaik Psikologi Politik Indonesia, h. 26.
26.
95
kebijakan yang diambil oleh pemerintah, dalam artian lebih mengamati dan mencermati setelah adanya kisruh RAPBD ini. Pertanyaan yang peneliti ajukan mengenai, mengenai tindakan apa yang akan dilakukan untuk pemerintah selanjutnya, dijawab oleh mahasiswa Universitas Sahid Jakarta dengan jawaban normatif. “Mestinya si iya”, “Ya... kedepannya akan lebih peduli lah”, kurang lebih jawaban-jawaban seperti itulah yang terlontar dari mulut mereka. Namun, dengan melihat social culture yang ada pada universitas tersebut, peneliti pesimis akan pernyataan mereka yang menyatakan bahwa kedepannya akan lebih peduli dengan isu-isu mengenai politik di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta. Berbeda dengan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mereka cukup banyak mengetahui duduk permasalahan yang ada di pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 ini. Yang kemudian merubah paradigma mereka akan pentingnya transparansi APBD. Beberapa dari mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengaku bertambah pengetahuannya tentang RAPBD ini, mereka mengaku sebelum adanya kisruh ini mereka tidak mengetahui bahwasanya tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penyusunan APBD sebuah daerah cukup rumit. Beberapa dari mereka pun menjadi sadar bahwa, transparansi APBD itu adalah hal yang penting. Walaupun banyak dari mereka yang menyatakan tidak tertarik dengan politik, namun tidak menyurutkan keinginan mereka untuk mengetahui dan mencerna lebih jauh lagi perihal kisruh RAPBD DKI 2015 kemarin. Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban-jawaban yang
96
mereka kemukakan. Peneliti yakin social culture yang ada di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi lah yang membuat mahasiswanya lebih berfikiran terbuka dalam melihat sebuah permasalahan yang bergulir di pemerintahan. Oleh karena itu semua, penelitian ini menunjukan bahwa penting bagi kita semua untuk peduli dengan apa yang terjadi di pemerintahan. Peduli pada kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah, dan terus mengawal dan mengawasi jalannya pemerintahan. Walaupun rasa lelah karena ketidakpastian ritme politik yang ada di negara ini selalu mengintai. Kita sebagai warga negara tidak semestinya bersikap apatis. Justru ketidakpedulian kita terhadap pemerintah akan menjadi boomerang dimasa yang akan datang. Selain itu, tingkat partisipasi politik masyarakat dalam sebuah negara menunjukan seberapa maju negara tersebut.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melihat data-data yang didapat dan menganalisa dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara internalisasi yang dialami mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. Internalisasi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 adalah sebagai berikut: 1. Merupakan imbas dari kurang transparannya RAPBD DKI. Baik dalam proses perancangan maupun penggunaannya. 2. Gambaran masih banyak nya celah untuk aparatur pemerintah melakukan korupsi.
3. Gambaran kurang harmonisnya hubungan antara pihak eksekutif dan legislatif.
4. Sebagai bahan pelajaran bagi daerah-daerah lain, terutama daerah terpencil. 5. Cerminan buruk kinerja aparatur negara. Sedangkan internalisasi mahasiswa Universitas Sahid Jakarta dalam merespons pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 adalah sebagai berikut: 1.
Gambaran adanya oknum yang memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan.
2.
Gambaran banyaknya pejabat yang kurang amanah.
3.
Kisruh akan berdampak buruk kepada masyarakat.
4.
Memperlihatkan pemerintahan yang belum sejalan. 98
99
5.
Sebagai hal yang biasa, bahkan hanya sebuah hiburan. Perbedaan tersebut dikarenakan faktor eksternalisasi, objektifikasi,
selective attention, selective perception dan selective retention yang dialami masing-masing pihak. Diantara faktor-faktor tersebut, terdapat faktor yang paling dominan yang membuat perbedaan internalisasi tersebut. Yaitu faktor eksternalisasi dan selective attention. Penyesuaian diri (eksternalisasi) yang terjadi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap isu-isu yang sedang berkembang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. Selective attention atau ketertarikan pada sesuatu, dalam hal ini adalah pemberitaan mengenai pemerintah juga berperan besar. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih tertarik dengan pemberitaan ini dibandingkan dengan Universitas Sahid Jakarta. B. Saran Ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, yang bertujuan agar adanya perbaikan di masa yang akan datang. Karena peneliti sadar bahwa karya ilmiah ini tentunya jauh dari kesempurnaan, adapun saran yang ingin disampaikan peneliti kepada pihak-pihak yang terkait adalah sebagai berikut: 1. Saran praktis Saran ini ditujukan kepada objek penelitian skripsi yaitu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa Universitas Sahid Jakarta. Untuk mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: a. Jaga dan tingkatkan rasa peduli terhadap pemerintah dan partisipasi politik.
100
b. Jangan mudah puas dengan informasi yang disampaikan oleh media. c. Terus kawal, cermati dan kritisi setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah dimasa yang akan datang. Untuk mahasiswa Universitas Sahid Jakarta: a. Tingkatkan rasa peduli terhadap pemerintah dan partisipasi politik. b. Cobalah menggali informasi dari sebuah pemberitaan melalui berbagai sumber. c. Mulailah mencermati dan mengkritisi setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah dimasa yang akan datang. 2. Saran akademis Saran ini ditujukan untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai sebuah acuan dalam penelitian selanjutnya namun tidak memungkiri bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, peneliti menyarankan untuk penelitian sejenis selanjutnya agar lebih menyempurnakan penelitiannya dengan lebih dalam menganalisa data-data yang ditemukan. Serta mengumpulkan data lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Bastian, Indra. Akutansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga, 2006. Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2011. -------------------. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2008. Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis, 2002. Hafied, Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Herdiansyah, Haris. Metode Peneltian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012. J Moeleng, Lexy. Metode Peneltian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993. Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana, 2008. ------------. dkk. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. ------------. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013. Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Muluk, Hamdi. Mozaik Psikologi Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. N Hidayat, Deddy. Paradigma dan Metodelogi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003. Nordiawan, Dedi. dkk. Akutansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat, 2008. Nuruddin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007. Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, 2007.
101
102
Quinn Patton, Michael. Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd Edition. California: Sage Publications, 2002. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya, 2007. Severin, Werner J. dan James W. Tankard. Teori Komunikasi: Sejarah Metode dan Terapan di Dalam Media Massa Edisi ke-5. Jakarta: Kencana, 2009. Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi Produk dan Kode Etik. Bandung: Nuansa, 2004. Suhaemi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Professional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Tim Penyusun. Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013. Jakarta: UIN Jakarta, 2012. Yani, Ahmad. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2008.
Skripsi Noer Cahyo, Bayu. “Pendekatan Public Relation Politik Dalam Persuasif Pemilih Muslim Jelang Pemilu 2014 (Studi Komparatif PKS dan PPP).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Nur, Rizkila Lola. “Respon Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Penggunaan Jilbab Sebagai Pakaian Kampus (Studi Komparasi Antara Fakultas Syariah dan Hukum Dengan Fakultas Sains dan Teknologi.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
103
Internet Aziza, Kurnia Sari. “Kecewa Pengajuan APBD 2015, Ketua DPRD Merasa Ditipu Ahok,”
artikel
diakses
pada
14
Desember
2015
dari
http://megapolitan.kompas.com/read2015/02/13/18555901/Kecewa.Pengaj uan. APBD.2015.Ketua.DPRD.Merasa.Ditipu.Ahok Liputan6.com. “Ini Penyebab Kisruh Ahok Dengan DPRD DKI,” berita diakses pada 29 Maret 2015 dari m.liputan6.com/news Putera, Andri Donnal. ”Mayoritas Warga Jakarta Ikuti Isu APBD dan Anggaran Siluman”,
berita
diakses
pada
14
Desember
2015
dari
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/19/16085821/Mayoritas.Wa rga. Jakarta.Ikuti.Isu.APBD.dan.Anggaran.Siluman Putera, Andri Donnal. “Kekisruhan APBD, Warga Lebih Percaya Informasi dari Ahok Ketimbang DPRD”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/19/1619024/Kekisruhan.AP BD. Warga.Lebih.Percaya.Informasi.dari.Ahok.ketimbang.DPRD Tamalea, Tara Marchelin. “Kisruh APBD, Jakarta Dikhawatirkan Rugi Rp 11,4 Triliun”,
berita
diakses
pada
14
Desember
2015
dari
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/03/15392921/Kisruh.APBD. Jakarta.Dikhawatirkan.Rugi.Rp.11.4.Triliun Tamalea, Tara Marchelin Tamalea. “Kerugian Masyarakat Akibat Kisruh APBD”, berita diakses pada 14 Desember 2015 dari http://megapolitan.kompas. com/read/2015/03/03/13205631/Kerugian.Masyarakat.Jakarta.Akibat.Kisr uh.APBD
104
Uinjkt.ac.id. “Sejarah UIN Jakarta,” artikel diakses pada 20 September 2015 dari http://www.uinjkt.ac.id/?page_id=49 Usahid.ac.id. “Profil Usahid,” artikel diakses pada 22 September 2015 dari www.usahid.ac.id Windyaastuti Savitri, Ayunda. “Kronologi Ahok VS DPRD Dari Dana Siluman Sampai Hak Angket,” artikel diakses pada 29 Maret 2015 dari http://news.detik.com/berita/2844167/kronologi-ahok-vs-dprd-dari-danasiluman-sampai-hak-angket
LAMPIRAN
Verbatim Wawancara Informan ke-1 Nama subjek
: Rifka Oktavia
Asal Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Semester
:9
Organisasi yang diikuti : Sketsa Waktu
: 13 November 2015, pukul 13.30 – 14.00
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pelaku Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Uraian Wawancara Rifka, saya mau nanya nih. Mengenai kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu yang lalu. Apakah anda mengetahui perihal adanya kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu yang lalu? E... Tau kok, yang ada... perbedaan versi RAPBD antara DPRD sama Pemprof kan yah? Iya betul yang itu. Kamu tahu darimana tentang kisruh RAPBD DKI 2015 waktu itu? Tau dari media. Media nya mana aja? Ya... semua, kan dari cetak, elektronik, online. Kan.. waktu itu, yang kisruh RAPBD DKI diberitakan kan dimana-mana. Jadi headline di semua media kan. Setel TV yang diberitain DPRD vs e.. itu.. Pemprof, liat koran, yang diberitain tentang dana siluman. Terus aku lagi akses portal berita juga apalagi.. banyak banget. O.. iya.. iya.. e... terus, kamu sendiri ngikutin pemberitaan tentang kisruh RAPBD DKI 2015 kemarin nggak? Kalo misalkan ngikutin, kenapa kamu tertarik untuk ngikutin pemberitaan nya? Apa karena kamu tertarik dengan dunia politik? E... Ngikutin sih, tapi... bukan karena aku nya memang tertarik sama dunia politik. Kebetulan, waktu itu kan. E... aku juga ada niat tuh buat jadiin kisruh itu sebagai bahan penelitian aku. Terus jadi aku berusaha ngikutin pemberitaannya. Tapi ya gituh ujung-ujungnya nggak jadi sih, hehehe (tertawa kecil).
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
O... Oke... oke... Berarti kamu mencari pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 dari berbagai sumber nggak waktu itu? Iya iya iya iya.. waktu itu aku.. cari-cari terus. Tapi kebanyakan dari online. Kan soalnya paling gampang aku akses kan online. Kalo TV sekilas-sekilas aja paling, kan yang penting tau tuh kalo misalkan ada beritanya masuk TV, kalo cetak cuma liat ada di headline koran-koran. Kan yang namanya kalo udah jadi headline kan berarti berita nya penting tuh. Udah jadi agenda media, terus yang seterusnya jadi agenda publik deh. Em... Terus, apa-apa aja sih yang diberitain sama media tentang kisruh RAPBD DKI kemarin? E.... banyak deh kayaknya, e.... diantaranya aja nih ya... yang aku inget. Yang aku persis tau sih yang itu... yang... pertama itu kan ada... pemberitaan tentang Pemprof DKI yang ngajuin RAPBD DKI 2015, yang bukan dari hasil sidang paripurna DPRD. Nah, mulai dari situ tuh... muncul deh, selisih paham, antara DPRD sama Pemprof DKI yang... tentang RAPBD DKI. Terus.. e... yang ujung-ujungnya itu berlanjut dengan pemberitaan-pemberitaan tentang adanya... itu loh.. argumen yang dari kedua belah pihak. Yang... untuk mempertahankan... yang satu mempertahankan RAPBD versi nya masing-masing. Terus.. yang argumen... kedua.. e.. terus... udah tuh kan ya.. Mulai dari pemberitaan adanya dana siluman menurut Pemprof DKI yang RAPBD 2015 yang versi DPRD, terus.. e... DPRD balik serang kan, e... dengan... yang cara dia mengajukan hak angket tentang... yang... etika Pak Ahok itu. Terus sama kesalahan nya karena mengajukan RAPBD yang bukan dari hasil sidang paripurna. Em.... iya iya. Jadi bisa dibilang kamu... e... lebih.. eh... jadi bisa dibilang media massa itu lebih banyak ngeberitain mengenai perselihan antara DPRD sama Pemprof? E.... Sebenernya maksud aku nggak gituh. Tapi, bener juga sih, kan soalnya kisruh RAPBD DKI yang 2015 kemarin itu kan banyak diberitain nya.. yang... pokoknya.. yang lebih banyak itu kan tentang selisih antara DPRD sama Pemprof kan. Tapi, emang bukannya gituh ya? Kan.. yang jadi penyebab kisruhnya RAPBD DKI 2015 kemarin itu kan ya.. kan kalo misalkan mereka nggak selisih paham, pasti kan semua baikbaik aja kan. Terus karena emang kedua belah pihak nggak ada yang mau ngalah, terus sama-sama mempertahankan
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
versinya masing-masing. Yaudah.. Jadilah kan kisruh kayak gituh. Menurut kamu sendiri nih, awal mula yang memulai permasalahan ini, pihak yang mana sih? E.... yang memulai ya? Kalau.... menurut aku nih, kalo diliat dari runtutan cerita yang diberitakan di media waktu itu, yang salah pertama kali pihak Pemprof, dari pihaknya Pak Ahok. Kan... karena kan... e... beliau mengajukan RAPBD yang bukan dari hasil dari sidang paripurna kan. Tapi, e... buat aku pribadi sih... apa yang sebenernya dilakuin Pemprof itu, khususnya Pak Ahok itu sama jajarannya ya.. memang buat kebaikan bersama, buat kebaikan publik juga. Tapi.. mungkin caranya aja sih yang kurang tepat. Em... Berarti kamu lebih setuju sama versi yang mana? Berpihak sama DPRD atau Pemprof? Aku... kalo aku sih ya lebih berpihak ke Pak Ahok sih, ke pihak Pemprof. Karena kan e... Pemprof kan, mengajukan RAPBD versi mereka itu kan, dikarenakan RAPBD versi DPRD kan, rawan penyelewangan ya, terus juga ada pos-pos penggunaan dana yang nggak masuk akal. Rawan mark up juga, kalo minjem istilah nya Pak Ahok sih namanya tuh dana siluman lah.. gituh.. Tapi, ya memang... balik lagi cara yang digunakan sama Pak Ahok sama Pemprof itu kurang tepat menurut aku, aku juga nggak setuju sebenernya, menurut ku tuh mereka juga... e... mereka tuh juga salah dengan mengajukan RAPBD yang bukan hasil dari sidang paripurna. Tapi, ya mau gimana.. mungkin nggak ada cara lain menurut mereka. Ya gituh deh, ya.. namanya pemerintahan di Indonesia mah bikin pusing, ya... ruwet, ya.. terlalu banyak pihak-pihak yang mementingkan kepentingan pribadi dan golongan, ya... tau kan ya... E... iya iya... em... terus dari pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 kemarin, apasih yang kamu dapet? E.... dari kisruh yang kemaren.. Yang aku dapet itu.. dari pemberitaan-pemberitaan itu apaya. Em... ini sih, ini.. kalo misalkan diliat-liat ya dari yang di review-review nih, kayaknya sih kita masyarakat sendiri ya.. kurang banyak tau tentang RAPBD itu sendiri. E... alokasinya buat kemanakemana aja, terus pas udah digunain juga, digunainnya untuk apa aja. Bisa dibilang dari adanya kisruh ini, kita nih sebagai masyarakat, terutama warga Jakarta juga kan bisa tau tuh, gimana kurang transparannya selama ini kan
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
mengenai ran.. mengenai tentang rancangan sampai penggunaan dana APBD DKI itu sendiri. Oke... em.... jadi kalo... kalo kayak gituh pemberitaan mengenai kisruh ini penting nggak untuk diketahui publik? Penting penting penting, penting lah gitu kan, karena kan dengan adanya pemberitaan tentang kisruh ini masyarakat gituh kan lebih memperhatikan kebijakan yang diambil pemerintah. Terus khususnya juga... khususnya nih... terkait dengan transparansi RAPBD itu sendiri. Em... boleh boleh Untuk sudut pandang kamu sendiri sebagai mahasiswa, penting nggak pemberitaan tentang kisruh ini? Sama pentingnya menurut aku, karena kan kita mahasiswa kan emang udah seharusnya lebih peduli sama apa-apa aja yang terjadi di pemerintahan sana. Terakhir nih, kedepannya kamu akan tetap memperhatikan permasalahan dipemerintahan atau enggak? E... InsyaAllah iya sih, kan karena kan aku kemarin ngikutin permasalahan RAPBD ini. Bikin aku jadi lebih apa ya peduli aja gituh sama apa yang terjadi di pemerintahan. Karena menurut aku nih, kisruh ini bisa selesai juga karena publik sendiri memperhatikan kan. Kan kalau misalkan memang, coba awalnya kalau publik nggak memperhatikan, kan nggak menutup kemungkinan ya, kalau misalkan kisruh ini akan ngambang gitu aja, sama kayak kasus-kasus lain itu. O... iya... maaf satu lagi nih... e.... kamu tau nggak hasil akhir dari kisruh RAPBD DKI 2015 ini kayak gimana? Hasil akhirnya itu RAPBD DKI 2015. E.... pake yang mana atau bagaimana gituh... Nah... itu tuh... e.... aku sendiri sih justru malah jadi nggak tau ya... akhirnya pakai yang mana. Kan karena waktu jamannya lagi kisruh itu antara.. e.... Ahok dan... DPRD itu kan. E.... media bener-bener.. apa namanya... mengangkat kasus itu kan dengan jor-jor an di semua-semua media ada. Cuman, pas akhir finalnya tuh aku... nggak tau malah... pake yang mana ya? Pake yang mana sih? E.... akhirnya pake Peraturan Gubernur, jadi kita... e... APBD DKI 2015 itu pake yang pada tahun 2014. Seperti itu finalisasi akhirnya. Jadi kamu nggak tau ya untuk pemberitaan mengenai hasil akhir dari kisruh kemarin itu, kayak gimana RAPBD kita jadinya di gimanain. Enggak, aku malah nggak tau... karena.. em.... pemberitaannya itu kurang.... jadi kayak mendem, jadi kayak nggak se hot yang kemarin diberitainnya... jadi, ya... susah lah untuk
Peneliti: Subjek:
dicari nya. Oke... kalo kayak gituh... makasih ya Rifka. Iya sama-sama.
Informan,
Rifka Oktavia
Verbatim Wawancara Informan ke-2 Nama subjek
: Dana Tri Atmojo
Asal Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Semester
:7
Organisasi yang diikuti : HMJ Waktu
: 16 November 2015, pukul 14.00 – 14.15
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pelaku Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Uraian Wawancara Apakah anda mengetahui perihal adanya kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu lalu? Iya, saya tau. Tau nya dari mana? Tau dari..... waktu itu kan saya sering melihat kompas. Jadi, pas media televisi nya memberitakan, pas banget kan lagi bener-bener booming tuh. Terus, saya lihat di koran juga ada. Jadi headline waktu itu. Berarti anda mengetahui kisruh RAPBD DKI dari pemberitaan di media massa ya? Boleh disebutin nggak dari media massa apa aja? Taunya dari kompas tv dan koran kompas. Untuk media online nya? Media online saya jarang mengakses. Apakah anda mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD kemarin? Waktu itu cuma karena lagi booming jadi penasaran. Ngikutin paling cuma sekali dua kali aja. Anda sendiri apakah tertarik dengan dunia politik? Sama sekali enggak. Kenapa anda tidak tertarik dengan dunia politik? Karena terlalu banyak kepentingan-kepentingan yang kita nggak tau ya kan, banyak banget konspirasi-konspirasi yang... apa... yang... kita aja sudah susah, hidup kita sudah susah kita mikirin itu lagi. Gitu maksudnya.
Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek:
Jadi kalo boleh saya menyimpulkan, berarti anda tahu tapi tidak terlalu mengikuti pemberitaan dan anda tau karena pemberitaan itu booming? Iya. Lalu anda pada saat itu berusaha mencari pemberitaan mengenai kisruh ini dari berbagai sumber atau enggak? Enggak si. Lalu, apa anda masih ingat apa saja yang diberitakan oleh kompas TV dan koran kompas itu? Ya waktu itu si headline nya, masalah anggaran siluman yang Pak Ahok yang bentrok sama ketua DPRD nya apa kalo gak salah, Pak Haji Lulung. Emm.... apa si.... Jadi, ga sesuai gituh daftar anggaran yang udah di rapatin sama yang dilihat oleh Pak Ahok, jadi kayak ada penambahan dana yang tidak diperlukan dan aneh. Yang tidak dibahas tapi tiba-tiba muncul. Oke. Terus dari pemberitaan itu apa si yang anda tangkap? Maksudnya gimana kak? Iya, jadi dari sekian banyak pemberitaan yang anda lihat di media kompas TV dan koran kompas itu, mengenai kisruh RAPBD DKI 2015 lalu. Apa sih yang anda dapatkan? Kesan apa yang anda tangkap dari pemberitaan-pemberitaan tersebut? Ya.... kalau yang saya tangkap ya, yang saya pahami lah. Masih banyak celah di pemerintahan untuk para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menyelewengkan dana masyarakat. Masih banyak celah untuk koruptor melakukan tindak pidana korupsi. Tapi ya, ini sih bukan di DKI aja ya, di pemerintahan seluruh Indonesia pasti ada banyak proyekproyek yang menjadi lahan korupsi yang dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Seperti pada proyek tutup buku lah, daripada dananya sisa mendingan dihabiskan, dan lebih sering nya dihabiskan pada proyek-proyek yang tidak penting. Oke. Terus, menurut anda penting atau tidak pemberitaan mengenai kisruh RAPBD ini? Menurut gue ya pemberitaan mengenai kisruh RAPBD ini pemberitaan yang penting, karena menyangkut dana, dana dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Apalagi untuk warga DKI Jakarta. Ya kan kita lihat sendiri ya dari pemberitaan mark up anggaran yang dilakukan oleh oknumoknum itu banyak sekali. Contohnya, pada pengadaan UPS yang harganya kalau tidak salah 100 atau 200jt, tapi di
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
anggaran di mark up sampai 1 milyaran. Ya itu kan dana masyarakat ya itu jelas banget penting banget untuk warga DKI. Karena dana yang di mark up itu kan sebenarnya bisa dialihkan untuk pembangunan daerah yang lebih penting. Terus kalau dari anda sebagai mahasiswa, dari sudut pandang anda sebagai mahasiswa, penting atau tidak pemberitaan tersebut? Penting banget. Karena dana yang banyak di mark up itu dibagian pendidikan ya kalau saya tidak salah ingat. Dan saya sebagai mahasiswa merasa dirugikan oleh hal itu. Setelah adanya kisruh RAPBD ini, anda sebagai warga negara kedepannya apakah anda lebih peduli dengan permasalahanpermasalahan yang ada di pemerintahan? Kalau dari peduli atau tidaknya saya.... gimana yaa... ya mengikuti saja si... seperti mengawal sajalah. Maksudnya jika memang ada berita yang itu menyangkut orang banyak ya saya pasti mengikuti. Tapi kalau hanya yang individuindividu seperti yang baru-baru ini. Seperti kepentingan pribadi saja. Saya tidak terlalu peduli. Adakah manfaat yang anda dapat dari pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015? Dari pemberitaan ini... e... disini kan Pak Ahok ya sebagai Gubernur DKI Jakarta menurut saya dia tegas banget. Kalau buat masalah yang berkaitan dengan keuangan. Ya jadi menurut saya ini manfaatnya ya manfaat banget lah. Oh iya, mau bertanya sedikit tentang kegiatan anda dikampus nih. Seperti... apakah anda aktif berorganisasi? Aktif mengikuti group-group diskusi? Atau malah kebalikannya? Berorganisasi tapi nggak terlalu aktif, lebih banyak pasif nya. Untuk grup diskusi, paling cuma sekali-sekali aja.
Informan,
Dana Tri Atmojo
Verbatim Wawancara Informan ke-3 Nama subjek
: Muhammad Oky Nugroho
Asal Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Semester
:5
Organisasi yang diikuti : HMI dan HMJ Waktu
: 16 November 2015, pukul 14.25 – 14.40
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pelaku Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Uraian Wawancara Apakah anda mengetahui perihal adanya kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu yang lalu? Iya saya tahu, emang karena pemberitaan itu sempat menjadi hot news di berbagai stasiun televisi. Berarti anda mengetahui kisruh RAPBD DKI dari pemberitaan di media massa ya? Boleh disebutin nggak dari media massa apa aja? E... saya sih tau-nya dari media televisi, khususnya itu dari Metro TV dan TV One, karena pemberitaan di kedua stasiun televisi itu emang saling pro dan kontra kak terhadap permasalahan kisruh RAPBD yang ada di DKI Jakarta. Siapa yang pro siapa yang kontra? Sebenernya bukan masalah pro dan kontra juga sih kak, melainkan keberpihakan lebih tepatnya. Jadi, kalo saya liat sih pemberitaan dari Metro TV lebih berpihak kepada Gubernur, sedangkan TV One itu lebih berpihak kepada DPRD. Apakah anda termasuk orang yang mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD ini? Iya, emang cukup mengikuti. Karena emang saat itu sedang menjadi headline diberbagai media massa. Kemudian juga apa yang menjadi headline di media massa itu, cukup menarik perhatian bagi saya dalam mengikuti masalah yang ada diberita tersebut. Termasuk kemarin yang.. ya itu kisruh RAPBD DKI.
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Lalu apakah anda mencari informasi mengenai kisruh ini dari berbagai sumber? Kalau untuk mencari tahu secara khusus si enggak, soalnya saat itu memang sedang menjadi headline di media massa. Otomatis terpaan dari pemberitaan itu cukup banyak yang saya dapatkan, tanpa harus saya mencari tahu informasi mengenai masalah tersebut secara khusus, gituh kak. Terus bisa dipaparin nggak permasalahan apa saja yang diberitakan media pada saat itu? Yang saya tahu sih sebenernya permasalahan yang ada di DPRD kemarin itu mengenai, dana siluman gituh kak, mengenai mark up harga, kayak misalkan contoh kasusnya itu UPS terus di mark up oleh DPRD tapi Gubernur DKI Jakarta nya itu, Pak Ahok itu nggak sepakat dengan APBD yang ada di DPRD. Kemudian akhirnya, Gubernur DKI Jakarta itu mengeluarkan revisi baru, mengeluarkan versi Gubernur sendiri gituh. Jadi ada permasalahan di antara kubu DPRD dengan Gubernur DKI Jakarta. Intinya sih gituh kak. Jadi, permasalahan yang anda banyak tahu adalah mengenai mark up dana di RAPBD. Terus apa yang anda tangkap dari pemberitaan-pemberitaan kisruh RAPBD ini? Kalau menurut saya sih, hubungan antara legislatif dengan eksekutif itu, yang saya lihat dari permasalahan kemarin itu masih apa ya... e... ibarat nya garis instruksi dan kordinasi nya itu masih kurang. Harus nya kan antara legislatif dengan eksekutif itu berjalan sesuai dengan ketentuannya. Untuk anda pribadi seberapa penting sih pemberitaan ini? Serta untuk publik dan mahasiswa juga. Ya sebenernya kan media itu, gunanya media itu untuk membangun opini publik. Tetapi karena ada permasalahan itu kan berarti ada dua kubu yang menjadi sorotan publik gituh. Entah DPRD nya yang salah ataupun pihak Gubernur nya yang salah. Ya menurut saya sih pemberitaan dari media itu ya... sangat berperan penting untuk membangun opini publik. Lalu menurut anda siapa yang salah? Em.... Menurut saya pribadi sih, secara lebih realistis dengan angkanya itu saya sih. Saya lebih... apa ya... lebih sepakat dengan versi yang Gubernur. Kenapa, soalnya pihak dari Gubernur nya itu benar-benar apa ya... angkanya itu real... realistis nggak ada penggelembungan harga, kemudian juga harga-harganya itu sesuai dengan harga pasar. Nah, sedangkan kalau yang versi DPRD nya sih kalau saya liat, harga UPS yang harganya 1jt di mark up jadi 2jt kayak gituh kak. Menurut anda ada tidak kerugian yang dialami masyarakat dari adanya kisruh RAPBD kemarin?
Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
O... ya tentunya.. emang sangat ada, karena dengan belum disahkan nya RAPBD. Berarti kan pelayanan untuk publik itu masih belum bisa berjalan secara maksimal. Karena anggaran dari APBD nya itu masih belum ada, untuk dijalankan kepada publik. Oh ya, selain yang sudah anda paparkan. Ada lagi nggak yang anda ingat mengenai pemberitaan kisruh RAPBD? E... Sebenernya yang ada di DPRD nya itu kan sudah sepakat dengan RAPBD tersebut, cuma karena memang Gubernur DKI Jakarta nya nggak sepakat dengan keputusan, maksudnya dengan RAPBD versi DPRD itu. Sudah di mark up ataupun ada dana siluman. Jadi Gubernur membuat RAPBD versinya sendiri. Mangkanya yang membuat kisruh nya itu ya entah permasalahan itu. O iya, boleh sedikit diceritain nggak untuk kegiatan kamu sendiri itu gimana dikampus? Kalau dari awal semester 1 sih emang sudah aktif di organisasi intra, itu HMJ KPI. Maupun di organisasi eksternal, yaitu HMI. Kegiatannya yaitu biasanya kalau sehabis kuliah, sore hari nya langsung ikut organisasi kayak rapat buat acara, dan lain lain. Terus karena saya ikut HMJ, saya jadi kenal banyak teman-teman jurusan lain gituh.
Informan,
Muhammad Oky Nugroho
Verbatim Wawancara Informan ke-4 Nama subjek
: Much Mugni Noor Rachman
Asal Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Semester
:7
Organisasi yang diikuti : HMI dan Demaf Waktu
: 16 November 2015, pukul 15.30 - 15.45
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pelaku Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Uraian Wawancara Apakah anda mengetahui mengenai kisruh RAPBD DKI 2015? Oh iya, saya tahu, tentang RAPBD, yang tentang dana-dana siluman itukan? Yang tentang Pemda DKI sama DPRD DKI. Iya benar yang itu. Lalu darimana anda mengetahui tentang kisruh tersebut? Kalau saya pribadi sih sering.... nggak nggak terlalu mantau juga. Tapi kadang kan melihat berita di televisi atau media sosial. Ya sering lihat-lihat lah. Bisa disebutin nggak dari media mana saja anda mendapatkan informasi mengenai kisruh tersebut? Kalau untuk pemberitaan di televisi tentu dari Metro TV sama TV One ya. Kalau untuk update berita untuk media online kayaknya nggak terlalu nyimak juga sih. Untuk anda sendiri, untuk mengetahui sebuah pemberitaan lebih sering mengakses media televisi, cetak atau online? Kalau untuk..... apa... mengakses berita yang update. Sebenarnya kalau buat online ya, kalau pun kemungkinan, tapi kalaupun televisi itu tergantung. Tergantung dari owner.. atau... atau... apa.. stasiun yang menayangkannya. Tapi untuk pemberitaan kisruh RAPBD anda lebih banyak mengetahui dari media televisi, cetak atau online? Kalau untuk kasus ini yang RAPBD ini saya lebih banyak nyimak di televisi. Karena televisi yang paling sering menggembor-gemborkan kisruh ini. Oke. Anda sendiri mengikuti pemberitaannya nggak dari awal sampai akhir? Sebenarnya sih kalau untuk mengikuti dari awal nggak, cuma pas kemaren-kemaren ada pembahasan ada sempat ngobrol-
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek:
ngobrol juga yaaa... taulah sedikit-sedikit. Pembahasan dimana? Pembahasan di.... di.. semacam FGD gituh, jadi... di organisasi yang saya ikuti ini, sebut saja HMI. Kita suka mengadakan diskusi lah untuk menanggapi isu-isu yang sedang menjadi perbincangan publik. Bisa dibilang seperti itu. Kalo bisa dipaparin, organisasi yang kamu ikuti itu seperti apa sih? Profile dari organisasi yang kamu ikuti, lingkungannya seperti apa? Apakah memang berisikan mahasiswa-mahasiswa yang gemar berpolitik, atau bagaimana? Seperti apa ya... seperti yang dilihat aja sih. Kalo dibilang gemar berpolitik, ya... bisa... tapi memang tidak fanatik juga... e... maksudnya tidak semua anggota fanatik. Tapi ya... karna pada dasarnya kami organisasi yang bergerak dibidang semacam politik, ya... kita disini memang belajar berpolitik. Walau masih dalam lingkup kampus. Umm... jadi bisa dibilang anda mengikuti pemberitaannya atau cuma sekedar tau atau gimana? Ya untuk mengikuti sih nggak berarti ya sekedar tahu ajalah. Tapi... pada saat kisruh ini bergulir apa anda berusaha mencari tahu dari berbagai sumber mengenai kisruh ini? Ya.... gimana ya... usaha sih ada. Kalo saya nggak usaha, mana mungkin saya mengetahui pemberitaan ini. Tapi.... kalo usaha yang niat banget seperti itu, sih enggak. Umm... anda sendiri tertarik nggak dengan dunia politik? Kalau tertarik nggak tertarik sama dunia politik sih tergantung mood ya. Soalnya kalau, tapi kalau untuk fokus memahami atau apa... me.... apa ya.. untuk update terus di pemberitaan politik enggak enggak terlalu minat juga sih. Jadi anda tidak terlalu minat ya. Terus untuk pemberitaan kisruh RAPBD ini, anda nggak ngikutin cuma sekedar tau. Dari sekedar tahu nya itu, apa aja sih yang anda tahu? Ya... yang saya tahu... e... sedikit yang saya tahu. Jadi dana siluman itu sebenernya.. e... apa... diakalin untuk mark up dana RAPBD. Dimana yang sebelumnya legislatif, DPRD DKI Jakarta sama eksekutif Pemda DKI sudah melakukan rapat pembahasan RAPBD tapi ternyata pas finalisasi nya ada tambahan dana atau dana mark up dari DPRD gituh. Kemudian karena Pak Ahok yang harus tanda tangan untuk pengesahan merasa tidak ada dana itu, dana mark up tersebut. Maka dia menggembor-gemborkan ke publik dengan sebutan dana siluman. Intinya gituh. Terus kalau, dari anda sendiri apa sih yang anda dapat, yang anda tangkap dari pemberitaan itu. Ya kalau untuk kesan dan pelajaran yang bisa ditangkap sih. Sebuah kota besar yang menjadi panutan orang-orang daerah untuk datang ke daerah besar yakni Jakarta. Ternyata pembahasan RAPBD nya seperti ini, bagaimana
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
dengan daerah-daerah terpencil. Hal ini seharusnya menjadi bahan pelajaran bagi daerah lain. Saya sebagai warga pendatang dan awam dengan masalah ini. Menjadi tahu menjadi pengetahuan baru, kalau pembahasan RAPBD itu banyak yang harus masyarakat ketahui. Yang dimana selama ini kan masyarakat awam atau tidak tahu mengenai hal itu. Oke. Terus menurut anda pemberitaan tentang kisruh RAPBD ini penting atau enggak si buat diketahui sama publik? Oh iya, tentu. Tentu sangat penting. Ya kalau warga masyarakat selama ini tidak tahu tentang hal ini, ya.. adanya masalah ini sebenernya masyarakat harus senang. Berarti masyarakat juga harus tau kemana dana pajak yang mereka keluarkan setiap tahunnya, dan apa yang sebenarnya terjadi antara legislatif dan eksekutif. Terus, kalau dari sudut pandang anda sebagai mahasiswa pemberitaan tentang kisruh RAPBD ini penting atau enggak sih? Kalau untuk kepentingan sebagai mahasiswa ya.. sangat penting lah. Untuk menjadi pelajaran untuk menjadi lebih kritis untuk menghadapi setiap tahunnya. Kan RAPBD itu agenda setiap tahun, agenda rutin pemerintah setiap tahun. Ya sebagai mahasiswa kita juga harus tahu, harus kritis bagaimana mekanismenya, bagaimana alur-alurnya sehingga kita tidak hanya mengikuti apa yang ada atau apa yang kita lihat. Yang disajikan oleh pemberitaan. Oke, terus kalau dari segi manfaat. Adakah manfaat yang anda dapatkan dari pemberitaan mengenai kisruh RAPBD ini? Untuk manfaat yang didapat... ya mungkin... harus mengasah daya kritis seorang mahasiswa yang dimana, yang awalnya, pembahasan RAPBD itu hanya sekedar sakral bagi pemerintah dan legislatif. Ternyata masyarakat awam sebenernya juga harus tahu. Setelah adanya kejadian kisruh RAPBD ini apa yang akan anda lakukan kedepannya untuk pemerintahan, apakah anda akan lebih aware dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau bagaimana? Umm..... untuk kedepannya ya mungkin. E.... saya mencoba untuk sering melihat dan sering mengkaji agenda kebijakan pemerintah tidak semerta-merta langsung menerima bulatbulat. Karena kita juga kan ternyata mempunyai hak untuk menanggapi hal tersebut atau semua kebijakan pemerintah. Kita juga punya hak, kan mereka dipilih untuk mengurus kita atas pilihan kita sendiri. Seperti itu. Pada saat pemberitaan itu bergulir, apakah anda mengetahui mengenai perbedaan versi RAPBD antara DPRD DKI dan Pemda DKI? Oh iya... ada perbedaan versi itu. Itukan yang dimana awalnya gubernur iya terhadap rapat yang pertama tiba-tiba yang
Peneliti:
Subjek:
pada saat mau finishing ternyata kan beda. Berarti kan disitu kan ada perbedaan antara Pemda dan DPRD. Nah kan tadi anda bilang awalnya sudah setuju antara Gubernur dan DPRD ternyata ada perbedaan, menurut pendapat anda pihak mana yang salah atau mungkin dapat dikatakan yang menyebabkan kisruh ini? Kalau saya melihat secara subjektif DPRD yang salah. Karena kan yang awalnya rapat bareng, saat finishing nya itu DPRD dan saat setelah finishing oleh DPRD saat mau di tanda tangani oleh Gubernur ternyata beda. Ya.. Jadi saya lebih pro ke Gubernur.
Informan,
Much Mugni Noor Rachman
Verbatim Wawancara Informan ke-5 Nama subjek
: Putri Aulia Nurbani
Asal Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan
: Komunikasi Penyiaran Islam
Semester
:9
Organisasi yang diikuti : Sketsa Waktu
: 20 November 2015, pukul 14.00 – 14.30
Tempat
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pelaku Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek:
Uraian Wawancara Apakah kamu mengetahui perihal adanya kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu lalu? Iyalah aku tau, siapa sih yang nggak tau kisruh itu. Kan beritanya banyak di media massa waktu itu. Berarti kamu mengetahui kisruh RAPBD DKI dari pemberitaan di media massa ya? Boleh disebutin nggak dari media massa apa aja? Iya aku tau dari media massa, emangnya mau dari mana lagi? Aku banyak tau nya dari pemberitaan di media televisi sih, terutama metro tv dan tv one. Tapi karena aku nggak punya banyak waktu untuk menonton televisi, aku baca-baca juga di media internet. Media internet? Seperti portal berita maksudnya? Iya. Portal berita apa aja? Em...... biasanya sih detik.com, tapi kadang buka kompas.com atau tempo juga. Pada waktu itu kamu mencari berita mengenai kisruh ini dari berbagai sumber nggak? Enggak, aku cuma cari dari media online aja. Em.... iya iya. Kalo kamu mengakses portal berita di internet untuk mencari informasi mengenai kisruh ini, berarti kamu mengikuti pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 dong? Bisa dibilang sih ngikutin pada waktu itu, tapi bisa dibilang juga
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
enggak. Aku cuma mau tau aja, soalnya beritanya booming banget kan waktu itu. Cukup menarik perhatian lah. Nah, kenapa bisa pemberitaan itu menarik perhatian kamu? Apa karena kamu menyukai politik? Hahaha (tertawa), nggak juga sih. Bukan karena aku tertarik sama politik. Ya.... yang tadi aku bilang, karena pemberitaannya booming banget, di media sosial juga kan happening banget, sampe ada “meme meme lucu” tentang Haji Lulung, terus ada hashtag #saveahok dan #savehajilulung. Jadi.... ya.... menarik perhatian aja. Karena banyak orang yang ngomongin, jadi aku nggak mau ketinggalan berita dong, hehe (menyeringai tertawa). Oh... jadi karena media banyak ngeberitain, jadi kamu jadi tertarik buat ngikutin pemberitaan kisruh RAPBD DKI? Nah.. kan media banyak ngeberitain tentang kisruh ini jadi menarik perhatian publik, menurut kamu media disini membesar-besarkan permasalahan ini gak sih? Iya karena media banyak ngeberitain kisruh ini waktu itu, kalo aku nggak salah, mohon dikoreksi kalo salah ya, pemberitaan nya ini pas bulan Maret kan? Iya, kurang lebih bulan Maret lalu. Tapi dari Januari juga berita nya udah mulai muncul. Sampai Oktober kemarin juga berita dari kisruh ini masih ada yang terbit. Cukup berlarut-larut juga dong ya berarti kisruh RAPBD ini, sampai dari Januari sampai Oktober beritanya masih ada. Oh iya.. masalah yang dibesar-besarin sama media tadi ya. Kalau menurut aku sih, media nggak membesar-besarkan berita ini. Memang berita mengenai kisruh RAPBD ini patut diberitakan secara besar-besaran, agar menarik perhatian publik. Imbasnya publik jadi aware sama transparansi RAPBD DKI buat tahun 2015. Bener gak? Hehe (tertawa menyeringai). Bisa bisa... Terus nih, kira-kira kamu masih inget nggak apa-apa aja yang diberitain sama media waktu itu? Kalo inget pasti... sih... kurang ya, tapi insyaAllah poin-poin intinya sih masih inget. Em.... Apa aja tuh? Boleh dipaparin? E..... Yang aku inget.... media waktu itu ngeberitain nya.... kalo kisruh ini berawal dari ketidaksamaan pendapat antara DPRD sama Pemprof DKI. Tentang, RAPBD DKI tahun 2015. Terus.... karena ketidaksamaan ini, DPRD sama Pemprof berantem, berantem dalam tanda kutip ya maksud
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
aku. Ya.. kurang lebih seperti itu media ngeberitainnya. Jadi DPRD maunya RAPBD yang begini, Pemprof maunya yang begitu. Karena sama-sama nggak ada yang mau ngalah, jadinya kisruh. DPRD DKI maunya RAPBD versi DRPD, sedang Pemprof mau nya RAPBD versi Pemprof, maksudnya gitu kan? Nah, iya. Jadi ada dua versi RAPBD DKI 2015 kan waktu itu. Oh iya aku inget lagi, ada berita tentang ini juga, apa yaaa.... aduh jadi lupa aku. Itu loh.... yang dana-dana siluman. Kalau nggak salah inget, jadi kalau RAPBD versi DPRD itu ada dana silumannya, dana yang nggak jelas manfaat penggunaannya. Mangkanya Pemprof nggak mau pake RAPBD versi DPRD itu. Maunya yang pake e-budgeting versi Pemprof. Iya bener kok, ada dua versi RAPBD DKI 2015 waktu itu. Kamu sendiri lebih percaya dengan RAPBD versi yang mana? Kalo aku sih lebih percaya versi Pemprof dong, versinya Pak Ahok. Kenapa? Soalnya... ini sih yang aku tau ya. Kalo RAPBD DKI versi DPRD itu.... ada penggelembungan dana. Ada.... pos-pos pendanaan yang menyimpang. Yang memungkinkan bakalan ada korupsi dari dana APBD DKI. Terus juga kan.... RAPBD versi Pemprof pake sistem e-budgeting, lebih jelas, lebih rinci dan susah kedepannya untuk diselewengkan dana APBD DKI ini. Jadi atas dasar pemikiran itu kamu lebih setuju dengan RAPBD versi Pemprof? Iya. Terus apalagi yang kamu dapet dari pemberitaan kisruh RAPBD DKI 2015 kemarin? Apa yaa.... yaaa.... buat aku sih adanya pemberitaan kisruh RAPBD DKI kemarin..... cerminan buruknya pemerintahan kita. Berarti kan aparatur negara kita nggak akur, sampe terjadi kisruh. Apalagi kisruhnya mengenai RAPBD, sesuatu yang sangat krusial buat pemerintahan disebuah daerah. Coba aja kalo aparatur negaranya akur, punya visi misi yang sama. Mungkin nggak akan terjadi kisruh yang berlarut-larut kayak kemaren. Dengan adanya kisruh RAPBD... itu juga kan merugikan masyarakat luas. Aku baca disalah satu portal berita online waktu itu, kalo nggak salah sih kompas.com. Karena APBD DKI 2015 belum
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek: Peneliti:
Subjek:
disahkan, pelayanan di posyandu jadi terhambat. See? Pasti ada efek domino dari semua itu kan. Betul, betul. Berarti menurut kamu pemberitaan ini penting atau enggak untuk diketahui oleh publik? Penting lah, sangat penting bahkan. RAPBD itu kan elemen penting bagi keberlangsungan program-program di pemerintahan. Yang notabene menyangkut kepentingan publik bukan? Khususnya warga Jakarta. Dengan di blow up nya permasalahan ini oleh media ke publik. Publik masyarakat jadi lebih memperhatikan tentang permasalahan RAPBD DKI ini. Contohnya aku, sebelum adanya pemberitaan mengenai kisruh ini. Aku mana tau kalo ternyata dalam perencanaan APBD itu memakan proses yang cukup rumit, dari sidang paripurna DPRD lalu diajukan dulu ke Kemendagri, dan lain sebagainya lah. Oh... gituh.... iya.. iya... Kalo kamu sebagai mahasiswa sendiri, dalam sudut pandang sebagai mahasiswa nih, bukan masyarakat umum, seberapa penting sih pemberitaan-pemberitaan tersebut? Ya sama pentingnya lah. Oke.... terus untuk kedepannya dengan adanya kejadian ini apa kamu akan jadi lebih peduli terhadap permasalahan yang ada di roda pemerintahan? Tergantung permasalahannya dulu sih, permasalahannya permasalahan yang dibuat-buat atau murni memang masalah penting untuk kita pedulikan. At least, aku cukup peduli dengan apa-apa yang terjadi di pemerintahan.
Informan,
Putri Aulia Nurbani
Verbatim Wawancara Informan ke- 6 Nama
: Rio Andika
Asal Universitas
: Universitas Sahid Jakarta
Jurusan
: Hubungan Masyarakat
Semester
:5
Organisasi yang diikuti : UKM Dua Mata (Fotografi) Waktu
: 26 November 2015, pukul 19.00-19.30
Tempat
: Universitas Sahid Jakarta
Pelaku Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Uraian Wawancara Apakah anda mengetahui perihal adanya kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu yang lalu? Iya tau. Darimana anda mengetahui pemberitaan-pemberitaan tersebut? E... saya mengetahui nya melalui media internet. Apakah anda hanya mengetahui.. e... apakah... apa.. saudara Rio hanya mengetahui dari media internet saja, atau dari televisi misalnya atau dari radio? Iya kadang sekilas lagi nonton TV dapet kabar juga sih tentang RAPBD itu. Jadi... lo tau nya dari internet aja? Sama sekilas dari televisi? Iya benar, hanya dari.. tau nya dari internet dan sekilas dari televisi. E... terus jadi lo ngikutin pemberitaan itu atau enggak? Kalo ngikutin sih enggak. Oke. Kenapa lo nggak ngikutin pemberitaan itu? Karena, kalau... e... untuk pemerintahan yang ribet kayak gituh.. malas aja. Nggak tertarik buat ngikutinnya. Em... kenapa... anda merasa... eh.. lo ngerasa nggak tertarik untuk mengikuti pemberitaan-pemberitaan mengenai pemerintahan? Karena menurut gue.. rusuhnye.. di pemerintahan itu sebenernya... yang dibahas apa ya... hal-hal yang kecil. Tapi dibikin ribet. Kayak gituh sih kalo menurut gue. Em... terus kalo lo sendiri tertarik nggak sih sama politik? Nggak sama sekali, nggak tertarik sama politik.
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Kalo dari... gue nanya general nih. Buat mahasiswa di Sahid itu rata-rata memang semuanya tidak tertarik, nggak tertarik. Atau memang hanya lo sendiri yang nggak tertarik. Disana tuh.. gimana sih gambaran umum mahasiswanya? Kalo di Sahid itu yang gue tau.. e.. kalo tentang politik ya... nggak begitu banyak si yang tertarik tentang politik. Lebih sukanya mereka kayak yang maen.. nongkrong... ataupun hal-hal yang bersifat... apa ya.. pokoknya nggak nggak... jarang sih yang tentang politik kayak gituh. Tadi kan lo bilangnya. Lo nggak tertarik sama politik, terus males lah ngikutin pemberitaan-pemberitaan tentang pemerintahan. Berarti otomatis lo nggak nyari tau? Apa...gimana? Lo nyari tau nggak tentang pemberitaan ini? Nggak... nyari tau sih.. Cuma sekedar liat diberita baca.. oh yaudah cukup tau. Ternyata di pemeritahan sekarang yang lagi terjadi tuh kayak gini. Nggak ngikutin secara mendalam. Okey.. tapi lo masih inget nggak apa aja yang diberitain sama media tentang kisruh ini? Sekilas, dari sekilas sekilas itu yang lo tau tentang kisruh RAPBD nya itu kenapa, terus kenapa kisruh, terus e... konten-konten apa aja yang diberitain masih inget nggak? Inget sih... paling yang jadi permasalahan itu soal anggaran si kalo menurut gue. Yang gue tau si paling itu. Cuma tau tentang ada permasalahan di anggaran aja? Iya soalnya di Indonesia tuh pasti yang menjadi hal sensitif banget ya itu soal anggaran. Oke. Jadi dari pemberitaan-pemberitaan yang ada di media yang lo tau itu mereka ngeberitain tentang permasalahan yang ada di anggaran? Cuma itu aja? (mengangguk) Oke. Um.. jadi inti dari pemberitaan-pemberitaan di media lo sendiri tau nya gimana? E.. intinya apa ya.. permasalahan si balik lagi ke anggaran. Soal anggaran. Jadi kayak ada misalkan oknum yang ingin apa yaa... oknum yang ingin berkuasa dan memanfaatkan kepentingannya. Apa.. kepentingan kelompoknya untuk kepentingan pribadi diri sendiri. Oke... um... terus menurut lo sendiri pemberitaan tentang kisruh RAPBD itu penting nggak sih buat diketahui sama publik? Kalo dibilang penting ya penting. Buat.. apa ya.. pengetahuan masyarakat juga kan. E... pemerintahan Indonesia kayak apa sih, sekarang lagi terjadi apa sih.. Jadi kalo dibilang penting ya penting buat pengetahuan kita. Terus menurut lo buat mahasiswa sendiri untuk mengetahui permasalahan itu penting atau enggak? E.. dari sudut pandang mahasiswa? Kalo buat mahasiswa penting juga sih, soalnya sebagai mahasiswa itu kan bakalan jadi generasi penerus bangsa. Jadi misalkan ada masalah harus mencoba kritis sih. Ketika
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
ada masalah apa ya kita sampein anjurannya buat koreksi pemerintah, kalo ada yang nggak bener. Oke. Kalo misalkan menurut lo penting terus tadi kenapa lo nggak mengikuti pemberitaan ini? Merasa males tadi kan lo bilang ngikutin pemberitaan ini tapi menurut lo juga penting itu gimana? Iya... karena apa ya... emang nggak tertarik aja sih. Walaupun emang penting. Tapi yaudah emang nggak tertarik di dunia politik jadi yaudah begitu. Oke. Setelah adanya kejadian tentang kisruh RAPBD ini kan menurut lo penting nih buat diketahui publik, buat mahasiswa juga penting, untuk mengkritisi pemerintahan. Kira-kira lo kedepannya bakal lebih aware nggak sih sama pemberitaanpemberitaan tentang pemerintahan? E... harusnya si iya.. lebih sadar gitu kan.. tentang... apa sih yang sedang terjadi. E... soalnya buat koreksi, intropeksi diri pemerintah juga. Supaya kedepannya yang dilakuin lebih makin membaik.
Informan,
Rio Andika
Verbatim Wawancara Informan ke- 7 Nama subjek
: Reza Poetra
Asal Universitas
: Universitas Sahid Jakarta
Jurusan
: Jurnalistik
Semester
:7
Organisasi yang diikuti : Dua Mata Fotografi Waktu
: 26 November 2015, pukul 19.45 – 20.00
Tempat
: Universitas Sahid Jakarta
Pelaku Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti:
Uraian Wawancara Reza gue mau nanya deh sama lo, apa namanya.. kemaren elo ini nggak sih.. tau... tentang pemberitaan kisruh RAPBD DKI? Kira-kira sekitar bulan Februari yang lalu lah. Tau. Tau-tau. Em... Lo tau darimana? Dari media online. Dari media online. Cuma dari media online aja atau dari mediamedia lainnya? Enggak cuma media online aja tau nya, karena ngga pernah nonton TV. Terus media online nya itu yang kayak gimana? Maksudnya portal berita apa.. gituh.. Oh... baca di... kompas.com, okezone, detik sama suaramerdeka.com. Keseharian lo emang selalu mengakses berita-berita itu dari media online atau memang kebetulan aja pemberitaan ini yang lo ketahui dari media online? Emang disempetin sih sejam lah sehari buka media online. Tapi kalo TV, radio, koran gituh lo nggak akses? Jarang ngaksesnya. Dirumah nggak ada TV soalnya. Serius nggak ada TV? Bohong banget. Iya dirumah nggak ada TV. Pager noh banyak. Terus lo sendiri ngikutin nggak pemberitaan itu? Ngikutin kok. Tapi lo cari tau nya dari media online aja? Iya dari media online aja, karena lebih cepet. Okey... terus e... dari pemberitaan di media online itu yang lo tau tentang kisruh RAPBD apa aja?
Subjek: Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
E... bawahannya Gubernur kebanyakan mark up harga. Intinya si itu ceritanya. Oh gituh... terus apa namanya... um.. bawahannya Gubernur mark up harga yang lo tau itu aja? Nggak ada yang laen? Coba deh lo inget-inget lagi. Iya, intinya si kebanyakan itu permasalahan yang diangkat. Intinya kebanyakan dari rancangan APBD nya. Kebanyakan pada mark up harga bawahannya semuanya, dari.. dari Diknas, dari Dishub dan yang laen-laen. Di pemberitaan kisruh RAPBD sendiri lo tau nggak yang masalah DPR nya sama Gubernur nya itu, konfliknya, akhirnya kisruh itu menghasilkan konflik antara Gubernur sama DPRD DKI? Oh itu si... kalo itu si... nggak... nggak... nggak terlalu merhatiin ya kalo yang itu. Kalo gue bacanya tentang yang... lebih menarik itu tentang RAPBD nya. Tapi tentang kisruh DPR nya enggak. Okey... Um... Lalu em.... terus dari semua pemberitaan yang lo dapet yang lo baca dari media online itu, apa sih yang lo tangkep dari pemberitaan-pemberitaan itu? Yang ditangkep. E... orang yang... yang ditangkep orangnya kebanyakan nggak bener. Iya bawahannya, atasannya udah tegas. Bawahannya nggak bener gituh. Ya... biasalah namanya pejabat. Iya gitu deh pokoknya. Pejabat udah naek keatas. Biasa nyari duit. Itu tuh... buat balikin modal kampanye. Okey... oke... menarik menarik. E... terus menurut pendapat lo sendiri pemberitaan tentang kisruh RAPBD sendiri penting nggak sih buat diketahui sama publik? Penting lah, penting banget malah harus diketahui. Karena.. karena kan itu.. e... RAPBD itu kan uang nya dari publik. Jadi itu permasalahan publik, kalau ada masalah kayak gituh. Jadi harus tau, karena kan pemerintah kerja buat rakyat. Jadi semuanya harus transparan, gituh... Dari sudut pandang mahasiswa sendiri, lo sebagai mahasiswa nih. Buat mahasiswa, penting nggak sih pemberitaan itu? Penting lah penting banget, karena kan buat belajar. Buat pelajaran kedepannya, kalau ada mahasiswa yang jadi politisi. Ya.. jangan kayak gituh. Apalagi atasannya Ahok. Kelar... Terus... um... setelah adanya pemberitaan tentang kisruh RAPBD ini. Kedepannya lo bakal lebih peduli nggak sih sama pemerintahan di Indonesia. Khususnya di DKI Jakarta. Peduli lah, masa nggak peduli. Masa orang Jakarta nggak peduli sama Jakarta. Ye kan? Informan,
Reza Poetra
Verbatim Wawancara Informan ke- 8 Nama subjek
: Permana Adi Widjaya
Asal Universitas
: Universitas Sahid Jakarta
Jurusan
: Hubungan Masyarakat
Semester
:9
Organisasi yang diikuti : UKM Dua Mata Fotografi Waktu
: 26 November 2015, pukul 20.00-20.30
Tempat
: Universitas Sahid Jakarta
Pelaku Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Uraian Wawancara Permana. Lo tau nggak kemaren beberapa waktu lalu itu ada kisruh RAPBD DKI. Sedikit tahu. Darimana lo tau nya? E... Sebagian dari temen, dari med... E.. dari media internet sama pemberitaan di media televisi. Media internetnya itu dari portal berita atau dari twitter atau darimana? Kebanyakan si Twitter. Twitter... terus kalo dari apa.. tv.. media televisi mana aja? Oh itu dari MNC sama Metro TV. Apa sih yang diberitain sama mereka tentang kisruh RAPBD ini? E.... Yang gue tau sih kisruhnya tentang perbedaan rancangan anggaran antara Gubernur sama DPRD. Itu sih yang gue tau. Cuma selebihnya nggak gue ikutin. Karena gue Cuma pengen tau aja. Jadi lo nggak mengikuti pemberitaan dari kisruh RAPBD ini? Enggak. Okey... e... tapi lo tertarik nggak sih buat nyari tau tentang kisruh RAPBD ini? E... sejujurnya gituh lo tertarik atau enggak? Tertarik sih dikit, e... karena dari ketertarikan itu gue pengen tau apa sih yang terjadi. Hanya sekedar mau tau udah itu aja. Nggak mau mencari tau lebih lanjut siapa dibalik kasus tersebut, itu sih palingan. Kenapa lo nggak mau nyari tau? Karena nggak begitu tertarik. Nggak tertarik banget. Dari lo sendiri, lo tertarik nggak sih sama politik? Ngak, sama sekali enggak. Cuma e.... politik itu dampaknya besar banget buat gue dan masyarakat sekitar gitu kan. Jadi nggak ada salahnya si kalo buat tau. Jadi gue bisa mengikuti perkembangan
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek: Peneliti: Subjek:
apa yang terjadi di politik Indonesia saat ini. Kalo lo boleh narik kesimpulan nih dari adanya kisruh RAPBD dari pemberitaan-pemberitaan itu. Lo menyimpulkannya kayak gimana sih? Ya dengan... dengan kisruhnya antara Gubernur dan DPRD sih. Kesimpulannya sih e... dengan terjadinya ini cepat dapat solusinya karena sebagian dampaknya itu akan kena ke masyarakat. Terus menurut lo sendiri pemberitaan tentang kisruh RAPBD ini penting nggak sih buat diketahui sama publik? Cukup penting sih, karena yang dibalik e.. apa yang dilakukan pemerintah itu sebenernya enggak semuanya bener yang diketahui oleh masyarakat. Kalo dari sudut pandang lo sebagai mahasiswa, penting nggak sih? Sebagai mahasiswa. Untuk mahasiswa menurut gua penting, e.. apa.. adanya kasus seperti ini. Apalagi dalam ruang lingkup politik gituh kan. E.. Untuk kedepannya sih.. buat.. buat si mahasiswa biar tau untuk kedepannya mau melakukan apa. Untuk.. agar dalam... apa.. kasus politik ini dapat ditangani dengan baik. Terus untuk kedepannya kira-kira lo bakal lebih peduli nggak sih sama pemerintahan di Indonesia dengan adanya pemberitaan tentang kisruh RAPBD ini? Gimana-gimana? Boleh diulang? Kedepannya nih, nanti. Kedepannya nih nanti kira-kira nanti lo bakal lebih peduli nggak sih dengan pemerintahan di Indonesia? Em... Buat kedepannya sih emm.... bakal lebih peduli sih gue. Informan
Permana Adi Wijaya
Verbatim Wawancara Informan ke-9 Nama subjek
: Fitri Yasmi
Asal Universitas
: Universitas Sahid Jakarta
Jurusan
: Hubungan Masyarakat
Semester
:9
Organisasi yang diikuti : Frosh FM Waktu
: 05 Desember 2015, pukul 13.00 – 13.30
Tempat
: Universitas Sahid Jakarta
Pelaku
Uraian Wawancara
Peneliti:
Apakah anda mengetahui perihal adanya kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu lalu? Kalo tau si tau, tapi nggak banyak. Oh gituh, tapi tau kan ya. Itu... darimana anda mengetahui nya? E.... dari TV. Berita-berita di TV sama media online. TV sama media online apa aja tuh? Kalo TV si kebanyakan pasti dari TV One atau Metro TV ya. Kalo online detik.com sih, karena detik.com yang paling sering saya akses. Pada waktu mengakses portal berita internet, apa itu karena anda memang ingin mencari tahu mengenai pemberitaan kisruh RAPBD atau bagaimana? Oh enggak, karena saya memang selalu menyempatkan untuk mengakses portal berita online, karena praktis ya. Untuk berita nya sendiri, saya baca yang memang sedang menjadi headline aja. Jarang si akses portal berita khusus untuk mencari berita tertentu, apalagi yang berbau politik. Kenapa tuh sama yang berbau politik? Dari kalimat kamu, kayaknya kamu kurang interest ya sepertinya dengan berita tentang politik? Haha, iya. Saya orang nya memang kurang suka dengan dunia politik. Jadi ya suka aja enggak, apalagi sampai cari tahu kan. Jadi bisa dikatakan kamu kurang tertarik ya dengan politik? Iya, saya kurang tertarik. Sebelumnya saya kan juga sudah mewawancarai beberapa mahasiswa USAHID lainnya ya, dan rata-rata dari mereka menyatakan kalau mereka kurang tertarik dengan dunia politik. Apa memang mayoritas mahasiswa USAHID kurang tertarik dengan dunia politik? Bisa dikatakan seperti itu, selama saya kuliah disini, memang jarang sih saya ketemu mahasiswa yang tertarik dengan dunia politik. Sedikit banget disini mah. Kalau pun ada, mungkin ga terlihat. Untuk temanteman saya sendiri yang saya kenal gituh ya, gak ada bahkan yang tertarik dengan dunia politik.
Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti:
Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Kenapa kalian gak tertarik kalau boleh tau? Kenapa ya, pusing aja si liatnya. Haha, karena ga tau juga kebenarannya yang sebenar-benarnya itu yang mana, kayak apa. Jadi males aja ngikutin dunia politik. Termasuk ngikutin pemberitaannya? Hehe, iya. Balik lagi nih, sama pemberitaan kisruh RAPBD, jadi kamu tahu pemberitaannya tapi gak ngikutin ya? Iya, sama cuma sekedar tahu. Yang sekedar kamu ketahui itu apa aja dari pemberitaan kisruh RAPBD? Em...... (bergumam) Jadi ada dua versi RAPBD DKI 2015, versi yang DPRD sama yang Pemprov. Udah si itu aja. Masa sih cuma itu? Coba diinget-inget lagi. Apa ya, oh iya ada permasalahan dana siluman. Tapi dana siluman nya itu apa, saya juga gak ngerti. Dengan melihat pemberitaan-pemberitaan itu sekilas, apa sih yang anda tangkap? Dan pendapat anda mengenai ke kisruhan RAPBD DKI 2015 sendiri itu bagaimana? Yaaa kalau saya si nangkepnya, sekedar aja. Sekedar mengetahui kalau DKI, RAPBD buat tahun 2015 belom ada. Karena masih kisruh di pemerintahannya. Menurut saya, kisruh RAPBD itu sendiri ya memperlihatkan kalau pemerintahan kita memang belum sejalan. Belum sejalan gimana maksudnya? Iya belum sepaham, belum sependapat. Jadinya kisruh. Menurut anda seberapa penting pemberitaan tersebut untuk diketahui oleh publik? Kalo penting si penting banget. Kenapa penting? Ya karena menyangkut anggaran, menyangkut keuangan. Dimana mana yang menyangkut masalah uang kan riskan banget. Terutama riskan celah untuk korupsi. Kalo untuk anda sebagai mahasiswa, seberapa penting pemberitaan tersebut? Cukup penting, yaa pada intinya. Sebenarnya semua pemberitaan yang menyangkut pemerintahan itu penting. Tinggal dari individu nya sendiri bagaimana menanggapi dan menyikapinya. Nah, kalo buat kamu sendiri gimana menyikapi dan menanggapi pemberitaan ini? Hehe (tertawa), jujur saya sih menyikapinya biasa saja. Oke, tapi dengan adanya pemberitaan ini kira-kira anda kedepannya akan lebih peduli gak dengan kisruh yang terjadi di pemerintahan? Hehe, kayaknya mah sama aja. Karena pada dasarnya saya memang kurang tertarik dan peduli dengan permasalahan pemerintahan. Informan
Fitri Yasmi
Verbatim Wawancara Informan ke-10 Nama subjek
: Mega Silvia Juliana
Asal Universitas
: Universitas Sahid Jakarta
Jurusan
: Hubungan Masyarakat
Semester
:5
Organisasi yang diikuti : Frosh FM Waktu
: 05 Desember 2015, pukul 14.00 – 14.30
Tempat
: Universitas Sahid Jakarta
Pelaku Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Uraian Wawancara Apakah anda mengetahui perihal adanya kisruh RAPBD DKI 2015 beberapa waktu lalu? E.... Tau. Darimana anda mengetahui nya? Pertama si karena... kemaren tuh sempet ngeliat banyak “memememe” lucu gituh yang soal Haji Lulung itu. Terus saya cari tau aja apa maksudnya. Nah, dari situ deh saya tau. Nah itu nyari tau nya dimana? Di internet. Terus apa yang kamu dapet dari internet? Ya itu... ternyata lagi ada kisruh antara DPRD sama Gubernur... e... tentang RAPBD gituh. Bisa dipaparin nggak kisruh nya itu seperti apa? E... iya pokoknya masalahnya itu intinya dari RAPBD. Terus, DPRD sama Gubernur jadi konflik gituh. Kalo nggak salah sih karena ada perbedaan versi rancangan anggaran, apa kalo nggak salah. Oke.... tapi lo ngikutin pemberitaan itu atau nggak? Kalo ngikutin sih sebenernya enggak. Cuman karna kemaren kepo aja, pengen tau ada soal yang meme-meme lucu soal Haji Lulung itu. Nah pas uda tau, e... ternyata itu adalah konflik DPRD sama Gubernur yaudah. Gituh aja. Jadi lo tertarik sama pemberitaan ini karena kemarin banyak “meme” tentang Haji Lulung di social media? Lo sendiri kesehariannya gimana sih? Kegiatan dikampus seperti apa? Dan untuk penggunaan social media sendiri seberapa sering? Iya, e... ketertarikan gue sama pemberitaan itu muncul karena adanya meme-meme yang soal Haji Lulung itu. Rame aja gituh ngeliatnya, mangkanya gue kepo. Kalo soal kegiatan gue
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
Peneliti:
Subjek:
dikampus... ya... gituh-gituh aja sih. Gimana sih anak kuliah, ngumpul terus nongkrong sama temen-temen, terus gue juga siaran radio, rapat-rapat buat acara radio. Ya... gituh-gituh aja. Oh lo penyiar radio kampus, apa sih yang biasa lo siarin? Terus nama radio lo apa? Nama radio gue itu, Frosh FM. Nah... radio gue itu udah bisa streaming, kalo gue sih ngebawainnya acara gosip, tapi kalo gue bukan sebagai announcer gue sebagai produser nya. Cuman, kalo misalnya announcer gue salah satu ada yang nggak masuk, ya berarti gue yang gantiin, gituh... ya... gituhgituh ajah. Acaranya sendiri selain gosip ada apa aja? E.... ada acara-acara misteri, terus ada cerita-cerita soal... e... cinta.... ada soal rekomendasi tempat-tempat anak muda hangout, ya... radio anak muda lah pokoknya kita ngebahasngebahas yang apa yang anak muda sekarang lagi kepoin. Yang lagi pengen tau, kita program nya ada semua. Kalo yang ngebahas tentang politik atau pemerintahan atau bagianbagian serius-seriusnya gituh lah, nggak mesti politik atau masalah pemerintahan juga, ada nggak? Ada, tapi itu termas... masuk di salah satu konten aja. Jadi... sebenernya nggak ada programnya. Tapi ada salah satu... di salah satu konten acara, di salah satu program nya ada gituh. E..... kalo mahasiswa Sahid itu, lebih tertarik sama yang edutainment atau entertainment? Kan, karena yang dari tadi lo paparin nih, acara-acara nya tuh entertainment banget gituh loh. Kalo misalkan, kayak diskusi-diskusi politik atau ya.... siaransiaran yang berbau ke pemerintahan gituh lah. Itu... yang khusus gituh... bukan cuma sekilas aja yang ada di konten ya. Itu, ada nggak sih? Kalo untuk program nya sih nggak ada, cuman... e... yang kayak tadi gue bilang, cuman masuk di konten aja. Karena kalo misalnya balik lagi sama anak-anaknya lebih suka yang pengetahuan atau yang entertainment atau apa itu... sebenernya balik lagi sama anak-anaknya. Cuman, kalo diliat anak-anak kampus gue nih, keseluruhan mereka lebih tertarik sama yang seperti itu. Yang entertain, yang soal percintaan, yang soal tempat hangout, ya... gimana sih anak muda jaman sekarang, emang kayaknya udah keliatan banget lebih menjurus kesananya kan. Kalo untuk ke politik, kayaknya lebih kurang. Cuman ada, cuman kalo di persenin mungkin beberapa persen dari seratus persen. Oh... oke oke.... balik lagi nih ke pemberitaan RAPBD DKI 2015. Waktu itu lo nyari tau dari berbagai macam sumber atau nggak mengenai pemberitaan ini? E.... untuk pemberitaan itu? Ya... kalo nyari sih dari internet
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek: Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
Peneliti: Subjek:
aja. Cuman buka-buka Google, terus searching-searching itu juga gue mau tau semuanya karena ya itu, ada meme-meme lucu nya, gituh. Jadi, bisa dibilang sumbernya cuma dari internet aja udah. O... oke oke... Kalo buat apa-apa aja yang di beritain sama media di internet masih inget apa enggak? Inget sih, tapi nggak banyak. Cuma sedikit. Boleh dipaparin? E.... pokoknya itu konflik antara yang.. gue inget nih ya.. antara yang Haji Lulung sama Pak Ahok. Terus, konfliknya itu ya masalah RAPBD itu. Nah, katanya sih apa? Ada siluman... dana siluman siluman gituh deh pokoknya. Yang gue inget cuman ya gituh-gituh aja. Udah itu aja? Coba diinget-inget lagi. E... iya sih cuma itu aja yang gue inget. Soalnya gue nggak terlalu mencari tahu banget. Karena kan gue juga ngeliat nya karena ada meme-meme nya aja... mangkanya jadi ya itu aja yang gue cari tau. Kalo untuk soal lebih dalem nya gue nggak terlalu ngikutin. Kenapa tuh lo nggak ngikutin? Gapapa sih, emang nggak biasa ngikutin berita aja. Apa lagi yang terlalu ribet kayak gituh. Tapi sejauh dari yang lo liat dari pemberitaan kisruh RAPBD DKI ini ada nggak yang lo pahamin? Nggak ada.... biasa aja sih ngeliatnya. Soalnya juga.. apa ya... udah biasa juga sih menurut gue, kalo ngeliat pemerintahan di negara Indonesia yang kacau balau kayak gini. Masih inget kan kasus yang.. apa sih.. yang ditimpuk pake palu itu.. yang kalo nggak salah nenek-nenek ilang palu. Nah, itu aja.. itu juga lucu banget beritanya. Jadi, nggak aneh lah kalo ngeliat berita-berita kayak begini di Indonesia kayak udah buat hiburan aja. Oh gitu ya... tapi menurut lo pemberitaan mengenai kisruh RAPBD ini penting nggak sih buat diketahui sama publik? Penting sih... penting banget. Karena kan biar gimana juga ini kan salah satu bagian dari... apa... pemerintahan di Indonesia. Cuman, ya balik lagi sama kita nya masingmasing nanggepin berita itu seperti apa. Kalo gue sih nganggep nya, ya... yaudalah biasa aja. Emang begitu ada nya. Kalo buat mahasiswa penting atau nggak? Kalo... kalo.. mungkin kalo lo nanya nya sama gue, gue ngerasa ya itu biasa aja. Tapi kalo mungkin untuk mahasiswa yang... gila banget politik atau apa... ya balik lagi sama orangnya sebenernya penting.. sebenernya sih penting. Cuman, ya kita udah.. karena gue udah biasa banget dengerin pemerintahan di Indonesia yang kacau balau. Jadi.. yaudalah udah biasa gituh loh. Karena pasti bakal ada lagi masalah, bakal ada lagi
Peneliti: Subjek:
masalah kayak gituh. Oh... gituh... Terus apa setelah kejadian ini lo bakal lebih peduli terhadap kisruh yang terjadi di pemerintahan? Seharusnya sih iya. Cuman, ya gue nggak bisa berbuat apa-apa hanya bisa berdoa.
Informan,
Mega Silvia Juliana