INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012
Katalog BPS : 4102002.7107 ISSN 0215 – 6432 Ukuran Buku 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : xxii + 74 Halaman Naskah : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara & Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2012” ini dapat diterbitkan. Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar mampu memiliki lebih banyak pilihan,khususnya dalam pendapatan,kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak dan masing-masing dimensi direpresentasikan oleh indikator. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup; dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan ratarata lamanya sekolah; serta dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga dimensi pembangunan manusia ini terangkum dalam satu nilai tunggal,yaitu angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kepada semua pihak yang telah membantu dalam upaya penerbitan publikasi ini kami ucapkan banyak terima kasih. Selanjutnya saran, kritik dan komentar dari berbagai pihak terutama dari pengguna data sangat kami harapkan. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi para pengguna data dan masyarakat pada umumnya. Boroko, Juli 2013 Kepala Bappeda Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Bolaang Mongondow Kepala,
Drs. Asripan Nani, M.Si NIP. 19660828 199203 1 005
2
Ferdinand D. Terok, S.sos, M.si NIP. 19620919 198301 1 001
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................
iii
Daftar Isi .........................................................................................................
iv
Daftar Tabel ....................................................................................................
vi
Daftar Grafik ...................................................................................................
vii
Hari Statistik ...................................................................................................
viii
1
2
3
Pendahuluan ...........................................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................................
2
B. Maksud dan Tujuan .............................................................................
6
C. Sistematika Penulisan .........................................................................
7
Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia ........................................
8
A. Indikator .............................................................................................
9
B. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .................................................
11
C. Keterbatasan IPM ................................................................................
12
D. Penyempurnaan IPM ..........................................................................
13
E. IPM di Indonesia .................................................................................
15
F. Sumber Data ........................................................................................
17
G. Konsep dan Metodologi Komponen Penyusun IPM ............................
18
Trend Indeks Pembangunan Manusia .....................................................
23
A. Trend Indeks Pembangunan Manusia .................................................
25
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
iv
4
B. Grafik IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Komponen ...
31
C. Indeks Pembangunan Manusia dan Persentase Penduduk Miskin ......
35
IPM dan Komponen Penyusunnya 2012 ..................................................
38
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
v
DAFTAR TABEL
No.
Tabel
Hal.
1
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ..............................
20
2
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 ............................................................
26
Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 .....................................................................................
27
Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 .....................................................................................
28
Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 .....................................................................................
29
Pengeluaran Riil per Kapita yang Dissuaikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 ...........................................
30
3 4 5 6
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
vi
DAFTAR GRAFIK
No. 1 2 3 4 5 6
Grafik
Hal.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 ..............................
31
Angka Harapan Hidup Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 ........................................
32
Angka Melek Huruf Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 ........................................
33
Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 ........................................
34
Pengeluaran Riil per Kapita Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 ........................................
35
Indeks Pembangunan Manusia dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2007 – 2011 ......................
37
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
vii
HARI STATISTIK
Hari Statistik ditetapkan tanggal 26 September, karena pada tanggal tersebut terjadi peristiwa yang dinilai sangat bersejarah bagi kegiatan Statistik di Indonesia, yaitu ditetapkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1960 tentang Statistik, sebagai pengganti Statistiek Ordonatie 1934 yang merupakan produk kolonial serta dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan. Hari Statistik tersebut telah disetujui oleh Presiden RI sebagaimana tercantum dalam surat B.259/M.Sesneg/ 1996. Hari Statistik dimaksud untuk menggugah dan menumbuhkan SADAR STATISTIK bagi para responden, penyelenggara dan konsumen data menuju terwujudnya Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, akurat, dan terpercaya. Badan Pusat Statistik sebagai lembaga yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan statistik merasa terpanggil guna memprakarsai terwujudnya hari statistik tersebut serta mengenalkan-nya kepada masyarakat. Kegiatan perstatistikan di Indonesia diawali dengan didirikannya Central Kantoor Voor de Statistiek (CKS) pada tanggal 24 September 1924. kemudian pada bulan juni 1942, pemerintah Jepang mengganti nama CKS menjadi Shomubu Chosasitsu Gensekanbu Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia kegiatan statistik di Indonesia dilakukan oleh Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia (KAPPURI), sementara Pemerintah Pendudukan Belanda mengaktifkan CKS. Berdasarkan Surat Edaran Kementrian Kemakmuran tanggal 12 Juni 1950 Nomor 219/S.C, KAPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS). Dengan Keputusan Presiden RI No. 172 Tahun 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik. Pada tahun 1997, Sesuai dengan amanat Undang-undang no. 16 tahun 1997 tentang statistik, BPS yang sebelumnya kepanjangan dari Biro Pusat Statistik diganti nama dengan Badan Pusat Statistik, sementara kantor perwakilan BPS di propinsi semula bernama KSP atau Kantor Statistik Provinsi, menjadi Badan Pusat Statistik Provinsi, sedangkan Kantor Statistik Kabupaten (KSK) diubah sebutannya menjadi Badan Pusat Statistik Kabupaten. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
viii
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan statistik, Kepala BPS diamanatkan untuk menyelenggarakan statistik dasar dan mengumumkan hasilnya secara teratur dan transparan kepada masyarakat. Sedangkan menurut keputusan Presiden Nomor 166 tahun 2000, BPS ditetapkan sebagai salah satu lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang menjalankan kewenangan dibidang statistik dasar, baik di pusat maupun di daerah-daerah. Secara organisasi semua jajaran BPS di daerah adalah instansi vertikal sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik. Semoga hari Statistik 26 September mampu memancarkan nuansa kesadaran akan arti dan pentingnya Statistik dalam era pembangunan nasional pada saat ini dan masa yang akan datang.
Dirgahayu Hari Statistik 26 September
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
ix
A
BAB I PENDAHULUAN
A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang.”
Beberapa kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik di tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.
Sebagaimana dinyatakan di dalam HDR pertama tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
2
berumur panjang dan sehat, untuk berilmupengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model ’pertumbuhan ekonomi’ lebih menekankan pada peningkatan PDRB daripada memperbaiki kualitas manusia. ’Pembangunan sumberdaya manusia’ cenderung memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi – sebagai alat, bukan sebagai tujuan akhir. Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan - pilihan bagi manusia.
Agar konsep pembangunan manusia dapat mudah diterjemahkan ke dalam pembuatan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Selama bertahun-tahun, HDR global telah mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia. Meskipun demikian, masih terdapat berbagai kesulitan dalam penyederhanaan konsep holistik pembangunan manusia menjadi satu angka. Oleh karenanya, penting untuk disadari bahwa konsep pembangunan manusia lebih mendalam dan lebih kaya dari ukurannya. Sangatlah tidak mungkin untuk menghasilkan ukuran yang komprehensif -atau bahkan suatu kumpulan indikator yang komprehensif- karena banyak dimensi penting dari pembangunan manusia yang tidak terukur.
Pada HDR pertama (1990), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan. Indeks Pembangunan Manusia menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
3
lebih memadai dan lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB perkapita.
Implementasi Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah berimplikasi pada munculnya hak, wewenang, serta kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan penerapan kedua undang-undang tersebut, paradigma manajemen pemerintah daerah mengalami pergeseran, yaitu dari sentralistis menuju sistem desentralistis. Dampak yang langsung dirasakan adalah semakin besarnya tanggungjawab yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam membangun daerahnya sesuai dengan kondisi yang diperlukan. Untuk itu, pemerintah daerah dituntut dapat memanfaatkan sumber daya (resources) yang ada di daerahnya secara lebih optimal.
Lebih lanjut, PP No. 38 Tahun 2007 Pasal 7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menyatakan bahwa urusan pemerintahan yang
wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota, di antaranya adalah pelayanan dasar yang mencakup kegiatan statistik dan perencanaan pembangunan. Terkait dengan perencanaan pembangunan, ketersediaan data mengenai kondisi sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Selain dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan yang telah dilaksanakan, data tersebut juga akan bermanfaat dalam memberikan informasi sebagai bahan masukan bagi perencanaan
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
4
pembangunan di masa yang akan datang sebagai bentuk pelaksanaan Undangundang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-undang mengenai Perencanaan Nasional merupakan dasar bagi kegiatan penyusunan perencanaan di tingkat daerah. Diharapkan data tersebut dapat memberikan ukuran kondisi ekonomi dan sosial secara tepat sebagai representasi kondisi masa lalu dan masa kini serta sasaran yang hendak dicapai pada masa yang akan datang.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa perencanaan pembangunan yang baik didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, perencanaan yang sistematis dan komprehensif hanya dapat diwujudkan apabila setiap tahapan perencanaan dilengkapi dengan data yang akurat. Demikian halnya dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah, akan memerlukan data statistik sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Kebijaksanaan dan strategi yang telah dilakukan perlu dimonitor dan dilihat hasilnya, sehingga data statistik tersebut sangat diperlukan.
Untuk itu dibutuhkan ketersediaan data mengenai pembangunan manusia yang representatif dalam menggambarkan kondisi sosial ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, khususnya terkait dengan masalah pembangunan manusia. Oleh karena itu penerbitan publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dipandang perlu sebagai sumber informasi penyusunan perencanaan yang terkait dengan pembangunan manusia di
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Selain itu,
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
5
dengan adanya publikasi ini diharapkan Pemerintah maupun masyarakat luas dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas pembangunan yang telah dilakukan, sekaligus dapat mengidentifikasi kebutuhan daerah bagi pembangunan di masa yang akan datang.
B.
Maksud dan Tujuan
Secara umum maksud penyusunan Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2008 antara lain bertujuan: a. Menyediakan informasi yang lengkap dan menyeluruh mengenai pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dilengkapi dengan indikator-indikator relevan. b. Sebagai dasar perencanaan pada tingkat makro, terutama terkait dengan masalah pendidikan dan kesehatan masyarakat. c. Menyediakan pembahasan mengenai keterkaitan pembangunan manusia dengan dimensi lain pembangunan, seperti pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. d. Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah mengenai kebijakan anggaran, terutama terkait dengan kebijakan alokasi bagi pelayanan publik untuk bidang pendidikan dan kesehatan.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
6
C.
Sistematika Penulisan
Publikasi
Indeks
Pembangunan
Manusia
Kabupaten
Bolaang
Mongondow Utara Tahun 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang memuat latar belakang serta maksud dan tujuan disusunnya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012. Bab II memuat pengertian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sumber data IPM serta konsep dan definisi yang dianggap penting. Berdasarkan uraian Bab II ini diharapkan pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan Indeks Pembangunan Manusia serta komponen-komponen yang mendukung penyusunan Indeks Pembangunan Manusia. Bab III berisi trend Indeks Pembangunan Manusia serta komponen- komponen penyusunnya. Bab IV berisi tabel-tabel tentang pembangunan manusia untuk umur panjang dan hidup sehat. Bab V berisi tabel-tabel tentang pembangunan manusia untuk memperoleh pengetahuan.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
7
A
BAB II PENGHITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
8
BAB II PENGHITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
A.
Indikator Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan
atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahanperubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (proxy)
Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan indikator antara lain: Simple, Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely yang dapat disingkat SMART.
a. Simple – yaitu Sederhana Artinya indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya.
b. Measurable – yaitu Dapat Diukur Artinya indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan jelas ukurannya. Dengan demikian dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
9
Kejelasan pengukuran juga akan menunjukkan bagaimana cara mendapatkan datanya.
c. Attributable – yaitu Bermanfaat Artinya indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa indikator itu harus merupakan pengejawantahan dari informasi yang memang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Jadi harus spesifik untuk pengambilan keputusan tertentu.
d. Reliable – yaitu Dapat Dipercaya Artinya indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti. Indikator yang tidak/belum bisa didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti, seyogyanya tidak digunakan dulu.
e. Timely – yaitu Tepat Waktu Artinya indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan.
Selain indikator dikenal pula apa yang disebut dengan Indeks atau Indikator Komposit (Composite Indices), yaitu suatu istilah yang digunakan untuk indikator yang lebih rumit. Indeks atau indikator komposit memiliki ukuran-ukuran yang multidimensional yang merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini biasanya dikembangkan melalui penelitian khusus karena penggunaannya secara praktis sangat terbatas. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
10
B.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB-dalam konteks
nasional dan PDRB-dalam konteks regional, hanya mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, yang mampu menangkap tidak saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan manusia. Pembangunan manusia memiliki banyak dimensi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat
dari
dimensi
dasar
pembangunan
manusia
dengan
melihat
perkembangannya.
Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya: 1. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih. 2. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana. 3. Membentuk satu indeks komposit daripada menggunakan sejumlah indeks dasar. 4. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.
Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut ini: 1. Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan hidup;
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
11
2. Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan kombinasi dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah dan tinggi; dan 3. Standar hidup yang layak, dengan indikator PDRB per kapita dalam bentuk Purchasing Power Parity (PPP).
C.
Keterbatasan IPM Seperti indeks komposit lainnya, IPM memiliki beberapa keterbatasan. Hal
tersebut perlu dipahami untuk menghindari kesalahan pada penggunaan indeks tersebut. Lebih lanjut, dengan memahami keterbatasan tersebut, diharapkan menjadi bahan masukan untuk pengembangan ketersediaan dan reliabilitas data, serta untuk melakukan monitoring perkembangan pembangunan manusia. Keterbatasan tersebut meliputi:
Indeks
tersebut
bukan
merupakan
suatu
ukuran
yang komprehensif
mengenai pembangunan manusia. Indeks tersebut hanya mencakup tiga aspek dari pembangunan manusia, tidak termasuk aspek penghargaan diri, kebebasan politik dan masalah lingkungan.
Indeks
tersebut
tidak
dapat
menilai
perkembangan pembangunan
manusia dalam jangka pendek, karena dua komponennya, yaitu angka melek huruf dan angka harapan hidup, tidak responsif terhadap perubahan kebijakan dalam jangka pendek.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
12
IPM memasukkan variasi pembangunan manusia dalam suatu wilayah. Ini berarti bahwa IPM yang sama dari dua wilayah tidak mengindikasikan bahwa kedua wilayah tersebut memiliki pembangunan manusia yang identik. Dengan kata lain, mungkin terdapat perbedaan bagaimana pembangunan manusia didistribusikan antarsub wilayah atau antarkelompok sosial.
Dalam perjalanannya, IPM terus diteliti dan mengalami penyempurnaan. Oleh karena itu, indeks tersebut diterima secara luas sebagai indikator yang baik dalam melihat tingkat pembangunan manusia. Beberapa alasan mengapa IPM merupakan indikator yang cukup baik sebagai ukuran pembangunan manusia, adalah: 1. IPM menterjemaahkan secara sederhana konsep yang cukup kompleks ke dalam tiga dimensi dasar yang terukur. 2. IPM membantu dalam pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang hanya terfokus pada ekonomi menjadi berfokus pada manusia. 3. IPM berfokus pada kapabilitas yang releven, baik untuk negara maju dan berkembang, sehingga menjadikan indeks tersebut sebagai alat yang universal. 4. IPM menstimulasi diskusi mengenai pembangunan manusia. 5. IPM memberikan motivasi bagi pemerintah untuk berkompetisi secara sehat dengan negara/wilayah lain melalui keterbandingan angka IPM.
D.
Penyempurnaan IPM Pada Human Development Report (HDR) 1990, IPM pertama kali
diperkenalkan. Index tersebut disusun dari pendapatan nasional (sebagai ukuran standar hidup yang layak) dan dua indikator sosial, yaitu angka harapan hidup Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
13
(indikator umur panjang) serta angka melek huruf usia dewasa (indikator pencapaian pengetahuan). Indeks tersebut merupakan pendekatan yang mencakup dimensi dari berbagai pilihan yang dimiliki manusia. Akan tetapi indeks tersebut masih memiliki kelemahan pada indikator pendapatan, dimana angka rata-rata secara nasional tidak dapat merepresentasikan ketimpangan yang terjadi antar wilayah dan dalam wilayah.
Penyempurnaan terus dilakukan dengan mempertahankan ketiga komponen inti tersebut, yaitu lama hidup, pengetahuan dan standar hidup layak, untuk menjaga konsep awal IPM. Pada tahun 1991, terdapat penambahan satu indikator baru yaitu rata-rata lama bersekolah kedalam komponen pengetahuan sebagai ukuran pencapaian pendidikan. Angka melek huruf diberi bobot dua pertiga, sedangkan ratarata lama bersekolah diberi bobot sepertiga. Hal tersebut mengindikasikan bahkan pembentukan keterampilan tingkat tinggi adalah penting, serta sebagai pembeda dari negara-negara yang mengelompok pada peringkat atas.
Pada tahun yang sama, pendapatan minimal sebesar US$ 5000 per kapita diterapkan. Hal tersebut berdasarkan pada asumsi bahwa setiap orang sebagai anggota masyakat secara umum memerlukan minimal pendapatan sebesar nilai tersebut untuk membangun kapabilitas dasar. Pendapatan di atas nilai tersebut, disesuaikan dengan menggunakan suatu formula.
Nilai minimum dan maksimum yang tetap diperkenalkan pada tahun 1994, berdasarkan trend dari variabel - variabel IPM dan nilai probilitanya dalam 25 tahun mendatang. Selanjutnya, di tahun 1995 rata-rata lama sekolah diganti dengan Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
14
rasio gabungan partisipasi sekolah pada tingkat dasar, menengah dan tinggi, karena data sebelumnya tidak selalu merepresentasikan kondisi sesungguhnya.
Pada tahun 1999, indikator pendapatan disempurnakan. Hal tersebut berdasarkan pemikiran bahwa manusia tidak membutuhkan suatu jumlah pendapatan yang tidak terbatas untuk kehidupan yang layak. Seiring peningkatan besaran pendapatan, maka besaran nilai hidup layak pun akan menyesuaikan menurun dengan menggunakan formula matematis sebelum dimasukkan kedalam penghitungan IPM.
E.
IPM di Indonesia Penghitungan IPM pertama kali di Indonesia dilakukan atas kerjasama BPS dan
UNDP Indonesia pada tahun 1996. IPM yang dihasilkan menunjukkan keterbandingan antarProvinsi di Indonesia untuk tahun 1990 dan 1993. Karena Survei Sosial Ekonomi
Nasional
(Susenas) sebagai sumber data
penghitungan IPM
baru
dilaksanakan tahun 1990, maka indeks untuk sebelum tahun tersebut tidak dapat dilakukan. Dalam publikasi ini, indikator hidup layak yang digunakan adalah pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan (rata-rata propinsi) yang diperoleh dari Susenas dan diukur berdasarkan tahun dasar 1988/1989.
Penghitungan IPM di Indonesia juga sempat mengalami perubahan, khususnya dalam penghitungan standar kehidupan di tingkat propinsi. UNDP menggunakan PDB
riil
perkapita
yang
disesuaikan
sebagai proxy dari pendapatan untuk
menghitung IPM global. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
15
Nilai maksimum yang digunakan adalah target yang ingin dicapai pada akhir pembangunan jangka panjang kedua (tahun 2018). Sedangkan nilai ambang batas tingkat pendapatan ditetapkan dari suatu tingkat pendapatan tertentu yang telah disesuaikan untuk kondisi Indonesia.
Penghitungan IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dilakukan dengan tetap menggunakan prinsip-prinsip dasar penghitungan IPM dalam HDR global. Akan tetapi, karena faktor ketersediaan data dan alasan- alasan lainnya, dilakukan beberapa modifikasi.
Salah satu perbedaannya adalah dalam penghitungan pencapaian pendidikan yang merupakan salah satu komponen IPM. Walaupun terdapat pergantian indikator pada tahun 1995 dalam HDR global dari rata-rata lama tahun sekolah (mean years of schooling-MYS) dengan angka partisipasi sekolah yang merupakan gabungan dari sekolah dasar, menengah pertama dan atas. Laporan IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tetap menggunakan MYS. Karena beberapa alasan, di antaranya adalah MYS merupakan indikator dampak yang lebih baik daripada angka partisipasi biasa, yang biasa dianggap sebagai indikator proses. Oleh karena itu, MYS cenderung lebih stabil daripada angka partisipasi yang cenderung lebih berfluktuasi. Namun demikian, MYS kurang sensitif untuk menangkap dampak jangka pendek dari krisis terhadap kehadiran di sekolah.
Perbedaan lainnya adalah variabel yang digunakan sebagai proxy pendapatan. Laporan HDR menggunakan PDB per kapita, sedangkan laporan IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menggunakan pengeluaran rumahtangga per kapita. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
16
Hal ini dilakukan karena nilai PDRB per kapita, sebagai ukuran pendapatan untuk tingkat wilayah, tidak mampu menggambarkan daya beli riil dari masyarakat.
PDRB yang digunakan untuk mengukur produksi yang dihasilkan suatu daerah, belum tentu didistribusikan dan dinikmati oleh masyarakat tersebut disebabkan karena tingginya mobilitas antarbarang antarwilayah. Oleh karena itu pengeluaran per kapita yang diperoleh dari kegiatan SUSENAS merupakan pendekatan dari daya beli masyarakat lokal yang lebih baik.
Ketersediaan data IPM di wilayah adalah penting dalam mengukur tingkat pencapaian kinerja pembangunan manusia di wilayah tersebut. Indikator tersebut dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi, terutama bagi Pemerintah Daerah, dalam menyusun kebijakan pembangunan yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, akan tetapi juga yang berpihak bagi peningkatan kualitas hidup manusia. IPM juga diharapkan dapat dimanfaatkan secara luas bagi masyarakat umum atau peneliti dalam melakukan kajian-kajian terkait dengan pembangunan manusia.
F.
Sumber Data Sumber data bagi penghitungan IPM terutama adalah dari data yang
berasal dari kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
17
G.
Konsep dan Metodologi Komponen Penyusun IPM Dalam publikasi ini terdapat beberapa variabel yang digunakan dalam
menganalisa kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Konsep dan definisi dari variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (e0) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. 2. Angka Melek Huruf (AMH) penduduk dewasa merupakan proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. 3. Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years Schooling - MYS) adalah rata- rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. 4. Indeks Pendidikan merupakan indeks komposit yang merupakan rata- rata tertimbang dari indikator pendidikan, yaitu angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. 5. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity – PPP), memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar provinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Penghitungan didasarkan pada harga 27 komoditas yang ditanyakan pada modul konsumsi SUSENAS. Harga di Jakarta Selatan digunakan sebagai standar harga. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
18
konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan Formula Atkinson. 6. IPM merupakan rata-rata sederhana dari tiga komponen yaitu (1) lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; (2) tingkat pendidikan, yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga); dan (3) tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah).
Formula penghitungan IPM adalah sebagai berikut: IPM = 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)]
……… (1)
dimana : X(1) : Indeks harapan hidup X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama sekolah) X(3) : Indeks standar hidup layak Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ; Indeks X(i)= X(i) - X(i)min / [X(i)maks - X(i)min]
……… (2)
dimana : X(1)
: Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)
X(2)
: Nilai maksimum sekolah X(i)
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
19
X(3)
: Nilai minimum sekolah X(i)
Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X (i) disajikan pada tabel 1 Tabel 1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM (=X(I)) Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah
Konsumsi per kapita yang disesuaikan 1996
Nilai maksimum
Nilai Minimum
Catatan
85
25
Sesuai standar global (UNDP)
100
0
Sesuai standar global (UNDP)
15
0
Sesuai standar global (UNDP)
737.720 a)
300.000 (1996) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang 360.000 disesuaikan (1999) b)
Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018. b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1990 (di daerah pedesaan Sulawesi Selatan Untuk tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp. 360.000. Penyesuaian ini dilakukan karena krisis
ekonomi
telah
menyebabkan penurunan daya
beli masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
20
secara drastis. Penambahan sebesar Rp. 60.000 didasarkan pada perbedaan antara ”garis kemiskinan lama” dengan ”garis kemiskinan baru” yang jumlahnya Rp. 5.000 per bulan atau setara dengan Rp. 60.000 per tahun. Untuk pengukuran standar hidup layak, atau indeks ketiga, penghitungan didekati dengan menggunakan pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut: 1. Menghitung pengeluaran per kapita dari data modul SUSENAS (Y). 2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y1), karena diperkirakan berdasarkan studi bahwa data dari SUSENAS lebih rendah sekitar 20%. 3. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasi Y1 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) (=Y2). 4. Menghitung nilai daya beli- Purchasing Power Parity (PPP) –untuk tiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta Selatan. 5. Membagi Y2
dengan PPP
untuk
memperoleh nilai
rupiah
yang sudah
disetarakan antardaerah (=Y3). 6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=Y4). Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
21
Angka IPM berkisar antara 0 hingga 100. Semakin mendekati 100, maka hal tersebut merupakan indikasi pembangunan manusia yang semakin baik. Berdasarkan nilai IPM, UNDP membagi status pembangunan manusia kedalam tiga kriteria yaitu: rendah untuk IPM kurang dari 50, kategori sedang atau menengah untuk nilai IPM antara 50-80, dan tinggi untuk nilai IPM 80 keatas. Sedangkan untuk keperluan perbandingan antar kabupaten/kota tingkatan status menengah dirinci lagi menjadi menengah-bawah bila nilai IPM antara 50-66, dan menengah-atas bila nilai IPM antara 66-80.
Lebih lanjut, angka IPM suatu daerah menunjukkan jarak yang harus ditempuh (shortfall) untuk mencapai nilai maksimum, yaitu 100. Dengan kata lain, nilai tersebut mengukur keberhasilan dengan melihat apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai. Angka
ini
dapat
diperbandingkan
antardaerah.
Sehingga
merupakan tantangan bagi setiap daerah untuk mengurangi nilai shortfall.
Dengan menghitung rata-rata reduksi shortfall per tahun, dapat diperoleh perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu tertentu. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Asumsi yang digunakan dalam pengukuran ini adalah bahwa laju perubahan tidak bersifat linier, laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Nilai reduksi shortfall juga dapat dihitung untuk masing-masing komponen IPM.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
22
A
BAB III TREND INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
23
BAB III TREND INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Sebagai ukuran komposit tunggal, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengartikan tingkatan status pembangunan manusia di suatu wilayah yang kemudian akan berfungsi sebagai patokan dasar perencanaan jika dibandingkan: a. Antarwaktu untuk memberikan gambaran kemajuan setelah suatu periode, atau b. Antarwilayah untuk memberikan gambaran tentang tingkat kemajuan suatu wilayah relatif terhadap wilayah lain.
IPM merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia tetapi mampu mengukur tiga dimensi pokok manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasari itu adalah:
a. umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup ataupun harapan hidup b. berpengetahuan dan berketerampilan, serta c. akses terhadap sumber daya yang dibutukan untuk mencapai standar hidup layak
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
24
Untuk lebih memberikan petunjuk tentang status pembangunan manusia di suatu wilayah, sebagai alat ukur komposit, IPM harus dikaitkan dengan setiap indikator komponennya dan berbagai indikator lain yang relevan.
A.
Trend Indeks Pembangunan Manusia Sesuai dengan fungsinya sebagai suatu indikator, IPM dihitung untuk melihat
keterbandingan antar wilayah atau daerah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat posisi relatif pembangunan manusia di suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Untuk itu, dengan membandingkan besaran IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan IPM kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Utara, maka dapat diperoleh gambaran mengenai posisi relatif pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dibandingkan wilayah lainnya di Sulawesi Utara.
Dengan melihat secara rinci terlihat bahwa terdapat tren positif pada besaran besaran IPM masing-masing Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara, di mana terdapat peningkatan nilai IPM pada setiap tahunnya. Ini berarti bahwa secara umum terdapat peningkatan pada bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Perbedaan terdapat pada tingkat kelajuan peningkatan IPM. Karena IPM tersusun dari beberapa komponen tersebut, maka peningkatan yang berbeda pada ketiga komponen tersebut akan menjadi pembeda tingkat kelajuan peningkatan IPM.
Ketersediaan infrastruktur juga mendukung aktivitas ekonomi suatu daerah. Hal ini dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, sebagai daerah dengan kepadatan penduduk yang cukup Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
25
tinggi, merupakan pasar bagi setiap usaha ekonomi. Sehingga semakin membuka peluang bagi setiap masyarakat yang berada di perkotaan dalam berusaha bahkan melakukan diversifikasi usaha bagi peningkatan kesejahteraan.
Tabel 2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 No.
Kabupaten/Kota
2004
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2009 2010 (8)
(9)
2011 (10)
1. Kab. Bolaang Mongondow
70,70 71,60 71,80 71,98 72,11 72,52 72,99 73,39
2. Kab. Minahasa
73,50 74,00 74,19 74,50 74,86 75,28 75,74 76,07
3. Kab. Kepulauan Sangihe
72,80 73,40 73,77 74,19 74,67 75,21 75,58 75,99
4. Kab. Kepulauan Talaud
71,80 72,30 73,03 73,77 74,34 74,83 75,30 75,70
5. Kab. Minahasa Selatan
71,20 71,50 72,34 73,32 73,79 74,18 74,68 75,01
6. Kab. Minahasa Utara
72,70 73,70 74,23 74,90 75,33 75,57 76,08 76,45
7. Kab. Bolaang Mongondow Utara
70,49 71,30 71,84 72,27 72,63 73,06
8. Kab. Minahasa Tenggara
70,75 71,45 71,87 72,31 72,71 73,07
9. Kep. Siau Tagulandang Biaro
70,76 72,10 72,58 72,86 73,30 73,66
10. Kab. Bolaang Mongondow Selatan
69,65 70,03 70,36 71,09
11. Kab. Bolaang Mongondow Timur
71,49 71,85 72,27 72,86
12. Kota Manado
75,90 76,30 76,40 76,76 77,28 77,79 78,02 78,55
13. Kota Bitung
73,20 73,60 73,71 74,15 74,61 75,00 75,52 75,91
14. Kota Tomohon
72,90 73,30 74,65 75,12 75,65 76,09 76,39 76,87
15. Kota Kotamobagu Sulawesi Utara
72,56 73,90 74,46 75,03 75,53 75,98 73,40 74,20 74,37 74,68 75,16 75,68 76,09 76,51
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
26
Tabel 3 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 No.
Kabupaten/Kota
2004
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2009 2010 (8)
(9)
2011 (10)
1. Kab. Bolaang Mongondow
70,40 70,70 70,80 70,97 71,19 71,38 71,58 71,70
2. Kab. Minahasa
71,50 71,70 71,90 72,07 72,18 72,33 72,47 72,54
3. Kab. Kepulauan Sangihe
71,90 71,90 72,00 72,28 72,50 72,75 73,01 73,19
4. Kab. Kepulauan Talaud
70,20 70,30 70,70 70,86 71,29 71,59 71,89 72,12
5. Kab. Minahasa Selatan
71,40 71,30 71,50 71,72 71,89 72,09 72,28 72,41
6. Kab. Minahasa Utara
71,50 71,60 71,80 72,10 72,20 72,40 72,60 72,73
7. Kab. Bolaang Mongondow Utara
69,00 69,18 69,45 69,68 69,91 70,06
8. Kab. Minahasa Tenggara
69,50 69,66 69,77 69,90 70,03 70,10
9. Kep. Siau Tagulandang Biaro
68,00 68,18 68,31 68,46 68,62 68,71
10. Kab. Bolaang Mongondow Selatan
71,20 71,25 71,29 71,34
11. Kab. Bolaang Mongondow Timur
71,22 71,28 71,35 71,42
12. Kota Manado
72,00 72,00 72,10 72,26 72,37 72,50 72,64 72,70
13. Kota Bitung
69,60 69,60 69,90 70,08 70,20 70,35 70,50 70,59
14. Kota Tomohon
71,60 71,60 71,70 71,96 72,16 72,39 72,62 72,78
15. Kota Kotamobagu Sulawesi Utara
70,90 71,08 71,35 71,58 71,80 71,96 71,00 71,70 71,80 72,00 72,01 72,12 72,22 72,33
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
27
Tabel 4 Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 No.
Kabupaten/Kota
2004
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2009 2010 (8)
(9)
2011 (10)
1. Kab. Bolaang Mongondow
98,50 98,60 98,61 98,61 98,22 98,23 98,29 98,29
2. Kab. Minahasa
99,50 99,50 99,52 99,52 99,52 99,68 99,71 99,71
3. Kab. Kepulauan Sangihe
98,40 98,50 98,50 98,50 98,50 98,54 98,70 98,70
4. Kab. Kepulauan Talaud
97,40 97,50 97,50 99,30 99,30 99,36 99,53 99,53
5. Kab. Minahasa Selatan
99,40 99,40 99,40 99,40 99,40 99,42 99,78 99,78
6. Kab. Minahasa Utara
99,50 99,50 99,68 99,68 99,68 99,70 99,74 99,74
7. Kab. Bolaang Mongondow Utara
98,30 98,30 98,30 98,31 98,39 98,39
8. Kab. Minahasa Tenggara
99,00 99,33 99,38 99,48 99,48 99,48
9. Kep. Siau Tagulandang Biaro
98,10 99,54 99,61 99,68 99,76 99,76
10. Kab. Bolaang Mongondow Selatan
98,21 98,31 98,32 98,32
11. Kab. Bolaang Mongondow Timur
99,38 99,50 99,51 99,52
12. Kota Manado
99,50 99,60 99,70 99,83 99,83 99,86 99,86 99,87
13. Kota Bitung
99,70 99,60 98,78 98,93 99,03 99,13 99,38 99,38
14. Kota Tomohon
99,60 99,60 99,83 99,83 99,83 99,84 99,84 99,84
15. Kota Kotamobagu Sulawesi Utara
98,90 99,49 99,49 99,60 99,62 99,62 99,10 99,30 99,30 99,30 99,31 99,41 99,45 99,45
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
28
Tabel 5 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 No.
Kabupaten/Kota
2004
2005
2006
2007
2008
2009 2010
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2011 (10)
1. Kab. Bolaang Mongondow
7,20
7,30
7,34
7,39
7,39
7,39
7,39
7,39
2. Kab. Minahasa
8,70
8,80
8,80
8,80
8,80
9,01
9,20
9,22
3. Kab. Kepulauan Sangihe
7,60
7,70
7,70
7,70
7,70
7,71
7,71
7,72
4. Kab. Kepulauan Talaud
7,80
7,90
8,21
8,47
8,47
8,65
8,75
8,78
5. Kab. Minahasa Selatan
8,40
8,40
8,44
8,54
8,54
8,54
8,75
8,75
6. Kab. Minahasa Utara
8,60
8,70
9,07
9,07
9,07
9,09
9,37
9,37
7. Kab. Bolaang Mongondow Utara
7,10
7,10
7,10
7,31
7,31
7,42
8. Kab. Minahasa Tenggara
8,00
8,08
8,08
8,09
8,39
8,39
9. Kep. Siau Tagulandang Biaro
7,00
8,24
8,24
8,30
8,45
8,45
10. Kab. Bolaang Mongondow Selatan
6,05
6,10
6,29
6,93
11. Kab. Bolaang Mongondow Timur
6,30
6,35
6,72
7,22
12. Kota Manado
10,40 10,50 10,50 10,58 10,58 10,59 10,60 10,88
13. Kota Bitung
8,90
9,20
9,20
9,20
9,20
9,20
9,42
14. Kota Tomohon
8,70
8,80
9,60
9,60
9,60
9,89
9,89 10,00
7,50
8,85
8,85
9,00
9,12
9,14
8,80
8,80
8,80
8,82
8,89
8,89
15. Kota Kotamobagu Sulawesi Utara
8,60
8,80
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
9,42
29
Tabel 6 Pengeluaran Riil per Kapita yang Disesuaikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2004 – 2011 ( dalam Ribu Rupiah ) No.
Kabupaten/Kota
2004
2005
2006
2007
2008
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2009 2010 (8)
(9)
2011 (10)
1. Kab. Bolaang Mongondow
596,30 605,90 606,67 607,31 608,55 612,39 617,02 621,25
2. Kab. Minahasa
608,20 612,40 613,14 615,99 619,74 621,74 624,74 628,37
3. Kab. Kepulauan Sangihe
609,80 616,50 620,54 623,94 628,55 633,60 636,09 640,04
4. Kab. Kepulauan Talaud
610,10 614,30 618,28 619,00 623,35 625,68 628,16 631,23
5. Kab. Minahasa Selatan
582,90 586,90 595,92 606,01 610,86 614,47 616,43 619,90
6. Kab. Minahasa Utara
599,80 609,40 611,34 617,82 622,71 624,14 626,56 630,43
7. Kab. Bolaang Mongondow Utara
605,90 615,13 620,13 622,01 624,89 628,18
8. Kab. Minahasa Tenggara
595,00 601,26 605,77 610,08 611,42 615,60
9. Kep. Siau Tagulandang Biaro
618,10 618,20 623,27 625,12 627,98 632,04
10. Kab. Bolaang Mongondow Selatan
589,52 593,25 595,40 598,36
11. Kab. Bolaang Mongondow Timur
607,37 610,81 612,19 614,62
12. Kota Manado
618,50 622,80 623,48 625,98 631,88 637,32 639,30 643,01
13. Kota Bitung
615,80 617,40 619,69 623,60 628,47 632,04 634,89 639,35
14. Kota Tomohon
599,90 604,00 612,02 616,19 621,61 622,79 624,98 629,18
15. Kota Kotamobagu Sulawesi Utara
613,45 614,84 620,26 624,16 627,95 632,32 611,90 616,10 616,88 619,39 625,58 631,00 634,88 639,47
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
30
B.
Grafik IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Komponen
Grafik atau diagram yang menampilkan data atau hubungan antar data kumpulan data yang ditampilkan dalam bentuk gambar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, grafik berarti lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (turun naiknya hasil, statistik, dsb). Grafis, yang berasal dari bahasa Inggris graphic, adalah presentasi visual pada sebuah permukaan seperti dinding, kanvas, layar komputer,
kertas,
atau
batu
bertujuan untuk memberi tanda, informasi, ilustrasi, atau untuk hiburan. Grafik 1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 78,00
75,68
76,00
76,09
76,51
75,16 74,37
74,68
74,00 71,84
72,00
72,27
72,63
73,06
71,30 70,49
70,00 2006
2007
Sulawesi Utara
2008
2009
2010
2011
Bolaang Mongondow Utara
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
31
Grafik 2 Angka Harapan Hidup Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 74,00
72,00
70,00
71,80
72,00
69,00
69,18
2006
2007
72,01
69,45
72,12
69,68
72,22
72,33
69,91
70,06
2010
2011
68,00
66,00 Sulawesi Utara
2008
2009
Bolaang Mongondow Utara
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
32
Grafik 3 Angka Melek Huruf Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 99,60 99,40
99,41
99,30
99,30
99,31
98,30
98,30
98,30
98,31
2006
2007
2008
2009
99,45
99,45
98,39
98,39
2010
2011
99,20 99,00 98,80
98,60 98,40 98,20 98,00 97,80 97,60 Sulawesi Utara
Bolaang Mongondow Utara
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
33
Grafik 4 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 9,00
8,80
8,80
8,80
8,82
8,89
8,89
8,60
8,20
7,80
7,40 7,10
7,10
7,10
2006
2007
2008
7,31
7,31
2009
2010
7,42
7,00 Sulawesi Utara
2011
Bolaang Mongondow Utara
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
34
Grafik 5 Pengeluaran Riil per Kapita yang Disesuaikan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Sulawesi Utara 2006 – 2011 650,00 639,47 640,00
634,88 631,00
630,00
628,18
625,58
620,00
616,88
610,00
605,90
619,39
624,89 622,01
620,13
615,13
600,00 2006
2007 Sulawesi Utara
B.
2008
2009
2010
2011
Bolaang Mongondow Utara
Indeks Pembangunan Manusia dan Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan
bersama-sama
dengan
masalah
pengangguran
dan
kesenjangan yang ketiganya saling mengait. Dalam konteks pembangunan manusia, masalah kemiskinan semakin menjadi primadona
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
sejak
krisis
35
ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan 1997 lalu. Kemiskinan menjadi semakin sering didiskusikan karena adanya peningkatan jumlah penduduk miskin yang cukup tajam yang diakibatkan oleh krisis ekonomi tersebut (Herdiana, 2005).
Pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada peningkatan pemerataan pendapatan, yang pada akhirnya diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan antar golongan pendapatan dan penduduk bahkan antar wilayah sehingga dapat mengentaskan kemiskinan.
Berbagai kebijakan publik dalam pengentasan kemiskinan belum menjadikan
pembangunan
manusia
sebagai
pusatnya.
Pengentasan
kemiskinan masih diprioritaskan pada satu dimensi yakni pendekatan pendapatan/income semata. Diperlukan pendekatan yang lebih multidimensi yang mencakup pemenuhan hak dasar manusia. Pembangunan sumber daya manusia dilakukan tidak hanya sekadar untuk memenuhi hak-hak dasar warga negara tetapi juga untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi dan menjamin kelangsungan demokrasi dalam jangka panjang.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
36
Grafik 6 Indeks Pembangunan Manusia dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2007 – 2011 75,00
14,00
13,03 13,00
74,00
73,06 72,63
73,00 72,00
10,44 71,84
72,27 9,93
11,00
10,23
71,30
10,00 8,98
71,00 70,00
12,00
9,00
2007
2008
2009
2010
2011
IPM
71,30
71,84
72,27
72,63
73,06
Persentase Penduduk Miskin
13,03
10,44
9,93
10,23
8,98
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
8,00
37
A
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 2012
A Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
38
BAB IV IPM DAN KOMPONEN PENYUSUNNYA TAHUN 2012
Pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Hal ini ditunjukkan dengan angka Indeks Pembangunan Manusia tahun 2012 sebesar 73,48. Angka indeks ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2011, indeks pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 73,06.
IPM tahun 2012 ini merupakan kontribusi dari ketiga indiktor (kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat). Indikator kesehatan yang diwakili oleh angka harapa hidup pada tahun 2012 sebesar 70,22. Artinya, jika seorang dilahirkan pada kohort tahun ini maka akan mempunyai harapan untuk hidup 70 tahun lagi.
Indikator pendidikan diwakili oleh indikator angka melek huruf dan indikator rata-rata lama sekolah. Pada tahun 2012, angka meek huruf di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 98,43. Artinya, sudah terdapat 98,43 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin ataupun huruf lainnya. Sementara indikator rata-rata lama sekolah yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 7,44. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
39
Artinya, penduduk usia 15 tahun ke atas yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara rata-rata bersekolah selama 7 tahun atau sampai pada kelas satu sekolah menengah pertama (SMP).
Indikator daya beli masyarakat diwakili oleh indikator pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Pengeluaran riil per kapita yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2012 sebesar 632,27 ribu rupiah. Artinya, jika menggunakan hasil sensus penduduk tahun 2010, rata-rata anggota rumah tangga yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 4,07 (rata-rata anggota rumah tangga terdiri dari suami, istri dan dua orang anak) maka rata-rata dalam satu rumah tangga memiliki pengeluaran 2,57 juta rupiah per bulan.
Jika melihat peringkat IPM Kabupaten Bolaang Mongondow Utara di Provinsi Sulawesi Utara pada urutan ke-13 di tahun 2011, mak pembangunan yang ada masih harus terus ditingkatkan dengan menitikberatkan pada pembangunan manusia tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi.
Indeks Pembangunan Manusia Kab. Bolaang Mongondow Utara 2012
40