BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari 65,19 tahun 2015 menjadi 65,81 pada tahun 2016 atau meningkat dengan pertumbuhan 0,95 persen setahun sementara IPM Nasional tumbuh sebesar 0,91 persen.
Untuk tahun 2016, IPM Provinsi NTB masih berada pada kategori sedang sebagaimana tahun lalu
IPM 2016 tertinggi tercatat di Kota Mataram (77,20) disusul oleh IPM Kota Bima (73,67) dan IPM terendah tercatat di Kabupaten Lombok Utara (62,24). Namun demikian, Lombok Utara mencatat pertumbuhan IPM tertinggi mencapai 1,78 persen, selanjutnya Sumbawa (1,53 persen), Lombok Barat (1,44 persen) dan Dompu(1,43 persen)
Kota Mataram dan Kota Bima merupakan daerah dengan IPM kategori tinggi di NTB sedangkan kabupaten/kota lain masih berada pada kategori sedang.
Selama periode 2015 dan 2016, seluruh komponen pembentuk IPM mengalami peningkatan. o Bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 65,48 tahun, meningkat 0,1 tahun (1,2 bulan) dibandingkan tahun sebelumnya. o Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 13,16 tahun, meningkat 0,12 tahun (1,44 bulan) dibandingkan pada 2016. o Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 6,79 tahun (setara kelas VII SLTP), meningkat 0,08 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. o Pengeluaran per kapita masyarakat yang disesuaikan (harga konstan 2012) telah mencapai Rp. 9,58 juta pada tahun 2016, meningkat Rp 334 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.
1.
Perkembangan IPM Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2016
IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM juga menjadi salah satu indikator target pembangunan pemerintah dan turut dijadikan pertimbangan dalam pembahasan asumsi makro di DPR RI. Tidak hanya itu IPM juga merupakan salah satu alokator yang digunakan untuk membagi Dana Alokasi Umum (DAU). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi menggunakan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks. Alhasil IPM merupakan indikator dampak yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang, sehingga untuk memaknainya perlu diperhatikan aspek kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia NTB terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2016. IPM NTB meningkat dari 61,16 pada tahun 2010 menjadi 65,81 pada tahun 2016 dan masih berada pada kelompok IPM kategori sedang. Walaupun demikian, selama periode tersebut IPM NTB menunjukkan kemajuan yang besar, IPM Propinsi NTB rata-rata tumbuh sebesar 1,23 persen per tahun. Laju pertumbuhan IPM tahun 2016 adalah sebesar 0,95 persen sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 1,36 persen. Kendati demikian laju pertumbuhan NTB masih lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan IPM Nasional. Dibandingkan dengan IPM Nasional, level IPM Provinsi NTB memang masih berada di bawahnya, namun jarak IPM Nasional dengan IPM NTB dari tahun ke tahun semakin menyempit, jika pada tahun 2010 IPM NTB masih terpaut 5,37 poin dari IPM Nasional maka pada tahun 2016 menjadi 4,37 poin. Adapun IPM Nasional pada tahun 2016 telah beranjak masuk menjadi kategori IPM tinggi karena telah mencapai level 70,18. Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi NTB dan IPM Nasional, Tahun 2010-2016
66,53
61,16
2010
67,09
62,14
2011
67,70
62,98
2012
2
63,76
2013 NTB
68,90
68,31
64,31
2014 Nasional
Berita Resmi Statistik No. 25/04/52/Th.II, 17 April 2017
69,55
65,19
2015
70,18
65,81
2016
2.
Pencapaian Kapabilitas Dasar Manusia
Agar dapat merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan pembangunan manusia diperlukan ukuran. Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-masing komponen IPM juga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Tabel 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB Menurut Komponen, 2010-2015 Komponen
Satuan
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Angka harapan hidup saat lahir (AHH)
Tahun
64,13
64,43
64,74
64,90
65,38
65,48
Harapan lama sekolah (HLS)
Tahun
11,97
12,21
12,46
12,73
13,04
13,16
Rata-rata lama sekolah (RLS)
Tahun
6,07
6,33
6,54
6,67
6,71
6,79
Pengeluaran per kapita
Rp 000
8 759
8 853
8 950
8 987
9 241
9 575
62,14
62,98
63,76
64,31
65,19
65,81
1,60
1,34
1,23
0,88
1,36
0,95
IPM Pertumbuhan IPM
%
A. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat Angka Harapan Hidup saat lahir yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2016, NTB telah berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,66 tahun. Pada tahun 2010, Angka Harapan Hidup saat lahir di NTB sebesar 63,82 tahun, dan pada tahun 2016 telah mencapai 65,48 tahun. Dibandingkan tahun 2015 harapan hidup bayi yang baru lahir di NTB bertambah 1,2 bulan, walaupun tidak bertambah sebanyak yang diharapkan namun tetap kondisi ini menggambarkan adanya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat NTB secara umum. Gambar 2 Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) NTB, 2010-2016
65,38 64,74
65,48
64,90
64,43 64,13 63,82
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
B. Dimensi Pengetahuan Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS dihitung untuk setiap penduduk yang berusia 7 tahun ke atas sedangkan RLS dihitung untuk penduduk yang berusia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Dibandingkan kondisi tahun 2015, HLS provinsi NTB meningkat sebanyak 0,12 tahun atau sekitar 1,44 bulan. Dengan HLS sebesar 13,16 pada tahun 2016 berarti penduduk usia 7 tahun ke atas di Provinsi NTB memiliki harapan untuk menikmati pendidikan hingga bangku kuliah setidaknya hingga lulus Diploma I. Selama periode 2010 hingga 2016, HLS secara rata-rata meningkat selama 3 bulan per tahun. Meningkatnya HLS menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah saat ini maupun dimasa mendatang. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia yang lebih baik. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk NTB (usia 25 tahun keatas) pada tahun 2016 telah mencapai 6,79 tahun atau setara dengan kelas VII SLTP. RLS Provinsi NTB terpaut cukup jauh dengan RLS Nasional yang telah mencapai 7,95 dengan kelas VIII SMP. Menjadi catatan penting bahwa RLS Provinsi NTB jika dibandingkan dengan provinsi lain berada pada disparitas yang cukup tinggi Gambar 3 Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) NTB, 2010-2016
11,66
11,97
12,21
12,73
12,46
13,04
5,73
2010
6,07
2011
6,54
6,33
2012
2013 HLS
6,67
2014
6,71
2015
13,16
6,79
2016
RLS
C. Dimensi Standard Hidup Layak Dimensi yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standard hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan 2012). Pada tahun 2016, pengeluaran per kapita masyarakat NTB mencapai Rp 9,575 juta per tahun. Dibandingkan dengan tahun 2015, pengeluaran per kapita masyarakat NTB meningkat sebesar Rp 333 ribu per tahun. Walaupun membantu meningkatkan level IPM secara umum, namun sesungguhnya tingginya pengeluaran per kapita disesuaikan juga memberikan gambaran mengenai perkembangan tingkat harga di wilayah yang bersangkutan.
4
Berita Resmi Statistik No. 25/04/52/Th.II, 17 April 2017
Gambar 4 Pengeluaran per Kapita NTB, 2010-2016 (Rp 000)
9.575
9.241 8.950
8.987
2013
2014
8.853 8.707
2010
3.
8.759
2011
2012
2015
2016
Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota
IPM tertinggi tercatat pada Kota Mataram sebesar 77,20 disusul oleh IPM Kota Bima sebesar 73,67, sedangkan IPM terendah adalah Kabupaten Lombok Utara sebesar 62,24. Hanya Kota Mataram dan kota Bima yang termasuk pada kategori IPM “tinggi” (>70) sementara 8 kabupaten lainnya masih berada pada level “sedang” . Bila dilihat lebih rinci komponen pembentuk IPM kabupaten/kota tahun 2016 maka kondisinya bervariasi. Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir terendah tercatat di Kabupaten Lombok Timur dengan AHH sebesar 64,73 tahun sedangkan AHH tertinggi tercatat di Kota Mataram dengan harapan hidup sepanjang 70,70 tahun, pertumbuhan AHH tertinggi dicatat oleh Kabupaten Lombok Barat dengan laju sebesar 0,52 persen. Untuk dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah tertinggi ada di Kota Mataram yaitu sebesar 15,50 tahun sedangkan terendah ada di Kabupaten Sumbawa dan kabupaten Lombok Utara yang angkanya sama-sama sebesar 12,68
tahun.
Rata-Rata Lama Sekolah
tertinggi terjadi di Kota Bima (10,13 tahun) dan yang terendah terjadi di Kabupaten Lombok Utara (5,47 tahun). Pengeluaran per kapita disesuaikan yang tertinggi tercatat di Kota Mataram yaitu sebesar Rp 13,73 juta per kapita per tahun dan yang terendah tercatat di Kabupaten Bima dengan pengeluaran sebesar Rp 7,59 juta per kapita per tahun. Pertumbuhan IPM tertinggi (Top mover) tahun 2016 dicapai oleh Kabupaten Lombok Utara yaitu sebesar 1,78 persen. Kabupaten Lombok Tengah dan Kota Bima merupakan kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan IPM di bawah laju pertumbuhan Provinsi NTB, sedang sisanya melaju di atas provinsi. Jika dilihat menurut komponennya, laju pertumbuhan AHH tertinggi tercatat di Kabupaten Lombok Barat (0,52 persen). Laju pertumbuhan HLS tertinggi tercatat di Kabupaten Sumbawa dengan laju sebesar 3,32 persen. Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kabupaten dengan laju pertumbuhan RLS tertinggi pada tahun
2016(4,82 persen). Untuk pengeluaran perkapita yang disesuaikan, pertumbuhan tertinggi tercatat di Kabupaten Dompu dengan laju sebesar 4,55 persen. Gambar 5 IPM NTB Menurut Kabupaten/Kota dan Status Pembangunan Manusia, 2016
73,67 62,24 77,20
63,70 65,48
65,55
64,89 64,15
63,22 69,26
6
Berita Resmi Statistik No. 25/04/52/Th.II, 17 April 2017
Tabel 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota, 2015-2016 Provinsi
(1)
AHH (tahun)
HLS (tahun)
Pengeluaran per Kapita (Rp 000)
RLS (tahun)
IPM Capaian
Pertumbuhan (%)
2015
2016
2015
2016
2015
2016
2015
2016
2015
2016
2015-2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
NUSA TENGGARA BARAT
65,38
65,48
13,04
13,16
6,71
6,79
9 241
9 575
65,19
65,81
0,95
Lombok Barat
65,10
65,44
12,66
12,80
5,69
5,93
10 588
10 924
64,62
65,55
1,44
Lombok Tengah
64,75
65,01
12,81
12,83
5,54
5,60
8 846
9 079
62,74
63,22
0,77
Lombok Timur
64,44
64,73
13,12
13,30
6,15
6,26
8 100
8 449
62,83
63,70
1,38
Sumbawa
66,02
66,30
12,27
12,68
7,52
7,53
7 743
8 070
63,91
64,89
1,53
Dompu
65,36
65,62
13,27
13,28
7,83
8,10
7 479
7 819
64,56
65,48
1,43
Bima
64,86
65,13
13,11
13,25
7,36
7,45
7 371
7 585
63,48
64,15
1,06
Sumbawa Barat
66,35
66,66
13,57
13,58
7,68
8,05
10 234
10 528
68,38
69,26
1,29
Lombok Utara
65,59
65,88
12,34
12,68
5,22
5,47
7 940
8 155
61,15
62,24
1,78
Kota Mataram
70,43
70,70
15,28
15,50
9,05
9,25
13 399
13 733
76,37
77,20
1,09
Kota Bima
69,12
69,35
14,95
14,96
9,96
10,13
9 594
9 930
72,99
73,67
0,93
Keterangan : AHH : Angka Harapan Hidup saat lahir HLS : Harapan Lama Sekolah RLS : Rata-rata Lama Sekolah
CATATAN TEKNIS I.
Sumber Data o Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP-2010), Proyeksi Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). o Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan (SUSENAS)
II.
Penyusunan Indeks Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut: 𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
Indeks Kesehatan
𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝐴𝐻𝐻
Indeks Pendidikan
𝐼𝐻𝐿𝑆 = 𝐻𝐿𝑆
𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
𝐻𝐿𝑆−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝑅𝐿𝑆−𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐼𝑅𝐿𝑆 = 𝑅𝐿𝑆
𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑅𝐿𝑆𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐼𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 =
𝐼𝐻𝐿𝑆 +𝐼𝑅𝐿𝑆 2
Indeks Pengeluaran 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 =
ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛) − ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛 ) ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠 ) − ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛 )
Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam tabel berikut.
Komponen
Satuan
Min
Max
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH0)
Tahun
20
85
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Tahun
0
18
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Tahun
0
15
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Rupiah
1.007.436
26.572.352
Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai: 3
𝐼𝑃𝑀 = √𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 × 𝐼𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐼𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 III. Status Pembangunan Manusia Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompokkelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia. 1. Kelompok “sangat tinggi”: IPM ≥ 80 2. Kelompok “tinggi”: 70 ≤ IPM < 80 3. Kelompok “sedang”: 60 ≤ IPM < 70 4. Kelompok “rendah”: IPM < 60
8
Berita Resmi Statistik No. 25/04/52/Th.II, 17 April 2017