No. 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 IPM Provinsi Papua Tahun 2015
Hingga saat ini, pembangunan manusia di Provinsi Papua masih berstatus ”rendah” yang ditunjukkan dengan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih di bawah 60. Meskipun demikian, pembangunan manusia di Papua terus mengalami kemajuan yang tercermin dari terus meningkatnya IPM Papua.
IPM Papua tahun 2015 adalah sebesar 57,25. Angka ini 0,50 poin lebih tinggi dari IPM Papua tahun 2014 yang tercatat sebesar 56,75. Dengan kata lain, IPM Papua tahun 2015 tumbuh 0,88 persen dibandingkan IPM tahun sebelumnya.
Selama periode 2014 hingga 2015, komponen pembentuk IPM Papua juga mengalami kenaikan. Bayi yang baru lahir memiliki peluang hidup hingga 65,09 tahun, meningkat 0,25 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 9,95 tahun, naik 0,01 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 5,99 tahun, meningkat 0,23 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat sebesar Rp6,47 juta per tahun, naik Rp52,44 ribu dibandingkan tahun sebelumnya.
Di tingkat nasional, IPM Indonesia tahun 2015 adalah 69,55 atau masih berada dalam status ”sedang” seperti tahun sebelumnya. Menurut komponennya, Angka Harapan Hidup saat lahir adalah 70,78 tahun; Harapan Lama Sekolah adalah 12,55 tahun; Rata-rata Lama Sekolah adalah 7,84 tahun; dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan sebesar Rp10,15 juta per tahun.
1. Perkembangan IPM Papua Tahun 2010 – 2015 Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people’s choice). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan antara lain dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu, IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan IPM direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
1
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life); pengetahuan (knowledge); dan standar hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan dengan Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Dimensi pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Sementara itu, standar hidup layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks. IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Papua terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2015. IPM Papua meningkat dari 54,45 pada tahun 2010 menjadi sebesar 57,25 di tahun 2015. Selama periode tersebut, IPM di provinsi paling timur Indonesia ini rata-rata tumbuh sebesar 1,01 persen tiap tahunnya.
Meskipun
nominal
IPM
Papua
terus
meningkat
setiap
tahunnya,
namun
pertumbuhannya selama periode 2010-2015 terus melambat. Pada periode 2010-2011, IPM Papua tumbuh 1,04 persen dan sempat mengalami pertumbuhan 1,25 persen pada periode 20132012. Namun kemudian pertumbuhannya terus melambat hingga pada periode 2014-2015, IPM Papua hanya tumbuh 0,88 persen. Dengan nilai IPM yang masih berada di bawah 60, pembangunan manusia Papua masih berstatus “rendah”.
Gambar 1.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua Tahun 2010 – 2015
54.45
2010
55.01
2011
55.55
2012
56.25
2013
56.75
2014
57.25
2015
Pada tahun 2015, dari 34 provinsi di Indonesia, Papua merupakan satu-satunya provinsi dengan capaian
IPM yang masih berstatus “rendah” (IPM kurang dari 60). Sementara itu,
pembangunan manusia di 25 provinsi memiliki status “sedang” (IPM berkisar antara 60-70) dan delapan provinsi menyandang status “tinggi” (IPM berkisar antara 70-80). DKI Jakarta sebagai
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
pusat ekonomi dan pusat pemerintahan Indonesia memiliki IPM tertinggi yang mencapai 78,99. Dua provinsi mengalami kenaikan status pembangunan manusia dari klasifikasi “sedang” ke klasifikasi “tinggi”, yaitu Provinsi Banten dan Sulawesi Utara. Pada periode 2014 hingga 2015, tercatat tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat (top movers), yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat (1,36 persen), Jawa Timur (1,19 persen), dan Sulawesi Barat (1,17 persen). Kemajuan pembangunan manusia di NTB dan Sulawesi Barat utamanya didorong oleh peningkatan dimensi pendidikan, sementara di Jawa Timur lebih dikarenakan perbaikan standar hidup layak. Sementara itu, kemajuan pembangunan manusia di Maluku (0,48 persen), Kepulauan Riau (0,47 persen), dan Kalimantan Utara (0,18 persen) tercatat paling lambat di Indonesia selama tahun 2014-2015. Untuk Papua, meskipun menjadi satu-satunya provinsi dengan klasifikasi IPM rendah, namun pertumbuhannya sebesar 0,88 persen menempati peringkat ke-21 dari 34 provinsi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2015
DKI Jakarta DI Yogyakarta KalTim KePri Bali Riau SulUt Banten SumBar SumUt JaBar JaTeng Aceh SulSel BaBel JaTim Jambi KalTara SulTra Bengkulu KalTeng KalSel SumSel Maluku Lampung SulTeng MalUt Gorontalo KalBar NTB SulBar NTT PaBar Papua
78.99 77.59 74.17 73.75 73.27 70.84 70.39 70.27 69.98 69.51 69.50 69.49 69.45 69.15 69.05 68.95 68.89 68.76 68.75 68.59 68.53 68.38 67.46 67.05 66.95 66.76 65.91 65.86 65.59 65.19 62.96 62.67 61.73 57.25
Gambar 2.
: Tinggi
: Sedang
:
Rendah
:
Indonesia (69,55)
2. Pencapaian Kapabilitas Dasar Manusia Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial, yaitu umur panjang dan hidup sehat; pengetahuan; dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-masing komponen IPM juga menunjukan kenaikan dari tahun ke tahun.
Tabel 1.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Komponen Provinsi Papua Tahun 2010-2015 Komponen
Satuan
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH)
Tahun
64,31
64,46
64,60
64,76
64,84
65,09
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Tahun
8,57
8,92
9,11
9,58
9,94
9,95
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Tahun
5,59
5,60
5,73
5,74
5,76
5,99
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Rp 000
6.251
6.303
6.349
6.394
6.416
6.469
54,45
55,01
55,55
56,25
56,75
57,25
1,04
0,98
1,25
0,89
0,88
IPM Pertumbuhan IPM
%
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
3
A.
Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat setiap tahunnya. AHH di Provinsi Papua pada tahun 2010 hanya sebesar 64,31 tahun, dan pada tahun 2015 AHH Papua naik menjadi 65,09 tahun. Dengan demikian, selama periode lima tahun terakhir, Papua telah berhasil meningkatkan AHH sebesar 0,78 tahun, dimana pertumbuhan rata-rata AHH per tahunnya sebesar 0,24 persen.
B.
Dimensi Pengetahuan Dimensi Pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2015, HLS di Papua telah meningkat 1,38 tahun, sementara RLS meningkat 0,4 tahun. Selama periode 2010 hingga 2015, HLS secara rata-rata tumbuh 3,04 persen per tahun. Meningkatnya HLS dapat dijadikan sinyal positif semakin banyaknya penduduk yang bersekolah. Di tahun 2015, HLS di Papua adalah sebesar 9,95 tahun. Ini berarti anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMP.Sementara itu, hingga tahun 2015, secara rata-rata penduduk Papua usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas 5 SD. Meskipun RLS Papua masih rendah, namun angkanya terus meningkat dimana secara rata-rata tumbuh 1,39 persen setiap tahunnya selama periode 2010 hingga 2015. Pertumbuhan positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas masyarakat Papua yang lebih baik.
C.
Dimensi Standar Hidup Layak Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012). Pada tahun 2015, pengeluaran per kapita penduduk Papua senilai Rp6,47 juta per tahun. Selama lima tahun terakhir, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat ratarata meningkat sebesar Rp43,60 ribu setiap tahunnya.
3. Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota Pencapaian pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota di Papua pada tahun 2015 cukup bervariasi. Mayoritas kabupaten di Papua masih berstatus IPM “rendah”. Pembangunan manusia di Kabupaten Jayapura yang pada tahun 2014 masih berstatus “sedang”, tahun 2015 menjadi berstatus “tinggi”. Kenaikan status pembangunan manusia juga terjadi di Kabupaten Supiori, yang di tahun 2014 masih berstatus “rendah”, pada tahun 2015 menjadi berstatus “sedang”. Secara keseluruhan, kabupaten dengan IPM berstatus “sedang” adalah Merauke, Nabire, Kepulauan Yapen, Sarmi, Keerom, Waropen, dan Supiori. Adapun kabupaten/kota dengan status IPM “tinggi” adalah Jayapura, Biak Numfor, Mimika, dan Kota Jayapura.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
Gambar 3.
IPM Menurut Kabupaten/Kota dan Status Pembangunan Manusia Provinsi Papua Tahun 2015
: Rendah (< 60) : Sedang (60 – 70) : Tinggi (70 – 80)
Nduga dengan IPM hanya sebesar 25,47 menjadi kabupaten dengan IPM terendah di Papua. Dilihat menurut komponen pembentuk IPM, nilai setiap komponen tersebut di Kabupaten Nduga juga menjadi yang paling rendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Papua. Nilai tiap komponen IPM tahun 2015 di Nduga yaitu: AHH saat lahir sebesar 53,60 tahun yang berarti tiap bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga usia 53,60 tahun; HLS sebesar 2,17 tahun yang berarti anak-anak usia 7 tahun di Ndua memiliki peluang untuk bersekolah hanya selama 2,17 tahun atau hanya sampai kelas 2 SD; angka RLS sebesar 0,64 tahun yang berarti penduduk Nduga usia 25 tahun ke atas secara rata-rata hanya menempuh pendidikan 0,64 tahun atau tidak tamat kelas 1 SD; dan angka pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) hanya Rp3,63 juta per tahun.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
5
Sebaliknya,
Kota
Jayapura
sebagai
ibukota
Provinsi
Papua
tercatat
memiliki
pembangunan manusia tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya di Papua. Pada tahun 2015, IPM Kota Jayapura mencapai 78,05. Untuk dimensi pengetahuan dan dimensi standar hidup layak, Kota Jayapura juga menempati posisi pertama dimana nilai untuk masing-masing indikatornya adalah HLS sebesar 14,16 tahun, RLS sebesar 11,11 tahun, dan pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) mencapai Rp14,25 juta per tahun. Kecuali untuk dimensi umur panjang dan hidup sehat, posisi pertama ditempati oleh Kabupaten Mimika dengan nilai AHH saat lahir mencapai 71,89 tahun.
25.47 Nduga
39.41 Puncak
Lanny Jaya
43.55
44.18
Yalimo
40.91
44.35
44.32
Intan Jaya
46.38
44.87
Tolikara
46.62 Asmat
Puncak Jaya
48.28
46.63
Deiyai
: Papua (57,25)
Pegunungan Bintang
: Rendah
Yahukimo
52.78
48.29
Dogiyai
Membramo Raya
54.18 Jayawijaya
56.11
54.20
Mappi
Paniai
60.09
59.02
Supiori
60.99 Sarmi
Boven Digoel
63.43
62.35
Keerom
65.28 Yapen Waropen
Waropen
67.75
66.49 Nabire
: Sedang
Mamberamo Tengah
: Tinggi
Merauke
70.85
70.04 Jayapura
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Biak Namfor
78.05
70.89
Kota Jayapura
Mimika
Gambar 4.
Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada level kabupaten/kota. Pada periode 2014 hingga 2015, seluruh kabupaten/kota di Papua mengalami kenaikan IPM. Top movers IPM di Papua(kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat), yaitu Kabupaten Puncak (3,59 persen), Pegunungan Bintang (3,12 persen), dan Lanny Jaya (2,08 persen). Kemajuan pembangunan manusia di ketiga kabupaten tersebut didorong oleh peningkatan dimensi pendidikan. Salah satu program pendidikan yang dilakukan pemerintah adalah program SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Program ini cukup bermanfaat bagi masyarakat karena sejumlah besar sarjana terjun langsung untuk membantu proses kegiatan pendidikan.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
Tabel 2.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Papua Tahun 2015 AHH (tahun)
HLS (tahun)
RLS (tahun)
Kabupaten/Kota 2014 (1)
2015
2014
2015
2014
2015
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (Rp 000) 2014
2015
IPM Capaian 2014
%
2015
20142015 (12)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Merauke
66.49
66.50
12.14
12.47
8.23
8.24
9,882
9,953
67.33
67.75
0.63
Jayawijaya
57.79
58.29
10.64
10.82
4.39
4.59
6,989
7,068
53.37
54.18
1.51
Jayapura
66.02
66.32
13.54
13.79
9.41
9.48
9,597
9,622
69.55
70.04
0.71
Nabire
67.24
67.44
10.58
10.62
9.45
9.47
8,652
8,725
66.25
66.49
0.36
Kepulauan Yapen
68.63
68.67
11.40
11.51
8.68
8.80
7,241
7,320
64.89
65.28
0.61
Biak Numfor
67.85
67.86
13.21
13.44
9.61
9.83
9,553
9,603
70.32
70.85
0.75
Paniai
65.15
65.45
10.30
10.31
3.74
3.76
6,086
6,161
53.93
54.20
0.51
Puncak Jaya
63.77
64.17
5.93
5.97
3.04
3.19
4,938
4,979
44.32
44.87
1.22
Mimika
71.87
71.89
10.49
10.78
9.30
9.38
10,873
10,952
70.40
70.89
0.70
Boven Digoel
57.64
58.24
10.79
10.96
7.50
7.72
7,646
7,717
58.21
59.02
1.40
Mappi
63.52
64.02
10.41
10.42
5.96
5.97
5,709
5,780
55.74
56.11
0.67
Asmat
55.00
55.50
7.29
7.57
4.34
4.38
5,485
5,533
45.91
46.62
1.53
Yahukimo
64.56
65.06
7.47
7.48
3.97
3.98
4,081
4,109
46.36
46.63
0.58
Pegunungan Bintang
63.58
63.78
4.41
4.85
1.97
2.06
5,095
5,176
39.68
40.91
3.12
Tolikara
64.66
64.86
7.67
7.68
3.04
3.06
4,468
4,518
46.16
46.38
0.47
Sarmi
65.49
65.69
10.74
10.91
7.89
8.07
6,358
6,379
60.48
60.99
0.85
Keerom
65.99
66.09
11.38
11.55
6.57
6.85
8,514
8,609
62.73
63.43
1.12
Waropen
65.72
65.73
12.12
12.34
8.53
8.55
5,989
6,070
61.97
62.35
0.62
Supiori
65.15
65.25
12.52
12.69
8.11
8.12
5,098
5,180
59.70
60.09
0.66
Mamberamo Raya
56.37
56.57
10.59
10.65
4.44
4.61
4,303
4,324
47.88
48.29
0.86
Nduga
53.60
53.60
2.16
2.17
0.63
0.64
3,607
3,625
25.38
25.47
0.37
Lanny Jaya
64.85
64.86
7.11
7.45
2.60
2.75
3,901
3,965
43.28
44.18
2.08
Mamberamo Tengah
62.62
62.72
7.64
7.65
2.40
2.49
3,985
4,051
43.19
43.55
0.83
Yalimo
64.85
64.86
7.68
7.71
2.07
2.08
4,298
4,321
44.21
44.32
0.25
Puncak
64.98
65.08
4.13
4.47
1.43
1.61
5,010
5,118
38.05
39.41
3.59
Dogiyai
64.36
64.86
9.41
9.58
4.87
4.88
5,061
5,120
52.25
52.78
1.01
Intan Jaya
64.88
64.98
6.00
6.28
2.32
2.48
4,995
5,015
43.51
44.35
1.93
Deiyai
64.27
64.47
9.75
9.76
2.95
2.96
4,293
4,320
48.12
48.28
0.34
Kota Jayapura
69.95
69.97
14.06
14.16
11.09
11.11
14,172
14,249
77.86
78.05
0.24
PAPUA
64.84
65.09
9.94
9.95
5.76
5.99
6,416
6,469
56.75
57.25
0.88
Keterangan: AHH : Angka Harapan Hidup saat lahir HLS : Harapan Lama Sekolah RLS : Rata-rata Lama Sekolah
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016
7
CATATAN TEKNIS I.
Sumber Data o o
Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP-2010), Proyeksi Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan (SUSENAS)
II. Penyusunan Indeks
Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut: Indeks Kesehatan
Indeks Pendidikan
=
=
=
Indeks Pengeluaran =
) − ln( ) − ln(
ln( ln(
dan
=
)
)
Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam tabel berikut. Komponen
Satuan
Min
Max
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH0)
Tahun
20
85
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Tahun
0
15
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai: =
×
III. Status Pembangunan Manusia
Tahun Rupiah
0
1.007.436
18 26.572.352
×
Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia. 1. Kelompok “sangat tinggi”: IPM ≥ 80 2. Kelompok “tinggi”: 70 ≤ IPM < 80
3. Kelompok “sedang”: 60 ≤ IPM < 70 4. Kelompok “rendah”: IPM < 60
8
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Jl. Dr. Samratulangi Dok II, Jayapura-Papua Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490 E-mail:
[email protected] Homepage: http://papua.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016