Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Maret 2004
Ikhtisar Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.
Perkembangan perekonomian selama triwulan I-2004 masih terus menunjukkan perbaikan. Posisi uang primer dan inflasi yang terkendali, suku bunga yang terus turun, serta nilai tukar yang relatif stabil merupakan beberapa indikator ekonomi yang mengindikasikan perbaikan kondisi fundamental dalam negeri. Memperhatikan perkembangan ekonomi sampai dengan saat ini, perekonomian Indonesia pada triwulan II-2004 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,3% - 4,8% dengan inflasi mencapai kisaran 6% - 7%. Selanjutnya, nilai tukar Rupiah diprakirakan berada pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS pada 2004. Dengan demikian, kebijakan moneter pada triwulan II-2004 diarahkan untuk tetap akomodatif dan berhati-hati dalam rangka memelihara kestabilan kondisi makroekonomi dalam negeri. Penurunan suku bunga dengan laju yang lebih lambat masih dimungkinkan dengan memperhatikan sasaran inflasi jangka menengah. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, kebijakan intervensi ataupun sterilisasi di pasar valas akan terus dilakukan, selain dengan monitoring dan pengawasan transaksi devisa bank-bank. Di sisi perbankan, upaya untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan perbankan dengan cara monitoring dan pengawasan bank-bank bermasalah akan terus dilakukan.
Pada Maret, laju inflasi masih relatif terkendali...
Setelah dalam dua bulan sebelumnya trend laju inflasi mengalami penurunan, pada Maret perkembangan harga secara umum menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan. Pada Maret, perkembangan harga-harga mencatat inflasi 0,36% (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan deflasi 0,02% (m-t-m) pada Februari. Inflasi pada Maret terutama disebabkan oleh inflasi pada kelompok perumahan (0,67%, m-t-m), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,38%, m-t-m), dan kesehatan (1,10%, m-t-m). Namun demikian, inflasi pada triwulan I-2004 tercatat sebesar 0,91% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan 2,5% (q-t-q) pada triwulan IV-2003. Relatif terkendalinya inflasi pada Maret yang lalu serta membaiknya inflasi pada triwulan I-2004 ditengarai dipengaruhi oleh relatif stabilnya nilai tukar, tercukupinya pasokan bahan makanan di dalam negeri, rendahnya dampak administered price, serta membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi.
..., nilai tukar yang relatif stabil...
Nilai tukar rupiah pada Maret 2004 bergerak relatif stabil pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Secara rata-rata, rupiah ditransaksikan Rp8.570 per dolar AS sedikit melemah dibandingkan Rp8.432 per dolar AS pada Februari. Sementara itu, secara point-to-point, nilai tukar Rupiah mencapai Rp8.564 per dolar AS dibandingkan Rp8.443 per dolar AS, pada bulan sebelumnya, melemah 1,43%. Pergerakan nilai tukar Rupiah pada Maret terutama disebabkan oleh pengaruh rambatan dari menguatnya dolar AS terhadap mata uang dunia sejalan
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
1
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
dengan ekspektasi membaiknya perekonomian AS, di samping adanya ekspektasi penurunan suku bunga di Eropa dan langkah intervensi Jepang untuk mendepresiasikan mata uangnya. Walaupun demikian, membaiknya kondisi perekonomian dalam negeri yang disertai oleh aliran masuk modal asing sebagai hasil penjualan obligasi pemerintah dan swasta mampu menahan laju depresiasi nilai tukar Rupiah. Secara triwulanan, nilai tukar Rupiah sedikit menguat mencapai Rp8.463 per dolar AS pada triwulan I-2004 dibandingkan Rp8.475 per dolar AS pada triwulan IV-2003. ... , dan suku bunga yang masih terus turun.
Pada Maret, laju penurunan suku bunga instrumen moneter semakin melambat, diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan dengan laju yang berbeda. SBI 1 bulan pada Maret turun 6 bps menjadi 7,42%, sedangkan SBI 3 bulan turun 37 bps menjadi 7,33%. Kondisi likuiditas perbankan yang masih berlebih disertai dengan persepsi resiko perbankan terus mendorong penurunan suku bunga instrumen moneter yang lebih lanjut. Sejalan dengan turunnya suku bunga instrumen moneter, suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit juga menunjukkan penurunan, walaupun dengan laju yang berbeda, sehingga spread antara suku bunga simpanan dan kredit menjadi semakin besar. Selama triwulan I-2004, penurunan SBI 1 bulan tercatat sebesar 89 bps dibandingkan 35 bps pada triwulan IV-2003. Sedangkan penurunan SBI 3 bulan pada triwulan I-2004 tercatat sebesar 101 bps dibandingkan 41 bps pada triwulan IV-2003.
Uang primer sedikit meningkat...
Uang primer pada Maret 2004 tercatat lebih tinggi dibandingkan posisi Februari, namun masih tetap di bawah target indikatif. Uang primer tercatat sebesar Rp142,73 triliun, lebih tinggi dibandingkan Rp142,52 triliun pada Februari. Peningkatan uang primer terutama disebabkan oleh naiknya uang kartal. Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer terutama disebabkan oleh posisi cadangan devisa yang lebih tinggi mencapai Rp179,87 triliun dibandingkan Rp171,21 triliun pada Februari. Berdasarkan pegerakan harian uang primer, rata-rata test date sementara uang primer mencapai Rp138,94 triliun, lebih rendah dibandingkan target indikatifnya sebesar Rp147,02 triliun.
...sejalan dengan meningkatnya M1, sedangkan M2 mengalami penurunan.
M1 pada Februari tercatat meningkat, sedangkan M2 menunjukkan penurunan, dibandingkan posisi pada Januari. Pada Februari, M1 tercatat sebesar Rp218,03 triliun, lebih tinggi dibandingkan Rp216,34 triliun pada Januari. Di lain pihak, M2 tercatat mengalami penurunan dari Rp947,28 triliun pada Januari menjadi Rp934,74 triliun pada Februari. Penurunan M2 tersebut terutama disebabkan oleh lebih rendahnya simpanan berjangka dalam rupiah disamping simpanan valas yang juga menurun. Apabila ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, kontraksi rekening pemerintah yang lebih besar dibandingkan peningkatan pada aktiva luar negeri bersih dan pada posisi kredit telah mendorong penurunan posisi M2 pada Maret.
2
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Secara umum, indikator perbankan terus membaik.
Maret 2004
Hingga Februari 2004, sektor perbankan menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Posisi dana pihak ketiga (DPK) yang terus meningkat, NPLs yang membaik, serta perkembangan NIM yang meningkat merupakan beberapa indikator perbankan yang mengindikasikan membaiknya kinerja sektor perbankan. Demikian pula meningkatnya total asset dan modal perbankan juga mencerminkan kondisi perbankan yang membaik. Namun demikian, menurunnya posisi kredit perbankan dan meningkatnya posisi SBI pada neraca perbankan masih perlu diwaspadai perkembangannya.
Perkembangan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Pasar Uang, dan Pasar Modal Pada Maret 2004, perkembangan harga mencatat inflasi sebesar 0,36% (m-t-m) setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi 0,02% (m-t-m). Selama triwulan I-2004, mencapai 0,91% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan IV-2003 yang mencapai 2,5% (q-t-q). Penurunan inflasi pada triwulan I-2004 dan relatif terkedalinya inflasi pada Maret dipengaruhi oleh berkurangnya tekanan inflasi dari sisi eksternal seiring dengan relatif stabilnya nilai tukar dan inflasi di negara-negara mitra dagang yang cenderung turun. Selain itu, tersedianya pasokan bahan makanan, baik dari dalam negeri maupun impor, ternyata cukup mampu memenuhi permintaan domestik sehingga tidak memberikan tekanan yang berlebihan kepada harga.
Pada Maret, perkembangan harga secara umum mencatat inflasi...
% y-o-y 16,0
% m-t-m 3,0
Transportasi & Komunikasi
14,0 2,0 12,0
0,18
Kesehatan
1,10
Perumahan
10,0
1,0
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
8,0 0,0
Sandang
6,0 y-o-y
m-t-m
Bahan Makanan
4,0
-1,0 Jan Feb MarApr MeiJun Jul Ags Sep OktNovDes Jan Feb MarAprMeiJun Jul AgsSep OktNovDes Jan Feb Mar
2002
2003
2004
Sumber : BPS
Grafik 1. Tingkat Inflasi
...yang disumbang oleh tiga kelompok utama barang dan jasa yaitu kesehatan, perumahan, dan makanan jadi.
0,67
-0,25
0,38 0,15
Sumbangan
0,18
Inflasi 0,14
0,25
0,75
1,25
Sumber : BPS
Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Pada Maret 2004, semua kelompok barang dan jasa mengalami kenaikan harga dengan urutan kelompok kesehatan sebesar 1,10% (m-t-m), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,67% (m-t-m), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,38% (m-t-m), kelompok sandang sebesar 0,18% (m-t-m), kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,18% (m-t-m), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,15% (m-t-m), serta kelompok bahan makanan sebesar 0,14% (m-t-m).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
3
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
% (y-o-y) 16,0
Rp/USD 9.500 9.142
14,0
9.000
Headline
8.958
12,0
8.895 8.890
8.803 8.922 8.419
8.500
Exclusion
8.921
9.067
8.508
8.230
10,0
8.337
8.000
8,0
8.439 8.455
8.487 8.501
8.432 8.386
8.570
7.500
6,0 4,0 Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
2002
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
2003
Nov
Jan
Mar
2004
7.000 Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2002
2003
2004
Sumber : Bloomberg
Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan
Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
Inflasi inti relatif stabil.
Pada Maret, inflasi inti mencatat pergerakan yang relatif stabil sebesar 6,17% (y-o-y) dari 5,99% (y-o-y) pada Februari. Beberapa faktor fundamental seperti relatif stabilnya nilai tukar, seimbangnya penawaran dan permintaan, serta membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat ditengarai sebagai faktor-faktor yang menyebabkan stabilnya inflasi inti. Sementara itu, secara triwulanan, inflasi inti pada triwulan I-2004 mencapai 6,07%, tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi inti pada triwulan IV-2003 yang mencapai 6,93%.
Rupiah relatif terkendali...
Nilai tukar Rupiah pada awal Maret, menjelang pelaksanaan Pemilu, sempat menunjukkan kecenderungan melemah, walaupun kembali menguat pada dua minggu terakhir. Secara rata-rata, nilai tukar pada Maret melemah 1,64% (m-t-m) menjadi Rp8.570/USD dibandingkan Rp8.432/USD pada bulan sebelumnya. Secara pointto-point, nilai tukar Rupiah juga menunjukkan kecenderungan untuk melemah dari Rp8.443/USD pada Februari menjadi Rp8.564/USD pada Maret (melemah 1,43%, m-t-m). Namun demikian, pergerakan nilai tukar Rupiah pada Maret tersebut masih relatif stabil dalam kisaran yang diproyeksikan selama 2004 yaitu Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Kecenderungan pelemahan nilai tukar Rupiah juga diikuti oleh meningkatnya volatilitas nilai tukar dari 0,35% menjadi 0,76% (Grafik 5). Meskipun demikian, secara triwulanan, nilai tukar Rupiah pada triwulan I-2004 menguat dari Rp8.475 per dolar AS menjadi Rp8.463 per dolar AS.
...ditopang oleh sentimen positif dari dalam negeri...
Melemahnya nilai tukar Rupiah pada Maret selain dipengaruhi oleh sentimen Pemilu juga karena pengaruh rambatan dari menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia seiring dengan meningkatnya ekspektasi terhadap perekonomian AS yang terus membaik. Selanjutnya, adanya ekspektasi penurunan suku bunga di Eropa dan langkah intervensi Jepang untuk mendepresiasikan nilai tukar yen juga sebagai faktor pendorong apresiasi nilai tukar dolar AS. Kekhawatiran menjelang Pemilu Walaupun demikian, laju pelemahan nilai tukar Rupiah ini dapat ditahan oleh masih kondusifnya faktor fundamental ekonomi dalam negeri disamping tersedianya pasokan valas domestik yang bersumber dari penjualan obligasi valas pemerintah dan beberapa perusahaan domestik.
4
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Maret 2004
Persen 5,0
Persen 17,0
4,5 4,0
15,0
1 Bulan 3 Bulan
3,5
6 Bulan
13,0
3,0
12 Bulan
2,5
11,0
Volatilitas Kurs Rp
2,0 Rata-rata Volatilitas
1,5
9,0
1,0 0,5
7,0
0,0 Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2003
Sumber : Bloomberg diolah
2004
5,0
Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt NovDes Jan Feb MarApr Mei Jun JulAgs Sep OktNovDes JanFeb Mar
2002
Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
...sedangkan indikator risiko menunjukkan mixed signal.
2003
2004
Grafik 6. Premi SWAP
Perkembangan indikator resiko pada Maret menunjukkan pergerakan yang tidak searah. Indikator resiko jangka panjang yang tercermin pada yield spread antara Yankee bonds dan US T-Notes menunjukkan peningkatan dari 247 bps pada Februari menjadi 255 bps pada Maret (Grafik 7). Di lain pihak, indikator resiko jangka pendek yang dicerminkan oleh premi swap menunjukkan penurunan untuk tenor 6 dan 12 bulan, sedangkan untuk tenor 1 dan 3 bulan relatif tidak menunjukkan perubahan yang berarti (Grafik 6).
Premi Resiko (bp)
Rp/USD 9.200
440
Indeks 100
9.000 390 8.800
89,25
90
340 Yield Spread
8.600
IDR/USD
290
8.400
240
86,13
80
8.200
190
8.000 Jan Feb
Mar Apr
Mei
Jun
Jul Ags
2003
Sep
Okt Nov Des
Jan
Feb
Mar
2004
70 Jan
Mar
Mei
Jul
2002
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Jan
Mar
2004
Sumber :Bloomberg dan CEIC diolah
Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah
Indeks REER menurun.
Grafik 8. Real Effective Exchange Rate
Indeks Real Effective Exchange Rate (REER) pada Maret turun menjadi 86,13 dari 89,25 pada Februari (Grafik 8). Penurunan ini disebabkan oleh terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sehingga mendorong melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara-negara mitra dagang Indonesia lainnya. Sementara itu, indeks Bilateral Real Exchange Rate (BRER) untuk Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Walaupun demikian, indeks BRER pada Maret masih menunjukkan produk ekspor Indonesia yang relatif masih kompetitif kecuali bila dibandingkan Thailand dan Malaysia dari sisi harga atau nilai tukar (Grafik 9).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
5
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Indeks 90
Persen 14
RRC
85
13
Korea Selatan
80
12
75 Singapura
70
11
Malaysia
SBI 1 BULAN
10
65
JIBOR 1 Bulan
60
9
Thailand
Indonesia
FASBI O/N 8
55
7
50 Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
2002
Jul
Sep
Nov
Jan
2003
Mar
Jan
Feb
Mar
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
2003
Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate
Feb
Mar
2004
Grafik 10. Suku Bunga Instrumen Moneter dan Pasar Uang
Pada Maret, suku bunga instrumen moneter kembali menunjukkan penurunan dibandingkan perkembangan pada Februari. SBI 1 bulan dan 3 bulan masingmasing turun 6 bps dan 37 bps menjadi 7,42% dan 7,33%. Selanjutnya, suku bunga FASBI pada Maret tercatat sebesar 7,25%, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 10). Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan yang masih berlebih disertai persepsi resiko perbankan terus mendorong penurunan suku bunga instrumen moneter. Secara triwulanan, SBI 1 bulan selama triwulan I-2004 mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan pada triwulan IV-2003, yaitu sebesar 89 bps dibandingkan 35 bps. Laju penurunan SBI 3 bulan selama triwulan I-2004 juga tercatat lebih besar yaitu sebesar 101 bps dibandingkan 41 bps pada triwulan IV-2003.
Suku bunga instrumen moneter masih terus turun...
Volume PUAB (Triliun Rp)
Suku Bunga (%)
3500,0
Persen
14,0
3000,0
2937,9
2690,7 2534,4 2359,0
2500,0 1844,0
1678,2 1651,7 1702,8
1799,6
8,0
1931,0 1715,2
1500,0
1858,4
6,0
1328,2
1000,0 Volume PUAB Pagi Sk. Bunga PUAB Pagi
500,0
Volume PUAB Sore Sk. Bunga PUAB Sore
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
2003
Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore
...diiringi oleh penurunan suku bunga PUAB...
17 15 13 11
4,0
9
2,0
7
0,0
5
Jam Dep. 1 Dep 1 WA
SBI 1 WA
0,0 Jan
19 12,0 10,0
2280,0
2157,9
2000,0
6
Apr
2004
Feb
2004
Mar
Jan
Mar
Mei
Jul
2002
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Jan
Mar
2004
Grafik 12. Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan
Di pasar uang, rata-rata suku bunga PUAB pagi pada Maret menunjukkan penurunan sebesar 27 bps menjadi 7,34%, sedangkan rata-rata suku bunga PUAB sore tercatat meningkat 29 bps menjadi 6,14% (Grafik 11). Rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB pagi tercatat meningkat dari Rp2,3 triliun menjadi Rp2,9 triliun, sedangkan rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB sore menunjukkan penurunan dari Rp2,1 triliun menjadi Rp1,8 triliun.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
..., dan suku bunga simpanan serta suku bunga kredit perbankan dalam skala yang lebih rendah.
Maret 2004
Menurunnya suku bunga instrumen moneter juga diikuti oleh menurunnya suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit. Pada Maret, suku bunga deposito 1 bulan turun 28 bps menjadi 5,99%, sedangkan suku bunga tabungan turun 22 bps menjadi 4,69% (Grafik 12). Sementara itu, suku bunga kredit masih tercatat terus turun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan laju penurunan pada suku bunga simpanan perbankan. Suku bunga kredit baik untuk Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing turun 20 bps, 15 bps, dan 2 bps menjadi 14,79%, 15,29%, dan 18,47% (Grafik 13). Perkembangan ini semakin memperlebar spread antara suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit.
Persen 22
Persen 2,5
21
2,0
2,19
1,5
20
1,39
1,18
1,0
19
0,5
18
0,51
16
-1,0
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
0,45
0,63
0,53 0,17
0,26
0,26
0,02 -0,06
-0,5
1,24
0,73
0,0
17
Trend (Covered Interest Rate Parity)
Covered Interest Rate Parity
-0,21 -0,20
-0,27
-0,19 -0,02 -0,47
0,30 0,16 0,02 -0,32 -0,57 -0,76
-0,84
-1,5
15
JanFeb MarApr MeiJun JulAgs Sep OktNovDes Jan Feb MarApr MeiJun JulAgs Sep OktNovDes Jan FebMar
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2002
2003
2002
2004
Grafik 13. Perkembangan Suku Bunga Kredit
2003
2004
Grafik 14. Covered Interest Rate Parity
Covered interest Suku bunga domestik yang lebih rendah disertai dengan perkembangan indikator rate parity turun. resiko yang cenderung meningkat, telah menyebabkan covered interest parity (CIP) turun dari 1,24% pada Februari menjadi 0,45% pada Maret (Grafik 14)1 .
IHSG 830
Kapitalisasi (Rp miliar) 550.000
780
500.000
IHSG
730
450.000
680
Kapitalisasi
630
400.000
580 350.000
530 480
300.000
430
250.000
380 330
Jan
Mar Apr
Mei
Jun
Jul
2003
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
200.000
2004
Sumber : BEJ
Grafik 15. IHSG dan Kapitalisasi
1 Covered interest rate parity = suku bunga dalam negeri (JIBOR 1 bulan) – suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan) – premi swap (1 bulan).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
7
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
IHSG sedikit menurun...
Sepanjang Maret, pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dan cenderung lebih rendah dibandingkan Februari. Pengaruh psikologis dari kampanye PEMILU telah mendorong indeks terkoreksi hingga mencapai 735,677 pada akhir bulan, sehingga pergerakan IHSG pada Maret terlihat cenderung mengambil benchmark gerakan indeks regional yang sedikit bearish akibat kondisi keamanan global. Perkembangan IHSG yang terkoreksi juga tercermin pada menurunnya kapitalisasi pasar dari Rp509,3 triliun pada Februari menjadi Rp492,5 triliun pada Maret.
...diikuti volume transaksi dan nilai perdagangan yang menurun.
Sejalan dengan pergerakan indeks dan nilai kapitalisasi yang lebih rendah, pada Maret 2004, rata-rata volume transaksi harian juga menurun dari 3,05 miliar lembar saham menjadi 1,50 miliar lembar saham, sedangkan rata-rata perdagangan harian turun dari Rp1,2 triliun pada Februari menjadi Rp0,8 triliun pada Maret. Rata-rata volume transaksi net beli asing juga turun dari Rp135,59 miliar pada Februari menjadi Rp100,55 miliar pada Maret.
Uang Primer Posisi uang primer pada akhir Maret 2004 menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan posisi pada akhir Februari 2004. Uang primer tercatat sebesar Rp142,73 triliun (13,99%, y-o-y), atau naik Rp0,21 triliun dari posisi akhir Februari. Dengan melihat pergerakan uang primer hariannya, posisi test date rata-rata uang beredar sementara mencapai Rp138,94 triliun, lebih rendah dibandingkan target indikatifnya sebesar Rp147,02 triliun (Grafik 16). Dari sisi komponennya, meningkatnya uang primer terutama disebabkan oleh meningkatnya uang kartal sebesar Rp544 miliar, yang masih sesuai dengan pola musimannya dengan memperhitungkan adanya pelaksanaan kampanye Pemilu.
Triliun Rp 160,0
Triliun Rp 110.000 105.000 100.000 95.000 90.000 85.000 80.000 75.000 70.000 65.000 60.000
155,0 150,0 145,0 140,0 Target Indikatif
135,0 130,0 125,0
Aktual Test Date
120,0 115,0
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Dec Jan Feb Mar
2002
2003
Grafik 16. Uang primer
...terutama karena meningkatnya posisi cadangan devisa. 8
2004
Jan:I Feb:I Mar :I Apr :I Mei :I Jun :I Jul :I Ags :I Sep :I Okt : I Nov :I Des :I Jan :I Feb :I Mar :I Apr :I Mei :I Jun :I Jul :I Ags :I Sep :I Okt : I Nov :I Des :I Jan :I Feb :I Mar :I
Uang primer meningkat...
2002
2003
2004
Grafik 17. Pergerakan Harian Uang Kartal
Dilihat dari sisi faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer disebabkan oleh meningkatnya posisi cadangan devisa sebesar Rp8,66 triliun dan ekspansi bersih OPT sebesar Rp7,52 triliun, yang mampu mengimbangi kontraksi bersih rekening rupiah pemerintah sebesar Rp19,05 triliun (Tabel 1).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Maret 2004
Kontraksi bersih rekening rupiah pemerintah yang cukup besar ini berkaitan dengan adanya penerimaan pajak. Tabel 1. Uang Primer dan Faktor yang Mempengaruhinya (Miliar Rp)
Februari
Maret Mg II Mg III
Mg I
Mg IV
Perubahan Bulanan
Base Money Statutory reserves shortfall Reserve Money Currency - Currency outside banks - Cash in vaults Comercial Banks Positive Balance at BI of which frozen banks & banks without TPL Private sector Demand Deposits
142.518
143.922
141.087
139.053
142.730
212
142.518 101.723 85.840 15.883 39.334 185 1.461
143.922 103.177 89.861 13.316 39.302 185 1.443
141.087 100.378 87.566 12.812 39.241 185 1.468
139.053 98.677 86.524 12.153 38.932 185 1.444
142.730 102.267 86.616 15.651 38.878 185 1.585
212 544 776 -232 -456 0 124
Net International reserves (USD=Rp7000) Net Domestic Assets 1. Net Claims on Central Government 2. Liquidity Support a. IBRA and IBRA Banks b. Non IBRA Banks 3. Liquidity Credit 4. Other Claims 5. Open Market Operations - SBI - FasBI 6. Net Other Items
171.212
169.263
176.582
176.469
179.870
8.658
-28.694 -11.257 207.962 200.495 7.467 13.666 2.584 -164.425 -143.691 -20.734 -77.224
-25.341 -10.037 207.962 200.495 7.467 13.659 2.588 -164.933 -149.611 -15.322 -74.580
-35.495 -20.453 204.984 200.495 4.489 13.666 5.573 -164.713 -149.527 -15.186 -74.553
-37.416 -23.550 204.957 200.468 4.489 13.666 5.572 -162.883 -149.520 -13.363 -75.178
-37.140 -30.307 204.792 200.468 4.324 13.533 5.643 -156.907 -140.390 -16.517 -73.894
-8.446 -19.050 -3.170 -27 -3.143 -133 3.059 7.518 3.301 4.217 3.330
38.073 1.076
38.296 821
38.273 783
37.931 816
37.887 806
-186 -270
Memorandum item GWM Excess GWM
NIR menunjukkan ekspansi, sedangkan NDA kontraksi.
Pada Maret, NIR kembali mengalami ekspansi dari USD24,1 miliar pada bulan sebelumnya menjadi USD25,7 miliar. Peningkatan ini antara lain berkaitan dengan penerbitan obligasi valas pemerintah di luar negeri sebesar USD1 miliar (Grafik 19). Selanjutnya, NDA kembali menunjukkan kontraksi dari negatif Rp26,3 triliun pada Februari menjadi negatif Rp37,1 triliun (Grafik 18).
Triliun Rp
(Miliar USD)
20,0
26,0 25,0
10,0 0,0
NDA (adjusted target)
-10,0
23,0
21,0
-30,0
20,0
-50,0
(aktual)
22,0
-20,0
-40,0
NIR
24,0
NDA (aktual)
NIR (adjusted target)
19,0 18,0
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Des Jan Feb Mar
2002
2003
2004
Grafik 18. Posisi NDA
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Des Jan Feb Mar
2002
2003
2004
Grafik 19. Posisi NIR
9
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Likuiditas Domestik M2 menunjukkan penurunan…
Pada Februari, M2 turun 1,22% (m-t-m) mencapai Rp935,7 triliun dibandingkan Rp947,3 triliun pada Januari. Lebih rendahnya M2 disebabkan oleh penurunan simpanan berjangka dalam rupiah dan simpanan dalam valas (Tabel 2), sedangkan M1 tercatat meningkat menjadi Rp219,0 triliun dibandingkan Rp216,3 triliun pada Januari atau tumbuh 1,24% (m-t-m), yang disebabkan oleh meningkatnya uang kartal (lihat uang primer) dan uang giral dari Rp125,7 triliun pada Januari menjadi Rp132,2 triliun (tumbuh 5,14%, m-t-m). Pertumbuhan M2 yang relatif lambat, nampaknya dipengaruhi oleh semakin berkurangnya insentif untuk menanamkan dana dalam bentuk deposito, selain adanya preferensi masyarakat untuk lebih memilih menanamkan dana dalam bentuk yang lebih likuid dan berjangka pendek. Seiring dengan perkembangan inflasi tahunan yang lebih rendah, pertumbuhan riil M1 dan M2 tercatat positif, yang diharapkan akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat.
Persen 13,0
% y-o-y 20 15
Persen 2,0
12,0
M1 Riil
1,8
11,0
M2 Riil
10,0
10
1,6
9,0
5
8,0
1,4
7,0
0
6,0
(5) (10)
5,0
1,2 C/DPK (%)
APU2 (M2/M0)
APU1 (M1/M0) Skala Kanan
4,0 Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des JanFeb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2002
2003
Grafik 20.Pertumbuhan M1 & M2 Riil
2004
1,0 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
2001
2002
2003
2004
Grafik 21. APU 1, APU 2, Dan rasio C/DPK
...sejalan dengan kontraksi pada rekening pemerintah.
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas domestik, rekening pemerintah menunjukkan penurunan menjadi Rp475,0 triliun pada Februari dari Rp486,2 triliun pada Januari. Di lain pihak, aktiva luar negeri bersih tercatat meningkat dari Rp269,7 triliun menjadi Rp272,2 triliun, diiringi oleh peningkatan kredit dari Rp432,7 triliun menjadi Rp437,0 triliun. Peningkatan kredit terjadi pada semua jenis kredit, baik pada kredit investasi (tumbuh 0,93%, m-t-m), kredit modal kerja (naik 0,59%, m-t-m), dan kredit konsumsi (tumbuh 1,83%, m-t-m).
Proses penciptaan uang di sistem perbankan masih belum optimal.
Preferensi masyarakat untuk menyimpan dana dalam bentuk yang lebih likuid mendorong pertumbuhan money divisia M2 (sebagai indikator komponen likuid dari M2) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan M2 yang cenderung lambat maka spread antara pertumbuhan money divisia M2 dan M2 menjadi semakin besar (Grafik 21).
10
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Maret 2004
Persen 25,0 Pertumbuhan Money Divisia M2
21,0
Pertumbuhan M2
17,0 Trend Pertumbuhan Divisia Divisia
13,0 9,0 5,0 1,0 -3,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2001
2002
2003
2004
Grafik 22. Pertumbuhan Divisia M2 dan M2
Sementara itu, perkembangan angka pengganda uang (APU) M1 yang masih menunjukkan peningkatan, sedangkan APU M2 yang relatif tidak menunjukkan perubahan, ditengarai masih mencerminkan belum optimalnya proses penciptaan uang di sektor perbankan. Perkembangan ini juga tercermin pada masih tingginya rasio uang kartal terhadap dana pihak ketiga (Grafik 22). Tabel 2. Perkembangan Uang Beredar Dalam Arti Luas (dalam miliar Rp, posisi)
INDIKATOR
2002
BESARAN MONETER
Desember
KOMPONEN M2 M2 Rupiah M1 - Uang Kartal - Uang Giral Uang Kuasi - Uang Kuasi Rupiah = Deposito Rupiah = Tabungan Rupiah - Simpanan Valas (dalam miliar USD) FAKTOR NFA NCG Claims on Business Sector Kredit - Kredit Rupiah - Kredit Valas Lainnya NOI Memorandum Items Nilai Tukar (posisi neraca) M2
2003 Maret
Juni
2004
September
Desember
Januari
Februari 2004 Posisi
% y-o-y
883.908 743.443 191.939 80.686 111.253 691.969 551.504 359.847 191.657 140.465 15,71
877.776 740.216 181.239 72.323 108.916 696.537 558.977 370.692 188.285 137.560 15,44
894.213 759.191 194.878 77.091 117.787 699.335 564.313 363.460 200.853 135.022 16,30
911.224 773.712 207.587 81.118 126.469 703.637 566.125 354.362 211.763 137.512 16,39
955.692 816.514 223.799 94.542 129.257 731.893 592.715 350.885 241.830 139.178 16,44
947.277 805.289 216.343 90.619 125.724 730.934 588.946 346.347 242.599 141.988 16,82
934.739 793.309 218.027 85.840 132.187 716.712 575.28 332.373 242.909 141.430 16,74
6,07 7,40 20,11 15,14 23,57 2,43 23,26 -9,92 29,11 -0,81 4,57
250.696 510.351 389.296 365.410 271.851 93.55 23.886 -266.434
249.736 510.307 400.353 376.141 280.774 995.367 24.212 -282.621
236.660 506.218 417.875 390.563 299.665 90.899 27.312 -266.199
240.781 481.552 441.205 411.696 318.820 92.877 29.509 -252.483
271.820 479.885 466.826 437.942 342.027 95.917 28.884 -262.839
269.714 486.229 461.827 432.738 335.129 97.610 29.089 -270.493
272.243 475.003 465.114 437.040 339.731 97.309 28.074 -276.615
8,11 -9,70 19,03 19,26 24,77 3,33 15,61 -3,75
8.940
8.908
8.285
8.839
8.465
8.441
8.447
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
11
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Sektor Eksternal Ekspor mengalami penurunan...
Ekspor kembali tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai USD4,90 miliar, atau turun 2,64%. Dilihat dari komponennya, penyebab turunnya ekspor Indonesia antara lain adalah turunnya ekspor migas, terutama ekspor gas dari USD0,63 miliar pada Januari menjadi USD0,54 miliar pada Februari. Sementara itu, ekspor minyak mentah dan ekspor hasil minyak meningkat sejalan dengan meningkatnya volume ekspor walaupun harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia relatif tidak berubah yaitu sebesar USD30,96 per barrel. Kondisi yang sama juga terjadi pada ekspor nonmigas dimana pada Februari tercatat mengalami penurunan sebesar 1,93% dibandingkan bulan sebelumnya mencapai USD3,76 miliar. Penurunan ini terutama terjadi pada kelompok barang mesin dan peralatan listrik (tumbuh 44%, m-t-m), mesin dan pesawat mekanik (tumbuh 35,11%, m-t-m), serta pada kelompok lemak dan minyak hewan/nabati (tumbuh 27,51%, m-t-m). Tabel 3. Ekspor Indonesia (Juta USD)
Nilai FOB Keterangan
Januari 2004
Februari 2004
Jan - Feb 2004
Jan - Feb 2004
% Perubahan Feb 2004 thd Des 2004
% Perubahan Jan - Feb 2004 Thd 2003
% Peran Thd total Jan - Feb 2004
Total Ekspor
5.034,5
4.901,4
9.978,3
9.935,9
-2,64
-0,42
100,00
Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas
1.197,1 469,6 98,2 629,3
1.138,0 481,9 112,2 543,9
2.457,1 948,8 309,9 1.198,4
2.335,1 951,5 210,4 1.173,2
-4,94 2,62 14,26 -13,57
-4,97 0,28 -32,1 -2,10
23,50 9,58 12,12 11,81
Non Migas
3.837,4
3.763,4
7.521,2
7.600,8
-1,93
1,06
76,50
Sumber : BPS
...sedangkan impor menunjukkan peningkatan.
Di lain pihak, impor pada Februari menunjukkan peningkatan sebesar 5,36% dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai USD2,89 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya impor migas, terutama impor minyak mentah sebesar 30,0% mencapai USD0,50 miliar. Sementara itu, impor nonmigas juga naik 3,33 % (m-t-m) mencapai USD2,12 miliar. Peningkatan impor nonmigas ini Tabel 4. Impor Indonesia (Juta USD)
Nilai CIF Keterangan
Total Impor Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas
% Perubahan Feb 2003 thd Jan 2004
% Perubahan Jan - Feb 2004 Thd 2003
% Peran Thd total Jan- Feb 2004
Januari 2004
Februari 2004
Jan - Feb 2003
Jan - Feb 2004
2.745,8
2.893,1
5.557,8
5.638,9
5,36
1,46
100,00
696,7 382,3 314,4 -
775,8 497,0 278,8 -
1.334,9 767,3 567,6 -
1.472,5 879,3 593,2 -
11,35 30,00 -11,3 -
10,31 14,60 24,51 -
26,11 15,59 10,52 -
2.049,1
2.117,3
4.222,9
4.166,4
3,33
-1,34
73,89
Sumber : BPS
12
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Maret 2004
didukung oleh peningkatan pada impor barang modal yang tumbuh 12,2% (m-t-m) dan impor bahan baku yang tumbuh 0,67% (m-t-m). Tabel 5. Posisi Pinjaman Luar Negeri (Juta USD)
2002 Mar
2003 Jun Sep
2004 Des*)
Jan*)
Feb*)
77.163
80.099
80.365
80.009
52.991 7.571 4.414 3.157 47.218
52.204 7.464 4.300 3.164 47.290
54.920 7.647 4.308 3.339 47.273
54.389 7.731 4.371 3.360 46.658
128.467 130.154
132.303
135.285
134.398
Mar
Jun
Sep
Des
Pemerintah
71.677
74.157
72.994
74.497
74.255
75.179
Swasta Lembaga Keuangan Bank Non Bank Bukan Lembaga Keuangan
58.299 8.735 6.309 2.426 51.144
56.493 8.372 5.848 2.524 49.607
56.390 8.021 5.164 2.857 49.804
55.212 7.642 4.870 2.772 49.040
53.750 7.806 4.850 2.956 47.406
53.288 7.056 4.059 2.997 48.351
Total
131.556 132.136
131.290 131.343
128.005
* Angka Sementara
Posisi pinjaman luar negeri turun USD887 juta...
Posisi pinjaman luar negeri Indonesia pada Februari turun mencapai USD134,40 miliar dibandingkan USD135,29 miliar pada Januari. Penurunan posisi ini terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya posisi pinjaman pemerintah yang mencapai USD80,01 miliar dibandingkan USD80,36 miliar pada bulan sebelumnya. Posisi pinjaman swasta juga tercatat turun USD522 juta dari USD54,92 miliar pada Januari menjadi USD54,39 miliar pada Februari. Penurunan ini terutama disebabkan oleh lebih rendahnya posisi pinjaman swasta bukan lembanga keuangan dari USD47,27 miliar pada Januari menjadi USD46,66 miliar pada Februari. Perlu dikemukakan, bahwa posisi pinjaman swasta bukan lembaga keuangan adalah termasuk posisi pinjaman surat-surat berharga yang dimiliki oleh non-residen (Tabel 5). Sementara itu, posisi pinjaman swasta, baik untuk bank maupun nonbank, menunjukkan peningkatan.
...sedangkan pembayaran cicilan pokok tercatat lebih tinggi.
Pada Februari, pembayaran pinjaman luar negeri Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar 13,24% dibandingkan bulan sebelumnya. Pembayaran pinjaman luar negeri tercatat sebesar USD1,4 miliar, yang terdiri dari USD1,18 miliar pembayaran cicilan pokok dan USD228 juta untuk pembayaran bunga. Pembayaran cicilan pokok pemerintah pada Februari mencapai USD507 juta, sedangkan untuk swasta mencapai USD676 juta, yang terdiri dari USD334 juta untuk pembayaran cicilan pokok bank dan USD326 juta untuk pembayaran cicilan pokok bukan lembaga keuangan. Sementara itu, pembayaran bunga pemerintah pada Februari mencapai USD180 juta, sedangkan swasta mencapai USD48 juta (Tabel 6).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
13
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia (Juta USD)
Total 2002
Keterangan Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing - Pokok / Principal - Bunga / Interest
Jun
Sep*)
Des*)
Total 2003
2004 Jan*)
Feb*)
20.983 16.950 4.033
1.293 1.135 158
2.305 1.926 378
1.500 1.301 199
1.8121 1.320 492
8.430 15.186 3.244
1.246 973 273
1.411 1.183 228
7.374 5.009 2.365
358 248 110
826 562 264
498 355 143
781 398 383
6.450 4.000 2.450
680 456 224
687 507 180
13.609 11.941 1.668 5.808 5.323 485 4.825 4.372 453 983 951 32 7.801 6.617 1.183
935 886 48 398 391 7 308 307 1 90 84 6 537 496 41
1.478 1.364 114 941 909 32 908 878 31 33 31 1 537 455 82
1.002 946 56 427 423 4 382 380 1 46 43 3 575 523 52
1.031 9221 109 233 210 23 45 32 13 188 178 10 798 712 86
11.980 1.186 731 5.437 5.306 131 4.742 4.644 99 694 663 32 6.543 5.880 663
566 517 49 376 348 28 347 320 27 29 28 1 189 169 20
724 676 48 353 351 2 336 334 2 17 17 0 371 326 45
A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest B. Swasta / Private - Pokok / Principal - Bunga / Interest B.1. Lembaga Keuangan - Pokok / Principal - Bunga / Interest 1. Bank - Pokok / Principal - Bunga / Interest 2. Bukan Bank / Non Bank Institutions - Pokok / Principal - Bunga / Interest B.2. Bukan Lembaga Keuangan - Pokok / Principal - Bunga / Interest
2003 Mar
* Angka Sementara
Sektor Riil Perekonomian masih akan ditopang oleh konsumsi...
Perkembangan beberapa indikator sektor riil selama triwulan I-2004 menunjukkan bahwa perekonomian masih akan ditopang oleh kegiatan di sektor konsumsi, sedangkan investasi masih belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan bertumpu pada sektor pengangkutan, bangunan, dan listrik.
Difussion Index 40
Indeks 140
Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini
120
Ekspektasi Konsumen
30 20
optimis
10
pesimis
100
0 -10
80
-20 -30
60
Permintaan: domestik Inventory
-40
40
Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des FebMar
2001
2002
2003
Grafik 23. Survei Konsumen
14
2004
-50
Permintaan:ekspor Harga jual
Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mar-Mei
2001
2002
2003
2004
Grafik 24. Survei JETRO
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
... seperti tercermin pada hasil survei.
Maret 2004
Hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia pada Maret 2004 menunjukkan indeks keyakinan konsumen yang meskipun mulai melemah namun masih menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Selain itu, hal yang sama juga ditunjukkan oleh indeks ekspektasi konsumen yang masih menunjukkan peningkatan (Grafik 23). Sementara itu, survei JETRO yang dilakukan pada sejumlah perusahaan industri Jepang di Indonesia menunjukkan bahwa permintaan domestik meningkat, seiring dengan naiknya permintaan untuk ekspor (Grafik 24). Dari sisi pembiayaan, peningkatan konsumsi swasta juga didukung oleh peningkatan kredit konsumsi dan pembiayaan lain yang bersumber dari lembaga pembiayaan di luar bank.
Persen
Indeks
8
200 180
6
160 140
4
120 100
2
80 Total
0
Makanan
Tekstil
Kimia
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Ok Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2002
2003
Grafik 25. Utilisasi Kapasitas Produksi
Kegiatan produksi relatif tidak berubah...
2004
Indeks Total Tekstil, pak. jadi & kulit
60 40 Jan
Mar
Mei
Jul
2002
Sep
Nov
Makanan, minuman & Tembakau Kimia, m. bumi, btbara, karet & plastik Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
JanFeb
2004
Grafik 26. Indeks Produksi
Pada Februari 2004, indeks produksi total relatif tidak menunjukkan perubahan yang signifikan (Grafik 26). Peningkatan produksi terutama terlihat pada sektor makanan dan tekstil seiring dengan peningkatan permintaan dalam rangka kampanye Pemilu. Sementara itu, kapasitas produksi pada Februari relatif tidak berubah (Grafik 25). Penggunaan kapasitas di industri tekstil yang relatif tidak berubah dipengaruhi oleh semakin ketatnya persaingan di pasar internasional, terutama persaingan dari Cina dan Vietnam.
Kondisi Perbankan Kinerja perbankan terus membaik...
Pada Februari 2004, beberapa indikator perbankan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya. Penyaluran kredit tercatat meningkat, diiringi dengan non performing loan (NPL) net yang membaik, serta net interest margin (NIM) yang relatif stabil. Namun demikian, total asset dan posisi dana pihak ketiga (DPK) terlihat sedikit lebih rendah, selain posisi SBI di neraca perbankan yang juga lebih tinggi.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
15
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan (Triliun Rp) Banks
Keterangan Total Asset DPK Kredit SBI NPLs : - Gross (%) - Net (%) NIM Modal
Des-02
Jan-03
Feb-03
Mar-03
1.112,2 835,8 410,3 76,9 8,1 2,1 4,0 93,0
1.117,8 824,6 402,6 96,1 8,4 2,1 3,8 95,5
1.105,1 832,0 411,2 108,8 8,2 1,2 3,6 99,5
1.100,0 833,4 420,5 116,7 8,2 0,6 4,0 98,1
Triliun Rp 500
Total DPK (Triliun Rp) 900
450
880
400
860
350
840
300
820
250
800
200 150
780
100
760 Giro
Deposito
740
Total
Tabungan
0 Feb
Apr
Jun
Ags
2002
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags
Okt
2003
Grafik 27. Dana Pihak Ketiga
... namun posisi kredit meningkat.
16
1.111,7 846,8 434,1 123,4 8,0 1,2 4,1 99,6
Sep-03
Des-03
Jan-04
Feb-04
1.130,4 863,5 454,2 128,2 7,9 1,3 4,7 106,3
1.068,4 885,2 477,2 100,5 8,2 3,0 3,2 110,8
1.157,2 886,5 475,0 130,4 8,2 2,8 5,2 117,9
1.152,7 877,1 477,3 136,8 8,3 2,6 5,1 115,9
Pada Februari, posisi DPK mencapai Rp877,1 triliun, turun 1,06% dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya (Tabel 7). Penurunan ini terutama disebabkan oleh penghimpunan dana dalam bentuk deposito yang turun tajam. Penghimpunan dana dalam bentuk deposito turun sebesar Rp17,2 triliun, sedangkan penghimpunan dana dalam bentuk giro dan tabungan masing-masing meningkat sebesar Rp7,7 triliun dan Rp0,1 triliun. Walaupun persetujuan kredit baru pada Februari terlihat menurun mencapai Rp16,1 triliun dibandingkan Rp20,4 triliun pada bulan sebelumnya, realisasi kredit baru tercatat meningkat dari Rp2,1 triliun pada Januari menjadi Rp2,2 triliun pada Februari. Dengan demikian, proporsi realisasi terhadap persetujuan kredit baru menjadi meningkat mencapai 13,63% (Grafik 28). Masih rendahnya realisasi kredit baru nampaknya dipengaruhi oleh sikap debitur yang menunggu penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.
...walaupun dana pihak ketiga sedikit menurun...
50
Jun-03
Des
Feb
2004
720
Miliar Rp
Proporsi (%)
30.000
70,0 Persetujuan
Realisasi
Proporsi
60,0
25.000
50,0
20.000
40,0 15.000 30,0 10.000
20,0
5.000
10,0
0
0,0 Jan
Mar
Mei
Jul
2002
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Jan
2004
Grafik 28. Persetujuan dan Realisasi Kredit Baru
Berdasarkan kredit yang disalurkan, kredit konsumsi masih memberikan kontribusi yang besar, diiringi oleh kredit investasi dan kredit modal kerja (Grafik 29). Tingginya kontribusi kredit konsumsi nampaknya masih akan terus berlangsung seiring dengan semakin besarnya pembiayaan konsumsi oleh sektor perbankan sementara penyaluran kredit untuk kegiatan investasi masih terbatas.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
NPL-net perbankan membaik...
Maret 2004
Pada Februari 2004, NPL-gross relatif tidak menunjukkan perubahan yang signifikan bila dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 8,3%. Di lain pihak, NPL-net menunjukkan perbaikan dari 2,8% pada Januari menjadi 2,6% pada Februari (Grafik 30). Selanjutnya, indikator perbankan NIM, yang mencerminkan pendapatan perbankan yang diperoleh dari selisih perolehan bunga, pada Februari tercatat Rp5,1 triliun, sedikit menurun dibandingkan Rp5,2 triliun pada Januari. (Grafik 31).
Total Kredit (Triliun Rp)
Kredit Per jenis (Triliun Rp) 250,0 Modal Kerja
Investasi
510
Konsumsi
480
200,0
450 150,0
420 390
100,0
360 50,0 330 Channeling
Total Kredit
Total Adjst
0,0 Mar
Jun
Sep
Des
Jan
Feb
Mar
Jun
2002
Sep
Des
Jan
300
Feb
2003
Grafik 29. Kredit Rupiah Perbankan
...dan posisi permodalan yang terus meningkat.
Kondisi permodalan dan total asset perbankan pada Februari 2004 sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi modal pada Februari 2004 mencapai Rp115,9 triliun, turun dibandingkan Rp117,9 triliun pada Januari. Total asset juga mencatat perkembangan yang sama. Total asset menurun dari Rp1,16 triliun pada Januari menjadi Rp1,15 triliun pada Februari.
Persen
Triliun Rp
14,0 12,0
500
Triliun Rp 5,5
450
5,0
400 10,0
350
8,0
300 kredit (kanan)
6,0
NPLs (%) (kiri)
250
NPLs Net (%) (kiri)
200 150
4,0
100
2,0
4,90 4,69 4,48 4,47 4,39 3,93 4,12
4,5 4,0
3,82 3,66
3,5 3,30 3,0
3,21
3,42
3,35 3,55
3,71
4,01 3,65
5,20 5,10
3,95 3,78 3,63 3,96
3,85
3,20
3,38
2,5
50
0,0 Feb
Apr
Jun
Ags
2002
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags
Okt
2003
Des
Feb
2004
Grafik 30. Perkembangan NPL
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
0
2,0 Feb
Apr
Jun
2002
Ags
Oct
Des
Feb
Apr
Jun
2003
Ags
Okt
Des
Feb
2004
Grafik 31. Perkembangan Posisi NIM Perbankan
17
Maret 2004
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Prospek Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2004 diprakirakan tumbuh 4,3% 4,8%…
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2004 diprakirakan berkisar pada 4,3% - 4,8%. Perekonomian masih akan ditopang oleh pertumbuhan di sisi konsumsi dan pertumbuhan positif di sisi investasi dan ekspor. Beberapa indikator yang mengindikasikan peningkatan kegiatan konsumsi antara lain hasil survei konsumen yang menunjukkan membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, kondisi ekonomi, dan tingkat pengangguran. Hasil survei lain yang juga mendukung peningkatan konsumsi adalah meningkatnya rencana pembelian barang-barang non-makanan dalam periode 1-6 bulan mendatang. Prakiraan meningkatnya investasi tercermin juga pada hasil survei JETRO yang menunjukkan perbaikan sentimen bisnis baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor. Untuk keseluruhan tahun 2004, perekonomian diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0% - 5,0%.
...,inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6% (y-o-y)...
Untuk triwulan II-2004, inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6% (y-o-y). Indikator perekonomian yang kondusif seperti nilai tukar yang relatif stabil, terjaganya pasokan, serta ekspektasi inflasi yang membaik diprakirakan masih dapat dipertahankan pada triwulan II-2004. Selain itu, terbatasnya kebijakan pemerintah di bidang harga ditengarai tidak akan memberikan tekanan pada inflasi. Dengan demikian, inflasi pada triwulan II-2004 diprakirakan akan dapat terjaga pada kisaran yang sama. Selanjutnya untuk keseluruhan tahun 2004, inflasi diprakirakan masih akan berada pada kisaran 5,5% plus minus 1%.
...,dengan rata-rata nilai tukar diperkirakan tetap stabil pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS.
Prakiraan rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II-2004 adalah pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Terjaganya kondisi perekonomian dalam negeri akan menjadi faktor pendukung stabilnya nilai tukar pada triwulan II-2004. Selain itu, potensi masuknya modal asing melalui pasar uang akan menjaga pasokan valas di dalam negeri. Dari sisi eksternal, pergerakan dolar AS yang cenderung melemah terhadap mata uang dunia diprakirakan mampu memberikan pengaruh rambatan kepada rupiah, yang berupa penguatan nilai tukar rupiah.
18
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Maret 2004
Indikator Terkini Jan
Feb
Mar
Jun
SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) BEJ Indeks 3) BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
2003 12,69 12,94 12,64 13,49 12,71 425
127.407 180.111 75.908 104.203 873.683 693.572 550.357 362.553 187.804 143.215 730.468 382.536 358.084
12,24 12,68 12,35 13,15 12,30 399
Feb
Mar
2004
11,40 11,97 11,90 12,90 11,72 398
9,53 10,18 10,31 11,55 9,81 505
8,66 8,75 7,67 8,58 8,69 598
8,48 8,43 7,47 7,96 8,56 626
8,49 8,38 6,98 7,58 8,63 617
8,31 8,34 6,62 7,14 8,35 692
7,86 8,15 6,27 6,68 8,16 753
7,48 7,70 5,99 6,38 8,31 761
7,42 7,33 N.a N.a 7,56 736
125.936 125.211 181.530 181.239 74.555 72.323 106.975 108.916 881.215 877.776 699.685 696.537 557.107 558.977 368.970 370.692 188.137 188.285 142.578 137.560 738.637 740.216 390.750 400.353 366.467 376.1413
132.403 195.219 77.091 118.128 894.554 699.335 564.313 363.460 200.853 135.022 759.532 417.875 90.563
136.471 207.587 81.118 126.469 911.223 703.636 566.125 354.362 211.763 137.511 773.712 441.205 411.696
140.085 212.614 84.2381 128.376 926.324 713.710 576.072 358.541 217.531 137.638 788.686 451.147 421.295
175.498 224.318 03.788 120.530 944.647 720.329 580.116 355.902 224.214 140.213 804.434 461.788 432.230
166.474 223.799 94.542 129.257 955.692 731.893 592.715 350.885 241.830 139.178 816.514 466.826 437.942
147.039 216.343 90.619 125.724 947.277 730.934 588.946 346.347 242.599 141.988 805.289 461.827 432.738
142.518 219.033 85.840 132.187 935.745 716.712 575.282 332.373 242.909 141.430 794.315 465.114 437.040
142.730 N.a 86.616 N.a N.a N.a N.a N.a N.a N.a N.a N.a N.a
HARGA IHK bulanan (%) y-y % IHK-makanan bulanan (%) y-y% IHK-Non makanan bulanan (%) y-y%
0,80 8,74 -0,06 6,14 1,51 10,99
0,20 7,34 -0,09 3,90 0,42 10,25
-0,23 7,12 -1,11 4,43 0,49 9,34
0,09 6,62 -0,39 4,66 0,48 8,20
0,36 6,20 -0,19 3,70 0,82 8,20
0,55 6,21 0,99 3,98 0,22 7,99
1,01 5,33 1,39 1,75 0,72 8,26
0,94 5,06 1,71 1,60 0,36 7,91
0,57 4,82 0,36 2,04 0,68 7,03
-0,02 4,60
0,36 5,11
8.940 3.936 2.322 21,81
8.905 3.723 2.632 22,26
8.908 4.008 2.267 22,68
8.285 4.197 1.862 23,66
8.389 3.857 1.713 23,63
8.495 4.044 1.877 23,85
8.537 3.417 1.828 24,05
8.465 3.717 2.335 24,20
8.441 N.a N.a 24,00
8.447 N.a N.a 24,10
8.587 N.a Net 25,70
SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD)4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD)4) Net International Reserve (juta USD) INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi Investasi Ekspor Impor
Tw. I
Tw.II
Tw. III
Tw. IV
Tw.I *)
2003
2003
2003
2003
2004
3,65 4,64 1,09 4,04 0,01
3,97 4,75 -0,41 2,76 0,76
4,45 4,12 4,26 2,90 5,45
4,35 5,01 0,68 6,48 1,78
4,30 4,60 1,00 5,50 2,00
* angka prakiraan Bank Indonesia r) revisi 1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor open file dan PDB (BPS)
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
19