LAPORAN PENELITIAN DOSEN PENELITIAN PENELITI MUDA
PENGEMBANGAN MODUL INOVATIF ALGORITMA PEMOGRAMAN BERORIENTASI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PADA PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA STAIN BATUSANGKAR
STAI N BATUSANGKAR
Ika Metiza Maris, M.Si
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2014
0
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………………..…….
i
BAB PENDAHULUAN …………………………………………………….
v
A. Latar Belakang ……………………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah………………………………………………..…...
4
C. Tujuan Pengembangan ……………………………………………….
4
D. Definisi Operasional………………………………………………...... 5 E. KeterbatasanPengembangan….…………………………………..…... 5 F. Spesifikasi Produk……………………………………………………. 6 BAB KAJIAN TEORI ……………………………………………………….
7
A. Kerangka KUalifikasi Nasinal Indonesia …………………………….
7
B. Modul Inovatif ……………………………………………………….. 12 C. Pembelajaran Berbasis Masalah ……………………………………... 18 D. Kreativitas Pembelajaran …………………………………………….. 25 E. Validitas dan Praktikalitas …………………………………………… 29 BAB METODE PENELITIAN ……………………………………………… 32 A. Jenis Penelitian………………. ………………………………………
32
B. Rancangan Penelitian ………………………………………………...
32
C. Prosedur Pengembangan ……………………………………………..
32
D. Instrumen Pengumpulan Data .……………………………………….
34
E. Teknik Analisis Data …………………………………………………
35
DAFTAR KEPUSTAKAAN ………………………………………………..
1
37
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Landasan pengembangan kurikulum perpendidikan tinggi saat ini ini adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK mulai digunakan semenjak disahkannya Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman penyusunan Kurikulum Perguruan Tinggi dan dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan No. 045/U/2002 tentang Kurikum Inti Perguruanan Tinggi. KBK Perguruan tinggi telah dirumuskan semenjak 2004. KBK merupakan suatu rencana dan pengaturan mengenai seperangkat kemampuan yang harus dipelajari, dikuasai dan ditampilkan peserta didik dan cara yang digunakan sebagai penyelenggarakan kegiatan perkuliahan. Ciri khas KBK adalah terciptanya kompetensi peserta didik yang mampu menguasai seperangkat kemampuan ketika diberikan pembelajaran bermutu dan waktu yang cukup. Pada KBK, pemerintah telah menetapkan kurikulum inti yang harus diikuti oleh semua perguruan tinggi. Namun sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman maka perlu adanya keselarasan mutu dan penjenjangan antara produk lulusan PTAI dengan kriteria tenaga kerja yang diharapkan oleh masyarakat lulusan. Hal ini menyebabkan, perguruanan tinggi dituntut untuk dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan penggunan lulusan. Pemerintah menyahuti hal tersebut dengan
diiterbitkannya Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
2
Nasional Indonesia (KKNI). Jadi pengembangan kurikulum perguruan tinggi saat ini haruslah berdasarkan KBK berorientasikan KKNI. KKNI bidang Pendidikan Tinggi adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan capaian pembelajaran dari jalur nonformal, informal dan atau pengalaman kerjake dalam jenis dan jenjang pendidkan tinggi. KKNI merupakan pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KKNI bertujuan untuk sinkronisasi program (a) pengembangan pendidikan dengan dunia kerja; (b) untuk menjawab persaingan global dan (c) pengembangan kurikulum PTAI. KKNI terdiri dari 9 (Sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1 (satu) sebagai jenjang terendah. Setiap jenjang kualifikasi KKNI memiliki kesetaraan pencapaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Capaian pembelajaran melalui pendidikan atau pelatihan kerja dinyatakan dalam bentuk sertifikat (ijazah atau sertifikat kompetensi). Untuk setiap level KKNI, telah dirumuskan capaian pembelajaran lulusan sebagai “kemampuan minimal” yang harus dimiliki setiap lulusan suatu program studi. Berdasarkan level KKNI, program sarjana (S1) berada pada level 6. Deskripsi KKNI level 6 adalah (1) Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni pada bidangnya dalan menyelesaikan masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi (Kemampuan bidang kerja); (2) Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam
3
bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaiamn masalah procedural (Pengetahuan yang dikuasai); (3) MAmpu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis infromasi dan data, mampu memberikan petunjuk dalam memiih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi (Kemampuan manajerial). Deskripsi KKNI pada level ini dijadikan sebagai acuan pengembangan perangkat pembelajaran pada tingkat program sarjana. Pengimplementasian kurikulum dimulai dari pembuatan permbelajaran berupa Silabus,
Satuan Acara Perkuliahan
(SAP), perancangan
model
pembelajaran, media dan penilaian proses pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari capaian pembelajaran (Learning Outcomes/LO) menjadi indikator, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran dan penilaian. Materi pembelajaran dapat disajikan dalam bentuk bahan ajar. Salah satunya pada bahan ajar seperti: buku ajar, modul, LKS dan sebagainya. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Modul yang dikembangkan secara kreatif sehingga modul tersebut mampu menjadi bahan ajar yang menarik dan memotivasi peseta didik untuk terus belajar dinamakan dengan Modul inovatif. Fungsi utama modul dalam proses pembelajaran adalah sebagai bahan ajar mandiri. Dengan adanya modul, diharapkan peserta didik mampu belajar mandiri dengan bimbingan atau bantuan yang minimal dari pendidik. Modul juga cocok
4
digunakan sebagai bahan ajar untuk mata kuliah yang membutuhkan praktek langsung atau praktikum. Sebab pada modul terdapat lembar kegiatan peserta didik, yang berisikan kegiatan-kegitan atau prosedur-prosedur yang harus dilakukan peserta didik untuk menguasai suatu kompetensi. Salah satu mata kuliah pada Prodi Tadris Matematika yang membutuhkan praktikum adalah Algoritma dan Pemograman (Pascal). Algoritma dan Pemograman (Pascal) adalah mata kuliah Prodi Tadris Matematika di bidang Matematika komputasi. Kompetensi utama mata kuliah ini adalah peserta didik mampu memahami dasar-dasar algoritma dan pemrograman dalam bahasa turbo pascal dan dengan penguasaan bahasa turbo pascal dapat diaplikasikan pemrograman untuk mengolah data pada masalah-masalah matematika, fisika, teknik, atau ekonomi. Peserta didik diharapkan mampu menggunakan program-program komputer khususnya Program Pascal sebagai alat untuk mempelajari dan mengembangkan matematika. Selain itu diharapkan kreativitas lulusan untuk dapat menggunakan program Pascal sebagai salah satu alat pembuatan media pembelajaran di sekolah. Pada mata kuliah Algoritma dan Pemograman (Pascal) di Tadris Matematika STAIN Batusangkar telah ada disusun Modul Pembelajaran. Namun modul tersebut masih memiliki kelemahan. Diantaranya (a) modul belum sesuai dengan karakteristik sebuah modul yang baik dan inovatif; (b) modul yang ada dianggap belum mampu meningkatkan kreativitas peserta didik; (c) modul belum beroreintasi pada mata kuliah lain dan dunia kerja dan (d) modul berorientasikan KKNI.
5
Berdasarkan deskripsi KKNI sebelumnya maka perlu dikembangkan sebuah modul inovatif yang sesuai dengan kemampuan yang dideskripsikan pada level 6. Modul ini diharapkan mampu meningkatkan kreativitas peserta didik sehingga dapat memenuhi deskripsi KKNI level 6. Modul dikembangkan berbasiskan pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). PBL merupak model pembelajaran yang memliki langkah pembelajan sebagai berikut (1) Orientasi peseta didik pada masalah; (2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar; (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) Menganalis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Salah satu kelebihan dari PBL adalah
mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif peserta didik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana
bentuk
prototipe
dari
Modul
Inovatif
Algoritma
Pemograman berorientasi KKNI 2. Bagaimanakah bentuk produk Modul Inovatif Algoritma Pemograman berorientasi KKNI yang valid. 3. Bagaimanakah bentuk produk Modul Inovatif Algoritma Pemograman berorientasi KKNI yang praktis.
C. Tujuan Pengembangan Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa Modul Inovatif Algoritma Pemograman Berorientasi KKNI. Tujuan khusus penelitian adalah menghasilkan produk berupa Modul Inovatif Algoritma Pemograman Berorientasi KKNI yang valid dan praktis.
6
D. Definisi Operasional Modul Inovatif Algoritma dan Pemograman berorientasi KKNI adalah bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Algotirma Pemograman yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Modul ini berorientasi KKNI yang dikembangkan secara kreatif sehingga modul tersebut mampu menjadi bahan ajar yang menarik dan memotivasi peseta didik untuk terus belajar. Ciri KKNi dimunculkan dengan memmuat modul ini berbasiskan PBL sebagai salah satu model pembelajaran yang berorientasi KKNI. Model Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. KKNI bidang Pendidikan Tinggi adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan capaian pembelajaran dari jalur nonformal, informal dan atau pengalaman kerja ke dalam jenis dan jenjang pendidkan tinggi. Validitas adalah pengukuran untuk menentukan kevalidan suatu instrumen atau produk dengan kriteria tertentu. Kriteria yang akan dinilai adalah kriteria modul secara umum dan kriteria khusus, ditambah dengan aspek praktis, dan aspek teknis. Dalam kriteria modul secara umum, yang akan dilihat adalah kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik pembelajaran berbasis masalah, evaluasi yang digunakan dan bentuk fisik modul. Praktikalitas adalah salah satu bentuk pengkuran apakah instrumen yang rancang sudah praktis atau tidak. Pada penelitian ini kepraktisan modul inovatif ini hanya dilihat dari segi keterbacaan saja. Instrumen yang digunakan untuk melihatnya yaitu angket respon peserta didik. E. Keterbatasan Pengembangan Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu; 1. Uji praktikalitas dilakukan secara terbatas pada peserta didik Prodi Tadris Matematika STAIN Batusangkar. 2. Materi pada modul disesuaikan dengan materi pada Silabus Algoritma Pemograman yang telah ada pada Prodi Tadris Matematika STAIN Batusangkar.
7
F. Spesifikasi Produk Penelitian Pengembangan ini menghasilkan suatu produk spesifik yaitu Modul Inovatif Algoritma Pemrograman dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Modul dirancang dengan format sebagai berikut: a.
Bagian Pendahuluan terdiri dari Latar belakang, Petunjuk penggunaan modul, Kompetensi dan Tujuan pembelajaran, dan bentuk penilaian.
b. Bagian Isi terdiri dari: a) Kemampuan Akhir yang Diharapkan b) Fenomena, bagian ini menyajikan masalah/fenomena/cerita c) Rangkaian penyelidikan, bagian ini menyajikan langkahlangkah
untuk
menyelesaikan
dapat
membantu
masalah
yang
peserta
didik
dalam
ditampilkan
pada
bagian
“fenomena”. d) Hasil Penyelidikan,bagian ini menyajikan materi secara lenkap dan
rinci
berdasarkan
“fenomena”
dan
“rangkaian
Penyelidikan”. c. Bagian Evalusai terdiri dari: a) Evaluasi, baagian ini menyajikan beberapa soal evaluasi untuk melihat kemampuan dan tingkat pemahaman peserta didik Hasil
Evaluasi
disajikan dalam
bentul
Laporan Hasil
Praktikum. b) Penilaian, bagian ini menampilkan sistem penilian laporan. Sisitem penilaian menggunakan penilaian portofolio laporan. 2. Modul dikembangkan berorientasi KKNI dengan berbasiskan PBL. 3. Modul dikembangkan berbasis PBL, yaitu menyesuaikan bentuk format modul dengan sintak Pembelajaran berbasis masalah. 4. Berikut gambaran bagian modul dengan berbasiskan PBL sebagai salah satu Model pembelajaran pada KKNI :
8
No 1
2.
3.
4.
5.
Langkah PBM Bagian pada Modul Orientasi Peserta a. Pada bagian “Pendahuluan” Didik Pada terdapat penjelasan mengenai Masalah tujuan pembelajaran b. Pada bagian “Fenomena” ter-dapat fenomena atau demon-strasi atau cerita untuk memunculkan masalah Mengorganisasikan a. Pada bagian “Rangkaian Peserta didik untuk Penyelidikan” terdapat langkahbelajar langkah penyelidikan untuk mendorong mahasiswa untuk Membimbing menyelesaikan masalah penyelidikan b. Pada Bagian “Hasil Penyelidikan” terdapat paparan mengenai penyelesaikan masalah Mengembangkan Pada Bagian “Evaluasi” terdapat dan menyajikan masalah-masalah yang harus hasil karya diselesaikan oleh mahasiswa dan kemudian mengembangkan penyelesaiannya dalam bentuk laporan. (Format laporan terlampir) Menganalisis dan Pada Bagian “Penilaian” terdapat evaluasi proses rubrik penilaian laporan dan laporan pemecahan evaluasi menggunakan evaluasi masalah portofolio terhadap laporan.
.
9
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Pengembangan KKNI memiliki landasan yuridis dalam bentuk Peraturan Presiden, sebagai penjabaran dari peraturan-peraturan yuridis formal yang lebih tinggi yang tercakup di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , dan PP No. 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, serta peraturan perundangan lain yang terkait dengan aspek-aspek mutu, sertifikasi, kualifikasi ketenagakerjaan yang diterbitkan oleh kementerian atau lembaga berwenang lainnya. Pada tahun 2010, KKNI dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Tenagakerjaan, setelah dilakukan studi literatur dan komparasi terhadap sistem pendidikan dan ketenagakerjaan di beberapa negara lain, seperti Australia, Jepan, Jerman, Thailand dan Amerika Serikat. Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional melakukan kajian tentang implikasi dan strategi implementasi KKNI. Pada tahun 2012, diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Berdasarkan landasan yuridis formal tersebut terlihat bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dikembangkan karena adanya penilaian kesetaraan dan pengakuan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia dengan sumber daya manusia asing. Hal ini dilakukan dengan penyetaraan antara kualifikasi lulusan dengan kualifikasi KKNI, PPL, pendidikan multientry dan
10
multi exit, pendidikan sistem terbuka. Pengembangan KKNI tersebut dijelaskan dari Gambar 1.
Studi literatur dan komparasi: Australia, New Zealand, UK, Germany, France, Japan, Thailand, Hongkong, European Commission of Higher Education
Implementasi KKNI, sinkronisasi antar sektor, pengakuan oleh berbagai sektor atas kualifikasi KKNI.
2012
2009
Penilaian kesetaraan dan pengakuan kualifikasi
2003 2006
UU 20-2003 PP no.31 -2006 – dasar dari KKNI
SDM asing
2010
2011
2016
SDM Indonesia Pengembangan KKNI Kementrian Diknas dan Kementrian Nakertrans
Penyetaraan antara kualifikasi lulusan dengan kualifikasi KKNI, PPL, Pendidikan multi entry dan multi exit, Pendidikan sistem terbuka
Gambar 1 Tatkala Pengembangan KKNI (Dirjen Dikti Kemendiknas RI, 2011)
Dokumen Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang diterbitkan oleh Dirjen Dikti Kemendiknas RI (2011:8-9) menjelaskan manfaat dan dampak penerapan KKNI. Peneliti menuliskan kembali tentang hal tersebut. Tentang manfaat, KKNI dimaksudkan untuk: 1.
Menetapkan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, non formal, informal atau pengalaman kerja
2.
Menetapkan skema pengakuan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melalaui pendidikan formal, nonformal, informal atau pengalaman kerja
11
3.
Menyetarakan kualifikasi di natara capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan formal, non formal, informal atau pengalaman kerja
4.
Mengembangkan metode dan sistem pengakuan kualifikasi sumber daya manusia dari negara lain yang bekerja di Indonesia.
Dampak penerapan KKNI adalah (1) meningkatkan kuantitas sumberdaya manusia Indonesia yang bermutu dan berdaya saing internasional agar dapat menjamin terjadinya peningkatan aksesibilitas sumberdaya manusia Indonesia ke pasar kerja; (2) Meningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal atau pengalaman kerja dalam pertumbuhan ekonomi nasional; (3) Meningkatnya mobilitas akademik untuk meningkatkan saling pengertian dan solidaritas dan kerjasama pendidikan tinggi anta negara di dunia dan (4) Meningkatnya pengakuan negara-negara lain baik secara bilateral, regional maupun internasional kepada Indonesia tanpa meninggalkan ciri dan kepribadian bangsa Indonesia. Pada bagian berikut akan dipaparkan beberapa konsep yang telah dirangkum terkait dengan kebijakan Dirjen Dikti tentang KKNI dan arah pengembangan kurikulum di LPTK. 1. KKNI terdiri dari 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi 1 sebagai kualifikasi terendah dan Kualifikasi – 9 sebagai kualifikasi tertinggi. 2. Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau
12
pelatihan yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja. 3. Pencapaian level KKNI melalui berbagai jalur. Hal ini dilihat pada Gambar 2. 4. Deskripsi Kualifikasi KKNI Deskripsi kualifikasi KKNI merefleksikan capaian pembelajaran (learning outcomes) yang diperoleh seseorang melalui jalur pendidikan, pelatihan,
pengalaman
kerja
dan
pembelajaran
mandiri.
Capaian
Pembelajaran (learning outcomes): internasilisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan,
pengetahuan, pengetahuan praktis,ketrampilan, afeksi, dan
kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja. Penjelasan tersebut dijelaskan di Gambar 3.
PENDIDIKAN : GELAR AKADEMIS SM P
SM A
D1
D2
D3
S1
PR O
S2
S3
9 U
8
MD
PROFESI :
7
M
6
OTODIDAK :
5
SERTIFIKAT PROFESI (PII)
PENGALAMAN KEAHLIAN KHUSUS
4 3 2 1 OPERATOR
ANALIS
AHLI
INDUSTRI : FUNGSI JABATAN KERJA
Gambar 2 Pencapaian Level pada KKNI Melalui Berbagai Jalur (Dirjen Dikti Kemendiknas RI, 2011)
13
Deskripsi Kualifikasi pada KKNI merefleksikan capaian pembelajaran (learning outcomes) yang peroleh seseorang melalui jalur • pendidikan • pelatihan • pengalaman kerja • pembelajaran mandiri
The share of Science, Knowledge, Knowhow and Skills in each IQF level may vary according to the national qualification assessment established by all concerned parties.
Capaian Pembelajaran (learning outcomes): internasilisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, pengetahuan, pengetahuan praktis,ketrampilan, afeksi, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.
Gambar 3 Deskripsi Kualifikasi KKNI (Dirjen Dikti Kemendiknas RI, 2011)
5. Capaian Pembelajaran Pembelajaran Perkuliahan Capaian Pembelajaran pembelajaran perkuliahan menggambarkan dengan jelas apa yang akan peserta didik ketahui dan apa yang dapat dilakukan peserta didik di akhir perkuliahan. Capaian pembelajaran dipaparkan secara skematis di Gambar 4.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian Pembelajaran:
KOMPETENSI
14
Gambar 4 Capaian Pembelajaran dalam KKNI (Dirjen Dikti Kemendiknas RI, 2011) Sesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka implementasi sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang dilakukan di Indonesia pada setiap level kualifikasi mencakup proses yang menumbuhkembangkan afeksi sebagai berikut (a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya; (c) Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia; (d) Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya;
(e)
Menghargai
keanekaragaman
budaya,
pandangan,
kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan orisinal orang lain; (f) Menjunjung
tinggi
penegakan
hukum
serta
memiliki
semangat
untuk
mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas. Sedangkan untuk tingkat sarjana capaian pembelajaran yang menja patokan adalah capaian pembelajaran level 6 yaitu : a)
Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.
b)
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah procedural
15
c)
Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok
d)
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi
B. Modul Inovatif Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam rangka meningkatkan capaian pembelajaran adalah dengan mengembangkan bahan ajar kedalam berbagai bentuk tampilan, misalnya bahan ajar yang berupa modul. Bahan ajar memiliki banyak ragam/bentuk. Salah satu bentuk bahan ajar yang dapat dibuat oleh pendidik adalah bahan ajar dalam bentuk modul. Pada penelitian ini akan dikembangkan sebuah modul inovatif. 1. Pengertian Modul Inovatif Istilah dan pengertian modul biasa dijumpai dalam bidang teknik. Oleh dunia pendidikan istilah dan pengertian modul dipinjam untuk menunjukkan suatu konsep baru tentang unit program pengajaran. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya oleh pendidik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari peserta didik dengan bantuan yang minimal dari guru atau dosen pembimbing. Modul meliputi
16
perencanaan tujuan yang jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk penilaian serta pengukuran keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pelajaran. Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004) yang diterbitkan Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan peserta didik dapat belajar mandiri tanpa bimbingan guru. Sementara menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3KK) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, modul didefinisikan sebagai satu unit program belajar-mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan: a.
Tujuan instruksional umum yang akan dicapai.
b.
Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar-mengajar.
c.
Pokok-pokok materi yang dipelajari.
d.
Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas.
e.
Peranan pendidik dalam proses belajar-mengajar.
f.
Alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan.
g.
Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati peserta didik secara berurutan.
h.
Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi oleh peserta didik.
i.
Program evaluasi yang dilaksanakan. Dari beberapa definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa modul
merupakan suatu unit pelajaran yang didalamnya telah tercantum lengkap
17
tujuan mempelajari unit tersebut, materi pembelajaran, kegiatan belajar, dan evaluasi pembelajaran. Dengan menggunakan modul peserta didik dapat mempelajari sebuah materi dengan bantuan minimum pendidik dan peserta didik dapat menentukan sendiri tingkat penguasaan yang diinginkan terhadap sebuah materi. Modul inovatif adalah sebaua modul “hebat” yang dibangun secara kreatif, sehingga modul mampu menjadi bahan ajar yang menarik dan memotivasi peserta didik untuk belajar dan belajar (Andi:2012:131). Menurut Rowntree (Belawati dkk : 2003) terdapat sembilan aspek untuk menghasilkan modul inovatif, yaitu: a. Membantu pembaca untuk menemukan cara penggunaan modul b. Menjelaskan
hal
yang
perlu
dipersiapkan
pembaca
sebelum
menggunakan modul c. Menjelaskan hal-hal yang diharapkan dikuasai pembaca setelah menggunakan modul d. Memberikan pengantar pada pembaca tentang cara menggunakan modul, contohnya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari satu bagian tertentu atau bagaimana mempersiapkan diri untuk menyelesaikan evaluasi yang ada. e. Menayajikan materi sejelas mungkin, sehingga pembaca dapat mengaitkan materi pada modul dengan pengetahuan yang telah dimilki pembaca. f. Memberikan dukukngan pada pembaca agar mengikuti semua langkah yang ada pada modul g. Melibatkan pembaca dalam latihan serta kegiatan yang akan membuat pembaca berinteraksi dengan materi pada modul h. Memberikan umpan balik pada pembaca pada evaluasi yang diberikan.
18
i. Membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang sudah dipelajari dari modul. 2. Tujuan Pembelajaran Modul Modul merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dipandang sebagai paket program yang sengaja disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan pembelajaran. Secara prinsip, tujuan utama dari pembelajaran adalah agar peserta didik berhasil menguasai materi pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen atau kemampuan yang berbeda-beda baik kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar. Untuk itu perlu diadakan pengorganisasian materi yang bertujuan agar semua peserta didik dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Disamping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul. Tujuan lain dikembangkannya modul ini sebagai sebuah sistem pembelajaran adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pengajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena dengan modul peserta didik
19
dandidik pat belajar sampai ke taraf tuntas, disamping itu juga dapat mengaktifkan cara belajar peserta didik melalui kegiatan membaca, berbuat, melakukan kegiatan dan memecahkan soal-soal dengan bahan tertulis. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan modul menurut Andi Prastowo (2012) adalah sebagai berikut: a. Agar Peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik (secara minimal) b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. c. Melatih kejujuran peserta didik. d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan peserta didik. e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari. Tujuan pembelajaran modul makin dikuatkan oleh Wina Sanjaya. Menurutnya beberapa tujuan pengajaran dengan menggunakan modul adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. b. Mendorong peserta didik untuk lebih aktif belajar secara mandiri. c. Agar proses pembelajaran tidak terlalu menggantungkan kepada pendidik, Artinya ada atau tidak ada pendidik peserta didik dapat belajar. d. Peserta didik dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing. e. Peserta didik dapat mengetahui hasil belajarnya sendiri secara maju berkelanjutan, serta akan tahu letak kelemahannya sendiri.
20
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Peserta didik diharapkan dapat mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kecepatan serta kemampuan mereka sendiri, peserta didik lebih banyak belajar mandiri, peserta didik dapat mengetahui hasil belajar sendiri, peserta didik dapat menekan penguasaan materi pembelajaran secara optimal (Mastery Learning) dengan tingkat penguasaan 80%. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan utama dari penggunaan modul ayaitu agar peserta didik mampu mengikuti proses pembelajaran dengan bimbingan yang minimal dari peserta didik dan menentukan sendiri tingkat penguasaan materi yang ingin dicapai. Penggunaan modul membuat peserta didik dapat belajar sendiri sesuai dengan kecepatan dan kemampuan yang peserta didik miliki. Pembelajaran dengan sistem modul memiliki beberapa karakteristik, yaitu: a. Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas mengenai apa yang akan dilakukan peserta didik, cara melakukan serta sumber belajar yang akan digunakan. b.
Modul
merupakan
perangkat
pembelajaran
individual
yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, menilai hasil belajar dan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang spesifik. c.
Pengalaman yang akan ditimbulkan melalui pembelajaran dengan modul ini diharapkan dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efesien.
21
d.
Materi pembelajaran yang disajikan harus logis dan sistematis, sehingga peserta didik mengetahui kapan mereka memulai dan kapan mengakhiri modul.
e.
Setiap modul memiliki suatu mekanisme yang digunakan untuk mengukur pencapaian suatu pembelajaran tertentu.
Untuk mengembangkan modul inovatif menurut Rowntree dalam Andi Prastowo (2012) terdapat empat tahapan yang harus dilaksanakan. Keempat tahapan tersebut adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, memformulasikan garis besar materi, menuliskan materi dan menentukan format serta tata letaknya.
3.
Komponen-Komponen Modul Dalam pengembangan sebuah modul pembelajaran harus diperhatikan
komponen-komponen yang menyusunnya. Menurut Surahman dalan Andi Prastowo (2012) Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah: a. Judul Modul b. Petunjuk Umum, Bagin ini menjelaskan tentang langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan perkuliahan c. Materi Modul d. Evaluasi persemester Sedangkan menurut Vembriarto (1985: 37-38), komponen-komponen modul terdiri dari : a. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik, Tujuan yang dirumuskan harus mengambarkan tingkah laku peserta didik akan mucul setelah mereka mempelajari modul dan mengerjakan lembaran kerja.
22
b. Petunjuk untuk pendidik, Petunjuk pendidik berisi tentang macam-macam kegiatan yang dilakukan dalam kelas, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan modul, serta alat-alat yang digunakan. c. Petunjuk untuk peserta didik, Komponen ini berisikan identifikasi modul, langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik serta tujuan pembelajaran. d. Lembaran kegiatan peserta didik, Lembaran ini memuat materi yang harus dikuasai oleh peserta didik. e. Lembaran kerja, Lembaran ini merupakan prosedur kerja yang harus dikerjakan peserta didik setelah memahami lembaran kegiatan peserta didik. f. Kunci lembaran kerja, Kunci lembaran kerja ini dibuat untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik. g. Kunci lembaran evaluasi, Tes dan rating scale disusun oleh perancang modul untuk memudahkan menilai hasil jawaban peserta didik sehingga data diketahui pembelajaran berhasil atau tidak. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, peneliti mengembangkan modul inovatif yang memiliki komponen sebagai berikut : a. Bagian judul modul, dituliskan secara lengkap pada bagian cover modul b. Bagian Pendahuluan, pada bagian ini dibagi atas beberapa komponen yaitu : 1) Alasan pembuatan modul 2) Petunjuk penggunaan modul 3) Kompetensi dan tujuan pembelajaran 4) Bentuk evaluasi yang digunakan
23
c. Bagian Isi, bagian isi terdiri dari beberapa materi pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis masalah. Bagian ini terdiri dari: 1) Pendahuluan,
Berisikan
pengantar
materi
dan
capaian
pembelajaran yang harus dicapai paeserta didik 2) Fenomena, bagian ini berisikan mengenai masalah, cerita, fenomena yang harus diselesaikan oleh peserta didik. 3) Rangkaian Penyelidikan, Bagian ini berisikan langkah-langkah yang harus diikuti peserta didik untuk membantu menyelesaikan masalah yang diberikan sebelumnya dan mengembangkan masalah tersebut sehingga pesera didik mencapai tujuan pembelajaran 4) Hasil Penyelidikan, berisikan materi pembelajaran secara rinci. d. Bagian Evaluasi, Bagian ini diletakkan pada bagian akhir setiap materin. Bagianini terdiri dari: 1) Evaluasi, bagian ini
berisikan soal-soal yang membantu
meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disajikan sebelumnya. Penilaian akan diberikan dalan bentuk penilaian portofolio terhadap hasil jawaban peserta didik yang dibuat dalam bentuk laporan. 2) Penilaian, bagian ini terdiri dari rubrik penilaian dari laporan yang telah dibuat oleh peserta didik.
C. Pembelajaran Berbasis Masalah 1.
Pengertian Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) dikenal melalui berbagai
nama seperti Project Based Learning, Auntentuc Learning, Problem Based Learning dan sebagainya. Secara garis besar PBM adalah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang
24
auntentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan (Ibrahim : 2012) Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur mendefinisikan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai pembelajaran
dengan
didik/mahapeserta
membuat
didik)
dengan
konfrontasi
kepada
masalah-masalah
(2002)
suatu pendekatan pebelajar
praktis,
(peserta
berbentuk ill-
structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika pendidik dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
Pembelajaran
berdasarkan
masalah
juga
dapat
meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok. Di sini pendidik berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan peserta didik, dan penentu arah belajar peserta didik. Tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh peserta didik atau pendidik), kemudian peserta didik memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Peserta didik dapat memilih masalah yang dianggap menarik
25
untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari peserta didik untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. John Dewey (Muslimin dan Nur, 2002:16) menganjurkan pendidik untuk mendorong peserta didik terlibat dalam proyek atas tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual. Lebih lanjut, Lev
Vygotsky
(Muslimim
dan
Nur,
2002:18)
mengemukakan
bahwa
“perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalamannya sendiri”. Dia juga menambahkan bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu pendidik memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Pembelajaran berdasarkan masalah antara lain bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002:2). Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai
26
pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil penyelidikan mereka. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut, penilaian itu antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar pendidik dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan keterampilan. Karena kebanyakan problema dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan jaman dan konteks/lingkungannya, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan kemampuannya untuk belajar. Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah beradaptasi. 2. Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. Tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas peserta didik dalam berpikir dan memotivasi peserta didik untuk terus belajar. Menurut Ibrahim (2012 secara lebih rinci tujuan dari Pembelajaran berbasis masalah adalah : a. Mengembangkan
keterampilan
berpikir
dan
keterampialan
menyelesaikan masalah b. Pemodelan Peranan Orang Dewasa c. Peserta didik otonom dan mandiri. 3.
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Berdasarkan pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip
pembelajaran yang berkaitan dengan PBM: a. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan.
27
Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil. b. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni
28
menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
c. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-masalah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika (Clement, 1990). Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah (1) Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik; (2) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan peserta didik; (3) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak; (4) Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik; (5) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik. Sintak pembelajaran berdasarkan masalah (Ibrahim:2012) adalah a. Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah
29
b. Tahap 2: Mengorgainisasikan siswa untuk belajar c. Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok d. Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya e. Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sedangkan bentuk evaluasi yang digunakan adalaha evalusi portofolio. Evaluadi portofolio merupakan salah satu jenis evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran PBM (Ibrahim :2012). Peserta didik akan dituntut untuk menjawab soal-soal pada bagian evaluasi dalam bentuk laporan, yang selanjutnya
dinilai
dengan
sistem
portofolio.
Selanjutnya,
dalam
pengembangan modul inovatif berdasarkan PBM dapat dilihat pada rubrik berikut: No 1
2.
3.
4.
5.
Langkah PBM Bagian pada Modul Orientasi Peserta Didik c. Pada bagian “Pendahuluan” terdapat Pada Masalah penjelasan mengenai tujuan pembelajaran d. Pada bagian “Fenomena” ter-dapat fenomena atau demon-strasi atau cerita untuk memunculkan masalah Mengorganisasikan c. Pada bagian “Rangkaian Penyelidikan” Peserta didik untuk terdapat langkah-langkah penyelidikan belajar untuk mendorong mahasiswa untuk menyelesaikan masalah Membimbing d. Pada Bagian “Hasil Penyelidikan” penyelidikan terdapat paparan mengenai penyelesaikan masalah Mengembangkan dan Pada Bagian “Evaluasi” terdapat masalahmenyajikan hasil karya masalah yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dan kemudian mengembangkan penyelesaiannya dalam bentuk laporan. (Format laporan terlampir) Menganalisis dan evaluasi Pada Bagian “Penilaian” terdapat rubrik proses pemecahan penilaian laporan dan laporan evaluasi masalah menggunakan evaluasi portofolio terhadap laporan.
30
D. Validitas dan Praktikalitas Di dalam mengukur validitas, perhatian ditujukan pada isi dan kegunaan instrumen. Di dalam kehidupan sehari-hari, seringkali mempersoalkan validitas kriteria penilaian terhadap sesuatu. Suatu prestasi/pengalaman tidak selalu sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai atau diukur. Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas isi adalah berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologi aspek yang akan diukur. Kemudian validitas kriteria berkenaan dengan tingkat ketepatan mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan yang lain menjadi kriteria. Namum pada penelitian kali ini, ada dua macam validasi yang digunakan pada modul, yaitu: (1) Validasi isi, yaitu apakah modul yang telah dirancang sesuai dengan silabus mata kuliah Algoritma Pemograman. (2) Validitas konstruk, yaitu kesesuaian komponen-komponen modul dengan aspek-aspek yang telah ditetapkan. Aspek-aspek yang dinilai adalah aspek teknis dan aspek praktis, dimana aspek praktis mejelaskan tujuan umum dan tujuan khusus dari pengembangan modul. Berdasarkan uraian tersebut maka poin-poin yang akan dinilai adalah kriteria modul secara umum dan kriteria khusus, ditambah dengan aspek praktis, dan aspek teknis. Dalam kriteria modul secara umum, yang akan dilihat adalah kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik pembelajaran berbasis masalah, evaluasi yang digunakan dan bentuk fisik modul. Praktikalitas merupakan salah satu bentuk pengkuran apakah instrumen yang rancang sudah praktis atau tidak. Dalam hal ini Nana sudjana mengemukakan nilai-nilai praktis modul pengajaran adalah: 1) dengan modul dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir; 2) dengan modul dapat memperbesar minat dan perhatian peserta didik untuk pembelajaran; 3) dengan modul dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap;
31
4) memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap peserta didik; 5) menumbuhkan pemikiran yang tertatur dan berkeseimbangan; 6) membantu tumbuhnya pemikiran dan memantau berkembangnya kemampuan berbahasa; 7) memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efesiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna; 8)
bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pengajaran lebih baik;
9)
metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuntun kata-kata oleh pendidik, sehingga tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi bila pendidik mengajar untuk setiap jam pelajaran;
10)
peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian pendidik, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa praktikalitas merupakan salah satu bentuk pengukuran untuk mengetahui instrumen yang telah dirancang praktis atau tidak. Untuk mengetahui kepraktisan suatu instrumen itu bisa dilihat dari berbagai segi atau aspek, namun pada penelitian kali ini kepraktisan modul inovatif ini hanya dilihat dari segi keterbacaan saja. Instrumen yang digunakan untuk melihatnya yaitu angket respon peserta didik.
32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan dengan maksud dan tujuannya penelitian ini digolongkan sebagai penelitian pengembangan yang lebih dikenal dengan nama research development (R&D). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang dipergunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru
atau
menyempurnakan
produk
yang
telah
ada,
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. B. Rancangan Penelitian Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model 4-D (four D). Menurut Thiagarajan mengatakan bahwa pengembangan model 4-D memiliki empat tahap yang meliputi tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan tahap pendesiminisasian (desseminate). Desseminate lebih sering dikenal dengan tahap penyebaran. Namun tanpa mengurangi arti penelitian ini, tahap yang dipergunakan hanya sampai tahap develop. C. Prosedur Penelitian Pengembangan modul menggunakan model 4-D dengan tahap yaitu define, design, dan develop. Dengan uraian sebagai berikut: a. Tahap define (pendefinisian) Tahap define bertujuan untuk menentukan masalah dasar yang dibutuhkan dalam mengembangkan modul inovatif pembelajaran matematika
33
sehingga bisa menjadi alternatif modul inovatif pembelajaran. Langkahlangkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: 1) Analisis Kebutuhan dan literatur Analisis dilakukan untuk melihat bentuk modul yang telah ada. Ulasan teoretis (review of literature) dilakukan dengan menganalisis teori dan konsep terkait dengan penelitian. Teori dan konsep tersebut dipilih, diulas dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian 2) Analisis silabus Dalam analisis silabus ini ada tiga aspek yang perlu diperhatikan diantaranya: a) Analisis Capaian Pembelajaran b) Analisis Kemampuan Akhir yang diharapkan. c) Analisis indikator 3) Analisis Peserta didik Analisis pesera didik dilakukan untuk melihat karakteristik pesera didik meliputi kemampuan, perhatian, dan kreativitas. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik pesera didik, sehingga bisa merancang modul inovatif pembelajaran yang memiliki unsur-unsur tersebut. b. Tahap design (perancangan) Berdasarkan hasil dari tahap pendefinisian maka disiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Modul inovatif pembelajaran matematika berorientasi KKNI dirancang untuk semua materi pada Algoritma pemrograman disesuaikan dengan silabus. c. Tahap develop (pengembangan)
34
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang sudah direvisi berdasarkan masukan pakar dan mengetahui tingkat kepraktisan modul. Tahapan ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Uji validitas modul Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap produk oleh ahli poin-poin yang dinilai adalah kriteria modul secara umum, kriteria khusus, aspek praktis, dan aspek teknis. 2) Uji praktikalitas Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas pada pesera didik pada mahapeserta didik program Studi STAIN Batusangkar. Uji coba dilakukan untuk melihat kepraktisan modul yang dikembangkan dari segi keterbacaan. Ini bisa diketahui berdasarkan angket yang diisi oleh pesera didik. D. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah: 1. Lembar validasi Lembar validasi dipergunakan untuk memperoleh data tentang tingkat validitas modul pembelajaran yang dikembangkan. Lembar validasi ini diberikan pada validator. 2. Angket Angket dipergunakan untuk memperoleh data tentang tingkat kepraktisan modul yang dikembangkan. Angket ini diberikan kepada pesera didik. E. Teknik Analisis data Teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis deskriptif yang mendiskripsikan validitas dan kepraktisan.
35
1. Analisis Validitas Analisis validitas dilakukan dengan cara menganalisis seluruh aspek yang dinilai oleh setiap validator terhadap modul. Analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui persentase kevalidan menggunakan rumus:
P=
Langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kevalidan modul dengan kriteria yang ada pada tabel berikut ini: Tabel 1. Kriteria validitas modul Interval Kategori 81% - 100% Sangat valid 61% - 80% valid 41% - 60% Cukup valid 21% - 40% Kurang valid < 20% Tidak valid (Sumber: Arikunto yang dimodifikasi) 2. Analisis Praktikalitas Analisis praktikalitas yang dilakukan adalah praktis dari segi keterbacaan saja. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki. Angket diberikan kepada pesera didik setelah mencobakan modul menggunakan macromedia director secara individual. Angket dianalisa dengan menggunakan rumus: P= Langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kepraktisan modul dengan kriteria yang ada pada tabel berikut ini:
36
Tabel 2. Kriteria praktikalitas modul audio visual matematika Interval Kategori 81% - 100% Sangat praktis 61% - 80% Praktis 41% - 60% Cukup praktis 21% - 40% Kurang praktis < 20% Tidak praktis (Sumber: Arikunto yang dimodifikasi)
37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Tahap Define (Pendefinisian) Tahap define bertujuan untuk menentukan masalah dasar yang dibutuhkan dalam mengembangkan modul inovatif pembelajaran matematika sehingga bisa menjadi alternatif modul inovatif pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: 1. Analisis Kebutuhan dan literatur Analisis dilakukan untuk melihat bentuk modul yang telah ada. Ulasan teoretis (review of literature) dilakukan dengan menganalisis teori dan konsep terkait dengan penelitian. Pada Prodi Tadris Matematika STAIN Batusangkar sudah ada modul untuk mata kuliah Algoritma pemograman. Namun modul tersebut masih memiliki kelemahan. Diantaranya (a) modul belum sesuai dengan karakteristik sebuah modul yang baik dan inovatif; (b) modul yang ada dianggap belum mampu meningkatkan kreativitas peserta didik; (c) modul belum berorientasi pada mata kuliah lain dan dunia kerja dan (d) modul berorientasikan KKNI. Dengan berbagai kelemahan tersebut, maka perlu dikembangkan modul yang dapat menutupinya. Pada penelitian ini akan dikembangkan sebuah modul inovatif dengan berorientasi KKNI. Untuk itu dipilih pengembangan berdasarkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, sebagai salah satu bentuk yang model pembelajaran yang direkomendasikan pada KKNI.
38
2. Analisis silabus Berdasarkan silabus yang telah ada, untuk mata kuliah Algoritma Pemograman memang dibutuhkan modul. Hal ini disebabkan mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang didalamnya terdapat pembelajaran praktikum. Sehingga sangat dibutuhkan penuntun peserta didik dalam melaksanakan praktikum. Selain itu maodul juga diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik belajar dengan peran serta minimal dari pendidik. 3. Analisis Peserta didik Analisis pesera didik dilakukan untuk melihat karakteristik pesera didik meliputi kemampuan, perhatian, dan kreativitas. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik pesera didik, sehingga bisa merancang modul inovatif pembelajaran yang memiliki unsur-unsur tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, karateristik peserta didik yang mengambil mata kuliah Algoritma Pemograman berbeda-beda. Dari segi tingkat kemampuan pemahaman, peserta didik memiliki tingkat yang berbeda-beda. Maka modul ini dirancang untuk peserta didik dengan tingkat kemampuan yang berbeda tersebut. Peserta didik dapat menentukan sendiri tingkat pemahaman pada materi tertentu. Selain itu peserta didik yang memiliki kemampuan pemahaman lebih tinggi dari yang lain, dapat mempelajari materi berikutnya tanpa menunggu peserta didik yanag belum memahami. Selain itu modul ini dirancang agar peran pendidik seminimum mungkin dalam proses pembelajaran. Peserta didik juga akan lebih cepat memaahami jika disajikan materi yang kontekstual. Maka pada awal setiap materi pada modul disajikan sebuah masalah kontkstual sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami materi dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Selain itu modul juga dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan bentuk evaluasi portofolio laporan peserta didik.
39
B. Tahap Design (Perancangan) Berdasarkan hasil dari tahap pendefinisian maka disiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Modul inovatif Algoritma Pembelajaran berorientasi KKNI dirancang untuk semua materi pada Algoritma pemrograman disesuaikan dengan silabus dan berbasiskan Pembelajaram Berdasarkan Masalah. Bentuk Prototipe dari modul tersebut adalah: a. Bagian judul modul, dituliskan secara lengkap pada bagian cover modul Contoh cover:
40
b. Bagian Pendahuluan, bentuk layout bagian ini:
Pada bagian ini dibagi atas beberapa komponen yaitu : 1) Alasan pembuatan modul 2) Petunjuk penggunaan modul 3) Kompetensi dan tujuan pembelajaran 4) Bentuk evaluasi yang digunakan c. Bagian Isi, bagian isi terdiri dari beberapa materi pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis masalah. Bagian ini terdiri dari: 1) Pendahuluan,
Berisikan
pengantar
materi
dan
capaian
pembelajaran yang harus dicapai peserta didik 2) Fenomena, bagian ini berisikan mengenai masalah, cerita, fenomena yang harus diselesaikan oleh peserta didik. 3) Rangkaian Penyelidikan, Bagian ini berisikan langkah-langkah yang harus diikuti peserta didik untuk membantu menyelesaikan masalah yang diberikan sebelumnya dan mengembangkan masalah tersebut sehingga pesera didik mencapai tujuan pembelajaran
41
4) Hasil Penyelidikan, berisikan materi pembelajaran secara rinci. d. Bagian Evaluasi, bentuk layout bagian ini adalah:
Bagian ini diletakkan pada bagian akhir setiap materi. Bagianini terdiri dari: 1) Evaluasi, bagian ini
berisikan soal-soal yang membantu
meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disajikan sebelumnya. Penilaian akan diberikan dalan bentuk penilaian portofolio terhadap hasil jawaban peserta didik yang dibuat dalam bentuk laporan.
42
2) Penilaian, bagian ini terdiri dari rubrik penilaian dari laporan yang telah dibuat oleh peserta dididk. e. Hasil pengembangan modul inovatif berdasarkan PBM dapat dilihat pada rubrik berikut: No 1
2.
3.
4.
5.
Langkah PBM Bagian pada Modul Orientasi Peserta Didik e. Pada bagian “Pendahuluan” terdapat Pada Masalah penjelasan mengenai tujuan pembelajaran f. Pada bagian “Fenomena” ter-dapat fenomena atau demon-strasi atau cerita untuk memunculkan masalah Mengorganisasikan e. Pada bagian “Rangkaian Penyelidikan” Peserta didik untuk terdapat langkah-langkah penyelidikan belajar untuk mendorong mahasiswa untuk menyelesaikan masalah Membimbing f. Pada Bagian “Hasil Penyelidikan” penyelidikan terdapat paparan mengenai penyelesaikan masalah Mengembangkan dan Pada Bagian “Evaluasi” terdapat masalahmenyajikan hasil karya masalah yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dan kemudian mengembangkan penyelesaiannya dalam bentuk laporan. (Format laporan terlampir) Menganalisis dan evaluasi Pada Bagian “Penilaian” terdapat rubrik proses pemecahan penilaian laporan dan laporan evaluasi masalah menggunakan evaluasi portofolio terhadap laporan.
C. Tahap develop (pengembangan) Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang sudah direvisi berdasarkan masukan pakar dan mengetahui tingkat kepraktisan modul. Tahapan ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Uji validitas modul Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap produk oleh ahli poinpoin yang dinilai adalah kriteria modul secara umum, kriteria khusus, aspek praktis, dan aspek teknis. Berikut indikator yang digunakan pada ujian validitas modul:
43
1. Aspek tujuan; (a) Memuat kompetensi dan capaian pembelajaran yang jelas; (b) Memuat tujuan pembelajaran yang diharapkan 2. Aspek rasional; (a) Soal Evaluasi pada modul memuat banyak cara penyelesaian dan kemungkinan banyak jawaban yang benar; (b) Soal-soal evaluasi berbasis masalah yang dikerjakan memberikan manfaat dalam memahami materi. 3. Aspek isi modul; (a) Penulisan modul sesuai dengan format baku; (b) Memuat langkah-langkah pembelajaran berbasis PBL sebagai salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan KKNI. 4. Aspek karakterisrik; (a) Penyajian materi modul sesuai dengan tujuan pembelajaran; (b) Penyajian materi secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk belajar mandiri; (c) Pada tiap bagian diawali dengan penyajian masalah atau fenomena; (d) Dapat membantu mahasiswa untuk menemukan pemecahan sendiri dari masalah yang diberikan melalui “Rangkaian Penyelidikan”; membantu
(e)
Memuat
pemahaman
contoh-contoh
mahasiswa
program
terhadap
yang
materi
dan
pencapaian tujuan pempelajaran; (f) Soal-soal pada evaluasi berupa soal pemecahan masalah yang memberikan kesempatan pada
mahasiswa
untuk
menyelesaikannya
sesuai
dengan
kreatifitas masing-masing; (g) Penyelesaian masalah didukung dengan konsep sebelumnya; (h) Modul dapat digunakan secara individu atau berkelompok; (i) Menggunakan evaluasi dengan penilaian portofolio laporan sebagai salah satu bentuk penilaian pada model pembelajaran PBL. 5. Aspek kesesuaian dan bahasa; (a) Memuat kesesuai tujuan pembelajaran dengan materi; (b) Memuat kesesuai materi dengan soal-soal evaluasi; (c) Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar; (d) Kalimat yang digunakan komunikatif; (e) Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang menarik
44
6. Aspek bentuk fisik; (a) Penyajian modul lengkap dan jelas; (b) Penyajian modul lengkap dan jelas. Validasi modul diberikan kepada 3 (tiga) orang validator. Validatornya adalah Drs. Yusmet Rizal, M. Si, Edri Yunizal, S. Kom, MT dan Dr. M.Haviz, M.Si. Hasil validasi untuk masing-masing aspek adalah: Kategori Persentase No Indikator A.
Aspek Tujuan
1
Memuat kompetensi dan capaian 75% pembelajaran yang jelas
Valid
2.
Memuat tujuan pembelajaran yang 83% diharapkan
Sangat valid
B.
Aspek Rasional
1
Soal Evaluasi pada modul memuat 83% banyak cara penyelesaian dan kemungkinan banyak jawaban yang benar
Sangat valid
2.
Soal-soal evaluasi berbasis masalah 75% yang dikerjakan memberikan manfaat dalam memahami materi
Valid
C.
Aspek Isi Modul
1
Penulisan modul format baku
2.
Memuat langkah-langkah 75% pembelajaran berbasis PBL sebagai salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan KKNI
D.
Aspek Karakteristik
1
Penyajian materi modul dengan tujuan pembelajaran
2.
Penyajian materi secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk belajar mandiri
75%
Vallid
3.
Pada tiap bagian diawali dengan
83%
Sangat Valid
sesuai
dengan
83%
sesuai 75%
45
Sangat Valid Valid
Valid
penyajian masalah atau fenomena 4.
Dapat membantu mahasiswa untuk menemukan pemecahan sendiri dari masalah yang diberikan melaluli “Rangkaian Penyelidikan”
75%
Valid
5.
Memuat contoh-contoh program yang meembantu pemahaman mahasiswa terhadap materi dan pencapaian tujuan pempelajaran
75%
Valid
6.
Soal-soal pada evaluasi berupa soal pemecahan masalah yang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menyelesaikannya sesuai dengan kreatifitas masingmasing
83%
Sangat Valid
7.
Penyelesaian masalah didukung dengan konsep sebelumnya
75%
Valid
8.
Modul dapat digunakan individu atau berkelompok
secara
75%
Valid
9.
Menggunakan evaluasi dengan penilaian portofolio laporan sebagai salah satu bentuk penilaian pada model pembelajaran PBL
75%
Valid
E.
Aspek Kesesuaian dan Bahasa
1
Memuat kesesuai pembelajaran dengan materi
tujuan 67%
Valid
2.
Memuat kesesuai materi dengan soalsoal evaluasi
67%
Valid
3.
Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
67%
Valid
4.
Kalimat yang digunakan komunikatif
75%
Valid
5.
Menggunakan bentuk dan ukuran 83% huruf yang menarik
F.
Aspek Bentuk Fisik
46
Sangat Valid
1
Penyajian modul lengkap dan jelas
83%
Sangat Valid
2.
Gambar yang disajikan pada modul jelas
75%
Valid
Sedangkan hasil validasi secara umum adalah 80% dengan kategori valid. Hal ini menunjukkan maodul sudah dapat dipergunakan, walaupun masih terdapat beberapa saran perbaikan dari validator. Diantaranya: 1. Perbaikan bahasa dan tulisan yang masih terdapat kesalahan pengetikan. 2. Tambahan materi pada modul, diantaranya materi tentang cara pengecekan kesalahan pada program dan cara menginstall program Pascal. 3. Memperjelas tujuan pembelajaran. 4. Menambahkan soal evaluasi yang sesuai dengan materi. Berdasarkan saran dari validator, perbaikan pada modul telah dilakukan. 2) Uji praktikalitas Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas pada pesera didik pada mahapeserta didik program Studi STAIN Batusangkar. Uji coba dilakukan untuk melihat kepraktisan modul yang dikembangkan dari segi keterbacaan. Ini bisa diketahui berdasarkan angket yang diisi oleh pesera didik.
47
Namun karena keterbatasan waktu, uji ini belum dilakukan pada penelitian ini. Uji praktikalitas akan dilakukan pada penelitian selanjutnya
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Peneltian ini menghasilkan produk berupa modul. Modul yang dihasilkan adalah modul inovatif Algoritma Pemograman Berorientasi KKNI pada Program Studi Tadris Matematika STAIN Batusangkar. Modul yang dihasilkan tersebut telah divalidasi oleh validator, dengan kesimpulan modul tersebut telah terkategori valid. B. Saran Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan uji praktikalitas pada produk. Uji praktikalitas dapat dilakukan secara terbatas maupun secara global.
49
DAFTAR PUSTAKA Andi Prastwo, 2012. Panduan Kreatif Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, Jogyakarta:DIVA Press Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam. 2013. Dokumen Draf Petunjuk Teknis Penyusunan KBK mengacu pada KKNI di PTAI. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia. I Wayan Satyasa. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul (Makalah Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA, dan SMKTanggal 12-14 Januari 2009, Di Kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045 Tahun 2002 Tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Dalam http://www.dikti.go.id/id/peraturan-perundangan/pdf. (Diakses 01 Mei 2014). Muslimin Ibrahim, 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: Unesa University Press Nana Sujana dan Ahmad Rivai. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana Syaodih Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nusa Putra, 2011. Research & Development Penelitian dan pengembangan: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia di Pendidikan Tinggi. Dalam http://www.dikti.go.id/id/peraturan-perundangan/pdf. (Diakses 10 Mei 2014). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dalam http://www.dikti.go.id/id/peraturan-perundangan/pdf. (Diakses 15 Mei 2014). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Dalam http://www.dikti.go.id/id/peraturanperundangan/pdf. (Diakses 22 Mei 2014). Ramayulis. 2010. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
50
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, karyawan, dan peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rudi Susilanan dan Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2009. Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara.
51