III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasar dari tinjauan pustaka pada bab terdahulu, dapat dibuat suatu kerangka pikir berupa hipotesa pengarah dalam melakukan kajian ini. Hipotesa pengarah dalam hal ini tidak berarti harus diuji kebenarannya tetapi merupakan arahan bekerja dilapangan dan disaat menganalisa data hasil lapangan. Ini berarti kemungkinan temuan baru di lapangan (karena kajian ini menggunakan metode kualitatif) dapat saja tidak tergambar dalam kerangka pikir tetapi bisa berupa sebagai penemuan baru atau juga hasil kajian bisa memperkuat kerangka pikir yang sudah dibuat. Dalam kerangka pikir (gambar1) tersebut menunjukan
bahwa untuk
mewujudkan UPT Pelatihan sebagai pusat pelatihan industri dan perdagangan yang handal dan profesional dihadapkan permasalahan antara lain tidak adanya tenaga teknis pada setiap work shop, rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelola, peralatan work shop yang tidak memadai, lemahnya perencanaan pelatihan, belum mempunyai silabus pelatihan dan magang. Dengan kondisi tersebut maka pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak sejalan dengan kebutuhan IKM. Untuk mencapai fungsi dan tujuan UPT Pelatihan dan pengembangan terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dengan diketahuinya kedua faktor tersebut maka solusi peningkatan pemberdayaaan IKM dapat diatasi. Dalam kapasitas UPT Pelatihan dan Pengembangan sebagai sarana
meningkatkan sumber daya manusia IKM
diharapkan mampu menyusun strategi pemberdayaan melalui pelatihan, magang, pendamping usaha, fasilitasi permodalan dan pemasaran. Dengan dihadapkan kondisi IKM saat ini yang sebahagian besar memiliki kesulitan permodalan, lemahnya pemasaran, kesulitan bahan baku, lemahnya penguasaan baha baku, lemahnya penguasaan teknologi, minimnya peralatan, kurang berorientasi pasar dan masa depan
serta lemahnya manajemen dan jaringan. Melalui penguatan
kelembagaan UPT maka strategi program pemberdayaan dan peningkatan kapasitas
IKM
akan
memenuhian
kebutuhan
nyata
IKM.
Fungsi UPT : Sarana Pelatihan Mendukung Penumbuhan dan Pengembagnan Indag
Tidak ada tenaga teknis pada work shop. Rendahnya kualitas SDM pengelola UPT Pelatihan dan Pengembangan. Peralatan work shop tidak memadai. Lemahnya perencanaan pelatihan. Belum mempunyai silabus pelatihan dan magang.
Internal
Factor
Analysis Summary IFAS
Eksternal Factor Analysis Summary EFAS
Kebijakan pemerintah. Perkembangan ekonomi makro Perkembangan teknologi Persaingan usaha kewirausahaan
Strategi Pemberdayaan Masyaraakat
IKM
Pelatihan Magang Fasilitasi Permodalan Fasilitasi pemasaran Bantuan peralatan Pendampingan usaha Inkubator
Terbatasnya modal. Lemahnya pemasaran. Kesulitan bahan baku. Rendahnya penguasaan teknologi Peralatan sederhana Kurang berorientasi pasar dan masa depan. Lemahnya penerapan manajemen dan jaringan.
Peningkatan Kapasitas Dan Kualitas Usaha IKM Melalui Kegiatan Pelatihan Yang Sesuai Dengan Kebutuhan
2 2
18
Gambar 1. Kerangka Alur Pikir
Kualitas SDM UPT Pelatihan dan Pengembangan. Perencanaan organisasi dan pengembangan SDM UPT Pelatihan dan Pengembangan. Peran dan Kontribusi UPT Pelatihan dan Pengembangan bagi pengembangan IKM
19
3.2 Lokasi dan Waktu Kerja Lapangan Kajian ini merupakan kajian pengembangan kelembagaan yaitu UPT Pelatihan dan Pengembangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya Industri Kecil dan Menengah di Provinsi Riau dan ini terkait dengan program Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam pemberantasan Kebodohan, Kemiskinan dan Infrastruktur (K2I). Provinsi Riau terdiri dari Sembilan Kabupaten dan Dua Kota, sedangkan lokasi UPT Pelatihan dan Pengembangan
yaitu Kota Pekanbaru. Jarak dari
Ibukota Pekanbaru ke UPT Pelatihan dan Pengembangan sekitar 5 KM dengan jarak tempuh kurang lebih sekitar 15 menit. Dipilihnya UPT Pelatihan dan Pengembangan sebagai kajian, berdasarkan pertimbangan : 1. UPT Pelatihan dan Pengembangan
merupakan satu-satunya lembaga
Pelatihan yang ada di Provinsi Riau. 2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat dimanfaatkan namun pemanfaatannya yang belum maksimal. Waktu kajian dalam penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu dimulai pada tanggal 02 Januari 2010 sampai 30 Maret 2010. 3.3 Metode Kajian Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan topik kajian “Pengembangan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan dan Pengembangan dalam Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah di Provinsi Riau“. 3.3.1 Informan Dalam
melakukan
kajian
pengembangan
kelembagaan
dilakukan
penentuan informan berdasarkan topik kajian. Adapun informan yang dipilih yaitu (1) informan ditingkat staf UPT Pelatihan dan Pengembangan , baik kepala seksi
20
maupun staf sebanyak sembilan orang; (2) sepuluh pengelola Work Shop ; (3) satu orang pengusaha bidang perbengkelan yang didampingi UPT Pelatihan dan Pengembangan pada workshop
di UPT Pelatihan dan Pengembangan yang
dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi peran UPT Pelatihan dan Pengembangan dalam pemberdayaan Industri kecil dan menengah di Provinsi Riau.
Tabel 1. Teknik Penentuan Informan Struktur Informan Jenis Data
1 Identifikasi Informan Kemampuan SDM Effektivitas Kinerja UPT Pelatihan dan Pengembangan Rancangan Kebutuhan Penguatan Kelembagaan
Pengusaha bidang
Staf UPT
Pengelola
Pelatihan
Work shop
2
3
4
5
perbengkelan (workshop logam)
Dinas Perindag Provinsi Riau
√
3.3.2 Metode Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam kajian ini berupa informasi mengenai pengembangan
kelembagaan
UPT
Pelatihan
dan
Pengembangan
dalam
Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah di Provinsi Riau dilakukan dengan cara : 1. Pengamatan langsung melalui penelusuran data primer untuk mengamati kegiatan rekruitmen aparatur teknis. pembuatan perencanaan pelatihan dan silabusnya,
kegiatan
–
kegiatan
untuk
melengkapi
peralatan
dan
21
sarana/prasarana, serta data – data yang berhubungan dengan monitoring dan evaluasi pelatihan. Penelusuran data primer dilakukan dengan kunjungan lapangan ke UPT Pelatihan dan Pengembangan , Jalan Hangtuah Ujung Kota Pekanbaru. 2. Data sekunder diperoleh dari bebarapa lembaga seperti : a. Badan Perencanaan dan Pembangunan Provinsi Riau. b. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. c. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. d. Kantor Statistik Provinsi Riau. e. Kementerian Perindustrian RI. f. Wawancara mendalam dengan informan yang dilakukan dengan kunjungan ke tempat usaha (Work Shop ) dan melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di UPT Pelatihan dan Pengembangan serta evaluasi kegiatan pada satu unit workshop yaitu workshop logam g. Diskusi dengan informan untuk mendapatkan permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan usaha. Data sekunder diperoleh dari pengamatn-pengamatan secara langsung serta studi dokumentasi yang berkaitan dengan proses perencanaan, penelitian serta data - data pendukung lainya terutama menyangkut
kegiatan pelatihan
(rekruitmen peserta, seleksi, silabus, perencanaan kebutuhan, serta mekanisme pelaksanaan pelatihan) magang, fasilitasi permodalan, fasilitasi pemasaran serta bantuan peralatan dan pendampingan.
3.3.3
Metode Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dengan mengolah dan menganalisa data dengan menggunakan tabulasi data yang menghasilkan tabel frekuensi. Sedangkan metode kualitatip memperoleh data-data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari responden dilapangan. Menyangkut metode analisis data kualitatif, Nasution (1996:129) menganjurkan tahapan-tahapan dalam menganalisa data
22
kualitatif yang dijadikan pedoman dalam menganalisa data hasil penelitian sebagai berikut ; 1. Reduksi data; data yang diperoleh di lapangan dicatat secara lengkap dan rinci.
Data tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan
difokuskan sesuai tujuan penelitian. Hasil dari reduksi data ini adalah tersusunnya data secara sistimatis yang memberi gambaran lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperlukan. 2. Penyajian data; untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu
dari penelitian maka perlu display data, yaitu menyajikan data dalam
bentuk tabel, gambar, matrik, network dan chart. Dalam tahap ini data hasil wawancara diuraikan secara rinci dan selanjutnya ditampilkan tabel untuk memudahkan membaca hasil penelitian sesuai dengan pertanyaaan penelitian. 3. Penarikan hubungan
dan
verifikasi;
yaitu
upaya
mencari
pola,
model, tema,
dan persamaan serta hal-hal yang sering muncul, sehingga
diperoleh suatu kesimpulan. Data hasil penelitian dianalisis berdasarkan kerangka pemikiran yang telah ditetapkan, untuk kemudian dilihat hubungan dan persamaan dari implikasi teoritiknya, sehingga diperoleh suatu kesimpulan jawaban penelitian. Dengan metode di atas, pengkaji berupaya untuk mengeksplorasi kegiatan yang dilaksanakan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan dalam meningkatkan kapasitas pengembangan IKM di Provinsi Riau.
3.4 Metode Perencanaan Program Metode perencanaan program dalam kajian ini menggunakan metode SWOT, dengan mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistimatis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimaklkan kekuatan (Strenght) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Proses pengembilan keputusan strategis selalu berkaitan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencana strategis
23
(strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis organisasi (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisa SWOT. Penelitian menunjukan bahawa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal . Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strenght dan Weakness serta lingkungan external Opportunities dan Threats yang dihadapi organisasi. Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strenght) dan Kelemahan (weakness). 3.4.1 Analisis faktor Internal dan Eksternal Penyusunan IFAS (Internal Factors Analysis Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary), adalah sebagai dasar untuk penyusunan Matrik Internal Eksternal (IE Matrik) UPT Pelatihan dan Pengembangan Dinas Perindustrian dan perdagangan Provinsi Riau.
Dari hasil penyusunan Matrik
Internal dan Eksternal ini dapat disusun Strategi pengembangan UPT pelatihan dan Pengembangan. IFAS merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk menganalisis seberapa baik manajemen suatu organisasi merespon terhadap faktor-faktor penting internal yang bardampak terhadap kelangsungan organisasi. Tahapan penyusunan IFAS adalah sebagai berikut: 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan UPT Pelatihan dan Pengembangan yang telah dianalisis sebelumnya dan masukkan kedalam kolom 1. 2. Berikan bobot pada masing-masing faktor yang terdapat pada kolom1 tersebut dengan skala mulai 1,0 (sangat penting) hingga 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis UPT Pelatihan dan Pengembangan saat ini. Jumlah seluruh bobot pada kolom 2 tidak melebihi nilai total 1,00.
24
3. Berikan rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor yang terdapat pada
kolom 1 dengan
memberikan
skala
mulai
dari
4
(above
average) hingga 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi UPT Pelatihan dan Pengembangan. -
Untuk faktor-faktor
kekuatan
UPT Pelatihan dan Pengembangan ,
diberi nilai dari 1 hingga 4 (sangat tinggi). -
Untuk faktor-faktor kelemahan UPT Pelatihan dan Pengembangan, diberi nilai dari 1 hingga 4 (sangat tinggi).
4. Kolom 4 (weighted score) marupakan perkalian kolom 2 (weight) dan kolom 3 (rating). Jumlahkan nilai pambobotan pada kolom 4, untuk mamperoleh total nilai pembobotan bagi UPT Pelatihan dan Pengembangan. Nilai pembobotan total ini menunjukkan bagaimana UPT Pelatihan dan Pengembangan bereaksi terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahannya atau faktor-faktor lingkungan internalnya Untuk penyusunan matrik EFAS juga hampir sama dengan penyusunan matrik IFAS hanya saja faktor yang dinilai berbeda yaitu faktor Eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threat) UPT Pelatihan dan Pengembangan.