20
BAB III KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kajian Teori Dalam kajian teori dibahas mengenai berbagai teori yang relevan dengan topik penelitian yaitu supply chain management, manajemen pengadaan, kriteria pemilihan supplier, klasifikasi supplier dan Analythical Hierarchy Process. Diharapkan teori tersebut dapat menjadi landasan penulis memecahkan permasalahan penelitian. 3.1.1 Supply Chain Management Menurut Heizer dan Render (2014: 468) supply chain management describes the coordination of all suply chain activities, starting with raw materials and ending with a satisfied customer. Thus, a supply chain includes suppliers: manufacturers and/or service providers; and distributors, wholesalers, and/or retailers who deliver the product and/or service to the final customer. Selanjutnya Chopra dan Meindl (2013: 13) mendefinisikan A supply chain consists of all parties involved, directly or indirectly, in fulfilling a customer request. The supply chain includes not only the manufacturer and suppliers, but also transporters, warehouses, retailers, and even customers themselves. Jadi, Supply chain management atau manajemen rantai pasok adalah metode atau pendekatan pengelolaan dari rantai pasok dengan pendekatan yang terintegrasi. Manajemen rantai pasok tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan mitra. Manajemen rantai pasok yang baik bisa
21
meningkatkan kemampuan bersaing bagi rantai pasok secara keseluruhan namun tidak menyebabkan satu pihak berkorban dalam jangka panjang (Pujawan dan Mahendrawati, 2010: 7). Pada aliran supply chain biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola oleh perusahaan yaitu aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau retailer, kemudian ke pemakai akhir. Berikutnya adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Terakhir adalah aliran informasi yang dapat terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Finansial : invoice, temp pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation Supplier Tier 2
Supplier Tier 1
Manufacture r
Distributor
Ritel / Toko
Finansial : pembayaran Material : retur, recycle, repair Informasi : order, ramalan, RFQ/ RFP
Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan Tiga Macam Aliran yang Dikelola Sumber : Pujawan dan Mahendrawati (2010: 5) Jadi permasalahan pada penelitian ini terdapat pada aliran pertama yaitu aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream) yang didalamnya supplier berkontribusi dalam penyediaan barang dan jasa.
22
Salah satu elemen penting dalam rantai penyediaan yaitu purchasing dimana mengawasi dan menentukan kualitas material yang masuk, waktu pengiriman, harga pembelian dan kemampuan pemasok. Apabila salah dalam menentukan pemasok, maka konsumen produk atau jasa akhir akan memeperoleh kekurangannya dan mengeluarkan biaya lebih besar (Niken kusumawati, 2010). 3.1.2 Manajemen Pengadaan Manajemen pengadaan adalah salah satu komponen utama supply chain management. Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input, berupa barang maupun jasa, yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan (Pujawan dan Mahendrawati, 2010:155). Menekankan pentingnya peran pengadaan sangat relevan terutama di berbagai perusahaan manufaktur dimana persentasi ongkos-ongkos material bisa mencapai 40 % - 70 & dari ongkos sebuah produk akhir. Bagian pengadaan tentu tidak hanya bisa berperan secara strategis dalam menciptakan keunggulan dari segi ongkos (dengan mendapatkan sumber-sumber bahan baku, komponen, maintenance, repair, operating, dll, dengan harga yang murah). Bagian pengadaan juga punya peran dari aspek Competitive Advantage yang lain. Kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan akan sangat ditentukan oleh kemampuan bagian pengadaan untuk mendapatkan sumber-sumber bahan baku dan komponen yang berkualitas dan/atau menjadi jembatan dalam membina supplier-supplier yang ada dengan berbagai program peningkatan kualitas. Dalam konteks supply chain management, menyadari bahwa kualitas
23
ditentukan oleh semua pihak dalam supply chain, termasuk supplier tentunya, sangatlah penting. Menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010: 157) secara umum tugas-tugas yang dilakukan bagian pengadaan mencakup : 1.
Merancang hubungan yang tepat dengan supplier. Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan transaksional jangka pendek. Bagian pengadaanlah yang punya tugas untuk merancang relationship portfolio untuk semua supplier. Disamping itu, bagian pengadaan juga perlu menetapkan berapa jumlah supplier yang harus dipelihara untuk tiap jenis item.
2.
Memilih Supplier Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit apabila supplier yang dimaksud adalah supplier kunci. Kesulitan akan lebih tinggi kalau supplier-supplier yang akan dipilih berada di mancanegara (global suppliers). Untuk supplier-supplier kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan (site visit) dan sebagainya.
3.
Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok. Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi. Dewasa ini banyak
perusahaan
yang
menggunakan
electronic
procurement
(e-
procurement) yakni aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan. Spesifikasi dan kegunaan berbagai aplikasi e-procurement tentu berbeda-beda. Bagian
24
pengadaan tentunya harus memiliki kemampuan untuk memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok. 4.
Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier. Beberapa data supplier yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing-masing supplier, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman, kinerja masa lau, serta kualifikasi supplier.
5.
Melakukan proses pembelian Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender melewati proses-proses yang berbeda.
6.
Mengevaluasi kinerja supplier. Penilaian kinerja supplier juga pekerjaan yang sangat penting dilakukan untuk menciptakan daya saing yang berkelanjutan. Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk meningkatkan kinerja mereka.
3.1.3. Kriteria Pemilihan Supplier Memilih supplier merupakan kegiatan strategis, terutama apabila supplier tersebut akan memasok item yang kritis dan/atau akan digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan tentunya harus mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item yang akan dipasok. Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman.
25
Namun sering kali pemilihan supplier membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan. Analisis mengenai kriteria untuk memilih dan mengukur kinerja supplier telah menjadi fokus perhatian banyak ilmuan dan praktisi pengadaan sejak 1960an. Dickson (1966) pertama kali melakukan studi ekstensif mengidentifikasi, menentukan, dan menganalisis kriteria apa yang digunakan dalam memilih suatu perusahaan sebagai supplier. Sebanyak lebih dari 23 kriteria dipertimbangkan dalam studinya, dimana responden diminta untuk memberikan nilai kepentingan bagi setiap kriteria. Tabel 3.1 Kriteria seleksi supplier Dickson No
Faktor
Keterangan
1
Quality
Kualitas barang
2
Delivery
Pengiriman barang
3
Performance history
Histori performa
4
Warranties & claim policies
Garansi & layanan pengaduan
5
Production facilities & capacities
Kapasitas & Fasilitas Produksi
6
Price
Harga barang
7
Technical capabilities
Kemampuan teknis
8
Financial position
Posisi keuangan perusahaan
9
Procedural compliance
Prosedur pengaduan
10
Communication system
Sistem komunikasi
11
Reputation & position
Posisi & reputasi perusahaan
12
Desire for bussines
Jiwa bisnis
13
Management & organization
Manajemen & organisasi perusahaan
14
Operating control
Kontrol dalam pengoperasian
26
15
Repair service
Perbaikan pelayanan
16
Attitude
Perilaku
17
Impression
Kesan
18
Packaging ability
Kemampuan pengemasan
19
Labor relation record
Hubungan dengan pegawai
20
Geographical location
Lokasi geografis
21
Amount of past bussines
Jumlah bisnis sebelumnya
22
Training aids
Bantuan pelatihan
23
Reciproval arrangements
Adanya hubungan timbal balik
Sumber : Tabel kriteria Dickson (2015)
Selanjutnya, Weber et al. (1991) menyajikan klasifikasi semua artikel yang dipublikasikan sejak 1966 berdasarkan perhatian kriterianya. Berdasarkan 74 paper, kriteria harga, pengiriman, kualitas, kapasitas produksi dan lokasi merupakan kriteria yang paling banyak disebut dalam literatur. Pada prinsipnya kriteria-kriteria yang digunakan dalam evaluasi supplier sangat tergantung kepada kondisi aktual perusahaan yang terkait dengan focus manajemen terhadap hubungan dengan supplier. 3.1.4 Klasifikasi Supplier Salah satu yang menjadi tugas penting bagian pengadaan adalah menciptakan hubungan yang proporsional dengan supplier. Hubungan yang proporsional yang dimaksud disini adalah hubungan yang secara tepat mencerminkan kepentingan strategis setiap supplier. Suatu perusahaan mungkin memiliki puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan supplier yang memasok item yang berbeda-beda. Oleh karena
27
itu, tidaklah tepat menyamakan model hubungan antara satu supplier dengan supplier yang lain. Untuk menciptakan model hubungan yang sesuai, perusahaan perlu membuat klasifikasi supplier berdasarkan berbagai kriteria yang relevan. Menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010:175) ada dua faktor yang digunakan dalam merancang hubungan dengan supplier : 1. Tingkat kepentingan strategis item yang dibeli bagi perusahaan/supply chain. Semakin strategis posisi suatu item dalam perusahaan, makin perlu untuk menciptakan hubungan yang dekat dan berorientasi jangka panjang dengan supplier dari item tersebut. Strategis tidaknya suatu item dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :
Kontribusi item tersebut terhadap kegiatan/kompetensi inti perusahaan.
Nilai pembelian dalam setahun
Image / brand name dari supplier
Resiko ketidaktersediaan item yang bersangkutan.
2. Tingkat kesulitan mengelola pembelian item. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, semakin banyak diperlukan investasi dari manajemen. Secara umum tingkat kesulitan pembelian suatu item ditentukan oleh beberapa hal seperti :
Kompleksitas dan keunikan item
Kemampuan supplier dalam memenuhi permintaan
Ketidakpastian (ketersediaan, kualitas, harga, waktu pengiriman)
Dengan menggunakan dua faktor tersebut, dihasilkan empat klasifikasi supplier seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2 berikut.
28
Bottleneck suppliers
Tinggi
Tingkat kesulitan
Rendah
Crtitical strategic suppliers
1. Sulit mencari substitusi 2. Pasar monopoli 3. Supplier baru sulit masuk Non-critical suppliers
1. Penting / strategis 2. Substitusi sulit
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
Ketersediaan cukup Item-item cukup standar Substitusi dimungkinkan Nilainya relatif rendah
Leverage suppliers Ketersediaan cukup Substitusi dimungkinkan Spesifikasi standar Nilainya relatif tinggi Tinggi
Rendah
Tingkat kepentingan
Gambar 3.2. Commodity portfolio matrix Sumber : Pujawan dan Mahendrawati (2010: 177)
Supplier yang tingkat kepentingannya rendah dan relatif mudah untuk ditangani diklasifikasikan sebagai non critical suppliers. Supplier dari barangbarang yang relative standar,ketersediannya cukup, mudah dicari subtitusinya, dan nilainya relative rendah masuk
klasifikasi ini. Sebaliknya, critical strategic
suppliers adalah mereka yang memasok barang atau jasa dengan nilai yang besar dan barang atau jasa tersebut kritis bagi perusahaan. Ketidaktersediaannya bisa mengakibatkan masalah yang serius bagi kelangsungan perusahaan. Kelompok supplier yang memasok item-item yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi perusahaan dan nilai transaksinya juga relatif rendah, namun barang dan jasa tersebut tidak mudah diperoleh diklasifikasikan sebagai bottleneck suppliers. Klasifikasi terakhir, yang berkebalikan dengan bottleneck suppliers adalah leverage suppliers. Yang masuk dalam kelompok ini adalah suppliersupplier yang memasok item yang tingkat kepentingannya tinggi bagi perusahaan
29
namun item-item tersebut relative mudah diperoleh karena mungkin spesifikasinya standard dan banyak supplier yang bisa memasoknya. 3.1.5. Analythical Hierarchi Process Analytical Hierarchy Process adalah metode yang dapat digunakan dalam pemilihan pemasok. Metode Analytical Hierarchy Process ini pertama kali dikemukan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970. Analytical Hierarchy Process merupakan suatu metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan suatu masalah – masalah kompleks seperti permasalahan: perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebikjaksanaan, alokasi sumber, penentuan kebutuhan, peramalan kebutuhan, perencanaan performance, optimasi dan pemecahan konflik. Suatu masalah dikatakan kompleks jika struktur permasalahan tersebut tidak jelas dan tidak tersedianya data dan informasi statistik yang akurat, sehingga input yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah intuisi manusia. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan AHP dalam memecahkan suatu persoalan yang kompleks (Wirdianto dan Unbersa, 2008:08) Yaitu : Kesatuan, Kompleksitas, Saling ketergantungan, Penyusunan hirarki, Pengukuran, Konsistensi, Sintesis, Tawar-menawar, Penilaian dan konsensus, dan Pengulangan proses. Langkah-langkah dan prosedur dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut: 1.
Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan.
30
2.
Membuat Hierarchy Masalah disusun dalam suatu hiraki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan – subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternative – alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3.
Melakukan Perbandingan Berpasangan Perbandingan dilakukan berdasarkan “judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Matriks perbandingan dapat dilihat pada Tabel 3.2. Matriks ini menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Dimana nilai perbadingan Ai terhadap elemen Aj adalah aij. Nilai a ditentukan oleh aturan:
Jika aij = α, maka aji = 1/α, α ≠ 0.
Jika Ai mempunyai tingkat kepentingan relatif yang sama dengan Aj, maka aij = aji = 1
Hal yang khusus, aii = 1, untuk semua i. Tabel 3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan C
A1
A2
A3
….
An
A1
a11
a12
a13
….
a1n
A2
a21
a22
a23
….
a2n
….
….
….
….
….
….
An
an1
an2
an3
….
ann Sumber : Wirdianto dan Unbersa
(2008:08)
31
Nilai perbadingan ini ditentukan oleh skala kuantitatif yang dikemukakan oleh Saaty. 4.
Menentukan Prioritas Penyusunan prioritas dilakukan untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot atau kontribusi kriteria terhadap pencapaian tujuan. Prioritas ditentukan oleh kriteria yang mempunyai bobot paling tinggi. Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor W = (W1, W2,…, Wn). Nilai Wn menyatakan bobot relatif kriteria An terhadap keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut.
5.
Menentukan Tingkat Konsistensi, Pada keadaan sebenarnya akan terjadi ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden
ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner (kelompok). Bobot penilaian untuk penilaian berkelompok dinyatakan dengan dua cara yaitu : 1. Menggunakan rata-rata geometrik (Geometric Mean) dari penilaian yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok. Nilai geometrik ini dirumuskan dengan: 𝑛 GM = √(X1)(X2) … … (Xn)
Dimana : GM : Geometric Mean X1 : Penilaian orang ke - 1 Xn : Penilaian orang ke - n n
: Jumlah Penilai
(1)
32
2. Menggunakan rata-rata hitung atau arithmetic mean atau sering disebut dengan istilah mean saja merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menggambarkan ukuran tendensi sentral. Mean dihitung dengan menjumlahkan semua nilai data pengamatan kemudian dibagi dengan banyaknya data. Definisi tersebut dapat di nyatakan dengan persamaan berikut:
x̅ =
X1+X2+X3+⋯+Xn n
atau
x̅ =
∑𝑥
(2)
𝑛
Keterangan : x̅ = nilai rata-rata sampel Pada penelitian ini, penilaian berkelompok menggunakan rata-rata hitung atau arithmetic mean.
3.2. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu dirangkum dalam tabel berikut dibawah ini : Tabel 3.3. Rangkuman Penelitian Terdahulu No 1
Nama Peneliti Wirdianto Unbersa
dan
Tahun
Metode
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
2008
AHP
Aplikasi metode AHP dalam menentukan kriteria penilaian supplier
hasil penelitian diperoleh 6 kriteria penilaian supplier yang dapat digunakan PT. X , yaitu kondisi perusahaan, kelengkapan dokumen, harga, pengiriman, kualitas, dan pelayanan.
2
Suciadi
2013
Fuzzy AHP
Pemilihan dan evaluasi pemasok pada P.T. New hope Jawa timur dengan menggunakan metode fuzzy AHP process.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa B pemasok adalah sebagai pemasok terbaik.
3
Handayani
2009
Fuzzy AHP
Evaluasi supplier
Setelah seluruh
performa dengan
menganalisa bobot prioritas
33
4
Garoma Diriba
dan
5
Park dan kawan-kawan
metoda fuzzy AHP pada layanan catering di PT Garuda Indonesia.
supplier untuk setiap kriteria dan sub kriteria, maka supplier B memiliki kinerja paling baik dengan nilai 0,475 dibandingkan dengan supplier C dengan nilai 0,393 dan supplier A dengan nilai 0,132.
2014
AHP
Modeling and Analysis of Supplier Selection Method Using Analytical Hierarchy Process (AHP)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas / teknis memiliki peringkat tertinggi (46%), harga / biaya (25%), dan diikuti oleh layanan purna jual (11%). Selain itu, pengiriman, posisi keuangan dan reputasi sama pentingnya dengan nilai masing-masing 6%.
2009
AHP
An integrative framework for supplier relationship
Pertama, dalam aspek kualitatif, kita dapat memperoleh manfaat dari hubungan proses; kedua, kita dapat menentukan kemungkinan penerapan kerangka kerja ini untuk bidang nyata melalui hal permohonan; dan ketiga, verifikasi memungkin dengan menyarankan sistem pengembangan proses dan melakukan CIs.
Management
Tabel 3.3. Rangkuman Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No
Nama Peneliti
Tahun
Metode
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
6
Haque dan kawan-kawan
2014
AHP
A Conceptual framework of supplier selection and order allocation : an integrated methodology of AHP and LP modeling
Dalam kerangka ini, AHP digunakan untuk mengetahui peringkat atau bobot calon pemasok berdasarkan beberapa kriteria yang dipilih, sementara LP digunakan untuk alokasi order yang optimal diantara pemasok.
34
7
Li dan kawankawan
2012
Fuzzy AHP and TOPSIS
Supplier selection using axiomatic fuzzy set and TOPSIS methodology in supply chain management
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kerangka evaluasi yang diusulkan ini cocok untuk keputusan pemilihan supplier bahkan dengan kriteria/atribut dependen.
8
Tektas Aytekin
2011
AHP
Supplier Selection in the International Environment: A Comparative Case of A Turkish and an Australian Company
Temuan tidak dapat digeneralisasi, membuka jalan bagi analisis lebih lanjut yang akan dilakukan di tingkat negara. Studi banding mungkin membantu tidak hanya dalam pemilihan pemasok tetapi juga dalam merancang rantai pasokan dan strategi pemasok.
9
Anna
2007
AHP
Pemilihan Supplier Bahan baku Lokal PT Susanti Megah Surabay Dengan Metode Analitycal Hierarchy Process
Dari hasil perhitungan didapatkan supplier yang menduduki peringkat pertama adalah supplier F dengan nilai performansi 3,473.
10
Nurhasanah, dan Tamam
2013
AHP dan Fuzzy AHP
Analisis Pemilihan Supplier untuk Pemesanan bahan baku yang optimal Menggunakan metode fuzzy AHP: Studi kasus di PT XYZ
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara AHP dan Fuzzy AHP. Berdasarkan penelitian ini, PT. XYZ dapat menggunakan salah satu diantara AHP atau Fuzzy AHP untuk memilih supplier.
dan
35
Tabel 3.3. Rangkuman Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No
Nama Peneliti
Tahun
Metode
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
11
Wintania
2012
AHP
Supplier Selection Strategy Inderect Materia l– Procurement Department (Case Study : PT MERCK Tbk)
Memdandingkan hasil antara AHP dan Weighted Point, 4 point menghasilkan supplier yang sama. 3 yang berbeda untuk kategori Marketing, Travel&Fleet, dan Site Service.
12
Sevkli dan kawan-kawan
2007
AHP FLP
Hybrid analytical hierarchy process model for supplier
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode AHP-FLP lebih baik dalam menemukan hubungan pemasok dengan kriteria pemilihan supplier.
Selection
13
Jain dan kawankawan
2014
Data Minning Approach
Using data mining synergies for evaluating criteria at pre-qualification stage of supplier selection
Tigakriteria prakualifikasi (Organizational strength, Performance capabilities and Miscellaneous) telah diidentifikasi sebagai faktor penting yang berdampak pada kinerja akhir pemasok.
14
Costantino dan kawan-kawan
2011
Fuzzy AHP
Using Fuzzy Decision Making For Supplier Selection in Public Procurement
Penelitian ini mengusulkan untuk meningkatkan teknik pemilihan dan evaluasi vendor dengan menggunakan Fuzzy AHP
15
Chakraborty dan kawankawan
2010
ANP
Analytic Network Process for Manufacturing Supplier Selection
Dalam kasus model pengambilan keputusan bahwa model ANP membantu para manajer menyeleksi pemasok, tingkat keputusan dan unsur-unsur terkait yang mengoptimalkan dalam pemilihan supplier.
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2015)
36
3.3. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut Kesulitan perusahaan dalam menentukan supplier sebagai mitra bisnis untuk menunjang kegiatan operational kapal .
Adanya komplain dari end user setiap department terhadap pengadaan barang dan jasa.
Persaingan di perusahaan perkapalan semakin tinggi diikuti pertumbuhan perusahaan perkapalan di Indonesia setiap tahunnya.
Dibutuhkan supplier yang tepat untuk menyediakan barang dan jasa
Input
Perlu dikembangkan kriteria-kriteria penilaian dalam pemilihan supplier dan mengklasifikasikan supplier berdasarkan tingkat kepentingan barang dan tingkat kesulitan barang
Cara pengambilan keputusan pemilihan supplier kurang tepat
Mengklasifikasikan Supplier menjadi 4 : Bottleneck Suppliers, Critical strategic suppliers, non critical suppliers, leverage suppliers Proses
Menggunakan metode pembobotan criteria untuk menyeleksi criteria-kriteria dalam memilih supplier yaitu Analythical Hierarchi Process Ada acuan yang jelas dalam proses pemilihan supplier
Terpilihnya supplier potensial yang berkualitas
Tidak terjadi pelanggaran dalam pemilihan supplier
Manajemen Supply Chain yang bagus
Perusahaan semakin kompetitif
Gambar 3.3 : Kerangka pemikiran Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2015)
Output