16
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
2.1
Bahan Penelitian
2.1.1 Rumput Brachiaria humidicola Rumput Brachiaria humidicola yang digunakan pada penelitian ini didapat dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk setiap perlakuan dan ulangan menggunakan 5 kg rumput. 2.1.2 Limbah Ubi Jalar Limbah Ubi jalar yang digunakan pada penelitian ini didapat dari Kuningan sebanyak 50 kg lalu dijadikan tepung dan diberikan dengan konsentrasi yang berbeda pada setiap perlakuan, yaitu 5%, 10%, 15% dan 20%.
2.2
Alat Penelitian
1.
Timbangan manual dan digital untuk menimbang rumput Brachiaria humidicola, limbah ubi jalar dan pelet.
2.
Karung untuk menampung rumput hasil mengarit.
3.
Plastik untuk menampung tepung rumput dan tepung limbah ubi jalar dan untuk memisahkan setiap perlakuan dan ulangan.
4.
Wadah untuk mencampurkan dan menimbang bahan pakan sebelum dimasukkan kedalam mixer.
5.
Terpal untuk menjemur rumput dan menjemur pelet.
6.
Arit untuk memotong rumput Brachiaria humidicola.
7.
Hammer mill dengan screen 2 mm untuk menggiling rumput dan limbah ubi jalar agar menjadi tepung halus.
17
8.
Mixer untuk proses pencampuran kedua bahan pakan agar homogen.
9.
Mesin pelet dengan ukuran lubang 5 mm untuk mencetak bahan pakan menjadi pelet.
10.
Termometer digital untuk mengukur suhu mesin pelet.
2.3
Prosedur Penelitian
1.
Persiapan bahan penelitian a.
Memanen rumput Brachiaria humidicola sebanyak 500 kg.
b.
Menjemur rumput Brahiaria humidicola dan memasukkannya kedalam oven sampai didapat rumput dengan bahan kering sebanyak 100 kg.
c.
Menyiapkan kebutuhan tepung limbah ubi jalar sebagai bahan pengikat pelet sebanyak 20 kg.
2.
Penggilingan bahan pakan Melakukan penggilingan menggunakan hammer mill dengan screen 2mm pada rumput Brachiaria humidicola dan limbah ubi jalar yang sudah kering hingga menjadi tepung.
3.
Pencampuran Rumput yang telah digiling dicampur dengan tepung limbah ubi jalar sebagai bahan pengikat dan air sesuai perlakuan dimasukkan kedalam mixer selama 15 menit agar homogen.
4.
Pencetakan dan pengeringan pelet Bahan yang telah homogen dimasukkan kedalam mesin pelet dengan ukuran lubang 5mm untuk dicetak menjadi pelet, lalu pelet didinginkan dan dikeringkan dengan cara dijemur.
18
5.
Uji kualitas pelet Penghitungan berat jenis pelet dan produktifitas mesin pelet pada tiap unit percobaan untuk menentukan pengaruh berbagai konsentrasi tepung limbah ubi jalar dan pada konsentrasi berapa yang menghasilkan pelet rumput Brachiaria humidicola dengan berat jenis dan mesin pencetak pelet yang optimal.
2.4
Metode Penelitian Metode penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode
eksperimental dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang terdiri dari 4 macam perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah : P1 = 95% rumput Brachiaria humidicola + 5% tepung limbah ubi jalar P2 = 90% rumput Brachiaria humidicola + 10% tepung limbah ubi jalar P3 = 85% rumput Brachiaria humidicola + 15% tepung limbah ubi jalar P4 = 80% rumput Brachiaria humidicola + 20% tepung limbah ubi jalar
2.5. Peubah Yang Diamati Peubah yang diamati adalah berat jenis dan produktifitas mesin pelet. 1.
Berat jenis Berat jenis diukur menggunakan prinsip hukum Archimedes, yaitu dengan melihat perubahan volume aquades pada gelas ukur (100 ml) setelah memasukkan bahan-bahan yang massanya telah diketahui ke dalam gelas ukur tersebut. Di dalam gelas ukur dilakukan pengadukkan untuk mempercepat hilangnya udara antar partikel ransum selama
19
pengukuran.
Pembacaan volume akhir dilakukan setelah volume
menjadi konstan. Perubahan volume aquades merupakan volume bahan yang sesungguhnya. Berat Jenis dinyatakan dalam satuan S1 (g/cm3) (Retnani, 2011). Berat jenis merupakan faktor penentu dari kerapatan bahan. Perbedaan pengukuran nilai berat jenis dan kerapatan bahan yaitu berat jenis
merupakan
perbandingan
antara
massa
bahan
dengan
penambahan volume ruang yang telah berisi air, sedangkan kerapatan bahan perbandingan antara massa bahan dengan volume ruang yang ditempati melalui proses pencurahan, sehingga berat jenis merupakan faktor penentu dari kerapatan bahan pada bahan yang memiliki tekstur, ukuran partikel, dan kandungan air yang serupa (Retnani dkk, 2011).
2.
Efisiensi mesin pelet Sebelum mencetak pelet penelitan, mesin pelet dipanaskan terlebih dahulu dengan dimasukkannya bahan lain selama 50 menit untuk mencapai panas mesin yang maksimum, yaitu 860C. Efisiensi mesin pelet dihitung dengan cara menjumlahkan berapa kilogram pelet yang dihasilkan oleh mesin pelet dalam waktu 1 jam. Efisiensi mesin pelet dinyatakan dalan satuan S1 (kg/jam).
20
2.6. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (Gasperz, 1991) dengan model matematika sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij Keterangan : Yij = Respon percobaan μ = Nilai tengah populasi τi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke - i εij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j i = 1,2,3,4 ; j = 1,2,3,4,5 Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, dilakukan analisis ragam dengan bentuk daftar sidik ragam sebagai berikut : Tabel 1. Sidik Ragam SK
db
JK
Perlakuan (P)
t-1
=3
Galat (G)
t(r-1) = 16
KT
JKP
KTP
JKG
KTG
Fhit KTP/KTG
F0,05 3,23
Totaltr-1 = 19 JKT Keterangan: SK = Sumber keragaman JK = Jumlah Kuadrat Db = Derajat Bebas KT = Kuadrat Tengah
Hipotesis : H0 ; P1 = P2 = P3 = P4 H1 ; P1 ≠ P2 ≠ P3 ≠ P4 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan (Pi) yang tidak sama.
21
Kaidah Keputusan : Apabila Fhit < F 0,05 maka tidak berbeda nyata (terima H0). Apabila Fhit > F
0,05
maka berbeda nyata (tolak H0 dan terima H1) artinya ada
pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati.
Apabila hasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan uji lanjut dengan metode Uji Jarak Berganda Duncan dengan rumus :
Keterangan : LSR = Least Significan Range test SSR = Studentized Significant Range KTG = Kuadrat Tengah Galat r
= Ulangan
Kaidah keputusan : Selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR 1. d ≤ LSR, maka tidak berbeda nyata 2. d ≥ LSR, maka berbeda nyata