II. TINJAUAN PUSTAKA
A. E-BUSINESS DAN E-COMMERCE Bisnis dengan media elektronik atau electronic bussiness (e-business) merupakan kegiatan berbisnis di internet yang tidak hanya meliputi pembelian, penjualan dan jasa, tapi juga meliputi pelayanan pelanggan dan kerja sama dengan rekan bisnis (baik individual maupun instansi) (Rachmat, 2009). E-business dapat juga didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam mendukung semua kegiatan bisnis (Anonim, 2007). Menurut Rachmat (2009), metode bisnis elektronik memungkinkan perusahaan untuk menghubungkan internal dan eksternal sistem pengolahan data lebih efisien dan fleksibel, untuk bekerja lebih erat dengan pemasok dan mitra, serta dapat lebih memuaskan kebutuhan dan harapan pelanggan. E-business melibatkan proses bisnis yang mencakup seluruh rantai nilai, yaitu pembelian elektronik dan manajemen rantai suplai, pemrosesan order elektronik, penanganan pelayanan pelanggan, dan bekerja sama dengan mitra bisnis. Perangkat lunak bisnis memungkinkan integrasi intra dan inter proses bisnis perusahaan. E-business dapat dilakukan dengan menggunakan web, internet, intranet, extranet, atau beberapa kombinasi dari ini. Aplikasi e-business antara lain (Rachmat, 2009): 1. ERP (Enterprise Resource Planning). Sistem informasi pendukung e-business, yang menyediakan berbagai macam kebutuhan perusahaan seperti supply chain, CRM, marketing, warehouse, shipping, dan payment, serta mampu melakukan otomatisasi proses. 2. CRM (Customer Relationship Management). Sistem kustomisasi dan melakukan personalisasi produk dan servis berdasarkan keinginan pelanggan. 3. EAI (Enterprise Application Integration). Konsep integrasi berbagai proses bisnis dengan memperbolehkan mereka saling bertukar data berbasis message. 4. SCM (Supply Chain Management). Manajemen rantai supply secara otomatis terkomputerisasi Dalam penelitian ini, aplikasi e-business yang digunakan adalah CRM (Customer Relationship Management). E-commerce merupakan kepanjangan dari electronic commerce atau perdagangan yang dilakukan secara elektronik. Menurut Turban (2005), e-commerce berarti perdagangan elektronik yang mencakup proses pembelian, penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan, atau informasi melalui jaringan komputer, termasuk internet. E-business atau bisnis elektronik merujuk pada definisi e-commerce yang lebih luas, tidak hanya pembelian dan penjualan barang serta jasa, tetapi juga pelayanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra bisnis, e-learning, dan transaksi elektronik dalam perusahaan. Electronic commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik (Purbo dan Wahyudi, 2001). Menurut Trepper (2009), e-commerce (perdagangan elektronik) adalah suatu transaksi bisnis yang melalui proses jaringan digital atau internet. Area e-commerce konvensional meliputi pencarian informasi produk, pemesanan produk, pembayaran produk dan pelayanan terhadap konsumen.
Menurut Safitri (1999), perkembangan yang sangat pesat dari e-commerce disebabkan oleh : 1. E-Commerce memiliki kemampuan menjangkau lebih banyak pelanggan. Selain itu, pelanggan dapat mengakses seluruh informasi terkini (up to date) setiap saat 2. E-Commerce dapat mendorong kreatifitas dari pihak penjual. Pendistribusian informasi yang disampaikan dapat berlangsung secara periodik. 3. E-Commerce dapat menciptakan efisiensi yang tinggi, murah dan informatif. 4. E-Commerce dapat meningkatakan kepuasan pelanggan dengan pelayanaan yang cepat, mudah, aman dan akurat. Menurut O’Brien (2002), e-commerce memiliki enam kelebihan utama bagi perusahaan dan pelanggan, yaitu: menghasilkan nilai tambah baru dari penjualan secara online; mengurangi biaya melalui penjualan secara online dan adanya costumer support; menarik pelanggan dengan pemasaran melalui internet, iklan dan penjualan online; meningkatkan kesetiaan pelanggan dan meningkatakan layanan pelanggan melalui media internet; mengembangkan pasar berbasis internet dan saluran distribusi baru untuk produk yang sudah ada; serta mengembangkan informasi berbasis produk yang dapat diakses melalui internet. Menurut Rahardjo (2002 ), e-commerce memberikan beberapa keuntungan, antara lain : 1. Meningkatkan market exposure 2. Menurunkan biaya operasi 3. Memperpendek waktu product cycle 4. Meningkatkan supplier management 5. Melebarkan jangkauan pasar (global reach market) 6. Meningkatkan kesetiaan pelanggan. Pemesanan secara online banyak menggunakan konsep shopping chart untuk menyimpan data tentang barang-barang yang telah dipilih dan akan dibayar. Konsep shopping chart ini meniru kereta belanja yang biasanya digunakan orang untuk berbelanja di pasar swalayan. Shopping chart berupa formulir dalam website dan dapat dibuat dengan pemrograman script (PHP atau ASP) dan basis data (MySQL atau Ms.Access). Apabila seorang pembeli ingin membayar barang yang telah dipilih, ia harus mengisi form transaksi. Form transaksi ini menanyakan identitas pembeli serta cara pembayaran yang diinginkan. Untuk menghindari penyalahgunaan informasi, pihak penyedia jasa ecommerce telah mengusahakan agar pengiriman data-data tersebut berjalan secara aman, dengan menggunakan standar security tertentu. Setelah pembeli mengadaan transaksi, retailer akan mengirimkan barang yang dipesan melalui jasa pos langsung ke rumah pembeli (Bardiyah, 2002). Menurut Reynolds (2004), pemilihan transaksi online semestinya menyediakan sistem keamanan yang terpercaya dengan sistem pembayaran yang efektif untuk melakukan otorisasi pembayaran dan pengaturan transaksi. Sistem keamanan terbaik adalah Secure Socket Layer (SSL) dan atau Secure Electronic Transaction (SET), yang menyediakan enkripsi data dan hasil tampilan kepada pelanggan yang bertransaksi. Gambar struktur e-commerce dapat dilihat pada Gambar 1. E-Commerce secara umum merupakan kegiatan bisnis (perniagaan/perdagangan) atau jasa yang berhubungan erat dengan pelanggan, manufaktur, Internet Service Provider (ISP) dan pedagang perantara (intermediateries) dengan menggunakan media elektronik. Dalam hal ini media elektronik utama dengan menggunakan internet. Struktur e-commerce terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu: penyedia barang, perusahaan, dan pelanggan. Penyedia barang dapat terdiri dari beberapa peserta yaitu: para penjual, perantara, pemerintah, serta peserta lainnya. Penyedia barang tersebut terhubung kepada pelanggan melalui perusahaan yang memiliki koneksi internet dan memberi pelayanan seperti: penjualan, pembelanjaan, pemberian informasi, dan kegiatan rantai pasok kepada bagian pelanggan yaitu: industri, bisnis, dan pemerintahan (Gambar 1).
4
Gambar 1. Struktur E-Commerce (Rachmat, 2009)
B. SISTEM CERDAS Sistem cerdas (system intelligence) merupakan tindakan manusia yang menghubungkan kepekaan tentang lingkungan yang sistemik dengan sistem pemikiran sehingga memacu kemampuan pemecahan masalah meningkatkan kinerja dan produktivitas dalam situasi sehari-hari (Anonim,2010). Sistem cerdas merupakan upaya untuk menggabungkan kepekaan manusia dengan engineering yang dapat memecahkan masalah dengan suatu gagasan. Sistem ini multidisiplin, aplikatif dan filosofis dalam orientasinya yang melibatkan thinking-in-action, elemen tak terucap, kesadaran situasional dan sentuhan untuk kompleks keutuhan sekitar kita. Penekanan adalah pada partisipasi interaktif dalam sistem dengan umpan balik dan interelasi. Ini adalah bentuk pemikiran holistik dan insting yang memang dasar sifat manusia (Raimo, 2004).
C. SISTEM REKOMENDASI Sistem rekomendasi merupakan sistem yang dirancang untuk memprediksi sekumpulan item yang sesuai dengan preferensi pengguna yang mana nantinya item tersebut akan direkomendasikan pada pengguna. Sistem ini dibangun dengan tujuan membantu pengguna untuk memilih item-item yang disukainya dari sekian banyak item yang tersedia. Tugas dari sistem rekomendasi meliputi analisa data pengguna dan mengekstrak informasi yang berguna untuk melakukan prediksi (Sanjung, 2011) Dalam membangun data pengguna, sistem rekomendasi melakukannya secara eksplisit atau implisit. Eksplisit dapat dilakukan misalnya dengan meminta pengguna untuk memberi rating pada item dari jangkauan tertentu, merangking berdasarkan yang paling disukai sampai yang paling tidak disukai, ataupun dengan meminta pengguna untuk melakukan list terhadap item-item yang mereka sukai. Implisit dilakukan misalnya dengan mengamati pola kecenderungan pelanggan melalui observasi jejaring sosial atau dengan mengamati item-item yang sering dilihat atau didengar oleh pengguna, atau dengan kata lain jika secara eksplisit pengguna memberikan penilaian preferansi terhadap item secara langsung, sedangkan implisit secara tidak langsung (Sanjung, 2011).
5
Menurut Francesco (2011), sistem rekomendasi adalah perangkat lunak dan teknik yang dapat memberikan saran untuk produk yang akan berguna bagi pelanggan. Saran yang diberikan ditujukan untuk mendukung pelanggan dalam proses pengambilan keputusan, seperti produk apa saja yang cocok untuk dibeli, musik apa saja yang cocok didengarkan, atau berita apa saja yang cocok untuk dibaca. Sistem rekomendasi telah terbukti sangat bermanfaat bagi pengguna online untuk mengatasi kelebihan beban informasi dan telah menjadi salah satu alat yang paling kuat dan populer diperdagangan elektronik.
D. METODE PENGELOMPOKKAN (CLUSTERING METHOD) Pengelompokan data (clustering) adalah teknik umum untuk analisis data statistik, yang digunakan dalam banyak bidang, termasuk pembelajaran mesin, data mining, pengenalan pola, analisis gambar dan bioinformatika. Clustering adalah klasifikasi objek serupa ke dalam beberapa kelompok. Lebih tepatnya, partisi dari kumpulan data ke subset (cluster). Secara ideal, data dalam setiap subset memiliki beberapa ciri umum yang berdekatan melalui metode pengukuran jarak (János, 2007). Data clustering (atau hanya clustering), juga disebut analisis klaster, analisis segmentasi, taksonomi analisis, atau klasifikasi tak terawasi, adalah sebuah metode untuk menciptakan kelompokkelompok objek, atau cluster, sedemikian rupa sehingga objek dalam satu cluster yang sangat mirip dan objek di berbagai cluster cukup berbeda. Data clustering berbeda dengan klasifikasi, di mana objek ditugaskan untuk kelas standar. Pada data clustering, kelas juga harus didefinisikan. Untuk menguraikan konsep sedikit, kami mempertimbangkan beberapa contoh. Kesamaan ukuran atau jarak (ukuran perbedaan) digunakan untuk menghitung kesamaan atau ketidaksamaan dua titik data atau dua kelompok. Kesamaan dan jarak merupakan elemen dasar dari algoritma clustering, dengan kemungkinan analisis kelompok. Secara umum, jarak dan kesamaan adalah konsep timbal balik. Seringkali, kesamaan langkah dan koefisien kesamaan yang digunakan untuk menggambarkan secara kuantitatif seberapa mirip dua titik data yang atau bagaimana serupa dua cluster adalah: semakin besar kesamaan koefisien, yang lebih mirip adalah dua titik data. Ketidaksamaan ukuran dan jarak adalah sebaliknya: semakin besar ketidaksamaan ukuran atau jarak, semakin berbda adalah titik data dua atau dua cluster. Pertimbangkan dua titik data
x ( x1 , x2 ,..., xd )T dan y ( y1 , y2 ,..., yd )T .
Jarak Euclidean mungkin jarak yang paling umum kita yang pernah digunakan untuk numerik data. Selama dua titik data x dan y dalam ruang d-dimensi, jarak Euclidean antara mereka didefinisikan sebagai : 1
d 2 2 d ( x, y ) ( x j y j ) j 1 dimana x j dan y j adalah nilai-nilai atribut ke- j dari x dan y , masing-masing (Gan et all., 2011). Transaksi data juga disebut sebagai data keranjang pasar, yang telah dipelajari secara ekstensif dalam peraturan pertambangan asosiasi untuk menemukan set item yang sering dibeli. Clustering transaksi mengacu pada partisi satu set transaksi menjadi cluster sehingga transaksi serupa yang berada di cluster yang sama dan transaksi berbeda berada dalam cluster yang berbeda. Clustering transaksi memainkan peran penting dalam perkembangan terakhir dari pencarian informasi, teknologi web, dan penggalian data. Clustering transaksi memiliki aplikasi banyak potensi kecerdasan e-commerce, industri ritel, aplikasi dan website (Gan et all., 2011).
6
E. RADAR CHART Radar chart adalah grafik dan atau plot yang terdiri dari beberapa cabang yang merepresentasikan salah satu variabel pada tiap cabangnya. Sebuah garis digambar menghubungkan nilai data untuk setiap cabang. Grafik ini memberikan penampilan seperti bintang sesuai asal-usul nama grafik tersebut, yaitu radar. Radar chart dapat digunakan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan berikut (NIST/SEMATECH, 2003): (i) Variabel apa yang dominan untuk diamati? (ii) Apakah ada kelompok yang mirip pada pengamatan? (iii) Apakah ada outliers? Radar chart adalah sebuah cara untuk menampilkan pengamatan multivariat dengan jumlah variabel yang disesuaikan. Setiap hasil observasi direpresentasikan sebagai sosok berbentuk bintang dengan satu garis untuk setiap variabel. Panjang setiap garis dibuat proporsional dengan ukuran variabel tersebut (Friendly, 1991). Setiap bintang merupakan observasi tunggal. Biasanya, radar chart dihasilkan dalam format multi-plot dengan banyak bintang pada setiap halaman dan setiap bintang mewakili satu pengamatan (NIST/SEMATECH, 2003). Berikut adalah langkah-langkah untuk mengembangkan radar chart (Rogers, 1995): 1. Tentukan faktor-faktor kritis yang dibutuhkan untuk menilai. 2. Gambar radar dan identifikasi karakteristik sesuai nilai faktor. 3. Tentukan skala (biasanya 0-5) dan definisi arti setiap angka. 4. Gandakan grafik, satu per observasi. 5. Tambahkan observasi berikut, dan tandai radar chart awal dengan simbol yang menunjukkan pengukuran pertama. 6. Menentukan titik pengukuran berikutnya dan ulangi langkah 5. 7. Analisis data dan bandingkan hasilnya, jika sesuai dapat dipilih untuk dihitung rata-rata kumulatif kelompok dengan menjumlahkan dan menghitung rata-rata seluruh kelompok itu.
F. UNIFIED MODELING LANGUAGE Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam pemodelan untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak (Syaifudin, 2011). UML adalah bahasa visual yang menyediakan cara bagi orang untuk menganalisis dan mendesain sebuah sistem berorientasi obyek yang bertujuan untuk menvisualisasi, konstruksi, dan dokumentasi proses pembuatan sistem. Keunggulan utama yang dimiliki pemodelan ini adalah kemampuannya dalam memodelkan menyerupai kehidupan nyata, sehingga sistem yang dihasilkan mempunyai kelebihan sebagai berikut (Bennet, (2001): 1. Mempunyai sifat lebih natural karena umumnya manusia berfikir dalam bentuk objek 2. Pembuatan sistem memakan waktu lebih cepat. 3. Memudahkan dalam proses pemeliharaa sistem, karena jika ada kesalahan, perbaikan hanya dilakukan pada bagian tersebut, tidak perlu mengurutkan dari awal. UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu sedangkan syntax UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady
7
Booch-OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh-OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson-OOSE (Object-Oriented Software Engineering). Pada era tahun 1990-an banyak metodologi pemodelan berorientasi objek bermunculan, diantaranya adalah (1) metodologi Booch, (2) metodologi Coad, (3) metodologi OOSE, (4) metodologi OMT, (5) metodologi Shlaer-Mellor, (6) metodologi Wirfs-Brock, dan sebagainya. Masing-masing metodologi membawa notasi sendiri-sendiri, yang mengakibatkan timbul masalah baru apabila kita bekerjasama dengan group/perusahaan lain yang menggunakan metodologi yang berlainan. Oleh karena itu, pada bulan Oktober 1994 Booch, Rumbaugh dan Jacobson, yang merupakan tiga tokoh yang metodologinya banyak digunakan, mempelopori usaha untuk penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Pada tahun 1995 diluncurkan draft pertama dari UML (versi 0.8). Sejak tahun 1996 pengembangan tersebut dikoordinasikan oleh Object Management Group (OMG). Tahun 1997 UML versi 1.1 muncul, dan saat ini telah mencapai versi 2.0. Sejak saat itulah UML telah menjadi standar bahasa pemodelan untuk aplikasi berorientasi objek. Pada dasarnya, UML memuat diagram-diagram pemodelan sistem yang terdiri dari : 1. Use case diagram (diagram kasus). 2. Class diagram (diagram kelas). 3. Object diagram (diagram objek). 4. Statechart diagram (diagram keadaan). 5. Activity diagram (diagram aktivitas). 6. Sequence diagram (diagram urutan ). 7. Component diagram (diagram komponen). 8. Deployment diagram (diagram penyebaran). 9. Collaboration diagram (diagram kolaborasi). Namun dalam prakteknya, tidak semua diagram harus dibuat, disesuaikan dengan kebutuhan dan kompleksitas sistem yang akan dikembangkan (Syaifudin, 2011)
G. KELAPA Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan di Indonesia yang areal penanamannya lebih luas dibandingkan dengan kelapa sawit. Tanaman ini diusahakan melalui perkebunan rakyat, perkebunan swasta maupun perkebunan pemerintah. Jenis kelapa yang dibudidayakan di Indonesia pada umumnya adalah varietas Dalam dan Hibrida. Dengan pemeliharaan intensif, produksi dapat mencapai 2,5 ton kopra/ha/thn untuk varietas Dalam dan 4 ton kopra/ha/thn untuk varietas Hibrida (Allolerung dan Mahmud, 2002). Populasi tanaman kelapa Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Luas penanaman kelapa adalah 3 juta hektar di Indonesia atau 31% dari total luas penanaman kelapa dunia. Seharusnya, Indonesia bisa menguasai produk berbahan dasar kelapa, misalnya minyak kelapa, nata de coco, sabut, dan tempurung. Semua produk dan bahan baku kelapa sebenarnya sangat berpotensi besar baik di pasar lokal maupun Internasional. Potensi lainnya, hampir semua bagian buah dan pohon kelapa bisa dimanfaatkan (Ulum, 2010). Gambaran ringkas sebaran potensi kelapa Indonesia ini dapat dilihat pada Gambar 2. Wilayah dengan luas areal penghasil kelapa dari yang terluas berturut-turut Propinsi Riau, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Maluku Utara dan Sulawesi tengah. Wilayah dengan hasil produksi butir buah kelapa berturut-turut dari yang terbanyak yaitu Propinsi Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara dan Jawa Tengah.
8
Sulawesi Utara 270.770 Ha 293.002 Ton
Riau 542.249 Ha 546.773 Ton
Jawa Tengah 281.470 Ha 180.299 Ton
Sulawesi Tengah 182.773Ha 276.633 Ton
Maluku Utara 222.148 Ha 244.591 Ton
Jawa Timur 233.652 Ha 250.491 Ton Gambar 2. Sebaran Potensi Kelapa Indonesia (APCC, 2009) Wilayah-wilayah tersebut memiliki sejumlah industri dengan skala besar yang mengolah buah kelapa menjadi produk olahan lain seperti minyak kelapa, nata de coco, santan krim dan tepung kelapa. Lokasi beberapa industri dengan skala besar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
PT. Permata Hijau PT. Sorintalo PT. Bimoli CV. Kairagi
Sumatera Barat PT. Coco mas
Riau PT. Pulau Sambu Lampung PT. Nimpindo Prima Coconut PT Sari Segar Husada
Jatim PT. Ikan Dorang PT. Vegetable Oil
Jabar & DKI PT. Barco PT. PMK Mangga Dua PT. Airland Hilman Abadi
Gambar 3. Peta Penyebaran Industri Besar Pengolahan Kelapa (APCC, 2009) Jenis tanaman kelapa pada awal mulanya hanya dikenal dua varietas yaitu varietas dalam (tall variety) dan varietas genjah (dwarf variety). Seiring dengan perkembangan pemuliaan tanaman, dikenal juga varietas kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan kelapa dalam dan kelapa genjah (Palungkun, 2003). Ketiga varietas tersebut memiliki ciri karakteristik tersendiri. Ciri-ciri secara garis besar tersebut nampak pada Tabel 2.
9
Tabel 2. Karakteristik Varietas Kelapa Karakteristik 1.Batang 2. Tinggi
3. Umur mulai berbuah 4. Umur ekonomis 5. Jumlah produksi tandan 6. Produktivitas 7. Produksi kopra
Varietas Kelapa Kelapa Dalam Tinggi dan besar Rata-rata 15-18 m bahkan mencapai 30 m atau lebih 6-7 tahun setelah tanam Mencapai 90-100 tahun 11 tandan/pohon/tahun 90 butir/pohon/tahun 1 ton kopra/Ha/tahun pada umur 10 tahun
Kelapa Genjah Ramping Mencapai 5 m atau lebih
Kelapa Hibrida Ramping dan pendek Mencapai 5 m
3-4 tahun setelah tanam Mencapai 50 tahun 18 tandan/pohon/tahun
4 tahun 35 tahun 20 tandan/pohon/tahun
100 butir/pohon/tahun 0.5 ton kopra/ha/tahun pada umur 10 tahun
140 butir/pohon/tahun 6-7 ton/ha/tahun pada umur 10 tahun
Sumber : Palungkun ( 2003) Indonesia memang menempati urutan pertama dalam luas areal tanaman kelapa dan total produksi dibandingkan dengan Philipina. Namun, dalam pemanfaatan hasil tanaman kelapa, Indonesia masih kurang sebanding dengan Philipina. Industri hilir di Philipina yang sudah mencapai pasar ekspor lebih dari 100 jenis, sedangkan Indonesia baru mencapai kurang lebih 10 jenis. Pada usaha rakyat, kelapa hanya dimanfaatkan dalam bentuk produk primernya, baik kelapa segar maupun kopra untuk bahan baku minyak goreng. Pengembangan menjadi produk hilir belum banyak dilakukan, demikian juga pemanfaatan hasil sampingnya masih kurang. Oleh sebab itu wajar apabila peran tanaman kelapa sebagai pendukung perekonomian belum optimal di beberapa daerah di Indonesia. Usaha pengolahan kelapa yang banyak dilakukan di Indonesia, sebagian besar masih merupakan penerapan dalam bentuk diversifikasi vertikal dari daging buah kelapa. Bila ditelusuri lebih lanjut, ternyata daging buah kelapa hanya sekitar 30% dari bobot buah kelapa utuh. Komposisi tanaman kelapa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Buah Kelapa Bagian Buah Sabut Tempurung Daging Buah Air Buah (Sumber: Palungkun, 2003)
% Bagian 35 12 28 25
H. AGROINDUSTRI KELAPA Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku pertanian yang berasal dari tanaman atau hewan menjadi barang setengah jadi atau produk akhir. Pengolahan yang dimaksud meliputi transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi (Brown, 1994) Menurut Tajudin (2007), agroindustri dalam sistem pertanian merupakan penyempurnaan yang merangkai semua komponen menjadi satu kesatuan yang kuat. Ini berarti bahwa pengembangan
10
agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan memenuhi permintaan pasar melalui penguatan industri hilir dan ke belakang memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian. Keterpaduan yang dibangun melalui pengembangan agroindustri mempunyai dimensi yang amat luas mulai dari penguatan pasar hasil pertanian sampai dengan pembentukan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian. Komoditi kelapa memerankan peranan penting untuk kehidupan masyarakat dan devisa negara terutama di daerah tropis. Menurut Aswani dan Darwis (1995), selain sebagai sumber minyak nabati, berbagai kegunaan dari bagian tanaman kelapa menyebabkan tanaman ini mempunyai kedudukan khas di dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Kelapa atau Cocos Nucifera L. yang termasuk jenis palmae dari genus Cocos, sering juga disebut sebagai pohon kehidupan atau tanaman serbaguna. Hampir seluruh bagian dari tanaman ini dapat diolah dalam skala industri untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, seperti yang dapat dilihat pada pohon industri kelapa pada Gambar 4. Minyak kelapa dapat diolah lagi sehingga dapat menghasilkan bioenergi dan produk-produk oleokimia seperti alkohol berlemak (fatty alcohol), asam lemak (fatty acid) dan metil ester (methyl ester). Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan untuk margarin, es krim, bahan pelumas, kembang gula, shampoo, sabun cuci, dan minyak rambut. Minyak kelapa kasar memiliki keunggulan dibandingkan dengan CPO yang terletak dari hasil pemrosesan yaitu oleokimia menjadi fatty acid, fatty alkohol, dan glicerin. Pada pembuatan alkohol berlemak, misalnya, kandungan rantai menengah hydro carbon pada Crude Coconut Oil C-12 dan C-14 mencapai 54% sedangkan Crude Palm Oil hanya mencapai 1%. Produk-produk inilah yang lebih lanjut akan diolah oleh industri sabun, deterjen, farmasi, kosmetik dan tekstil. Bunga kelapa yang belum mekar dapat disadap untuk menghasilkan nira kelapa. Nira ini digunakan sebagai bahan baku produk antara lain gula kelapa, asam cuka, ragi, minuman beralkohol dan juga untuk industri kerajinan hiasan dinding dan dekorasi. Pelepah kelapa dapat dibuat sebagai industri kerajinan, seperti topi, kipas, gabus dan bahan bakar. Air kelapa, selain dapat diminum langsung dapat diolah menjadi sirup, nata de coco, kecap, minuman isotonik dan lain-lain. Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan berbagai industri seperti arang dan karbon yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas selain sebagai barang kerajinan, alat rumah tangga dan barangbarang seni lainnya, seperti ikat pinggang, gelang, sendok, asbak, kancing dan hiasan dinding. Sabut kelapa dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet, sikat, bahan pengisi jok mobil, tali dan lain-lain. Sabut gabus kelapa dapat dibuat pot bunga dan mulsa. Sabut berkaret bisa dibuat batako, kasur, dan mebeler. Pemanfaatan sabut kelapa yang tidak kalah menarik adalah sebagai cocopeat yaitu sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran gabus sabut kelapa. Cocopeat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga cocopeat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman hortikultura dan media tanaman rumah kaca. Bagian-bagian kelapa seperti bunga, daun, buah kelapa, dan batang dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk industri yang memiliki nilai tambah tinggi. Pada bagian bunga dapat diolah menjadi nira yang dapat dimanfaatkan menjadi kecap, sirup, dan gula kelapa. Bunga utuh dapat dimanfaatkan menjadi barang-barang kerajinan seperti tas, tirai atau aksesoris. Pada bagian daun terdapat helai daun, lidi, dan pelepah yang dapat dimanfaatkan menjadi barang kerajinan. Pada buah kelapa sangat luas cakupannya. Air kelapa dapat dimanfaatkan menjadi nata de coco, asam cuka, kecap, dan minuman. Daging kelapa dapat dimanfaatkan menjadi crude coconut oil, refined coconut oil, pakan ternak, dessicated coconut, virgin coconut oil, dan coconut milk powder. Tempurung kelapa dapat menjadi asap cair dan karbon aktif. Sabut kelapa dapat menjadi media tumbuh tanaman
11
(cocopeat) dan jok mobil. Dan batang kelapa juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bangunan dan furniture (Gambar 4). Kecap Kelapa Sirup Kelapa Nira Gula Kelapa
Bunga Bunga Utuh
Daun
Helai Daun Lidi Pelepah
Air Kelapa Buah Kelapa
Barang Kerajinan Barang Kerajinan Barang Kerajinan Barang Kerajinan Nata de Coco Asam Cuka
Kelapa
Kecap Kelapa Minuman dari Kelapa Crude Coconut Oil Daging Kelapa
Kopra
Minyak Kelapa Refined Coconut Oil Bungkil Kopra
Pakan Ternak
Dessicated Coconut Daging Kelapa Parut
Virgin Coconut Oil Coconut Milk and Powder
Tempurung
Tepung Tempurung Arang Tempurung
Minyak Goreng
Asap Cair
(Liquid)
Karbon Aktif
Briket Kelapa Sabut Kelapa
Cocopeat Sabut Berkaret
Batang
Bahan Bangunan
Media Tumbuh Tanaman Jok Mobil
Furniture Gambar 4. Pohon Industri Kelapa ( BPPP, 2007 dan Dekindo, 2010)
12
I.
PEMASARAN EKSPOR Menurut Amir (2004), ekspor adalah kegiatan memasok suatu komoditi ke negara lain atau
kepada orang asing, dengan mengharapkan pembayaran menggunakan valuta asing, dan kadangkala terpaksa berkomunikasi dengan bahasa asing. Sedangkan pemasaran ekspor adalah penjualan suatu komoditi ke negara lain dengan kondisi yang sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera pembeli di pasar sasaran ekspor. Dalam pengertian tersebut, pemasaran ekspor merupakan pemasaran yang berorientasi pada selera pelanggan dan kondisi lingkungan, dimana perusahaan memproduksi komoditi sesuai dengan keinginan dan selera pembeli. Ekspor dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Dengan ekspor langsung (direct exporting), perusahaan dapat menjual kepada konsumen di negara berbeda. Ekspor langsung merupakan pendekatan paling umum yang digunakan perusahaan yang mengawali langkah internasional mereka karena risiko kerugian finansial dapat diminimalisasi. Kebalikannya, ekspor tidak langsung (indirect exporting) umumnya berarti perusahaan menjual kepada pembeli (importir atau distributor) di negara asal, yang kemudian mengekspornya kembali (Cateora dan Graham, 2007). Cateora dan Graham (2007) menyatakan bahwa strategi memasuki pasar internasional menggambarkan analisis karakteristik pasar (seperti potensi penjualan, tingkat kepentingan strategis, kekuatan sumber daya lokal, perbedaan budaya, dan rintangan negara) dan kemampuan serta karakteristik perusahaan termasuk tingkat pengetahuan mendekati pasar, keterlibatan pemasaran, dan komitmen yang siap diambil oleh manajemen. Memiliki website adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk menembus ekspor via internet. Melalui website inilah calon pembeli mendapatkan informasi selengkap mungkin mengenai siapa kita, barang apa saja yang diproduksi, berapa besar kapasitas produksi, bagaimana kualitas barang, serta informasi pendukung lainnya. Untuk bahasa, apa boleh buat, bahasa Inggris adalah sebuah keharusan. Namun jika ingin lebih efektif lagi menembus Eropa, buat beberapa versi bahasa untuk negara-negara yang lebih nyaman dengan bahasa ibunya, misalnya Perancis dan Spanyol (Luthfi, 2010).
J.
PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan teknologi internet antara lain adalah “Pengembangan Electronic Commerce untuk Pemberdayaan Agroindustri Minyak Kelapa Sawit (CPO)” oleh Moko (2002). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan sebuah sistem aplikasi e-commerce untuk agroindustri minyak kelapa sawit (CPO). Aplikasi-aplikasi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah aplikasi pada proses aktivasi awal, verifikasi pelanggan, pengajuan order, penerimaan order, pemrosesan order dan pengiriman order. Selanjutnya adalah lima penelitian yang terdapat dalam jurnal “Journal of E-Business, Volume IV, No 1, June 2004”. Penelitian pertama dilakukan oleh Noboa (2004) yang berjudul “A Framework for Examining Creation and Appropriation of Value”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengkajian terhadap potensi e-business dan mengusulkan sebuah metodologi untuk menganalisis penciptaan dan penggunaan nilai dalam e-commerce. Hasilnya berupa kerangka yang diusulkan dalam makalah ini dapat membantu untuk menentukan apakah sebuah perusahaan, dan agen tertentu jaringan, menciptakan atau menyediakan nilai. Penelitian lain berjudul “Impact of Information Technology and E-Commerce on Supply Chain Management: Survey Evidence from Manufacturing Companies in Michigan” oleh
13
Palaniswami (2004). Hasil survei terhadap perusahaan manufaktur di Michigan mengungkapkan bahwa sebagian besar perusahaan yang disurvei memiliki kemampuan atau niat untuk menggunakan aplikasi e-commerce, baik itu EDI, ERP, e-procurement atau e-marketing. Berikutnya adalah penelitian ketiga oleh Balsmeier (2004) yang berjudul “Internet Fraud: A Global Perspective”. Tujuan makalah ini adalah untuk membahas berbagai aspek penipuan internet: bagaimana hal itu bisa terjadi, ke mana harus mencari bantuan, dan apa yang bisa dilakukan tentang hal ini. Penelitian keempat dilakukan oleh Rhee (2004) yang berjudul “Information Technology and E-Commerce Strategy of Entrepreneurial Ventures: A Contingency Approach Based on InformationProcessing Theory”. Penelitian ini meneliti kondisi tertentu di mana efek positif yang diharapkan dari teknologi informasi pada daya saing usaha kewirausahaan adalah lebih mungkin terjadi. Dengan demikian, kerangka yang dikembangkan dalam makalah ini dapat berfungsi sebagai pondasi pedoman yang optimal dalam investasi teknologi informasi dan penggunaan dapat dikembangkan untuk strategi e-commerce usaha kewirausahaan. Selanjutnya penelitian kelima berjudul “Testing An E-Loyalty Conceptual Framework” oleh Allagui (2004). Makalah ini menyediakan kerangka kerja konseptual untuk penyelidikan kesetiaan website media komputer lingkungan dimediasi. Kesimpulan yang didapatkan adalah antarmuka pengguna dan kustomisasi efektif berkontribusi untuk menghasilkan kepuasan dan hubungan jangka panjang dengan website. Penelitian selanjutnya dilaksanakan oleh Harjanto (2005) dengan judul “Perancangan ECommerce Pada PT. Fajar Surya Wisesa, Cibitung”. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem e-commerce PT FASW yang menggambakan keterkaitan antar elemen di dalam sistem tersebut. Aplikasi yang dikembangkan pada penelitian ini adalah pendaftaran pelanggan baru, pemesanan secara online, pemberitahuan tagihan, pelacakan status pesanan dan informasi status pembayaran. Penelitian yang berhubungan dengan clustering ditulis oleh Ahn ( 2006) yang berjudul “A Recommender System Using GA K-means Clustering in An Online Shopping Market”. Penelitian ini menerapkan pengelompokan K-Means yang yang dioptimalkan dengan GA dan diaplikasikan ke dunia nyata pada kasus segmentasi pasar belanja online. Zeng (2009) menulis tentang “Intelligent E-Commerce Recommender System Based on Web Mining”. Penelitian ini menggunakan teknik web mining untuk melacak perilaku belanja pelanggan dan preferensi yang up-to-date. Percobaan ini telah dilakukan untuk mengevaluasi kualitas rekomendasi dan hasilnya menunjukkan bahwa sistem dapat memberikan rekomendasi yang masuk akal, dan mampu membantu pelanggan menghemat waktu yang sangat besar untuk berbelanja di Internet. Penelitian lain terkait e-commerce oleh Wanurmarahayu (2011) dengan judul “Rancang Bangun Sistem Bisnis Berbasis Internet (E-Business) untuk Agroindustri Kulit Samak (Leather)”. Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu sistem bisnis berbasis internet (e-business) untuk komoditi kulit, melalui pengembangan sistem transaksi online dan layanan pelanggan. Penelitian saat ini difokuskan pada sistem bisnis cerdas yang berorientasi pemberian rekomendasi dan pelayanan pelanggan dan kemudahan bagi administrator untuk melakukan penghitungan laba perbulan. Aplikasi yang dikembangkan pada penelitian ini adalah adanya rekomendasi menggunakan clustering dan radar chart dan terdapat aplikasi perhitungan laba untuk masing-masing item produk per-bulannya.
14