II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian dan Karakteristik Tanaman Hias Tanaman hias merupakan bagian dari hortikultur non pangan yang
digolongkan dalam florikultur. Florikuktur merupakan cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, daun potong, tanaman pot atau tanaman penghias taman. Komoditi ini dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya (Lakitan 1995). Menurut Soedarmono (1997), tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun dan tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Ashari (1995) menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya tanaman dalam pot, bunga potong, daun potong dan tanaman hias lainnya yang kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca. Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman. Definisi lain dari tanaman hias dikemukakan oleh Rahardi (1997) yang menyatakan bahwa tanaman hias meliput tanaman pot, bunga potong, kaktus, bonsai dan tanaman hidroponik. Tanaman hias merupakan tanaman hortikultur non pangan, berbeda dengan sayur-sayuran atau buah-buahan, tanaman ini dibudidayakan untuk diminati keindahannya atau nilai estetikanya. Keindahan tanaman hias dapat dinikmati dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan permukiman, misalnya dengan menanam tanaman hias tersebut di halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Dengan demikian, panen tanaman hias dapat dilakukan secara fisik atau non fisik dengan menikmati keindahannya (Lakitan 1995). Menurut Rahardi (1997), tanaman hias dapat dibedakan kedalam dua golongan yaitu: 1. Tanaman hias dalam ruangan (indoor) Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias yang dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman 10
berdaun indah. Ragam tanaman hias dalam ruangan yang popular antara lain aglonema, anthurium, palem dan paku-pakuan. 2. Tanaman hias luar ruangan (outdoor) Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias di luar ruangan, namun keberadaaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model dan sifat tanaman yang bisa tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah tanaman yang menyukai sinar matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umumnya berwujud pohonpohonan, misalnya palem, sikas dan perdu-perduan, misalnya bougenvil, hibiscus, mawar dan soka. Berdasarkan tempat tumbuhnya tanaman hias dapat dibedakan menjadi tanaman hias yang dapat tumbuh di tanah dan tanaman yang dapat hidup di air. Tanaman air adalah jenis tanaman yang cocok hidup hidup di air atau membutuhkan genangan air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Pada umumnya penempatan tanaman ini di kolam atau taman air, tetapi tanaman ini juga dapat ditanam soliter atau dipadukan dalam kombinasi yang harmonis di dalam pot yang indah. Penempatan pot yang biasanya terbuat dari gerabah dengan berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen dan ruangan tempat penyimpanan. Berdasarkan jenisnya, menurut Palungkun (2002), tanaman hias dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu: 1. Tanaman Hias Bunga Tanaman hias bunga adalah tanaman yang memiliki daya tarik atau nilai eksotika yang terletak pada bunganya. Daya tarik tersebut dapat dilihat berdasarkan keindahan warna yang memikat, bentuk bunga yang indah dan mempesona, bau yang harum dan ukuran yang istimewa. Contoh tanaman hias bunga diantaranya anggrek, krisan, adenium dan lainnya. 2. Tanaman Hias Daun Tanaman hias daun merupakan jenis tanaman hias yang memiliki keindahan atau daya tarik yang terletak pada daunnya. Daya tarik tersebut dapat dilihat pada bentuk daun yang dimiliki, keadaan daun, warna daun yang menarik
11
maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contoh tanaman hias daun diantaranya aglonema, puring, bromelia, anthurium, caladium dan lainnya. 3.
Tanaman Hias Batang Sama halnya seperti tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang
memiliki
keindahan
tersendiri
pada
batangnya.
Tanaman
hias
batang
mengandalkan keindahan perpanjangan batang, dimana keindahan batang tanaman ini ditampilkan dalam bentuk atau warna batang tersebut. Contoh tanaman hias batang diantaranya palem botol dan kaktus. 2.2
Manfaat Tanaman Hias Tanaman hias berbunga dan berdaun indah telah lama dikenal masyarakat.
Tanaman hias dapat dijumpai di halaman rumah, di pinggir jalan, bahkan di pemakaman. Selain sebagai komoditas estetika dalam melengkapi landscape lingkungan hunian maupun komersil, tanaman hias juga digunakan sebagai simbol dalam kehidupan sehari-hari. Simbol dapat berupa kegiatan formal yang terdapat pada ritual adat atau keagamaan, kelahiran dan kematian sebagai tabur bunga. Kegiatan informal seperti sebagai sarana pengungkapan ekspresi dan rasa. Selain itu, manfaat yang paling besar dari keberadaan tanaman hias yaitu dapat menjadi filter polusi udara kota (diacu dalam Safitri 2009). Menurut Palungkun (2004) yang diacu dalam Safitri (2009), tanaman hias mempunyai beberapa fungsi, yaitu : 1.
Keindahan Tanaman hias yang ditata dan dirangkai sedemikian rupa dan sesuai
dengan karakteristik tanamannya akan menimbulkan rasa indah dan puas bagi individu yang memandangnya serta penyaluran jiwa seni. 2.
Stabilisator atau pemeliharan lingkungan Keberadaan tanaman hias dapat meredap suara, menyaring debu,
menyerap gas beracun serta memelihara suhu dan kelembaban. Tanaman hias juga menyerap terik matahari sehingga menjadikan udara lebih sejuk dan nyaman. 3.
Pendidikan Tanaman dapat menumbuhkan rasa cinta pada alam dan membentuk watak
positif pada seseorang. Misalnya dengan melakukan kegiatan penataan taman di sekolah terutama taman kanak-kanak ataupun playgroup. 12
4.
Pemeliharaan Kesehatan Keberadaan tanaman hias dapat menimbulkan rasa tentram dan tenaga
sehingga memelihara kesehatan jiwa manusia. Proses asimilasi yang dilakukan tanaman menghasilkan gas oksigen dari penguraian gas asam arang sehingga udara tetap segar. 5.
Sosial dan Ekonomi Komoditas tanaman hias merupakan bisnis yang potensial untuk
meningkatkan penghasilan. Keteraturan penataan tanaman hias pun dapat menimbulkan citra yang lebih positif pada individu dan sekitarnya. 6.
Tanaman Obat Tanaman hias dapat dimanfaatkan sebagai obat penyembuh penyakit.
Misalnya tanaman kembang sepatu yang sari perasan bunganya dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan tubercolosa dan bronchitis. 2.3
Gambaran Umum Bromelia Tanaman bromelia berasal dari Amerika Selatan terutama dari Brazilia dan
beberapa jenis lainnya ditemukan di Mexico dan Amerika Tengah. Menurut Kramer (1991) yang diacu dalam Santi dan Kusumo (1996), spesies bromelia yang dapat diidentifikasi sebanyak 150 jenis dari 27 genera. Kemudian berkembang menjadi 1800 jenis spesies dari 46 genera yang telah diidentifikasi (Prihmantoro 1991, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Menurut Verina (2007), bromelia adalah tanaman epifit yang termasuk kedalam famili Bromeliaceae. Pada tanaman ini terdapat tiga subfamili, yaitu Bromeliadeae, Pitcaimioideae dan Tillandsioideae. Bromelia merupakan jenis tanaman tropis dan semusim yang umumnya hidup pada suhu 15-30 derajat celcius dengan kelembaban sekitar 60 persen dan akan berbunga pada usia 3-4 tahun. Jenis bromelia yang sering ditemui memiliki susunan daun yang padat dan dapat penyimpan air. Melalui simpanan air di ketiak daunnya tersebut, tanaman ini dapat memperoleh nutrisi bagi pertumbuhannya dan dapat bertahan hidup pada musim yang kering. Selain dapat hidup berdiri sendiri, bromelia juga dapat hidup menempel pada batang pohon yang masih hidup atau pada batang yang telah mati. Nutrisi yang dibutuhkan akan diperoleh dari air hujan, kabut, embun, atau tetesan air dari pohon. 13
Penyiraman pengkabutan dilakukan untuk menjaga kelembaban udara pada bromelia, namun tidak jarang digunakan pula kipas angin dengan kecepatan putaran rendah. Penyiraman dapat dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Hal ini diperuntukkan agar kebutuhan air dapat tercukupi sehingga tanaman dapat bertahan dalam kondisi cuaca panas dan tetap memiliki kualitas daun yang indah3. Bromelia termasuk dalam tanaman pot sekaligus tanaman taman (Mann 1994, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Bromelia dapat berfungsi untuk mempercantik ruangan, menghias sudut-sudut halaman rumah dan sebagai penghias taman. Tidak hanya itu, keragaman jenis bentuk daun, ukuran dan corak warna yang bervariasi serta bunganya yang cantik menyebabkan tanaman ini memiliki ciri khas tersendiri yang hingga saat ini masih digemari4. Beberapa jenis bromelia yang sudah dikenal dan popular diantaranya Neogerelia, Aechmea, Vriesea, Guzmania, Tillandsia dan Nidularium (Evans 1993). Guzmania merupakan salah satu genus bromelia yang berdaun hijau dan memiliki bunga berwarna-warni yang berbentuk bintang. Tanaman jenis ini dapat tumbuh menempel pada kayu-kayu atau tanaman yang sudah mati. Guzmania dapat tumbuh hingga mencapai 38 cm dan lebar 25 cm dengan usia sekitar 2-3 tahun. Keunikan lainnya dari jenis ini adalah tanaman ini akan mati setelah menghasilkan bunga pada musim panas. Aechmea memiliki bunga yang berwarna merah muda dan warna daun yang sedikit bergaris-garis hijau. Tanaman ini dapat hidup hingga 3-4 tahun dan dapat tumbuh hingga 60 cm dengan panjang daun sampai 30 cm. Selain itu tanaman ini dapat tumbuh di tempat yang langsung terkena sinar matahari atau tidak langsung. Neogerelia merupakan jenis yang sangat banyak diminati oleh para hobiis. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak tahan terhadap terpaan sinar matahari langsung. Hal ini pula yang menyebabkan jenis ini memiliki warna daun yang lebih mencolok, cerah dan bervariasi. Selain itu pada bagian tengah tanaman ini terdapat pula bunga yang berwarna merah keunguan. Sebagai tanaman dalam 3 4
Redaksi Agromedia. 2008. Pesona Bromelia. Hlm 7-10 AGRINA. Mei 2009. Bromelia Penghias Taman dan Interior. AGRINA: Vol 5 No. 103, 13-26 Mei 2009. Hlm 12
14
ruangan, jenis ini dapat hidup sampai dengan usia 5 tahun dengan panjang mencapai 60 cm tetapi pada umumnya hanya berkisar 38-46 cm . Nidularium merupakan jenis bromelia yang jarang sekali ditemui. Seperti neogerelia, jenis ini pun memiliki bagian tengah dimana terdapat daun yang jauh lebih kecil ukurannya serta berwarna kekuningan. Nama tanaman ini berasal dari bahasa latin nidus yang berarti ‘sarang’ sehingga tanaman ini lebih dikenal dengan nama ‘bird’s nest’. Jenis tanaman bromelia ini dapat tumbuh hingga mencapai 30 cm dan memiliki bunga berwarna putih. Tillandisia merupakan jenis bromelia yang berbentuk menyerupai rerumputan dan bagian tengah dari tanaman yang berwarna merah muda dengan bunga yang menjulang keatas berwarna biru keunguan dengan ketinggian mencapai 30 cm. Tillandsia dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dan merupakan tanaman epifit yang dapat hidup di bebatuan dan batang pohon. Sedangkan vriseria merupakan jenis tanaman bromelia yang cenderung lebih sulit dikembangkan dibandingkan dengan jenis lainnya dan bukan merupakan jenis epifit. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang runcing, berwarna hijau bergaris dan bertekstur kasar. 2.4
Kajian Bromelia Elva (2010) dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan pasar
tanaman hias bromelia di Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa perusahaan memiliki dua kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang paling penting untuk diatasi adalah perbaikan manajemen dan peningkatan kapasitas produksi. Peluang yang paling mempengaruhi dan penting bagi pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian tahun 2010-2014 serta adanya wawancara konsep green living dari pemerintah. Ancaman yang harus diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan tanaman hias substitusi. Kemudian dengan menggunakan strategi arsitektur dihasilkan dua bagian strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu: (1) 15
Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; (2) Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyarakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu: (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; (2) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan agregat pasar potensial; (3) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; dan (4) revitalisasi Promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper.
2.5
Analisis Risiko Produksi Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan risiko produksi adalah
penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti (2008). Penelitian ini meneliti tentang risiko produksi dan harga kentang dan kubis di Bandung. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko model GARCH (1,1) dan menghitung nilai varian. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input. Input pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Risiko pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan komoditas kubis sedangkan risiko harga pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk kedalam risk aversion dengan melakukan penggurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat pengurangan peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan sempit. Demikian juga pada peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan non farm yang paling rendah. 16
Wisdya (2009) menganalisis tentang risiko produksi anggrek phaleonopsis pada PT Eka Graha Flora. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko paling tinggi terdapat pada tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078. Artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,078. Sedangkan risiko produksi anggrek berdasarkan pendapatan bersih memiliki risiko yang tinggi pada anggrek dengan teknik seedling yaitu sebesar 1,319 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 1,319. Safitri (2009) meneliti tentang risiko produksi daun potong pada PT Pesona Daun Mas Asri. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis spesialisasi produksi berdasarkan produktivitas pada Asparagus bintang dan Philodendron marbel diperoleh risiko yang paling tinggi dari kedua komoditas itu adalah Philodendron marbel yaitu sebesar 0,29 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,29. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yaitu sebesar 0,25 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0,25. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi adalah Philodendron marbel yaitu 0,40 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,40. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yakni 0,48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,48. Analisis produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Sembiring (2010) meneliti tentang risiko produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm. Tujuan penelitian tersebut untuk menganalisis risiko produksi sayuran organik yang dihadapi perusahaan serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko produksi 17
tersebut. Analisis risiko yang dilakukan menggunakan analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Kegiatan produksi sayuran organik ini dianalisis risiko produksinya berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi brokoli, caisin, sawi putih, dan tomat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan, risiko tertinggi dari keempat komoditi tersebut adalah brokoli sebesar 0,54 untuk risiko berdasarkan produktivitas dan 0,8 untuk risiko berdasarkan pndapatan bersih. Hal ini dikarenakan brokoli sangat rentan terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak pasti. Selain itu, analisis risiko pada kegiatan portofolio yang dilakukan pada tomat dengan caisin, tomat dengan sawi putih, dan brokoli dengan tomat menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko. 2.6
Kajian Manajemen Risiko Penelitian yang dilakukan Effendy (2010) mengenai manajemen risiko
dalam usaha perkebunan kelapa sawit PT Sawindo Kencana menggunakan metode Expert Opinion melalui pendekatan metode Delphy. Metode Expert Opinion ini digunakan dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas risiko. Hasil identifikasi sumber-sumber risiko pada PT Sawindo Kencana didapatkan hasil bahwa risiko yang terdapat pada perusahaan tersebut yaitu risiko produksi, risiko sumber daya manusia, risiko pasar, risiko institusional dan risiko finansial. Risiko produksi adalah risiko serangan hama, risiko serangan gulma, risiko serangan penyakit pada tanaman kelapa sawit, risiko curah hujan, risiko kebakaran, risiko usia tanaman dan risiko penambangan timah. Pada risiko sumberdaya manusia terdapat risiko kesalahan manusia (human error), risiko perilaku menyimpang (moral hazard), risiko keselamatan kerja, dan risiko losses manusia. Risiko pasar yang dihadapi perusahaan adalah risiko fluktuasi harga dan ketersediaan input. Pada risiko institusional, risiko yang dihadapi perusahaan adalah kebijakan pemerintah daerah mengenai areal kebun perusahaan yang masih bersengketa dengan PT Timah. Sedangkan pada risiko finansial, risiko yang dihadapi perusahaan adalah UMR yang terus meningkat. Berdasarkan hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh 18
perusahaan secara garis besar adalah strategi preventif, strategi mitigasi, dan beberapa alternatif strategi seperti detect and monitor dan monitoring. Berdasarkan studi litelatur di atas, maka penelitian kali ini bertujuan untuk melihat strategi manajemen risiko produksi yang diterapkan oleh perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Aproksimasi untuk menghitung dampak dan probabilitas risiko dengan menggunakan metode Expert Opinion, yang memiliki sedikit kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy (2010) yang menggunakan metode Expert Opinion dengan pendekatan Delphy dan juga penggunaan peta risiko sebagai alat bantu dalam pengelompokan risiko. Selain itu, terdapat pula kesamaan pada komoditas dan lokasi penelitian, sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Elva (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy (2010) adalah dalam melakukan pengelompokan risiko. Effendy (2010) melakukan pengelompokan berdasarkan pendekatan pada kemungkinan nilai nominal dari dampak dan probabilitas risiko tersebut, sedangkan penelitian ini melakukan pengelompokan berdasarkan nilai status risiko. Selain itu, perbedaan lainnya yaitu terletak pada topik penelitiannya. Walaupun penelitian yang dilakukan ini memiliki kesamaan lokasi dan jenis komoditas dengan yang dilakukan oleh Elva (2010), namun belum ada yang melakukan penelitian dengan topik risiko produksi di lokasi tersebut.
19
Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian. Nama Penulis
Tahun
Anna Fariyanti
2008
Sri Wisdya
2009
Nur Amalia Safitri
2009
Elva
2010
Lustri Sembiring
2010
Hendra Pratama Effendy
2010
Judul Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaonopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat Analisis Risiko Produksi Daun POTONG di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Perencanaan Strategi Pembangunan Pasar Tanaman Hias Bromelia melalui Pendekatan Arsitektur Strategi Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Manajemen Risiko dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung.
Metode Analisis Analisis Risiko model GARCH dan Menghitung Nilai Varian Analisis Spesialisasi dan Portofolio Analisis Spesialisasi dan Portofolio Strategi Arsitektur Landscape Analisis Spesialisasi dan Portofolio Metode Expert Opinion dan Metode Delphy
20