II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan iklim di Indonesia cocok untuk melakukan kegiatan agribisnis. Agribisnis merupakan suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Soekartawi 1993). Konsep-konsep tersebut saling terkait satu dengan yang lain sehingga terbentuk suatu rangkaian kegiatan agribisnis. Tanaman yang dapat dijadikan sebagai kegiatan agribisnis di Indonesia, salah satunya adalah tanaman hias dan tanaman buah, dimana tanaman hias dan tanaman buah merupakan tanaman yang memiliki prospek baik di Indonesia untuk dijadikan sebagai kegiatan agribisnis. Menurut Palungkun (1995), berdasarkan jenisnya tanaman hias dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pertama tanaman hias bunga apabila tanaman tersebut memiliki bunga yang menarik baik dari warna bunga, bentuk bunga, bau bunga yang harum atau ukurannya yang istimewa. Contohnya yaitu krisan, mawar, anyelir, anthurium bunga, dan lain-lain. Kedua, tanaman hias daun yang memiliki daya tarik tersendiri pada bagian daunnya. Daya tarik daun dapat dilihat dari bentuk, warna, komposisi daun dengan batang yang indah. Contohnya yaitu aglonema, kuping gajah, meranti, sirih-sirihan dan lainlain. Ketiga, tanaman hias batang yang mengandalkan keindahan batangnya. Keindahan batang dapat ditampilkan dalam bentuk batangnya ataupun warna batangnya. Contohnya yaitu palem botol, palem merah, palem kuning, dan kaktus. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa quisqualis dan mandevilla merupakan tanaman hias yang memiliki bunga yang menarik dari segi warna, bentuk, bau dan ukurannya yang menarik. Selain tanaman hias, tanaman buah juga dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Menurut Plantus (2010), untuk melihat kemampuan berbuah tanaman buah pada kegiatan budidaya buah-buahan, dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri morfologi atau penampakannya. ciri-ciri tanaman buah dapat dibedakan menjadi empat berdasarkan musimnya, yaitu :
108
1. Ciri-ciri tanaman buah yang berbuah sepanjang tahun. Ciri-ciri tanaman buah ini
adalah
tanaman
semusim
berbatang
tunggal
yang
tumbuh
berkesinambungan dan lingkungan berpengaru kecil. Misalnya kelapa, markisa, nenas, pepaya, pisang , salak, semangka, melon dan stroberi. 2. Ciri-ciri tanaman buah-buahan yang berbuah hampir tidak mengenal waktu. Ciri-ciri tanaman buah ini adalah batan berkayu dan lebih pendek, percabangan lebih ringkas, pertumbuhan lebih cepat dan pengaruh lingkungan kecil sampai sedang. Sebagai contoh adalah alpokat, cereme, anggur, apel, asam jawa, belimbing, jambu biji, jambu bol, jeruk besar, kedondong, nangka, sawo dan sirsak. 3. Ciri-ciri tanaman buah yang berbuah dalam satu tahun pada musim tertentu. Ciri-ciri yang dimiliki oleh tanaman ini adalah tanaman buah tersebut merupakan pohon tahunan, struktur cabang rumit dan tumbuh berkala dan lingkungan berpengaruh sedang. Sebagai contoh adalah bisbul, buni, cempedak, duku, durian, jambu air, jambu mete, kemang, ketupa, lobi-lobi, lengkeng, mangga, manggis, menteng dan rambutan. 4. Mengenal ciri-ciri tanaman buah yang berbuah pada musim tertentu, bisa tiap 2-3 tahun sekali. Ciri-ciri tanaman buah ini adalah sejenis pohon tahunan yang memiliki struktur percabangan rumit, pertumbuhan lambat, dan lingkungan sangat berpengaruh. Misalnya durian, manggis, gandaria, jambu bol (varietas tertentu), kenari, kesemek dan kepel (burahol). 2.2 Sumber-Sumber Risiko Produk Agribisnis
Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada usaha pertanian sebagian
besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja (SDM) (Harwood et al,.1999). Sumber-sumber risiko tersebut, akan menyebabkan kerugian bagi pihak yang mengelola usaha, terutama pada kegiatan produksi. Hal ini dikarenakan, risiko pada kegiatan produksi pertanian relatif lebih besar dibandingkan risiko pada kegiatan lain dalam usaha pertanian. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin. Pada umumnya risiko dapat diminimalkan dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan 14
teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih/bibit dan obat-obatan. Hasil penelitian Ginting (2009) menyatakan bahwa sumber-sumber risiko yang mempengaruhi produksi Jamur Tiram Putih adalah perubahan cuaca dan iklim, hama dan penyakit tanaman, keterampilan tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Sumber-sumber risiko tersebut menimbulkan adanya fluktuasi produksi pada usaha Jamur Tiram Putih. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2009), didapat bahwa sumber-sumber risiko pada kegiatan produksi usaha Daun Potong ini antara lain disebabkan oleh iklim dan cuaca, tingkat kesuburan lahan serta hama dan penyakit yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Sianturi (2011) juga menyatakan sumber-sumber risiko yang terdapat dalam pengusahaan Bunga yaitu disebabakan cuaca dan iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, tenaga kerja serta harga produk. Begitu pula pada penelitian Silaban (2011) yang menyatakan bahwa sumber-sumber risiko yang ada pada perusahaan dalam mengusahakan ikan hias antara lain cuaca dan iklim, penyakit, kualitas pakan serta tenaga kerja. Akibat dari sumber-sumber risiko tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi survival rate yang merupakan akumulasi dari sumber risiko yang terjadi selama proses produksi ikan hias berlangsung. Risiko yang terjadi pada usaha pertanian tidak hanya terjadi pada kegiatan produksi, tetapi dapat pula terjadi risiko pada kegiatan pemasaran (risiko pasar) yang mencakup fluktuasi harga input dan output. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2009) yang mengungkapkan ketidakpastian pesanaan merupakan sumber utama risiko pasar yang dihadapi perusahaan dalam pemasarana sayuran organik. Menurut Panggabean (2011), Faktor-faktor penyebab munculnya risiko penjualan anggrek secara umum dapat dibagi dua bagian besar yaitu: kegagalan pada proses penyediaan tanaman anggrek (pra penjualan) dan kegagalan perusahaan dalam mengendalikan pasar. Kegagalan pra penjualan disebabkan karena perubahan iklim dan cuaca, serangan hama dan penyakit. Sedangkan kegagalan pasar disebabkan oleh selera konsumen, harga jual anggrek, dan kerusakan pada saat proses pengiriman tanaman. 15
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, diperoleh sumber-sumber yang menjadi risiko adalah faktor cuaca, iklim, suhu, hama dan penyakit, kerusakan teknis/mekanis, efektivitas penggunaan input (SDM). Hal tersebut juga diduga menjadi sumber-sumber risiko pada pengusahaan tanaman hias dan tanaman buah yang diteliti pada penelitian ini. 2.2.2 Metode Analisis Risiko
Metode analisis yang dipakai pada umumnya dalam pengukuran risiko
antara lain variance, standar devationi, dan coefficient variation (Elton dan Gruber, 1995). Dimana untuk menghitung variance, sebelumnya harus mengetahui peluang dan expected return dari suatu kejadian dalam menjalankan usaha. Alat ukur risiko ini digunakan untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation nya maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Alat ukur risiko ini dilakukan pula pada penelitian Ginting (2009), Safitri (2009), Silaban (2011), Sianturi (2011) dan Panggabean (2011). Selain metode analisis alat ukur risiko dengan variance, standard deviation, dan coefficient variation, dapat pula dilakukan metode analisis lain. Metode analisis lain dilakukan pada penelitian Firmansyah (2009) yang meneliti risiko portofolio pemasaran sayuran organik. Penelitian ini menggunakan metode analisis single-index portofolio dengan bantuan Software SPSS. 2.2.3 Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko diperlukan untuk meminimalkan risiko yang terjadi pada perusahaan. Pada penelitian Ginting (2009), strategi pengelolaan risiko produksi yang diterapkan adalah strategi preventif, yaitu meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani iklim dan cuaca dengan meningkatkan intensitas penyiraman, membersihkan area produksi untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, melakukan perencanaan pembibitan yang baik dengan kualitas bahan baku yang baik, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang jamur tiram putih, serta menggunakan peralatan yang steril. Strategi yang berbeda dikemukakan oleh 16
Firmansyah (2009), dimana strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau penjualan tinggi yaitu dengan cara memperbanyak agen atau distributor serta melakukan kerjasama dengan supermarket-supermarket atu toko-toko. Penelitian Safitri (2009) mengenai analisis risiko produksi daun potong, didapat strategi pengelolaan risiko yaitu dengan melakukan kegiatan diversifikasi dan pola kemitraan. Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Sianturi (2011), dimana strategi yang pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Begitu pula penelitian yang dilakukan Silaban (2011) menggunakan strategi pengelolaan risiko dengan diversifikasi, penerapan teknologi baru, serta peningkatan manajemen perusahaan yang tepat dan terarah. Strategi diversifikasi merupakan strategi yang sama diterapkan dalam penelitian ini untuk meminimalkan risiko. Sama halnya penelitian Panggabean (2011) yang menggunakan strategi diversifikasi pada tiga komoditas anggrek. Strategi lain pada penelitian Panggabean adalah dengan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Persamaan terdapat pada alat analisis yang digunakan, yaitu dengan variance, standard deviation, dan coefficient variation seperti yang dilakukan pada penelitian Safitri (2009), Ginting (2009), Silaban (2011), Sianturi (2011) serta Panggabean (2011). Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dari segi komoditas yang diteliti. Penelitian ini meneliti komoditas tanaman hias dan bibit tanaman buah, sedangkan penelitian terdahulu seperti Safitri (2009) meneliti daun potong Asparagus bintang dan Philodendron merble, Firmansyah (2009) meneliti sayuran organik brokoli, wortel, tomat, dan jagung, Ginting (2009) meneliti jamur tiram putih, Silaban (2011) meneliti ikan hias discus, lobster, dan manvis dan Sianturi (2011) melakukan penelitian pada komoditas bunga krisan, kalandiva, kalanchoe, dan kastuba, serta Panggabean (2011) meneliti pada komoditas anggrek. Perbedaan juga terdapat pada perusahaan yang diteliti dengan 17
melihat kegiatan diversifikasi/portofolio yang dapat meminimalkan risiko. Adapun studi terdahulu yang berkaitan dengan risiko dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Mengenai Risiko Nama Penulis Tahun Firmansyah 2009
Ginting
2009
Panggabean
2011
Safitri
2009
Sianturi
2011
Silaban
2011
Judul Risiko Portofolio Pemasaran Sayuran Organik pada Perusahaan Permata Hati Organic Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat. Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Analisis Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga Pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada PT Taufan Fish di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Metode Analisis Analisis Risiko melalui Metode Single Indeks Portofolio dan Analaisis Koefisien Korelasi. Analisis Risiko pada kegiatan spesialisasi. Analisis Risiko pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis Risiko pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis risiko pada kegiatan diversifikasi/portofolio . Analisis risiko pada kegiatan diversifikasi/portofolio .
18