perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan a. Konsep Sejenis Kajian tentang gajah yang di wujudkan dalam bentuk karya seni pernah di tulis oleh Majalah TEMPO dengan judul Terakota Gajah Majapahit edisi Arsip Tempo pada senin, 24 Maret 2003. Manifestasi bentuk terakota gajah Majapahit lebih menarik diulas dengan pendekatan estetika. Artefak gajah banyak ditemukan di kota Trowulan yang diperkirakan sebagai pusat kota Majapahit pada masa lampau. Banyak perwujudan gajah yang sangat menarik untuk diamati secara mendalam. Artefak gajah yang ditemukan diulas menurut kaca mata seni. Data yang akurat didapatkan pada candi Hindu maupun Budha. Data tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan apa yang melatar belakangi munculnya bentuk perwujudan gajah dalam terakota di trowulan. Manifestasi gajah dalam terakota dianggap memiliki banyak fungsi dan makna simbolis dalam agama. Terakota telah dikenal sebagai penciptaan manusia kuno. Pemanfaatan terakota di Indonesia mencapai kejayaan dalam periode klasik pada abad ke13 sampai dengan ke 15, bersama dengan zaman keemasan kerajaan Majapahit. Pembahasan dalam tulisan ini menggunakan dasar ilmu estetika commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
dan ikonografi karena artefak memiliki struktur bentuk seni terkait dengan keindahan dan estetika, untuk mengetahui fungsi dan makna dalam kegiatan keagamaan. Pembahasan difokuskan pada artefak terakota yang berupa patung dan berbagai bentuk lain, sehingga ilmu ikonografi sangat mendukung untuk mengetahui apa arti yang ada dalam manifestasi gajah. Gajah dalam bentuknya diwujudkan secara realis dan deformatif. Kedua manifestasi memiliki latar belakang kepercayaan dari masyarakat trowulan pada masa Majapahit yang memeluk agama Hindu Budha. Pada saat itu gajah dianggap memiliki symbol kekuatan, kejantanan dan kebijaksanaan. Selain itu, gajah juga merupakan kendaraan dewa indra, bernama Airavata. Gajah juga merupakan symbol dari kisah kelahiran Budha / Jataka. Gajah juga dianggap sebagai tuhan yang disebut shri-gaja. Gajah juga dianggap sebagai simbol status sosial dan kesuburan. Penulis memilih teknik ini karena teknik ini dapat mewakili ide dan konsep penulis yang menggunakan banyak warna dalam karyanya. Penulis mengangkat binatang gajah sirkus sebagai sumber ide karya seni lukis yang didasari oleh pengalaman pribadi tentang kekaguman pada kecerdasan pada hewan gajah. Ingatan jangka panjang tentang gajah sirkus yang membekas pada diri penulis, membuat hewan gajah ini dipilih menjadi konsep. Selain dari pengalaman pribadi konsep ini juga bersumber pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
pengamatan baik langsung melihat sirkus gajah secara langsung dan pengamatan tidak langsung melalui buku atau kajian-kajian proses. Gajah sirkus sebagai tema yang diangkat akan di visualisasikan dalam bentuk karya seni lukis dengan media akrilik di atas kanvas dalam berbagai macam format ukuran. Pada proses awal ini dilakukan pembuatan sketsa ada kertas gambar, diperlukan ide-ide pada pembuatan sketsa awal ini. Karya yang akan dibuat dan diwujudkan dalam karya seni rupa dua dimensi yaitu seni lukis. Konsep yang dipilih yaitu mengenai tema “Gajah Sirkus”. Konsep mengenai tingkah laku gajah pada saat sirkus dengan diwakili oleh bentuk atau simbol-simbol yang terkait konsep karya. Warna yang digunakan adalah warna-warna pastel untuk background dan warna-warna terang untuk objek yang ditampilkan. b. Gajah Gajah merupakan hewan darat terbesar di dunia. Gajah memiliki ciriciri khusus, yang paling mencolok adalah belalai atau proboscis yang digunakan untuk banyak hal, terutama untuk bernapas, menghisap air, mengambil benda, menjangkau dan mengangkut makanan kemulutnya. Belalai gajah memiliki beberapa fungsi, seperti bernapas, mencium bau, menyentuh, menggapai dan menghasilkan suara. Indera penciuman gajah mungkin empat kali lebih sensitif dari anjing pemburu darah. Kemampuan belalai untuk melintir dan melingkar memungkinkan pengambilan makanan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
bergelut dengan sesamanya dan mengangkat beban dengan massa hingga 350 kg. Belalai gajah dapat pula digunakan untuk menyeka mata dan memeriksa lubang pada tubuh, serta untuk membuka kulit kacang tanpa memecahkan isinya. Dengan belalainya gajah dapat menjangkau ketinggian hingga 7 m dan menggali untuk menemukan air dibawah lumpur atau pasir. Individu gajah dapat menunjukkan preferensi lateralnya saat sedang mencoba menggapai sesuatu dengan menggunakan belalai. Beberapa cenderung melintirkan belalainya kearah kiri, sementara yang lain kearah kanan. Gajah dapat menghisap air untuk diminum atau disiramkan ke tubuh mereka. Gajah Asia dewasa dapat menampung 8.5 L air dibelalainya. Mereka juga menyemprotkan debu atau rumput pada diri mereka sendiri. Saat berada dibawah air, gajah menggunakan belalainya untuk bernapas.
Gambar 2. “Gajah”, ukuran 4.25 “x8.5”, tahun 2014 (Sumber: http://www.pulsk.com) 01/09/2015/20.45WIB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Gigi seri gajah tumbuh menjadi taring atau gading yang dapat digunakan sebagai senjata dan alat untuk memindahkan benda atau menggali. Taring gajah merupakan modifikasi gigi seri dirahang atas. Taring tersebut menggantikan gigi susu ketika gajah berumur 6–12 bulan dan tumbuh dengan laju pertumbuhan sekitar 17 cm pertahun. Dentin pada taring disebut gading dan pada penampang lintangnya terdapat pola garis yang berselang-seling, yang menghasilkan area berbentuk permata. Sebagai jaringan yang hidup, taring sendiri relatif lembut taring gajah kurang lebih keras. Sebagian besar gigi seri dapat dilihat dari luar, sementara sisanya melekat pada sendi ditengkorak. Paling tidak sepertiga taring merupakan pulp dan beberapa taring memiliki saraf yang membentang hingga ke ujung. Maka sulit untuk mengambil taring gajah tanpa melukai hewannya. Saat diambil, gading mulai mengering dan pecah bila tidak disimpan ditempat yang dingin dan lembab. Taring memiliki beberapa fungsi, dapat digunakan untuk menggali untuk menemukan air, garam dan akar menguliti atau menandai pohon dan menyingkirkan pohon dan cabang yang menghalangi jalan. Saat sedang berkelahi, taring digunakan untuk menyerang dan bertahan serta untuk melindungi belalai. Daun telinganya yang besar membantu mengatur suhu tubuh mereka. Gajah Afrika memiliki telinga yang lebih besar dan punggung yang cekung, sementara telinga gajah Asia lebih kecil dan punggungnya cembung. Telinga gajah memiliki dasar yang tebal dan ujung yang tipis. Daun telinga gajah atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
pinnae memiliki sejumlah pembuluh darah yang disebut pembuluh darah kapiler. Darah yang hangat mengalir ke pembuluh darah kapiler, sehingga membantu mengeluarkan panas tubuh yang berlebih. Hal ini berlangsung ketika pinnae berada pada posisi diam dan gajah dapat mengeluarkan lebih banyak panas dengan mengepakkan daun telinganya. Semakin luas permukaan telinga, semakin banyak jumlah pembuluh darah kapiler, sehingga lebih banyak panas yang dapat dikeluarkan. Di antara semua gajah, gajah Afrika hidup di iklim terpanas, sehingga memiliki daun telinga terbesar. Gajah memiliki kulit sangat keras dengan ketebalan 2,5 cm dipunggung dan sebagian kepalanya. Kulit di sekitar mulut, anus dan didalam telinga jauh lebih tipis. Warna kulit gajah pada umumnya abu-abu, tetapi gajah Afrika tampak berwarna kecoklatan atau kemerahan setelah berkubang dilumpur yang berwarna. Gajah Asia mungkin menunjukkan tanda-tanda depigmentasi, terutama didahi, telinga dan kulit disekitarnya. Anak gajah memiliki rambut yang berwarna kecoklatan atau kemerahan, terutama di kepala dan punggungnya. Begitu gajah menjadi dewasa, rambut mereka menjadi lebih gelap dan jarang, tetapi konsentrasi rambut dan bulu yang padat masih dapat ditemui diujung ekor, dagu, alat kelamin, disekitar mata dan bukaan mata. Gajah Asia umumnya memiliki lebih banyak rambut daripada gajah Afrika. ( Nurlailah, 2013:15). Ketika melihat gajah diserang oleh musuh, gajah selalu menggunakan gadingnya untuk melindungi belalainya. Memindahkan benda pun gajah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
menggukan gadingnya. Tidak sedikit gajah melakukan hal yaitu menggali dengan gadingnya gajah dapat menggali tanah. Gajah telah dijadikan hewan pekerja paling tidak semenjak masa Peradaban Lembah Indus dan masih digunakan hingga masa modern. Pada tahun 2000, terdapat 13.000–16.500 gajah pekerja di Asia. Gajah-gajah tersebut biasanya ditangkap dialam bebas saat berumur 10–20 tahun, yang dapat dilatih dengan cepat dan mudah, serta mampu bekerja untuk waktu yang lebih
lama.
Mereka
biasanya
ditangkap
secara
tradisional
dengan
menggunakan perangkap, tetapi semenjak tahun 1950 obat penenang telah digunakan. Gajah Asia lebih umum dijadikan hewan pekerja, tetapi di Afrika praktik tersebut juga dilakukan. Gajah Asia melakukan tugas seperti mengangkut beban ke wilayah terpencil, memindahkan kayu ke truk, membawa wisatawan ditaman nasional, menarik gerobak dan menjadi bagian dari proses religius. Di Thailand utara, gajah digunakan untuk menelan biji kopi agar dapat menghasilkan kopi Gading Hitam. Gajah lebih dihargai dari mesin karena dapat bekerja diperairan yang relatif, memerlukan biaya perawatan yang relatif sedikit, hanya membutuhkan tumbuhan dan air serta dapat dilatih untuk mengingat beberapa tugas. Gajah dapat dilatih untuk menanggapi lebih dari 30 perintah. Namun, gajah yang sedang mengalami musth berbahaya dan dirantai hingga musth selesai. Di India, banyak gajah yang mengalami penyiksaan. Maka dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
itu, gajah dilindungi oleh Undang-Undang Pencegahan Kekejaman terhadap binatang. Perwujudan konsep sirkus gajah ke dalam karya seni ini merupakan hal yang baru baik secara visual maupun tulisan sebagai konsep pengantarnya. Selain itu, hasil yang disajikan bersifat baru dan berbeda dari konsep visual dan penelitian-penelitian sebelumnya. Dapat dikatakan baru dan berbeda dikarenakan hasil dari penelitian dan perwujudan karya merupakan ide asli dari penulis. Sementara itu, penelitian dan konsep karya serupa hanyalah bersifat sebagai sumber referensi. Sumber yang telah dipaparkan di atas hanya bersifat rujukan dan sebagai pembanding, sehingga dapat diketahui unsur novelti di dalam karya yang dibuat.
c. Gajah Sirkus Sebuah sirkus adalah sekelompok orang yang berkelana untuk menghibur
penonton
dengan
atraksi akrobat, badut,
binatang
terlatih,
aksi trapeze, berjalan diatas tali, juggling, sepeda roda satu dan hiburanhiburan lainnya. Kata ini juga mendeskripsikan kegiatan yang mereka lakukan, yang biasanya merupakan atraksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Gambar 6. “Sirkus Gajah”, ukuran 4 “x 9”, tahun 2015 (Sumber https://ariefrahmansains.files) 07/06/2016/21.00WIB
Dalam sejarah, gajah disimpan untuk dijadikan tontonan di Mesir, Tiongkok, Yunani dan Romawi Kuno. Bangsa Romawi mempertarungkan gajah dengan manusia dan hewan lain dalam acara gladiator. Pada masa modern, gajah biasanya dapat ditemui dikebun binatang dan sirkus diseluruh dunia. Gajah sirkus dilatih untuk melakukan trik-trik. Salah satu gajah sirkus yang paling terkenal adalah Jumbo, yang merupakan atraksi utama di Sirkus Barnum & Bailey. Gajah-gajah tersebut tidak dapat bereproduksi dengan baik karena kesulitan penanganan gajah jantan yang sedang mengalami musth dan terbatasnya pemahaman mengenai siklus oestrus pada gajah betina. Gajah yang lebih umum digunakan disirkus dan kebun binatang modern adalah gajah Asia. Pada tahun 2000, sekitar terdapat 1.200 gajah Asia dan 700 gajah Afrika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
di kebun binatang dan sirkus. Populasi gajah dipenangkaran terbesar adalah di Amerika Utara, yang memiliki 370 gajah Asia dan 350 gajah Afrika. Sekitar 380 gajah Asia dan 190 gajah Afrika hidup di Eropa, sementara Jepang memiliki sekitar 70 gajah Asia dan 67 gajah Afrika. Keberadaan gajah di kebun binatang telah menjadi subjek kontroversi. Pendukung kebun binatang meyakini bahwa keberadaan gajah memberikan kemudahan akses bagi para peneliti dan menyediakan uang dan keahlian untuk melestarikan habitat alami mereka. Selain itu, kebun binatang dikatakan dapat mengamankan spesies. Sementara itu, kritikus mengklaim bahwa gajahgajah dikebun binatang mengalami tekanan fisik dan mental. Selain itu, gajah dipenangkaran menunjukkan perilaku stereotipi (perilaku repetitif karena kurangnya stimulasi untuk hewan) dengan bergerak maju mundur atau menggoyang-goyangkan belalai. Perilaku seperti ini telah diamati pada 54% gajah dikebun binatang di Britania Raya. Lebih lagi, gajah-gajah di kebun binatang tampaknya memiliki jangka waktu kehidupan yang lebih pendek dari gajah di alam bebas yaitu 17 tahun, namun penelitian lain menunjukkan bahwa gajah di kebun binatang hidup sama lamanya dengan gajah di alam bebas. Penggunaan gajah di sirkus juga menuai kontroversi, Humane Society of the United States menuduh sirkus melakukan penganiayaan dan membuat sengsara hewan-hewan mereka. Berdasarkan kesaksian di pengadilan federal Amerika Serikat pada tahun 2009, CEO Sirkus Barnum & Bailey Circus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Kenneth Feld mengakui bahwa gajah sirkus dipukul dengan menggunakan pecutan berujung logam di belakang telinga, di bawah dagu dan di kaki. Feld menyatakan bahwa hal tersebut penting untuk melindungi pekerja sirkus dan mengakui bahwa seorang pelatih gajah ditegur karena menggunakan alat kejut listrik pada gajah. Walaupun begitu, dia menentang klaim bahwa praktik tersebut melukai gajah. Beberapa pelatih mencoba melatih gajah tanpa menggunakan hukuman fisik. Ralph Helfer dikenal karena menggunakan kelemah-lembutan dan pahala saat melatih hewan-hewannya, termasuk gajah. (https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah). Salah satu hewan yang memiliki otak yang cerdas gajah dapat dilatih untuk pertunjukan sirkus. Beberapa tingkah laku gajah yang biasanya dilakukan didalam pertujukan sirkus. Gajah dapat dilatih untuk berdiri menggunakan 2 kaki dan duduk. Dan banyak sekali permainan yang dilakukan gajah dalam pertunjukan sirkus. Bermain bola, melukis, menghitung dan berjoget. Sekolah gajah yang pertama kali di Indonesia, didirikan pada tahun 1995 di suaka mergasata (sekarang Taman Nasional) Lampung Tengah. Gajah-gajah “pengganggu” ditangkap dengan senapan bius. Gajah-gajah ini kemudian diangkut dengan truk ke sekolah-sekolah gajah terdekat. Disekolah gajah, gajah hasil tangkapan dengan perlakuan dan pengamanan khusus diadaptasikan dengan lingkungan barunya selama kurang lebih 20 hari. Gajah di perkenalkan dengan lingkungan para calon pelatihnya. Setelah masa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
adaptasi selesai, gajah dimasukkan ke tempat perjinakan. Ditempat perjinakan ini, gajah diajari mengangkat kaki kanan-kiri, berhenti, lari dan sebagainya. Masa pejinakan memakan waktu 3 sampai 6 bulan dan disebut latihan tingkat dasar. Seterusnya gajah naik ke tingkat lanjutan. Disini di ajarkan keterampilan-keterampilan umum. Kemudian ditingkat spesialisasi, gajahgajah dilatih sesuai dengan kebutuhan manusia. Guna memeriahkan pembukaan acara-acara. Misal gajah dilatih bermain sepak bola guna untuk pembukaan acara Visit Indonesia, gajah dilatih sebagai atraksi wisata. Gajah juga di latih untuk pengamanan di hutan. Untuk menarik kayu tebangan menuju tempat pengumpulan gajah kerja pun dapat di lakukan. Gajah-gajah penangkap, yang setiap saat dimanfaatkan untuk mengiringi atau untuk menangkap gajah-gajah liar, yang juga didik disekolah gajah ini. Ternyata gajah juga memiiliki daya ingat dan kepandaian lebih dari hewan-hewan lainnya. Gajah juga mudah menyerap apa yang diajarkan manusia. Gajah-gajah terlatih disekolah gajah telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan rekreasi atau pariwisata di kebun binatang, sirkus, taman hutan raya di Jawa dan di Sumatra. Dengan cara ini, gajah menjadi sahabat yang dapat membantu aktifitas manusia. Gajah yang semula dianggap sebagai penggangu dapat hidup damai berdampingan dengan manusia. Pada waktu mendatang, jumlah populasi gajah meningkat, sedangkat hutan habitat cenderung menurun. Di harapkan jumlah gajah terlebih tiap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
tahun akan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata, gajah sirkus dan sebagai gajah pekerja atau untuk pengamannan kerja di Indonesia. Apabila seluruh kebutuhan di Indonesia tercukupi, mungkin gajah-gajah yang sudah terlatih di sekolah gajah ini dapat menjadi komediti ekspor bernilai ekonomis tinggi. Melalui masyarakat dalam menjaga keutuhan dalam menjaga keutuhan kawasan hutan habitat gajah, gajah-gajah akan dapat diharapkan bertahan hidup di antara manusia.
d. Tingkah Laku Gajah pada saat Sirkus Banyak sekali tingkah laku gajah sirkus yang menarik jika diamati. Dengan bentuknya yang besar, belalainya yang panjang dan lentur membuat gajah lebih menarik. Gajah mempunyai otak cerdas. Banyak sekali tingkah laku gajah sehari-hari yang membuat tertarik untuk melihatnya. Seperti mengibas-ngibas telinganya untuk membantu mengeluarkan panas tubuh yang berlebih. Belalai gajah atau proboscis yang digunakan untuk banyak hal, mengambil benda dan menjangkau, minum dan mengangkut makanan kemulutnya. Pada saat pertujukan sirkus gajah tidak kalah menariknya, yaitu dengan
bermain
hulahop,
menari,
berinteraksi
dengan
temannnya,
menunjukan kemampuannya di atas panggung, bermain kereta api dan lain sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Gambar 7. “Atraksi Gajah”, ukuran 4 “x 9”, tahun 2015 (Sumber https://ariefrahmansains.files) 08/06/2016/21.30WIB
Disaat pertunjukan sirkus dimulai, orang-orang mulai memasuki tenda sirkus dan di tengah-tengah berdirilah sang pemimpin sirkus. Pemain band mulai memainkan musik dan parade masuk dimulai. Semua pemain berjalan masuk dan mengelilingi lingkaran. Ketika parade berakhir, sang pemimpin meniup peluit dan lingkarang sirkus menjadi hidup. Keluarlah gajah yang menari
waltz,
gajah
bermain
dan
pertunjukan
hewan
lainnya.
(https://id.m.Wikipedia.org)
e. Estetika dan Kehidupan pada Gajah Sesuatu dapat dikatakan indah tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, karena keindahan biasanya berasal dari pengalaman batin seseorang. Setiap orang memiliki sudut pandang tentang estetika seperti halnya penulis menganggap gajah memiliki suatu yang indah. Penulis melihat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
sisi keindahan pada gajah pada saat gajah sedang makan menggunakan belalainya yang lentur yang seolah-olah belalainya adalah tangannya. Selain itu keindahan yang dilihat pada tekstur keras dan kasar pada tubuh gajah. Gading yang terletak didekat mulut gajah menambah kesan gagah pada hewan bertubuh besar ini. Hal seperti ini yang di anggap penulis sebuah keindahan. Karena keindahan manyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang di serapnya. Penulis mengangkat tema gajah berdasarkan dari sebuah pengalaman. Bentuk gajah yang menarik menjadikan ide dalam pembuatan karya seni lukis. Dari sebuah pengalaman penulis ingin menggambarkan bentuk gajah yang tidak hanya bisa dinikamati secara langsung namun bisa juga dinikamati lewat sebuah lukisan. Untuk mewujudkan karya seni supaya telihat lebih menarik dan unik, penulis menggunakan cat akrilik dengan warna-warna yang cerah atau pastel. Perubahan yang dilakukan bentuk proposional menjadi perubahan bentuk menjadi sesuatu yang bisa disebut karya lukis.
2. Refrensi ( Kajian Teoritis Seni Rupa) a. Seni Seni adalah segala sesuatu yang dibuat oleh orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukan semata-mata karena kehendak akan kemeahan, kenikmatan, ataupun dorongan kebutuhan spiritual (Mikke, 2012:354). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Seni dalam pengertian lain menurut (Nooryan 2008:62), seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, maupun pengematan-pengamatan. Melalui pengertian di atas bahua, seni merupakan ujud cipta rasa dan karsa manusia dalam bentuk benda yang dibuat manusia dalam bentuk yang memiliki tampilan menarik dan dapat dirasakan oleh pancaindra manusia. Apa yang disebut “seni” memang merupakan suatu wujud yang terindera. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat dan sekaligus didengar (visual, audio, dan audio-visual), seperti lukisan, musik, dan teater. Tetapi, yang disebut seni itu berbeda di luar benda seni sebab seni itu berupa nilai. Apa yang oleh seseorang disebut indah belum tentu indah di mata orang lain. b. Seni Rupa Seni rupa adalah suatu wujud hasil karya manusia yang diterima dengan indra penglihatan dan secara garis besar di bagi menjadi seni murni dan seni terap. (Nooryan, 2008:51). Seni
murni
merupakan
seni
yang
diciptakan
khusus
untuk
mengomunikasikan nilai-nilai estgetis dari karya seni itu sendiri. (Nooryan, 2008:81). Seni rupa berupa sebagai media ekspresi yang di ungkapkan pada seni lukis, seni grafis, seni patung, seni kramik dengan berbagai teknik beserta aliran-alirannya. Perkembangan seni rupa sekarang ini selain seni lukis, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
patung, kramik, grafis juga mewadahi seni-seni yang lainnya seperti, seni lingkungan (enviromental art), seni instalasi, seni pertunjukan (performing art) dan lain-lainnya. c. Komponen Seni Subject Matter merupakan sebuah ide yang dimiliki oleh seniman, artinya sebuah inspirasi dari seniman yang belum dituangkan dalam bentuk karya seni dengan media seni. Seni mampu mengungkapkan semua segi dari kehidupan manusia baik yang bersifat badani maupun yang bersift rohani. Seni yang bersifat menggambarkan atau berbentuk, maka tema yang tepat salah satunya adalah alam. Tetapi dalam seni abstrak yang tidak menggambarkan apa-apa, subject matter atau tema berupa ide atau konsepkonsep intelektual yang lebih sulit dimengerti bila dibandingkan dengan tematema yang didasarkan atas suatu objek atau fakta (P. Mulyadi, 1998:28). Subject matter dalam karya seni adalah suatu persoalan yang diungkapkan dalam suatu karya, karena itu sering kali juga disebut pokok soal atau tema. (P. Mulyadi, 1995: 15). Bentuk ialah satu kesatuan hubungan antara unsur-unsur yang dipilih seniman.
Bentuk
merupakan
hubungan
nilai-nilai
feeling
unsur
pendukungnya, atau kesatuan hubungan nilai-nilai feeling garis, warna, tekstur, shape dan value. Kesatuan itu secara teoritis bersifat konkrit tetapi juga bersifat abstrak. Bersifat konkrit apabila kesatuan hubungan itu ada pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
bentuk fisikal karya, sedangkan bersifat abstrak apabila kesatuan hubungan itu ada pada imajinasi. (Suradjijo, 1996: 32-36). Isi yaitu kualitas atau arti yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga disebut sebagai final statement, mood atau pengalaman penghayat. Isi merupakan arti yang esensial daripada bentuk dan seringkali dinyatakan sebagai sejenis emosi, aktivitas intelektual atau sosialisasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni. (P. Mulyadi, 1995: 16). Subjek matter dalam karya Tugas Akhir ini ialah tingkah laku gajah pada saat sirkus yang dibuat karakter gajah sirkus divisualisasikan dalam bentuk karya lukis. Ketertarikan untuk mepelajari keindahan gajah sirkus yang akan dibuat dan dikembangkan ke dalam sumber ide untuk memvisualisasikan ke dalam sebuah karya seni lukis dengan tehnik sapuan halus d. Ide Penciptaan 1. Ide (Subject Matter) Subject matter dalam karya seni adalah suatu persoalan yang diungkapkan dalam suatu karya, karena itu sering kali juga disebut pokok soal atau tema. (P. Mulyadi, 1995: 15). Penulis menjadikan gajah sirkus sebagai tema karena penulis tertarik dengan tingkah laku gajah pada saat sirkus. 2. Bahan atau Material Bahan atau material dalam dunia seni dikenal dengan "medium". Medium bentuk tunggsal dari kata “media” yang berarti perantara atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
penengah.
Biasa
digilib.uns.ac.id 23
dipakai
untuk
menyambut
berbagai
hal
yang
berhun=bungan dengan bahan (termasuk alat dan teknik yang dipakai dalam karya seni. (Mikke, 2012:255). Penulis menggunakan bahan cat akrilik berbasis air dan alat-alat pendukung lainnya seperti kuas, sendok, palet dan lain-laim. 3. Teknik Teknik basah adalah sebuah teknik dalam menggambar atau melukis dengan menggunakan medium yang bersifat basah atau memakai medium, air dan minyak cair, seperti cat air, cat minyak, tempera, tinta, rapidograf dan lain-lain. (Mikke, 2012:395). Teknik yang digunakan penulis adalah teknik sapuan halus karena dari berbagai teknik yang berada dalam cabang seni lukis inilah yang penulis kuasai. e. Unsur- Unsur Visual 1. Garis Garis adalah unsur rupa yang paling utama. Hal ini di sebabkan, karena penciptaan gambar atau desain merupakan wujud yang pertama kali yang di torehkan oleh garis. Garis memiliki beberapa jenis antara lain garis horisontal, vertikal, diagonal, lengkung, dan zig-zag ( Tamara 2013: 10)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Penulis menggunakan dua jenis garis yaitu nyata dan semu. Garis nyata digunakan pada saat membuat ornamen, sedangkan garis semu muncul akibat bidang warna yang berbeda saling berhimpit. 2. Warna Didevinisikan sebagai getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda. ( Tamara 2013: 10) Unsur warna yang akan ditampilkan merupakan warna-warna pastel, lembut juga menampilkan warna terang yang akan memberikan kesan cerah dan lembut pada gambar dan memberikan kesan kecerian dan ketenangan. Warna-warna pastel yang digunakan seperti, ungu muda, coklat muda, putih tulang, dan abu-abu. 3. Bidang Bidang adalah beberapa garis berbeda arah dan saling berpotongan akan membentuk bidang atau pola ( pattern). Bidang bersifat dua dimensi atau bermatra dua, karena tidak memiliki kedalaman ( Depth). Namun bidang memiliki ukuran atau luasan (Tamara 2013: 23). Bidang atau shape adalah area. Bidang terbentuk karena ada dua atau lebih garis yang bertemu (bukan berhimpit).
Dengan kata lain,
bidang adalah sebuah area yang di batasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif. (Mikke Susanto, 2011:55) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Penulis menggunakan bentuk geometrik untuk menggambarkan benda-benda mati, dan bentuk biomorfik untuk menggambarkan gajah serta tumbuh-tumbuhan. 4. Tekstur Tekstur adalah kesan halus dan kasarnya suatu permukaan lukisan atau gambar, atau perbedaan tinggi rend ahnya permukaan suatu lukisan atau gambar. Tekstur juga merupakan ronavisual yang menegaskan karakter suatu benda yang di lukis atau di gambar. Ada dua macam jenis tekstur
atau
barik.
Pertama
adalah
tekstur
nyata,
yaitu
nilai
permukaannnya nyata atau cocok atara tampak dengan nilai rabanya. Misalnya sebuah lukisan menapakkkan tekstur yang kasar, ketika lukisan tersebut di raba, maka yang di rasakan adalah rasa kasar sesuai tekstur lukisan tersebut. Sebalikknya kedua, tekstur semu memberikan kesan kasar karena penggunaan teknik gelap terang lukisnya, ketika di raba maka rasa kasarnya tidak kelihatan, atau justru sangat halus. ( Nooryan, 2008:101) Tekstur yang digunakan oeleh penulis dalam karyanya adalah tekstur semu, yang mucul karena pemberian ornamen pada karya sehingga menimbulkan efek seperli relief namun terasa halus ketika di raba.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
f. Komposisi dalam Karya Seni Komposisi terbuka aransemen atau komposisi tanpa ada batasan. Figur atau objek dapat muncul di dalam atau di luar frame secara random dan objek dapat di sajikan sebagai bagian dari hal yang melebihi pandangan mata penoton. Komposisi tertutup tipe komposisi yang semua elemen gambar mucul hanya mengisi bidang gambar, figur-figurnya hadir dalam batas pandang penoton. (Mikke Susanto, 2011:277) Komposisi pada karya penulis akan menggunakan komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah mengumpul, menyempit sehingga terlihat adanya pengelompokan objek gambar kedalam pusat bidang atau ruang.
g. Perubahan Wujud dalam Karya Seni Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan konsep, tema dan latar belakang seniman. Perubahan susunan yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan hal yang baru, sehingga menghasilkan figur semula atau yang sebenarnya, yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi. Adapun cara pengubahan bentuk antara lain, seperti simplikasi atau penyederhanaan, distorsi atau pembiasan, destruksi atau perusakan, stilasi atau penggayaan, dan kombinasi semua susunan bentuk tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
1. Distorsi Di dalam distorsi bentuk terjadi penyimpangan perwujudan, dengan maksud menyederhanakan benda tersebut. Hasil dadi penyerdehanaan bentuk ini masih tetap memegang bentuk asal secarakeseluruhan, atau dengan kata lain perwatakan bentuknya tetep. ( Tamara 2013: 89) Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang dibelokan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan cara untuk menggali kemungkinan-kemungkinan lain pada suatu bentuk atau figure. Perubahan bentuk yang dibuat penulis dalam karya ini yaitu penulis menggabungkan bentuk pertunjukkan gajah pada saat sirkus seperti menyerderhanakan bentuk gajah dan objek-objek lain menjadi bidang-bidang warna yang solit. 2. Naif Seni naif, berarti penuh kesegaran, lukisan bergaya kekanakkanakan, menggunakan warna terang dan kuat, komposisi ritmis, biasanya dipakai seniman yang berkerja tanpa atau belum mengalami pendidikan atau nonformal. Perubahan bentuk naif dalam karya penulis perbedaan bentuk gajah dan objek sekitarnya yang tidak sama menyrupai bentuk aslinya atau di lebih-lebihkan. ( Tamara 2013: 187)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
B. Sumber Ide Rujukan Karya Beberapa karya dari seniman yang menginspirasi
dalam
proses
berkarya yang memiliki konsep dan skill yang matang dalam berkarya. Seniman tersebut antara lain : 1. Yusof Gajah Moh Yusof Bin Ismail yang biasanya akrab di panggil Yusof Gajah lahir pada 10 Februari 1954. Pada tahun 1972-1974 dia mengenyam pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia Jogjakarta, Indonesia. Dan tahun 1975 Yusof Gajah juga meneruskan pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesi Jogjakarta. Seniman asal malaysia ini banyak sekali meraih penghargaan diajang Seni Rupa.
Gambar 8. Karya Yusof Gajah “Cloven Bunny”, ukuran 4.25 “x3.5”, tahun 2003, oil on panel (Sumber: https://markryden.com) 27/09/2015/22.41WIB
Pada pertama kali melihat karya-karyanya tampak naïf dan mudah untuk di pahami oleh khalayak seni. Artis menggambarkan dunia hewan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
gajah, dan berbagai bentuk hewan. Menambahkan teks dan pidato yang di tampakkan untuk menandakan percakapan macam antara objek dalam lukisan. 2. Eddie Hera Eddie Hera, lahir 1957 di Salatiga, Indonesia, yang tinggal dan berkerja di Basel, Swiss. Dia tidak di ragukan lagi salah satu pelopor gerakan seni baru minimalis dan syimbolistic di Indonesia. Seniman terinspirasi saat ia tinggal dijalan malioboro, selama belajar di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta (ISI). Seni adalah melawan semua arus utama di ISI pada pertengahan tahun 80-an. Campur Nya Art Outsider 9art Brut), lukisan naif dan kenak-kanakan komik, dipandang sebagai pemberontkan, breakout, melawan konvensi tetap. Pada hari-hari Hara memutuskan untuk membuat dirinya seperti punk. “The punk pertama di ASRI” (seorang mahasisa kelompok seni eksklusif di institut). Pada pertama kali melihat karya-karyanya tampak naif, lucu dan mudah untuk dipahami oleh khalayak seni. Artis menggambarkan dunia hewan phantasmical, ikan, gajah, dan berbagai bentuk hewan, seperti cumicumi kecil begitu sering ditampilkan atau mickey maouse, menambahkan teks dan pidato yang ditampakkan untuk menandakan percakapan macam antara objek dalam lukisan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Gambar 9. Karya Eddie Hera “Family”, ukuran 4.25 “x3.5”, tahun 2003, oil on panel (Sumber: https://www.google.co.id/search?q=harya+lukis+adi+hara) 01/10/2015/23.45WIB
Bisa dikatakan, Dunia Eddie Hara sesungguhnya ada didalam kanvaskanvasnya. Atau dalam satu kalimat: Welcome to My Cruel Colorful World – untuk menunjukkan lukisan yang dibuat tahun 2005. Lukisan yang ditandai dengan judul cukup menyentak secara tekstual itu divisualkan dalam warnawarna yang cemerlang. Kata “cruel” diletakkan lebih kecil dan terpisah, bahkan hampir tersembunyi, dibandingkan “colorful world” yang sepertinya sengaja dibesar-besarkan. Ikon Mini Mouse khas Eddie membawa belati dengan seringai tawa itu berpadu dengan dua ikon lain dalam posisi terbaikbalik. Pada akhirnya karya itu bukanlah sebuah cerita tentang kekejaman meski diinspirasikan oleh kritik sosial mengenai kekerasan yang bisa dilakukan oleh anak atau remaja- melainkan sesuatu yang lucu, atau bahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
memaksa kita untuk tertawa. Menertawakan diri sendiri. Self irony. Berbagai persoalan seperti itulah yang selalu mengganggu “kehidupan” Eddie Hara, menjadikan karya-karyanya tak henti digemari pasar 3. Eko Nugroho Eko Nugroho (lahir di Yogyakarta, 1977), adalah salah satu seniman muda Indonesia yang paling menonjol terutama dengan pencapaiannya selama satu dekade terakhir. Selain aktif sebagai seniman individual sejak mahasiswa di ISI, Eko awalnya dikenal sebagai penggiat komunitas komik ‘Daging Tumbuh’, terutama dengan menerbitkan sendiri komik berjudul sama secara reguler dengan semangat Do-It-Yourself, mengumpulkan pembuat komik independen dari berbagai tempat dan mencetaknya dengan medium fotokopi. Dari sini ia menjadi semacam ‘cult icon’ dikalangan seniman muda ‘indie’ Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Perhatian lebih luas terhadap karya Eko adalah ketika tahun 2002, dia berpameran tunggal dengan tajuk "Bercerobong" di Cemeti Art House, Yogyakarta. Karya-karyanya dianggap menyuntikkan warna segar bagi seni rupa di Indonesia. Terutama dengan gaya gambarnya yang khas, komikal, surreal dan dicampur dengan teks campursari berbagai bahasa dengan pemaknaan yang absurd namun satirik dan jenial. Melalui berbagai medium mulai dari komik, mural, performance, animasi dan juga materi yang menjadi salah satu ciri khasnya bordir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Kekuatan Eko, seperti yang diuraikan oleh Kurator Adeline Ooi adalah kebebasan tanpa rasa beban dalam memandang kategori dan pengkotakan seni rupa. Ia selalu melakukan pendekatan berkarya dengan keluguan yang ceria dan lugas, tanpa terhambat teori, tradisi atau konvensi. Ini sangat tampak dengan bahan-bahan ‘remeh’ yang Ia pakai seperti bordir, stiker, karpet dan sebagainya, juga keliarannya dalam menuangkan bentuk visual seperti imajiimaji komikal yang bercampur dengan unsur klasik seperti patung dan wayang. Eko bermain-main antara ‘high art’ dengan budaya jalanan atau populer, dan dengan itu ia mencoba mencurahkan perspektifnya yang unik sebagai seniman yang hampir selalu diinspirasi kehidupan sehari-harinya di Yogyakarta.
Gambar 10. Karya Eko Nugroho “Konflik”, ukuran 4.5 “x3.5”, tahun 2003, oil on panel (Sumber: https://www.google.com/search) 01/10/2015/23.23WIB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Seperti bagaimana Ia terinspirasi untuk menggunakan bordir, papar Eko, “Tahun 1999 dulu banyak konflik sosial timbul dan memunculkan geng-geng anak muda, dan salah satu ciri khas mereka adalah selalu memakai emblem bordir yang disulamkan dipunggung jaket mereka, sebagai identitas. Mereka menginspirasi saya bagaimana emblem bordir menjadi penanda pemberontakan terhadap sistem. Lalu saya menemukan sebuah desa di Tasikmalaya yang terkenal dengan para pembordirnya, maka saya belajar membordir disitu.
commit to user