perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Deskripsi a. Pengertian Keterampilan Soemarjadi berpendapat bahwa keterampilan memiliki arti yang sama dengan kata cekatan. Sedangkan cekatan atau terampil itu sendiri memiliki pengertian sebagai suatu kepandaian melakukan sebuah pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang tidak dapat dikatakan terampil apabila dapat melakukan suatu pekerjaan dengan cepat, namun hasilnya salah. Begitu pula seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil. Ruang lingkup keterampilan ini cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar dan sebagainya (2001: 2). Subana dan Sunarti mengatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran dan nalar selain itu keterampilan mengandung beberapa unsur kemampuan yaitu kemampuan psikis (daya pikir) dan kemampuan fisik (perbuatan). Keterampilan akan tampak melalui indikator kemampuan sebagai berikut: (1) melakukan pengamatan; (2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan; (3) menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi berupa hubungan satu sama lain; (4) bertanya; (5) menggunakan alat/bahan untuk memperoleh pengalaman langsung;
(6)
merencanakan
penelitian
lebih
seksama;
(7)
menggunakan/menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru; (8) menyajikan hasil penelitian (2011: 36). Mokoginta mengatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan mengoperasikan suatu pekerjaan dengan mudah dan cermat serta membutuhkan kemampuan dasar. Setiap orang memiliki kemampuan untuk
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 dapat diasah agar pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan dengan mudah dan mendapatkan hasil yang maksimal (2013). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, keterampilan merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan dengan mudah, cepat, cermat baik dalam hal menulis, membaca, menyimak, dan berbicara. Keterampilan juga melibatkan daya pikir dan perbuatan yang akan saling berpengaruh satu sama lain.
b. Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan dasar dalam bahasa Indonesia. Keterampilan menulis sudah dipelajari sejak peserta didik berada di bangku sekolah dasar. Sebelum, membahas mengenai keterampilan menulis lebih lanjut, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian menulis.
Menulis
merupakan
suatu keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap Dapat dikatakan bahwa menulis merupakan salah satu cara menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain tanpa harus bertemu langsung dengan orang yang bersangkutan. Akhadiah mengutarakan pengertian menulis yaitu aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dalam lambanglambang bahasa tulis (Slamet, 2008: 209). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, menulis merupakan suatu kegiatan yang menggunakan pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek yang akan ditulis berupa informasi dan menuliskannya dengan baik sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah dan jelas isi tulisan tersebut tanpa harus bertemu secara langsung dengan orang yang bersangkutan.
c. Tujuan Menulis Menulis memiliki tujuan bermacam-macam sesuai dengan maksud penulisnya. Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 dalam Tarigan (2008: 25-26), mengemukakan tujuh tujuan penulisan, yaitu: (1) tujuan penugasan (assigment purpose) yakni penulis menulis karena diberi tugas atau bukan karena kemauan penulis sendiri; (2) tujuan altruistik (altruistic purpose) yakni kunci keterbacaan suatu tulisan. penulis bertujuan untuk menyenangkan, menghargai perasaan, dan menolong pembaca dengan karyanya; (3) tujuan persuasif (persuasive purpose) yakni meyakinkan pembaca bahwa tulisannya merupakan kebenaran suatu gagasan yang diutarakan; (4) tujuan informasional atau tujuan penerangan (informational purpose) yakni tulisan yang bertujuan memberikan suatu informasi atau penerangan kepada pembaca; (5) tujuan pernyataan diri (self-ekspressive purpose) yakni tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan diri pengarang kepada pembaca; (6) tujuan kreatif (creative purpose) yakni tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai artistik dan seni pengarang serta berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri; (7) tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose) yakni tulisan yang bertujuan untuk memecahkan masalah penulis yang dihadapi.
menulis, yaitu: (1) memberitahukan atau mengajar, suatu tulisan dapat bertujuan untuk meberitahukan atau mengajarkan suatu informasi kepada orang lain yang membaca tulisan tersebut; (2) meyakinkan atau mendesak, suatu tulisan dapat bertujuan meyakinkan pembaca untuk melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan isi tulisan; (3) menghibur atau menyenangkan, suatu tulisan dapat bertujuan untuk menghibur pembaca; (4) mengutarakan / mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api, suatu tulisan dapat bertujuan sebagai sarana mengungkapkan perasaan seseorang yang sedang dialaminya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, tujuan menulis ada bermacam-macam yaitu untuk penugasan, menyenangkan atau hiburan, meyakinkan, memberikan informasi, mengutarakan perasaan, kreatif, dan memecahkan masalah. Suatu tulisan dapat memiliki tujuan sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 yang penulis ingin sampaikan kepada pembaca. Jadi, suatu tulisan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan maksud penulis.
d. Ciri-ciri Tulisan yang Baik Tujuan penulisan dapat tercapai dengan baik apabila penulis dapat menyajikan tulisannya dengan baik. Adapun ciri-ciri tulisan yang baik menurut Adelstein & Pival dalam Tarigan (2008: 7), yaitu: (1) tulisan yang baik mencerminkan penulis dalam menggunakan nada yang serasi; (2) tulisan yang baik mencerninkan penulis dalam menyusun bahan tulisan yang tersedia menjadi satu kesatuan yang utuh; (3) tulisan yang baik mencerminkan penulis untuk menulis dengan jelas dengan memanfaatkan struktur kalimat, bahasa dan contoh sehingga makna yang tersaji sesuai dengan keinginan penulis serta dapat memudahkan pembaca dalam memahami tulisan tersebut; (4) tulisan yang baik mencerminkan penulis untuk meyakinkan minat pembaca agar pembaca memahami pokok pembicaraan. Dalam hal ini penulis diharuskan menggunakan kata-kata yang menunjang pengertian sesuai yang diinginkan penulis; (5) tulisan yang baik mencerminkan penulis dalam mengkritisi naskah yang dibuatnya pertama kali dan memperbaikinya kembali; (6) tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah dan manuskrip: kemauan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar, memeriksa struktur kalimat dan memperbaikinya sebelum disajikan kepada pembaca. Menurut Mc. Mahan & Day dalam Tarigan (2008: 7) tulisan yang baik memiliki ciri-ciri yaitu: (1) jujur-sesuai dengan ide / tidak memalsukan ide; (2) jelas- tidak membingungkan pembaca; (3) singkat-menghemat waktu pembaca; (4) keanekaragaman-panjang kalimat beraneka ragam serta berkarya penuh kegembiraan. Berdasarkan pendapat di atas, tulisan yang baik adalah tulisan yang mencakup unsur-unsur tertentu sehingga dapat memudahkan pembaca memahami isi tulisan. Unsur-unsur tersebut meliputi beberapa hal diantaranya penggunaan kalimat, bahasa, ejaan, dan tanda baca yang baik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 jujur dan tidak mengada-ada, isi tulisan tidak membingungkan pembaca, danmenghemat waktu pembaca.
e. Tes Menulis yang digunakan dalam tes menulis dapat berupa tes subjektif dengan berbagai variasinya dan tes objektif dengan berbagai variasinya (Slamet, 2008: 209). objektif dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penggunaan struktur tata bahasa dan gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca, dan menyusun isi
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa tes menulis ada dua yaitu tes subjektif dan tes objektif. Penggunaan tes subjektif dan objektif sesuai dengan variasi yang dimiliki.
f. Menulis Deskripsi 1) Pengertian Suparno (2007) berpendapat, bahwa kata deskripsi berasal dari bahasa Latin yaitu describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Berdasarkan istilahnya, deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya (hlm. 4.6). Tarigan (2008) menyatakan deskriptif adalah tulisan yang bersifat melukiskan atau memerikan sesuatu yang berarti melukiskannya seperti apa adanya tanpa menambah dan mengurangi keadaan yang sebenarnya (hlm. 52). Menurut Kosasih (2012) paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan suatu hal, baik benda, peristiwa, keadaan, ataupun manusia. Melalui paragraf tersebut, pembaca dapat seolah-olah menyaksikan atau merasakan hal yan diceritakan tersebut (hlm. 14).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian deskripsi yaitu tulisan yang melukiskan atau memerikan suatu hal yang dapat berupa objek benda, kejadian atau peristiwa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa adanya penambahan atau pengurangan sehingga pembaca dapat membayangkan objek secara keseluruhan sesuai dengan rincian yang diutarakan oleh penulis.
2) Macam-macam Deskripsi Menurut Suparno berdasarkan kategori yang lazim digunakan, ada dua objek yang dapat diungkapkan dalam deskripsi, kedua objek tersebut yakni orang dan tempat, maka dari itu karangan deskripsi dibagi menjadi dua, yaitu: (a) deskripsi orang, adalah karangan deskripsi mengenai orang, deskrispsi mengenai orang ini ada empat aspek meliputi deskripsi keadaan fisik, deskripsi keadaan sekitar, deskripsi watak atau tingkah perbuatan, deskripsi gagasan tokoh; (b) deskripsi tempat (2007 : 4.14-4.19). Kosasih
juga
mengatakan
bahwa
paragraf
deskripsi
menggambarkan suatu hal diantaranya benda, peristiwa, keadaan, ataupun manusia. Melalui penggambaran tersebut seolah-olah pembaca dapat menyaksikan atau merasakan langsung mengenai apa yang diceritakan dalam cerita tersebut. (2012 : 14).
3) Aspek dalam Menulis Deskripsi Menulis deskripsi mengandung beberapa komponen atau aspek dalam penilaiannya sesuai dengan aspek nilai keterampilan menulis. Slamet (2008) memaparkan mengenai teknik penyekoran dalam keterampilan menulis sebagai berikut: Secara konvensional, penilaian karangan (yang menggunakan bentuk tes subjektif) dapat dilakukan secara holistik atau per aspek. Penilaian holistik dimaksud berupa penilaian karangan yang dilakukan secara utuh, tanpa melihat bagian-bagiannya. Teknik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 penilaian holistik ini lebih bersifat impresif (berdasarkan kesan penilai). Penilaian per aspek dilakukan dengan cara menilai bagianbagian karangan, misalnya struktur bahasanya, pemilihan diksi, penggunaan tanda baca, dan ejaan, organisasi ide, gaya penulisan, serta kekuatan argumentasi yang disajikan. Hasil akhir penilaian merupakan gabungan dari hasil penilaian per aspek (hlm. 210). Untuk lebih jelasnya, penilaian per aspek dalam keterampilan menulis yang telah disesuaikan dengan aspek menulis deskripsi permulaan disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penilaian per aspek dengan Pembobotannya Skor No.
Aspek yang Dinilai
Maksimal
1.
Isi gagasan yang dikemukakan
30
2.
Organisasi isi
25
3.
Struktur tatabahasa
20
4.
Gaya pilihan struktur dan diksi
15
5.
Ejaan dan tanda baca
10
Jumlah
100
(Sumber: Slamet, 2008: 210)
4) Langkah-langkah Menulis Deskripsi Langkah-langkah menulis deskripsi menurut Suparno
yakni
digunakan untuk mempermudah dalam melukiskan sesuatu. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi: (a) melatih diri mengamati sesuatu; (b) melukiskan bagian-bagian penting sedetail mungkin (2007 : 4.7). Suparno menambahkan rambu-rambu dalam menulis deskripsi. Rambu-rambu tersebut
yaitu: (1) menentukan apa
yang
akan
dideskripsikan, penulis akan mendeskripsikan orang, tempat, atau keadaan; (2) merumuskan tujuan pendeskripsian, tujuan penulisan deskripsi digunakan untuk meyakinkan pembaca, memberikan alasan, atau
memberikan
ajakan;
(3)
menetapkan
bagian
yang
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 dideskripsikan, misalnya jika penulis akan mendeskripsikan orang, maka bagian-bagian yang dapat dideskripsikan meliputi ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda yang ada di sekitar tokoh; (4) memerinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan. Menurut pendapat ahli di atas, inti dari langkah-langkah menulis deskripsi yaitu melukiskan sesuatu hal dengan sedetail mungkin dengan rambu-rambu yang sesuai. Apabila penulis dapat mendeskripsikan sesuai dengan langkah-langkah dan rambu-rambu secara tepat, maka pembaca akan dapat merasakan atau melukiskan apa yang menjadi isi dari tulisan deskripsi tersebut.
Sesuai dengan pengertian dari keterampilan, menulis, dan deskripsi di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan mengenai hakikat keterampilan menulis deskripsi yakni suatu kemampuan atau kecakapan seseorang dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan berdasarkan objek benda, kejadian, peristiwa yang dilihat dan dialami ke dalam sebuah tulisan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat membayangkan objek yang ditulis secara jelas seolah-olah merasakan atau melihat sendiri peristiwa atau objek yang diutarakan oleh penulis.
2. Hakikat Pendekatan Scientific a. Pengertian Pendekatan Subana dan Sunarti (2011) mengatakan bahwa pendekatan atau approach memiliki arti cara memulai sesuatu. Beliau menambahkan bahwa istilah pendekatan sering dikaitkan dengan metode dan teknik. Dalam Longman Dictionary of Applied Linguistics, Richards dkk. ketiga aspek tersebut dikupas sebagai berikut: Pengajaran bahasa sering dibicarakan dalam tiga aspek yang berkaitan, yakni pendekatan, metode, dan teknik. Teori-teori yang berbeda tentang hakikat bahasa dan cara mengajarkan bahasa (pendekatan) menyiratkan cara yang berbeda dalam mengajarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 bahasa (metode) dan metode berbeda memanfaatkan aktivitas kelas yang berbeda (teknik) (hlm. 18). Subana dan Sunarti menambahkan bahwa dalam dunia pendidikan dan pengajaran, penggunaan pendekatan sangat menentukan hasil yang akan dicapai. Maka dari itu, sebelum melaksanakan suatu pengajaran, hendaknya merancang pendekatan yang sesuai agar tujuan dari pengajaran dapat tercapai (2011: 20). Berdasarkan pendapat di atas, pendekatan merupakan suatu cara untuk memulai suatu hal yang sangat berkaitan dengan metode dan teknik.
b. Pendekatan Scientific Scientific berasal bahasa Inggris yang berarti ilmiah, yaitu bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan (Tim Prima Pena, t.th : 339). Menurut Sudarwan (dalam Bahan Ajar PLPG, 2013) pendekatan Scientific memiliki ciri-ciri yakni adanya penekanan pada dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pelaksanaan proses pembelajaran dipandu dengan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Sudarwan menambahkan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria-kriteria berikut: (1) Substansi, isi atau materi pembelajaran berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan penalaran dan logika; (2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif antara guru dan peserta didik terbebas dari prasangka atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; (3) Menginspirasi peserta didik untuk dapat berpikir kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi dan mengaplikasian isi atau materi pembelajaran; (4) Menginspirasi peserta didik untuk mampu berpikir hipotetik (keputusan kondisional dengan aturan jika..., maka...) dalam melihat perbedaan, kesamaan, tautan satu sama lain dari materi pembelajaran; (5) Menginspirasi peserta didik untuk mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran; (6) Berbasis atau berdasarkan pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik dalam sistem penyajiannya (hlm. 349). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Scientific adalah sebuah cara mengadakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran serta dilakukan dengan prinsip ilmiah.
c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific atau Ilmiah Lelland (2006) mengemukakan langkah-langkah dalam pendekatan Scientific sebagai berikut: That being said, it is most important that students realize that the Scientific method is a form of critical thinking that will be subjected to review and independent duplication in order to reduce the degree of uncertainty. The Scientific method may include some defining a question or problem, research (planning, evaluating current evidence), forming a hypothesis, prediction from the hypothesis (deductive reasoning), experi-mentation (testing the hypothesis), evaluation and analysis, peer review and evaluation, and publication (hlm.2). Sesuai dengan pendapat Lelland di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan Scientific memiliki langkah-langkah yaitu dimulai dari pengamatan, menetapkan pertanyaan atau masalah yang kemudian dapat diadakan penelitian, membentuk hipotesis atau penalaran, melakukan eksperimen dan yang terakhir adalah evaluasi, analisis, dan publikasi secara umum. Berdasarkan pendapat di atas, pendekatan Scientific memiliki lima langkah dalam pelaksanaannya, kelima langkah sebagai berikut: 1) Observation / Pengamatan Langkah
pertama
dalam
pendekatan
Scientific
adalah
mengamati fenomena, peristiwa, atau masalah. Penemuan dari fenomena didapat dari ketertarikan pengamat, saran, atau tugas serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 suatu keinginan
untuk menyelesaikan masalah. Penemuan tersebut
dapat secara kebetulan, meskipun ada kemungkinan pengamat sudah memikirkan kerangka berpikir untuk membuat pengamatan tersebut (Lelland, 2006 : 2). Sudarwan
(2013)
menambahkan
kegiatan
mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Dengan kegiatan mengamati, rasa ingin tahu peserta didik akan semakin bertambah. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menentukan objek yang akan diamati; (b) membuat pedoman observasi sesuai dengan ruang lingkup objek yang akan diamati; (c) menentukan dengan jelas data yang akan diamati, baik primer maupun sekunder; (d) menentukan tempat atau lokasi objek pengamatan; (e) menentukan dengan
jelas
bagaimana
pengamatan
akan
dilakukan
dalam
pengumpulan data agar berjalan dengan lancar; (f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti dengan menggunakan buku catatan, kamera, perekam video, dan alat tulis lainnya untuk keperluan dokumentasi hasil pengamatan. Dalam kegiatan mengamati, peserta didik akan terlibat langsung dalam mengamati suatu objek (hlm. 355).
2) Question / Pertanyaan Pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya mengarah pada suatu pertanyaan yang perlu dijawab untuk memuaskan rasa ingin tahu tentang pengamatan, seperti mengapa atau bagaimana peristiwa ini terjadi atau bagaimana rasanya. Dalam rangka mengembangkan pertanyaan tersebut, pengamatan mungkin melibatkan langkah-langkah yang diperhitungkan untuk lebih menggambarkan hal tersebut. Pertanyaan ilmiah harus dijawab dan digunakan sebagai dasar pembentukan hipotesis tentang masalah (Lelland, 2006 : hlm. 2).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Sudarwan menambahkan bahwa dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu mengembangkan kemampuan peserta didik baik dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan menanya, baik pertanyaan dari guru kepada peserta didik, maupun pertanyaan peserta didik kepada guru.
Beberapa fungsi bertanya yaitu: (a)
menumbuhkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik; (b) mendorong peserta didik untuk aktif belajar; (c) mendiagnosis kesulitas belajar peserta didik sekaligus mencari solusinya; (d) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberikan jawaban secara logis; (e) membiasakan peserta didik untuk berpikir spontas dan cepat (2013 : 357). Selain beberapa fungsi dari bertanya di atas, Sudarwan juga mengatakan dalam kegiatan bertanya diperlukan kriteria pertanyaan yang baik agar maksud dari pertanyaan dapat tersampaiakan oleh pendengar. Adapun kriteria pertanyaan yang baik yaitu: (a) pertanyaan yang singkat dan jelas; (b) menginspirasi jawaban; (c) memiliki fokus; (d) bersifat probing atau divergen; (e) bersifat validatif atau penguatan; (f) memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang; (g) merangsang peningkatan kemampuan kognitif; (h) merangsang proses interaksi (2013 : 357). Proses pembelajaran tentunya akan melibatkan peserta didik yang dituntut untuk bisa aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru dan bertanya kepada guru. Peserta didik hendaknya dilatih dan dibiasakan untuk berani bertanya apabila ada kesulitan. Hal ini dapat membantu
peserta didik
melatih keberanian dan kemampuan
kognitifnya. Sebagai guru yang dapat menginspirasi peserta didik, dalam memberikan pertanyaan harus mengerti terlebih dahulu kualitas pertanyaan yang akan disampaikan. Hal ini dikarenakan kualitas pertanyaan menggambarkan ranah kognitif mulai dari yang rendah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 hingga yang tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkat kognitif akan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.3 Bobot Pertanyaan yang Menggambarkan Tingkat Kognitif Tingkatan
Subtingkatan
Kata-kata Kunci Pertanyaan
Kognitif yang
Pengetahuan
Apa, siapa, kapan, di mana,
lebih rendah
(knowledge)
sebutkan, jodohkan, persamaan kata, golongkan, berilah nama, dll.
Pemahaman
Terangkanlah, bedakanlah,
(comprehension) terjemahkanlah, bandingkanlah, ubahlah, dll. Penerapan
Gunakanlah, tunjukkanlah, buatlah,
(application)
demonstrasikanlah, carilah hubungan, dll.
Kognitif yang
Analisis
Analisislah, kemukakan bukti-
lebih tinggi
(analysis)
bukti, mengapa, identifikasikan, berilah alasan, dll.
Sintesis
Ramalkanlah, bentuk, ciptakanlah,
(synthesis)
susunlah, rancanglah, tulislah, apa yang terjadi seandainya, kembangkan, dll.
Evaluasi
Berilah pendapat, alternatif mana
(evaluation)
yang lebih baik, setujukah anda, kritiklah,
nilailah,
bandingkan,
bedakanlah, dll. (Sumber: Sudarwan, 2013: 360-361)
3) Hypothesis / Menalar Hipotesis atau sebuah penalaran digunakan untuk menjawab pertanyaan yang sudah diajukan. Sudarwan (2013) berpendapat bahwa penalaran merupakan proses berfikir logis dan sistematis berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk halhal yang bersifat umum. Sedangkan penalaran deduktif adalah cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus (hlm. 361).
4) Experiment / Mencoba Setelah hipotesis ditetapkan, selanjutnya adalah melakukan eksperimen atau percobaan. Sudarwan (2013) menambahkan bahwa kegiatan mencoba ditujukan agar peserta didik memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik. Penerapan kegiatan mencoba atau eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran meliputi: (a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi
dasar
dan
kurikulum;
(b)
mempelajari
cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (c) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (d) melakukan dan mengamati percobaan; (e) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (f) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (g) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan (hlm. 366-367).
5) Evaluationand Publication / Membuat Jejaring Semua bukti dan kesimpulan darus dianalisis dengan baik. Penjelasan ilmiah harus selalu dibuat untuk publik, baik di media cetak atau elektronik. Apabila hal tersebut dikaitkan dalam kegiatan pembelajaran,peserta didik dapat mempresentasikan hasil pekerjaannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 untuk mendapatkan masukan, saran, dan kritikan baik dari temantemannya maupun dari guru (hlm. 4).
3. Hakikat Mind Mapping a. Pengertian Mind Mapping Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak
Mind Map adalah
cara mencatat ya pikiran-pikiran kita. Mind Map juga sangat sederhana
: 4).
Menurut pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa Mind Map adalah salah satu cara untuk menempatkan informasi yang kita peroleh ke dalam otak dengan cara memetakan informasi tersebut ke dalam pikiran-pikiran dalam otak kita. Michalko berpendapat,
Mind Map adalah alternatif pemikiran
keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. Mind Map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut ( Buzan, 2013: 2). Waseno dan Kumorojati mengungkapkan pengertian peta pikiran atau Mind Map
Mind Map adalah suatu
teknik visual yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak (2011: 76). Berdasarkan pengertian tersebut, peta pikiran atau Mind Map merupakan suatu teknik belajar yang dapat melatih otak melalui menyelaraskan otak dengan proses belajar. Windura (2013), mendefinisikan Mind Map ke dalam bagian-bagian sebagai berikut: (1) sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak; (2) sistem belajar dan berpikir yang menggunakan otak sesuai dengan cara kerja alaminya; (3) sistem belajar dan berpikir yang mengeluarkan seluruh potensi dan kapasitas otak penggunanya yang masih tersembunyi; (4) sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan apa yang terjadi secara internal di dalam otak kita saat belajar dan berpikir; (5) sistem
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 belajar dan berpikir yang mencerminkan secara visual apa yang terjadi pada otak anda saat belajar dan berpikir (hlm. 12). Mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (2002: 2). Menurut Swadarma, mapping adalah sebuah teknik dengan memanfaatkan citra visual dari otak untuk menghasilkan suatu kesan tertentu. Berdasarkan pengertian para ahli di atas, peta pikiran atau Mind Mapping adalah suatu teknik belajar yang menggunakan kedua belah otak untuk menempatkan informasi dari berbagai sudut pandang yang bekerja secara alami sehingga mencerminkan citra visual pada saat seseorang belajar dan berpikir.
b. Manfaat Mind Mapping Mind Mapping memiliki manfaat bagi peserta didik dalam belajar serta manfaat bagi guru untuk kepentingan mengajar. Manfaat Mind Mapping bagi peserta didik yaitu untuk mencatat, meringkas, mengarang, berpikir analisis, berpikir kreatif, merencanakan (jadwal, waktu, kegiatan), mengurai artikel bacaan, dan mengurai soal matematika atau sains. Sedangkan manfaat Mind Mapping bagi guru yaitu untuk merancang kurikulum pengajaran yang komprehensif, menyatukan materi pengajaran dari berbagai sumber, meringkas materi pengajaran, mengembangkan ide materi mengajar, mempersiapkan presentasi mengajar, presentasi mengajar, manajemen waktu dalam mengajar, membuat catatan mengajar di papan tulis atau white board, merancang soal-soal ujian, evaluasi kualitas mengajar, evaluasi hasil ujian, penugasan peserta didik, dan penelitian. (Windura, 2013: 14). Mind Mapping juga memiliki manfaat sebagai berikut: (1) merencana, Mind Mapping dapat dimanfaatkan untuk merencakan sesuatu agar kegiatan yang kita lakukan dapat terorganisasi dengan baik; (2) berkomunikasi, melalui Mind Mapping kita dapat berkomunikasi dengan orang lain, karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 orang lain dapat membaca apa yang menjadi rencana kita; (3) menjadi kreatif,
Mind
Mapping
membuat
seseorang
lebih
kreatif
dalam
menggunakan pikirannya; (4) menghemat waktu, dengan menggunakan Mind Mapping seseorang akan lebih menghemat waktu dalam menulis dan merencanakan sesuatu karena sudah tercabang sesuai dengan peta pikiran di dalam otak kita, (5) memusatkan perhatian, Mind Mapping membuat perhatian kita terpusat pada satu hal, sehingga pikiran kita tidak akan mengarah pada tujuan lain; (6) mengingat dengan lebih baik, Mind Mapping memudahkan kita untuk mengingat suatu hal dengan lebih baik karena poinpoinnya sudah tertulis pada tiap cabang; (7) melihat gambar keseluruhan, melalui Mind Mapping kita dapat melihat gambaran rencana kita secara keseluruhan (Buzan, 2013 : 6). Berdasarkan pendapat di atas, ada beberapa manfaat Mind Mapping yaitu pada intinya adalah dapat membantu dalam membuat suaru rancangan atau rencana yang dapat dilihat secara keseluruhan dengan perhatian terpusat yang melibatkan berpikir kreatif dan waktu yang lebih singkat dalam membuatnya.
c. Keuntungan Mind Mapping Menurut Warseno dan Kumorojati (2011), Mind Mapping memiliki keuntungan, yaitu: (1) dapat melihat gambaran secara menyeluruh dan jelas,; (2) dapat melihat detail yang masih terhubung benang merahnhya; (3) terdapat pengelompokkan informasi; (4) menarik perhatian visual dan tidak membosankan pandangan; (5) memudahkan kita dalam berkonsentrasi; (6) mengalami proses pembuatan yang menyenangkan karena ada gambar dan warna; (7) mudah dalam mengingat karena ada penanda visualnya (hlm. 83). Sejalan
dengan
pendapat
di
atas,
Swadarma
(2013)
juga
eberapa keuntungan dari Mind Mapping, yaitu: (1) dapat meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan; (2) otak dapat berkerja secara maksimal; (3) banyak ide dan informasi yang disajikan karena saling
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 terikat atau berhubungan satu sama lain; (4) meningkatkan kreativitas, bersifat sederhana dan mudah untuk dikerjakan; (5) dapat me-recall data dengan mudah; (6) menarik dan mudah tertangkap mata; (7) dapat melihat secara garis besar data dengan mudah (hlm. 9). Berdasarkan pendapat di atas, keuntungan dari Mind Mapping sangatlah banyak, apabila Mind Mapping dapat diterapkan dalam pembelajaran akan berdampak positif bagi peserta didik karena Mind Mapping memiliki proses belajar yang menyenangkan.
d. Langkah-langkah Membuat Mind Map Buzan, menjelaskan bahwa ada tujuh langkah dalam membuat Mind Map sebagai berikut: 1) Bahan untuk membuat Mind Map: (a) kertas kosong tak bergaris; (b) pena dan pensil warna; (c) otak; (d) imajinasi. 2) Cara membuat Mind Map: (a) memulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan secara mendatar, karena memulai dari tengah akan memberikan kebebasan otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara bebas
dan alami; (b)
menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena sebuah gambar dapat membantu kita dalam menggunakan imajinasi, membuat kita fokus dan berkonsentrasi dalam mengaktifkan otak kita; (c) menggunakan warna, karena warna sangat menarik bagi otak, warna membuat peta pikiran yang dibuat lebih hidup dan menambah energi pada pemikiran kreatif; (d) menghubungkan
cabang-cabang
utama
ke
gambar
pusat
dan
menghubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya, karena otak bekerja menurut asosiasi, otak senang mengakitkan dua, tiga atau empat hal sekaligus, bila kita menghubungkan cabang-cabang, akan memudahkan kita dalam mengerti dan mengingat; (e) membuat garis yang melengkung dan dihindari untuk tidak membuat garis lurus, karena garis lurus akan membosankan otak, cabang yang melengkung dan organism seperti cabang pohon akan lebih menarikbagi mata kita; (f) menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 akan memberikan banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran, kata tunggal lebih bisa memicu ide dan pikiran baru, apabila dibuat kalimat atau ungkapan akan cenderung menghambat efek pemicu ide; (g) menggunakan gambar, karena setiap gambar memiliki banyak makna dalam seribu kata (2013 : 15). Berdasarkan pendapat di atas, langkah dalam membuat Mind Map yaitu meliputi persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Apabila alat dan bahan yang akan digunakan sudah dipersiapkan, mulailah pada tahapan dalam pembuatan Mind Map yaitu mulai dari gambar pusat, pembuatan cabang, penggunaan warna, dan penulisan kata kunci.
e. Implementasi
Mind
Mapping
dalam
Pendekatan
Scientific
pada
Keterampilan Menulis Deskripsi Contoh
pelaksanaan
pembelajaran
dalam
hal
ini
adalah
mendeskripsikan tumbuhan melalui tahap-tahap pendekatan Scientific yang disertai proses membuat Mind Map. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu: (1) Mengamati, Peserta didik mengamati tumbuhan yang telah disediakan guru; (2) menanya, guru memancing peserta didik dan menginspirasi
peserta
didik
untuk
bertanya;
(3)
menalar,
secara
berkelompok, peserta didik menuliskan ciri-ciri tumbuhan dalam sebuah tabel; (4) mencoba, peserta didik diajak keluar untuk melihat tumbuhan sekitar, kemudian membandingkan ciri-ciri tumbuhan di luar kelas dengan tumbuhan yang telah disediakan guru, selanjutnya, peserta didik berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk mengolah informasi yang telah didapat ke dalam bentuk mind map atau peta pikiran, sebelumnya, guru telah memberikan rancangan mind map untuk memudahkan peserta didik dalam membuat mind map, guru memberikan kertas putih polos, kemudian menyuruh peserta didik mengeluarkan pensil warna (satu kelompok minimal ada satu set pensil warna), kemudian peserta didik disuruh untuk menggambar tumbuhan sesuai dengan yang dicontohkan guru, kemudian peserta didik membuat cabang yang ditarik dari pusat gambar dan memberi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 keterangan, setelah itu menuliskannya ke dalam sebuah paragraf. guru senantiasa membimbing peserta didik dalam diskusi. (5) membuat jejaring, tahapan ini meliputi: (a) menyimpulkan, peserta didik menyimpulkan hasil pekerjaannya
secara
berkelompok;
(b)
menyajikan,
peserta
didik
menyajikan hasil mind map di depan kelas; (c) mengkomunikasikan, peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas agar dapat dilihat teman-temannya dan mendapat masukan dari teman-temannya, guru mengklarifikasi apabila ada kekurangan serta memberikan masukan; (d) guru melakukan evaluasi secara individu.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian Kurnia Tri Anggarini (Universitas Sebelas Maret) dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta didik Kelas V SD Negeri Krecek, Delanggu, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan ke siklus I peningkatannya mencapai 50% dan dari siklus I ke siklus II peningkatannya mencapai 12,5%. Hasil belajar peserta didik dari pra tindakan 25% peserta didik tuntas meningkat pada siklus I menjadi 75% peserta didik tuntas dan siklus II menjadi87,5% peserta didik tuntas belajar dari 16 peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Relevansi penelitian ini yaitu pada variabel penggunaan metode Mind Mapping yang kemudian berpengaruh pada hasil pembelajaran yaitu adanya peningkatan nilai peserta didik setelah diterapkannya metode Mind Mapping. Penelitian Adi Nugroho (Universitas Sebelas Maret) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Binantang dan Tumbuhan dengan Permainan Hangman pada Peserta didik Kelas 2 SD Negeri 01 Bangsri, Purwantoro, Wonogiri,Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 terhadap pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan ke siklus I peningkatannya mencapai 42,1% dan dari siklus I ke siklus II peningkatannya mencapai 31,58%. Ketuntasan belajar peserta didik kelas II yang berjumlah 38 peserta didik, pada kondisi awal sebesar 15,79% (6 peserta didik), siklus I sebesar 57,89% (22 peserta didik), siklus II sebesar 89,47% (34 peserta didik). Berdasarkan peningkatan skor rata-rata setiap aspek yang dinilai dalam menulis deskripsi pada setiap siklusnya, dapat disimpulkan bahwa permainan hangman dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada peserta didik kelas II . Relevansi penelitian ini adalah pada variabel keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas II SD, sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada peserta didik kelas II SD mengenai menulis deskripsi. Penelitian Ozgul Keles (Faculty of Education, Aksaray University, Turkey) dalam International Journal of Education yang berjudul Views on Mind Mapping Tahun 2012 mengatakan bahwa 24 guru SD menggunakan Mind Map dalam pembelajarannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara kepada guru SD. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa Mind Map membantu guru untuk meningkatkan tujuan mereka, merencanakan dan mengevaluasi pelajaran, dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode Mind Map yang digunakan dalam pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis deskripsi, keterampilan peserta didik dalam menulis deskripsi masih rendah. Hal ini disebabkan karena model yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang inovatif atau masih konvensional yang menyebabkan peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Agar keterampilan peserta didik dapat meningkat, maka peneliti dengan berkolaborasi dengan guru kelas akan melakukan suatu penilitian tindakan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Di antara berbagai pendekatan dalam pembelajaran, pendekatan Scientific berbasis Mind Mapping atau peta pikiran diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan dua siklus penelitian, apabila indikator keberhasilan yaitu 95% peserta didik mendapat nilai
75 belum tercapai, maka akan dilanjutkan ke siklus
II. Peneliti menggunakan pendekatan Scientific dikarenakan pendekatan tersebut memiliki 5 tahapan yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, membuat jejaring. Melalui pendekatan tersebut guru akan mudah dalam melaksanakan pembelajaran karena sudah ada patokan tahapan dalam menyampaikan pembelajaran, selain itu peneliti akan menggunakan Mind Mapping dikarenakan memiliki keunggulan diantaranya memudahkan peserta didik dalam memetakan pikirannya dan mengeluarkan gagasannnya, maka dari itu peneliti akan menerapkan pendekatan Scientific berbasis Mind Mapping dalam pembelajaran menulis deskripsi. Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa pendekatan Scientific berbasis Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis deskripsi.
Kondisi Awal
Metode yang digunakan guru masih konvensional
Tindakan
Menggunakan pendekatan Scientific berbasis Mind Mapping dalam pembelajaran menulis deskripsi
Kondisi Akhir
Keterampilan peserta didik menulis deskripsi rendah Siklus I
Siklus II
Pendekatan Scientific berbasis Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis deskripsi. Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 D. Hipotesis Tindakan
1. Pengertian Hipotesis Menurut Sugiyono (2010), hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban yang diberikan masih didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta empiris yang dilakukan melalui pengumpulan data (hlm. 96). Arikunto (2010), berpendapat bahwa hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian sampai dibuktikan melalui data yang dikumpulkan (hlm. 110). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atas rumusan masalah penelitian yang bersifat sementara karena masih didasarkan pada teori yang relevan, dan akan dibuktikan kebenarannya melalui data-data atau fakta-fakta yang dikumpulkan saat penelitian berlangsung.
2. Jenis-jenis Hipotesis Gall (1979) dalam Arikunto (2010).menyatakan Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu: a. Hipotesis Kerja atau Hipotesis Alternatif Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau dapat dikatakan adanya perbedaan antara dua kelompok. Rumusan hipotesis kerja: 1) Jika......maka...... 2) Ada perbedaan......dan...... b. Hipotesis Nol Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau dapat dikatakan tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Rumusan hipotesis nol: 1) Tidak ada perbedaan antara......dengan...... 2) Tidak ada pengaruh......terhadap......(hlm. 112-113).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 3. Karakteristik Hipotesis yang Baik Sugiyono (2010) berpendapat bahwa hipotesis penelitian dikatakan baik, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Merupakan dugaan / jawaban sementara terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, agar tidak menimbulkan bermacammacam penafsiran. c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan melalui metode-metode ilmiah (hlm.106).
4. Hipotesis Tindakan dalam Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan teori di atas, dalam penelitian ini dapat diambil hipotesis tindakan sebagai berikut: Pendekatan Scientific berbasis Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada peserta didik kelas II di SDN 01 Malangjiwan, Colomadu tahun ajaran 2013/2014.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 01 Malangjiwan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah dikarenakan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas II di SD tersebut masih rendah, guru masih menggunakan metode yang konvensional, dan di SD tersebut belum pernah menjadi tempat penelitian serupa.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2014 hingga bulan Juli 2014, dimulai dari tahapan pelaksanaan hingga pelaporan. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 79.
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas II di SDN 01 Malangjiwan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun ajaran 2013/2014. Jumlah peserta didik dalam satu kelas 30 peserta didik yang terdiri dari 19 peserta didik laki-laki dan 11 peserta didik perempuan. Kondisi peserta didik yang menjadi subjek penelitian dalam keadaan normal dan tidak ada yang berkebutuhan khusus.
C. Data dan Sumber Data Pengertian data menurut Arikunto adalah menjadi titik perhatian dalam suatu pene
bjek penelitian atau apa yang
(2010: 161). Sebuah data memiliki
arti yang sangat penting dalam suatu penelitian karena data digunakan untuk menyusun informasi. Sedangkan sumber data adalah 2010: 172).
32
ubjek dari mana data