BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI
1. Tenis Meja Permainan tenis meja adalah suatu jenis permainan yang menggunakan meja sebagai tempat untuk memantulkan bola yang dipukul oleh pemain dan bola yang dipukul tersebut harus melewati di atas net atau jaring. Bola yang dipukul dan melewati net ini harus memantul pada meja pihak lawan, baru bola tersebut dapat dikembalikan oleh pihak lawan ke tempat semula dan juga harus melewati atas net. Dengan demikian bola berjalan bolak-balik melewati atas net atau jaring yang dipukul seorang bergantian dan memukulnya harus memantul pada permukaan meja, jadi bola tidak boleh di volley.(Tatang dan Sulistyo, 2005: 1.16). Bermain tenis meja diperlukan berbagai peralatan yang dapat mendukung permainan tenis meja yang baik. Namun bukan berarti faktor lain tidak diperlukan atau tidak penting karena faktor lain banyak yang menunjang prestasi tenis meja. Permainan tenis meja mempunyai daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan olahraga lainnya, salah satu daya tarik dalam permainan tenis meja terletak pada berbagai jenis memukul. Dilihat dari fungsi memukul yang dominan dalam permainan tenis meja, maka teknik memukul dalam tenis meja harus dipelajari dan dilatih secara teratur. Latihan yang teratur serta sistematis merupakan suatu usaha berlatih untuk mencapai kecakapan dan kemahiran untuk mencapai prestasi dalam olahraga dalam hal ini yang dimaksudkan adalah tenis meja. Olahraga tenis meja merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat berkembang pesat dimasyarakat sehingga proses latihan tersebut dapat berlangsung secara otodidak maupun terprogram. Tujuan latihan ialah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi dengan maksimal. Anak-anak maupun orang dewasa dapat melakukan olahraga ini bersamasama. Permainan ini dimainkan di atas meja dengan ukuran panjang meja ditetapkan rata-rata 2,74 m (9ft) dengan lebar meja 152,5 cm (5ft) di atas permukaan lantai. Meja terbuat dari bahan material yang menghasilkan pantulan secara merata yaitu tidak kurang dari 22 cm dan tidak lebih dari 25 cm ketika bola ukuran standar 8
9
dijatuhkan dari ketinggian 30,5 cm dari permukaan meja. Permukaan meja berwarna gelap dan warna umum yang sering dipakai adalah warna hijau tua dengan pinggiran batas lapangan meja berwarna putih dan ukuran tebal garis 274 cm (Tatang dan Sulistyo 2005: 1.14). Sepanjang tepi garis pada batas 1,525 meter disebut garis akhir dan pada batas 2,74 meter disebut garis samping. Pada permainan ganda lapangan permainan dibagi dua secara sama oleh garis putih 3 mm yang sejajar dengan garis samping yang disebut garis tengah. Meja sebagai tempat bermain dibagi menjadi dua bagian dengan sebuah net yang merentang parallel sejajar dengan garis akhir. Panjang net dengan perlengkapannya 1,83 meter. Jika dipasang di bagian tepi, dan tinggi atasnya 15,25 cm. Pinggiran tepi atau luarnya menjorok 15,25 cm ke samping meja. Berikut ini adalah contoh gambar meja dalam olahraga tenis meja:
Gambar 2.1 Meja Tenis Meja. (Tatang & Sulistyo, 2005 : 1.15) Bet terbuat dari kayu alami yang dapat dilapisi dengan bahan perekat seperti fiber, carbon, fiber glass atau bahan yang lainnya. Tidak ada ketentuan jenis kayu yang harus digunakan dalam tenis meja. Namun pada umumnya kayu yang digunakan berjenis waru dan mahoni. Sisi bet yang digunakan untuk memukul harus dilapisi karet. Jika karet berbintik panjangnya tidak lebih dari 2 cm dengan ketebalan yang tidak melebihi 4 mm (Tatang & Sulistyo, 2005 : 1.16)
10
Gambar 2.2 Bet Tenis Meja (Tatang dan Sulistyo, 2005: 1.18) Rakitan-net (net assembly) harus terdiri dari jaring (net), gantungan-jaring (suspension) dan tiang-penopang (supporting posts), termasuk penjepit-penjepit (clamps) yang dilekatkan ke meja. Jaring (net) harus digantung-regang (suspended) dengan batang (cord) di setiap ujungnya yang dilekatkan tegak-lurus bersama penyangga (post) setinggi 15,25 cm, batas ukuran tiang luar penyangga berjarak 15,25 cm dari luar garis-tepi (Tatang dan Sulistyo, 2005: 1.18)
Gambar 2.3 Net Tenis Meja (Tatang dan Sulistyo, 2005: 1.18) Menurut Tatang dan Sulistyo (2005: 1.19) “ Bola harus berbentuk bulatberongga (spherical), dengan diameter 40 mm dan harus memiliki berat 2,7 gram”. Bola harus terbuat dari bahan celluloid ataupun bahan plastik serupa dan harus berwarna putih atau orange, dan kasat/tidak licin mengkilap (matt). Sehingga pergeraka bola normal dan mudah untuk dilihat oleh pemain, selain itu untuk bola
11
sendiri sudah menjadi aturan yang sudah diatur oleh induk organisasi tenis meja baik itu nasional maupun internasional.
Gambar 2.4 Bola Tenis Meja (Tatang dan Sulistyo, 2005: 1.20) a. Teknik Dasar Bermain Tenis Meja Teknik merupakan suatu pola gerakan tertentu yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas gerak tertentu pada cabang olahraga. Menurut Nossek (1982) dalam Tatang dan Sulistyo ( 2005: 1.22) ”Sports technique as an expendient form of movement, which isdeveloped as the best solution to a certain sport task”. Jika dialih bahasakan adalah teknik olahraga adalah suatu penggunaan bentuk gerakan yang dikembangkansebagai solusi terbaik untuk tugas olahraga tertentu. Permainan tenis meja terdapat beberapa teknik yang harus dipahami dan dikuasai oleh pemain untuk dapat terampil dalam permainan tenis meja yaitu teknik dasar. Permainan tenis meja mempunyai beberapa macam teknik dasar yang harus dipelajari sebelum melangkah pada teknik permainan yang lebih tinggi. Adapun teknik dasar yang harus dipelajari adalah: grip, stance, jenis memukul dan footwork. 1. Grip (Pegangan) Pegangan merupakan langkah awal untuk memukul, keberhasilan sebuah pukulan dapat dilihat dari cara memegang bet. Arah bola yang dituju oleh pemukul dapat dilihat dari cara memegang bet. Pegangan bet juga mempengaruhi pengembalian serangan dari pihak lawan, sehingga teknik pegangan bet dalam tenis meja juga perlu dilatih. Pelatih perlu memberikan arahan, selain itu dapat memberikan pendapat kepada atlet untuk memilihkan jenis-jenis pegangan bet yang akan digunakan oleh atletnya.
12
Tatang dan Sulistyo (2005: 2.11) grip merupakan faktor yang sangat menentukan dalam melakukan permainan tenis meja. Jika sejak semula cara memegang bet sudah salah, maka kesalahan yang terjadi biasanya akan sulit diperbaiki dan kemungkinan pemain tersebut akan mengalami kesulitan dalam menghadapi teknik-teknik permainan selanjutnya. Masing-masing atlet memiliki kecocokan dalam menentukan cara memegang bet. Cocok atau tidaknya jenis pegangan yang dipilih oleh atlet dapat dijadikan bahan evaluasi oleh pelatih. Pegangan juga berpengaruh pada kenyamanan atlet dalam mengolah bola, baik itu digunakan dalam service, pukulan dan bertahan. Teknik memegang raket akan menentukan teknik permainan, jenis memukul (stroke), dan cara pemain untuk mengembangkan permainan tenis meja (Petter, 1988; Tatang dan Sulistyo, 2005: 2.13). a) Shakehand Grip
Gambar 2.5 Pegangan shakehand grip (Tatang dan Sulistyo, 2005: 2.19) Shakehand grip yaitu pegangan seperti pada saat kita bersalaman pegangan ini sangat popular di negara-negara Eropa dan Indonesia. Dengan grip ini seorang pemain dapat melakukan forehand stroke dan backhand stroke tanpa mengubah grip yang dipergunakan dengan shakehand grip pemain dapat menggunakan kedua belah sisi bet. b) Penhold Grip Penhold artinya “ memegang pena ”. Cara memegang bet ini adalah seperti memegang pena atau pensil. Style ini lebih populer di Asia khususnya digunakan oleh atlet cina. Dengan grip ini hanya mempergunakan salah satu sisi dari bet.
13
Biasanya sisi-sisi bet berwarna hitam dan merah. Kelebihannya antara lain sangat baik untuk memukul forehand.
Gambar 2.6 Pegangan Penhold Grip (Tatang dan Sulistyo, 2005: 3.0) 2. Stance (Posisi Tubuh) Tatang dan Sulistyo (2005: 3.1) “cara bersikap yang baik ketika sedang bermain tenis meja yaitu dengan kaki sejajar lebar bahu dan lutut ditekuk sedikit masuk ke dalam meja dan punggung sedikit condong”. Stance berarti posisi kaki, badan, dan tangan pada saat siap menunggu bola atau ketika memukul bola. Posisi siap sangat berpengaruh terhadap kesiapan pemain untuk menerima arah datangnya bola yang diberikan oleh lawan. Beberapa sikap dalam tenis meja, antara lain ; a) Square Stance Posisi ini sangat umum digunakan oleh atlet Indonesia bahkan atlet Internasional. Keuntungan pemakaian posisi ini adalah sikap yang sepenuhnya menghadap ke meja dan lawan. Perhatian penuh sehingga atlet dapat mengamati pihak lawan, teknik yang digunakan sekaligus dapat mengantisipasi jenis pukulan atau serangan yang datang. Tatang dan Sulistyo (2005: 3.1) terdapat dua macam stance yang pada umumnya digunakan dalam permainan tenis meja, yaitu:Posisi badan menghadap penuh ke meja. Posisi ini biasanya digunakan dalam keadaan siap menerima service dari lawan atau siap kembali setelah mengembalikan memukul dari lawan. Dengan satu langkah ke samping kiri, kanan, ke depan, ataupun ke belakang, pemain dapat mengambalikan bola dengan baik.
14
b) Side Stance Posisi badan menyamping, baik ke samping kiri maupun ke samping kanan. Pada posisi ini jarak antara bahu ke meja atau ke net harus ada yang dekat. Misalnya untuk memukul forehand bagi pemain tangan kanan, bahu kiri harus lebih dekat ke net, begitu pula kaki kirinya harus lebih dekat ke net. Sebaliknya stance untuk memukul backhand pemain tangan kanan, bahu kanan beserta kaki kanannya harus lebih dekat ke net. Hodges (1996) dalam Kertamah (2003: 35) teknik siap sedia (stance) yang sempurna adalah kaki kanan diletakkan sedikit di belakang, tapi tubuh tetap menghadap meja atau arah datangnya bola, tumit tidak menyentuh lantai dan lutut sedikit ditekuk dengan badan yang sedikit dicondongkan. Sehingga lebih siap dalam menerima bola dan pergerakan tubuh akan lebih cepat dan fleksibel. Semakin tinggi badan seorang pemain maka semakin diperlukan untuk menekukan lutut agar membuat pemain memutar ke segala arah dengan cepat. Postur tubuh atlet tanis meja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik pemain tersebut apabila dalam kondisi pertandingan sehingga lawan akan memakai strategi khusus untuk menggunakan tipe bola dan pukulan. 3. Footwork (Pergerakan Kaki) Pergerakan kaki dalam tenis meja merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pada saat akan memukul bola, posisi kaki harus sudah siap atau posisi diam sehingga kualitas pukulan bola akan bagus. Posisi kaki juga mempengaruhi gerakan atau perpindahan dalam tenis meja. Laju bola dalam tenis meja dapat berubah dengan cepat sehingga memerlukan teknik pergerkan kaki yang bagus. Tentunya dengan proses latihan yang tepat, artinya terprogram dan berkelanjutan. Pergerakan kaki yang dilakukan oleh pemain juga dapat menjadi ciri khas yang dimiliki oleh atlet tersebut. Tatang dan Sulistyo (2005: 2.75) footwork atau gerakan kaki dalam olahraga permainan tenis meja merupakan teknik yang harus dikuasai oleh setiap individu pemain karena footwork ini berperan sekali dalam upaya penguasaan lapangan sehingga setiap penempatan bola dari lawan dapat diantisipasi oleh pemain tersebut.
15
Banyak pemain yang menempatkan posisi kaki di tengah meja sehingga kesulitan saat melakukan blocking. Permainan tenis meja merupakan salah satu jenis permainan yang memerlukan dukungan kaki yang baik untuk melakukan berbagai ketrampilan, ketrampilan dalam pengaturan kaki akan membantu pemain untuk menjangkau bola diberbagai tempat dengan cepat dan mudah. Semua ketrampilan itu harus dikuasai karena itu merupakan suatu kesatuan yang utuh dalam bermaian tenis meja. Footwork untuk tunggal dibedakan : satu langkah, dua langkah dan tiga langkah atau lebih. Arah pergerakannya bisa ke belakang, samping kiri, kanan atau diagonal. Hodges (1996) dalam Kertamah (2003: 40) metode gerak kaki sering digunakan adalah two step. Tipe ini biasanya digunakan oleh pemain dengan tipe menyerang. Cara melakukannya adalah sebagai berikut: a) Lutut sedikit ditekuk; b) Berat badan dibagi secara rata pada kedua kaki; c) Berat badan ditumpukan pada ujung kaki; d) Bila ingin melangkah ke kiri, kaki kiri digeser ke arah kiri dan berat badan dibebankan ke arah kaki kiri. Bila perlu melakukan dua kali langkah maka caranya sama; e) Kaki kanan mengikuti kaki kiri, jika ingin melakukan memukul forehand maka kaki kanan ditarik ke belakang sehingga sama seperti posisi awal melakukan memukul forehand. Footwork yang digunakan dalam permainan tunggal sudah otomatis digunakan dalam permainan ganda. Dapat dikatakan bahwa untuk dapat melakukan footwork ganda harus terlebih dahulu dapat melakukan footwork untuk tunggal. Proses latihan tahap ini sangat ditentukan oleh kemampun atlet dan program latihan yang ditentukan. Proses latihan perlu memperhatikan urutanurutan dalam tenis meja, contohnya pergerakan kaki. Banyak atlet yang berpikiran bahwa yang terpenting dalam tenis meja hanya kemampuan memukul. Tentunya pemikiran semacam ini perlu dirubah dan digantikan dengan teknik-teknik yang benar dalam membentuk kualitas memukul dalam tenis meja. Tatang dan Sulistyo (2005: 2.75) beberapa jenis dari footwork, diantaranya : a. Footwork Tunggal Jika dilihat banyaknya langkah footwork untuk tunggal dapat dibedakan antar lain : 1) Footwork 1 langkah; 2) Footwork 2 langkah; 3) Footwork 3 langkah.
16
Arah pergerakan ini bisa ke depan, ke belakang, ke samping kiri atau kanan atau diagonal ke depan dan ke belakang. Penggunaan gerakan kaki ini disesuaikan dengan jarak yang harus diantisipasi antara bola yang datang dengan posisi pemain saat itu. Pembacaan arah bola dan tipe bola menjadi bahan perhatian untuk memutuskan jenis pukulan yang akan dilakukan oleh pemain untuk mengembalikan bola tersebut. b. Footwork Ganda Pada pemain ganda kedua pemain dapat mengikuti pola gerak samping kiri dan kanan atau depan dan belakang dapat menggunakan kombinasi kedua macam pola gerak tersebut. Ada beberapa pola gerakan yang dapat digunakan pada suatu permainan ganda antara lain: 1) 2) 3) 4) 5)
Gerakan ke samping kiri dan kanan; Gerakan dengan pola huruf T; Pola gerakan dengan bentuk huruf N atau N terbalik; Pola gerakan dengan huruf O; Pola gerakan dengan bentuk huruf V terbalik. Pergerakan-pergerakan tersebut harus mendapatkan perhatian dan proses
latihan yang teratur. Hal ini disebabkan, pembentukan gerakan tersebut tidak bisa secara singkat dapat dibentuk. Berbagai macam dan bentuk program latihan dapat diciptakan dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan latihan, tentunya sesuai dengan instruksi dari pelatih. Pengetahuan pelatih juga sangat berpengaruh terhadap program-program yang akan dilakukan dalam tahap latihan ini. Sehingga sangat diperlukan suatu kreativitas dari pelatih dan tentunya dari atlet tersebut. 4. Stroke (Pukulan) Pukulan dalam tenis meja merupakan hal yang sangat dominan, dikarenakan teknik tersebut merupakan inti dalam tenis meja. Proses latihan pukulan memerlukan waktu yang cukup lama. Bahkan di negara-negara yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam tenis meja, contohnya Cina. Proses latihan tersebut sudah dimulai dari tahap balita. Hal ini dikarenakan proses latihan yang semakin dini memungkinkan kualitas pukulan akan lebih baik. Selain itu, prestasi yang akan diraih juga akan lebih maksimal. Teknik pukulan dalam tenis meja antara lain, push, blockchop, service, flat, counter hitting, topspin, dropshot, chopped smash, looped drive, drive dan flick (Kertamah, 2003: 4).
17
1) Push
Adalah teknik memukul bola dengan gerakan mendorong dengan
sikap bet terbuka. Push biasanya digunakan untuk mengembalikan memukul push itu sendiri. Push adalah memukul backspin pasif untuk menghadapi backspin yang tujuannya agar bola tidak melambung tinggi dari net, bisa dengan backhand atau forehand. Arah bola sedikit cepat sehingga pemain dituntut untuk bergerak lebih cepat dan pukulan yang akan digunakan lebih cepat. Push berasal dari perkembangan teknik block, sehingga disebut juga memukul push block. Pada dasarnya memukul push atau memukul mendorong memiliki banyak variasi yaitu: push menggesek, push datar, dan lain sebagainya. Memukul push biasanya merupakan memukul jarak dekat dan jarak tengah. Teknik memukul push ini merupakan teknik memukul bertahan yang paling berperan aktif dan signifikan dalam permainan. Keistimewaan memukul push antara lain adalah: 1) Bola push dapat dijadikan alat yang bersifat penjagaan untuk melewati situasi transisi, yang dapat juga diubah menjadi 1 memukul mendorong berupa serangan balik; 2) Bola push termasuk bola polos, dengan bola pertahanan yang mengandung arti unsur serangan balasan; 3) Memukul push dimainkan pada bagian backhand, pada umumnya untuk mewakili backhand half volley yang bersifat mencuri kesempatan untuk membangun pelancaran serangan forehand. 2) Block Merupakan teknik memukul bola dengan gerakan menghentikan bola atau tindakan membendung bola dengan sikap bet tertutup. Block dapat digunakan untuk mengembalikan bola drive, mengembalikan memukul yang keras atau bola dengan putaran top spin. Block dilakukan setelah bola memantul di meja, sehingga bola akan kembali dengan cepat dan membuat lawan kesulitan.
18
Kertamah (2003: 64) “block merupakan teknik memukul yang dilakuakan tanpa mengayunkan bet tetapi hanya menahan bet tersebut”. Block lebih sederhana dari memukul, untuk itu kebanyakan pelatih mengajarkan block terlebih dahulu daripada memukul. Posisi bet pada saat menerima pukulan keras sebaiknya sedikit miring sehingga bola hasil pantulan dari bet tidak terlalu tinggi. Hal ini tersebut memungkinkan lawan tidak melakukan pukulan yang keras lagi. 3) Chop Merupakan teknik memukul bola dengan gerakan seperti menebang pohon dengan kapak atau disebut juga gerakan membacok. Memukul chop merupakan memukul backspin yang bersifat bertahan forehand maupun backhand. Menurut Kertamah (2003: 64) “chop merupakan pengembalian memukul backspin yang sifatnya bertahan”. Kebanyakan pemain yang menggunakan chop mundur sekitar 5 sampai 15 kaki dari meja, kemudian mengembalikan bola rendah dengan backspin. 4) Service Adalah teknik memukul untuk menyajikan bola pertama kedalam permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola tersebut ke meja server, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya memantul di meja lawan. Service dalam tenis meja adalah memukul bola untuk menyajikan bola pertama. Ada beberapa teknik service yaitu service forehand topspin, service backhand
topspin,
service forehand
backspin,
service backhand
backspin. Top spin merupakan arah putaran bola (dimana bola berputar searah jarum jam). Backspin merupakan arah putaran bola juga (bola berputar berlawanan jarum jam). Service penting dalam permainan tenis meja karena awal mula serangan atau untuk mematikan lawan bisa dilakukan dengan service yang sulit dan ini dibutuhkan ketrampilan setiap pemain. Ada beberapa teknik service yaitu service forehand topspin, service backhand topspin, service forehand backspin, service backhand backspin. (Tatang dan Sulistyo, 2005: 2.12).
19
5) Flat Hit Adalah memukul yang dilakukan miring dengan gerakan drive tetapi gerakan bet horizontal. 6) Counter Hitting Biasanya pemain mempunyai waktu relatif singkat untuk siap kembali memukul berikutnya. Sehingga posisi pemain harus tetap di tengah lapangan atau dekat dengan garis putih yang memisahkan lapangan tersebut. 7) Topspin Mirip dengan gerakan drive biasa, tetapi pada memukul topspin selain dibantu dengan backswing yang lebih, juga menggunakan pergelangan tangan, sehingga hasil putaran terhadap bolanya lebih banyak dari drive biasa. Spin terdiri dari topspin, backspin, sidespin. Topspin dihasilkan dengan memukul dari bawah belakang bola dan bergerak ke atas depan. Backspin dihasilkan dengan memukul dari atas belakang bola dan bergerak ke bawah depan. Sidespin dihasilkan dengan memukul bola bagian samping, bergerak ke kanan ataupun ke kiri. Topspin memberikan efek memiliki lintasan yang lebih tinggi dan pantulan dari meja ke arah atas. Sehingga bola akan lebih cepat meluncur dan putaran bola akan memantul medekat ke arah badan pemain. Backspin memberikan efek lintasan yang jauh lebih rendah dan tetap rendah karena pantulannya landai. Sidespin memberikan efek pantulan bola dari bet lawan akan sama dengan arah memukul raket pemain (yang melakukan sidespin), sangat efektif ketika melakukan service. Spin memainkan peranan penting dalam tenis meja dan setiap pemain harus menguasai ketrampilan tersebut. Pemain yang ingin ketingkat yang lebih tinggi harus menguasai ketrampilan ini. 8) Drop Shot Adalah teknik memukul dengan gerakan bet seperti Half Volley Push atau Half Volley Block seperti kita menaruh sedekat mungkin dengan jaring di meja lawan. Jenis ini akan lebih maksimal apabila bola menyentuh bibir net sehingga bola akan lebih sulit untuk dikembalikan.
20
9) Choped Smash Adalah teknik memukul smash dengan gerakan chop atau back spin, yang biasanya dibarengi dengan gerakan ke samping. Bola kan lebih lama di udara sehingga bola lambat untuk memantul, hal ini akan mempengaruhi pemain yang bertipe top spin. 10)
Drive Adalah teknik memukul yang dilakukan dengan gerakan bet dari
bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup. Drive merupakan memukul yang sering digunakan dalam tenis meja. Tipe memukul ini keras dan cepat. Drive ini bisa dengan forehand ataupun backhand. Menurut Kertamanah (2003: 7) “drive merupakan memukul yang paling kecil tenaga gesekannya”. Memukul drive sering disebut lift. Memukul ini merupakan dasar dari berbagai jenis memukul serangan, oleh karena itu memukul drive disebut sebagai induk teknik dari memukul serangan. Drive merupakan salah satu teknik memukul yang sangat signifikan untuk menghadapi permainan defensive. Memukul drive ini memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan dari memukul drive antara lain sebagai berikut: 1) Tinggi atau rendah bola di atas ketinggian garis net mudah dikuasai; 2) Cepat atau lambat laju bola tidak susah dikendalikan; 3) Bola bersifat membawa sedikit perputaran; 4) Bola drive tidak mengandung tenaga yang keras; Tatang dan Sulistyo (2005: 2.24-2.66) memukul drive dapat dilakukan disetiap posisi titik bola di atas meja tanpa mengalami adanya kesulitan terhadap bola berat (bola-bola yang bersifat membawa putaran), ringan, cepat, lambat, tinggi maupun rendah, serta terhadap berbagai jenis putaran memukul. Kertamah (2003: 64) “drive merupakan teknik memukul yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup”. Posisi atlet yang akan menggunakan teknik drive biasanya lebih rendah atau jongkok dan badan lebih jauh dari lapangan. Bola dipukul setelah sedikit turun dari puncak pantulan sehingga bola muncul dari bawah lapangan. Bola melaju dengan cepat dan jatuh di bagian belakang atau garis akhir dari
21
lapangan. Bola seperti ini menyulitkan lawan karena mereka akan lebih mendekat ke lapangan menunggu bola. 11)
Flick Digunakan untuk mengembalikan bola yang ditempatkan dekat net
dengan memukul serangan. Mengembalikan bola tipe seperti ini menuntut pemain untuk bergerak cepat mendekat ke lapangan kemudian mengayun lengan secara halus tidak memaksakan bola untuk melaju keras. Aspek-aspek yang terdapat dalam teknik dasar tenis meja merupakan prinsip-prinsip dasar yang membentuk pemain lebih menguasai pola-pola yang terdapat pada permainan tenis meja. Pemain yang mampu untuk mengolah teknik dasar dalam tenis meja tersebut berpotensi untuk mampu mencapai tingkat kemampuan yang mumpuni dan mampu untuk mempertahankan kemampuan tersebut sampai jangka waktu yang lama. b. Teknik Memukul Forehand dan Backhand Tenis Meja. Apabila diartikan teknik memukul bola adalah cara tertentu untuk memukul bola agar melewati net/jaring. Teknik tersebut merupakan hal yang sangat penting dan dalam melakukan pukulan tersebut terdapat beberapa teknik untuk mencapai tujuan yaitu melewati net dan mendapatkan point. Karena bola tenis meja berbentuk bulat sehingga menguntungkan dan memudahkan si pemukul untuk mengolah bola tersebut akan dipukul. Bola dapat dipukul sedemikan rupa sehingga menghasilkan putaran–putaran yang unik. Hal tersebut merupakan inti dalam permainan tenis meja, karena permainan tersebut merupakan permainan yang mempunyai tujuan untuk mencapai nilai tertentu untuk dikatakan sebagai pemenang. Memukul dalam tenis meja pada umumnya terdapat 2 jenis, antara lain teknik memukul forehand dan backhand. Setiap pemain harus menguasai 2 teknik memukul tersebut, hal ini dipengaruhi oleh cara mereka untuk menyerang atau bertahan dalam permainan tenis meja. Namun, pada umumnya hanya salah satu teknik yang benar-benar dikuasai dan disukai, sangat jarang ada atlet yang mempunyai kematangan yang seimbang dalam penguasaan teknik memukul.
22
1. Teknik Memukul Forehand Tenis Meja Teknik ini merupakan teknik awal yang dilatih dalam proses pelatihan tenis meja. Hal ini dikarenakan teknik ini dirasa cukup mudah untuk dilakukan dan biasanya dominan untuk dilakukan dalam situasi permainan tenis meja. Setelah dinilai cukup menguasai teknik ini, pelatih akan memberikan jenis teknik myang lainya. Memukul forehand adalah memukul dimana waktu memukul bola posisi telapak tangan yang memegang bat/raket menghadap ke depan. Memukul forehand biasanya merupakan memukul yang paling kuat karena tubuh tidak menghalangi saat melakukan memukul. Selain itu tenaga yang digunakan biasanya lebih maksimal daripada memukul backhand. Smash forehand yang merupakan memukul forehand dengan kecepatan penuh akan menjadi memukul yang paling kuat (Kertamah, 2003: 43). Memukul forehand (sebuah memukul topspin yang agresif) dianggap penting dengan tiga alasan, yaitu: pertama memukul ini diperlukan untuk menyerang dengan sisi forehand. Kedua, memukul ini bisa menjadi memukul utama untuk melakukan serangan. Ketiga, memukul ini merupakan memukul yang paling sering digunakan untuk melakukan smash. Kertamah (2003: 44) teknik melakukan memukul forehand antara lain: 1. Tahap Persiapan : a. Dalam posisi siap; b. Tangan dilemaskan; c. Bet sedikit dibuka untuk menghadapi backspin, sedikit ditutup atau tegak lurus untuk menghadapi topspin; d. Pergelangan tangan lemas dan sedikit dimiringkan ke bawah; e. Bergerak untuk mengatur posisi, kaki kanan sedikit ke belakang untuk melakukan forehand. 2. Tahap Pelaksanaan: Backswing yaitu dengan cara, putar tubuh ke belakang dengan bertumpuh pada pinggang dan pinggul, kemudian putar tangan ke belakang dengan bertumpu pada siku. Berat badan dipindahkan ke kaki kanan.
23
Gambar 2.7 Posisi Gerakan Memukul Forehand (Kertamah, 2003: 45) 2. Teknik Memukul Backhand Tenis Meja Memukul backhand adalah sebuah memukul dimana punggung tangan yang memegang bet dihadapkan ke depan. Memukul backhand dilakukan jika bola berada di sebelah kiri badan. Latihan sangat mentukan keberhasilan memukul dengan teknik seperti ini, hal ini dikarenakan banyak pemain yang lemah dalam menguasai salah satu teknik memukul dalam tenis meja. Proses latihan yang tepat dapat membantu penguasaan teknik memukul ini. Variasi dan kemampuan yang ditekankan oleh pelatih dalam materi latihan akan dapt membantu dalam proses ini. Tatang dan Sulistyo (2005: 4.8) cara memukul backhand ada 3 tahap, antara lain : 1. Sikap awal gerakan lengan ; Lengan atas tidak terlalu ke bawah juga tidak mengarah horizontal ke depan tetapi menyerong. Lengan bawah membentuk sudut kecil dengan lengan atas, posisi bet/raket terbuka selama melakukan pukulan. 2. Gerakan Memukul ; Gerakan memukul dilakukan dari belakang ke depan dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah dengan lengan direntangkan. Untuk melakukan gerakan pukulan ini perhatian dipusatkan terutama pada legan bawah. Selain itu, pandangan harus terfokus ke arah pantulan bola dan tipe laju bola tersebut. Hal ini berpengaruh dalam pengembalian bola, jangan sampai bola yang dipukul oleh pemain akan sangat menguntungkan pihak lawan.
24
3. Sikap Akhir Gerakan Lengan ; Setelah bet/raket mengenai bola, gerakan diteruskan secara relaks sehingga bat/raket berada di depan badan. Perkenaan bet dengan bola ini tergantung pada kecepatan permainan yang dilakukan, bola yang datang pelan dipukul ketika mencapai titik tertinggi, tetapi apabila datangnya bola cepat dipukul sebelum mencapai titik tertinggi.
Gambar 2.8 Posisi Gerakan Backhand (Tatang dan Sulistyo, 2005: 2.79) Dari teknik memukul tenis meja akan memberikan gambaran bahwa teknik-teknik memukul dapat dilakukan ketika posisi bola dan tubuh mendukung untuk melakukan jenis pukulan tersebut sehingga hasil akhir dari pukulan tersebut akan memberikan keuntungan untuk pemain tersebut. Pukulan yang baik mencerminkan tingkat penguasaan yang baik pula tentunya dengan proses latihan yang baik dan benar (Tatang dan Sulistyo, 2005: 3.2). 2. Belajar Gerak a. Pengertian dan Batasan Belajar Gerak Membahas pengertian dan batasan belajar gerak sudah barang tentu perlu diawali dengan mendiskusikan pengertian belajar secara umum, baru setelah itu membicarakan pengertian yang lebih spesifik, yaitu menyangkut pengertian belajar gerak. Sedangkan gerak itu sendiri akan senantiasa mendapatkan penjelasan secara komprehensif, termasuk gerak dalam hubungannya dengan keterampilan, olahraga, dan pendidikan jasmani dalam bagian-bagian berikutnya. Hergenhahn dan Olson (1933) dalam Dimyati dan Mudjino (2013: 25) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen dalam peilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan tanda-tanda yang disebabkan oleh
25
pengaruh yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan atau pengaruh obat-obatan. Sumadi Suryabrata (1974) dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 30) “belajar merupakan upaya yang sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik yang berupa pengetahuan maupun keterampilan”. Kemudian Bigge (1982) dalam Widyoko (2014: 33) mendefinisikan “belajar sebagai suatu perubahan yang bertahan lama dalam kehidupan individu dan tidak dilahirkan atau didahului oleh warisan keturunan”. Belajar merupakan hal tidak bisa lepas dari kehidupan, belajar selalu melekat disetiap kegiatan, tidak mengenal umur dan dapat dilakukan dimanapun tentunya dengan prinsip dan tujuan belajar itu sendiri. Belajar gerak merupakan hal yang sudah khusus digolongkan untuk mempelajari gerak itu sendiri. Olahraga dan gerak dapat diistilahkan dengan jiwa dan raga, dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena hal tersebut tumpang tindih. Kegiatan belajar gerak bertujuan untuk mempelajari gerakan yang awalnya sulit kemudian dipelajari sehingga gerakan tersebut dapat dilakukan oleh orang yang awalnya menilai bahwa gerakan tersebut sulit. Belajar gerak akan sangat membantu dalam kegiatan yang membutuhkan konsentrasi dan membutuhkan tenaga yang banyak. Kedua hal tersebut akan lebih mudah ketika ada penjelasan tentang gerak itu sendiri, contohnya memukul. Dalam setiap gerakan pasti mempunyai urutan tersendiri untuk membentuk keseluruhan dari gerak tersebut, contohnya awalan, pelaksanaan dan lanjutan. Ketika gerakan tersebut dilihat dari setiap stepnya, sangat memungkinkan setiap gerakan yang kompleks menjadi lebih mudah untuk dipelajari. Belajar juga tidak lepas dari proses latihan, hal tersebut disebabkan oleh prinsip belajar dan latihan tersebut. Berulang-ulang merupakan salah satu prinsip dalam belajar dan berlatih. Dalam setiap latihan mengadung unsur belajar, kesalahan dalam berlatih akan semakin dikurangi apabila proses belajar tersebut berjalan dengan terencana dan mendapatkan perhatian yang lebih mendalam. Kemajuan dalam bidang iptek ikut serta dalam mendukung keterlaksanaanya proses belajar gerak. Sehingga referensi dalam belajar gerak
26
akan lebih berkualitas, selain itu kemajuan iptek tersebut akan lebih membuka pola pikir dalam membentuk program-program belajar gerak. b. Jenis Belajar Belajar
merupakan
istilah
umum
yang
digunakan
untuk
menggambarkan perubahan-perubahan dalam potensi perilaku dan perilaku itu sendiri, serta merupakan hasil dari pengalaman. “Conditioning” merupakan suatu istilah yang digunakan lebih khusus untuk menggambarkan prosedur yang dapat mengubah perilaku. Setiap perilaku yang dilakukan akan mencerminkan pengalaman khususnya dalam proses belajar. Kegiatan belajar tersebut juga akan membawa orang tersebut sampai ke titik yang memang cocok dalam suatu kondisi. Robert Gagne (1977) dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 50) menjelaskan lima domain mengenai jenis belajar, yaitu: 1) Keterampilan gerak, yaitu gerakan berorientasi yang diwakili oleh koordinasi respons terhadap tanda-tanda tertentu; 2) Informasi verbal, yaitu dicontohkan melalui fakta-fakta, prinsipprinsip, dan generalisasi, yang dianggap sebagai pengetahuan; 3) Keterampilan intelektual, yaitu diwakili oleh diskriminasi, peraturan, dan konsep-konsep (penerapan pengetahuan); 4) Strategi kognitif, yaitu keterampilan-keterampilan yang terorganisir secara internal yang menentukan pembelajaran seseorang, pengingatan dan pemikiran; 5) Sikap, yaitu perilaku afektif seperti perasaan. Belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja atau tidak sengaja namun mempunyai prinsip yaitu dilakukan secara sadar. Sehingga pada kegiatan lainya, manusia dapat mengingat apa yang telah dipelajari untuk mengambil suatu keputusan. Belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak memandang usia, tempat dan status sosial sehingga belajar merupakan kewajiban dan hak untuk setiap manusia. Mayer (1987) dalam Dimyati dan Mujiono (2013: 45) mencoba memberikan batasan-batasan jenis belajar menjadi empat, yaitu: 1) Pembelajaran respons seperti yang ditunjukkan oleh pembelajaran behaviorisme; 2) Pembelajaran konsep, yang menunjuk pada penguasaan peraturan klasifikasi baru yang didasarkan pada pengalaman; 3) Pembelajaran verbal hapalan, yang melibatkan kemampuan untuk menghasilkan suatu daftar respons verbal;
27
4) Pembelajaran prosa, yang menunjuk pada pembelajaran semantic baru atau prosedur pengetahuan dari tulisan atau prosa yang dinyatakan secara verbal. Keterampilan tersebut sebenarnya menggambarkan gerakan yang terintegrasi secara efektif antara keterampilan olahraga (psikomotor); penerapan strategi, taktik, dan pengetahuan mengenai teknik dan hukumhukum gerak (kognitif); serta sikap-sikap yang tepat, jiwa bertanding, dan motivasi (afektif). Peningkatan keterampilan merupakan hal yang paling dominan dalam setiap proses belajar khususnya dalam bidang olahraga. Penguasaan keterampilan setiap atlet sangat bervariasi walaupun mereka belajar dalam satu wadah pelatihan. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan proses belajar yang sistematis sehingga proses tersebut lebih efektif baik untuk atlet dan pelatih. c. Tujuan Belajar Gerak Setiap tujuan pembelajaran gerak pada umumnya memiliki harapan dengan munculnya hasil tertentu, hasil tersebut biasanya adalah berupa penguasaan keterampilan. Keterampilan seseorang yang tergambarkan dalam kemampuannya menyelesaikan tugas gerak tertentu akan terlihat mutunya dari seberapa jauh orang tersebut mampu menampilkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerak tersebut maka semakin baik keterampilan orang tersebut. Dengan demikian maka keterampilan menunjuk pada kualitas tertentu dari suatu tugas gerak. Didalam keterampilan tersebut terdapat unsur efektivitas dan efisiensi. Seorang yang memiliki keterampilan yang tinggi sudah barang tentu memiliki kedua unsur tersebut. Gerak keterampilan tersebut dapat dikategorikan sebagai penampilan yang terampil (skilled performance). Suatu keterampilan itu baru dapat dikuasai atau diperoleh, apabila dipelajari atau dialihkan yang dilakukan secara terus menerus dalam periode waktu tertentu. Penampilan yang terampil merupakan tujuan akhir dari pembelajaran gerak.
28
Menurut Tatang dan Sulistyo (2005: 1.3) keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif. Penggolongan keterampilan dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan (1) stabilitas lingkungan, (2) jelas tidaknya titik awal serta akhir dari gerakan, dan (3) ketepatan gerakan yang dimaksud. Keterampilan juga dapat dibedakan dengan mempertimbangakan dominan tidaknya unsur yang mengarah ke keterampilan gerak dan ke keterampilan kognitif. Hal tersebut terjadi karena saling keterkaitan, faktor kognitif akan berpengaruh kepada keterampilan gerak seperti teori dan prakteknya. Tatang dan Sulistyo (2005: 1.5) “faktor-faktor yang menentukan keterampilan secara umum dibedakan menjadi tiga hal utama, yaitu: (1) faktor proses belajar mengajar, (2) faktor pribadi, (3) faktor situasional (lingkungan)”. Untuk memperoleh tingkat keterampilan sebagaimana dijelaskan tersebut diperlukan pengetahuan yang mendasar tentang bagaimana keterampilan tertentu bisa dihasilkan atau diperoleh serta faktor yang berperan dalam mendororng penguasaan keterampilan. Pada intinya bahwa suatu keterampilan itu baru dapat dikuasai atau diperoleh, apabila dipelajari atau dilatihkan dengan persyaratan tertentu, salah satu diantaranya adalah kegiatan pembelajaran atau latihan keterampilan tersebut harus dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu yang memadai. Dari tujuan belajar gerak dapat diperoleh beberapa kebehasilan yang memberikan tolak ukur dari kegiatan tersebut, antara lain ; 1. Peningkatan Ketrampilan Kegiatan pembelajaran dan pelatihan tersebut diarahkan untuk menguasai berbagai keterampilan yang diperlukan demi untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya. Lebih jauh dari itu, bahwa keterampilan memiliki derajat atau tingkatan tertentu, maka berbagai orang melatih diri atau mempelajari dengan mendalam tentang keterampilan adalah dengan sasaran mencapai penampilan yang terampil. Keterampilan dapat menunjuk pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada sifat di mana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, terdiri dari beberapa keterampilan dan
29
derajat penguasan yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini bisa terjadi, karena kebiasaan yang sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku yang diperhalus bisa disebut keterampilan. Kertamah (2003: 19) “keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum”. Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak. Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif” (Singer, 1980; Tatang dan Sulistyo:2005: 2.22). Kertamah (2003: 23) unsur-unsur keterampilan dalam tahap belajar sebagai berikut : 1) Keterampilan mempunyai beberapa tujuan yang berhubungan dengan lingkungan yang diinginkan, misalnya menahan posisi handstand dalam senam atau menyelesaikan umpan ke depan dalam olahraga sepakbola. Dalam pengertian ini, keterampilan dibedakan dari gerakan yang tidak mesti memiliki tujuan yang berhubungan dengan lingkungan tertentu seperti menggoyanggoyangkan jari tangan tanpa tujuan. 2) Keterampilan terkandung keharusan bahwa pelaksanaan tugas atau pemenuhan tujuan akhir tersebut dilaksanakan dengan kepastian yang maksimum, terlepas dari unsur kebetulan atau untunguntungan. Jika seseorang harus melakukan suatu keterampilan secara berulang-ulang, maka hasil dari setiap ulangan itu relative harus tepat, meskipun di bawah kondisi yang bervariasi maupun yang tidak terduga. 3) Keterampilan menunjuk pada upaya yang ekonomis, dimana energi yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu harus seminimal mungkin, tetapi dengan hasil yang maksimal. 4) Keterampilan mengandung arti pelaksanaan yang cepat, dalam arti penyelesaian tugas gerak itu dalam waktu yang minimum. Semakin cepat pelaksanaan suatu gerak, tanpa mengorbankan hasil akhir (kualitas) yang diharapkan, maka akan membuat terakuinya keterampilan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dalam mempercepat gerakan suatu tugas akan menimbulkan pengeluaran energi yang semakin besar, disamping membuat grakan semakin sulit untuk dikontrol ketepatannya. Namun meskipun demikian, lewat latihan dan pengalaman semua unsur yang terlibat dalam menghasilkan gerakan yang terampil perlu dikombinasikan secara serasi.
30
Keterampilan dapat digolongkan menjadi beberapa macam dan kelas. Penggolongan keterampilan ini dimaksudkan untuk membantu para peneliti dan pelatih dalam upaya menerapkan keterampilan dalam keperluan penelitian atau pelatihannya. Dengan mengetahui perbedaan-perbedaan dalam keterampilan tersebut, maka akan memudahkan untuk pelatih dalam membuat
pentahapan
pelatihan.
Banyak
pendekatan
yang
telah
dikembangkan untuk menggolongkan keterampilan gerak. Setiap sistem penggolongan didasarkan pada hakikat umum dari keterampilan gerak dikaitkan dengan aspek-aspek spesifik dari keterampilan tersebut. Setiap atlet memiliki banyak keterampilan yang perlu dilatih untuk menunjang keterampilan yang lebih baik. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam proses belajar yaitu dilihat dari atau dikaitkan dengan: (1) stabilitas lingkungan, (2) jelas tidaknya titik awal serta akhir dari gerakan, dan (3) ketepatan gerakan yang dimaksud. Pada akhirnya terdapat jenis keterampilan yang dapat disimpulkan dalam proses belajar gerak, diantaranya keterampilan terbuka dan tertutup. 2. Perkembangan Mental Nelson (2005) dalam Furqon (2008:34) “secara luas, pengertian mental mencakup pikiran, pandangan, image, dan sebagainya yang pada intinya adalah pemberdayaan fungsi berpikir sebagai pengendali tindakan dan respon tubuh”. Tujuan peningkatan mental adalah agar atlet dapat mengontrol pikiran, emosi dan prilakunya dengan baik selama atlet tersebut menampilkan performa olahraga. Mental yang terbina dengan baik akan sangat berpengaruh ketika atlet tersebut menghadapi kondisi yang sulit misalnya dalam kondisi point-point dalam proses kemenangan perlombaan. Mental yang baik juga akan mempengaruhi tingakat ketajaman dalam merancang strategi dan kontrol yang bagus. Ketika atlet dalam posisi menang atau kalah, atlet tersebut tidak akan mengalami hal yang berlebihan. Justru dalam kondisi tersebut atlet tersebut mengkondisikan dirinya untuk mampu mengontrol diri.
31
3. Hakikat Permainan Permainan memiliki makna penting dalam proram pendidikan jasmani serta pelatihan. Furqon (2008:2) “permainan dapat membentuk pengalaman, pretasi serta tujuan dapat dicapai melalui permaian seperti keterampilan sosial, menerima aturan dan pemahaman yang lebih baik pada dirinya dalam situasi kompetitif dan kooperatif ”. Permainan dapat dilakukan oleh setiap jenjang usia sehingga dampak permainan tersebut sangat luas. Setiap permainan memerlukan tujuan dan perencanaan, hal ini disebabakan sebuah permainan akan lebih bermanfaat apabila 3 aspek terpenuhi misalnya aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Penerapan strategi didalam permainan membentuk dan melibatkan anak belajar pentingnya ketajaman perhatian dan keterlibatan aspek mental. Loy, Mcpherson dan Kenyon (1978) dalam Furqon (2008:5) permainan adalah berbagai bentuk kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan dan dapat dilakukan secara perseorangan atau gabungan. Permaian bersifat terstruktur dan memiliki hasil yang dapat diamati. Permainan dilaksanakan membutuhkan banyak keterikatan dan banyak energi, lebih kuat dan serius daripada bermain dan lebih memungkinkan memberikan penghargaan terhadap pemenuhan dan keberhasilan. Kompetisi merupakan hal menonjol dalam setiap permainan. Kimpraswil (2005) dalam Furqon (2008:6) permainan merupakan usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik. a. Karakteristik Permainan Setiap permainan mempunyai tujuan dan karakteristik dalam proses pelaksanaan permainan tersebut. Dari sini dapat dikategorikan beberapa jenis permainan, contohnya permainan untuk pendidikan dan permainan untuk rekreasi. Suatu permainan tentunya memuat unsur aturan yang disepakati sehingga pelaksanaan permainan tersebut akan lebih lancar dan sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan permainan tersebut. Furqon (2008:10) permainan dapat memainkan peran yang penting dalam mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak dasar, jika permainan secara tepat dimasukkan ke dalam program
32
pengembangan gerak. Permainan yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan gerak lokomotor dan manipulasi memiliki karakteristik antara lain, seperti berikut : 1. Memberikan aktivitas maksimum pada semua anak. 2. Mengembangkan inklusi dari pada eksklusi. 3. Mudah divariasi dan dimodifiksi. 4. Membantu mengembangkan berbagai kemampuan gerak. 5. Menyenangkan bagi anak yang bermain. Menentukan janis-jenis permainan merupakan hal yang sangat diperlukan oleh orang dewasa khususnya apabila permainan tersebut mengandung
unsur
edukasinya.
Banyak
permainan
lokomotor
yang
menjadikan anak senang melakukannya. Permainan lokomotor dirancang berisi lari sebagai mode gerak utama. Anak akan lebih suka bergerak menjelajah setiap sudut tempat yang ditempati mereka. Sehingga membutuhkan perhatian ekstra oleh pelatih. Furqon (2008:12) tiap permainan dapat dimodifikasi dalam berbagai cara untuk menyesuaikan kebutuhan tertentu dan tingkatan usia anak. Tujuan khusus permainan ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kemampuan gerak dan lokomotor, yaitu lari, lompat, skipping dan congklak. 2. Meningkatkan kelicahan dan koordinasi tubuh secra umum. 3. Meningkatkan keterampilan ritmik mengenai gerak lokomotor. 4. Meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi di dalam kerja tim. 5. Meningkatkan kemampuan untuk mengikuti pengarahan dan mematuhi peraturan. Jalanya permainan tersebut dapat dirubah dari peraturan pokoknya, namun hal tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan subyek yang akan dikenakan permainan tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk ketepatan tujuan permainan tersebut tetap dilaksanakan walaupun ada perubahan dari permainan tersebut. Perubahan permainan tersebut hendaknya dilakukan oleh orang dewasa sehingga diharapkan akan mampu memperhatikan unsur-unsur yang terkandung didalam permainan tersebut contohnya faktor keamanan dalam pelasanaan juga harus diperhatikan. Perubahan peraturan juga harus disepakati semua pihak sehingga jalannya permainan tersebut dapat dimengerti sepenuhnya oleh masing-msing anak.
33
Furqon (2008:13) beberapa ciri-ciri permainan anak yang baik antar
lain ; 1. Anak-anak diberikan kesempatan yang melimpah dan berkesinambungan. Mereka juga hendaknya mendapat banyak kesempatan yang menurut perasaannya nyaman. 2. Berbagai perbedaan dapat diakomodasikan tantangan yang bersifat positif dapat disertakan guna memungkinkan setiap anak untuk berpartisipasi. 3. Berbagai hal yang menyangkut kemungkinan timbulnya masalah emosi, sosial dan fisik sudah diperhitungkan. 4. Tujuan jelas, konsisten dan memungkinkan untuk dicapai. 5. Evaluasi dilakukan baik secara formal maupun informal dengan pemahaman bahwa akan ada trial and error atau mencoba-coba dan membuat kesalahan. 6. Kemungkinan adanya kesalahan diakui dan dapat dimaafkan serta ada kesempatan untuk mencoba lagi. 7. Pengalaman diberikan dalam hal pengendalian diri akan rasa frustasi sementara. Furqon (2008:14) “permainan harus menyenangkan, memberikan
aktivitas yang penuh semangat dan juga tantangan-tantangan mental, serta berdasarkan aturan-aturan dan kompetisi persahabatan”. Semua komponen permainan menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial secara positif. Permainan yang dilakukan oleh setiap manusia khususnya anak-anak akan memberikan pengaruh terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek tersebut akan mempengaruhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sampai tahap selanjutnya. Pengawasan yang dilakukan oleh orang dewasa atau pelatih sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan dan keamanan dalam proses pelaksanaan permainan tersebut. Furqon (2008:14) “permainan harus menyenangkan, memberikan aktivitas yang penuh semangat dan juga tantangan-tantangan mental, serta berdasarkan aturan-aturan dan kompetisi persahabatan”. Semua komponen permainan menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial secara positif. Permainan yang dilakukan oleh setiap manusia khususnya anak-anak akan memberikan pengaruh terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek tersebut akan mempengaruhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sampai tahap selanjutnya. Pengawasan yang dilakukan oleh orang dewasa atau
34
pelatih sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan dan keamanan dalam proses pelaksanaan permainan tersebut. b. Prinsip-prinsip Pemilihan Permainan Pemilihan permainan yang akan diberikan kepada anak hendaknya perlu memperhatikan beberapa pertimbangan. Menurut Furqon (2008:17) “tekanan utama program keterampilan gerak anak adalah mendorong anak agar berpartisipasi di dalam aktivitas gerak dan mencapai tingkat kompetensi tertentu”. Anak harus menerima umpan balik yang positif dari pengalaman permainan yang dilakukan. Apabila dalam melakukan permainan, anak merasa bosan dan tidak senang, maka evaluasi segera dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan permainan tersebut. Pemilihan permainan tersebut memang harus sangat diperhatikan tentang kesesuaian dan beban dari permainan. Gabbard (1987:68) dalam (//jurnal.upi.edu/ penjasor / view / 1032 / pengembangan kompone biomotorik melalui aktivitas permainan atletik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar html) menyatakan bahwa dalam memilih sebuah permainan, perlu memperhatikan poin-poin yang harus diterapkan. Poin-poin tersebut diantaranya: 1) permainan harus bersifat menyenangkan, 2) permainan harus menyediakan aktivitas untuk semua anak secara maksimal, 3) meningkatkan pengembangan keterampilan gerak yang dibutuhkan, dan atau mengembangkan serta memilhara kebugaran, dan 4) mencakup keseluruhan peserta dan bukan pengurangan peserta permainan. Gabbard (1987:68) dalam (http://jurnal. upi. Edu / penjasor / view / 1032 / pengembangan komponen biomotorik melalui aktivitas permainan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.html ) menyatakan bahwa diperlukan beberapa tambahan sebagai petunjuk dan pertimbangan dalam memilih permainan, yang diantaranya: 1) penggunaan kemajuan permainan, dari bentuk permainan yang kecil kemudian ke sebuah tim permainan, 2) ketika melakukan pemilihan permainan, diperlukan peningkatan /kemajuan jumlah dan kompleksitas peraturan serta strategi, 3) menggunakan situasi permainan untuk evaluasi dan meningkatkan perilaku afektif dan juga kecakapan keterampilan gerak, 4) keamanan harus sebagai dasar yang harus dipertimbangkan, 5) tempatkan anak ke dalam sebuah formasi dan buatlah petunjuk bila dimungkinkan, 6) meskipun partisipasi sangat ditekankan, jika partisipasi anak perlu dikurangi, disarankan hanya hanyasatu atau dua putaran, dan 7) hindari penekanan yang berlebihan dalam sebuah kompetisi.
35
c. Bentuk - Bentuk Permainan Permainan didasarkan pada pemahaman bahwa atlet akan dapat melakukan permainan jika mereka sudah menguasai teknik dasarnya. Pandangan terhadap permainan ini mengedepankan kerangka pengembangan dan disebut tahapan permainan. Pentingnya aspek tahapan permainan ini telah timbul dari studi bagaimana keterampilan digunakan dalam permainan. Setiap tahapan pengajaran harus melibatkan pergerakan (perpindahan) dari latihan yang secara bertahap meningkat tingkat kesulitannya kekondisi seperti permainan. Furqon (2008:18) perkembangan pemain dari permainan dapat dianggap terdiri dari tiga tahap yang digambarkan dalam tahapan-tahapan tersebut dideskripsikan dalam bagian-bagian berikut: 1. Tahap Satu Tahap satu guru berkepentingan dengan kemampuan siswa untuk mengontrol benda (objek) atau tubuh. Atlet pemula dihadapkan dengan masalah ketidaktahuan tentang apa yang akan terjadi ketika mereka memukul, melempar, menangkap atau mengumpulkan benda tertentu. Tingkat kemampuan mengontrol benda yang sangat mendasar akan dikuasai pada tahapan pembelajaran permainan ini. Pengontrolan yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan sebagai berikut: Aksi melontarkan misalnya memukul. Anak dapat mengarahkan benda ke suatu tempat dengan besaran daya yang sesuai kepentingannya secara konsisten. Aksi menerima (misalnya menangkap, mengumpulkan). Anak dapat menguasai suatu benda yang datang padanya dari arah, kecepatan, dan ketinggian yang berbeda. Aksi membawa dan melepaskan (misalnya memantulkan dan mengarahkan). Anak dapat menjaga penguasaan terhadap benda yang bergerak dalam berbagai cara dan pada berbagai kecepatan. Perkembangan keterampilan dalam tahap satu melibatkan pemberian pengalaman dalam menangkap dan melempar. Pengalaman demikian pertama-tama diberikan dalam kondisi yang paling mudah, dan bertahap pengontrolannya dilakukan dalam situasi yang lebih sulit dengan memanipulasi ketinggian, arah, tenaga dari benda yang dilemparkan atau ditangkap. Perkembangan dalam tahap satu juga memasukkan perubahan dari posisi benda diam ke benda yang bergerak dan dari posisi penerima diam ke posisi bergerak. 2. Tahap Dua Pada tahap dua ini fokus latihan masih pada peningkatan penguasaan dan pengontrolan terhadap objek, tetapi latihannya sudah lebih kompleks. Dalam tahap dua ini, dua keterampilan digabungkan (misalnya memukul dan mengarahkan); peraturan ditekankan sehingga membatasi aksi yang dilakukan misalnya teknik memukul dan
36
keterampilan tersebut dilatih secara kooperatif dengan anak lain. Melatih keterampilan dengan penggabungan merupakan hal yang kritis dan sering diabaikan. Untuk menentukan keterampilan apa yang harus dilatih dalam gabungan, pelatih harus menganalisis permainan yang dipelajari untuk menentukan keterampilan-keterampilan yang akan digabungkan. Akhirnya, keterampilan-keterampilan tadi harus dilatih dengan cara yang sama ketika keterampilan itu digunakan dalam permainan. 3. Tahap Tiga Tahap tiga, fokus latihan adalah pelaksanaan taktik penyerangan dan pertahanan secara sederhana dengan menggunakan keterampilan yang sudah dikuasai. Ketika tahap ini dilaksanakan, atlet diasumsikan sudah mampu menguasai dan mengontrol bola tanpa kesulitan lagi, sehingga dapat berkonsentrasi pada penggunaan keterampilan itu dalam proses penyerangan atau bertahan. Tahap tiga mempertimbangkan strategi yang sangat mendasar yang ada dalam permainan tertentu dan mulai membangun strategi tersebut secara bertahap dalam wawasan atlet Hal ini dilakukan, pertama-tama dalam kondisi yang sangat sederhana dan kemudian bergeser ke kondisi yang lebih kompleks. d. Hubungan Permainan dengan Tenis Meja Permainan dalam aktivitas yang dilakukan anak-anak merupakan wadah yang sangat bagus dalam proses belajarnya. Permainan mengadung aspek yang sudah ditetapkan khususnya peraturan-peraturan yang disepakati sebelum permainan tersebut dilakukan. Peraturan akan memberikan patokan untuk setiap tindakan yang akan dilakukan oleh anak tersebut, sehingga anak akan mengingat dan melakukan point-point dalam permainan tersebut, terlebih apabila peraturan tersebut diciptakan oleh sekelompok anak tersebut. Peran pelatih atau guru dalam proses berlangsungnya permainan tersebut sangat diperlukan. Mereka akan menjadi pencipta, pengawas dan pemberi hukuman terhadap kegiatan permainan tersebut, dengan kemampuan tersebut diharapkan anak akan mendapatkan bentuk dan fungsi permaian yang tepat dalam proses belajar yang anak lakukan. Para pelatih juga diharapkan untuk selalu memperharui permainan yang mereka gunkan dalam proses belajar anak lakukan khususnya teknik-teknik dalam tenis meja sehingga anak akan merasa tertantang dalam menjalani proses belajar sekaligus melakukan sebuah permaian.
37
Tenis meja merupakan salah satu jenis permainan yang mempunyai peraturan-peraturan tertentu yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh teknik memukul dalam tenis meja, teknik tersebut tidak dapat dirubah namun dapat dipelajari. Anak dituntut untuk belajar untuk memahami dan mempraktekan teknik tersebut sehingga anak akan mengalami dan menemukan pengalaman baru. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:42) “perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individu merupan prinsip-prinsip dalam proses belajar”. Proses tersebut diharapkan akan memacu anak atau atlet untuk lebih memamcu motivasi dan kemampuan untuk lebih maksimal dalam melatih kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing anak atau atlet tersebut. 4. Karakteristik Anak Masa perkembangan anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi seorang
anak
untuk
belajar
dari
dunia
disekelilingnya.
Anak
dapat
mengembangkan keterampilan yang dapat memudahkan dirinya untuk menjadi bagian lingkungan dan berperan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Keterampilan yang mumpuni atau lebih tinggi dari pada anak sebayanya akan memberikan keuntungan tersendiri khusus untuk anak tersebut. Salah satunya adalah perhatian dan penilaian tersendiri yang diberikan oleh teman sebaya dan keluarga bahkan masyarakat. Anak yang
memiliki keterampilan akan lebih
mendapatkan peran dalam kegiatan-kegiatan baik itu di klub, sekolah dan lingkungannya. Selain itu, motivasi yang didapatkan dari keterampial anak tersebut akan dibawa ketahap dewasa. Aristoteles dalam (Desmita, 2005:65) membagi masa perkembangan anak menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Masa anak kecil, disebut juga dengan masa bermain, dengan rentang usia 0-7 tahun. 2) Masa anak-anak, disebut juga dengan masa belajar atau masa sekolah rendah, dengan rentang usia 7-14 tahun. 3) Masa remaja atau pubertas, disebut juga dengan masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa, dengan rentang usia 14-21 tahun.
38
Perkembangan anak merupakan fase-fase yang cepat dan memerlukan perhatian dari orang dewasa khususnya orang tua. Fase-fase anak akan sangat berguna dalam perkembangan masa selanjutnya. Pemberian kegiatan atau pelatihan-pelatihan yang memberikan dukungan terhadap masa perkembangan anak tersebut. Pelatihan yang dijalankan oleh klub-klub olahraga sangat membantu perkembangan dan pertumbuhan fisik anak. Buhler dalam (Desmita, 2005:67) membagi masa perkembangan anak menjadi beberapa fase, yaitu: 1) Fase Pertama (0-1 tahun). Masa menghayati obyek-obyek di luar diri sendiri dan melatih fungsi tubuh, terutama fungsi motoriknya. 2) Fase Kedua (2-4 tahun). Masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri, disertai penghayatan subyektif. Mulai ada pengenalan terhadap diri sendiri. 3) Fase Ketiga (5-8 tahun). Disebut masa sosialisasi anak. Anak mulai memasuki masyarakat luas, pergaulan dengan kawan sepermainan. Anak juga mulai mengenal arti prestasi pekerjaan, tugas serta kewajiban. 4) Fase Keempat (9-11 tahun). Pada periode ini, anak mencapai obyektivitastertinggi. Anak mulai bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan meneliti dan rasa ingin tahu yang tinggi. 5) Fase Kelima (14-19 tahun). Anak lebih mengarahkan minatnya pada lapangan hidup yang konkrit, yang dahulu hanya dikenal secara subyektif belaka. Berdasarkan berbagai pendapat dari tokoh-tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, masa perkembangan anak merupakan masa yang sangat penting bagi seorang anak, dikarenakan pada masa-masa tersebut adalah masa dimana anak mulai mengembangkan keterampilannya. Masa perkembangan anak juga dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu masa anak kecil, masa kanak-kanak dan masa remaja. Dalam setiap tingkatan tersebut, perkembangan anak sangat tergantung kepada orang dewasa dalam megarahkan kedalam suatu kegiatankegiatan yang positif untuk proses tumbuh kembang serta proses penguasaan suatu keterampilan tertentu yang nantinya akan sangat berperan untuk mewujudkan insani yang mempunyai kompetensi keterampilan tertentu.
39
Desmita (2005:40) “anak sekolah dasar termasuk dalam masa anak besar. Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun”. Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini menunjukkan adanya kecenderungan yang berbeda dibanding pada masa sebelumnya dan juga pada masa sesudahnya. Kecenderungan perbedaan ini terjadi dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh. Harsono (2000:68-70) adalah sebagai berikut: Periode umur 5-8 tahun, diantaranya: 1) pertumbuhan tulang-tulang lambat, 2) mudah terjadi kelainan postur tubuh, 3) koordinasi gerak masih terlihat jelek atau kurang baik, 3) sangat aktif, main sampai penat, rentang perhatian atau konsentrasi sempit, 4) dramatis, imajinatif, peka terhadap suara-suaradan gerak ritmis, 5) kreatif, rasa ingin tahu, senang menyelidiki dan belajar melalui aktivitas, 6) senang membentuk kelompok-kelompok kecil, laki-laki dan perempuan mempunyai minat sama, 7) mencari persetujuan orang dewasa (orang tua, guru, kakak dan lain-lain), dan 8) mudah gembira karena pujian, tetapi mudah sedih karena dikritik. Periode umur 9-11 tahun, diantaranya: 1) dalam periode pertumbuhan yang tetap, otot-otot tumbuh cepat dan membutuhkan latihan, postur tubuh cenderung buruk, oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan pembentukan tubuh, 2) penuh energi, akan tetapi mudah lelah, 3) timbul minat untuk mahir dalam suatu keterampilan fisik tertentu dan permainan-permainan yang terorganisir, tetapi belum siap untuk mengerti peraturan yang rumit, rentang perhatian lebih lama, 4) senang dan berani menantang aktivitas yang agak keras, 5) lebih senang berkumpul dengan lawan sejenis dan sebaya, 6) menyenangi aktivitas yang dramatis, kreatif, imajinatif, dan ritmis, 7) minat untuk berprestasi individual, kompetitif, dan punya idola, 8) saat yang baik untuk medidik moral dan perilaku sosial, dan 9) membentuk kelompok-kelompok dan mencari persetujuan kelompok. Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat di bandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat.
40
Mussen, Conger dan Kagan, (1969) dalam (Desmita, 2005:70) menjelaskan pentahapan peetumbuhan anak, antara lain ; 1) Tinggi dan Berat Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 Kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 Kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 Kg. 2) Perkembangan Otak Di antara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. 3) Perkembangan Motorik Dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem syaraf-otot (neuromuskuler) memungkinkan anak-anak lebih lincah dan aktif bergerak. Dengan meningkatnya usia nampak perubahan dari gerakan kasar mengarah kearah gerakan yang lebih halus yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot-otot yang lebih halus serta koordinasi. Keterampilan dan koordinasi gerakan harus dilatih dalam hal kecepatannya dan keluwesannya. Beberapa permainan dan alat yang sederhana seperti kertas koran, kubuskubus, bola, kun, botol dan kardus dapat digunakan untuk membantu memperkembangakan aspek motorik ini. Beberapa keterampilan motorik yang perlu dilatih dalam hal keluwesan, kecepatan dan ketepatannya antara lain ialah: keterampilan koordinasi anggota gerak seperti tubuh untuk berjalan, berlari, melompat, keterampilan tangan, jari-jemari dalam hal makan, mandi, berpakaian,
41
melempar, menangkap, merangkai dan lain-lain, keterampilan kaki misalnya meniti, berjingkat, menari, menendang dan lain-lain. 5. Hakikat Latihan Bompa (1994:32) “latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntas tugas”. Latihan tidak dapat dipisahkan dari proses belajar sehingga latihan dapat dijadikan sebuah proses untuk menjadikan kemampuan seseorang meningkat. Proses latihan juga dapat memberikan manfaat kognitif, afektif dan psikomotor sehingga menjadikan orang tersebut lebih menggali kompetensi yang dimilikinya. Sukadiyanto (2002:5-6) istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan, misalnya susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan materi, antara lain: (1) pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan (warming-up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5) cooling down/penutup. Latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Latihan itu diperoleh dengan cara menggabungkan tiga faktor yang terdiri atas intensitas, frekuensi, dan lama latihan. Walaupun ketiga faktor ini memiliki kualitas sendiri-sendiri, tetapi semua harus dipertimbangkan dalam menyesuaikan kondisi saat latihan. Latihan akan berjalan sesuai dengan tujuan apabila diprogram sesuai dengan kaidah-kaidah latihan yang benar. Program latihan tersebut mencakup segala hal mengenai takaran latihan, frekuensi
42
latihan, waktu latihan, dan prinsip-prinsip latihan lainnya. Program latihan ini disusun secara sistematis, terukur, dan disesuaikan dengan tujuan latihan yang dibutuhkan. Latihan fisik memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil latihan fisik bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh secara instan, tidak dapat diperoleh dalam satu atau dua minggu. Hasil latihan meningkat secara progresif, misalnya saja peningkatan kekuatan naik berkisar 15% perminggu. Latihan akan terlihat pengaruhnya setelah dilakukan selama 8 minggu, misal latihan beban dapat meningkatkan kekuatan otot sampai 50% dalam waktu 8 minggu (Dreger, dikutip oleh Suharjana 2007:47). Faktor lain yang tidak boleh dilupakan demi keberhasilan program latihan adalah keseriusan latihan seseorang, ketertiban latihan, dan kedisiplinan latihan. Pengawasan dan pendampingan terhadap jalannya program latihan sangat dibutuhkan. a. Hukum Latihan Proses latihan merupakan hal yang mengandung atau menuruti hukum dan prinsip yang berlaku. Menurut Argasasmita, dkk (2007: 44) “latihan tidak selalu positif dan optimal bila pelaksanaan tidak diberikan dengan kaidah hukum dan prinsip latihan yang benar”. Hukum latihan merupakan aturan yang menjadikan acuan untuk segala jenis latihan. Namun, dalam proses latihan hukum tersebut dapat dirancang sesuai dengan tujuan kegiatan latihan tersebut. Fox, Bowers & Foss (1993:121) prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada suatu cabang olahraga dan kebutuhan tubuh secara optimal. Tujuan latihan merupakan pedoman untuk menentukan program harian, mingguan dan bulan yang dibuat oleh pelatih. Isi materi dalam proses latihan juga harus dikomunikasikan kepada atlet yang akan dikenakan program latihan tersebut. Hal ini bertujuan untuk terjalinnya komunikasi dan pemahaman materi diantara pelatih dan atletnya.
43
Sadoso (1990:23) latihan olahraga harus meliputi empat macam, yaitu: (1) intensitas latihan, (2) lamanya latihan, (3) frekuensi latihan, dan (4) macam aktivitas latihan, yang masing-masing dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Intensitas Latihan Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut sebagai intensitas. Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan aerobik menggunakan patokan kenaikan detak jantung seperti yang dikatakan Djoko Pekik (2004: 17) secara umum intensitas latihan kebugaran adalah 60% - 90% detak jantung maksimal dan secara khusus besarnya intensitas latihan bergantung pada tujuan latihan. Latihan untuk membakar lemak tubuh menggunakan intensitas 65% - 75% detak jantung maksimal yang dilakukan 20- 60 menit setiap latihan dan dilakukan 3-5 kali perminggu (Djoko Pekik, 2004:83). 2. Lamanya Latihan Takaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi adalah 45-120 menit dalam training zone, sedangkan untuk olahraga kesehatan seperti program latihan untuk menurunkan berat badan antara 20-30 menit dalam training zone. Maksudnya yaitu bahwa latihan-latihan tidak akan efisien, atau kurang membuahkan hasil jika takaran latihan di atas tidak terpenuhi. Menurut Djoko Pekik (2004:21) bahwa takaran lama latihan untuk meningkatkan kebugaran dan menurunkan berat badan dilakukan selama 20-60 menit. 3. Frekuensi Latihan Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama latihan. Dalam melakukan latihan sebaiknya frekuensi latihan dilaksanakan paling sedikit tiga kali seminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga prestasi. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali per minggu (Djoko Pekik, 2004:17). 4. Macam Aktivitas Latihan Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode latihan yang tepat. Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan. Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi ada bermacam-macam seperti: lari, sepeda, jogging, berenang, senam aerobik, atau jalan kaki. Latihan yang tepat hendaknya juga menerapkan prinsipprinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang. b. Prinsip Latihan setiap program latihan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan sehingga meminimalisir cidera yang mungkin akan dialami oleh atlet. Karakteristik atlet, kondisi lapangan dan durasi latihan merupakan kesatuan yang harus selalu diperhatikan oleh pelatih. Pengalaman dan pengetahuan pelatih merupakan unsur yang dominan dalam jalanya program latihan.
44
Sadoso Sumosardjuno (1990) dalam Djoko Pekik (2004:45) ada beberapa prinsip dasar latihan yang efektif adalah sebagai berikut: 1. Prinsip beban berlebih (Overload) Prinsip beban berlebih pada dasarnya menekankan beban kerja yang dijalani harus melebihi kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, karena itu latihan harus mencapai ambang rangsang. Hal itu bertujuan supaya sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan. 2. Kekhususan Latihan Program latihan yang baik harus dipilih secara khusus sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, program latihan untuk menurunkan berat badan, maka pilih latihan aerobik setelah itu lakukan latihan untuk pengencangan otot dengan menggunakan latihan beban (weight training). Dalam melakukan latihan, setiap bentuk rangsang akan direspon secara khusus oleh setiap orang atau olahragawan. Bentuk latihan yang diberikan sesuai dengan tujuan olahraga yang diinginkan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan prinsip spesifikasi, antara lain mencakup: (1) spesifikasi kebutuhan energi, (2) spesifikasi bentuk atau model latihan, (3) spesifikasi pola gerak dan kelompok otot yang terlibat. 3. Individualitas Setiap individu mempunyai potensi dan kemampuan yang berbedabeda. Selain potensi dan kemampuan yang berbeda, faktor kematangan, lingkungan, latar belakang kehidupan, serta pola makannya pun berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap aktivitas olahraga yang dilakukannya. Oleh karena itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu dan tidak boleh disamaratakan. 4. Latihan Progresif Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara kontinyu, maju dan berkelanjutan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam proses latihan harus dilakukan secara kontiyu dan meningkat melanjutkan latihan sebelumnya. 5. Pemulihan Pada program latihan harus dicantumkan waktu pemulihan yang cukup. Waktu pemulihan digunakan untuk mengurangi resiko over training akibat beratnya latihan. Kelelahan hebat justru dapat menimbulkan penurunan penampilan atau performa seseorang. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan sebuah aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, dalam jangka waktu yang panjang, dilakukan berulang-ulang, meningkat, dan dengan sebuah metoda tertentu sesuai tujuan yang diinginkan. Proses berlatih yang dilakukan
45
secara teratur, terencana, berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang komplek. c. Faktor Latihan Gerak dalam olahraga prestasi pada umumnya dapat dilakukan dari gerakan yang relatif sederhana sampai tingkat gerak yang relatif sulit dilakukan dalam setiap cabang olahraga, khususnya olahraga prestasi, gerak merupakan salah satu unsur penting, karena gerak dari berbagai otot yang dirangkai menjadi satu kesatuan itulah yang menentukan spesikasi teknik cabang olahraga. Misalnya dalam nomor lempar lembing, gerak dimulai dari cara memegang lembing, menentukan jarak awalan, lari untuk membangun momentum, kemudian diakhiri dengan melepaskan lembing dari pegangan. Kemudian agar gerak-gerak teknik termaksud berkualitas tinggi tentu harus didukung oleh banyak faktor dan faktorfaktor termaksud harus selalu menjadi perhatian dan pertimbangan pelatih dalam melaksanakan latihan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa untuk mencetak atlet hingga mencapai prestasi maksimal tidak ada jalan pinta. Karena itu dalam upaya membantu para pelatih melaksanakan tugasnya agar menjadi efektif dan berhasil, maka para ahli olahraga terus berupaya mencari jalan keluarnya melalui kajian-kajian ilmiah. Di antara temuan para ahli antara lain yang sangat penting dan juga yang perlu dipahami dengan baik oleh para pelatih adalah; konsep dasar tujuan latihan dan konsep dasar pengorganisasian latihan. Tujuan akhir pelatih dan atlet mengikuti pertandingan/perlombaan adalah menang. Untuk dapat menjadi pemenang, selama bertanding/berlomba atlet harus mengeluarkan seluruh potensi yang dimiliki. Agar
dapat
menang
dalam
pertandingan/perlombaan,
seluruh
kemampuan atlet yang masih bersifat potensial harus dikembangkan dan ditingkatkan melalui kegiatan latihan. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa konsep dasar latihan adalah, membangun, mengembangkan, dan meningkatkan semua komponen kemampuan atlet yang masih bersifat potensial melalui kegiatan latihan hingga menjadi kemampuan yang berkualitas tinggi dan siap pakai.
46
Bompa (1994: 3) menjelaskan tentang proses latihan, sebagai berikut : Today through training, as in ancient times, the athlete prepares himself/herself for a definite goal. In physiological terms, the goal is to improve the boy’s systems and functions in order to optimize athtleticperformance. In order to elevate athletic performace, the main scope of training centers around increasing the athlete’s working capacity and skill capabilities, as well as developing strong psychological traits. Training is led, organized and planned by coach, whose role among many others, is that of an educator, educator, whose task is very complex since he/she deals with many physiological, psychological and sosiological variables. Training, above everything, is a systematic athletic activity of long duration, progressively and individually graded, aiming at modeling the human’s physiological and psychological functions to meet demanding tasks. Penjelasan Bompa tersebut mengandung makna, bahwa pada dasarnya pelatihan zaman sekarang sama saja dengan zaman lampau, yaitu atlet disiapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Bila dikaji dari sudut pandang fisiologis, tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja sistem alat-alat tubuh atlet dan fungsinya agar penampilan dilapangan dapat optimal. Artinya dalam upaya meningkatkan kemampuan atlet saat bertanding/berlomba, lingkup pelatihan terpusat pada upaya meningkatkan keterampilan dan kapasitas kerja atlet, serta upaya mengembangkan faktor psikologis agar kuat. Pengorganisasian dan perencanaan harus dilakukan oleh pelatih, karena itu peran pelatih sangat luas dan kompleks. Dalam menjalankan tugasnya pelatih harus selalu mempertimbangkan banyak variabel, seperti aspek fisiologis, psikologis, dan aspek sosial, karena itu pelatih tidak hanya sebagai guru saja. Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, latihan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam olahraga kompetitif, dilakukan secara sistematik dalam waktu yang panjang. Pembebanan dilakukan secara progresif, indivividual, serta mengarah kepada fungsi fisiologis, dan psikologis. Penjelasasan tersebut bila dikaji secara mendalam berdasar fakta di lapangan oleh Harsono (2000:17) dikatakan sebagai berikut: a. Menguasai teknik dan taktik permainan. b. Memiliki karakteristik psikologis dan moral yang teruji dan merupakan ciri khas cabang olahraga yang ditekuni. c. Secara fisik dan mental cocok untuk cabang olahraganya. d. Mempunyai disiplin, dedikasi, ketekunan berlatih. e. Telah berpengalaman berlatih dan bertanding bertahun-tahun.
47
Dengan memperhatikan pendapat para pakar tersebut di atas maka tujuan utama melatih menjadi semakin jelas, yaitu meningkatkan potensi atlet agar mampu tampil prima selama roda kompetisi berjalan. Kemudian penjelasan para pakar tersebut di atas juga menunjukkan bahwa olahraga prestasi merupakan medan gerak yang sangat kompleks. Artinya selain gerak kecabangannya memang kompleks, upaya meningkatkan kualitas gerak termaksud pun sangat kompleks. Karena itu untuk melatih atlet sangat diperlukan suatu program yang disusun secara ilmiah. Harus diakui untuk mencetak atlet yang berkualitas tinggi bukan pekerjaan mudah, karena ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan latihan. Di antara faktor-faktor termaksud yang turut menentukan keberhasilan latihanadalah; penyusunan program latihan, metode, dan sistem pembebanan dalam latihan. B.
Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang memiliki relevansi paling dekat dengan penelitian ini antara lain : Tomoliyus (2013) meneliti pengembangan instrumen kemampuan ketepatan forehand dan backhand drive dalam permainan tenis meja bahwa Pengembangan instrumen ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa kontruksi instrumen kemampuan ketepatan forehand dan backhand drive permainan tenis meja bagi atlit pemula dan yunior, serta memperoleh validitas dan reliabilitas instrumen .ketepatan forehand dan backhand drive permainan tenis meja. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan penelitian dan pengembangan, yang dilakukan 2 tahap, yaitu: (1) tahap pengembangan dan validasi instrumen dan (2) tahap uji keandalan dan keajegan instrumen. Analisa uji validitas isi menggunakan content validity ratio (CVR). Analisa uji reliabilitas menggunakan tes retest, hasil kedua tes tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus product moment (korelasi Pearson). Hasil penelitian berupa kontruksi meja yang diberi tanda sasaran, petunjuk tes, dan petunjuk penyekoran untuk mengukur kemampuan keterampilan forehand dan backhand drive permainan tenis meja. Dan instrumen kemampuan ketepatan forehand dan backhand drive permainan tenis meja diketemukan validitas isi tinggi.
48
C.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan dari studi pendahulu sebagai latar belakang masalah yang ditemukan di lapangan maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah menyusun model latihan memukul forehand dan backhand tenis meja dengan berdasarkan teoriteori dan kaidah penyusunan produk pengembangan. Selanjutnya didapat produk pengembangan yang efektif dan efisien. Keterampilan memukul forehand dan backhand tenis meja merupakan teknik yang sangat perlu dilatih. Hal ini dikarenakan teknik memukul tersebut merupakan dasar untuk mengembangkan jenis memukul yang lebih kompleks dalam tenis meja lanjut. Anak usia dan kadet merupakan tahapan yang tepat untuk dilatih teknik tersebut, mengingat bahwa pelatihan yang diberikan pada tahap tersebut merupakan tahap awal dalam proses pelatihan serta proses pemahaman dan belajar gerak yang bagus.
49
Kerangka Berpikir dalam Pengembangan Model Latihan Memukul Forehand dan Backhand Tenis Meja Berbasis Permainan untuk Anak Usia 9-11 Tahun Olahraga Tenis Meja Anaka Usia 9-11 Tahun
Model Latihan Memukul Forehand dan Backhand Tenis Meja
Model latihan,
Hakikat
Prinsip Teknis
Karakteristik
Prinsip Permainan
berupa :
Latihan:
Memukul
Anak, meliputi :
pada Model Latihan
Modul latihan
1. Hukum
memukul forehand dan backhand tenis meja.
Latihan. 2. Prinsip Latihan. 3. Faktor Latihan.
Forehand
dan
Backhand Tenis Meja
pada
Anak
9-11
Tahun :
1. Perkembangan Fisik. 2. Perkembangan Kognitif.
Memukul Forehand dan Backhand Tenis Meja Anak Usia 9-11 Tahun : 1. Karakteristik
1. Grip 2. Stance
Permainan. 2. Pemilihan
3. Stroke 4. Footwork
Permainan. 3. Bentuk-bentuk Permainan
Pengembangan Model Memukul Forehand dan Backhand Tenis Meja Berbasis Permainan untuk Anak Usia 9-11 Tahun Gambar 2. 9 Kerangka Berpikir Tindakan Penelitian D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Penelitian akan mengembangkan model latihan memukul forehand dan backhand tenis meja dengan memperhatikan tahapan pelaksanaan latihan yang
50
dilakukan dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang jarak pendek ke yang jarak jauh dan dari tingkat kesulitan rendah ke yang tinggi. Penyusunan model latihan memukul forehand dan backhand berbasis permainan subyek penelitian adalah anak PTM usia 9-11 tahun, dimana penekanan utamanya diarahkan pada pengembangan yang diarahkan pada tujuan. Kegiatankegiatan
latihanya
mengarahkan
pada
pengkondisian
terhadap
penguasaan
keterampilan. Penguatan tingkat koordinasi lebih diutamakan terkait engan gerakangerakan yang diberikan. Pemberian materi latihan masih mengarah pada proses pembelajaran teknik dan fisik. Berikut gambaran spesifikasi pengembangan model yaitu : Tabel 2. 1. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Konsep
Variabel
Sub
Indikator
Sub Indikator
Variabel Tenis
Latihan
Berbasis
Meja
Memukul
permainan
Latihan Pendahuluan
Latihan fleksibilitas dengan peregangan statis pasif.
Model latihan memukul forehand
1. Latihan individu.
dan backhand berbasis 2. Latihan permainan dalam tenis
kombinasi.
meja
3. Latihan target.
Latihan penutup
Latihan peregangan statis pasif.
Sumber : Modifikasi Haryono (2012) dengan hasil penelitian (2015) Di bawah ini adalah keterangan tahap pelaksanaan didalam melukan penelitian , sebagai berikut : 1. Pendahuluan Merencanakan model-model latihan memukul forehand dan backhand ini nanatinya akan dijabarkan mengenai definisi, tujuan serta kajian teori terhadap latihan memukul forehand dan backhand khususnya dalam tenis meja.
51
2. Inti Pada tahap ini akan diuraikan bentuk model latihan memukul forehand dan backhand berbasis permainan antara lain : a. Latihan Pendahuluan. Latihan pendahuluan merupakan latihan-latihan yang dilakukan untuk mendukung penguasaan teknik memukul forehand dan backhand tenis meja. Latihan ini terdiri dari pemanasan dengan melatih fleksibilitas otot dan latihanlatihan persiapan fisik pendukung diantaranya : kecepatan dalam mengayun lengan, kelincahan dalam footwork, kekuatan dalam otot, koordinasi dan daya tahan. b. Latihan Memukul Forehand dan Backhand. Dalam bagian ini dijabarkan mengenai model-model latihan memukul forehand dan backhand yang dapat diterapkan kepada pemain yang tentunya disesuaikan dengan karakteristik pemain serta tingkat kesulitan penguasaan gerakan. c. Evaluasi Hasil Dalam bagan ini dijabarkan mengenai pelaksanaan evaluasi terhadap hasil perlakuan model latihan memukul forehand dan backhand berbasis permainan untuk mengetahui tingkat efektifitas dari produk yang dihasilkan. Bentuk penilaian dengan menggunakan skala penilaian pada indikator. 3. Penutup.