perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Stres a. Definisi Stres Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya. Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual dan fisiologis (Rasmun, 2004). Stres itu sendiri merupakan respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Hawari, 2008). Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari stres tanpa harus mengalami distres atau stres negative. b. Mekanisme Stres Menurut hasil penelitian dari tim karya tulis ilmiah mahasiswa Fakultas Kedokeran Diponegoro Semarang (2006), mekanisme respon tubuh terhadap stres diawali dengan adanya rangsangan yang berasal dari luar maupun dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputi thalamus, hipotalamus, amygdala hippocampus, dan septum sistem limbik juga dapat mempengaruhi kerja dari sistem otonom. commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Hipotalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem visceral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian dari otak mempunyai hubungan dengannya, oleh karena hubungan inilah maka hipotalamus dapat merespon rangsangan psikologis dan emosional. Peran hipotalamus terhadap stres meliputi empat fungsi spesifik, fungsi spesifik tersebut adalah ; menginisiasi aktivitas sistem saraf otonom, merangsang hipofise anterior memproduksi hormon ACTH, memproduksi ADH atau Vasopressin, dan merangsang kelenjar tiroid menrpoduksi hormon tiroksin. Hipotalamus saat stres akan mensekresikan CRH (Corticotropin Releasing Hormone) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH (adrenocortico trophic hormone) dan TFR (thyrotropin releasing factor), pelepasan ACTH membuat kelenjar adrenal mensekresikan beberapa hormon meliputi glukokortikoid (kortisol) adrenalin dan non adrenalin. Pelepasan TFR akan merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi tirotropin yang akan mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin pada kelenjar tiroid hormon kortisol akan menekan sistem imun sehingga menyebabkan produksi limfosit dan eosinofil berkurang terutama limfosit sangat ditekan produksinya, selain itu peningkatan jumlah kortisol juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah monosit dan basofil dalam sirkulasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c. Mekanisme GAS / general adaptation syndrom Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrom/ GAS) adalah konsep yang dikemukaan oleh Selya yang menggambarkan efek umum pada tubuh tersebut (Santrock, 2003). GAS terdiri dari tiga tahapan: peringatan (alarm reaction). Ketahanan (resistence stage), dan kelelahan (exhaustion stage). Pada fase pertama, yaitu reaksi alam (alam reaction), individu mengenali adanya stresor dan mencoba melawannya. Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga turun. Kemudian terjadi counter shock, dimana pertahanan terhadap stres mulai muncul, konteks adrenal mulai membasahi dan pengeluaran hormon meningkat. Apabila stresor presisten, maka individu akan memasuki fase resistensi (Santrock, 2003). Pada fase kedua, resistensi (resistensi stage) yaitu respon- respon endoktrin dan sistem simpatis tetap pada tingkat tinggi. Pada tahap ini, tubuh membentuk tenaga baru untuk memperbaiki kerusakan. Apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang memperburuk keadaan, maka akan memasuki fase kelelahan (exhaustion stage). Fase kelelahan (exhaustion stage) terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah menipis. tahap ini ditandai dengan dominasi cabang parasimpatis, akibatnya detak jantung dan kecepatan nafas menurun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Gambar 2.1 General Adaptation Syndrome d. Tahapan Stres Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Adapun tahapan-tahapan stres sebagai berikut: (Hawari, 2011: 27) 1) Stres tahap I Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting) b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya. c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (allout) disertai rasa gugup yang berlebihan pula. d) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis. 2) Stres tahap II Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan adalah sebagai berikut: a) Merasa letih sewaktu bangun tidur pagi, yang seharusnya merasa segar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
b) Merasa mudah lelah sesudah makan siang c) Lekas merasa capai menjelang sore hari d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman e) Detakan jantung lebih keras dari biasanya f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang g) Tidak bisa santai 3) Stres tahap III Adapun keluhan-keluhan pada tahap III ini merupakan akibat dari tidak menghiraukan keluhan-keluhan pada tahap II, maka semakin nyata dan mengganggu, yaitu: a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata: misalnya keluhan sakit maag, buang air besar tidak teratur. b. Ketegangan otot-otot semakin terasa c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat. d. Gangguan pola tidur, misalnya sukar untuk mulai tidur, atau terbangun tengah malam, dan sukar kembali tidur atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur. e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa mau pingsan) Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
4) Stres tahap IV Adapun gejala stres tahap ke IV akan muncul bilamana seseorang memaksakan diri untuk terus bekerja tanpa mengenal istirahat, yaitu: a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit. b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit c) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai d) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari e) Gangguan pola tidur
disertai dengan mimpi-mimpi
yang
menegangkan f) Seringkali menolak ajakan karena tiada semangat dan kegairahan g) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun h) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. 5) Stres tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut: a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana c) Gangguan sistem pencernaan semakin berat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik 6) Stres tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini adalah sebagai berikut: a) Debaran jantung teramat keras b) Susah bernafas (sesak dan megap-megap) c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan e) Pingsan atau kolaps e. Macam-macam Stres Menurut Hidayat (2007), stres dapat dibagi menjadi tujuh macam diantaranya: 1) Stres Fisik Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik. 2) Stres Kimiawi Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun asam basa, faktor hormon dan gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
3) Stres Mikrobiologik Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit. 4) Stres Fisiologik Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain. 5) Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia. 6) Stres Psikis atau Emosional Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan. f. Sumber–sumber Stres Menurut Maramis, (2009) stresor dapat menimbulkan beberapa keadaan yang dapat menjadi sumber stres yaitu: 1) Frustasi Timbul bila ada aral melintang (stresor) antara kita dan tujuan kita, ada frustasi yang timbul karena stresor dari luar, seperti bencana alam, kecelakaan, kematian orang tercinta, norma-norma, adat istiadat, peperangan, keguncangan ekonomi, diskriminasi rasial atau agama, persaingan
yang
berlebihan, perubahan commit to user
yang
terlalu
cepat,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
pengangguran dan ketidakpastian sosial. Frustasi yang timbul karena stresor dari dalam misalnya cacat badaniah atau kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat tidak enak merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan akan harga diri. 2) Konflik Terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. 3) Tekanan Tekanan dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan seharihari biarpun kecil, tetapi apabila bertumpuk-tumpuk dan berlangsung lama (stresor jangka panjang), akan menimbulkan stres yang hebat. 4) Krisis Keadaan seperti ini dikarenakan stresor mendadak dan besar yang menimbulkan stres pada seorang individu atau pun suatu kelompok, misalnya: kematian, kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi, masuk sekolah untuk pertama kali. g. DASS (Depression Anxiety and Stress Scale) DASS adalah kuesioner 42 item yang dirancang untuk mengukur keadaan-keadaan depresi, kegelisahan dan stress. Masing-masing tiga skala tersebut mengandung 14 item, yang dibagi ke dalam subskala terdiri dari 2-5 item dengan kandungan yang serupa. Skala Depresi mengukur dysphoria, hopelessness (keputusasaan), devaluasi kehidupan, selfcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
depreciation (pendepresiasian diri sendiri), kurangnya minat/keterlibatan, anhedonia,
dan
inertia
(kelesuan).
Skala
Kegelisahan
menilai
pembangkitan otonom, efek otot tulang, kegelisahan situasional, dan pengalaman subyektif terhadap efek kegelisahan. Skala Stress (item-item) adalah sensitive sampai tingkat-tingat pembangkitan non-spesifik kronis. Skala ini menilai kesulitan untuk tenang atau santai, pembangkitan kegelisahan
(nervous
arousal),
dan
mudah
tersinggung/gelisah
(upset/agitated), mudah marah/overreaktif, dan tidak sabaran. Para responden diminta menggunakan skala-skala keparahan/frekwensi 4-poin untuk menilai sejauh mana mereka telah mengalami masing-masing keadaan selama minggu yang lalu. (http://www.aadan.co.cc/konsep cemas, stress dan adaptasi.htm) Penilaian depresi, kegelisahan dan stress dihitung dengan menjumlah skor-skor untuk item-item yang relevan. Item-item skala depresi adalah 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Item skala kegelisahan adalah 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 41, 41. Item-item skala stress adalah 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Untuk scoring masing-masing responden,skor pada masing-masing subskala, kemudian dievaluasi seperti di severity-rating index (indeks penilaian keparahan) di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Tabel.1 skala DASS Depresi
Kegelisahan
Stress
Normal
0–9
0–7
0 – 14
Ringan
10 – 13
8–9
15 – 18
Moderat (sedang)
14 – 20
10 – 14
19 – 25
Parah
21 – 27
15 – 19
26 – 33
28+
20+
34
Sangat Parah
2. Mekanisme Koping a. Pengertian Koping Kata koping berasal dari cope yang dapat diartikan sebagai menghadapi, melawan, ataupun mengatasi, walaupun demikian belum ada istilah dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk mewakili istilah ini. Pengetian koping hampir sama dengan penyesuaian (adjustment). Penyesuaian mengandung pengertian yang lebih luas jika dibandingkan dengan koping, yaitu semua reaksi terhadap tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan koping (coping behavior) dikhususkan pada bagaimana seseorang mengatasi tuntutan yang menekan (Lazarus, 2005: 139) Strategi koping merupakan usaha yang dilakukan individu bertujuan untuk menyesuaikan diri dari tuntutan baik yang berasal dari dalam diri individu dan luar diri individu yang dianggap batas kemampuannya (Lazarus dalam Rostiana, 2003:50) Solomon, dkk. (1998: 280) menyebutkan bahwa “strategi koping commit to user adalah usaha yang dilakukan individu untuk menyeimbangkan emosi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
dalam situasi yang penuh tekanan”. Koping dilakukan untuk memberikan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi untuk memecahkan, mengurangi, dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Koping dilakukan untuk memberikan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi untuk memecahkan, mengurangi, dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Koping merupakan usaha yang dilakukan individu yang bertujuan untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari dalam dan luar dirinya yang dianggap diluar batas kemampuannya (Lazarus, 2005:139). Koping dikonsepsikan sebagai proses yang dinamis. Individu merubah secara konstan pikiran dan prilaku mereka dalam merespon perubahan dalam penilaian terhadap kondisi stress dan tuntutan-tuntutan dalam situasi tersebut (Cheng, 2001) Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi koping adalah usaha yang dilakukan individu yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang sedang dialami sehingga individu tidak lagi merasa tertekan dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang terjadi. b. Bentuk-bentuk Strategi Koping Lazarus dan Folkman (2005: 338) membedakan strategi koping menjadi dua, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
1) Strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada masalah (SMMM). Merupakan
usaha
individu
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan stres yang dirasakanya dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara langsung biasa dikenal dengan istilah problem focused coping. Bentuk strategi koping in adalah: a) Kehati-hatian, yaitu individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif pemecahan dengan oranag lain tentang masalah yang dihadapinya. b) Tindakan Instrumental, meliputi tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencanarencana apa yang dilakukan. c) Negosiasi, meliputi usaha yang sedang ditujukkan kepada orang lain yang terlibat atau yang menjadi penyebab atas masalah yang sedang dihadapinya untuk serta memikirkan atau menyelesaikan masalah. Menurut Pestanjee (2003: 13), strategi koping yang paling sering digunakan ada 2 yaitu: a) Pendekatan (approach), yaitu usaha aktif menghadapi masalah dan menyelesaikan sehingga tidak lagi menekan individu. b) Menghindar ketegangan
(avoidance), dan
yaitu
menghindar dari commit to user
usaha
untuk
masalah,
mengurangi
individu
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
menggunakan stratergi ini akan menunjukkan reaksi psikis, yaitu stress dari pada individu yang menggunakan pendekatan sebagai strategi koping 2) Strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada emosi (SMME) Merupakan usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dirasakanya tidak menghadapi masalahnya secara langsung, emosi dan untuk mempertahakan keseimbangan efeksinya dikenal dengan istilah emotion focused coping. Tingkah laku koping yang berorientasi pada emosi antara lain: a) Pelarian dari masalah, yaitu menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan seandainya berada pada situasi yang menyenangkan. b) Menyalahkan diri sendiri, yaitu suatu tindakan pasif berlangsung dalam batin, individu cenderung untuk menyalahkan dan menghukum diri sendiri serta menyesal dengan apa yang telah terjadi. c) Pengurangan beban masalah, yaitu usaha untuk menolak, merenungkan sesuatu masalah dan bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. d) Pencarian arti, yaitu usaha untuk menemukan kepercayaan baru atau suatu yang penting dari kehidupan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Starategi koping menurut Pareek (Pestanjee, 2003: 14) a) Impunitive, individu menganggap bahwa tidak ada lagi
yang
dapat menghadapi tekanan luar. b) Intro punitive, yaitu tindakan menyalahkan diri sendiri untuk mengatasi masalah yang terjadi. c) Exstra punitive, yaitu individu melakukan tindakan agresi untuk mengatasi masalah yang dihadapi. d) Pefensife, individu melakukan pengingkaran atau rasionalaisasi ketika menghadapi masalah. e) Impersitive, individu merasa optimis bahwa waktu akan menyelesaikan masalah dan keadaan akan membaik kembali. f) Intro persitive, individu percaya bahwa harus bertindak sendiri untuk mengatasi masalah. g) Intra persitive, individu menghadapi orang lain akan membantu menyelesaikan masalahnya. Strategi koping yang berfokus pada emosi termasuk penolakan, karena tekanan atau merasa bingung dapat di hindari dengan memikirkan hal-hal yang nyata, melakukan aktivitas, mencari kesibukan, melakukan sesuatu yang berkonsentrasi pada apa yang dilakukan. Strategi koping yang berfokus pada emosi juga bisa dihindari dengan memikirkan harapan-harapan yang diinginkan, selalu mencoba untuk berfikir ulang apa yang telah terjadi. Strategi ini adalah yang paling mudah untuk menghindari diri dari rasa sakit dan putus asa, dan srategi koping yang commit to user berfokus pada masalah dapat dilakukan dengan:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
a) Mengubah gaya hidup. Problem focused coping adalah penting dalam kehidupan individu selama masalah-masalah itu merupakan bagian dalam hidupnya dan adanya usaha untuk menyelesaikanya. b) Mencari informasi, langkah pertama mencari informasi tentang masalah yang dipercaya sehingga akan memberikan masukan dan akan memudahkan dalam menyelesaikan masalah c. Aspek-aspek strategi koping Carver (2005: 270) menyebutkan aspek-aspek stategi koping antara lain: 1) Keaktifan diri, suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan atau mengelabui penyebab stress atau memperbaiki akibatnya dengan cara tidak langsung. 2) Perencanaan, memikirkan tentang bagaimana mengetasi penyebab stress antara lain dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang langkah upaya yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah. 3) Kontrol diri, individu membatasi keterlibatanya dalam aktivitas kompetisi atau persaingan dan tidak bertinak terburu-buru. 4) Mencari dukungan sosial, mencari pertolongan, informasi, dukungan moral simpati atau pengertian. 5) Mengingkari, pengingkaran terhadap suatu masalah. 6) Penerimaan, suatu yang penuh dengan stress dan keadaan yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
7) Religiusitas, sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan. Aspek-aspek strategi koping menurut Folkman dan Lazarus (dalam Anam, dkk 2005: 340): 1) Seeking social support, mencoba untuk memperoleh informasi atau dukungan secara emosional. 2) Distancing, mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif. 3) Escape avoidance, mengkhayal mengenai situasi atau melakukan tindakan menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan. 4) Self control, mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubunganya untuk menyelesaika masalah. 5) Accepting responsibility, menerima untuk menjalani masalah yang dihadapi sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya. 6) Positive reaprasial, mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat rerigius. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek strategi koping adalah usaha yang dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang dialami dengan mengoptimalkan potensi diri (keaktifan, perencanaan, kontrol diri, pengingkaran, distancing, escape avoidance, self control, dan accepting responsibility), mengoptimalkan peran lingkungan (mencari dukungan sosial dan seeking social support) serta commit to user usaha yang bersifat religious (positive reoprasial).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping. Mu’tadin (dalam Agung, 2008: 23) menyebutkan strategi koping yang dilakukan oleh individu untuk menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh : 1) Kesehatan fisik, merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha mengatasi sters individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. 2) Keyakinnan atau pandangan positif, keyakinan menjadi sumber daya psikologis seperti exsternal locus of control yang mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helpness) yang akan menurunkan kemampuan stategi koping tipe problem focused coping. 3) Keterampilan memecahkan masalah, meliputi kemampuan untuk mencari info, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan
untuk
menghasilkan
alternative
tindakan
kemudian
mempertimbangkan alternative tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. 4) Ketrampilan sosial, meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. 5) Dukungan sosial, meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan info dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara teman dan lingkungan masyarakat sekitar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
6) Materi, meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli. Beberapa peneliti menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi koping yaitu: 1) Usia Menurut Garmezy dan Rutter penggunaan koping akan berbeda untuk setiap tingkatan usia, penelitian yang dilakukan oleh folkman, dkk menunjukkan bahwa pada usia muda akan mengggunakan problem focused coping, sedangkan pada usia tua akan menggunakan emotion focused coping. hal ini disebabkan pada orang yang lebih tua memiliki anggapan bahwa dirinya tidak mampu melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi sehingga akan bereaksi dengan mengatur emosinya dari pada pemecahhan masalah. 2) Jenis kelamin Secara umum respon-respon koping antara pria dn wanita hampir sama, tapi wanita lebih lemah atau lebih sering menggunakan penyaluran emosi dari pada pria (Patnani, 2004: 42) 3) Individu yang memiliki kesehatan mental yang buruk Individu yang demikian kurang efektif dalam memilih strategi menghadapi tekanan. Fakta ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang depresi mempunyai tekanan yang berbeda dengan orang yang non depresi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Berdasarkan uarian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping antara lain: faktor internal (usia, jenis kelamin, kesehatan fisik dan mental, keyakinan atau pandangan positif, ketrampilan memecahkan masalah, ketrampilan sosial serta materi) dan faktor eksternal yaitu dukungan sosial. 3. Stres pada Mahasiswa a. Pengertian Stres pada Mahasiswa Sarafino (2004) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, persepsi menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan berkembang menjadi stres. Senada dengan pengertian diatas Bishop (2002) menyatakan bahwa stres adalah interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan suatu tekanan dalam diri individu akibat adanya suatu tuntutan yang melebihi batas kemampuan individu untuk menghadapinya dan memberikan respon fisik maupun psikis terhadap tuntutan yang dipersepsi. Pengertian ini menekankan adanya tuntutan pada diri seseorang yang melebihi kemampuannya, dan adanya proses persepsi yang dilakukan oleh individu terhadap kejadian atau hal di lingkungan commit to user yang menjadi sumber stres.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Skripsi merupakan salah satu bentuk penelitian ilmiah. Pada hakikatnya, penelitian ilmiah adalah proses kreatif seorang peneliti dalam menjawab fenomena yang dialaminya (Nurastuti, 2006). Bentuk tulisan yang berjenis penelitian harus berbeda dengan bentuk tulisan lainnya. Setidaknya ada unsur-unsur berfikir ilmiah. Jhon Dewey dalam Subana & Sudrajat, (2005) menyatakan, dalam tulisan yang berbentuk penelitian ilmiah, peneliti harus dapat mengungkapkan adanya persoalan dan permasalahan yang diungkap melalui hipotesis. Adanya informasi, fakta, bukti, dan data yang dapat dianalisis dan diakhiri oleh kesimpulan serta implikasinya. b. Aspek-aspek Stres pada Mahasiswa Aspek-aspek stres menurut Sarafino (2004) ada dua, yaitu: 1) Aspek Biologis Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan. 2) Aspek Psikologis Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain: a) Gejala Kognisi Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cendrung mengalami gangguan daya ingat, commit to user perhatian dan konsentrasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
b) Gejala Emosi Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi. c) Gejala Tingkah Laku Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cendrung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres pada Mahasiswa Menurut Smet (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi stres antara lain: 1) Variabel dalam Diri Individu Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, suku, kebudayaan, status ekonomi. 2) Karakteristik Kepribadian Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control, kekebalan, ketahanan. 3) Variabel Sosial-Kognitif Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
4) Hubungan dengan Lingkungan Sosial Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal. 5) Strategi Koping Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsurunsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Stres dalam penulisan skripsi adalah adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan pada mahasiswa dalam proses menyusun skripsi. Dalam proses menyusun skripsi, ada beberapa hal dan faktor yang memicu munculnya stres yang menyebabkan ketegangan dalam diri mahasiswa yang bersangkutan. Maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres pada mahasiswa antara lain: a. Faktor Internal Mahasiswa 1) Jenis Kelamin Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cendrung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi dari pada pria. 2) Self Efficacy Kurangnya
pemahaman
mahasiswa
terhadap
materi-materi
perkuliahan yang telah dilalui menjadi salah satu sumber stres internal. Hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut kurang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
memberikan perhatian pada saat mengikuti kuliah. Sehingga pada saat mereka mengerjakan skripsi, mahasiswa tersebut harus kembali mengingat dan mempelajari kembali materi perkuliahan dasar yang telah diajarkan selama proses perkuliahan sebelumnya. Penguasaan metodologi juga termasuk dalam hal ini karena metodologi penelitian merupakan salah satu mata kuliah prasyarat skripsi. 3) Karakteristik Kepribadian Mahasiswa Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian ketabahan memiliki daya tahan terhadap sumber stres yang lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian ketabahan. 4) Strategi Koping Mahasiswa Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
5) Inteligensi Mahasiswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi akan lebih tahan terhadap sumber stres dari pada mahasiswa yang memiliki inteligensi rendah, karena tingkat intelegensi berkaitan dengan penyesuaian diri. Mahasiswa yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung lebih adaptif dalam menyesuaikan diri. b. Faktor Eksternal Mahasiswa 1) Birokrasi Penelitian Dalam menyusun sebuah penelitian, ada tahap-tahap dan persiapan yang harus ikuti dan dilakukan oleh mahasiswa. Selain itu, saat hendak melakukan penelitian dan pengambilan data, mahasiswa harus mengikuti aturan yang berlaku di tempat penelitian. Setiap tempat memiliki kebijakan sendiri. Ada tempat-tempat penelitian yang memiliki aturan ketat dan rumit bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. Hal ini dapat memicu timbulnya stres dalam diri mahasiswa yang hendak mengambil data untuk skripsi. 2) Status Sosial Ekonomi Orang yang memiliki status ekonomi yang rendah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan
adanya
kesulitan
menyebabkan tekanan dalam hidup.
commit to user
ekonomi
sehingga
sering
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
3) Keterbatasan Sarana dan Prasarana Keterbatasan sarana dan prasarana adalah timbulnya kesulitan mencari bahan-bahan rujukan dalam penyusunan skripsi. Bahabahan rujukan tersebut dapat berupa jurnal, buku maupun literatur lainnya yang dibutuhkan mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi. Selain itu keterbatasan dana untuk melakukan berbagai kegiatan terkait skripsi juga merupakan hambatan tersendiri. Fasilitas untuk penyusunan seperti komputer dan printer juga merupakan sarana penting yang harus dipenuhi. 4) Dosen Pembimbing Dosen pembimbing merupakan salah satu faktor eksternal bagi mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi. Kesulitan untuk mengatur jadwal bimbingan dengan dosen pembimbing menjadi kendala dalam proses penulisan skripsi. Selain itu, pengembalian hasil pemeriksaan atau revisi skripsi yang memakan waktu lama pun menjadi stresor tersendiri bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. 5) Beban Kerja atau Work Load Beban kerja adalah tuntutan pekerjaan atau tugas yang diterima seseorang dan dianggap sebagai suatu beban. Beban kerja mempunyai dua pengertian yaitu: qualitative overload dan quantitative overload. Qualitative overload mengarah pada pengertian ketidakmampuan seseorang dalam menyelesaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
pekerjaannya (too difficult to do). Sedangkan quantitative overload adalah keharusan mengerjakan terlalu banyak tugas dalam keterbatasan waktu (too much to do). 6) Dukungan Sosial Dukungan sosial penting bagi mahasiswa yang mengalami stres. Adanya dukungan sosial akan memberikan peredam bagi stres mahasiswa, sedangkan tidak adanya dukungan sosial akan membuat mahasiswa relatif lebih rentan dibandingkan dengan mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial.
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang “Gambaran Stres dan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Semester VIII S-1 Keperawatan dalam Proses Penyusunan Skripsi di USAHID Surakarta”, sepengetahuan penulis, penulis belum pernah menjumpai penelitian seperti yang dilakukan penulis saat ini. Namun ada penelitian yang sejenis antara lain: 1. Penelitian mengenai “Hubungan Mekanisme Koping Individu dengan Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Seminar Proposal Mahasiswa USAHID Surakarta” oleh Sri Winarni (2006). Persamaan penelitian ini sama-sama meneliti mekanisme koping mahasiswa dan kesamaan juga terletak pada lokasi penelitian. Perbedaan penelitian ini terletak pada jenis penelitiannya yaitu kuantitatif noneksperimen dan menggunakan kuesioner sebagai commit to userpenelitian yang dilakukan peneliti instrument penelitiannya, sedangkan jenis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
yaitu kualitatif, menggunakan pedoman wawancara mendalam dan pedoman Focus Group Discussion (FGD). 2. Penelitian mengenai “Hubungan Stressor Psikososial dengan Kecemasan pada Mahasiswa semester VI dalam Menghadapi Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah di Akademi Keperawatan” oleh Dwi Meirita Reslina (2007), penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan instrument yang digunakan yaitu kuesioner. Perbedaan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian, jenis penelitian yang dilakukan peneliti yaitu kualitatif, menggunakan pedoman wawancara mendalam dan menggunakan instrument penelitian Focus Group Discussion (FGD). Persamaan pada penelitian ini sama-sama meneliti tentang stres mahasiswa. C. Kerangka Penelitian Mahasiswa yang akan menghadapi penyusunan tugas akhir, proposal dan skripsi.
Rasa takut Cemas Gelisah Depresi Pusing Jantung berdebar-debar tertekan dan Tidak semangat belajar.
stres
Mekanisme koping
Adaptif
Maladaptif
commit toKonsep user Penelitian Gambar.2 Kerangka