BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini, tinjauan penelitian terdahulu dilakukan terhadap sumbersumber tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu novel RALP karya Sujiwo Tejo dan berhubungan dengan topik penelitian mengenai distribusi dan promosi novel. Data dibawah ini didapatkan dari hasil observasi di blog, laman, antologi, dan skripsi. Pembahasan mengenai “Menengok Penerbitan, Distribusi, dan Promosi Novel Indonesia Tahun 2000-an”. Ditulis oleh Wiyatmi dalam antologi yang berjudul “Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif” editor oleh Anwar Effendi terbit pada tahun 2008. Pada artikel tersebut, Wiyatmi membahas tentang fenomena penerbitan, distribusi, dan promosi beberapa novel Indonesia periode 2000. Pada periode ini, penerbitan novel telah menggunakan berbagai cara yang memungkinkan munculnya sejumlah karya best seller. Wiyatmi menyimpulkan bahwa sejumlah faktor yang berhubungan dengan penerbitan, pendistribusian, dan promosi sebuah karya sastra (novel) memiliki peran yang sangat penting bagi keberadaan dan penerimaan masyarakat terhadap karya seorang pengarang tertentu. Adapun dengan mengabaikan sejumlah faktor tersebut,
11
12
sebuah karya sastra yang sudah dengan susah payah dipersiapkan, ditulis, dan diterbitkan dapat berakhir tanpa pernah ada yang mengenalnya. Makalah mengenai “Sastra dalam Era Industri Kreatif” dari Ahmadun Yosi Herfanda dalam Kongres Bahasa Indonesia X di Hotel Grand Sahid Jaya, 28-31 Oktober 2013, digelar oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Dalam makalah tersebut Ahmadun Yosi Herfanda menyinggung masalah wacana industri kreatif, industri sastra, nasib buku sastra, dan campur tangan Tuhan terhadap karya sastra. Pada saat ini, Indonesia sedang memasuki era industri kreatif, sistem industri yang berdasarkan keanggotaan, bakat dan kreativitas. Basis industri karya sastra yang berada dalam sistem industri penerbitan, sama dengan basis industri kreatif. Bahkan, industri penerbitan termasuk penerbitan karya sastra merupakan salah satu bagian penting dari sistem industri kreatif. Artikel mengenai “Sinergi antara Sastra dan Industri Kreatif” ditulis oleh Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M.Hum., yang dipublikasikan di laman fib.ugm.ac.id pada 6 Maret 2014. Artikel itu mengulas mengenai produksi sastra yang ditempatkan dalam perspektif bisnis, sesungguhnya saat itu juga karya sastra mengalami pergeseran fungsi. Karya sastra tidak lagi hanya berperan sebagai produk kultural, tetapi juga sebagai produk industri. Oleh karena itu, dalam hal ini karya sastra dianggap sebagai “komoditas” yang menjadi salah satu sarana perputaran modal. Karya sastra masuk dalam proses industrialisasi yang hampir sepenuhnya bergerak untuk kepentingan pasar. Dalam posisinya sebagai komoditas, karya sastra sering harus menyesuaikan dengan kepentingan pasar sehingga selera konsumen sangat
13
menentukan corak komoditas tersebut. Akan tetapi, kapitalisasi sistem produksi sastra tidak selamanya merugikan pertumbuhan sastra karena kapitalisasi tersebut justru dapat merangsang produktivitas penciptaan karya sastra. Artikel-artikel dan makalah di atas sesuai dengan topik penelitian ini, yaitu tentang dunia industri sastra, distribusi, dan promosi karya sastra. Artikel selanjutnya adalah mengenai objek dalam penelitian ini. Artikel berjudul “Galaunya Hati Rahwana” yang ditulis oleh Ardi Wina Saputra di laman komunikasi.um.ac.id pada tahun 2014. Dalam artikel tersebut, Ardi Wina membahas tentang tema dalam novel RALP yaitu kisah percintaan abadi Rahwana-Sinta bertolak belakang dengan kisah Rahwana-Sinta yang terdapat dalam epos Ramayana karya Walmiki. Artikel berjudul “Sujiwo Tejo: Sebuah Cerita, Nada, dan Karya Edan” yang ditulis oleh John Indra di laman areamagz.com pada tahun 2014. Dalam artikel tersebut, John Indra menuliskan hasil wawancaranya dengan Sujiwo Tejo tentang proses terciptanya novel RALP. Proses tersebut meliputi latar belakang menulis novel RALP, waktu pembuatan novel, alasan penyertaan cakram padat pada novel, dan isi novel. Isi novel tersebut diasumsikan ada semacam pembenturan sejarah, peristiwa kekinian, hingga budaya populer. Musikalitas Sujiwo Tejo dibahas oleh Quicchote yang ditulis di blog qmuse.wordpress.com pada 6 juni 2014 dengan judul “Mendengar Sujiwo Tejo dalam Rahvayana”. Kesimpulan artikel tersebut adalah mendengar dan membaca RALP menunjukkan bahwa novel tersebut sebenarnya lebih merupakan karya yang
14
memberikan pengalaman musikal daripada sastrawi. Novel RALP merupakan sebuah sudut pandang interpretatif atas narasi Ramayana yang diketengahkan seorang yang memiliki latar belakang dalang Jawa. Interpretasinya terasa asli baik secara tekstual (seperti terurai dalam buku) maupun komposisi musik yang seolah menunjukkan kebhinekaan pengalaman musikal komposernya. Artikel berjudul “Rahvayana, Aku Lala Padamu” yang ditulis oleh Anggi Hafiz Al Hakam di rubrik kompasiana.com pada 13 Juli 2015 pukul 14:51 WIB. Dalam rubrik tersebut, Anggi Hafiz membahas tentang tokoh Rahwana dalam novel RALP yang lebih apa adanya dan dibebaskan dari pakem pewayangan. Dijelaskan bahwa dengan menggunakan sudut pandang “aku”, Sujiwo Tejo sengaja ingin membiaskan tokoh utama. Tokoh Rahwana tersebut memang benar Rahwana atau orang lain selain Rahwana. Dalam rubrik tersebut, Anggi Hafiz mengembalikan sudut pandang pengarang kepada masing-masing pembaca novel. Selain itu tinjauan pustaka juga dilakukan terhadap penelitian terdahulu yang menggunakan teori sosiologi sastra Robert Escarpit. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan teori sosiologi sastra Robert Escarpit. Skripsi Muhammad Hafidz Assalam (NIM: C0206031) Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2011 yang berjudul “Eksistensi Pengarang Muda dalam Situs Jejaring Sosial Facebook: Pendekatan Sosiologi Sastra.” Dalam skripsi tersebut, Muhammad Hafidz Assalam memfokuskan peneletian pada masalah eksistensi pengarang-pengarang muda yang direpresentasikan melalui facebook. Pada penelitian
15
tersebut, ditentukan lima orang pengarang muda yang membangun eksistensi diri melalui facebook yaitu, Afifah Afra, Anwari Wmk, Pipiet Senja, Moh. Gufron Cholid, dan Holy Adibz. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas pengarang-pengarang muda dalam facebook dan mendeskripsikan eksistensi pengarang-pengarang muda yang dimanifestasikan dalam bentuk apresiasi pembaca melalui facebook. Dalam penelitian tersebut dijelaskan mengenai teori sosiologi sastra Robert Escarpit tentang sirkuit sastra. Sisrkuit sastra adalah hal-hal di luar sastra yang ikut mempengaruhi perkembangan sastra. Sirkuit sastra yang relevan terhadap objek penelitian ini adalah media sastra, publikasi, dan promosi. Selain itu, dalam penelitian tersebut menggunakan teori tentang cybersastra sebagai teori bantu. Dari tinjauan penelitian di atas, ada keterkaitan tentang sirkuit sastra yang ditawarkan oleh Robert Escarpit dengan penelitian fakta sosial sastra pada penelitian ini. Sirkuit sastra merupakan salah satu elemen dalam fakta sosial sastra yang dikemukakan oleh Robert Escarpit. Jadi terdapat keterkaitan antara objek penelitian tersebut mengenai eksistensi pengarang dengan fakta sosial sastra. Skripsi Tifani Nurul Solikhah (NIM: C0210068) Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2014 yang berjudul “Fakta Sastra pada Novel “Tak Sempurna” Karya Fahd Djibran dan Bondan Prakoso & Fade2Black: Tinjauan Sosiologi Sastra Robert Escarpit. Dalam penelitian tersebut, Tifani membahas mengenai fakta sastra
16
sebagai buku, fakta sastra sebagai bacaan, dan fakta sastra sebagai sastra pada novel “Tak Sempurna” Karya Fahd Djibran dan Bondan Prakoso & Fade2Black. Fakta sastra sebagai buku yang meliputi unsur pembaca yaitu para remaja yang dibayangkan oleh pengarang, segmen pasar, yaitu Rezpector dan Fahdisme, dan tiras penerbitan buku sejumlah 12.000 eksemplar. Fakta sastra sebagai bacaan yang menunjukkan hasil tingkatan komersial setengah sukses dan sukses normal untuk wilayah Surakarta dan sukses normal secara global di seluruh Indonesia. Fakta sastra sebagai sastra pada novel ini adalah tema, adanya kesalahan tentang sekolah, sistem dunia pendidikan, dan pola pengasuhan anak di Indonesia Artikel-artikel mengenai novel RALP dalam tinjauan pustaka di atas membahas mengenai struktur novel. Selain itu, penelitian dari Muhammad Hafiz (2011) baru membahas masalah publikasi karya sastra yang dilakukan melalui facebook. Penelitian dari Tifani (2014) sudah membahas masalah distribusi, tingkat hasil penjualan, dan konsumsi publik terhadap karya sastra. Akan tetapi, belum membahas mengenai promosi karya sastra. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas masalah distribusi, strategi promosi, dan tingkatan hasil penjualan novel RALP karya Sujiwo Tejo. 2. Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra Robert Escarpit. Menurut Escarpit (2005: 3) setiap fakta sastra merupakan bagian suatu sirkuit. Sastra merupakan bagian seni sekaligus juga teknologi dan usaha dagang, ia mengaitkan individu-individu yang jelas definisinya (atau dikenal namanya) pada
17
suatu kolektivitas yang dapat dikatakan anonim, namun terbatas (Escarpit, 2005: 3). Setiap sirkuit memiliki alat transmisi yang sangat kompleks dan saling terkait. Fakta sastra berkaitan dengan segala macam aspek yang terkait dengan sastra, seperti pengarang, pembaca, karya dan juga berkaitan pula dengan urusan penerbitan, teknologi dan dunia perdagangan, yang kesemuanya itu saling terkait satu sama lain. Karya sastra merupakan salah satu produk ekonomi yang tercipta dari pikiran manusia dengan tujuan estetis dan usaha dagang. Selain bagian dari seni, sastra juga terkait dengan teknologi dan perdagangan. Setiap pengarang memiliki kreatifitas untuk menuangkan gagasannya agar mempunyai nilai dan menghasilkan uang. Kesusatraan—antara lain dan dengan cara yang tidak dapat disangkal — merupakan cabang “produksi” dari industri buku sebagaimana halnya pembacaan buku adalah cabang “konsumsi” dari industri tersebut (Escarpit, 2005: 4-5). Ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan, dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain pemahaman yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbitan dan pemasaran karya (Ratna, 2003: 2-3). Pada masa kini, ditinjau dari sudut pengarang, menulis adalah suatu profesi atau paling tidak suatu kegiatan yang menghasilkan uang, dan dilaksanakan dalam lingkup suatu sistem ekonomi. Dari segi karya, buku adalah suatu produk industri yang didistribusikan secara komersial, jadi tunduk pada hukum penawaran dan permintaan (Escarpit, 2005: 4).
18
Sebagai individu, pengarang sama dengan anggota masyarakat yang lain. Pengarang merupakan anggota masyarakat dan merupakan bagian integral kolektivitas di tempat ia berdomisili. Pengarang juga terlibat dalam berbagai aktivitas, seperti: sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan pada umumnya (Ratna, 2005: 327). Escarpit menegaskan posisi sastra sebagai sebuah fakta sosial yang khas. Sastra harus menerima realitas pengaruh sosial dan ekonomi dalam dirinya. Dalam perspektif sosiologis yang dikemukakan Escarpit, sastra mengandung dua bentuk fakta, yaitu fakta sastra atau alat ukur faktual tentang eksistensi sastra dan fakta sosial sastra atau fakta-fakta yang menunjukkan sistem produksi sastra secara sosiologis. Dua aspek tersebut adalah bagian mendasar dari teori sosial sastra yang dikemukakan Escarpit (Anwar, 2010: 239). Menurut Dendy Sugono (2011: 386), fakta adalah sesuatu hal keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Sosial yaitu semua hal yang berkenaan dengan masyarakat (Sugono, 2011: 1331). Escarpit menghubungkan sastra dalam dimensi yang lebih kompleks daripada yang dikemukakan Goldman. Fakta sastra hanya bisa dipahami
secara objektif
berdasarkan fakta sosial yang melingkupinya. Untuk memahami sastra sebagai fakta sosial, Escarpit mengemukakan delapan aspek yang menjadi elemen fakta sosial sastra, yaitu: (1) populasi dan angkatan sastra; (2) domisili kepengarangan; (3) kehidupan ekonomi pengarang; (4) status sosial pengarang; (5) institusi publikasi; (6) sirkuit sastra; (7) konsumsi sastra, dan; (8) ahli sastra. Kedelapan elemen tersebut
19
adalah fakta sosial untuk memahami sastra secara objektif (Anwar, 2010: 243). Dalam penelitian ini hanya akan fokus pada dua aspek yang menjadi bagian dari elemen untuk memahami fakta sosial sastra, yaitu institusi publikasi dan sirkuit sastra. Institusi publikasi adalah bagian dari fakta sosial sastra yang dikemukakan oleh Escarpit. Penerbitan memiliki fungsi yang amat vital bagi keberadaan sebuah karya (sastra dan lainnya) karena proses itulah yang mengantar suatu karya individual ke dalam kehidupan kolektif (Escarpit, 2005: 74). Konsep publikasi dikemukakan secara semantik filososfis sebagai “penyerahan” karya pada publik atau masyarakat. Publikasi sastra, dengan media apapun adalah bagian mendasar ketika sastra tersebut berpindah dari fakta individual menjadi fakta sosial (Anwar, 2010: 246). Fakta sosial sastra lain yang dikemukakan oleh Escarpit adalah sirkuit sastra. Escarpit menjustifikasi bahwa tidak ada hubungan langsung, secara kausalitas, antara nilai sebuah buku sastra dengan besarnya jumlah masyarakat, tetapi terdapat hubungan eksistensial antara buku sastra dengan keberadaan masyarakat. Meskipun sebuah buku sastra diterbitkan dalam masyarakat yang banyak, jika eksistensi masyarakat tersebut banyak yang buta huruf atau tidak mempunyai minat baca yang baik, maka buku sastra tersebut mempunyai batas sirkuit yang sempit (Anwar, 2010: 247). Sirkuit lainnya adalah toko-toko buku. Toko buku mempunyai peran dalam memilih buku sastra yang dianggap cocok untuk masyarakat di sekitar toko buku tersebut. Pengaruh sistem ideologi sebuah negara juga sangat berpengaruh terhadap
20
pemilihan buku sastra. Perkembangan kontemporer, yang tidak disebut oleh Escarpit, adalah stand-stand buku di mal-mal atau ”toko-toko buku” internet seperti Amazon juga sangat mempengaruhi sirkuitas sastra. Beberapa toko buku yang menjadi bagian sirkuit sastra di Indonesia dalam skala nasional adalah Gramedia, Kharisma, Togamas, Gunung Agung, Gunung Mulia, Salemba, dan Tiga Serangkai (Anwar, 2010: 249). Promosi memang harus dilakukan, mulai dari cara yang paling sederhana sampai dengan cara yang paling canggih. Publik yang telah diperkirakan tidak dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukan keberhasilan komersial karena mereka semata-mata berada dalam teori. Secara komersial, satu-satunya publik yang nyata adalah yang terdiri dari para pembeli buku. Pada pengertian ini dapat dikatakan bahwa ada empat tingkat hasil komersial: kegagalan, manakala penjualan merugi baik bagi penerbit maupun toko buku, setengah sukses jika penjualan buku seimbang dengan anggaran biaya, sukses normal ketika hasil penjualan cocok dengan perkiraan penerbit, dan best-seller kalau omzet melewati batas perkiraan dan lepas kontrol (Escarpit, 2005:127). Selain bagian dari seni, sastra juga terkait dengan teknologi dan perdagangan. Jadi, sastra tidak hanya berkutat dengan penulis, karya sastra dan pembaca, tetapi Escarpit juga memasukkan unsur luaran selain ketiga faktor utama tersebut. Unsurunsur yang dimaksud antara lain, promosi dan distribusi. Promosi mengacu pada setiap insentif yang digunakan oleh produsen untuk memicu transaksi dan atau konsumen untuk membeli suatu merek serta mendorong tenaga penjualan untuk secara agresif menjualnya (Shimp, 1986: 111). Berbagai tipe promosi konsumen
21
jangka pendek yang bertujuan untuk merangsang tanggapan pembeli yang cepat, antara lain adalah perlombaan, pemberian hadiah, kombinasi penawaran, kupon dan potongan harga (Rewoldt, 1995: 35). Distribusi adalah saluran yang dipakai oleh produsen untuk menyalurkan barang hasil produksinya kepada konsumen, baik berpindahnya hak (penguasaan) hingga pemindahan barang maupun hanya pemindahan hak kepemilikannya (Daryanto, 2013: 100). Jika pada awal perkembangannya karya sastra hanya dapat dipublikasikan secara lisan, maka untuk selanjutnya, karya sastra mulai diproduksi secara masal setelah ditemukannya mesin percetakan. Dengan demikian, kedudukan sastra tidak lagi semata-mata sebagai karya seni murni, tetapi sudah memasuki ranah teknologi dan industri. Karya sastra mulai dibukukan dan diterbitkan dengan konsep dagang yang menguntungkan.
22
B.Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bagan kerangka pikir penelitian Fakta sosial sastra novel RALP karya Sujiwo Tejo
Distribusi dan Strategi Promosi Novel RALP
Tingkatan Hasil Komersial Novel RALP
Pembahasan fakta sosial sastra novel RALP karya Sujiwo Tejo Simpulan fakta sosial sastra novel RALP
Keterangan dari bagan kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan rumusan masalah, dilakukan penelitian mengenai fakta sosial sastra novel RALP karya Sujiwo Tejo. 2. Distribusi dan Strategi Promosi yang dilakukan pada novel RALP. Hal tersebut meliputi publikasi dan kreasi, sirkuit distribusi, promosi praterbit, dan promosi pascaterbit.
23
3. Tingkatan hasil komersial novel RALP yang meliputi sastra sebagai bacaan atau teks, sastra sebagai komoditas, dan status komoditas. 4. Tahap yang terakhir dalam penelitian ini yaitu pembahasan terhadap data-data dan kemudian akan dihasilkan menjadi sebuah simpulan tentang fakta sosial sastra novel RALP karya Sujiwo Tejo.