I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Peta laut, Basepoint (Titik Pangkal), dan Baseline (Garis Pangkal) untuk delimiasi batas maritim. B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Delimitasi batas maritim • •
• • •
Penggunaan peta laut Penentuan titik pangkal dan garis pangkal – Datum Vertikal – Datum Horisontal – Jenis Baselines Garis Pangkal Kepulauan Penentuan zona laut dari garis pangkal Publikasi garis pangkal
C. MEDIA AJAR : Handout D. METODE EVALUASI DAN PENILAIAN a. Kuis b. Keaktivan berdiskusi E. METODE AJAR: STAR : SCL (Student Centered Learning) + TCL (Teacher Centered Learning) F. AKTIVITAS MAHASISWA a. Memperhatikan, mencatat, membaca modul b.Berdiskusi c. Mengerjakan soal kuis G. AKTIVITAS DOSEN DAN NAMA DOSEN a. Menjelaskan materi pokok bahasan b. Membuat soal kuis c. Memandu diskusi d. Nama Dosen : I Made Andi Arsana II. BAHAN AJAR 1. Pengantar Aspekt teknis dalam delimitasi batas maritim mengacu pada manual TALOS (TECHNICAL ASPECTS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA – 1982) yang diterbitkan oleh International Hydrographic Bureau (IHB) pada tahun 1993 dan disempurnakan pada tahun 2006 melalui Special Publication No. 51, 4th Edition - March 2006. Berikut ini adalah beberapa aspek teknis yang penting dalam kegiatan delimitasi batas maritim. 2. Peta laut
1
Secara umum, peta laut adalah peta dengan tujuan khusus yang dirancang untuk navigasi. Istilah peta laut atau “Chart” yang digunkan dalam UNCLOS 1982 sesungguhnya adalah peta laut Nautical Chart yaitu peta laut yang dirancang khusus untuk memenuhi persyaratan navigasi laut. Elemen teknis peta laut yang penting adalah: proyeksi dan skala. Contoh tampilan peta laut (Chart) adalah seperti Gambar 1. Secara esensi peta laut memiliki perberbedaan dengan peta lainnya. Menurut Prescott (2010), perbedaan prinsip antara peta laut (chart) dengan peta lainnya adalah: 1. Chart khusus digunakan untuk navigasi 2. Chart digambar dengan sistem proyeksi Mercator karena sifatnya yang konform dan arah di peta tetap sama dengan arah sebenarnya di lapangan 3. Chart selalu diperbaharui dengan data terbaru secara terus menerus 4. Chart hanya sedikit menggambarkan fitur-fitur daratan, namun menggambarkan sangat detail fitur-fitur di laut termasuk fitur di dasar laut 5. Skala chart tidak seragam pada suatu lembar peta laut skala menengah dan skala kecil. Skala chart akan bertambah besar ke arah kutub. 6. Skala pada chart ditemui bersifat linier pada batas yang berupa garis lintang dari arah timur ke barat 7. Chart menggunakan meridian dan paralel tidak berbentuk grid 8. Chart lebih banayak menggunakan titik-titik kedalaman (spot depths) dibanding kontur untuk menampilkan informasi kedalaman dasar laut 9. Chart juga menggambarkan daerah pantai 10. Chart memiliki tabel konversi untuk ukuran feet, fathom dan meter
Gambar 1: Contoh Peta Laut (Chart)
2
a. Proyeksi peta. Proyeksi peta adalah metode untuk menampilkan obyek permukaan bumi yang lengkung di atas media (kertas) yang datar. Penggunaan proyeksi adalah untuk meminimalkan distorsi karena proses transformasi dari bidang lengkung ke bidang datar. Untuk peta laut, proyeksi mercator (silinder) adalah jenis proyeksi yang paling banyak digunakan. Hal ini karena jenis proyeksi mercator memiliki karakter khas yaitu garis meridian dan paralel digambarkan dengan garis lurus yang berpotongan dengan sudut yang sebenarnya. Interval antara meridian satu dengan lainnya bersifat konstan dan jarak antar garis paralel berbanding lurus dengan derajat lintang. Semakin besar lintangnya (semakin jauh dari khatulistiwa), semakin besar pula jarak antar dua garis paralel (Deetz, 2005 dalam Goss, 2005). Proyeksi mercator sangat cocok untuk navigasi karena arah yang ada di peta benar-benar mewakili arah senbenarnya di muka bumi mengingat proyrksi ini mempertahankan azimuth. Proyeksi ini juga memiliki sifat konformal yaitu memperahankan bentuk yaitu bentuk asli di bumi sama dengan bentuk di peta. Proyeksi Mercator diilustrasikan pada Gambar 2. Setiap negara dapat membuat peta laut di negaranya masing-masing, namun harus mengacu pada standar spesifikasi internasional, misalnya dalam hal simbol, judul peta, skala dan warna simbol, tauhn publikasi, tahun revisi. Sebuah peta laut umumnya adalah produk dari suatu badan/institusi berwenang di sebuah negara. Di Indonesia badan yang berwenang adalah Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL. Di Inggris adalah United Kingdom Hydrographic Office (UKHO).
Gambar 2: Proyeksi Mercator (Trismadi, 2011)
b. Skala peta laut. Peta laut yang digunakan dalam delimitasi batas maritim harus memiliki skala yang memadai. Rentang skala yang bisa digunkan biasanya berkisar antara 1 : 100.000 hingga 1 : 1.000.000 untuk delimitasi ZEE dan delimitasi Landas Kontinen. Untuk delimitasi batas laut teritorial skalanya lebih besar yaitu berkisar antara 1: 50.000 sampai 1 : 100.000. Contoh tampilan skala peta laut adalah seperti Gambar 3.
3
Gambar 3: Bar Scale pada peta laut (Chart)
3.Penentuan titik pangkal dan garis pangkal Sebelum melakukan delimitasi batas maritim, hal penting yang perlu difahami selain yurisdiksi yang berhak dikalim oleh suatu negara pantai, juga ketentuan teknis tentang Datum Vertikal , Datum Horisontal , Jenis Baselines sebagai dasar untuk menentukan titik pangkal dan garis pangkal. a) Datum vertikal. Ketinggian titik di permukaan bumi baik yang terletak di darat maupun di dasar laut ditentukan secara relatif jarak vertikalnya terhadap suatu bidang yang disepakati sebagai suatu bidang referensi yang disebut datum vertikal. Ada dua konsep pemahaman datum vertikal ( Antunes, N.S.M.,2000) yaitu : 1) Datum pemeruman (sounding datum), yaitu bidang referensi yang digunakan untuk mengukur kedalaman dalam survey hidrografi. 2) Chart Datum (CD), yaitu bidang referensi pada peta laut untuk menggambarkan kedalaman maupun bagian yang kering dari suatu obyek. Dari pertimbangan teknis, CD bisa saja ditentukan sama atau berbeda dengan datum pemeruman, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa dalam penentuan datum vertikal sebenarnya dapat dipilih secara bebas. Namun demikian ada tiga pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan datum vertikal. Pertama, bidang tersebut harus cukup rendah sehingga bagi para pelaut percaya bahwa selalu berada pada kedalaman yang aman ketika menggunakan peta laut. Kedua, tidak harus yang terendah namun datum tersebut dapat memberikan informasi kedalaman air. Ketiga, datum yang dipilih harus sesuai dengan data hasil survey di sekitarnya. Datum pemeruman maupun CD adalah datum yang menggunakan air rendah (low water datum), artinya menggunakan permukaan pada surut rendah. Meskipun demikian ada juga datum yang menggunakan permukaan air tinggi (high water levels), tetapi datum ini tidak digunakan untuk bidang referensi mengukur kedalaman pada survey hidrografi maupun
4
pada peta laut. Dengan demikian pada prinsipnya bahwa setiap bidang permukaan laut (pasut) dapat digunakan sebagai datum vertikal. Permukaan pasut baik tinggi atau rendah memiliki beberapa definisi tergantung pada parameter yang digunakan untuk menghitungnya. Sebagai contoh dalam penentuan permukaan laut rata-rata Mean Low Water (MLW) dan Mean High Water (MHW) dikenal ada Mean Low Water Springs (MLWS), Mean High Water Springs (MHWS), Mean Low Water Neap (MLWN) dan Mean High Water Neap (MHWN), yaitu penentuan permukaan rata-rata yang memperhitungkan rentang pasut (range of tide). Untuk permukaan rata-rata yang terkait parameter astronomi dikenal Lowest Astronomical Tide (LAT) dan Highest Astronomical Tide (HAT). b) Datum horisontal. Datum horisontal atau sering disebut datum geodetik digunakan sebagai referensi koordinat pata laut (lintang dan bujur). Datum geodetik (Gambar 4) adalah sejumlah parameter yang digunakan untuk mendefinisikan : 1. bentuk dan ukuran ellipsoid referensi (parameter a, f) yang digunakan untuk pendefinisian koordinat geodetik, serta 2. kedudukan dan orientasinya dalam ruang terhadap tubuh Bumi.
Gambar 4 : Datum Geodetik (Sumber: Special Publication No. 51, 4th Edition - March 2006 Published by the International Hydrographic Bureau) Ditinjau dari kedudukan elipsoid terhadap bumi, datum geodetik yang digunakan dapat dibedakan antara datum geodetik geosentrik (global) dan datum geodetik lokal, seperti diilustrasikan pada Gambar 5
5
ZL
XG bumi
elipsoid referensi datum lokal
elipsoid referensi
OL OG
datum global XL ZG
YG YL
Gambar 5; Datum Geodetik global dan lokal Gambar 3. Datum geodetik global dan lokal OG = Origin geosentrik (global), OL= Origin tidak geosentrik (lokal)
Datum geodetik lokal yang pernah diterapkan untuk pemetaan di Indonesia adalah Datum Genuk (untuk wilayah Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara), Datum Bukit Rimpah (untuk wilayah kepulauan Bangka & Belitung), Datum Gunung Segara (untuk wilayah Kalimantan Timur), Datum Serindung (untuk wilayah Kalimantan Barat), Datum Moncongloe (untuk wilayah Sulawesi Selatan). Adapun elipsoid referensi yang digunakan untuk datum lokal tersebut ialah Bessel 1841. Datum geodetik lokal yang pernah juga diterapkan di Indonesia adalah Datum T21 Sorong menggunakan elipsoid Hayford dan ID-74 (Indonesia Datum1974) yang menggunakan elipsoid GRS 1967. Selanjutnya seiring dengan perkembangan teknologi geodesi ruang angkasa, saat ini pemetaan di Indoensia menggunakan datum geodetik geosentrik (global) yaitu DGN-95 (Datum Geodesi Nasional-1995) yang identik dengan WGS-84. (KK Geodesi Bakosurtanal, 2007). c) Beberapa pengertian teknis untuk delimitasi batas maritim: 1. Titik Awal (base point) adalah titik koordinat yang terletak pada garis pantai untuk menentukan garis dasar (Gambar 5) 2. Garis Dasar adalah garis yang menghubungkan antara dua titik awal dan terdiri dari garis dasar lurus dan garis dasar normal.(Gmbar 6) 3. Garis dasar lurus adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik awal berdekatan dan berjarak tidak lebih dari 12 mil. 4. Garis dasar normal adalah garis antara dua titik awal yang berhimpit dengan garis pantai. (Gambar 6) 5. Mil laut adalah jarak satuan panjang yang sama dengan 1.852 meter. 6. Pulau adalah daratan yang terbentuk secara alamiah dan senantiasa berada di atas permukaan laut pada saat air pasang.
6
GARIS DASAR NORMAL
Garis Dasar Normal
Titik Awal
Garis Dasar Lurus
Gambar 6. Titik dasar dan garis dasar.
III. EVALUASI 1) 2) 3) 4)
Apa bedanya peta laut (chart) dengan peta lainnya, jelaskan. Untuk delimitasi batas maritim, aspek teknis apa saja yang perlu difahami. Jelaskan pengertian datum vertikal Jelaskan pengertian datum geodetik. Apa erti pentingnya datum geodetik pada delimitasi batas maritim 7
5) Jelaskan pengertian titik pangkal dan garis pangkal 6) Jelaskan perbedaan garis pangkal lurus dan garis pangkal normal 7) Mengapa peta laut pada umumnya menggunakan proyeksi Mercator, jelaskan
Jawaban Soal evaluasi akan didiskusikan di kelas
DAFTAR BACAAN (REFERENSI): 1. Anonim, 1982, United Nations Convention on the Law of the Sea, United Nations Organisation, New York. 2. Anonim, 2000, Handbook on the Delimitation of Maritime Boundaries, United Nations Organisation, New York. 3. Anonim, 2006, A Manual On Technical Aspects Of The United Nations Convention On The Law Of The Sea – 1982, Special Publication No. 51, 4th Edition - March 2006, Published by the International Hydrographic Bureau, MONACO 4. Churchill, R. and Lowe, A. (1999). The Law of the Sea, Manchester University Press Cole, George. M. (1997). Water Boundaries 5. Evans, Malcolm D. (1988). Relevant Circumstances and Maritime Delimitation, Clarendon Press – Oxford 6. Sutisna, S., 2004, Pandang Wilayah Perbatasan Indonesia, Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Bakosurtanal
8