I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga Negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain (UU No. 32 Tahun 2009). Menurut Soemarwoto (2001), lingkungan bagi kehidupan makhluk pada hakikatnya merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup secara menyeluruh. Jika kondisi lingkungannya menunjukkan keadaan yang baik berarti lingkungan tersebut menunjang terhadap kelangsungan hidup bagi makhluk hidup. Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Universitas Sumatera Utara
Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, proses yang paling penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh hati. Jika proses penyadaran telah terjadi dan perubahan sikap dan pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup, serta peningkatan ketrampilan dalam mengelola lingkungan hidup. Akan tetapi perubahan sosial manusia menyebabkan rusaknya lingkungan. Dari hal yang paling sederhana, masyarakat sekarang kurang perduli terhadap kondisi lingkungan. Sebagai contoh rusaknya hutan yang berfungsi sebagai penyimpan sumber air akibat banyak masyarakat yang membuang sampah di bantaran sungai, dan pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan yang dapat mengurangi daerah resapan air. Kepedulian akan lingkungan yang kurang ini harus ditanggapi dengan serius. Salah satu langkahnya adalah melewati dunia pendidikan (Karim, 2010). Untuk mengendalikan lingkungan agar tetap terjaga sebagaimana mestinya maka diperlukan pendidikan kepada setiap individu, selanjutnya setiap penduduk agar bisa menjaga ekosistem dan kestabilan lingkungannya (Wahidin, 2008). Institusi pengajaran melalui pendidikan formal merupakan cara yang paling tepat untuk membangkitkan kesadaran dan kecintaan orang banyak terhadap lingkungan hidup. Pendidikan pengetahuan lingkungan hidup berperan untuk memastikan keadaan lingkungan hidup dapat dijaga dan tidak mengalami kerusakan lagi sepenuhnya untuk terlaksananya pembangunan berkelanjutan yaitu upaya sadar
Universitas Sumatera Utara
dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini dan masa depan (Yustina, 2006). Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif (Sudrajat, 2008). Institusi
pendidikan
harus
menjadi
benteng
yang
tangguh
untuk
menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-nilai kearifan local masyarakat setempat perlu terus digali dan dikembangkan secara konstektual untuk selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya pun tidak bercorak teoritis dan dogmatis seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif dan dialogis engan mengajak siswa didik untuk berdiskusi dan bercurah pikir melalui topic-topik lingkungan hidup yang menarik dan menantang (Tuhusetya, 2007). Pendidikan Pengetahuan Lingkungan Hidup (PPLH) berperan untuk menjamin keadaan lingkungan hidup dapat dijaga kelestariannya dan tidak mengalami kerusakan lagi demi terlaksananya pembangunan berkelanjutan, yaitu
Universitas Sumatera Utara
upaya sadar dan terencana yang memadukan Lingkungan Hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (UU No. 23 Tahun 1997). Menurut Saragih (2002), bahwa pengetahuan lingkungan hidup pada tingkat SD, SMP, dan SMA masih sangat minim, yang disebabkan oleh pernah tidaknya guru memperoleh pendidikan lingkungan atau informasi tentang lingkungan. Umumnya pada tingkat SD tidak ada secara khusus mata pelajaran tentang lingkungan hidup. Guru merupakan bagian dari masyarakat dan menempati salah satu bagian dari pelaku pembangunan. Sebagai pelaku dalam proses pembangunan dan sebagai tenaga pendidik, peran guru sangat strategis untuk mempengaruhi atau dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, guru diartikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru SD merupakan bagian dari masyarakat dan menempati salah satu bagian dari pelaku pembangunan. Sebagai pelaku dalam proses pembangunan, sebagai tenaga pendidik, peranan mereka sangat strategis untuk mempengaruhi atau dipengaruhi oleh lingkungan (Yustina, 2006). Menurut Winarno et al (2000) dalam Saragih (2002), ada 46,8% guru pada tahap SD belum memperoleh pelajaran Lingkungan Hidup (LH). Keadaan ini tidak sesuai dengan kurikulum pendidikan yang dicanangkan, yang menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
pendidikan Lingkungan Hidup (LH) telah direalisasikan sejak tahun ajaran 1989/1990 di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini, kepedulian masyarakat khususnya warga sekolah (guru dan peserta didik) terhadap lingkungan masih rendah, meskipun pendidikan pengetahuan Lingkungan Hidup (LH) telah diterapkan pada dunia pendidikan melalui mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Menurut Soemarwoto (2001), walaupun pendidikan sebagai instrumen suasif telah banyak dilakukan, baik pada tingkat SD sampai Universitas, namun mengalami kegagalan, karena pelajaran yang diberikan sarat dengan interpretasi resmi pemerintah, tidak diinternalkan dalam diri, melainkan tinggal sebagai pengetahuan belaka. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem pendidikan kita pada umumnya yang lebih bersifat memberikan informasi, yaitu menghapal. Diharapkan pengetahuan lingkungan, persepsi dan sikap peduli dalam pengelolaan lingkungan hidup akan memotivasi minat yang dapat diimplementasikan dan ditumbuhkembangkan menjadi budaya kepada anak didik khususnya pada tahapan pendidikan dasar. Sampai saat ini pengetahuan lingkungan sudah lebih dari 15 tahun diterapkan pada dunia pendidikan, dalam waktu ini diharapkan para pendidik telah menguasai konsep
lingkungan,
anak
didik,
dan
masyarakat
sekolah
dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan yang berwawasan dan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Hal sebaliknya, kepedulian masyarakat sekolah terhadap lingkungan masih rendah. Apalagi pada tingkat Sekolah Dasar (SD), karena proses pembelajaran lingkungan hidup yang dilaksanakan di Sekolah Dasar
Universitas Sumatera Utara
(SD) tidak berdiri sendiri tetapi diintegrasikan pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga dipengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat, terbatasnya sumber belajar, kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan lingkungan hidup Mengingat Kabupaten Batu Bara terletak di wilayah yang tingkat kesadaran pengelolaan lingkungan hidupnya sangat rendah terutama pada wilayah sepanjang pesisir, maka dari itu pendidikan menjadi jalur penyadaran secara mutlak, untuk mencapai perbaikan situasi lingkungan hidup sekolah secara terus menerus untuk menjadikan sekolah berwawasan lingkungan. Bertolak dari fenomena dan kerangka berfikir tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru SD tentang lingkungan, dan bagaimana pengaruh persepsi guru tentang lingkungan terhadap perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.
1.2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
suatu
permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimana persepsi guru Sekolah Dasar di Kabupaten Batubara tentang lingkungan hidup.
2.
Bagaimana pengaruh tingkat persepsi guru Sekolah Dasar tentang lingkungan hidup terhadap perilaku siswa Sekolah Dasar dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah di Kabupaten Batubara.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Kerangka Berpikir Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta pemberian arti terhadap rangsangan. Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Kinerja guru selalu menjadi pusat perhatian, karena guru merupakan faktor penentu dalam meningkatkan prestasi belajar dan berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang lingkungan karena institusi pengajaran melalui pendidikan formal merupakan cara yang paling tepat dalam membangkitkan kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan hidup, oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan berwawasan lingkungan, meningkatkan kemampuan kritis, meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan mengaplikasikan nilai-nilai yang dimilikinya berhubungan dengan masalah lingkungan. Seorang guru yang memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkungan diduga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap konservasi lingkungan hidup serta pembangunan yang berkelanjutan untuk menjaga perusakan sumberdaya alam. Namun sebaliknya seorang guru yang tidak memiliki pengetahuan tentang lingkungan atau tidak berwawasan lingkungan tidak akan mampu melakukan konservasi sumberdaya alam untuk menjaga perusakan lingkungan. Dengan demikian diduga berhubungan positif dengan persepsi guru tentang lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
Sikap (Attitude) dapat diartikan sebagai suatu cara pandangan, tetapi berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki orang. Seseorang bersikap sesuatu karena ada masukan pengetahuan tertentu. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Begitu juga halnya dengan seorang siswa, seorang siswa yang diberikan pengetahuan tentang lingkungan akan memiliki dan memahami hal-hal yang berkenaan dengan lingkungan tersebut. Sebagai contoh memberikan pengertian pentingnya kebersihan kelas bagi kesehatan para siswa, membuang sampah, menanam bunga pada pot-pot disekolah akan membuat lingkungan yang nyaman yang akan mendukung keberhasilan belajar. Persepsi guru tentang lingkungan dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh seorang guru untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra mereka tentang lingkungan agar mampu memberikan makna yang nyata bagi kelestarian lingkungan. Seorang guru yang memiliki pemahaman yang baik tentang lingkungan serta pengelolaan lingkungan hidup akan mampu menerapkan dan memberikan pengertian yang baik pula kepada para siswa. Suatu persepsi yang diberikan seorang guru terhadap siswa akan dicerminkan oleh siswa tersebut dalam sikap yang diambil, disinilah pentingnya pengetahuan seorang guru tentang lingkungan karena siswa dapat dengan cepat menangkap dan merealisasikan apa yang didapat. Kemampuan seorang siswa dalam mengetahui pentingnya pengelolaan lingkungan tergantung pada keberhasilan guru dalam menyampaikan dan
Universitas Sumatera Utara
memberikan pengertian tentang manfaat kebersihan lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan hal-hal tersebut diduga adanya hubungan positif antara pengaruh persepsi guru tentang lingkungan terhadap perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah dasar di kabupaten Batubara
ry. 1 Persepsi Guru Tentang Lingkungan (X1)
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Y)
Perilaku Siswa (X2)
ry. 2
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan : 1.
ry. 1 adalah koefisien korelasi parsial antara persepsi guru tentang lingkungan (X1) terhadap pengelolaan lingkungan hidup (Y)
2.
ry. 2 adalah koefisien korelasi parsial antara persepsi guru tentang lingkungan (X1) terhadap perilaku siswa (X2) dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y)
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui persepsi guru SD di Kabupaten Batubara tentang lingkungan hidup.
2.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat persepsi guru SD tentang lingkungan hidup terhadap perilaku siswa SD dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah di Kabupaten Batubara.
1.5. Hipotesis Penelitian 1.
Persepsi guru tentang lingkungan hidup di Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara adalah baik.
2.
Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara persepsi guru tentang lingkungan dengan perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup di Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara.
1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1.
Memberikan informasi bahwa pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan hidup sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap peduli guru SD sehingga dapat direalisasikan dalam wujud nyata
2.
Memberikan gambaran tentang tingkat pengelolaan lingkungan hidup pada Sekolah Dasar dengan lingkungan sosial ekonomi yang berbeda
Universitas Sumatera Utara
3.
Memberikan informasi bahwa tingkat persepsi guru SD tentang lingkungan hidup sangat berpengaruh terhadap perilaku siswanya dalam mengelola lingkungan hidup baik di sekolah maupun di rumah.
Universitas Sumatera Utara