1
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik potensial untuk pengembangan pariwisata. Salah satu potensi wisata yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah wisata berbasis pertanian. Rangkaian kegiatan pertanian dari budidaya sampai pasca panen dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi kegiatan pariwisata. Berdasarkan hasil rekapitulasi kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) di Indonesia menunjukan data bahwa pertumbuhan rata-rata perjalanan per tahun meningkat 1,5% (Dinas Pariwisata Indonesia, 2009). Peningkatan dari perjalanan wisnus di setiap provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia sebesar 226,3 juta (Departemen Pariwisata Republik Indonesia, 2009). Peningkatan jumlah kunjungan tersebut terfokus pada segmen pasar wisata minat khusus dengan destinasi yang tersebar di luar pulau Jawa dan Bali. Salah satu unit pengembangan wisata di Indonesia yang mengalami peningkatan trend kunjungan adalah sub unit ekowisata (termasuk agrowisata).
Pertumbuhan
dari ekowisata (termasuk
agrowisata) berkisar antara 10-30% (Ariyanto,2003). Agrowisata secara terminologi didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan (www.farmstop.com). Di Indonesia, agrowisata didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan agribisnis sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Pengembangan agrowisata dikemas sebagai suatu perjalanan wisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, memelihara budaya maupun teknologi lokal
2
(indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya, serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005). Kabupaten Bogor memiliki sentra-sentra pertanian mandiri yang dikelola oleh unit masyarakat maupun korporasi pertanian. Salah satu sentra pertanian masyarakat di kabupaten Bogor adalah kawasan Gunung Leutik, Desa Benteng, Ciampea, Bogor. Kawasan Wisata Gunung Leutik memiliki luasan 41,4 Ha yang terbagi menjadi tiga unit, antara lain; a) Unit I seluas 11,8 ha yang merupakan area pendidikan dan permukiman pesantren; b) Unit II seluas 15,1 ha merupakan lahan usaha Pesantren; dan c) Unit III seluas 14,5 ha yang merupakan perkampungan masyarakat Gunung Leutik. Keberadaan kawasan budidaya pertanian (tanaman, peternakan, dan perikanan darat) ditunjang dengan kondisi lingkungan (panorama alam) yang menarik, kawasan permukiman yang memiliki keterkaitan erat dengan pertanian, serta kawasan pendidikan islam merupakan potensi yang menarik untuk dikembangkan sebagai obyek dan atraksi wisata. Pendekatan pengembangan lanskap agrowisata kawasan wisata Gunung Leutik adalah wisata berkelanjutan (sustainable tourism). Menurut Pitana (2002), pengembangan ecotourism dan agritourism mengacu pada prinsip yang sama. Prinsip pengembangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata. 2. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian. 3. Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab dan bekerjasama dengan unsur pemerintah serta masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian. 4. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, pengelolaan sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi. 5. Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanaman untuk tujuan wisata di kawasankawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
3
6. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan. 7. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi. 8. Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal. 9. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuhtumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan budaya. Pengembangan lanskap wisata berkelanjutan perlu mempertimbangan faktor keterlibatan sumber daya lokal (masyarakat sekitar kawasan) guna meningkatkan kepedulian dan kepekaan dalam pelestarian nilai ekologis kawasan. 1.2.Perumusan Masalah Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Menurut Afandhi (2005), Kebijakan umum Departemen Pertanian dalam membangun pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan tarap hidup petani, peternak, dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor. Kebijakan tersebut perlu ditindaklanjuti melalui pengembangan diversifikasi usaha disertai dengan rehabilitasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat. Kesesuaian lanskap kawasan Gunung Leutik harus dikembangkan sesuai dengan kondisi lahan dan lingkungan sehingga tercapai pengembangan agrowisata berkelanjutan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan dasar tersebut maka solusi permasalahan diakomodasikan melalui rumusan permasalahan penelitian yang disusun dalam pertanyaan sebagai berikut:
4
1.
Bagaimana memanfaatkan keberadaan sumberdaya lahan pertanian sebagai potensi wisata di kawasan?
2.
Bagaimana mengatasi permasalahan kawasan terkait dengan pemanfaatan produksi pertanian dan peruntukan wisata?
3.
Bagaimana perencanaan fisik yang sesuai untuk kawasan agrowisata guna mewujudkan lanskap kawasan pendidikan islam berbasis pertanian yang berkelanjutan?
1.3.Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah merencanakan lanskap kawasan agrowisata yang berkelanjutan di kawasan Gunung Leutik, Bogor, Jawa Barat. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : menyusun rencana lanskap kawasan agrowisata berkelanjutan di kawasan Gunung Leutik yang mendukung aktifitas wisata berbasis pertanian. Pengembangan lanskap kawasan wisata Gunung Leutik seharusnya direncanakan secara integral dengan lingkungan disekitar kawasan. Kriteria pengembangan meliputi: 1. Berorientasi pada keberlanjutan ekosistem pertanian pada kawasan 2. Berorientasi pada keberlanjutan usaha wisata pertanian Sasaran Penelitian Sasaran dari penelitian ini adalah untuk mewujudkan suatu kawasan agrowisata yang berkelanjutan di Gunung Leutik, Bogor. Konsep tersebut diharapkan dapat terbentuk melalaui suatu perencanaan yang dapat meningkatkan potensi, daya tarik dan kualitas dari kawasan tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga dan mempertahankan karakter serta kualitas lanskap perdesaan di Kawasan Gunung Leutik dari kerusakan lingkungan dan penurunan kualitas lingkungan akibat peruntukan wisata. Selain itu, menjadi acuan bagi semua pihak (stakeholder) dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan fisik di kawasan perdesaan dan Pesantren, serta memanfaatkan berbagai potensi yang ada dengan memperhatikan keberlangsungan lanskap alaminya.
5
1.4.Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1.
Sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah maupun Pengelola Kawasan wisata pertanian (agrowisata) Gunung Leutik dalam merencanakan secara fisik kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memperhatikan keindahan bentang alam atau lanskapnya.
2.
Sebagai dasar untuk menerapkan sistem perencanaan lanskap agrowisata yang berkelanjutan.
3.
Menjadi bahan kajian ilmiah lanjutan dalam penelitian, perencanaan dan penataan lanskap kawasan agrowisata.
1.5. Kerangka Pikir Penelitian Karakteristik lanskap perdesaan yang ditunjang dengan kondisi sosial budaya masyarakat pertanian di Kawasan Wisata Gunung Leutik merupakan suatu potensi pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata berbasis pertanian. Kondisi fisik, keindahan panorama, keberadaan kegiatan pertanian dan pendidikan serta keberadaan masyarakat berbasis pertanian dapat dijadikan sebagai daya tarik yang potensial di Kawasan Gunung Leutik. Permasalahan yang ditemukenali pada kawasan sehubungan dengan pengembangan kawasan sebagai agrowisata adalah suboptimal nya penataan kawasan pertanian yang menunjang kegiatan wisata. Permasalahan tersebut dianalisis untuk mendapatkan zona integratif pengembangan kawasan. Diperlukan perencanaan
berdasarkan
kesesuaian
kawasan
yang
merupakan
dasar
pengembangan dan perencanaan fisik kawasan sebagai aktivitas wisata pertanian (agrowisata). Perencanaan fisik tersebut meliputi program wisata, pengembangan objek dan atraksi, pengembangan fasilitas dan sirkulasi serta pengembangan zona konservasi sebagai penunjang kawasan. Integrasi perencanaan fisik tersebut diharapkan dapat menghasilkan lanskap wisata pertanian yang berkelanjutan. Alur pikir penelitian tersaji pada Gambar 1.
6
Kawasan Gunung Leutik
Peruntukan Agrowisata
Potensi Objek dan Atraksi
Kendala / Masalah
Aspek Potensi Lahan Pertanian
Aspek Potensi Wisata Pertanian
Potensi lahan untuk pengembangan pertanian
• Keberagaman objek • Potensi panorama
Akseptibilitas Masyarakat
Zona Kesesuaian Lahan Pertanian
Zona Kesesuaian Wisata Pertanian
Zona Akseptibilitas Masyarakat
Aspek Masyarakat
Zona Integratif Pengembangan Lanskap Kawasan Agrowisata
Rencana Fisik Pengembangan Aktifitas Agrowisata
Program Wiata
Objek & Atraksi
Fasilitas & Sirkulasi
Lanskap Kawasan Agrowisata Berkelanjutan
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian