e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ANALISIS SIKAP SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 28 DANGIN PURI I Made Agus Adi Suteja1, DB. Ngurah Ketut Semara Putra2, Ida Bagus Gede Surya Abadi3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan sikap siswa dalam proses pembelajaran, (2) mendeskripsikan hambatan dalam mengembangkan sikap siswa, dan (3) mendeskripsikan solusi terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran tema sejarah peradaban Indonesia dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 siswa kelas V. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 28 Dangin Puri. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan angket. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) dari 9 aspek sikap siswa, sebagian besar siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap spiritual dan sikap sosial (2) Hambatan dalam mengembangkan sikap siswa berasal dari internal siswa sebanyak 5 aspek, dan 5 aspek dari eksternal siswa. (3) Solusi yang telah dilakukan guru sebanyak sembilan hal, yang secara umum tergolong ke dalam nasehat dan pengawasan serta teguran dari guru. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap beriman taqwa, jujur, disiplin, toleransi, gotong royong, percaya diri, tanggung jawab, santun dalam proses pembelajaran. (2) Hambatan dalam mengembangkan sikap yang ada berasal dari faktor internal siswa dan eksternal siswa. (3) Solusi yang telah dilakukan adalah nasehat, pegawasan serta teguran dari guru. Kata-kata kunci : Sikap Spiritual, Sikap Sosial , hambatan, kurikulum 2013, solusi. Abstract This descriptive research was aimed to (1) described attitudes of students in learning process, (2) describe the obstacles in developing attitudes of students in the learning process, and (3) describe a solution to the attitudinal obstacles in the learning process th theme Indonesian Culture History with scientific approach on 2013 curriculum 5 Class th Elementary School 28 Dangin Puri. Subject from this research was students in 5 class Elementary School 28 Dangin Puri as many as students. Collection data method which was used were observation, interview, and questioner. Data was analyzed by descriptive qualitative technique. Results of this research were (1) the nine aspects of the attitudes of the students, most have startded to consistently showed an attitudes spiritual and social attitudes, (2) Obstacles to developing student’s attitudes were came from the internal as many as 5 aspects, and 5 aspects from student’s external, (3) Attitudes solution which was done were advice, supervision and reprimand from teacher. The conclusion of this research were (1) Students have started to consistently show the
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 attitude of religious, honest, discipline, tolerance, mutual cooperation, confidence, responsibility, courtesy in the learning process. (2) Constraints in developing an attitude that is derived from internal factors students and external students. (3) The solution that has been done is counsel, pegawasan and reprimand from the teacher . Keywords: spiritual Attitude, Social Attitudes, obstacle, curriculum 2013, Solution.
PENDAHULUAN Undang-undang RI. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanahkan agar pendidikan tidak hanya memberi kesempatan untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas semata, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh kembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Tujuan yang terkandung dalam pasal I UUD Sisdiknas 2003 agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya yaitu kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan tampil. Secara hakaki empat komponen yang disebutkan pertama dari enam potensi peserta didik dalam UU Sisdiknas tersebut merupakan pengembangan karakter. Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Dalam pelaksanaan dilakukan pengawasan dan penilaian untuk mengetahui tingkat tujuan pencapaian kurikulum tersebut. Penerapan kurikulum pendidikan formal di sekolah sangatlah strategis dan menentukan bagi terciptanya tujuan pendidikan. Kurikulum yang terbaru yakni kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah, maupun sekolah yang siap melaksanakannya. Meskipun masih prematur, namun ada beberapa hal yang dirasakan oleh banyak kalangan terutama yang langsung berhadapan dengan kurikulum itu sendiri. Winataputra (2007), Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan
meningkatkan identitas dan kualitas pada diri peserta didik . Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan pembelajaran salah satunya yaitu Saintific. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama antar peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 mencangkup penilaian sikap siswa dalam proses pembelajaran. Pada kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa sedangkan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Pada jenjang SD, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran Agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada KI2: menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, kerja sama dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadayaannya (Kurniasih dan Sani, 2014). Hal ini didukung oleh penelitian Hartono (2015) dengan judul penelitian Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Asesmen Potofolio untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika dan Sikap Spiritual tema Cita-Citaku Siswa Kelas IV SD. Hal ini juga didukung dengan penelitian Sudarma (2012) Pengaruh
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Penerapan Strategi Pembelajaran dan Pengetahuan Awal terhadap Pemahaman Konsep Sains dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V di Sekolah Dasar. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tangga 6 Januari 2015 bahwa sikap siswa di SDN 28 Dangin Puri perlu ditingkatkan pengembangannya. Hal ini juga didasarkan pada wawancara terhadap kelapa SDN 28 Dangin Puri menyatakan bahwa pengembangan sikap siswa memang penting untuk terus dibina dan dikembangkan sejak dini terlebih pada anak usia sekolah dasar, agar nantinya dapat membentuk karakter tersebut sampai dewasa. Maka dengan demikian, peneliti mengangkat penelitian dengan judul “Analisis Sikap siswa dalam Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 Tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 28 Dangin Puri”. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ada tiga permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut (1) Bagaimana sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di SDN 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015?; (2) Apa saja hambatan yang ditemui saat mengembangkan sikap dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di SDN 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015?; (3) Apakah solusi yang bisa diberikan guru untuk mengatasi hambatan dalam pengembangkan sikap dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di SDN 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015? Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah ; (1) Untuk mendeskripsikan sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di SDN 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015. (2) Untuk mendeskripsikan hambatan yang ditemui saat mengembangkan sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di SDN 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015. (3) Mendeskripsikan solusi yang bisa diberikan guru untuk mengatasi hambatan yang ditemui dalam mengembangan sikap dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di SDN 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015. METODE Menurut Dantes (2012) Penelitian deskriptif diartikan sebagai penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini. Dalam penelitian semacam itu, penelitian mencoba menentukan sifat situasi sebagaimana adanya pada waktu penelitian dilakukan. Dalam studi deskripsi tidak ada kontrol perlakuan seperti dalam studi eksperimen karena tujuannya adalah menggambarkan apa adanya berkaitan dengan variabel-variabel atau kondisikondisi dalam suatu situasi. Penelitian deskriptif pada umumnya tidak diarahkan untuk pengujian hipotesis. Sedangkan, Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, mengintepretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. Dari kedua pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu fenomena, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa metode penelitian deskriptif sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti. Karena penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan sikap spiritual dan sikap sosial siswa, hambatan dan solusi saat
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 mengembangkan sikap siswa dalam Proses Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 Tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 28 Dangin Puri. Penelitian tentang analisis sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V ini dilaksanakan di SD Negeri 28 Dangin Puri, Gugus Gusti Ngurah Jelantik, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan yang dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penelitian, sikap prokontra, simpati-antipati dan juga bisa berupa proses. Objek penelitian ini adalah sikap spiritual dan sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran kelas V SD Negeri 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015 yang akan diketahui melalui beberapa metode pengumpulan data. Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik itu benda, orang ataupun lembaga organisasi. Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Oleh karena itu subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 28 Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Utara tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan model acak stratifikasi, metode ini digunakan jika unit data memiliki karakteristik yang heterogen, maka perlu dicari lapisan/strata karakteristik umum dari tiap anggota populasi. Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi, wawancara, dan Angket. Untuk mendapatkan data tentang sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tema Sejarah Peradaban Indonesia Kelas V di SDN 28 Dangin Puri tahun ajaran 2014/2015 peneliti menggunakan observasi partisipasi, wawancara semi standar dan menggunakan angket atau kuisioner berupa check list.
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian deskriptif kualitatif. Observasi berbeda dengan interview, cakupan observasi lebih luas dibanding dengan interview, observasi tidak terbatas hanya pada manusia saja, bendabenda yang sekecil apapun dalam bentuk apapun dapat diamati melalui observasi langsung ke lapangan. Profesional, pada teknik pengumpulan data melalui observasi unsur subjektiftas sangat besar, hasil yang diperoleh melalui observasi sangat tergantung dari kualitas seorang peneliti. Seorang peneliti yang tidak profesional akan menghasilkan data yang kurang baik. (Satori dan komariah, 2014:104) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian deskriptif. Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara dan terwawancara dengan maksud menghimpun informasi dari terwawancara. Terwawancara pada penelitian deskriptif adalah informan yang daripadanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh. Sugiyono (2014:142) kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti veriabel yang akan diukur da tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner dapat berupa pernyataan/pertanyaan tertutup atau pertanyaan terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Penelitian deskriptif kualitatif harus mengungkapkan kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian deskriptif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas penelitian deskriptif dapat tercapai. Maka peneliti perlu melakukan Triangulasi yaitu pengecekan data dari sumber dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 sumber yang lain. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Penelitian ini menggunakan analisis di lapangan Model Miles dan Humberman, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dan periode tertentu. Model ini menggunakan tiga langkah analisis yaitu Data Reduction, Data Display, dan Verification (Sugiyono, 2014:246) Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada teman. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalam wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat berdisikusi pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dpaat dilakukan dalam bentuk grafik, phe chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah untuk dipahami. Dalam peneliiab kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian seingat, bagan, hubungan antara kategori. Dengan mendisplaykan data, maka mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan data yang telah dipahami. Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatof menurut Miles dan Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kridibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berbeda di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN analisis data deskriptif dilakukan melalui : (1) Pereduksian data sebanyak 20 siswa dari 8 aspek yaitu sikap spiritual, sikap tanggung jawab, sikap santun, sikap jujur, sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap disiplin. (2) penyajian berupa tabel serta (3) penarikan kesimpulan. Dari hasil observasi terhadap sikap spiritual siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menunjukan bahwa sebagian siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap spiritual. Dari hasil angket terhadap sikap spiritual siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menunjukan sebagian besar siswa sudah menunjukan sikap konsisten dalam aspek sikap spiritual. Dari hasil observasi sikap toleransi siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menunjukan sebagian besar siswa sudah mulai menunjukan sikap konsisten dalam aspek sikap toleransi. Dari hasil angket sikap toleransi siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifk pada kurikulum 2013 menunjukan bahwa sebagian besar siswa sudah mulai konsisten dalam menunjukan sikap toleransi. Dari hasil observasi sikap gotong royong siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik menunjukan bahwa sebagian indikator sudah dicapai siswa dengan konsisten, namun masih ada indikator yang belum dicapai siswa dengan baik. Dari hasil angket sikap gotong royong siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menunjukan bahwa sebagian besar indikator sudah dicapai siswa dengan baik.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Dari hasil observasi sikap percaya diri siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa sebagian besar siswa sudah mulai konsisten dalam menunjukan sikap percaya diri saat proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dari hasil angket sikap percaya diri siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa masih ada beberapa indikator yang belum dicapai siswa. Dari hasil observasi sikap jujur siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa siswa sudah mulai konsisten dalam menunjukan sikap jujur dalam proses pembelajaran. Dari hasil angket sikap jujur siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa sebagian besar siswa sudah menunjukan sikap konsisten namun masih ada beberapa siswa yang belum konsisten. Dari hasil observasi sikap tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa sebagian besar siswa sudah mulai menunjukan sikap yang konsisten pada aspek tanggung jawab dalam proses pembelajaran namun pada beberapa
indikator masih ada siswa yang memiliki sikap kurang konsisten. Dari hasil angket sikap tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran denga pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa sebagian besar indikator sudah dicapai sebagian besar siswa namun masih ada beberapa indikator yang belum dicapai oleh siswa. Dari hasil observasi sikap disiplin siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa sebagian besar siswa sudah mulai konsisten dalam menunjukan sikap disiplin dalam proses pembelajaran. Dari hasil angket sikap disiplin siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa sebagian besar siswa sudah konsisten menunjukan sikap disiplin dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi sikap santun siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa sebagian besar siswa mulai konsisten menunjukan sikap santun dalam proses pembelajaran. Dari hasil angket sikap santun siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 bahwa siswa sudah konsisten menunjukan sikap santun.
Tabel 1. Hasil wawancara tentang hambatan siswa No. Indikator Hasil Siswa 1 Memberikan salam sebelum Saya tidak memberikan salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat. menyampaikan pendapat karena lupa.
2
3
4 5
Saya tidak memberi salam karena saya malu. dalam Saya sering menyontek saat mengerjakan ulangan tugas karena saya lupa belajar di rumah.
Tidak menyontek mengerjakan ujian/ulangan. Berpendapat atau melakukan Saya kadang ragu-ragu mengerjakan tugas atau kegiatan tanpa ragu-ragu. melakukan kegiatan karena saya belum mengerti langkah kerjanya. Kalau berpendapat, saya ragu karena belum yakin dengan jawaban saya. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur. Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama.
Saya biasanya berkata-kata kotor saat saya sedang marah. Saya sering memarahi teman yang tidak mau mengerjakan tugas itu, dan kalau masih tidak mau megerjakan tugas, saya keluarkan dari kelompok.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 6 7
8
Dapat menerima kekurangan orang lain. Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta. Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok.
saya akan protes terhadap guru, kenapa saya saja yang mendapat kelompok bodoh. Saya sering lupa dengan perjanjian yang saya buat sendiri. Tapi kalau diingatkan maka saya akan lakukan itu. Saya tidak mengerjakan tugas karena tidak mengerti caranya, dan saya mengobrol yang lain, jika guru datang baru saya bertanya dan mengerjakannya.
9
Tidak menyalahkan orang Kalau teman saya juga berbuat kesalahanya, saya akan lain untuk kesalahan tuduh dia juga. Agar sama-sama dimarah. tindakan kita sendiri. setelah triangulasi tertera pada tabel di bawah ini. Sementara hasil wawancara siswa dan guru terkait solusi untuk mengembangkan sikap siswa
Tabel 2. Solusi untuk hambatan pengembangan sikap No. Hambatan 1 Siswa tidak memberi salam sebelum menyampaikan pendapat. 2 Siswa menyontek saat mengerjakan tugas/ulangan
3
4
5
6 7
8
9
Solusi Sebelum siswa menyampaikan pendapat, guru terlebih dahulu memberikan pengarahan agar siswa memberi salam sebelum menyapaikan pendapatnya. Guru menasehati agar siswa tidak menyontek saat ulangan dan mengawasi siswa dengan ketat ketika ulangan. Selain itu, guru juga memerintahkan siswa untuk memasukan buku kedalam tas mereka. Siswa ragu-ragu dalam Guru sudah memotivasi siswa untuk melakukan menyampaikan pendapat dan kegiatan dan berpendapat tanpa ragu-ragu. melakukan sesuatu Siswa sering berkata-kata Guru melarang agar siswa tidak berkata kasar, guru kotor, kasar, dan takabur juga membuat peraturan dan memberikan denda jika ada yang melanggarnya. Siswa memarahi dan Guru sering memberitahu siswa agar mengerjakan memusuhi temannya jika tugas kelompok dengan bersungguh-sungguh, dan melihat temannya tidak menegur siswa agar tidak salih memarahi dan tidak mengerjakan tugas salih bermusuhan. siswa belum bisa menerima Guru selalu memotivasi kepada kelompok siswa yang kekurangan teman mendapat siswa kurang pintar. Siswa jarang melaksanakan Guru selalu mengingatkan agar siswa harus menepati apa yang pernah dikatakan apa yang pernah dia katakan. tanpa disuruh/diminta. Perhatian utama siswa tidak Guru menegur agar berkerja kelompok dengan baik pada tujuan kelompok dan menyuruh agar setiap ketua kelompok mengawasi anggota kelompoknya. Siswa menyalahkan orang lain Guru selalu menegur siswa yang melukan kesalahan untuk kesalahan tidakannya. dan menyuruh siswa untuk tidak menuduh orang lain.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa siswa kelas V SD Negeri 28 Dangin Puri dari segi sikap tergolong
baik, yaitu sikap spiritual dan sikap sosial siswa.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Adapun sikap spiritual siswa yang sudah tercapai dengan sangat baik diantaranya (1) berdoa sebelum dan sesudah menjalakan sesuatu, (2) menjalankan ibadah tepat waktu, (3) mensyukuri kemampuan-kemampuan manusia dalam mengendalikan diri, (4) mensyukuri ketika berhasil mengerjakan tugas, (5) mengucapkan syukur atas karunia Tuhan, (6) memelihara hubungan baik dengan sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, (7) berserah diri (takwal) kepada Tuhan setelah beriktihar atau melakukan usaha, (8) menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah, sekolah dan masyarakat, (9) bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia, (10) menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. Namun masih sangat perlu bimbingan dalam hal (1) memberi salam saat akan menyampaikan pendapat. Sikap percaya diri siswa yang sudah tercapai dengan baik diantarnya (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan, (3) mampu membuat keputusan dengan cepat, (4) pantang menyerah namun masih perlu bimbingan dalam hal (1) berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. Sikap santun siswa yang sudah tercapai dengan baik diantarnya (1) menghormati oarng yang lebih tua, (2) mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain, (3) meludah di sembarang tempat, (4) bersikap senyum, sapa, salam saat bertemu orang lain, (5) tidak menyela pembicaraan orang lain, (6) meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan orang lain, (7) memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan. Namun masih perlu bimbingan dalam hal (1) tidak berkata-kata kasar, kotor dan takabur. Sikap gotong Royong yang sudah tercapai dengan baik diantaranya (1) aktif dalam kerja kelompok, (2) bersedia membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, (3) bersedia melakukan tugas sesuai kesepakatan yang telah di tetapkan, (4) terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah, (5) saya
tidak mendahulukan kepentingan pribadi, (6) mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain. Namun masih perlu bimbingan dalam hal (1) memusatkan perhatian pada tujuan kelompok, (2) dan mendorong orang lain untuk berkerja demi mencapai tujuan bersama. Sikap toleransi yang sudah tercapai dengan baik diantaranya (1) saya tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender, (3) menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (4) memaafkan kesalahan orang lain, (5) tidak melaksanakan atau keyakinan diri pada orang lain, (6) bersedia untuk belajar keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (7) terbuka terhadap atau kesedian untuk menerima sesuatu yang baru. Namun masih perlu bimbingan dalam hal (1) menerima kekurangan orang lain atau kelompok kerja saya. Sikap tanggung jawab yang sudah tercapai dengan baik antara lain (1) melaksanakan tugas individu dengan baik, (2) menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, (3) tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, (4) mengembalikan barang yang dipinjam, (5) meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan, (6) menepati janji. Namun masih perlu bimbingan dalam hal (1) melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta. (2) tidak menyalahkan orang lain tanpa bukti yang akurat Sikap jujur yang sudah tercapai dengan baik antara lain (1) tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas, (2) mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa adanya, (3) menyerahkan kepada yang berwenang barang di temukan, (4) membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya, (5) mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki. Namun masih perlu bimbingan dalam hal (1) menyontek dalam mengerjakan ujian atau ulangan. Sikap disiplin yang sudah tercapai dengan baik antara lain (1) masuk kelas
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 tepat waktu, (2) mengumpulkan tugas tepat waktu, (3) memakai seragam sesuai tata tertib, (4) mengerjakan tugas yang diberikan, (5) tertib dalam mengikuti pembelajaran, (6) mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan, (7) membawa buku tulis sesuai mata pelajaran, (8) membawa buku teks mata pelajaran. Adanya nilai rendah yang didapat oleh siswa dihambat oleh faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam berasal dari kurangnya kesadaran siswa, sehingga memotivasi untuk bersikap lebih banyak bersifat ektern. Sedangkan faktor luarnya dari teman yang suka mengganggu dan mengejek, serta perlunya kekonsistenan guru menegur, mengawasi dan menasehati siswa. Sementara solusi untuk beberapa aspek yang masih belum konsisten diterapkan siswa yang telah dilakukan guru adalah membuat beberapa terobosan baru seperti aturan-aturan yang bersifat mendidik siswa, lebih rajin menasehati, mengawasi dan menegur siswa yang belum konsisten bersikap baik. Hambatan maupun solusi dalam mengembangkan sikap belajar siswa ini terlihat dari analisis data secara deskriptif kualitatif wawancara guru dan siswa. Hambatan-hambatan yang dialami siswa diantaranya adalah; (1) siswa lupa memberi salam saat akan menyampaikan pendapat, (2) siswa sering ragu-ragu saat melakukan kegiatan atau berpendapat karena merasa jawabannya salah atau belum jelas dengan langkah kegiatannya, (3) siswa sering berkata-kata kasar saat keadaan marah, (4) siswa lebih banyak bercanda dan mengobrol keluar topik pembelajaran saat mengerjakan tugas kelompok, dan hanya beberapa orang yang mau mengerjakannya, (5) siswa memarahi dan memusuhi temannya yang tidak mau bekerja kelompok, (6) siswa sering menolak temanya yang bodoh untuk menjadi anggota kelomponya, (7) siswa sering menyalahkan orang lain ketika dia membuat kesalahan, (8) siswa sering tidak berbuat apa yang pernah dikatakannya karena lupa, (9) siswa sering menyontek saat ulangan atau membuat tugas karen lupa belajar di rumah, (10) siswa sering menyontek karena malas belajar di rumah dan tidak mengerti kalau belajar di rumah.
Solusi yang dilakukan guru dan sekolah dalam mengupayakan peningkatan sikap siswa diantaranya adalah; (1) Sebelum siswa menyampaikan pendapat, guru terlebih dahulu memberikan pengarahan agar siswa memberi salam sebelum menyapaikan pendapatnya; (2) Guru menasehati agar siswa tidak menyontek saat ulangan dan mengawasi siswa dengan ketat ketika ulangan. Selain itu, guru juga memerintahkan siswa untuk memasukan buku kedalam tas mereka; (3) Guru sudah memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan dan berpendapat tanpa ragu-ragu; (4) Guru melarang agar siswa tidak berkata kasar, guru juga membuat peraturan dan memberikan denda jika ada yang melanggarnya; (5) Guru sering memberitahu siswa agar mengerjakan tugas kelompok dengan bersungguhsungguh, dan menegur siswa agar tidak salih memarahi dan tidak salih bermusuhan; (6) Guru selalu memotivasi kepada kelompok siswa yang mendapat siswa kurang pintar; (7) Guru selalu mengingatkan agar siswa harus menepati apa yang pernah dia katakan; (8) Guru menegur agar berkerja kelompok dengan baik dan menyuruh agar setiap ketua kelompok mengawasi anggota kelompoknya; (9) Guru selalu menegur siswa yang melukan kesalahan dan menyuruh siswa untuk tidak menuduh orang lain. Hal di atas sudah sesuai dengan pendapat Damsar (2012) bahwa guru tidak hanya diharapkan untuk sekedar mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi lebih dari itu dengan mendidik segala “sesuatu” yang diperlukan murid sehingga dalam beradaptasi dengan berbagai persoalan kehidupan seperti praksis budi pekerti, soft skill, dan berbagai kapital yang diperlukan dalam kehidupan seperti kapital sosial, budaya, simbolik, dan spiritual. SIMPULAN & SARAN Adapun simpulan yang didapat adalah; (1) Siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap beriman taqwa, jujur, disiplin, toleransi, gotong royong, percaya diri, tanggung jawab, santun dalam proses pembelajaran. Namun masih perlu
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 peningkatan pada beberapa indikator yang belum dicapai siswa; (2) Hambatan dalam mengembangkan sikap yang ada berasal dari internal siswa sebanyak lima aspek dan lima aspek dari eksternal siswa. Hambatan tersebut diketahui dari hasil wawancara terhadap siswa dan guru kelas; (3) Adapun solusi yang telah dilakukan sebanyak delapan hal, yang secara umum tergolong ke dalam nasehat dan pengawasan serta teguran dari guru. Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan dalam penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut; (1) Sekolah diharapkan dapat meningkatkan sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013; (2) Guru terus meningkatkan wawasan dan pengetahuan di sekolah dasar mengenai sikap siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014 Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Agustina, I Kadek Putra. 2015. Pengaruh Pendekatan Saintifik Terhadap Prestasi Belajar PKn Ditinjau dari Sikap Demokrasi Siswa Kelas V Gugus I Kecamatan Abang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 2013. Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia. Damsar, Prof. Dr. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Dantes, Nyoman, Prof. Dr. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Darmansyah. 2014. Teknik Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dara 08 Surau Gadang Naggalo. Jurusan Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Padang. Daryanto, Drs. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta: Gava Media.
Didik, Agus Prihananto 2013 Sikap Siswa Kelas Atas SD Negeri Ngawen Muntilan Terhadap Kebersihan Pribadi. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta. Djam’an Satori, M.A., Prof. Dr., Aan Komariah, M.Pd., Dr. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hartono, Bayu. 2015. Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Asesmen Portofolio untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika dan Sikap Spiritual Tema Cita-citaku Siswa Kelas IV SD. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Peradaban Indonesia: Buku Guru. Jakarta : Kemendikbud. Kurniasih, Imas, Dan Sani, Berlin. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 : Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Majid, Andul. 2014 Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Rubrik Penilaian Kurikulum 2013. Tersedia pada https://hariyy.wordpress.com/2014/05/ 03/rubrik-penilaian-kurikulum-2013/ (8/01/2015) Sudarma, I Komang. 2012. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran dan Pengetahuan Awal terhadap Pemahaman Konsep Sains dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V di Sekolah Dasar. Disertasi, Program Studi Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Sugiyono, Prof. Dr. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. ------- 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sunarti, M.Pd., Dr. 2014. penilaian dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: Andi. Wiartini, Ida Ayu Komang Mirah. 2014. Pengaruh Implementasi Pendekatan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Saintifik terhadap Sikap Sosial dan Hasil PKn di Kelas VI SD Jembatan Budaya, Kuta. Program Studi Pendidikan Dasar. Universitas Pendidikan Ganesha. Yunus Abidin, M.Pd., Dr. 2014. model pembelajaran Saintifik Proses dalam konteks kurikulum 2013. Jakarta: Aditama