e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
ANALISIS PRINSIP 5C DAN 7P DALAM PEMBERIAN KREDIT UNTUK MEMINIMALISIR KREDIT BERMASALAH DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS (STUDI KASUS PADA PT. BPR PASAR UMUM DENPASAR - BALI) 1I 1Nyoman
Gusti Bagus Fradita Anggriawan, Trisna Herawati, 2I Gusti Ayu Purnamawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1) Penerapan Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar, 2) Kendala-kendala dalam Penerapan Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di PT. BPR. Pasar Umum Denpasar Bali, Provinsi Bali. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Informan yang dipilih, yaitu Direktur, Kepala Bidang Kredit, Kepala Bidang Oprasional, Debitur. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, antara lain: 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data dan 3) Keabsahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) analisis 5C dan 7P ini dinilai sudah sangat efektif guna untuk mengetahui layak atau tidak layaknya kredit yang diberikan ke calon debitur, tetap melakukan pembinaan, mengecek langsung ke lokasi usaha debitur untuk mengetahui apa penyebab dari kredit bermasalah, keuntungan yang diperoleh terutama dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada debitur. 2) Untuk kendala-kendala yang di alami yaitu tanah yang belum bersertifikat yang dijadikan jaminan hak tanggungan dalam perjanjian kredit oleh debitur. Untuk faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah yaitu pertama nasabah mengalami penurunan omset penjualan usahanya, nasabah mengalami musibah terkena sakit, terkena PHK. Kendala-kendala penyebab utama dari kegagalan PT. BPR. Pasar Umum dalam meningkatkan profitabilitas karena adanya masalah pada kualitas asset yang bisa disebut kredit bermasalah (non performing loan / NPL). Kata kunci: Prinsip 5C, Prinsip 7P, Kredit Bermasalah, Profitabilitas
Abstract This study aimed at finding out, 1) the application of principle 5C and 7P in granting credit to minimize troubled credit and increase profitability AT PT. BPR. Pasar Umum Denpasar, 2) the constraints in application of principle 5C and 7P in granting credit to minimize troubled credit and increase profitability at PT. BPR. Pasar Umum Denpasar. This research used qualitative method. The location of this research was conducted at PT. BPR. Pasar Umum Denpasar, Bali Province. The data needed in this
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) research were primary and secondary data. The selected informants were namely director, head of credit devision, head of oprational devision, and debtor. Data collection techniques used were in-depth interview, observation, and document study. Data analysis was done through three stages namely: 1) data reduction, 2) data presentation and 3) data validity. The result of the research showed that 1) the analysis 5C and 7P was considered very effective in order to find out if proper credit was given to debtor candidate, to keep doing coaching, to check directly to the debtor business location to find out what causes the troubled credit, the profit obtained primarily in the form of interest received by the bank as the administrative cost of the credit imposed on the debtor. 2) For the constraint, it was uncertified land used as a guarantee of mortgage right in credit agreement by the debtor. The factors causing the occurrence of troubled credit were: the customers decreased the business turnover, the customers suffered from illness, the customers affected by dismissal. The main cause constraints of failure of PT. BPR. Pasar Umum in improving profitability due to a problem on the quality of asset called non-performing loans (NPL). Keywords: Principle 5C, Principle 7P, Troubled credit, Profitability
PENDAHULUAN Pengertian Bank Menurut UU No.10 Tahun (1998) ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan juga menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentukbentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan menurut Kasmir (2002) menyatakan bahwa tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah salah satu unsur pengembangan perekonomian juga sebagai lembaga yang berkewajiban turut serta memperlancar arus kegiatan dibidang ekonomi dan moneter, badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut UU Perbankan Nomor 7 Tahun (1992) adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Profitabilitas menurut Sartono (2001) yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa
profitabilitas ini, yang diperoleh bank dari penyaluran kredit tersebut berasal dari selisih antara bunga kredit dan bunga simpanan yang merupakan sumber pendapatan bank yang utama. Dalam pemberian kredit wajib melaksanakan langkah-langkah yang tepat saat melaksanakan mekanisme penyaluran dan pencairan kredit yaitu: tahap permohonan, investigasi, analisis, keputusan persetujuan atau penolakan permohonan, pencairan kredit, administrasi, pengawasan dan pembinaan serta pelunasan kredit. Kredit bermasalah menurut Mantayborbir (2002) ialah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan dan sebagainya. Suatu kredit dikatakan bermasalah karena debitur wanprestasi atau ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibanya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu. Meminimalisir kredit bermasalah menurut Lihani (2013) dalam kenyatan bisnis perbankan sehari-hari, kasus kredit bermasalah tidak dapat dihindari secara mutlak, namun setiap bank harus tetap berusaha untuk mencegah terulangnya kasus itu. Setiap karyawan bank yang jabatannya berkaitan dengan kegiatan perkreditan harus menyadari besarnya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) tanggung jawab untuk menekan sekecil mungkin risiko munculnya kasus kredit bermasalah. Kredit menurut UU No. 10 tahun (1998) merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Perkreditan menurut Untung (2000) yang merupakan kegiatan pokok perbankan, sarana penyaluran dana bank yang ditanamkan oleh pihak ketiga dengan persetujuan tertentu dalam bentuk besarnya pinjaman pokok yang diberikan, tingkat bunga pertahun dan jangka waktu pelunasannya. Oleh karena itu manajer bank harus mengadakan seleksi terhadap permohonan kredit. Halhal tersebut dapat dihindari sistem informasi akuntansi yang memadai dalam pemberian kredit diharapkan dapat menjamin bahwa dalam pelaksanaan pemberian kredit dapat terkendali dan mampu mencegah terjadinya kesalahan yang dapat merugikan bank dan dapat mencegah terjadinya pemberian kredit yang tidak sehat. PT. BPR. Pasar Umum ini merupakan salah satu BPR yang memiliki perkembangan sangat pesat, dibandingkan BPR yang ada di Denpasar. Dari 23 BPR yang ada di daerah Denpasar, BPR Pasar Umum termasuk dalam kelompok BPR yang memiliki jumlah debitur yang cukup banyak. Akan tetapi masih banyak debitur yang mengalami kesulitan dalam masalah pembayaran kredit, sehingga berdampak pada tingginya kredit bermasalah yang ada pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar – Bali. Penggunaan kredit tidak selamanya seperti yang diharapkan, terbatasnya dana yang tersedia dibandingkan dengan jumlah permintaan kredit merupakan masalah yang dihadapi oleh perbankan. Masalah lain yang sering terjadi kredit yang bermasalah antara lain kredit macet. Hal ini tentu saja akan
mengakibatkan kerugian bagi bank. Oleh karena itu manajer bank harus mengadakan seleksi terhadap permohonan kredit. Hal-hal tersebut dapat dihindari sistem informasi akuntansi yang memadai dalam pemberian kredit diharapkan dapat menjamin bahwa dalam pelaksanaan pemberian kredit dapat terkendali dan mampu mencegah terjadinya kesalahan yang dapat merugikan bank dan dapat mencegah terjadinya pemberian kredit yang tidak sehat. Untuk tercapainya tujuan tersebut bank memerlukan sistem informasi yang baik sehingga kredit tersebut tidak bermasalah, dalam hal ini bank harus hatihati dalam memberikan kredit kepada nasabahnya dengan cara memperhatikan dengan cara memperhatikan prinsipprinsip kredit, yaitu: 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy), dan 7P (personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, dan protection), serta 3R (returns, repayment, dan risk bearing ability). Karena jika sebuah sistem pemberian kredit ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan maka sudah barang tentu kredit bermasalah ini dapat diminimalisir dan diharapkan pula dapat meningkatkan profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum ini. Berkaitan dengan hal tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana Penerapan Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar ? (2) Bagaimana kendala-kendala dalam Penerapan Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar ? METODE Rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini memberikan penjelasan atau gambaran mengenai Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Denpasar. Penelitian ini diawali dengan observasi awal yang dilakukan pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar. Dari observasi ini akan dihasilkan beberapa masalah yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi dan metode wawancara, sedangkan untuk sumber data yang dikumpulkan adalah dari data primer dan sekunder. Penelitian ini dilaksanakaan di PT. BPR. Pasar Umum Denpasar. Informan penelitian dipilih berdasarkan atas pertimbangan atau kriteria tertentu dari peneliti, dengan harapan mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Penetapan informan dalam penelitian ini berdasarkan anggapan bahwa informan dapat memberikan informasi yang diinginkan penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian. Informan dalam penelitian ini antara lain Direktur, Kepala Bidang Kredit, Kepala Bidang Oprasional, Debitur yang mengalami masalah dalam pengembalian kredit di PT. BPR. Pasar Umum Denpasar. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan beberapa teknik, antara lain: (1) Wawancara Mendalam. (2) Observasi. (3) Studi Dokumentasi. Reduksi data meliputi berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempertajam analisis. Reduski pada hasil wawancara ini dilakukan dengan menghilangkan jawaban-jawaban dan informasi yang keluar dari konteks pertanyaan pedoman wawancara. Penyajian data (data display), karena data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya verifikasi dan pengambilan tindakan maka penyajian data ini digunakan dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap konteks penelitian. Penyajian data dilakukan terhadap data yang diperoleh melalui proses wawancara, studi dokumentasi maupun observasi. Keabsahan data digunakan empat kriteria, yaitu: 1. Kepercayaan (credibility) (1) Kriteria derajat kepercayaan (2) Ketekunan Pengamatan. (3) Triangulasi. 2. Keteralihan (Transferability) 3.
Kebergantungan (Dependbility) Kepastian (Confirmability).
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas Pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko (uangnya tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. 5C terdiri dari (Character) watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. (Capacity) kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk mengembalikan pinjaman. (Capital) kreditur dapat menilai modal debitur, semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya. (Collaterral) jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya. (Condition) kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya. Sedangkan 7P terdiri dari (Personality) yaitu mencakup, sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. (Party) yaitu termasuk klasifikasi nasabah berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Karena pemberian kredit untuk pengusaha modal besar dengan pengusaha modal kecil sangat berbeda. (Purpose) yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kerdit. (Prospect) yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak. (Payment) merupakan ukuran dari sumber
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) penghasilan apa saja yang diperolehnya untuk mengembalikan kerdit, karena semakin banyak sumber penghasilan debitur maka semakin baik. (Profitability) untuk mengetahui bagaimana cara nasabah dalam menghasilkan laba, dapat diukur dari periode ke periode apa tetap sama atau akan meningkat. (Protection) tujuannya untuk bagaimana mendapat kredit yang diberikan oleh bank namun melalui suatu perlindungan yang dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. Menurut Dewa Putu Sudiarka Kepala Bidang Kredit PT. BPR. Pasar Umum, dalam wawancara yang dilakukan mengenai prinsip 5C dan 7P sebagai berikut. “oh dalam pemberian kreditnya dik gih (ya), disini menggunakan analisis prinsip 5C dan 7P. Pertama dari prinsip 5C itu dari pihak bank akan menganalisis wataknya (character) bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari pemohon, kemudian analisis kemampuan (capacity) untuk mendapatkan gambaran akan kemampuan pemohon didalam mengelola usahanya, dalam analisis modal (capital) yaitu mengukur kemampuan usaha pemohon untuk mendukung pembiayaan dengan modal sendiri. Jadi semakin besar kemampuan modal berarti semakin besar porsi pembiayaan yang didukung oleh modal sendiri atau sebaliknya, untuk analisis agunan (collateral) ditinjau dari aspek ekonomi agunan dapat diperjual belikan secara umum dan bebas, nilainya lebih besar dibandingkan kreditnya. Ditinjau dari aspek hukum agunan harus benar-benar milik nasabah, tidak dalam sengketa, memiliki bukti kepemilikan yang sah dan masih berlaku serta agunan dalam kondisi bebas (tanpa penguasaan pihak lain). Analisis kondisi (condition) ini untuk menilai/prospek langsung ke
lapangan guna melihat secara langsung kondisi usaha debitur. Yang kedua mengenai prinsip 7P nya langkah pertama (Personality) pihak bank akan mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, usaha). (Party) bertujuan untuk mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas kredit. (Purpose) mencari data mengenai tujuan atau keperluan nasabah dalam penggunaan kredit. (Prospect) untuk mengetahui dari perkembangan usaha peminjam selama beberapa bulan/tahun. (Payment) untuk mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan ke nasabah. (Profitability) menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur, bagaimana kedepannya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya. (Protection) itu untuk berjaga-jaga jika terjadi hal-hal yang tidak diduga sebelumnya, jadi disini bank perlu untuk melindungi kredit yang diberikan dengan jalan meminta jaminan barang atau jaminan asuransi dari debiturnya. Apabila semua syarat sudah terpenuhi akan langsung ke tahap berikutnya yaitu tahap prosedur dalam pemberian kredit hingga sampai tahap pencairan fasilitas kredit. Kurang lebih seperti itu dik.” Agar pelaksanaan kredit dapat berjalan dengan lancar, diperlukan adanya pembinaan dan pengawasan, analisis 5C dan 7P ini dinilai sudah sangat efektif guna untuk mengetahui layak atau tidak layaknya kredit yang diberikan ke calon debitur, sehingga kemungkinan kredit macet tersebut relatif kecil. Setiap penyaluran kredit oleh bank tentu mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan manusia dalam
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi ‘lingkungan’ yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini. Beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh bank dalam menekan atau mengurangi seminimal mungkin resiko pemberian kreditnya. Meminimalisir kredit bermasalah dalam penelitian ini sebagai berikut. Kenyatan bisnis perbankan seharihari dan kasus kredit bermasalah tidak dapat dihindari secara mutlak, namun setiap bank harus tetap berusaha untuk mencegah terulangnya kasus itu. Setiap karyawan bank yang jabatannya berkaitan dengan kegiatan perkreditan harus menyadari besarnya tanggung jawab untuk menekan sekecil mungkin risiko munculnya kasus kredit bermasalah. Dengan perkataan lain, walaupun kegiatan perkreditan memiliki sasaran untuk mengoptimalkan pendapatan bank, namun juga harus dapat mengendalikan dan meminimalkan risiko kasus kredit bermasalah. Upaya pengendalian dan meminimalkan risiko timbulnya kredit bermasalah dapat dilaksanakan dengan jalan menerapkan asas manajemen kredit yang sehat yang mencerminkan secara tegas penerapan prinsip kehati-hatian. Agar dapat menerapkan asas manajemen kredit yang sehat, bank harus mempunyai organisasi yang sehat pula. Oleh karena itu, dalam kebijaksanaan penyaluran kredit, wajib dicantumkan hal-hal yang bersangkutan dengan organisasi perkreditan. Dalam wawancara dengan Bapak Dewa Putu Sudiarka selaku Kepala Bidang Kredit PT. BPR. Pasar Umum, dalam wawancara menjelaskan mengenai meminimalisir kredit bermasalah sebagai berikut. “disini tetap melakukan pembinaan dan pengawasan, serta mengecek
langsung ke lokasi usaha debitur untuk mengetahui apa penyebab dari kredit bermasalah ini, sehingga cara untuk meminimalkan risiko timbulnya kredit bermasalah dapat dilaksanakan dengan penyelamatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu penjadwalan kembali yang pertama memperpanjang waktu kredit dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit, baik dalam jangka waktu pelunasan bunga maupun pelunasan utang pokok. Sehingga debitur punya waktu untuk membayar kreditnya. Kedua memperpanjang jangka waktu angsuran, ini hampir sama dengan memperpanjang jangka waktu kredit. Tetapi jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu akan mempengaruhi jumlah angsuran yang harus dibayar. Jumlah angsuran pun mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran seperti itu.” Beliau mengatakan setelah debitur dibina dan di awasi, kedepannya apabila debitur masih saja melakukan tunggakan kredit yang tak ujung selesai menuntaskan kewajiban pembayaran kreditnya maka dari pihak bank akan menggunakan agunan (jaminan) dari debitur dan agunan ini kami lelang di pengadilan, jika agunan tersebut sudah ada pembelinya maka dana akan dicairkan dan kami akan mengambil dana yang sesuai tunggakan kredit debitur tersebut hingga sampai lunas, kemudian sisa dana lelang agunan tersebut kami kembalikan kepada debitur. Karena nilai agunan itu biasanya lebih besar nilainya ketimbang pinjaman kredit. Dengan demikian meminimalisir kredit bermasalah dapat teratasi dan kami disini juga tidak mengalami kerugian.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Tabel 4.2.1 Data Perbandingan Kolektibilitas Kredit Uraian
2015 2016 Nilai (Rp) Nilai (Rp) Lancar 738.824.500 38.743.217.505 Kurang Lancar 533.102.530 433.054.835 Diragukan 167.660.370 188.877.220 Macet 35.408.978.080 1.280.053.545 Jumlah 36.109.740.980 40.654.203.103 Sumber : PT. BPR. Pasar Umum Denpasar Dari data yang di dapat oleh peneliti diketahui bahwa setelah PT. BPR. Pasar Umum Denpasar memaksimalkan pelaksanaan analisis 5C dan 7P, maka kolektibilitas dari kredit yang disalurkan pada tahun 2016 dapat ditingkatkan dan dapat menekan tingkat kredit kurang lancar hingga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya (2015), namun kredit yang diragukan kembali naik sedikit pada tahun 2016, sedangkan kredit macetnya mengalami penurunan drastis dari tahun 2015-2016. Manajemen kredit yang diterapkan pada PT. BPR. Pasar Umum dalam mengelola kreditnya adalah perencanaan kredit, Prosedur Pemberian Kredit, Analisa Pemberian Kredit, dan Pengawasan Kredit. Upaya-upaya yang dilakukan BPR dalam meningkatkan profitabilitas adalah dengan memacu kredit yang disalurkan kepada nasabah, memberikan tanggung jawab kepada setiap AO, mengadakan analisis 5C dan 7P terhadap calon nasabah. Salah satu cara yang paling masuk akal untuk meningkatkan profitabilitas adalah dengan melakukan pengurangan atau pengontrolan terhadap beban-beban perusahaan. Keuntungan dari melakukan pengendalian atas beban perusahaan adalah karena beban perusahaan memotong hampir setengah dari keuntungan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau profit yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki pada tingkat yang dapat diterima. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha
Keterangan Naik Turun Naik Turun
mempertahankan kelangsungan hidup dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang. I Ketut Darmawisata Kepala Bidang Oprasional PT. BPR. Pasar Umum, mengenai meningkatkan profitabilitas perusahaan dalam wawancara mengatakan: “kita disini upaya atau cara untuk mendapatkan keuntungan yang diperoleh bank sebagian besar itu bersumber dari kredit yang dipinjamkan/disalurkan. Kemudian tingkat keuntungan ini sangat tergantung pada kelancaran kredit yang diberikan kepada debitur. Akan tetapi bila terjadi kredit bermasalah disini yang mengarah pada kredit macet dan merugikan, maka tingkat profitabilitas pasti akan terganggu.” Mencari keuntungan yang bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum ini agar memperoleh hasil dari pemberian kredit yang diberikan kepada debitur. Keuntungan yang diperoleh disini terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada debitur. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank yang terus-menerus sehingga bank tidak mengalami kerugian, jadi kemungkinan besar bank semakin lancar dalam aktifitasnya dalam memperoleh keuntungan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Kendala-kendala dalam Penerapan Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas Pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar Mekanisme analisis penyaluran kredit juga menjadi salah satu bahan penganalisaan. Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan ialah proses penilaian kredit yang sudah dijalankan oleh PT. BPR. Pasar Umum masih perlu untuk lebih berhati-hati, dan mengenai kesesuaian analisis 5C dan 7P yang belum diperhatikan dengan baik oleh PT. BPR. Pasar Umum. Saat proses penilaian kredit diharapkan untuk lebih memperhatikan lagi dan benar-benar menerapkan prinsip kehati-hatian. A.A Gde Suarbawa selaku Direktur PT. BPR. Pasar Umum, dalam wawancara menjelaskan mengenai kendala-kendala dalam penerapan prinsip 5C dan 7P yang sering dihadapi dalam pemberian kredit oleh PT. BPR. Pasar Umum sebagai berikut. “untuk kendala-kendala serius yang kita alami disini yaitu tanah yang belum bersertifikat dik yang dijadikan jaminan hak tanggungan dalam perjanjian kredit oleh debitur. Sehingga bank tidak menerima kredit dengan jaminan tanah yang belum memiliki sertifikat. PT. BPR. Pasar Umum sangat ketat untuk memproleh kredit guna demi menekan sekecil mungkin terjadinya kredit bermasalah agar tidak terjadi kerugian pada bank.” Adapun contoh dari kendalakendala dalam penerepan prinsip 5C dan 7P dalam pemberian kredit sebagai berikut : Berawal dari segi watak calon debitur ada keinginan untuk tidak membayar kewajibannya, kemampuan calon debitur dianalisis tidak mampu memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Kalau ia mampu memimpin perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berdiri. Dari segi modal calon debitur dianalisis struktur
modalnya yang terlihat dari neraca lajur perusahaan mengenai besar modalnya kurang mencukupi target. Kondisi juga di analisis terhadap yang melingkupi perusahaan calon debitur kurang memenuhi syarat karena diniliai kurang dan tidak layak hal ini yang harus diperhatikan sebelum diberikan pinjaman kredit tetap harus menggunakan prinsip kehati-hatian dan berjaga-jaga, calon debitur menyerahkan jaminan, namun nilai jaminannya lebih kecil dari jumlah pinjaman kredit itu sudah menjadi masalah, dan sudah tidak layak untuk diberikan fasilitas pinjaman kredit. Kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya kurang baik, keadaan keluarga juga kurang harmonis sehingga kreditur semakin tidak yakin kepada calon debiturnya, dari segi sosial jarang bergaul dan berinteraksi, serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam. Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Itupun tujuan digunakan kreditnya tidak digunakan dengan tidak baik, dan ujungujungnya debitur tidak mau untuk melakukan pembayaran kembali. Kreditur menganalisis data tentang harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam. Kedepannya usaha ini tidak akan berkembang karena banyaknya seperti membuka usaha tempat makan, persaingan dan kurangnya inovasi baru untuk membuat suatu produk agar pelanggan banyak yang menyukainya. Sebagian pemberi pinjaman termasuk kreditur umum, mengatakan bahwa banyak peminjam yang mempunyai sedikit sifat maling dari dalam hati kecilnya. Tetapi kelihatannya alasan utama adanya kredit bermasalah dan kemungkinan kerugian adalah ketidakmampuan peminjam untuk mewujudkan pendapatan dari kegiatan bisnis yang normal. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah yaitu sebagai berikut: (1) kreditur memiliki kemampuan teknis yang kurang, (2) Kreditur terlalu mengejar target (3) Kreditur terlalu melihat riwayat nasabah, (4) Kreditur terlalu melihat agunan atau terlampau mementingkan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) jaminan, (5) Kreditur terlalu besar memberikan kredit, (6) Kreditur terlalu sedikit memberikan kredit, (7) Nasabah melarikan diri, (8) Nasabah memalsukan catatan dan pembukuan, (9) Perusahaan nasabah sulit berkemban, (10) Nasabah dan kreditur melakukan kolusi. Dalam wawancara kepada A.A. Gde Suarbawa selaku Direktur PT. BPR. Pasar Umum, mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah yaitu sebagai berikut. “untuk faktor-faktor yang menyebabkan sering terjadinya kredit bermasalah yaitu pertama nasabah mengalami penurunan omset penjualan dalam usahanya, kemudian nasabah mengalami musibah terkena sakit hingga sampai (opnama) sehingga nasabah kesulitan untuk mengelola usahanya yang mengakibatkan tunggakan pembayaran angsuran kredit, selanjutnya nasabahnya itu nakal dik ada kemampuan membayar, namun tidak mau membayar, ada juga yang kena PHK dik. Seperti itu.” Selain itu, menurut Alwi Assegaf Debitur yang mengalami masalah dalam pengembalian kredit di PT. BPR. Pasar Umum Denpasar, dalam wawancara mengatakan:
“iya pernah dik, penyebabnya saya mengalami keterlambatan dalam pembayaran angsuran kredit, dikarenakan pendapatan yang menurun. Usaha yang dijalankan dengan menggunakan modal pinjaman dari PT. BPR. Pasar Umum mengalami kerugian yang menyebabkan kesulitan bagi saya untuk melunasi kreditnya dan tingginya suku bunga kredit disetiap pembayaran angsuran perbulannya yang menyebabkan pinjaman kredit ini menjadi bermasalah.” Sebagai contoh dalam faktor internal yang menjadi kendala dalam meminimalisir kredit bermasalah pada PT. BPR. Pasar Umum yaitu : kebijakan perkreditan yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau pegawai kreditur, lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya sistem informasi kredit bermasalah. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi kendala dalam meminimalisir kredit bermasalah pada PT. BPR. Pasar Umum adalah : kegagalan usaha debitur, musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan usaha debitur seperti : sakit yang berlarutlarut tak ujung sembuh, terkena bencana alam sehingga perekonomian semakin menurun, tingginya suku bunga kredit.
Tabel 4.2.2 Jumlah Data Kredit Bermasalah No
Tahun
Jumlah Jumlah Kredit Debitur Disalurkan 1 2013 381 25.619.966.675,00 2 2014 321 27.580.246.160,00 3 2015 342 36.109.740.980,00 4 2016 370 40.654.203.105,00 Sumber : PT. BPR. Pasar Umum Denpasar Dari data yang di dapat oleh peneliti disimpulkan bahwa pada tahun 2013 jumlah debiturnya paling tinggi yaitu sejumlah 381 orang, jumlah kredit yang disalurkan sebesar 25 miliar sedangkan jumlah kredit macet sebesar 24 miliar,
Jumlah Kredit Macet 24.980.164.740,00 27.218.633.035,00 35.408.978.080,00 1.280.053.545,00
Persentase 97,5% 98,7% 98% 3,14
Selanjutnya ditahun 2014 jumlah debiturnya menurun sejumlah 321 orang, akan tetapi jumlah kredit yang disalurkan meningkat sebesar 27 miliar dan kredit macetnya pun meningkat pula dari tahun 2013-2014. Tahun 2015 jumlah debitur
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) menurun sejumlah 342 orang namun jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan pesat sebesar 36 miliar, jumlah kredit macetnya juga semakin besar menjadi 35 miliar. Untuk ditahun 2016 sesuai data yang direoleh peneliti jumlah debiturnya kembali meningkat sebesar 370 orang, jumlah kredit yang disalurkan terus meningkat menjadi 40 milar, namun untuk jumlah kredit macetnya bisa ditekan menjadi 1 miliar saja dan berdampak positif bagi bank karena sudah memaksimalkan kelancaran aktifitas kredit dan menekan timbulnya terjadi kasus kredit bermasalah. Analisis kemampuan dalam menghasilkan laba ditunjukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen, profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan. Menurut Megawati (2005) kendala-kendala dalam upaya meningkatkan profitabilitas bank sebagai berikut. Bank merupakan organisasi bisnis berbasis keuntungan dalam meningkatkan profitabilitas. Namun, di samping memperoleh pendapatan yang besar, bank juga memiliki biaya yang selalu dikeluarkan secara rutin. Biaya ini digunakan untuk menjalankan dan memperlancar kegiatan operasional bank. Hal ini harus diperhatikan oleh bank karena biaya yang melebihi pendapatan akan menghasilkan suatu masalah. Bila dibiarkan, bank akan menjadi tidak produktif lagi dalam hal menghasilkan laba. I Ketut Darmawisata Kepala Bidang Oprasional PT. BPR. Pasar Umum, dalam wawancara mempertegas mengenai kendala-kendala dalam upaya meningkatkan profitabilitas sebagai berikut. “kalau mengenai kendala-kendala nya, penyebab utama dari kegagalan PT. BPR. Pasar Umum
dalam meningkatkan profitabilitas karena adanya masalah pada kualitas asset yang bisa disebut kredit bermasalah (non performing loan / NPL). Pertumbuhan yang terlalu cepat untuk mencapai target membawa kearah pengabaian standar kualitas kredit yang sehat dan resiko kerugiannya. Jadi kualitas asset yang buruk atau kredit bermasalah, contohnya seperti lalai dalam penerapan standar kredit biasanya pengabaian penerapan standar kredit disebabkan karena keinginan untuk melakukan pertumbuhan kredit yang sangat tepat. Kemudian kekeliruan, korupsi, investasi yang tidak sah dan penipuan yang terkait dengan pemberian kredit seperti kredit telah diberikan tetapi dokumen kredit yang seharusnya ada tidak lengkap atau palsu.” Mengenai analisis kendala-kendala dalam meningkatkan profitabilitas pada PT. BPR. Pasar Umum ini penelti dapat memberikan contoh sebagai berikut: kemampuan bank dalam memberikan pinjaman kredit ke masyarakat harus diimbangi dengan banyaknya simpanan yang diperoleh bank. Jadi bank tidak bisa berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya penerimaan uang dalam bentuk simpanan. Tetapi, bank juga tidak dapat memaksimalkan labanya hanya dengan menerima simpanan dari masyarakat. Apabila pinjaman yang diberikan kepada masyarakat terlalu besar, maka bank akan bermasalah dengan jumlah simpanan uang yang ada di bank, seahingga bank tidak bisa memanfaatkan uang simpanan tersebut untuk menghasilkan laba. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari permasalahan-permasalahan pokok yang telah dijelaskan pada BAB sebelumnya dan dikaitkan dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan ke narasumber mengenai analisis prinsip 5C dan 7P dalam
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) pemberian kredit untuk meminimalisir kredit bermasalah dan meningkatkan profitabilitas pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Pasar Umum Denpasar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Penerapan Prinsip 5C dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas Pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar Cara untuk meminimalisir kredit bermasalah di PT. BPR. Pasar Umum yaitu tetap melakukan pembinaan, mengecek langsung ke lokasi usaha debitur untuk mengetahui apa penyebab dari kredit bermasalah ini, sehingga cara untuk meminimalkan risiko timbulnya kredit bermasalah dapat dilaksanakan dengan penyelamatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu penjadwalan kembali yang pertama memperpanjang waktu kredit dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit, baik dalam jangka waktu pelunasan bunga maupun pelunasan utang pokok. Kedua memperpanjang jangka waktu angsuran, ini hampir sama dengan memperpanjang jangka waktu kredit. Tetapi jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu akan mempengaruhi jumlah angsuran yang harus dibayar. Upaya atau cara untuk mendapatkan keuntungan yang diperoleh bank sebagian besar itu bersumber dari kredit yang dipinjamkan/disalurkan. Kemudian tingkat keuntungan ini sangat tergantung pada kelancaran kredit yang diberikan kepada debitur. Akan tetapi bila terjadi kredit bermasalah disini yang mengarah pada kredit macet dan merugikan, maka tingkat profitabilitas pasti akan terganggu. Kendala-kendala dalam Penerapan Prinsip 5C Dan 7P dalam Pemberian Kredit untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah dan Meningkatkan Profitabilitas Pada PT. BPR. Pasar Umum Denpasar Faktor-faktor yang menyebabkan sering terjadinya kredit bermasalah yaitu
pertama nasabah mengalami penurunan omset penjualan dalam usahanya, kemudian nasabah mengalami musibah terkena sakit hingga sampai (opnama) sehingga nasabah kesulitan untuk mengelola usahanya yang mengakibatkan tunggakan pembayaran angsuran kredit, selanjutnya nasabahnya itu nakal ada kemampuan membayar, namun tidak mau membayar, ada juga yang kena PHK. Pendapat dari debitur dalam hasil wawancara penyebabnya adalah debitur mengalami keterlambatan dalam pembayaran angsuran kredit, dikarenakan pendapatan yang menurun. Usaha yang dijalankan dengan menggunakan modal pinjaman dari PT. BPR. Pasar Umum mengalami kerugian yang menyebabkan kesulitan bagi debitur untuk melunasi kreditnya dan tingginya suku bunga kredit disetiap pembayaran angsuran perbulannya yang menyebabkan pinjaman kredit ini menjadi bermasalah. Penyebab utama dari kegagalan BPR itu dalam meningkatkan profitabilitas karena adanya masalah pada kualitas asset yang bisa disebut kredit bermasalah (non performing loan / NPL). Pertumbuhan yang terlalu cepat untuk mencapai target membawa kearah pengabaian standar kualitas kredit yang sehat dan kosekuensi kerugiannya. Jadi kualitas asset yang buruk atau kredit bermasalah, contohnya seperti lalai dalam penerapan standar kredit biasanya pengabaian penerapan standar kredit disebabkan karena keinginan untuk melakukan pertumbuhan kredit yang sangat tepat. Saran Dari kesimpulan penelitian ini, terdapat masalah dalam penerapan prinsip 5C dan 7P dalam pemberian kredit untuk meminimalisir kredit bermasalah dan meningkatkan profitabilitas, sehingga adapun saran yang diberikan sebagai berikut : Diharapkan saat proses penilaian kredit untuk lebih memperhatikan lagi dan benar-benar menerapkan prinsip kehatihatian. Pada penganalisaan aspek capital diharapkan bisa dibedakan dengan saat menganalisa aspek condition of economy. Penganalisaan capital sebaiknya lebih
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) difokuskan pada modal yang calon debitur kucurkan khusus untuk usaha. Perlu ditambahnya jumlah personil pada Account Officer. Pengisian data calon debitur pada formulir pengajuan pinjaman harusnya dilakukan oleh calon debitur itu sendiri, untuk mencegah terjadinya penyimpangan data yang dapat menimbulkan kerugian pada pihak bank. Pelaksanaan kunjungan atau inspeksi on the spot sebaiknya dilakukan dengan frekuensi lebih sering, Pengawasan pada debitur perlu dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk mengetahui secara dini permasalahan yang mungkin timbul dan membantu mencari jalan keluarnya.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Rahmadewi. 2014. Analisis Pengelolaan Kredit Untuk Meningkatkan Likuiditas Dan Profitabilitas (Studi Pada PT. BPR Wlingi Pahala Pakto). E-Journal Administrasi Bisnis. Vol.12, No.2, Hal:79-93. Lihani, Rafika. 2013. Analisis Manajemen Kredit Guna Meminimalkan Risiko Kredit (Studi Pada PD. BPR Bkk Tasikmadu Karanganyar). Skripsi. Surakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret. Mahmoeddin, As. 2002. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: PT. Sinar Multi Press.
Moleong. 2005. Metodologi Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Cetakan ke-3, Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat. Purnama, Ayu. 2013. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pada PT. Pegadaian Cabang Singaraja. E-Journal Akuntansi Profesi. Vol.3, No.2, Hal:162-170. Purnama, Ayu. 2015. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit, Kredit Bermasalah, Perputaran Kas , Volume Penjualan, Profit Margin Dan Struktur Finansial Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Tejakula Periode 2010-2013. E-Journal S1 Ak. Vol.3, No.1, (Hal:1-12). Puspitaningtyas, Ayu. 2012. Analisis Prinsip 5C dan 7P Pada Penyaluran Kredit di PT. BPR Antar Rumeksa Arta Karanganyar. Skripsi. Surakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret. Setiawan, Adi. 2013. Analisis Manajemen Kredit Dalam Meningkatkan Profitabilitas (Studi Pada PT. BPR XXX Singosari Malang Periode 2009-2012). Skripsi. Malang. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Islam.