HUBUNGAN SENSA nON SEEKING DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Universitas Islam Neg"rl SYARIf HIOAYAiUllAH JAKARTA
Oleh:
FACHDI AMANTA NIM : 203070001463",
_._.
,
l'gl. Clio. 1",lul< :
k'"lI1luts! :
,
.!Q,~,::::.J.1::.:::Jl::!:.1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA 1430 H 12009 M
.....
"k.??: L:k:.::Q.£L._...."...
FAKULTAS PSIKOLOGI NON REGULER SYARIF HIDAYATULLAH
__.--
.,..,.- ", _ _•...
b
·l"E~PVST C
MAANUlNIM
UIN SY ~ID J}.~1 A
·1
HUBUNGAN SENSATION SEE NG DENGAN PRESTAJ AKADEMIK PADA MAHASISWA UIN JAKARTA Skripsi Oiajukan kepada·Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oi Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Ikhwan Lutfi, M,SI NIP. 150 368 809
Oisusun oleh :
Fachdi Amanta NIM : 203070001463
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi
yang
PRESTASI
berjudul
HUBUNGAN
AKADEMIK
SENSA nON SEEKING DENGAN
MAHASISWA
FAKULTAS
PSIKOLOGI
(UIN)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 23 Juni 2009 Sidang Munaqasyah
Dekanl Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekanl Sekretaris Merangkap Anggota
/'~
Drn,b~s;
Jahja Umar, Ph.D NIP, 130885522
NIP. 150215283
Anggota: Penguji II
Dr. iana Mutiah, M. Si NIP. 150277 469
Ikhwan Lutfi, M. Si NIP. 150368809
Pembimbing ~
.~ ... ~~-
~. . .,,"
- Ikhwan Lutfi, M.Si NIP. 150368809
1II
PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama: Fachdi Amanta NIM
: 203070001463
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Hubungan Sensation Seeking dengan Prestasi Akademi Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta" adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiatdalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 23 Juni 2009
Fachdi Amanta 204070001463
MOTTO Keajaiban selalu ada pada diri Manusia ..
Jika bta pernah mengalami keajaiban
.
Maka percayalah itu adalah kehendakNya
.
Keajaiban bagai sebuah misteri kehidupan..... Yang bisa bta alami di Iuar Iogika... Terimalah keaiaiban atas sebuah KEBERHASlLAN ..... Dan Katakan Syukuy PadaNya.....
Biarkanlah Misteri berjalan di atas Keajaiban ....
" Satu Rasa Satu Hati "
Karya ini Kupersembahkan untuk Keluarga terbaikku Kekasih hatiku Sahabat setiaku
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Juni 2009 (C) Fachdi Amanta (D) Hubungan Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi U/N Jakarta. (E) 83 halaman (F) Belajar merupakan penga/aman seseorang sepanjang usianya yang mempengaruhi seluruh proses tingkah laku. Kepribadian seseorang turut serta mempengaruhi proses be/ajar, salah satunya kepribadian Sensation Seeking. Kepribadian seseorang dalam proses be/ajar secara pendidikan formal (Perguruan tinggi) menghasilkan suatu nilai atau hasil evaluasi belajar yang disebut dengan prestasi akademik. Kepribadian Sensation Seeking adalah sebuah perilaku yang menjelaskan tentang penekanan pada pencarian ide yang bervariasi, impulsif, komplek, sensasi hebat serta pengalaman dan keinginan yang mengandung resiko. Kegiatan dari sensation seeking sendiri merupakan bentuk pengalaman yang menyenangkan bagi orang tertentu dengan berusaha memaksimalkan arousal dan memacu adrenalin mereka menjadi aktif sehingga dengan ketegangan yang mereka rasakan mendatangkan rasa puas dan bahagia saat mereka dapat melewati masa kritis tersebut. Prestasi akademik merupakan hasH kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hubungan antara sensation seeking dengan prestasi akademik. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada/ah pendekatan kuantitatif dengan metode pene/itian korelasi. Jumlah populasi da/am penelitian ini adalah 518 mahasiswa sedangkan yang menjadi sampel penelitian sebanyak 30 mahasiswa. Instrumen pengumpulan data ada/ah Skala modellikert. Bentuk pengolahan dan analisa data menggunakan ana lisa statistika dengan menggunakan program SPSS 11.5, pada uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson dan untuk menguji reliabilitas instrument dengan Alpha Cronbach. Dan untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan Product Moment.
.
Jum lahJte.l1lYang_'lalkiuntuk..skaJa..sensation-seeking..29-item-Q8R--- ---------Reliabilitas skala sensation seeking adalah 0.235. Dari penelitian berdasarkan hasH uji hipotesis dari Pearson terhadap skar sensation seeking diketahui r hitung (0,235) < dari r tabel (0,355). Hubungan ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara sensation seeking dengan prestasi akademik. Diskusi dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa suatu penelitian yang menyatakan bahwa rutinitas kelas yang membasankan dapat meyebabkan rasa bosan yang kuat pada pencari sensasi tinggi yang sangat rentan pada perhatian yang terus menerus, karena itu membuka jalan tirnbulnya perHaku yang bermasalah seperti gelisah, banyak bicara dan menggangu (Blum et ai, 2000). Tinggi rendahnya sensation seeking seeorang dipengaruhi juga oleh faktor internal dan eksternal, berikut berdasarkan penelilian yang dilakukan Eysenck (Schultz & Schultz, 2005) dinyatakan bahwa 58% dari trait sensation seeking disumbangkan oleh faktar genetik. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak jumlah sampel sehingga dapat mewakili populasi yang dituju dan untuk menghindari proporsi sampel yang tidak seimbang.
(G) Bahan Bacaan: 32 buku (1978-2008) + 8 website
KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta" Salawat serta salam semoga tetap Allah Iimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar, Ph.D yang telah banyak memberikan pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 2. Pembimbing Akademik Bapak Abdurahman Saleh M.Si, atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan. 3. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Si, atas segala bimbingan, saran, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Pembin'lbing seminar skripsi, Bapak Ikhwan Lutfi, M.Si, yang tidak pernah bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan saran yang membangun, motivasi, sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini. 5. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan i1mu kepada penulis. 6. Seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. 7. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Papa, Mama, dan Keluarga yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa, Ginta dan kasih yang tulus kepada penulis. 8. Seluruh keluarga besar Bapak Mukri Nasution yang telah memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Seluruh sahabat di Fakultas Psikologi angkatan 2003, atas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan. 10. Sahabat terdekat dan Band Fortuna (Ihsan, ady, Lutfi, zaki, amir, abdu, elina, faiin, RizQ, ita, elin, dan semua yang tak terlupakan), atas segala motivasi dan waktu yang di sediakan untuk berbagi di setiap kesempatan.
11. Lia marlia yang selalu siap membantu dan selalu memberi motivasi kepada penulis. Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait. Untuk kesempurnaan karya ini, penulis harapkan saran dan kritiknya. Jakarta, 23 Juni 2009
Penulis
DAFTAR 151
HALAMAN JUDUL
.
HALAMAN PERSETUJUAN
.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN......................................................................
iii
MOTTO.....................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN
v
HALAMAN
ABSTRAKSI
;.
KATAPENGANTAR
viii
x
DAFTAR lSI
xiv
DAFTAR TABEL DAFTAR
vi
GAMBAR..................................................................................
xiv xiv
DAFTAR LAMPIRAN BAB1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
11
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah Pene/itian
12
1.4 TUjuan dan Manfaat Penelitian
13
1.5 Sistematika Penulisan
14
x
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1
Sensation seeking..
15
2.1.1 Pengertian Sensation seeking
15
2.1.2 Komponen atau sensation seeking
18
2.1.3 Karakteristik sensation seeking
20
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi sensation seeking
28
2.2 Prestasi belajar/akademik 2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar/Akademik
34 34
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik 36 2.2.3 Cara Mengukur Prestasi Belajar...............................
46
2.2.4 Fungsi Prestasi Belajar.............................................
47
2.3 Mahasiswa
50
2.3.1 Definisi Mahasiswa...................................................
45
2.3.2 Tugas Mahasiswa
46
2.4 Kerangka Berpikir
48
2.5 Hipotesis
48
BAB 3 METODOLOGJ PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian
49
3.1.1 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian
50
3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel..............
51
3.2 Pengambilan Sampel Penelitian
52
3.2.1 Populasi dan Sampel ..
52
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
53
3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................
54
3.3.1 Instrumen Penelitian
55
3.3.2 Skala
56
3.4 Teknik Uji Instrumen
57
3.4.1 Uji Validitas
57
3.4.2 Uji Reliabilitas
61
3.4.3 Uji Normalitas.
63
3.4.4 Uji Homogenitas.......................................................
64
3.4.5 Uji Hipotesis
64
3.5 Prosedur Penelitian
66
3.5.1 Tahap Persiapan
66
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
66
3.5.3 Tahap Pengolahan Data
67
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Responden
68
4.1.1 Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin
68
4.1.2 Gambaran Umum Berdasarkan Usia
69
4.1.3 Gambaran Umum Berdasarkan Semester
70
""
4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Indeks Prestasi 4.2 Presentasi Data 4.2.1 Uji Norma/itas .., 4.2.2 Uji Homogenitas
,
70 71
, ,
71 74
4.3 Kategorisasi
75
4.4 Pengujian Hipotesis
78
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1
Kesimpulan.........
79
5.2 Diskusi
80
5.3 Saran
82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel2.2
Bagan kerangka berpikir ..
48
Tabel3.2
Blue print skala Sensation seeking
56
Tabel3.1
Bobot skor pernyataan
55
Tabel3.3
Kisi-kisi try out skala Sensation seeking
61
Tabel3.4
Blue print penelitian skala Sensation seeking
61
Tabel4.1
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
68
Tabel4.2
Distribusi sampel berdasarkan usia
69
Tabel4.3
Distribusi sampel berdasarkan semester............
70
Tabel4.4
Distribusi sampel berdasarkan Indeks prestasi...
70
Tabel4.5
Uji Normalitas Shapiro-Wilk
71
Tabel4.6
Uji Homogenitas
74
Tabel4.7
Kategori Sensation seeking.......
77
Tabel4.7
Hipotesis Uji r........................................................................
79
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
QQ plot Sensation seeking................................................ .
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Try Out Lampiran 2
Skoring Try Out
Lampiran 3 Angket Pene/itian Lampiran 4
Skoring Pene/itian
Lampiran 5
HasH Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6
Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Lampiran 7
QQplot Sensation seeking
Lampiran 8
HasH Uji r
XIV
7
BAB1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Belajar merupakan proses dasar perkembangan seseorang sepanjang rentang kehidupannya. Belajar tidak hanya sekedar pengalaman, tetapi merupakan suatu proses yang ber/angsung secara aktif dan menyeluruh. Menurut Whittaker (1970) mendefinisikan be/ajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang berasal melalui latihan dan pengalaman.
Menurut Siameto (1997) be/ajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi da/am jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.
Salah satu tempat belajar seseorang adalah melalui lembaga pendidikan formal. Pendidikan formal menerapkan aktivitas belajar mengajar yang terencana dan terorganisir (Winkel, 1993). Lembaga pendidikan formal di Indonesia terdiri dari Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi (www.depdiknas.go.id. 2009).
1
2
Belajar di perguruan tinggi mempunyai karakteristik tersendiri. Aturan yang dikembangkan pada institusi pendidikan, metode pengajaran yang diberikan, karakteristik ilmu yang diajarkan bahkan hubungan antara dosen dan mahasiswa yang dibina akan mempengaruhi proses belajar yang berlangsung. Sehingga, program akademis yang ada akan mengarahkan pengalaman belajar yang akan diterima mahasiswa. Peran mahasiswa dalam menghadapi berbagai tuntutan/tugas pendidikan yang ada dalam fakultasnya tidak sekedar menerima saja tuntutan/lugas tersebut, mereka menilai setiap siluasi yang ada menentukan pilihan serta mencari cara efisien untuk dapat memenuhi tuntutan/tugas tersebut (Winkel, 1993).
Winkel (1993) juga menjelaskan bahwa dalam menghadapi tuntutan/tugas belajar yang besar dari fakullasnya, mahasiswa bisa jadi menggunakan sebagian besar tenaganya unluk menentukan cara belajar yang terbaik atau pendekatan yang menyebabkan mereka mendapat nilai yang tinggi dari pengajar. Cara dan respon yang digunakan mahasiswa dalam memenuhi situasi yang ada menunjukkan kepribadian dan penilaian mahasiswa lerhadap perannya.
Seorang mahasiswa yang belajar di pendidikan formal harus terlebih dahulu diketahui preslasi belajarnya (biasa disebut prestasi akademik) agar dapat naik kejenjang pendidikan selanjutnya. Prestasi akademik ini diperlukan untuk
3
mengetahui perkembangan mahasiswa dalam belajar dan penguasaannya terhadap hal-hal yang perlu diketahui oleh orangtua, mahasiswa itu sendiri, dosen yang bersangkutan atau dosen lain yang berhubungan secara tidak langsung dengan mahasiswa (Slameto, 1988). Bentuk pengukuran prestasi akademik mahasiswa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu ujian atau ulangan, tugas-tugas tertulis seperti makalah atau essay dan melalui praktek yang berhubungan dengan mata kuliah menurut winkel (1996).
Prestasi akademik menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996) adalah Hasil yang dicapai seorang mahasiswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai indeks prestasi. Melalui prestasi akademik seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Pengukuran prestasi akademik dapat menunjukkan gambaran dari kelebihan maupun kekurangan mahasiswa di Universitas (Crow dan Crow, 1958). Dengan mengetahui prestasi akademik mahasiswa, maka dapat diketahui posisi mahasiswa dibandingkan dengan kelompoknya. Selain bagi mahasiswa, pengukuran prestasi juga bermanfaat bagi dosen dan orang tua. Seberapa jauh prestasi mahasiswa di dalam menguasai suatu mata pelajaran akan disajikan dalam bentuk skala penilaian (Winkel, 1983). Skala penilaian bisa ditampilkan dalam bentuk huruf dan angka yang melambangkan nilai
4
kuantitatif.
Prestasi akademik mahasiswa dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan kedalam faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal (Winkel, 1996). Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa, yaitu kecerdasan (intelegensi), bakat, minat, kepribadian, dan motivasi. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor di luar diri siswa, yaitu keluarga, Iingkungan sekolah dan masyarakat.
Faktor-faktor inilah yang akan saling berinteraksi sehingga menghasilkan suatu nilai atau peringkat tertentu sebagai cerminan dari prestasi akademik mahasiswa. Sehingga, prestasi akademik siswa bukan semata-mata hasil menghafal atau pengajaran. Salah satunya adalah pengaruh faktor kepribadian terhadap prestasi akademik.
Pengaruh kepribadian terhadap prestasi akademik telah banyak diteliti. Rolfhus dan Ackerman (dalam Petrides, Premuzic, Frederickson & Furnham, 2005) menyebutkan bahwa kemampuan adalah satu bagian saja dari bagian yang kompleks yang menentukan keterampilan dan pengetahuan siswa dalam bagian tertentu. Dua komponen lainnya adalah minat dan karakteristik kepribadian. Penelitian lain yang dilakukan Auckerman dan Heggestad (dalam Petrides, Premuzic, Frederickson & Furnham, 2005) menyebutkan
5
bahwa terdapat hubungan antara keterbukaan terhadap pengalaman dengan kemampuan kognitif yang nyata (crystallized cognitive ability). WaJaupun sifat kepribadian dan kemampuan mental secara umum adaJah domain yang berdiri sendiri (Eysenck, 1994), adalah mungkin bahwa beberapa sifat kepribadian mempunyai peran yang khusus daJam memperoleh pengetahuan.
Penelitian lain yang dilakukan Borg dan Shapiro (1996) dan Ziegert (daJam Chowdhurry & Amin, 2006) juga menemukan hubungan yang signifikall antara kepribadian dan prestasi akademik siswa pada beberapa prinsip pelajaran ekonomi. Penelitian yang dilakukan bahwa siswa yang memiliki kehati-hatian yang tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang kehatian-hatiannya rendah (Chowdhurry & Amin, 2006). TeJah dibuktikan juga bahwa seseorang dengan skor Agreeableness (periJaku menghindari konflik, kepribadian selalu mengalah) yang rendah berhubungan dengan performa akademis yang rendah (Chowdhurry & Amin, 2006).
Tipe kepribadian mempunyai peranan penting bagi siswa daJam belajar yang dapat diketahui berdasarkan performa siswa dan mempunyai implikasi yang besar bagi pembelajaran. Sifat kepribadian (trait) terwujud dalam gaya belajar yang terbagi tiga (auditori, visual, kinestetik) dimana di dalamnya terdapat pengunaan strategi belajar dan akhirnya menciptakan sebuah hasil dari
6
pembelajaran, antara lain prestasi akademik (De Raad & Schouwenburg dalam Chouwdhurry & Amin, 2006).
Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang adalah dengan fokus pada aspek-aspek kepribadian yang spesifik. Salah satu pendekatannya adalah dengan Sensation seeking trait (sifat pencari sensasi). Zuckerman (dalam JalVis, 2005) mengidentifikasi sensation seeking sebagai sebuah aspek kepribadian.
Sensation seeking sendiri adalah sebuah perilaku yang menjelaskan tentang penekanan pada pencarian ide yang belVariasi, impulsif, komplek, sensasi hebat serta pengalaman dan keinginan yang mengandung resiko. Kegiatan dari sensation seeking sendiri merupakan bentuk pengalaman yang menyenangkan bagi orang tertentu dengan berusaha memaksimalkan arousal dan memacu adrenalin mereka menjadi aktif sehingga dengan ketegangan yang mereka rasakan mendatangkan rasa puas dan bahagia saat mereka dapat melewati masa kritis tersebut. (Zuckerman 1979).
Beberapa fenomena yang menggambarkan tingkah laku pada pencari sensasi cenderung mempunyai pembawaan yang konsisten dalam sejumlah situasi; Orang yang menikmati pengalaman baru di satu bagian kehidupannya cenderung menggambarkan dirinya sebagai petualangan
7
dalam kehidupan lainnya. Mereka terlibat dalam olahraga, prafesi, atau hobby yang berbahaya (terjun payung, balap mobil, menembak, menyelam dan panjat tebing) menyukai keisengan dalam pengalaman seks dan obat-obatan; berperilaku nekad dalam situasi fobik yang umum (kegelapan, ketinggian, binatang yang berbahaya, berpetualang dalam perjudian, dan menyukai makanan yang aneh-aneh. Bahkan bila diminta menggambarkan kebiasaan dorongan normal mereka, pencari sensasi tinggi lebih senang mengendarai mobil atau motor dalam kecepatan tinggi dibanding orang lain. (Carrol, Zuckerman, dan Vogel, 1982).
Pada fenomena lain kita sering melihat tindakan-tindakan yang begitu berani dan mengandung resiko tinggi berupa tindakan yang berbahaya (Risky
Activitiy) demi mencari sebuah sensasi (Sensation seeking), seperti terjun payung, balap motor atau mobil, panjat tebing, arung jeram, sepeda BMX dan papan luncur (skateboard) yang terdapat pada olahraga menantang (ekstrim). (www.ristaking.co.uk).
Sebagai bagian dari teori kepribadian yang berarientasi sifat (trait theories),
sensation seeking bersifat relatif stabil dan menetap. Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau traits tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat yang stabU ini menyebabkan
8
manusia bertingkah laku secara relatif tetap dari siluasi ke situasi lain (Pervin, 1997).
Ciri dari trait sensation seeking sendiri adalah punya keberanian yang ekstrim, selalu ingin tahu, toleran terhadap kesulitan atau rasa sakit dan rentan terhadap kebosanan. Orang dengan trail high sensation seeking cenderung terbuka terhadap pengalaman baru (Costa & Me Crae dalam Halonen & Santrock, 1999). Sedangkan orang yang tergolong low sensation
seekers (pencari sensasi rendah) punya ciri yang sebaliknya ; cenderung merasa takut dan menghindari aklivitas yang berbahaya tersebut. Mereka umumnya terbilang konvensional dengan norma Iingkungannya. Keyakinan dan motivasi antara orang yang tergolong high sensation dan low sensation
seeking saling bertolak belakang, khususnya minat, kesukaan dan hobi mereka. Orang yang termasuk high sensation seeking cenderung over aktif dengan segala sesuatu yang berbahaya dan punya kesulilan yang tinggi, sebaliknya orang yang tergolong low sensation seeking cenderung melakukan sesuatu yang resikonya kecil. (Zuckerman, 1979).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, karakteristik yang dimiliki oleh
sensation seekers (mereka yang memiliki sensation seeking tinggi), baik karakateristik perilaku maupun karakteristik kognitif, membuat mereka tidak mudah beradaptasi dengan pola pengajaran dikelas yang lebih banyak
10
tidak dapat beradaptasi dengan rutinitas kelas. Hal tersebut senada dengan penjelasan yang terdapat dalam Berliner dan Calfee (1996).
Pendapat Zuckerman (1994) mengenai kepribadian seseorang khususnya
sensation seeking, dimana kecenderungan genetik dan Iingkungan sosial berperan terhadap individu yang menjadi pencari sensasi (sensation seekers) atau pengambil resiko. Berdasarkan sudut pandang biologis, Eysenck (dalam Schultz & Schultz, 2005), menyatakan bahwa 58% dari trait sensation
seeking disumbangkan oleh faktor genetik.
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa sensation seeking meningkat sejak usia kanak-kanak hingga remaja dan puncaknya pada tahap remaja akhir dengan usia 18-20 tahun (Zuckerman, 1974). Hal ini sejalan dengan menurunnya enzim monoamine-oxidase (MOA), dopamine-beta-nydroxylase, dan norepinephrine pada usia remaja sehingga menimbulkan peningkatan
sensation seeking (dalam Hall, Lindzey, & Campbell, 1998).
Sistem belajar mengajar saat ini diketahui tidak saja menyajikan ceramah, melainkan sudah dikombinasikan dengan metode lainnya yang lebih aktif, seperti diskusi, kerja kelompok dan presentasi. Hal ini seharusnya dapat menjadi sarana yang baik bagi sensation seeker yang memiliki karakteristik
11
cenderung mudah bosan dengan rutinitas dan selalu membutuhkan pengalaman baru.
Perkembangan ini menarik minat peneliti untuk menelaah lebih lanjut prestasi akademik pada mahasiswa yang memiliki karakteristik sensation seeking. Dengan semakin bervariasinya metode pengajaran dan belajar, apakah hal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan akademik mahasiswa yang memiliki karakteristik kepribadian sensation seeking tinggi atau malah sebaliknya. Hal tersebutlah yang akan diteliti pada penelitian ini.
Maka berdasarkan latar belakang ini pulalah penulis melakukan penelitian tentang hubungan Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa hal yang mungkin dapat dijadikan dasar pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1. Apakah ada hubungan antara sensation seeking dengan prestasi akademik?
12
2. Komponen apa sajakah yang terdapat pada sensation seeking dan prestasi belajar? 3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi sensation seeking dan prestasi belajar?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah Prestasi akademik adalah hasil belajar dari suatu aktifitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa angka-angka atau nilai yang ditulis dalam Indeks prestasi (IP) (Chaplin,1975).
Sensation seeking sendiri adalah sebuah perilaku yang menjelaskan tentang penekanan pada pencarian ide yang bervariasi, impulsif, komplek, sensasi hebat serta pengalaman dan keinginan yang mengandung resiko (Zuckerman, 1991).
1.3.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan:
13
Apakah terdapat HUbungan yang signifikan antara Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakullas Psikologi UIN Jakarta?
1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian TUjuan dari penelitian ini yailu unluk mengelahui Hubungan Sensation
seeking dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakullas Psikologi UIN Jakarta.
1.4.2. Manfaat Penelitan 1.4.2.1. Manfaat teorilis dilaksanakan penelitian: Hasil penelilian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai Hubungan Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakullas Psikologi UIN Jakarta.
1.4.2.2. Manfaat penelilian praktis dilaksanakan penelilian: Hasil Penelilian ini dapal memberikan masukan kepada pihak Universitas untuk memberikan dukungan dan perhaliannya pada peserta didiknya dalam menghadapi mahasiswa dengan kepribadian Sensation Seeking linggi dalam upaya meningkalkan Prestasi Akademiknya.
BAB2
KAJIAN TEORI 2.1
Sensation Seeking
2.1.1 Pengertian Sensation Seeking Sensation seeking merupakan sebuah karakteristik kepribadian yang dikemukakan oleh Zuckerman. Sensation seeking (Zuckerman, 1994) adalah
..."characterized by the search for varied, novel, complex, and intense sensation and experience, and the willingness to take physical, social, premarital and marital relationships, and/or financial risk for the sake of such experiences"...
Sebagai sebuah sifat kepribadian (trait), sensation seeking bersifat relatif stabil dan menetap. Sensation seeking menurut Zuckerman (1979), mempunyai bentuk dasar mendekati-menarik diri (approach-withdrawaO yang merupakan salah satu dari sembilan kategori tingkah laku yang dikemukakan oleh Thomas dan Chess (Zuckerman, 1991).
Sensation seeking sendiri adalah sebuah perilaku yang menjelaskan tentang penekanan pada pencarian ide yang bervariasi, impuisif, komplek, sensasi hebat serta pengalaman dan keinginan yang mengandung resiko. Kegiatan
16
dari sensation seeking sendiri merupakan bentuk pengalaman yang menyenangkan bagi orang tertentu dengan berusaha memaksimalkan arousal dan memacu adrenalin mereka menjadi aktif sehingga dengan ketegangan yang mereka rasakan mendatangkan rasa puas dan bahagia saat mereka dapat melewati masa kritis tersebut. (Zuckerman 1979).
Sebuah pendekatan sistem saraf yang berhubungan dengan kepribadian sensation seeking berpendapat bahwa para pencari sensasi memiliki kecenderungan yang konsisten untuk terus mencari aktivitas yang sangat menegangkan dan mereka juga tertarik dengan segala sesuatu yang belum mereka ketahui. Akan tetapi, para pencari sensasi tidak memiliki preferensi yang konsisten, seperti menikmati kebersamaan dengan orang lain, sehingga mereka tidak dapat dikatakan langsung sebagai orang ekstrovert, tetapi teori ini juga menyatakan bahwa para pencari sensasi ini mungkin memiliki aktivasi alami (biologis internal) yang rendah sehingga mencari ransangan dari Iingkungannya. (Ivan peytrovich Pavlov, 1913).
Seperti yang diungkapkan oleh Zuckerman (1994), sensation seeking adalah sebuah trait. Trait adalah sebuah karakteristik pada individu yang menetap dimana diwujudkan dalam cara tingkah laku yang konsisten dalam berbagai !,?ituasi yang luas (Krech dan Crutchfield, 1958). Trait bersifat stabil dan
17
menetap, setidaknya pada usia dewasa, kecuali perubahan yang terjadi karena penyakit kejiwaan atau bertambahnya usia.
Menurut Zuckerman (1979) orang yang kesukaannya melakukan kegiatan ekstrim (menantang) tersebut diasumsikan mempunyai aspek kepribadian
sensation seeking yang mempunyai perbedaan perilaku dari orang lain, dan memiliki resiko dari tingkah laku, yaitu segala aktifitas yang dapat mengakibatkan kematian atau efek negatif terhadap kesehatan individL' (minuman keras, merokok, sex bebas, pola makan yang buruk) atau tingkah laku sosial yang agresif (kekerasan, kriminal, dan tingkah laku menyimpang).
Dalam fenomena lain dijelaskan keragaman dalam pencarian sensasi dapat mempengaruhi cara manusia bereaksi terhadap sesamanya. Pencari sensasi tinggi (High sensation seekers) mungkin merasa bahwa pencari sensasi rendah (Low sensation seekers) membosankan dan tidak menarik. Sebaliknya, pencari sensasi rendah merasa bahwa pencari sensasi tinggi terlibat dalam aktivitas yang tidak produktif dan sia-sia. Sikap ini dapat menjadi penting dalam pilihan teman hidup. Ada hubungan erat antara suami dan isteri, pencari sensasi tinggi cenderung mengawini orang bersensasi tinggi, dan pencari sensasi rendah cenderung mengawini orang bersensasi rendah. Kecocokan ciri pembawaan ini merupakan tolak ukur dari penyesuaian perkawinan (Fisher, Zuckerman, dan Neeb, 1981).
18
Didalam bukunya "The Concept of The Sensation Seeking Trait" Zuckerman mengusulkan bahwa jenis pencarian sensasi akan lebih baik dengan menentukan bentuk aktifitas yang akan dilakukan. Dan Zuckerman tidak mengklaim bahwa semua sensation seeker berhasrat membuat hal-hal negatif terhadap dirinya, misalkan menggunakan obat terlarang, alkohol atau perbuatan nekat lainnya. Bagaimanapun mereka lebih bahagia dengan terlibat langsung pada kegiatan yang mempunyai resiko berbahaya daripada mereka mempersepsikan dirinya sebagai low sensation seekers (pencari sensasi rendah).(Zuckerman 1979).
2.1.2 Komponen Sensation Seeking Zuckerman (1991) telah mengembangkan model trait yang disebut sebagai trait Sensation seeking (pencari sensasi). la membuat pengukuran dari sensation seeking menjadi 4 komponen, yaitu :
1. Thrill & Adventure Thrill & Adventure Seeking, mencari sensasi yang menggairahkan lewat partisipasi dalam kegiatan yang berisiko. Komponen ini menggambarkan hasrat untuk berpartisipasi dalam olahraga atau aktivitas yang menyajikan sensasi yang tidak biasa. Sensasi yang tidak biasa ini berhubungan dengan olahraga atau aktivitas yang menghasilkan sensasi kecepatan atau melawan
19
gravitasi seperti panjat tebing, menyelam, terjun payung, bungge jumping dan ski.
2. Experience Seeking Mencari sesuatu yang bersifat stimulasi lewat pikiran, penginderaan dan gaya hidup yang nonkonfomis. Sensasi ini didapatkan melalui seni, perjalanan musik, atau obat-obatan. Komponen ini juga menggambarkan hasrat seseorang untuk bertemu dan berteman dengan orang yang tidak biasa. Apabila dikaitkan dengan bidang pendidikan, sensasi ini dapat berupa . khayalan, ide-ide yang orisinal (asH/baru) dan keingintahuan yang kuat.
3. Disinhibition Mencari sensasi-sensasi lewat stimulasi sosial dan tingkah laku disinhibitory seperti minum-minum, berjudi, pesta atau hUbungan seksual.
4. Boredom Suscepteibility Menghindari situasi dan aktivitas yang monoton dan membosankan. Komponen ini menjelaskan tentang seberapa mudah bosan seseorang pada suatu keadaan, reaksi seseorang dalam menghadapi situasi dan aktivitas monoton/membosankan. Seorang siswa akan mudah bosan apabila hanya diminta untuk mendengarkan ceramah dan mencatat ketika dalam ruangan. Mereka membutuhkan kegiatan yang selalu bergerak dan dinamis atau baru.
20
Orang yang skornya tinggi pada skala sensation seeking yang meliputi keempat komponen diatas tersebut, menunjukan hubungan yang signifikan dengan berbagai macam tingkah laku seperti penyalahgunaan obat, aktivitas seksualnya dan partisipasinya dalam olahraga yang beresiko besar (Hall Calvin S, lindzey, Gardner, Campbell, Jhon B. 1998).
2.1.3 Karakteristik Sensation Seeking Sensation seeking berada dalam sebuah kontinum, dimana semua orang pasti memiliki sensation seeking, antara sensation seeking tinggi dan rendah. Sensation seeking terbentuk dalam tingkah laku yang dimotivasi oleh kebutuhan demi suatu bentuk pengalaman baru yang bervariasi dan merupakan suatu sensasi yang kompleks (Halonen, Jane S. & Santrock, Jhon W, 1999). Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai perilaku yang tam pi!. Berbagai karakteristik Sensation seeking:
a. Karakteristik Perilaku Dalam penelitian Zuckerman tentang teori Sensation Seeking dan juga di dalam bukunya ; Psychobiology of Personality Problems in The Behaviour Sciences ia menguraikan beberapa Giri kepribadian dari orang-orang pencari sensasi tinggi, yaitu :
21
•
Terlibat dalam aktivitas hidup yang beresiko tinggi (dalam kegiatan olahraga, profesi, pekerjaan dan hobi-hobinya).
•
Menyukai situasi fobik yang umum, seperti kegelapan, ketinggian, kedalaman, binatang yang berbahaya.
•
Punya keberanian ekstrim
•
Menyukai segala hal yang menantang
•
Dapat menikmati segala sesuatu yang berbahaya
•
Menganggap segala situasi kurang beresiko
•
Masuk ke perilaku beresiko kecenderungan melakukan hal berbahaya
•
Keluar dari situasinya karena tidak ada stimulasi seperti apa yang diharapkan
•
Berkurangnya kecemasan dengan adanya penilaian resiko yang sama.
1. Terbuka terhadap pengalaman baru (Openness to Experience). Trait dari dimensi kepribadian ini mengukur imaginasi, kepekaan akan estetika dan perasaan, punya minat terhadap berbagai macam kegiatan, punya daya intelektual dan pemikiran yang bebas (independent of
jUdgement). Terbuka terhadap pengalaman baru merupakan keaktifan seseorang mencari dan mengekpresikan pengalaman untuk kepentingan mereka sendiri. (Costa & McCrae dalam Halonen & Santrock,1999).
22
Orang yang skornya tinggi pada hal ini punya karakteristik antara lain; keingintahuan yang tinggi (intellectual), punya minat yang luas. original, imajinatif, kreatif, senang membuat ide-ide baru, membuat nilai-nilai baru, menyukai perubahan, menikmati berbagai macam aktivitas variatif dan sifatnya novelty, unconformist (bebas mengekspresikan diri dan tidak suka pada sesuatu yang konservatif), dan menyukai estetika.
Sedangkan orang yang rendah pada skor ini punya karakteristik sebaliknya; yaitu punya minat yang dangkal, kepekaan terhadap artistiknya rendah, kurang analisis, penampilan konservatif, respon emosionalnya tidak ekspresif (Costa & McCrae, 1991).
2. Tipe Ekstrover Adalah dimensi kepribadian yang mengukur kualitas dan intensitas inte'raksi interpersonal, tingkat aktivitas, kebutuhan akan stimulasi dan kapasitas terhadap kegembiraan (R. R McCrae dan P. T. Costa, Jr). Ciri kepribadian ekstrover asyik dengan dirinya sendiri, dimana orang lain hanyalah sebagai penonton dan juga sumber stimulus bagi dirinya sendiri. Mereka suka menjaga otonominya secara asertif dalam berhubungan dengan orang lain daripada mengisolasi diri. Mereka bisa menjadi asosial dalam pengertian bahwa mereka mengatur dirinya sendiri daripada diatur oleh kesepakatan sosial (sosial conventions) dari semua kebutuhan dan sikap-sikapnYi;!
23
terhadap orang lain. Mereka mengharapkan kebebasan dan pemenuhan diri yang hedonis dengan orang lain (Zuckerman, et ai, 1996). Karakteristik tipe orang ekstrover adalah :
•
Mudah bersosialisasil bergaull berteman
•
Aktif
•
Banyak bicara (talkative)
•
Orientasi terhadap afiliasi (sociable)
•
Optimis
•
Suka bersenang-senang (fun loving) dan pengembira
•
Impuisif
•
Berani mengambil resiko
•
Asertif
Tetapi sebaliknya orang yang skornya rendah pada dimensi ini karakteristiknya ; pendiam, tenang, pembawaannya serius, penyendiri (loner), berorientasi tugas dan cenderung pemalu (Costa & McCrae, 1985).
24
b. Karakteristik Kognitif Selain berbagai karakteristik yang muncul dalam perilaku, perbedaan tingkat
sensation seeking juga menimbulkan variasi dalam proses kognitif seseorang. Mereka yang mempunyai nilai sensation seeking tinggi, lebih cepat dalam mengenali simbol dan gambar daripada mereka yang mempunyai nilai sensation seeking rendah, dimana dinyatakan bahwa mereka yang memiliki sensation seeking tinggi memproses informasi dengan lebih cepat. Pencari sensasi tinggi lebih menyukai stimulasi visual yang kompleks, sedangkan mereka yang memiliki sensation seeking rendah lebih menyukai kestabilan, kesederhanaan dan simetris. Pencari sensasi tinggi dapat memusatkan perhatian dengan lebih baik dibandingkan pencari sensasi rendah (Schultz & Schultz, 2005).
Korelasi antara sensation seeking dengan intelegensi secara umum adalah signifikan tetapi tidak tinggi (London & Exner, 1978). Sebuah penelitian yang dilakukan di Mauritius menemukan bahwa mereka yang mempunyai
sensation seeking yang lebih tinggi pada usia 3 tahun, mempunyai skor intelegensi 12 angka lebih tinggi pada usia 11 tahun daripada mereka yang ketika usia 3 tahun memiliki nilai sensation seeking yang rendah. Hasil tersebut sama pada anak laki-Iaki dan perempuan dan tidak dipengaruhi oleh tipe pekerjaan dan pendidikan orang tua (Schultz & Schultz, 2005).
25
Anderson (London & Exner, 1978) menemukan bahwa Disinhibition (tingkah laku minuman keras, sex bebas dan pesta) berkorelasi negatif dengan prestasi di sekolah lanjutan tingkat atas. Dibuktikan juga oleh Bone & Cowling (London & Exner, 1978) dengan menemukan korelasi negatif antara
Disinhibition dengan kuesioner motivasi berprestasi. Anderson menambahkan bahwa Experience Seeking (ES) berkorelasi positif dengan ketidakhadiran di kelas.
Zuckerman (Merrens & Branningan, 1998) menyatakan, walaupun terdapat korelasi positif rendah antara Intelegensi dengan sensation seeking, mereka yang memiliki sensation seeking tinggi tidak sering berprestasi di Sekolah lanjutan dan Universitas. Analisis menyebutkan bahwa walaupun mereka sekolah, mereka cenderung untuk menghindari kelas dan memilih mabukmabukan. Hal ini bisa saja merupakan perwujudan dari rasa bosan akan suasana belajar di kelas dan keinginan untuk selalu mencari pengalaman baru.
Penelitian lain menunjukkan bahwa pencari sensasi tinggi tidak menghasilkan nilai sekolah yang baik. Zuckerman menilai bahwa hal tersebut dikarenakan pencari sensasi tinggi lebih terlibat pada pengejaran hal bersifat rekreasi mereka lebih sedikit menggunakan waktu untuk belajar. Tes kreativitas dan orisinalitas menunjukkan bahwa pencari sensasi tinggi mempunyai kapasitas
26
yang lebih baik dalam orisinalitas berpikir tetapi tidak selalu menampilksn dalam tugas sekolah mereka. Mereka bisa mempunyai khayalan, mimpi, dan angan-angan yang sangat "hidup" yang perbedaannya sangat rancu antara stimulus internal dan kenyataan. Menurut Zuckerman (Schultz & Schultz, 2005), hal tersebut dikarenakan pencari sensasi tinggi secara berkesinambungan mencari pengalaman baru, bila mereka tidak dapat menemukannya dalam kenyataan mereka mencari dalam batin dan menciptakan fantasi.
Penelitian menyatakan bahwa rutinitas kelas yang membosankan dapat meyebabkan rasa bosan yang kuat pada pencari sensasi tinggi yang sangat rentan pada perhatian yang terus menerus, karena itu membuka jalan timbulnya perilaku yang bermasalah seperti gelisah, banyak bicara dan' menggangu (Blum et ai, 2000). Pencari sensasi tinggi merasa kegiatan debat dan pemberian tugas di luar sekolah adalah hal yang lebih menarik (Merrens & Branningan, 1998).
Farley (1981), menjelaskan bahwa metode pendidikan yang tidak merangsang akan memperkecil keingintahuan dari pencari sensasi muda dan meningkatkan kemungkinan tingkah laku yang buruk sebagai konsekuensinya. Peraberton (london & Exner, 1978) yang menemukan adanya korelasi positif dengan skala potensi kreatif menegaskan bahwa gaya
27
nonkonformitas yang dimiliki sensation seekers (pencari sensasi) tidak dapat beradaptasi dengan rutinitas kelas. Siswa dengan sensation seeking tinggi lebih menyenangi dan lebih mahir dalam lingkungan belajar yang High-
arousal (Berliner & Calfee, 1996).
Pencari sensasi juga gagal untuk mengembangkan potensi mereka di sekolah (Grasha, 1980). Siswa yang cenderung tinggi sensation seekingnya mempunyai hasrat yang lebih pada pengalaman yang menggairahkan dan bervariasi daripada apa yang disediakan diruang kelas.
Karakteristik perilaku dan kognitif yang dimiliki oleh sensation seekers (pencari sensasi) membuat mereka rentan akan kebosanan dan selalu membutuhkan tantangan dan pengalaman baru. Pola pengajaran yang sering diterapkan dalam pendidikan formal di indonesia adalah ceramah. Siswa jarang diminta aktif bertanya, berdiskusi, mene/iti atau melakukan percobaan. Metode ceramah dirasakan sangatlah tidak menarik oleh mereka yang memiliki sensasi seeking tinggi, sehingga mereka akan mudah teralihkan oleh hal lain, seperti kegiatan alam bebas, kebut-kebutan, perilaku seksual beresiko dan kegiatan lainnya yang bukan kegiatan sekolah. Dan hasilnya mereka berpotensi besar untuk mempunyai prestasi akademik yang rendah, kesulitan mengikuti pelajaran dan peraturan sekolah.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Sensation Seeking a. Faktor Bawaan (Biologis) Terdapat beberapa penelitian yang mengindikasikan bahwa seseorang bisa mempunyai kecenderungan mempunyai sensation seeking yang tinggi atau rendah berdasarkan faktor bawaan, antara lain: •
Penelitian pada saudara kembar identik menunjukkan nilai sensation
seeking yang sama pada mereka (Schultz & Schultz, 2005). •
Antara setengah hingga dua per tiga dari keberagaman sensation
seeking didapatkan melalui keturunan (Merrens & Brannigan, 1998). •
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eysenck (Schultz & Schultz, 2005) dinyatakan bahwa 58% dari trait sensation seeking disumbangkan oleh faktor genetik.
•
Terdapat korelasi yang negatif antara sensation seeking dengan
monoamine-oxidase (MOA), dopamine beta nydroxylase, dan norepinephrine (hall, Lindzey & Campbell, 1998).
Zuckerman (1983) telah mengembangkan teori biologi untuk melihat perbedaan individu dalam sensation seeking. Dasar biologis dihubungkan kepada kuatnya refleks terhadap adanya stimulus dan menguatnya respon terhadap stimulus tersebut, serta tingginya hormon seks (testoteron, esterogen dan estrodial) itu semua merupakan eksperimen dari faktor
29
disinhibition. Oi dalam versinya Zuckerman (1984) model pencarian sensasi tinggi diasosiasikan dengan rendahnya tingkat norepinephrine atau kemampuan arousal. Sehingga orang tersebut mencari stimulasi untuk mengimbangi tingkat norepinerphine yang rendah. Mekanisme utama yang menekankan perilaku impulsif dari pencarian sensasi adalah faktor
disinhibition vs inhibition. Sifat impulsif inilah yang menjelaskan kecenderungan tingkah laku terhadap hadirnya signal antara reward dan
punishment dalam setiap peristiwa (Zuckerman et ai, 1996). Oiperkirakan 50% variabilitas sensation seeking berdasarkan genetika.
•
Usia
Zuckerman menemukan bahwa sensation seeking bervariasi sesuai dengan usia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Putnam & Stiffer menemukan bukti bahwa perilaku sensation seeking sudah dapat terlihat ketika anak berusia 2 tahun (Ciccarelli & Meyer, 2006). Pada orang yang lebih muda, pencarian mereka akan petualangan, resiko dan pengalaman yang baru akan lebih tinggi dibandingkan orang yang lebih tua. Hasil tes pada remaja hingga individu yang berusia 60 tahun menunjukkan bahwa sensation seeking mulai menurun di awal usia 20 tahun (Schultz & Schultz, 2005).
30
Sejumlah penelitian dengan jelas membuktikan bahwa sensation seeking meningkat sejak usia kanak-kanak hingga remaja dan puncaknya pada tahap remaja akhir dengan usia 18-20 tahun (Larsen & Buss, 2002). Kish dan Busse (London & Exner, 1978) menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor sensation seeking antara siswa sekolah dasar dengan mahasiswa. Penelitian lain menyebutkan bahwa sensation seeking mengalami peningkatan hingga usia 16 tahun dan mulai mengalami penurunan pada awal usia 20 tahun (Hole, 2007). Sehingga, setelah masa perkuliahan, sensation seeking cenderung melemah (Atwater, 1983).
Diringkas oleh Zuckerman (1975), berdasarkan rentang usia yang terbatas, ditemukan korelasi negatif yang tinggi secara signifikan antara usia dan
sensation seeking, berkisar antara 30 hingga 64 tahun. korelasi negatif yang paling tinggi ditemukan pada skala pencarian pengalaman (ES). Korelasi rata-rata antara sensation seeking dengan usia 30, menyatakan penurunan bertahap dengan peningkatan usia selama remaja (Larsen & Buss, 2005).
•
Jenis kelamin
Perbedaan yang signifikan terhadap jenis kelamin ditemukan pada semua komponen sensation seeking (Hole, 2007 dalam Wegner & Pennebaker). Laki-Iaki mempunyai nilai yang lebih tinggi pada pencari sensasi dan
31
petualangan, Disinhibiton (Wegner & Pennebaker, 1993.) dan ketidaktoleran terhadap kebosanan (8S). Perempuan mempunyai nilai yang lebih tinggi pada pencarian pengalaman (ES). Hasil yang sama juga didapatkan pada pene/itian dengan menggunakan subyek dari negara Amerika Serikat, Inggris, Skotlandia, Jepang dan Thailand.
Penelitian yang dilakukan pada remaja sekolah lanjutan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin, yaitu skor sensation seeking yang dimiliki oleh pria lebih tinggi (Petri & Govern, 2004). Perbedaan yang signifikan ditemukan dalam semua skala, tetapi perbedaan paling besar muncul pada skala Disinhibition. Hal ini mungkin sebagai hasil dari perbedaan sikap impersonallaki-Iaki dan perempuan.
Keragaman dalam pencarian sensasi dapat mempengaruhi cara manusia bersikap atau bereaksi terhadap sesamanya, orang High sensation seekers dapat beranggapan bahwa mereka-mereka yang tergolong low sensation dirasakan begitu membosankan dan tidak menarik dalam berinteraksi. Dan sebaliknya persepsi dari low sensation seeking merasa bahwa high sensation
seekers terlibat dalam aktivitas yang tidak produktif, nekat dan suatu kesiasiaan saja. Sikap ini menjadi begitu penting pula dalam pencarian pasangan hidup. Kecocokan dari ciri pembawaan ini merupakan tolak ukur dari penyesuaian perkawinan (Fisher, Zuckerman & Neeb, 1981 dalam Eysenck,
32
H.J. 1991). Apabila pasangan suami istri, yang satu mempunyai trait sensation seeking yang dominan dan pasangaannya mempunyai trait sensation seeking yang rendah, maka kemungkinan ketidaksesuaian dalam pernikahan sangat besar ; khususnya apabila pasangan wanitanya berskor tinggi dalam pencarian skala pencarian sensasi. Pasangan dari para high sensation seekers dapat beranggapan bahwa pasangan dari golongan low sensation seekers kurang rnenarik dan tertutup. Tetapi mengapa yang dipermasalahkan bila wanitanya yang tergolong high sensation seeking? mungkin karena lebih banyak peluapan sensation seeking diluar pernikahan bagi sang suami daripada pihak istri. Atau karen a faktor harapan budaya bahwa pria seharusnya mengambil peran pemimpin dalam kehidupan rumah tangga dan akan menimbulkan masalah apabila si istri lebih cenderung aktif mencari pengalaman baru. (Zuckerman; ditulis oleh David Pargman dalam Singer, Robert N., et al.1993).
Sensation seeking dikalangan pria berhubungan dengan preferensi interaksi antar pribadi, tetapi berkorelasi negatif dengan pekerjaan-pekerjaan administratif atau pekerjaan bisnis. Sedangkan untuk wanita berkorelasi negatif dengan pekerjaan kewanitaan yang dianggap streotif, seperti menjadi ibu rumah tangga atau guru. Pekerjaan dan minat para high sensation seeking cenderung ke pekerjaan yang punya kebebasan, dan tidak suka pada pekerjaan yang konservatif. Contoh pekerjaan yang menggairahkan dan
33
bersifat tantangan adalah berkecimpung di dalam olahraga petualangan atau pekerjaan yang berbahaya. Sedangkan pekerjaan dan minat para low sensation seeker cenderung kepada pekerjaan yang menuntut kepatuhan terhadap pihak otoritas.
b. Faktor Lingkungan (Sosial) Lingkungan atau sosial merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat digunakan seseorang. Pengamatan dan kemudian imitasi terhadap orang tua, teman, dan orang lainnya yang dianggap bermakna mungkin membantu seseorang untuk belajar secara relatif kecenderungan menjadi pencari sensasi tinggi atau rendah. Beberapa penelitian yang membuktikan hal tersebut, antara lain: •
Orang tua dengan sensation seeking tinggi akan mendorong dan memberikan semangat kepada anak mereka untuk terlibat da/am aktivitas yang tidak biasa, sehingga menimbulkan tingkah laku sensation seeking.
•
Nilai pada sensation seeking juga mendukung pemikiran yang menyebutkan bahwa anak yang lahir pertama dan anak tunggal dari kedua jenis kelamin mempunyai nilai sensation seeking yang lebih tinggi daripada anak yang dilahirkan berikutnya (Schultz & Schultz,
2005).
34
•
Modelling dapat mempengaruhi tipe dan tingkatan stimuli yang dicari
oleh individu. Zuckerman (1994) menyatakan bahwa tipe kepribadian pencari sensasi didapat melalui sosialisasi, dan seiring perkembangan pengalaman hidup seseorang menjadi bagian penting bagaimana para pembalap kelas dunia memandang resiko.
2.2
Prestasi Akademik
2.2.1 Pengertian Prestasi Akademik Prestasi akademik dan kepuasan pencapaian akademik yang dicapai atau dirasakan oleh mahasiswa merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi akademis merupakan hasH belajar yang bersifat kognitif, sementara kepuasan bersifat afektif. Belajar merupakan proses dasar perkembangan seseorang sepanjang rentang kehidupannya. Belajar tidak hanya sekedar pengalaman, tetapi merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan menyeluruh. Menurut Whittaker (1970) mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang berasal melalui latihan dan pengalaman, bukan diakibatkan oleh kematangan (maturity).
Perubahan yang diperoleh seseorang dapat mencakup sebuah atau beberapa bidang, tergantung dari apa yang telah dipelajari. Bidang yang dipelajari dapat meliputi bidang pengetahuan atau pemahaman (kognitif),
35
bidang kelerampilan (sensomolorik), serta bidang nilai dan sikap (dinamikafeklif).(winke/, 1996).
Menurut Winkel (1996) kemampuan inleleklua/ mahasiswa sangal menenlukan keberhasilan mahasiswa dalam mempero/eh preslasi. Unluk mengelahui berhasil tidaknya seseorang da/am be/ajar maka per/u dilakukan sualu evaluasi, lujuannya unluk mengelahui preslasi yang dipero/eh mahasiswa sete/ah proses be/ajar mengajar berlangsung.
Adapun prestasi dapal diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aklivilas be/ajar yang te/ah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah meneari ilmu dan menunlul ilmu.
Se/anjulnya Winkel (1996) mengalakan bahwa "preslasi akademik adalah sualu bukti keberhasilan be/ajar atau kemampuan seseorang siswa dalam me/akukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dieapainya." Prestasi akademik merupakan hasil kegialan belajar, yailu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pe/ajaran yang diajarkan yang diikuli o/eh muneu/nya perasaan puas bahwa ia te/ah melakukan sesuatu dengan baik. Prestasi akademik yang dipero/eh seorang mahasiswa dapat dilihat me/a/ui peni/aian guru terhadap unjuk perilaku dari mahasiswa, baik dari tingkat keberhasilan siswa da/am pe/ajaran maupun hasil tes. Penilaian lerhadap
36
prestasi akademik, menurut Crow & Crow (1958) adalah gambaran dari kelebihan maupun kekurangan seseorang di sekolah. Penilaian ini biasanya diberikan oleh pengajar berdasarkan hasil tes, evaluasi atau ujian dari setiap mata pelajaran. Hasil dari evaluasi atau ujian biasanya diberikan dalam bentuk angka atau huruf yang merupakan lambang kuantitatif. Dengan demikian, prestasi akademik menggambarkan penguasaan individu terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari selama jangka waktu yang ditentukan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktifitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa angka-angka atau niiaL
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akademik Menurut Winkel (1996), Siameto (1995) dan Gunarsa (2000) untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik antara lain; faktor yang terdapat dalam diri mahasiswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar mahasiswa (faktor ekstern). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
37
a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu :
1. Kecerdasan/intelegensi intelegensi diartikan sebagai kemampuan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan efektif. Mahasiswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, biasanya lebih mudah menangkap dan mencerna pelajaran di sekolah daripada mahasiswa yang intelegensi rendah (winkel, 1996).
Siameto (1995) mengatakan bahwa "tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah." Muhibbin dalam slameto (1999) berpendapat bahwa intelegensi adalah "semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses."
2. Kepribadian Kepribadian didefinisikan sebagai pola tingkah laku dan cara berpikir yang khas dan berlangsung terus menerus yang merupakan karakteristik
38
seseorang (Morgan, 1979 dalam Winkel). Bila diterapkan dalam konteks belajar, kepribadian termasuk bagaimana seorang mahasiswa belajar, mandiri, atau tergantung, bersemangat atau tidak bersemangat, terbuka atau pemalu, dan lainnya.
3. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memberikan perhatian dan mengenang suatu kegiatan atau aktivitas (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.
Menurut Siameto (1995), minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minatjuga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi.
39
4. Bakat
Bakat (Aptitude) adalah kemampuan atau kapasitas individu untuk belajar. kemampuan ini baru akanterealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah individu tersebut belajar atau berlatih (Slameto, 1988). Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda. Bila individu mempelajari suatu hal yang sama dengan bakat yang dimilikinya maka individu akan lebih mudah memahaminya dan hasil belajar akan lebih baik.
5. Motivasi Winkel (1991) mengatakan bahwa "motivasi adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu.
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalamanpengalaman, keadaan keluarga, Iingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh Iingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Siameto (1995) faktor eksternal yang
40
dapat mempengaruhi belajar adalah "keadaan keluarga, keadaan sekolah dan Iingkungan masyarakat."
1. Keadaan Keluarga Keluarga merupakan Iingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Siameto (1995) bahwa: "Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-Iembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar siswa di rumah.
41
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga siswa dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
2. Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu Iingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Siameto (1995) mengemukakan "guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar." Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
3. Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, Iingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar mahasiswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena Iingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi siswa, sebab dalam kehidupan
42
sehari-hari siswa akan lebih banyak bergaul dengan Iingkungan dimana siswa itu berada.
Dalam hal ini Siameto (1995) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar siswa, terutama siswa-siswa yang sebayanya. Apabila siswa-siswa yang sebaya merupakan siswa-siswa yang rajin belajar, maka siswa akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila siswa-siswa di sekitarnya merupakan kumpulan siswa-siswa nakal yang berkeliaran tiada menentukan siswapun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian siswa, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang siswa akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan Iingkungannya.
Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu Iingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya. sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
43
2.2.3. Cara Mengukur Prestasi Belajar Dalam penelitian ini, bentuk prestasi akademik yang digunakan disesuaikan dengan objeknya yaitu prestasi belajar Mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa dalam satu semester diukur setiap akhir semester. Meliputi seluruh mata kuliah yang menjadi beban mahasiswa dalam satu semester yang bersangkutan. kemudian dituangkan dalam Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa.
Untuk mendapatkan IP, biasanya dosen menggunakan berbagai sarana evaluasi akademis seperti tes tengah semester, tes akhir semester, tes harian dan tugas rumah. nilai IP sebagai pengukur prestasi belajar mahasiswa didapat dengan menghitung nilai mata kuliah yang diperoleh mahasiswa dengan jumlah SKS yang diambil dalam satu semester. Sistem satuan kredit semester (SKS) dipakai di setiap perguruan tinggi. Hal ini merupakan keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tanggal 26 Juni 1982 nomor 021 / V /1982. sementara norma yang digunakan di perguruan tinggi adalah norma A, B, C. D dan E dengan skala 4 sampai O. Yahya Ganda, petunjuk praktis cara mahasiswa Belajar di Perguruan Tinggi (Bandung : CV Adiguna. 1982). Dengan penjelasan nilai Indeks prestasi sebagai berikut :
44
•
A = 80 - 100
•
B
•
C = 56 - 67
•
0 = 45 - 55 (tidak lulus)
=68 -79
Pada (IP) Indeks Prestasi menggunakan huruf A sampai dengan 0, dengan penjelasan nilai A (80-100), B (68-79), C (56-67), 0 «56 atau dinyatakan tidak lulus pada mata kuliah yang dujikan).
Penghitungan IP yang diperaleh mahasiswa dalam satu satuan kredit semester (SKS) mata kuliah (M.K) dilakukan dengan cara :
IP = Jumlah SKS M.K x babat nilai M.K Jumlah SKS M.K
Rumus ini berlaku baik untuk IP semester dengan menghitung jumlah kuliah pada semester tersebut ataupun IP kumulatif dengan menghitung jumlah kuliah pada semester tersebut dan sebelumnya.
45
2.3. MAHASISWA 2.3.1 Definisi Mahasiswa Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya (1978) menjelaskan mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam ikatannya dengan perguruan tinggi. Tidak ada seorangpun yang dinamakan mahasiswa kalau tidak terikat pada salah satu perguruan tinggi. Dapat juga dikatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun.
Definisi mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Wikipedia Bahasa Indonesia, 1988) yaitu sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.
Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa mahasiswa adalah pelajar yang menjalani pendidikan tinggi guna melanjutkan pendidikannya setelah sekolah lanjutan atas di sebuah perguruan tinggi atau universitasdengan batas usia 18-30 tahun.
46
2.3.2. Tugas Mahasiswa Proses pembelajaran menuju pematangan akademik bagi mahasiswa adalah peningkatan kemampuan dikelas (melalui tatap muka) ataupun peningkatan kemampuan diluar kelas (membaca dan menulis) (Mage, Priyowidodo 2005). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa peserta pendidikan ialah akademik di lingkungan perguruan tinggi adalah melakukan penelitian.
2.4. Kerangka Berpikir Hubungan Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Berdasarkan penjelasan sebelumnya prestasi akademik siswa disekolah dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan kedalam faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal (Winkel, 1996). Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa, yaitu keadaan fisik, kecerdasan (intelegensi), bakat, minat, perhatian, kepribadian, dan motivasi. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor di luar diri siswa, yaitu keluarga, Iingkungan sekolah dan masyarakat.
Tipe kepribadian mempunyai peranan penting bagi siswa dalam belajar yang dapat diketahui berdasarkan performa siswa dan mempunyai implikasi yang besar bagi pembelajaran. Sifat kepribadian (trait) terwujud dalam gaya belajar, dimana di dalamnya terdapat pengunaan strategi belajar dan
47
akhirnya menciptakan sebuah hasil dari pembelajaran, antara lain prestasi akademik (De Raad & Schouwenburg dalam Chouwdhurry & Amin, 2006).
Prestasi akademik adalah suatu kemampuan atau penguasaan khusus yang berhasil dicapai oleh peserta didik atau individu dalam tugas-tugas akademik Chaplin (1975). Penilaian hasil dalam prestasi akademik disajikan dalam bentuk angka atau berupa huruf sebagai lambang kuantitatif.
Penelitian menyatakan bahwa rutinitas kelas yang membosankan bisa saja menyebabkan rasa bosan yang sangat bagi mereka yang memiliki sensation
seeking tinggi, dimana mereka biasanya tidak dapat memberikan perhatian secara terus menerus, karenanya hal tersebut dapat menimbulkan tingkah laku bermasalah seperti menjadi gelisah, banyak bicara dan mengacau (Blum, 2000), sehingga mereka yang mempunyai sensation seekingtinggi seringkali gagal untuk mengembangkan potensi mereka disekolah (Grasha, 1980).
48
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Lingkungan
J, Kepribadian
...
Sensation seeking
t Gen
I ~
Thrill & Adventure
r...
Experience seeking
-. Prestasi Akadenik
Disinhibition
-.
Boredeom snscepteibility
l/
2.5. HIPOTESIS Dalam Penelitian Berjudul "Hubungan Sensation seeking Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta", penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha
: Ada hubungan yang signifikan antara Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri.
Ho
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara Sensation Seeking Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
JENIS PENELITIAN
3.1.2 Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didasari oleh filsafat positivisme yang menelankan kepada fenomene-fenomena objektif dan dikaji seeara kuantitatif. Objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan pereobaan terkontrol (Sukmadinata, 2007).
Sedangkan menurut Azwar (2006) penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengukian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis berusaha meneari hubungan antara Sensation Seeking dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakutas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta.
50
3.1.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional.
Metode deskriptif merupakan metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata saat ini. Tujuan utama dalam menggunakan metode deskripsi adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan. memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers, 1978; Sevila, dkk., 1993). Sementara Gay (1976; Sevila, dkk., 1993) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan pada suatu pokok penelitian.
Sedangkan penelitian korelasi merupakan penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevila, dkk., 1993). Melalui penelitian tersebut kita dapat memastikan berapa besar yang disebabkan oleh suatu variabel dalam hUbungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabellain.
52
2) Definisi operasional prestasi akademik adalah suatu kemampuan atau penguasaan khusus yang berhasil dicapai oleh individu dalam tugas akademik, yang dilakukan berdasarkan penilaian dan diwujudkan dalam angka-angka atau indeks prestasi (Chaplin, 1975)
3.2.
PENGAMBILAN SAMPEL
3.2.1 Populasi Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisas1 kita. Gay (1976; Sevila, dkk., 1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti mengeneralisasikan penelitiannya. Sedangkan Kerliger (1973); Sevila, dkk., (1993) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yan'g lain (Azwar, 2006).
Sejumlah penelitian dengan jelas membuktikan bahwa sensation seeking meningkat sejak usia kanak-kanak hingga remaja dan puncaknya pada tahap remaja akhir dengan usia 18-20 tahun (Larsen & Buss, 2002).
53
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Psikologi (strata satu) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kriteria: 1. Mahasiswa dengan usia 18-20 tahun. 2. Mahasiswa yang tercatat sebagai Mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatuliah Jakarta, yang berjumlah sekitar 518 orang.
3.2.2 Sampel Penelitian Menuruf Ferguson (1976; Sevila, dkk., 1993) sampel adalah beberapa bagian keell atau cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi. Gay dalam Sevila dkk., (1993) menawarkan ukuran minimum untuk penelitian korelasi sebanyak 30 orang.
Dari penjelasan diatas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 30 orang.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan teknik Purposive
Sample yang bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan
54
tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan tetapi ada beberapa syarat tertentu yang harus dipenuhi. a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. (mahasiswa yang sering membuat gaduh dikelas, sering terlibat kasus/masalah, gelisah, banyak bicara, nilai prestasi akademik . rendah, jarang memperhatikan dosen ketika mengajar dan tingkah laku lain yang bermasalah). b. SUbjek yang diambil sebagai sampel benar-benar subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi. c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi pendahuluan.
3.3
PENGUMPULAN DATA
3.3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala untuk mengumpulkan data di lapangan. Kerlinger dalam Sevila dkk., (1993) mendefinisikan skala sebagai suatu perangkat simbal atau angka-angka dalam bentuk simbalsimbal atau angka yang ditetapkan menurut aturan individu (tingkah laku mereka) di mana skala diterapkan, penetapan dinyatakan melalui pemikiran
55
individu skala apa saja yang perlu diukur yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden hanya memberikan tanda check list ("'/) pada kolom yang sesuai.
3.3.2 Instrument Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala model Likert, di mana responden diminta untuk memilih pernyataan yang paling sesuai dengan dirinya, baik yang favorable maupun yang unfavorable yang terdiri dari empat pernyataan sikap yaitu: "Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS)".
Tabel3.1
Bobot Nilai Favorable
Unfavorable
4
1
S = Setuju
3
2
TS = Tidak Setuju
2
3
STS = Sangat Tidak Setuju
1
4
Skala SS
=Sangat Setuju
56
A. Sensasi Seeking (Pencari Sensasi) Alat ukur perilaku pencari sensasi disusun berdasarkan berdasarkan teori Zuckerman (1978) ia membuat pengukuran dari sensation seeking menjadi 4 komponen dan diukur dalam skala model Likert sebagai berikut :
Tabel3.2 Blue Print Skala Pencari Sensasi No 1
2
Indikator
Aspek
Favorable
Unfavorable Jumlah
Kegiatan yang
1,3,5,7,9,11,
2,4,6,8,10,12,
Adventure
menggairahkan
21,27,25,
14,16
seeking
dan beresiko
stimulasi lewat
15,33,35,43,45,
18,20,22,24,26,
pikiran,
47,49
28,30
stimulasi sosial
13,17,29,37,39,
32,34,36,38,40,
dan tingkah laku
41,51
42,44
menghindari
19,23,31,53,55
46,48,50,52,54,
situasi dan
57,59
56,58,60
Thrill &
Experience
•
•
seeking
17
14
penginderaan dan gaya hidup.
3
disinhibition
•
14
disinhibitory seperti minumminum.
4
Boredom Suscepteibility
•
aktivitas yang
15
57
monoton dan membosankan. \
Total
30
30
60
Dari tabel di atas didapatkan hasil try out bahwa dari 60 item skala sensation seeking terdapat 29 item yang valid, yaitu nomor 6,8,10, 11, 12, 15, 16, 18,
19,22,23,24,26,29,30,33,34, 38, 39,42,43,49,50,51,52,53, 54, 56, 60. Ke-29 butir pernyataan yang valid tersebut selanjutnya digunakan sebagai item penelitian.
3.5
TEKNIK UJI INSTRUMEN PENELITIAN
1. Uji Validitas Pengujian Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala alat ukur mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya. Validitas skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang disusun berdasarkan rancangan yang tepat. Karena skala yang disusun berdasarkan kawasan ukur yang teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas secara teoritik akan valid (Azwar, 2003). Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas item skala ini adalah rumus Product Moment Pearson.
58
Rumus Product Moment Pearson
rXl'
rxy- a::x:m::l? In
-
-V ['[){2 - (EXlln] ["[X2-<2::l?2In]
Keterangan: rxy
:
N
: Jumlah Subyek
LXY
: Jumlah hasil perkalian antara skor tiap item dengan
Koefisien Korelasi variabel x dan variabel y
skor total
LX
: Jumlah skor tiap item
LY
: Jumlah skor total
Uji coba terhadap 60 item dari instrumen sensation seeking menghasilkan 29 item yang valid. Sedangkan 31 item lainnya tidak valid. Seluruh item valid digunakan sebagai alat ukur penelitian. Adapun nomor-nomor item valid yang digunakan terdapat dalam tabel dibawah ini.
59
Tabel3.3
[:~~~f\
Hasil Uji Instrumen Skala Skala Pencari Sensasi No.ltem
rhllung
rlabel
Ketera ngan
No.ltem
rhllung
ria bel
Keterang an
Item 1
.0389
0.254
Item 31
-.0251
0.254
Item 2
-.1488
0.254
Item 32
.1345
0.254
Item 3
.1821
0.254
Item 33
.4752
0.254
Tidak valid Tidak valid Valid
Item 4
-.1549
0.254
Item 34
.5479
0.254
Valid
Item 5
.1791
0.254
Item 35
.0654
0.254
Item 6
.4011
0.254
Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid
Item 36
.0174
0.254
Item 7
.1779
0.254
Item 37
-.1440
0.254
Item 8 Item 9
.4130 .1877
0.254 0.254
Item 38 Item 39
.2540 .3373
0.254 0.254
Item 10 Item 11
.4591 .4001
0.254 0.254
Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid
TIdak valid Tidak valid TIdak valid Valid Valid
Item 40 Item 41
.4080 .1572
0.254 0.254
0.254
valid
Item 42
.4549
0.254
Valid Tidak valid Valid
Item 13
.3916 .2051
0.254
Item 43
.4380
0.254
Valid
Item 14
.2215
0.254
Item 44
-.2079
0.254
Item 15
.5187
0.254
Tidak valid Tidak valid Valid
Item 45
.0886
0.254
Item 16
.4502
0.254
valid
Item 46
.2185
0.254
Item 17
.2171
0.254
Item 47
.2218
0.254
Item 18
.3937
0.254
Tidak valid valid
Item 48
.1801
0.254
Item 19
.4957
0.254
valid
Item 49
.6335
0.254
TIdak valid TIdak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid
Item 12
60
Item 20
.0545
0.254
Item 21
-.0062
0.254
Item Item Item Item
22 23 24 25
.4087 .3468 .3085 -.0427
0.254 0.254 0.254 0.254
Item 26 Item 27
.5203 -.0046
0.254 0.254
Item 28
-.1620
0.254
Item 29
.5556
0.254
Tidak valid Tidak valid valid valid Valid Tidak valid valid Tidak valid Tidak valid Valid
Item 30
.4503
0.254
valid
Item50
-.0239
0.254
Item 51
.4203
0.254
Item Item Item Item
52 53 54 55
.3396 .5126 .2551 .1735
0.254 0.254 0.254 0.254
Item 56 Item 57
.3647 .0811
0.254 0.254
Item 58
-.0674
0.254
Item 59
.0345
0.254
Item 60
.2585
0.254
Tidak valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid
Tabel3.4 Revisi Blue Print Skala Pencari Sensasi No 1
2
Aspek Thrill &
Indikator
•
Kegiatan yang
Adventure
menggairahka
seeking
n dan beresiko
Experience seeking
•
Favorable 11'"
Unfavorable Jumlah 6{1},
8(~},
10(3),12(5), 16(7)
mencari
15\0),33\10),
18\"}, 22\lU),
sesuatu yang
43 (21) , 49(22)
24(12) , 26(13) ,
bersifat stimulasi lewat pikiran, penginderaan
6
30(15)
9
61
dan gaya hidup.
3
•
disinhibition
meneari
29(14),
stimulasi sosial
51 (24)
39(1~),
34(1 f), 38(10),
6
42(20)
dan tingkah laku
disinhibitory seperti minumminum.
4
•
Boredom Suseepteibility
menghindari
19(~),
situasi dan
53(26)
23(11),
50(23), 52(""),
8
54(27), 56(28),
aktivitas yang
60(29)
monoton dan membosankan.
Total
11
18
29
2. Uji Reliabilitas Dalam konsep reliabilitas, ide pokoknya adalah diperoleh hasil yang relatif sama beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subyek yang sama dan aspek ukur yang sama pula (Azmar, 2003). Uji reliabilitas terhadap
62
instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Rumus Alpha Cronbach a
=
k k - 1
[1 _~
Sj Sx
2 ]
2
Keterangan: a
: Reliabilitas instrumen
K
: Jumlah belahan tes
Sj2
: Jumlah varian dari skor item
Sx2
:
Jumlah varian dari skor tes
Menurut J.P. Guilford (dalam Kuncono, 2005: 27), prinsip umum yang digunakan untuk menafsirkan nilai r adalah sebagai berikut:
Tabel3.5 Interpretasi Nilai r
Besarnya r
Interpretasi
> 0,9
Sangat reliabel
0,7 -0,9
Reliabel
0,4 - 0,7
Cukup reliabel
0,2- 0,4
Kurang reliabel
<
0,2
Tidak reliabel
63
3.4.3. Uji Normalitas Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh, harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Uji normalitas bertujuan untuk menguji bahwa data sampel berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal (Kuncono, 2005). Data-data berskala interval sebagai hasil suatu pengukuran pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Uji normalitas merupakan salah satu syarat untuk menentukan dan melakukan analisis lebih lanjut terhadap suatu data. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui suatu data terdistribusi normal atau tidak. Apabila suatu data terdistribusi secara normal, maka analisis statistiknya menggunakan perhitungan statistik parametrik. Sebaliknya, jika suatu data tidak terdistribusi secara normal, maka analisis statistiknya menggunakan perhitungan statistik non parametrik.
Dalam uji normalitas data, digunakan rumus Shapiro - Wilk, karena jumlah responden kurang dari 100 orang (Kuncono, 2005), dengan menggunakan SPSS versi 11.5. Apabila tarat signifikansi atau nilai probabi/itas lebih besar dari tarat signitikansi yang ditetapkan 0,05, maka distribusi data dinyatakan normal. Namun, jika tarat signitikansi atau nilai probabilitas kurang dari 0,05, maka distribusi data dikatakan tidak normal.
64
3.4.4 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui variabilitas mean dari data dalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus Levene's Test melalui SPSS versi 11.5. (Kuncono, 2005). Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah : Ho: variansi pada kelompok tidak sama (homogen) Ha: variansi pada kelompok sama (heterogen) Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan probabilitas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah probabilitas lebih dari 0,05 maka Ho diterima; jika probabilitas kurang dari 0,05, maka Ho ditolak.
3.4.5. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis untuk menjawab pertanyaan utama penelitian ini, dipergunakan metode korelasi Pearson product moment. Rumus korelasi Product Moment dari Pearson dimaksudkan untuk melukiskan hUbungan antara variabel bebas dengan terikat atau digunakan untuk analisa daya pembeda item, dalam hal ini untuk melihat adanya hubungan antara variabel kepribadian sensation seeking dengan prestasi akademik.
Untuk menghitungnya, penulis menggunakan program SPSS versi 11.5. Adapun rumus Product Moment dari Pearson adalah sebagai berikut :
65
r-'Y
-
LXY- (lX)(D? In ,; fEX2 -
Ket: n
: jumlah sUbyek
X
: Skor setiap item
Y
: skor total
(LXY : kuadrat jumlah skor item
LX2
: jumlah kuadrat skor item
(LYY
: kuadrat jumlah skor total
LY2
: jumlah kuadrat skor item
Hasil perhitungan akan di intrepretasikan dengan merujuk pada tabel nilai r product moment pada level signifikan 5%. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel, maka korelasi dianggap signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima. Namun jika hasH perhitungan lebih kedl dari nHai r tabel, korelasi dianggap tidak signifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak.
67
3.7.3. Pengolahan data Tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil nilai dari pengisian skala dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisa dan dibuat laporannya. 2. Melakukan skoring terhadap skala yang telah diisi oleh responden 3. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh 4. Membuat tabel data. 5. Menganalisa data dengan menggunakan statistik untuk menguji hipotesis penelitian.
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA 4.1
Gambaran Umum Responden
Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 518 mahasiswa. Dalam penelilian ini pengambilan sampel dengan teknik (Purposive sampling). Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 mahasiswa. Berikut ini adalah gambarannya:
4.1.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam penelitian ini, sebanyak 30 orang mahasiswa sebagai responden, 8 orang berjenis kelamin perempuan (26%) dan 22 orang yang berjenis kelamin laki-Iaki (74%) dapat dilihat dalam tabel berikut:
TabeI4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Ke/amin Laki-Iaki Perempuan Total
Frekuensi 22
8 30
Persentase 74% 26% 100%
("AJ
69
4.1.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Dari 30 responden yang diteliti berdasarkan usia pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa responden berasal dari usia yang berbeda, mulai dari usia 18 tahun sampai dengan 20 tahun. Responden yang berusia 18 tahun dengan total persentase 20%. Sementara, untuk responden yang berusia 19 tahun sebesar 30%, responden yang berusia 20 tahun sebesar 50%, Berikut ini adalah gambaran umum responden berdasarkan usia berupa tabel:
Tabe/4.1.2. Gambaran umum responden berdasarkan Usia Usia
Frekuensi
Jumlah
Persentase
(%) 18 tahun 19 tahun
L 5 6
20 tahun Total
11 22
P 1 3
4 8
L 6 9 15 30
20% 30% 50 % 100%
4.1.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Semester Adapun responden berdasarkan semester, berdasarkan semester II (20%), semester IV (20%), semester VI (60%). Berikut ini gambaran umum responden berdasarkan semester yang sajikan dalam bentuk tabel:
70
Tabel 4.1.3. Gambaran umum responden berdasarkan semester Semester
Frekuensi
Jumlah
Persentase (%)
II IV VI Total
L 2 4 16 22
P
2;
4 2 3
6 6 18 30
8
20% 20% 60% 100%
4.1.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Indeks Prestasi Gambaran umum berdasarkan indeks prestasi antara lain IP 1,00 - 2,00 (10%), IP 2,01- 3,00 (73%), IP 3,01 - 4,00 (17%). Indeks prestasi dilaksanakan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.1.4. Gambaran umum responden berdasarkan ( IP ) Indeks Prestasi
(IP)
Frekuensi
Jumlah
1,00 -2,00 2,01 -3,00 3,01 -4,00 Total
Persentase
(%)
Indeks Prestasi
L
P
2;
1 20 1 22
2 2 8 8
3 22
5 30
10 % 73% 17% 100%
71
4.2 Presentasi Data 4.2.1. Uji Normalitas Jika data yang dianalisis berskala interval pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk membuktikan bahwa sebaran data sudah bisa dikatakan normal atau mendekati normal, perlu dilakukan pengujian normalitas data (Singgih Santoso, 2008). Uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel, tidak lain sebenarnya adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis (Suharsimi, 2005). Dengan demikian, uji normalitas data dan uji varians adalah hal yang lazim dilakukan sebelum sebuah metode statistik diterapkan.
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk. Karena uji Shapiro Wilk adalah salah satu cara untuk menguji
kebaikan yang pantas (goodness of fit) dan baik digunakan apabila responden pengujian kurang dari 100 (Kuncono, 2005). Dalam hal ini digunakan untuk menentukan apakah distribusi frekuensi pengamatan dari suatu variabel secara signifikan berbeda dari yang diharapkan atau distribusi frekuensi teoritis. Sehingga hipotesis statistiknya adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis) (Sevilla, 1993). Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah :
72
Ho = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Tabel. 4.2.1. Normalitas Sensation Seeking Tests of Normality
Shaoiro-Wilk df Statistic sensation .964 seekinQ * This is a iower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Si.
30
.382
Dari tabel di atas dapat diketahui hasH uji normalitas data pada skala sensation seeking diperoleh angka probabilitas sebesar 0,382 dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka diketahui bahwa nHai probabilitas 0,382 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Berikut ini adalah gambar diagram QQ Plots keluaran SPSS versi 11.5.
73
2.0 o
1.5 o o
1.0
o o
o
.5 o
0.0
o
o
-.5 o
-1.0 -1.5 0
-2.0 80
.
90
100
110
120
Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel sensation
seeking berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas. Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis (8inggih 8antoso, 2008).
4.2.2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama (8uharsimi, 2002). Kesamaan asal sampel ini antara lain dibuktikan dengan adanya kesamaan variasi-variasi kelompok yang membentuk sampel tersebut. Jika ternyata tidak terdapat perbedaan variasi di antara kelompok sampel dan ini mengandung arti bahwa kelompok-kelompok tersebut homogen, maka dapat
74
dikatakan bahwa kelompok-kelompok sampel tersebut berasal dari populasi yang sama. Pengujian homogenitas sampel sangat penting apabila peneliti bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitiannya serta penelitian yang data penelitiannya diambil dari kelompok-kelompok terpisah yang berasal dari satu populasi (Arikunto, 2005).
Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus Levene Test. Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah : Ho = Varians data bersifat tidak homogen atau tidak identik. Ha
=Varians data bersifat homogen atau identik.
Pengambilan keputusan untuk data penelitian ini menggunakan perbandingan probabilitas, jika pengambilan keputusan menggunakan probabilitas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah probabilitas > 0,05, maka He diterima. Sedangkan, probabilitas < 0,05, maka He ditolak.
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan melalui program SPSS versi 11.5 diperoleh hasil sebagai berikut :
75
Table 4.5 Tabel Homogenltas Sensation Seeking Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic 1.643
df2
df1 2
Sig. 27
.212
Untuk pengambilan keputusan dalam penelilian ini penulis menggunakan probabilitas. Dari tabel uji homogenitas dialas, dapat diketahui bahwa sensation seeking dengan prestasi akademik memiliki probabilitas dengan nilai signifikansi 0,212 > 0,05. sehingga dapat disimpulkan bahwa skala lersebut Ho diterima dan artinya varians data bersifat homogen atau identik.
4.3.
Kategorisasi
Tujuan kategorisasi ini adalah menempalkan individu kedalam kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kuanlum berdasarkan atribut yang diukur, misalnya dari rendah ke linggi, dari negatif ke positif, dari paling jelek ke baik, dan semacamnya. Dalam menentukan nilai lersebul menggunakan skala sensation seeking yang terdiri dari 29 ilem kalimat pernyataan.
77
Tabel4.3 Taber Kategori Sensation seeking Kategorl
NiJai
Angka
Frekuensl
Presentase (%)
Rendah
X < (M-1S0)
X < 99
1
3%
Sedang
(M-1 SO»X>(M+1 SO)
100 >X> 122
24
80%
T1nggl
X> (M+1SP)
X> 123
5
17%
30
100 %
Total
Dari label dialas dapal dilihal bahwa sebanyak 1 orang (3%) memiliki lingkal rendah, 24 orang (80%) memiliki lingkal yang sedang, sisanya 5 (17%) memiliki lingkat yang linggi.
4.4. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rum us korelasi product moment dari Pearson, yailu dengan mengkorelasikan jumlah skor variabel sensation seeking dengan preslasi akademik. Rumus korelasi product moment ini digunakan unluk mengelahui kekualan hubungan anlar dua variabel.
Hasil perbandingan dengan nilai r label unluk sampel 30 orang, diperoleh r label sebesar 0,456 pada a = 0,01 dan 0,355 pada a =0,0
78
TabeI4.4. Nilai r hitung Sense
r
hitung
r
0,235
tabel
(N=30, 0.05)
0,355
r
tabei
(N=30, 0.01)
0,456
Hal ini menunjukkan, bahwa nilai r hilung lebih keeil dibandingkan nilai r label pad a a
=0,01 maupun pad a a =0,05. Dengan demikian, hipotesis alternatif
yang menyatakan terdapat hubungan sensation seeking dengan prestasi akademik ditolak. Sedangkan hipotesis nol yang menyatakan, bahwa tidak terdapat hubungan antara sensation seeking dengan prestasi akademik
diterima. Berdasarkan tabel 4.4 diketahui, bahwa koefisien korelasi antara skala sensation seeking dengan prestasi akademik adalah sebesar 0,235 dengan nHai (sig < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sensation seeking dengan prestasi akademik
BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pad a bab 4, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara sensation seeking dengan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai koefisien r hilung lebih kecil dari pada r label (0.235 < 0,355) pada taraf signifikansi 5% yang menyebabkan Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya bahwa tidak ada hubungan antara sensation seeking dengan prestasi akademik mahasiswa fakultas Psikologi UIN Jakarta.
5.2. Diskusi Tinggi rendahnya prestasi akademik mahasiswa dipengaruhi beberapa faklor. faklor anlara lain internal dan eksternal (Winkel, 1996). Faklor internal adalah faklor yang berada dalam diri siswa, yailu kecerdasan (intelegensi), baka!, minai, kepribadian, dan motivasi. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor ekslernal adalah faktor di luar diri siswa, yaitu keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam perkembangan inlernalnya seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi lebih berprestasi dalam prestasi
80
akademiknya, dan dalam faktor eksternal lingkungan keluarga dan sekolah harus turut mendukung agar siswa lebih berprestasi, jika Iingkungan keluarga tidak dapat mendukung maka kemungkinan siswa akan bermasalah. Semua faktor ini turut menentukan bagaimana prestasi akademik siswa dalam mencapai nHai tinggi.
Dapat dijelaskan dalam suatu penelitian yang menyatakan bahwa rutinitas kelas yang membosankan dapat meyebabkan rasa bosan yang kuat pada pencari sensasi tinggi yang sangat rentan pada perhatian yang terus menerus, karena itu membuka jalan timbulnya perilaku yang bermasalah seperti gelisah, banyak bicara dan menggangu (Blum et ai, 2000). Pencari sensasi tinggi merasa kegiatan debat dan pemberian tugas di luar sekolah adalah hal yang lebih menarik (Merrens & Branningan, 1998).
Korelasi antara sensation seeking dengan intelegensi secara umum adalah signifikan tetapi tidak tinggi (London & Exner, 1978). Sebuah penelitian yang dHakukan di Mauritius menemukan bahwa mereka yang mempunyai sensation seeking yang lebih tinggi pada usia 3 tahun, mempunyai skor
intelegensi 12 angka lebih tinggi pada usia 11 tahun daripada mereka yang ketika usia 3 tahun memiliki nilai sensation seeking yang rendah. HasH tersebut sama pada anak laki-Iaki dan perempuan dan tidak dipengaruhi oleh tipe pekerjaan dan pendidikan orang tua (Schultz & Schultz, 2005).
82
5.3. Saran 5.3.1. Secara Teoritis 1. Bagi peneliti selanjutnya, memperbaiki item supaya mudah dipahami oleh subyek sehingga hasilnya dapat diolah dengan benar, tepat dan sesuai. 2. Disarankan juga peneliti selanjutnya, untuk memperbanyak jumlah sampel sehingga dapat mewakili populasi yang dituju dan untuk menghindari proporsi sampel yang tidak seimbang. 3. Perlu ditelusuri lebih lanjut dengan menggunakan sUbjek yang lebih luas, misalnya pada Fakultas Psikologi di Universitas lain. Sehingga mendapatkan variasi subjek yang beragam. 4. Buatlah jadwal atau schedule time mengenai proses waktu yang diinginkan dalam melakukan penelitian, agar tidak berbenturan dengan jadwal dari pihak Fakultas. 5. penelitian ini berguna bagi bagi anak-anak berbakat yang mempunyai kelebihan khusus pada cara belajarnya dengan lebih banyak stimulus.
5.3.2. Secara Praktis 1. Dalam penelitian ini tidak didapatkan hubungan signifikan antara sensation seeking dengan prestasi akademik, tetapi kepribadian sensation seeking ternyata bisa berprestasi pada suatu ajang olahraga.
83
2. Sebagai referensi para pendidik, keluarga, serta praktisi terkait lainnya, bahwa kerpibadian sensation seeking bukanlah suatu masalah kepribadian jika ditempatkan pada kegiatan lain yang lebih berguna contohnya olahraga. 3. Sebagai bahan penelitian bagi para pendidik bahwa kepribadian sensation
seeking bukan suatu masalah jika bisa menciptakan dan menempatkan situasi kelas yang menyenangkan dan aktif (membuat kelompokkelompok dalam mengerjakan tugas, menciptakan suasana kelas yang interaktif, mengadakan study tour, atau melakukan metode pembelajaran seperti sekolah alam).
Assalamu Alaikum WR.Wb
Perkenalkan, nama saya Fachdi Amanta, saya mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian untuk keperluan tugas akhir. Saya berharap anda bersedia ikut berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Pada setiap responden akan diajukan beberapa pernyataan dan respond en diminta untuk memberikan respon dalam bentuk pilihan jawaban. Apapun jawaban yang anda berikan, kemurniannya akan berarti penting untuk menentukan keberhasilan penelitian ini. Oleh karena itu, diharapkan untuk memberikan jawaban apa adanya, sehingga and a tidak perlu takut. Yang diperlukan adalah kesungguhan dan kejujuran anda untuk menjawab. Atas kesediaan dan kerja samanya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Fachdi Amante
SKALA SENSATION SEEKING No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
PERNYATAAN
Saya tidak ingin bermain aruna ieram Saya tidak inQin mencoba teriun payunQ Saya tidak suka pada kegiatan paniat tebina Saya lebih suka istirahat dirumah pada akhir pekan Panjat tebing menurut saya adalah olahraga yang membahayakan Saya suka olahraQa menantanQ Menurut saya seseorang tidak harus berpakaian rapi sesuai denaan standar etika, situasi dan kondisi Saya tidak suka pada acara pesta dan berfoya-foya Saya senang berhubungan dengan orang-orang yanQ bertinQkah seperti kaum "elit" (kelas atas)' Saya tidak suka apabila bertemu dengan orangorana baru Saya sangat menikmati film yang sebelumnya sudah saya tonton dengan menontonnya beberapa kali Saya tidak suka apabila bertemu dengan orangorang baru Saya tidak ingin mencoba sesuatu hal baru yang menimbulkan resiko Saya merasa bahagia dengan orang yang bersenang-senang diatas penderitaan orang lain sebagai lelucon/candaan. Saya tidak senang jika jadi bahan perhatian orang lain Saya lebih senang gaya hidup yang tidak usah mengikuti aturan, yang sesuai dengan kemauan saya sendiri Saya tidak suka berada pada keramaian orang Saya tidak suka kebut-kebutan di ialanan Saya menyukai apa yang saya rasakan ketika berdiri di ketinQQian Saya tidak suka membuat keributan dalam kelas Sava suka minum-minuman beralkohol Saya suka pada situasi baru atau Iingkungan yang baru Saya tidak suka apabila menonton film yang sudah pernah saya tonton Saya ingin melakukan perjalanan tanpa rencana atau tanpa rute dengan jadwal yang tak pasti Saya tidak senanQ pergi ketempat ramai Saya tidak suka pada kegiatan di dalam kelas yang hanya mendengarkan dosen berbicara Saya merasa senanQ mendengarkan dosen
SS
S
TS
STS
28 29
berbicara dalam kelas dalam waktu vana lama Saya mudah resah bila harus tinggal dilingkungan rumah dalam ianaka waktu yanq paniana Menurut saya, saya termasuk orang yang sabar mentaati pada peraturan yang mengikat dan situasi yang monoton.
.
.1 I
~I -. a"""
~j
~w~.
1,., . , . ,
e]
,N N
.....
'"
M
N
N
N
~~
II II "
.~
..
N
.., ...
11 JI
..""M . .
i~~~
CI)"':<>i<"i
'"
.....
"
N
'"
M
N
"
"
!!::~sg,a
Jl~"'
(/)":NM
..
J~~~ l5
• ~
.~ ~~~
II
"':C'i
..
.~
lI)..:C'if'i
.. ,.., M
..
M
....
"'
"
.
.., ., ... '" .. '" '" ., '" N
.... "
'" . . . . . . , .. N
"
,., '" N
'" "
0'
.. - .. _....
~~~~~~~888~8og~~~~~N~~8~g~n~~~~
~
~~
~~--~- ------~~~~-
'i
n"'~N"'M~."'''''''''''''N''''''''''''''''''''''''''''''''''''N'''''''''",
n ... "''''''' ....... l:l "' lil :l ..
" , n M ..
"'
'"
N . , .. "'~"':
"
"'
n~
M
'''
M
N"'~
:e .. ,..
~,.,"'~
M
"''''r>.,. .. " .. ·M
.., .. ,
"' .. "'
",M
.. N
..,
"
" '"
/'l ., .,
~
., ..
., ..
'"
'"
:;,.
N
'''''':M
N'''
..,~
"'
"'''
'" .,
"'
M
..,
N
...
·'
'"
"''''M
...
'"
v
'"
",., '" "''',",'' ., ., '" .. '" ., .. '" '" ., ... ., .. ~~"' ... "' ,.,,., ... "'''''''
;! ,., .... "' ... "'''
N
N
,'"'
..
".,
.. to
"'
"'''' .. N'''
..,
'" '" '" '"
M
'''M'''''''''MN''''''M..,'''..,''
NM
:;,.
-"'
"'
M
.,''''''
~
:! "'
'"
.,
j;
~MNM
'''..,.
M
'"
;.,
fl
M
'" "'
" N M '"
A"''''..,~'''N'''
~
''''''N'''..,'''
M.,~N'''..,'''N'''
"'''' ",,,,,, "'''' ", .. "'
N
"'.M NN -
~
... ",,, '" '" '"
M
M
'"
M
..
.,
..
"
..
'" '" '" '" '" "''' "'" " ., '" _ ...
...
N_''' "'
'"
N
,.,
,., ..... ~ .. ''' .. ,.,_n ,., M
,., ,
.* Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
~
L I A B I LIT Y
VAROOOOI VAROOO02 VAROOO03 VAROOO04 YAROOO05 VAROOO06 VAROOO07 VAROOO08 VAROOO09 VAROO010 VAROOOll VAROOO12 VAROOO13 VAROOO14 VAROOO15 VAROO016 VAROOO17 VAROOO18 VAROOO19 VAROO020 VAROO021 VAROO022 VAROO023 VAROO024 VAROO025 VAROO026 VAROO027 VAROO028 VAROO029 VAROO030 VAROO031 VAROO032 VAROO033 VAROO034 VAROO035 VAROO036 VAROO037 VAROO038 VAROO039 VAROO040 VAROO041 VAROOO42 VAROO043 VAROO044 VAROO045 VAROO046 VAROO047 VAROO048
A NA L Y S I S
S CAL E
Mean
Std Dev
Cases
3.5667 1.9333 3.3333 3.5667 3.2333 3.1000 3.0333 3.4667 3.6667 3.5333 3.4333 3.3333 3.3000 2.-9667 3.1333 3.1667 3.0000 3.2333 3.2333 2.5667 2.5333 3.0000 3.3333 3.3000 2.7333 3.2000 3.3333 3.4000 2.9000 3.1000 3.1000 2.3667 3.5333 3.2333 2.9667 2.9333 1.9667 3.2667 3.0333 3.2090
.6261 .7397 .8023 .6261 .8172 .4026 .6149 .5713 .6065 .5713 .5683 .6065 .7022 .5561 .6814 .8339 .8305 .6261 .6261 .8584 .6288 .7878 .8023 .5960 .7397 .9248 .6065 .7701 .8847 .8030 .6074 .7649 .7303 .6789 .8087 .6397 .7649 .7397 .8087 .7144 .8137 .9499 .9444 .6915 .7022 .7761 .6989 .7022
30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0
2.40~0
'2.. 16,7 2.9333 2.73}3 3.3000 2.8667 3.1667 2.700.0
-j
:00.0
30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30,.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0
(A L PH A)
ELI A B I LIT Y
VAROO049 VAROO050 VAROO051 VAROO052 VAROO053 ·VAROO054 VARODD51;i VAROO056 VAROO057 VAROO058 VAROO059 VAROO060 :istics for
SCALE
ANAL Y SIS
(A L PH A)
Mean
Std Dev
Cases
3.1000 3.2333 3.2667 2.8333 2.8000 3.0000 2.9667 3.1333 2.7667 3.1000 3.4000 2.8333
.6074 .5683 .5833 .7466 .8052 .8305 .8087 .6814 .7279 .7589 .8550 .7915
30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.6 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0
Mean
Variance
182.9333
154.8920
ELIABILITY
S CAL E
N of Variables 60
Std Dev 12.4456
ANALYSIS
S
CAL E
(A L P H A)
\-total statistics
Scale Mean
'0001 '0002 0003 OOD4 OOD5 .0.0.06 .0007 0008 0009 .0010 001.1 0012
9'91~
9 0 1,1 991-:5
0016 0017 0018 0019
Scale Variana6
if Item Deleted
if Item Deleted
179.3667 181. 0000 179.6000 17·9.3667 179.7000 179.8333 17'1.'1000 17S1.4fi,f'i7 17S1.26(i7 179.4000 179, S()OO 179, ()()()O 179, li.33.3 :P 9 ,9lili7
153.8954 157.1034 150.6621 156.9299 150.6310 150.76.4.4 151.8172 14.8.8092 151.7195 148.179 3 149,017'2 14~, 731\') 150.8609
:L7.9,?999
179,7667 179.9333 179.7000 179.7000
!~!;~~~~
145.8897 i4!>:iS06 . - .. 14'1'.788'5 148.4931 146.9759 '
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.0389 -.1488 .1821 -.1549 .17·91 .4011 .177'1 .4130 .1877 .4591 .4001 .3916 , ,2.0.51
.8103 .8155 .8075 .8143 .8077 .8.044 .807.4 .8028 .8072 •.8019 , .803.0 ,8029 ,fj Oli8
,~n?
,89!?s
.2171
,7991 . 79 99 .8066 .8028 ·8005
.5187 .4502 .3937 .4957
180.3667 180.4000 179.9333 179.6000 179.6333 1.80.2000 179. 7 333 179.6000 179.5333 18 0 • 0 333 :).79'133 33
120 121 122 )23 )24 )25 )26 )27 )28 ~29
):30 )31 032 033 034 035 036 037 038 039 040 041 042 043 044 ,045 '046 1047 1.0.4.8 1049 1050 1051 1052 )053 1054 1055 l056 l057 )058 )059 )060
p
~J,?:3:3:3
180,5667 179.4000 179.7000 179.9667 180.0000 180.9667 179.6667 179.9000 179.7333 180.5333 180.7667 180.0000 180.2000 179.6333 180.0667 179.7667 1.80.2333 179.8333 ...... 179.7000 179.6667 180.1000 180.1333 179.9333 179.9667 179.8000 180.1667 179.8333 179.5333 180.1000
~i1ity
=
11!:i. !:in o 1?1,~();::3
151.7713 145.9724 145.4586 152.9299 154.2069 157.067.8 149.7471 147.6103 147.3057 151.0851 143.6333 144.0690 158.0276 152.8609 150.1333 150.5989 151. 2.8B5 145.2471 154.9069 148.5747 148.1621 144.3264 149.0299 150.7920 148.3724 152.9023 155.5920 153.4299 149.2655
.0545 -.0062 .4087 .3468 .3085 -.0427 .5203 -.0046 -.1620 .5556 .4503 -.0251 .1345 .4752 .5479 .0654 .0174 -.1440 .2540 .3373 .4080 .1572 .4549 .4380 -.2079 .0886 .2185 .2218 .1BOl .6335 -.0239 .4203 .3396 .5126 .2551 .1735 .3647 .0811 -.0674 .0345 .2585
.8114 .8112 .80lA .8030 .8047 .8130 .7971 .81-11 .816 2 , 79 63 .13 9P;:: ,8n? • 80 13 7 .8000 .7988 .8107 .8108 .8157 .8056 .8033 .8018 .8083 .7991 .7997 .8163 .8096 .8065 .8064 . B.D7.4 .7978 .8112 .8025 .8034 .7984 .8056 .8078 .8031 .8099 .8137 .8119 .8055
Coefficients
Cases a
152.9989 154.5931 14.6.4182 1£17.4897 150.0333 155.1310 142. !';4n 154.593115 7 ,429 9 14.2,3 7 8 2
N of Items
30.0 .8088 f
60
Skala Sensatton Seeking
IJEK
1 2 l ! ; I
, i I
ITEM 1 13 4 4 4 4 4 4 4 4
)
'I,
I ! I I ;
3 3 2 4 3 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4
"
2 2 3 2 1 3 2,
1 2 1 2 2 2 3 1 2 3 1 2 2 1 2 3 1 2 2 3 3 2 1 1
3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4
4 2 4 4 2 3 4 4 4
3 3 4 1 4
4 3 3 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4
3 3 3 4 4
5 4 3 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 1 4 4 3 3 2 4
3 3 4
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3
7 3 2 4 3 3 3 3 1 3 3 4 3 2,
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 ,3 3 3 4
3 4 3
6 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
9 3 ,'I
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4
10 11 4 3 3, 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 'I, 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4
12 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2, 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3
13 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2
4 3 4 3 ,'I 3
15 3 2 4 3 3 2 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4
3 4 3
16 3 1 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 1 4
17 3 3 2 3 1 3 4 4 3 1 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 .4 2 4
3
18 3 2 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4
,
19 20 3 2 2 1 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2' 3 3 4 1 3 2 3 3 3 4 ' 1 2 3 3 2 3 4 2 3 4 2 3 4 4 1 2 3
21 3 2 2 2 2 1 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3
2 3 3
23 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 1 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 ( 3 4 3 4 2 4 3 4 4 1 1 3 ''I 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 1 4 3
22
24 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3
25 3 3 2 2 3 4 3
1 2 3 3 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2' 'I' 3
26 27 4 2 2 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 ,3 4 3 3 3 4 4 "'2 ' 4 3 3 3 1 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 'I' 3 4 1 3 3
28 3 4 3 3 4 4 4
29 30 3 4 2 2 3 4 4 3 2' 3 3 1 3 4 1 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3' 3 4 ' 1, t "' 4 2 3 3' 3 4 4, ,·3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 4 2 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 2 4 1 4 4 3 3
3l 3 4 3 4 3
32 3 3 3
2 3 2 1 4 4 2 3 1 2 3 3 3 2 '3 3 ,2 3 "3 2 3 2 ',,3, '2 3 3 4 2 2 3 2 3 3 3 1 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 2 4 1 3 2 3
3ll
4 1 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4
3 4 3 4 4
Skala Sensation Seeking
351
3 3 2 3 3 4 4 3 1 3 3 3 3
2 3 4 1 3 3
4 3 3 4 3 3 4
2 4 3 2
36 3 3 2 3 2 4 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3
37' 3 2 2 2 1 2 2 1 4 2 2 2 3 2 2 2 1
2 1
2 1
1 1 2 2 4
2 2 2 2
38 38 40 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 '4 3 4 3 4 ,4 4 2 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 ~ 3 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 1 4 4 2 ~ 1
41 3 1 3 3 1 1 2 1 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 4 2' 4 3
42 3 1 1 2 1 1 2 4 3' 2 3 3 2 1 3 3 1 3 3 ~
,2 2 2 3 3'
1 4
1 1 2
43 3 1 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3
3 2 4 4 -4
1 1 1
44 3 1 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3
3 1 3 3 2
45
4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 1
4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3
46 3
2 4 3 3 1 '3 2 3 3 3 3 4, 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4
4
1
3 3
2 2
ITEM 47 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 '3 3 3 3 4 4 4 3 4 ' 3 3 4 4 2 1
48 3 2 1 2 3 3 2 4 3 2 2 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3
49
3 2
3 3 4 3 3 2
3 3 3 2
3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3
3 3
3
50 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4
51 52 3 i 3 3 2 4 2 4 3 3 ' 3 4 1 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 - 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 4 I4 3 3 3 3 3 3 3 3
3
4 4
4 3 3
3 3
4 2 2 3
53 3 3 3 3 3 2 3 4 1 3 3 3 1 3 3 3 2 4 2 4 3 2 2 3 3
54
3 . 2 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 , 3 :4 3 '4 3 ; 3 '2 '2 : 4 ; 3
3 ' 3 4 :4 4 3 2 ' 1 2 1
65 3 3 2 3 3 3 1 3 4 4 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 4 4 3 3
3 4
56 3 2 4 3 .2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4
57 3 2 3 2 3 2 3 1
58 2 3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3
4 4 3
2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3
4
4
1 3
2
2 4 2
4 3 3
3
4 3
4
3.
2
59 60 3 ,3 3 2 3 2 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 1 3 3 3 3 3 1 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 4 3 4 2 3 1 4 3 4 3 2 3 4 1 3 3 4 4 4 3 4 4
.~-
,
Tests of Normality Shapiro-Wilk
KolmoQorov-Smirnov(a) Statistic
VAROOO01
Sia.
df
.092
30
df
Statistic
.200(*)
.964
Sig. .382
30
* This IS a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
2.0..--------------------, o
1.5 o
1.0
o o o
.5
o
0.0
o
-.5
o
-1.0 -1.5
-2.0<80
~----~---~-----! 90 100 110 120
Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic
VAROOO01
df1
1.643
2
27
.212
Based on Median
1.082
2
27
.353
1.082
2
22.757
.356
1.588
2
27
.223
Based on Median and with adjusted df Based on trimmed
mean
Correlations
I VAROOO01
VAROOO02
Sio.
df2
Based on Mean
Pearson Correlation Si9. (2-tailed) N Pearson Correlation Si9. (2"tailed) N
VAROOO01
VAROOO02
1
.235
30
.211 30
.235
1
.211 30
30
DAFTAR PUSTAKA BUKU: Azwar, Saifudin. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Atwater, E. (1983). Psychology of adjusment, personal Growth in a changing world. Berliner, david C. & Calfee, Robert,c. (1998). Handbook of educational Psychology. Ciccarelli, Saundra K. & Meyer, Gleen E. (2006). Psychology. New Jersey: Pearson Prentice. Hall. Crow, Lester D., Alice crow. (1985). Educational Psychology. Resived ed. New York. Chowdhurry, Mohammed., & Amin, Mohammed N. (2006). Personality and Student's Academic Achievement. Chaplin, J.P. Alih Bahasa Kartini Kartono. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Cet. Ke-9. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Eysenck, Michael W. (2000). Psychology, A Student's Handbook. East Susset : Psychology Press. Farley, F.H., & Farley, S.v. (1967). Extraversion and stimulus seeking motivasion, journal of counseling Psychology. Gunarsa, Singgih D. (1984) Psikologi Olahraga. (Ed I) Jakarta: BPK Gunung Mulia. Guilford, J.P. & Fruchter, B. (1978). Fundamentals Stantistics in Psychology and Education. London: McGraw-Hili International Book Company. Ganda, Y. (2004). Petunjuk Praktis Cara Mahasiswa Belajar Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia Widiasarna.
Siameto (1988). Be/ajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: P.T. Bina Aksara.
Wegner, D. M., & Pennebaker, J.W. (1993). Handbook of mental control. Engwood Cliffs, NJ : Prentice Hall. Winkel, W.S. (1983). Psik%gi Pendidikan dan Eva/uasi Be/ajar, Jakarta: Gramedia. Zuckerman, Marvin. (1991). Psychology of personality - Problems in the Behaviour Sciences Cambrigde University Press. Zuckerman, Marvin. (1994) Behavioural Expressions and Biosocial. Bases of sensation seeking. New York Press Syndicate of University Cambridge.
WEBSITES:
hltp:l!www.adventure.com ©1998 -2003.. hltp:llwww.adventurain.com © 1998 - 2003. hltp:llwww.depdiknas.go.id. 2009. hltp:llwww.adventuretrain.com © 1998 - 2003. adventure Training Consultants site. hltp:llwww.BunggyJump.com © 1998 - 2003. hltp:llwww.Fmarion.edu/personality/corr/eysenckleysthe.htm. hltp:llid.wikipedia.org/wikilPerguruan tinggL Wikipedia Bahasa Indonesia.Di akses pada 23 Oktober 2008. hltp:llwww.ristaking.co.uk