PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGATASI KONFLIK ANTAR KELOMPOKANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN DAN MAHASISWA UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAYASAN ADMINISTRASIINDONESIA SALEMBAJAKARTAPUSAT
Oleh MUKHTAR
NIM. 102070025916 Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGATASI KONFLIK ANTAR KELOMPOK ANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA DAN MAHASISWA UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAYASAN ADMINISTRASI INDONESIA SALEMBA JAKARTA PUSAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh MUKHTAR NIM 102070025916
Oi Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Pembimbing I
p M.Si
hazy Salem, M.Si
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H - 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul "Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok Mahasiswa Indonesia
Antara
Mahasiswa
Universitas Salemba
Universitas
Persada
Jakarta
Kristen
Indonesia
Pusat"
telah
Indonesia
Yayasan
diujikan
Dan
Administrasi
dalam
Sidang
Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada : Tanggal 31 Januari 2007 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Jakarta, 04 Februari 2007
SIDANG MUNAQASYAH
Sekretaris Merangkap Anggota
Anggota Penguji I
~:~
B~di,Ph.D NIP. 150326891
M.Si
Pembimbing I
M.Si
azy Salom, M.Si
:;Motto:
Peru6alian fiaafali 'Kfniscayaan, 'Te6arlWn Senyuman, SemailWn 'Kfaamaian (])an 'Ta6urlWn 1(asili Sayang
Setiap detifi.pun (j)ia sefalu me1l{jawasi, tanpa dlmintapun (j)ia seCafu mem6eri, mestinya setiap udara ya1lfJ kjta fiirup dan setetes air ya1lfJ kjta minum cu~p mem6uat kjta me1l{jenafdan mencintai-:Nya
1(arya seaerliana ini ltupersem6alikgn teruntult ayali aan i6ultu tercinta serta I?gl?g~ atfiFt:atfiltltuyang altu sayangi
ABSTRAKSI (A) Fakultas Psikologi (8) Januari 2007 (C) Mukhtar (0) Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok antara Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Mahasiswa Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia (UPI YAI) Salemba Jakarta Pusat (E) xi + 90 (F) Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak terlepas berinteraksi dengan orang lain atau dengan masyarakat sekitarnya. Demikian pula dalam kelompok, setiap anggota kelompok dapat berinteraksi sesama anggota kelompok maupun antar kelompok. Namun hidup di kota-kota besar/metropolitan yang memiliki beragam tatanan nilai, perbedaan latar belakang sosial-budaya dan ekonomi, serta persaingan yang cukup tinggi. Hal ini merupakan potensi terjadinya konflik, baik konflik psikologis, konflik antar pribadi dan konflik antar kelompok. Parahnya ketika terjadi konflik antar kelompok pihak kelompok sendiri (mahasiswa UKI dan Mahasiswa YAI) dan perangkatnya belum mampu meredam konflik yang terjadi puluhan tahun yang lalu, bahkan hampir menjadi tradisi tahunan.
Dengan melihat potensi kemampuan mengatasi konflik yang dimiliki oleh mahasiswa, melalui gambaran pola interaksi, komunikasi dan cara mereka mengatasi konflik akan diketahui secara jelas aspek-aspek yang mempengaruhi proses penyelesaian konflik selama ini. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dengan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Pendekatan penelitian yang dipakai adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa UKI dan YAI salemba Jakarta Pusat, sedangkan sampellresponden yang dipakai sebanyak 60 mahasiswa dengan rincian mahasiswa Universitas Kristen (UKI) 30 orang dan Yayasan Administrasi Indonesia (YAI) 30 orang. Pengambilan sampellresponden dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan desain sampling tetap (fixed sampling design), metode yang digunakan yaitu restricted random sample, artinya sampel yang dipilih dari populasi dikelompokkan terlebih dahulu. Teknik pengambilan sampel dengan multiple stage sample yang berarti sampel ditarik dari
kelompok-kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi sampel. Cara tersebut direalisasikan dengan equal probability artinya dari tiap kelompok populasi dapat dimasukkan menjadi sampel dan setiap anggota kelompok mempunyai probability yang sama untuk menjadi sampel. Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan instrumen berupa skala model Likert dengan 4 alternatif jawaban. Skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok berjumlah 41 item dengan nilai realibilitas 0.9409. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 11.5 yang meliputi korelasi Pearson untuk menguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan uji-t (t-test) untuk pengujian hipotesis penelitian. Data yang didapat diolah dengan prosedur statistik dengan menggunakan SPSS versi 11.5 Dari uji hipotesis diketahui bahwa nilai t-hitung yang didapat adalah sebesar -1,645 sedangkan t-tabel untuk N=60 adalah 2,021 dengan taraf signifikansi 5% (-1,645 < 2,021). Dengan demikian t hitung lebih keeil dari pada t tabel, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan mengatasi konflik antar mahasiswa UKI dengan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan pada dua kampus/universitas yaitu Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Yayasan Administrasi Indonesia (YAI) Salemba Jakarta Pusat. Akan lebih lengkap dan detail apabila penelitian ini dilakukan dengan penambahan metode kualitatif dan dengan mengikut sertakan universitas-universitas lainnya yang pernah terlibat konflik dengan UKIIYAI seperti Universitas Bung Karno (UBK). Penelitian ini hanya mengukur satu aspek yaitu untuk melihat perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar-kelompok saja, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneari pengaruh atau peranan dari kerjasama antar universitas, adanya kegiatan bersama dan institusi masyarakat sekitar dalam meneegah konflik antar kelompok sehingga adanya satu komitmen bersama dalam menyelesaikan masalah tersebut.
(G) Daftar Pustaka, 31 buku (1980 - 2006), 2 Buletin Psikologi, dan 21 Situs Website Internet
Kata Pengantar Segala puji hanya milik Allah SWT., Dzat yang menebarkan kasih sayang,
Dzat yang selalu memberi kepada makhlukNya meski tanpa diminta, Dzat yang mengetahui segala gerak-gerik kita, shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada sosok pribadi mengesankan (Muhammad) SAW. yang menjadi panutan dan tauladan umat manusia. Perubahan adalah keniscayaan ada siang ada ma..lam, ada kehidupan ada kematian, ada perjumpaan ada perpisahan, setelah sekian lama berada di Iingkungan Fakultas Psikologi, namun tak terasa rasanya begitu sebentar, akhirnya untuk mengakhiri pendidikan ini penulis menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok Antara Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Dan Mahasiswa Universitas Persada Indonesia Vayasan Administrasi Indonesia (UPI VAl) Salemba Jakarta Pusat". Skripsi ini dapat selesai karena adanya dukungan dari semua pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ora. Netty Hartati, M.Si (Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Oosen Penasehat Akademik), terima kasih kepada Oosen Pembimbing Skripsi dan Pembantu Oekan Bidang Akademik, Ibu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si, yang ditengah-tengah kesibukannya selalu memberikan semangat, senyuman dan dorongan yang tulus kepada penulis, demikian juga kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Bapak Ghozy Salom, M.Si yang telah mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa kepada semua dosen psikologi yang telah banyak memberikan makna hidup. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas semuanya. Cinta, kasih sayang, ketulusan, pengorbanan dan doa yang selalu engkau berikan.
Demikian juga untuk kakakku, adik-adikku dan semua keluargaku terima kasih, semoga Allah membalas ketulusan dan kebaikan kalian. Kepada pengurus AI-HamZah Group, (Bapak Andi Kosala, MM, Bapak Bambang Budiarso, MM, Bapak Adang Karyana S.SST dan lainnya) yang telah mendidik dan membinaku, kepada arek-arek FORMALA, WASIAT, kepada sahabat-sahabatku di Fakultas Psikologi khususnya angkatan 2002, Ikhwan Jatibening conection, adik-adikku yang selama ini telah setia menemaniku, untuk sahabat, ternan dan kawan-kawanku seperjuangan, penulis mengucapkan terima kasih karena kalian telah menjaga, membantu dan memberi banyak pelajaran hidup kepada penulis. Untuk kawan-kawanku di UKI dan YAI dari BEMF (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas) Ekonomi, IImu Komunikasi, Psikologi. IImu Sosial dan Politik serta Hukum, yang tidak pernah bosan membantu penulis. Terima kasih atas kerjasamanya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Penulis hanya dapat mengucapkan Jazakumullah khairan katsira, semoga Allah membalas yang lebih baik bagi kalian semua. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi semuanya. Amien.
Jakarta,4 Januari2007
Penulis
DAFTAR lSI HALAMAN JUDUL.. .. HALAMAN PERSETUJUAN......... HALAMAN PENGESAHAN.............................. MOnO....................................................................................... ABSTRAKSI.... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI................................................................................. DAFTAR TABEL........................................................................... DAFTAR LAMPIRAN
ii iii iv v vi viii x xi
BAB 1
01-09
PENDAHULUAN
:..............................
1.1. Latar Belakang Masalah................................................
1
1.2. Identifikasi Masalah..
6
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah...........
6
1.3.1. Pembatasan masalah penelitian..........
6
1.3.2. Perumusan masalah penelitian...............
7
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................
BAB 2
7
1.4.1. Tujuan penelitian..........
7
1.4.2. Manfaat penelitian...............................................
7
1.5. Sistematika Penulisan......
8
KAJIAN PUSTAKA...........................................................
10-59
2.1. Konflik.................................
10
2.1.1. Pengertian Konflik......
10
2.1.2. Pengertian Konflik Antar kelompok
11
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konflik.......
15
2.1.4. Resolusi Konflik..................
24
2.2. Kemampuan Mengatasi Konflik
34
2.2.1. Pola Interaksi
34
2.2.2. Pola Komunikasi......
41
DAFTAR TABEl, SKEMA DAN GRAFIK BAB2
2.1
Skema Penyebab Konfiik Antar Kelompok...
2.1
Cara mendiagnostik konfiik
2.2
Bentuk pendekatan konfiik...
2.2
Skema kerangka berpikir.
24 ,
52 53
,.
58
BAB3
3.1
Bobot nilai skala.....
66
3.2
Blue print skala kemampuan mengatasi konfiik antar kelompok.......
67
3.3
Rel/abel/tas skala mengatasi konfiik..................................................
70
BAB4
4.1
Jumlah sampel.
72
4.2
Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin, usia, fakultas, agama, dan suku bangsa...
4.3
73
Gambaran umum responden berdasarkan alasan konfiik dan Tingkal kemampuan mengatasi konfiik......
76
4.4
Uji normalitas...
79
4.1
Grafik penyebaran item-item skala kemampuan mengatasi konfiik...
79
4.5
Uji homogenitas
80
4.6
Uji-t... ... ... ... ...
'"
,.
81
LAMPIRAN •
Surat izin penelitian
•
Foto Tawuran
•
Angket penelitian
•
Blue print hasil tryout kemampuan mengatasi konflik
•
Blue print revisi kemampuan mengatasi konfli~
•
Skor try out skala kemampuan mengatasi konflik
•
Skor penelitian skala kemampuan mengatasi konflik
•
Hasil uji validitas skala kemampuan mengatasi konflik
•
Reliabilitas instrumen skala kemampuan mengatasi konflik
•
Hasil uji-t, normalitas, homogenitas
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Hidup di tengah-tengah kota metropolitan yang memiHki beragam tata nilai (nilai sosial dan agama), latar belakang sosial dan.budaya yang berbeda, kesenjangan ekonomi yang semakin melebar dan tingkat persaingan hidup cukup tinggi, hal ini merupakan salah satu potensi pemicu terjadinya konflik. Berbagai pemicu konflik lainnya yang sering terjadi seperti tidak terpenuhinya kebutuhan (psikologis/sosial) seseorang, harapan yang terlalu besar, konsep diri yang labil dan ketidak-seimbangan dalam menghadapi realitas hidup.
Ketika konflik antar kelompok yang tidak teratasi akan berpengaruh luas pada aspek kehidupan lainnya, bahkan sering mendorong terjadinya perilaku agresif dan tindak kriminal, adanya konflik antar kelompok yang tidak terkendali dapat merugikan setiap kelompok yang sedang konflik atau kelompok lain yang tidak terlibat dalam konflik ini seperti masyarakat sekitarnya. Pemicu lainnya dapat berupa pola interaksi kelompok yang ekslusif, sehingga bentuk interaksinya berupa polarisasi ketidak-percayaan dan permusuhan yang terus-menerus terjadi diantara kelompok yang
2
berbeda atau akibat dari prasangka social dari anggota kelompok yang merasa identitasnya terancam (www.suaramerdeka.com/harian).
Konflik antar kelompok ini banyak terjadi pada usia muda (ramaja & dewasa dini), pemicunya lebih banyak pada perilaku kompensasi-kompensasi, kompensasi ini bisa dari dalam diri individu (internal) atau dari luar individu (eksternal), kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior, merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik ini (Kartono, 2002: 104). Fenomena konflik mahasiswa UKI dengan mahasiswa VAl Salemba Jakarta sepertinya menjadi "tradisi" tahunan, hampir setiap tahun terjadi konflik. Liputan 6 menyebutkan alasan terjadi konflik tidak diketahui penyebabnya secara jelas. namun yang memicu timbulnya konflik ini biasanya masalah sepeleh yang bersifat individual yang dapat memicu dan mampu menyebabkan perkelahian massal seperti ejekan antar mahasiswa (UKIIYAI), kejadian ini sempat membuat tertutupnya jalan raya dan mengganggu keberadaan masyarakat sekitarnya. (http://www.kompas.co.id). Tetapi dalam (www.suarapembaruan.com) disebutkan alasan konflik adalah akibat dendam lama. "Tawuran antar mahasiswa UKI dengan VAl dipicu dendam lama.
Mereka sudah sering tawuran". kata Wandi (35) pedagang aksesori handphone, "Mungkin yang seniomya ingin meneruskan kebiasaan buruk itu
kepada adik-adik mereka yang baru". kata salah seorang petugas.
3
Konflik antar mahasiswa UKI dan YAI memunculkan perilaku agresif dan cenderung pada perilaku kriminal. Diantara mereka ada yang membawa potongan besi dan senjata tajam lainnya yang digunakan dalam tawuran itu. Perbedaan ideologi dan keyakinan (agama) merupakan potensi timbulnya konflik antar kelompok. Demikian juga perbedaan kebudayaan dan eksistensi diri sebagai kelompok mayoritas atau minoritas juga rawan menimbulkan konflik (Sanusi, 1999 : 88).
Menurut Pickering (2001) konflik bisa terjadi bila kebutuhan psikologis seseorang terhambat, yaitu kebutuhan untuk dihargai dan memiliki harga diri. Hal ini rawan menimbulkan konflik antar individu dan kelompok. Pada masa dewasa dini, menurut Hurlock (1980) mereka memasuki ambang dunia pekerjaan kehidupan (dewasa), mereka banyak mengalami ketegangan emosional, dan kebingungan. Masa ini mereka sering melihat kehidupan nyata orang dewasa dari sisi idealis, mereka berkeinginan kuat untuk mengubahnya. Sedangkan menurut Robby (1992) secara psikologis, individu berada pada tahapan dewasa dini, memiliki peluang konflik yang cukup besar, dimana individu memiliki kebutuhan yang beragam, khususnya kebutuhan psikologis manusia terutama pada kebutuhan sosial, sebagai motif yang mempengaruhi perilaku individu, maka ketika kebutuhan psikologis tidak terpenuhi akan berdampak pada perilaku agresif.
4
Beragamnya pemicu konflik antar kelompok yang terjadi di tengah-tengah masyarakat perkotaan merupakan persoalan yang layak untuk diperhatikan. Karena secara langsung atau tidak langsung merupakan masalah sosial yang memiliki pengaruh besar pada berbagai aspek kehidupan di lingkungan masyarakat. Masa dewasa dini merupakan masa peralihan dan masa yang menentukan bagi masa depan selanjutnya. Apalagi bila konflik yang terjadi pada mahasiswa UKI dan YAI dibiarkan terus menerus akan berdampak lebih buruk pada perilaku mahasiswa yang mengalami konflik dan pada mahasiswa lainnya serta dapat memicu prilaku agresif.
Solusi yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak mampu meredam gejolak konflik yang lebih besar (etniklras/agama), namun nampaknya belum berhasil menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh. Dari sinilah diperlukan pemecahan konflik dari potensi mahasiswa sendiri. Modal sosial yang dimiliki mereka serta potensi kerjasama dalam membangun kegiatan bersama masih terbuka lebar. Disamping itu banyak pihak sebenarnya yang bisa terlibat dalam mengatasi konflik ini, misalnya keterlibatan pihak orang tua, teman dekat, kelompok kegiatan, pihak universitas dan masyarakat sekitarnya. Pengaruh lingkungan pergaulan dan lingkungan universitas merupakan salah satu faktor motif perilaku mahasiswa. Konflik yang terjadi antar kelompok mahasiswa merupakan konflik yang sudah lama terjadi dan hampir terjadi setiap tahun, namun sepertinya konflik ini tidak kunjung mereda.
5
Pola interaksi dan komunikasi yang menjadi tolak ukur sepertinya belum dilakukan secara sistematis oleh kedua kelompok.
Modal sosial yang tersisa, tentu bisa dijadikan sebagai mekanisme integrasi sosial, dan yang terpenting adalah cara menyelesaikan konflik yang mereka gunakan. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh mahasiswa sendiri dan bagaimana pola penyelesaian konflik yang telah dilakukan selama ini? bagaimana peran serta pihak universitas sendiri dalam menyelesaikan konflik? apakah mereka (mahasiswa) memahami orang di luar kelompoknya sebagai ancaman atau ada penyebab lain yang kemudian merembet pada konflik antar kelompok seperti pada kasus-kasus akhir-akhir ini yang ada di Indonesia [konflik Poso/Maluku] (http://www.hamline.edu).
Disinilah peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat?
6
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Jakarta Pusat? 2. Apa alasan mereka melakukan konflik ini, sehingga setiap tahun terjadi konflik antar kelompok? 3. Apakah ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Jakarta Pusat?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih spesifik dan terarah, maka peneliti membatasi dan merumuskan pada permasalahan utama.
1.3.1. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah sebagai berikut : 1. Kemampuan mengatasi konflik antar kelompok Yang dimaksud kemampuan mengatasi konflik antar kelompok adalah kemampuan mengatasi perselisihan atau pertentangan yang dialami oleh mahasiswa UKI dan YAI selama ini. Hal ini ditandai dengan kemampuan mahasiswa dalam pola interaksi (Supardi, 2002), pola komunikasi (Devito, A. 1996) dan cara (gaya) mengatasi konflik (Pickering, 2001).
7
2. Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan mahasiswa Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia (UPI YAI) Salemba Jakarta Pusat. Peneliti membatasi pada mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat. 3. Mahasiswa Mahasiswa yang dimaksud di sini adalah yang masih berstatus mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat.
1.3.2. Perumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah yaitu "Apakah ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat?."
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat.
1.4.2. Manfaat Penelitian Dari hasH penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
8
berikut: 1. Secara Teoritis Dapat bermanfaat bagi pengembangan teori psikologi, khususnya dalam pengembangan psikologi sosial. 2. Secara Praktis a. Bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat, khususnya bagi mahasiswa terkait (UKI dan YAI), pen€lelola universitas, dosen terkait dan pemerhati permasalahan sosial dan psikologi. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan perbandingan untuk peneliti yang tertarik di bidang psikologi sosial atau permasalahan sosial serta untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Sistematika Penulisan Penulis menggunakan pedoman penyusunan penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini disusun menjadi lima Bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab 1 PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah Penelitian, Perumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.
9
Bab 2 KAJIAN PUSTAKA, meliputi landasan Teori Konflik, Pengertian Konflik, Pengertian Konflik Antar Kelompok. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konflik Antar Kelompok, Resolusi Konflik. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Mengatasi Konflik, Pola Interaksi, Pola Komunikasi Dan Gaya (Pendekatan) Mengatasi Konflik. Pola Mahasiswa Dalam Mengatasi Konflik Kerangka Berfikir, dan Hipotesa. Bab 3 METODE PENELITIAN, meliputi Pendekatan dan Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Instrumen Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisa Data, Prosedur Penelitian. Bab 4 HASIL PENELITIAN, meliputi Gambaran Umum Subyek, Presentasi Data, dan Uji Hipotesis. Bab 5 PENUTUP meliputi Kesimpulan, Diskusi dan Saran.
BAB2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konflik 2.1.1. Pengertian Konflik Dalam buku Chaplin (2000) konflik adalah adanya dua atau lebih motif secara bersamaan yang antagonis (saling bertentangan). Sudarsono (1993) mengartikan konflik adalah pertentangan atau percekcokan. Satu keadaan dimana individu atau kelompok dihadapkan pada dua atau lebih pilihan atau tujuan dan individu tersebut harus memilih satu diantara beberapa pilihan. Dalam pandangan kedua tokoh di atas bahwa konflik berarti adanya pertentangan atau perselisihan baik dalam diri seseorang. dengan orang lain maupun antar kelompok. Demikian juga menurut Caiman (2001) konflik adalah "the situation that exist when two contradictory tendencies oppose each other in a person's mind". Caiman lebih cenderung mengartikan konflik
pada pertentangan dalam diri seseorang sendiri. Sedangkan Webster yang dikutip oleh Pickering (2001) menjelaskan konflik sebagai berikut : 1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain. 2. Perselisihan akibat kebutuhan. dorongan. keinginan atau tututan yang bertentangan.
11
2.1.2. Pengertian Konflik Antar Kelompok Menurut Irfan dan Chaeder (2006) konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih, baik individu maupun kelompok yang merasa memiliki kepentingan-kepntingan yang tidak sejalan. Dengan demikian kepentingan kelompok yang berbeda akan timbul konflik. Sedangkan menurut Ritha F. (2003) konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), akibat adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain diantara dua pihak. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap dimana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Pickering (2001) sendiri mengartikan konflik adalah adanya beberapa pilihan yang saling bersaing atau tidak selaras. Di buku konflik dalam hidup seharihari (1992) menurut Wehn bahwa konflik adalah suatu konsekuensi dari komunikasi yang buruk, salah pengertian, salah perhitungan dan prosesproses lain yang tidak disadari. Sedangkan Robby I. Chandra (1992) sendiri mengidentifikasi tipikal konflik sebagai berikut : 1. Ketegangan yang diekspresikan, konflik terjadi bila pihak-pihak yang terlibat melihat bentuk sikap atau tindakan dalam hubungan yang bisa diangap sebagai tindakan konflik. 2. Sasaran atau kebutuhan yang berbeda, konflik terjadi karena adanya
12
tabrakan atau benturan tujuan atau cara pemenuhan kebutuhan. 3. Adanya penghambat, yaitu penghambat dari pihak lain dalam meneapai tujuan, akan berakibat timbulnya konflik. 4. Saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.
Pengertian kelompok menurut Bales dalam Hamdani Yasun (2003) menyebutkan kelompok merupakan sejumlah orang yang menerima kesan atau persepsi mengenai anggota yang lain berbeda-beda, sehingga reaksi kepada setiap anggota yang lain akan berbeda pula meskipun kesan itu berupa ingatan tentang keberadaan anggota lain.
Me. David dkk. (1968) mengartikan kelompok adalah suatu sistem yang terorganisir yang terdiri dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga dapat melaksanakan fungsi dan peran anggotanya. Soekanto (1986) memandang kelompok merupakan hubungan individu, adanya kesadaran akan manfaat bersama. Sedangkan Hamdani Yasun (2003) sendiri mengungkapkan kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi atau saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku.
Kelompok sosial menurut Biersted dalam Sunarto (2000) fenomena perkelahian antar kelompok seperti konflik mahasiswa YAI dan UKI
13
dikategorikan sebagai kelompok asosiasi (associational group) kelompok ini biasanya memiliki kesadaran jenis, persamaan kepentingan dan adanya kontak dan komunikasi antar anggotanya.
Sumner (1940) memberikan identifikasi mengenai kelompok yaitu ada in-
group dan out-group, ada kecenderungan dikalangan anggota kelompok (ingroup) ada kerjasama, persahabatan, keteraturan·namun ketika melihat kelompok luar (out-group) cenderung ditandai dengan kebencian, permusuhan dan konflik. Hal ini akibat dari berkembangnya perasaan kelompok (in-group feeling) yang kuat, yang terwujud dalam solidaritas, kesetiaan, pengorbanan namun sikap terhadap kelompok luar mengembangkan sikap permusuhan.
Pengertian konflik antar kelompok merupakan konflik massal antara satu kelompok dengan kelompok lain, hal ini memiliki arti penyesuaian diri terhadap kelompoknya, dimana individu merasa aman dan terlindungi. Individu merasa memiliki peranan yang diharapkan oleh kelompoknya, kelompok dijadikan pijakan dasar sebagai martabat dan harga diri. Sehingga kesadaran individu mamiliki arti, maka tumbuhlah proses identifikasi terhadap kelompok sendiri, secara perlahan-Iahan dapat memunculkan rasa aku-
sosial, dengan bentuk sikap, kebiasaan, sentimen, cara berf/kir dan pola tingkah laku tersendiri (Kartono, 2002 : 108).
14
Perkelahian mahasiswa UKI-YAI memang kerap terjadi antara kedua kampus yang saling berdekatan tersebut dan seperti menjadi kebiasaan tahunan pada penerimaan mahasiswa baru, penyelesaian dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh pihak rektorat dari kedua belah pihak terbukti belum menuntaskan konflik ini, bahkan polisi sudah dilibatkan dalam menangani konflik ini, sebagai mana yang dikutip oleh (http://www.liputan6.com/view) menyebutkan "sejauh ini polisi tefah bekerja sama dengan pihak rektorat dan mahasiswa dari kedua universitas itu untuk menjaga keamanan dan ketertiban ".
Adanya satu kesatuan masing-masing kelompok dan pengakuan menyatu dari suatu kelompok menjadi dukungan moril tersendiri bagi mahasiswa, maka ketika terjadi konflik yang melibatkan kelompoknya, individu terpanggil sebagai bagian dari komunitasnya, dan hal ini memberikan arti (memainkan peranan kelompoknya), perkelahian massal antar kelompok merupakan pengalaman yang memberikan semangat hidup tersendiri bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa yang merasa bangga akan peranan besar untuk kelompoknya, lebih-Iebih bila ditonton oleh orang banyak.
Menurut Kartono (2002) kegemaran perkelahian massaI antar kelompok mencerminkan dua peristiwa penting : 1. Merupakan cerminan miniatur dari perilaku masyarakat orang dewasa
15
pada saat sekarang. 2. Sebagai pelampiasan dan peningkatan ambisi dan reaksi-frustrasi negatif, juga pelampiasan tekanan psikologis.
Oari beberapa pendapat, maka pengertian konflik antar kelompok berarti pertentangan kepentingan, kebutuhan dan motif yang melibatkan satu atau lebih komunitas terhadap komunitas yang lain dalam bentuk sikap, ucapan dan perilaku. Hal ini penulis gunakan merujuk pada konteks realitas konflik (pertentangan) massal yang telah terjadi dari fenomena konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat dan dari penelitian M. Hasballah (2003) yang meneliti perkelahian antar pelajar, potret siswa SMU yang ada di OKI Jakarta.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konflik Oalam pandangan Ichsan Malik (2005) teori tentang prasangka, dan stereotip, pada dasarnya dapat menjelaskan tentang sumber terjadinya konflik. Ketika interaksi antar individu, ada kecenderungan untuk mengambil jalan pintas dalam mempersepsi seseorang atau kelompok, dengan cara memberikan "label" tertentu kepada individu lain berkaitan dengan sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada individu atau kelompok. Persepsi yang salah ini atau label yang diberikan sesuai sifat disebut sebagai
16
stereotip yang memunculkan penilaian yang tidak memiliki dasar obyektif dan pengambilan dengan cermat. Akibatnya terjadi penyimpangan pandangan yang obyektif serta terjadi generalisasi. Kecenderungan generalisasi akan memberikan dampak negatif jika sasaran prasangka adalah kelompok minoritas, karena akibatnya adalah tindakan diskriminasi. Sedangkan Realistic Conflict Theory (ReT) dari Muzafer Sherif (1970) menyatakan bahwa dalam hubungan antar dua kelompok selalu terdapat kepentingan yang berbeda, akan terjadi upaya dari satu kelompok meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengorbankan kelompok lainnya. Persaingan terjadi karena ada keterbatasan atau kelangkaan sumberdaya yang diperebutkan oleh kelompok.
Konflik terjadi disebabkan adanya penegasan individualisme. Konflik itu sebagai bentuk prates yang berlandaskan rasa frustasi terhadap kurangnya kesempatan untuk perkembangan dan kurangnya pengakuan identitas. Bentuk tersebut dapat berupa ketegangan, atau kekerasan dari persoalan kelas, status, etnik, agama, atau nasionalisme, bahkan berurusan dengan soal-soal kebutuhan yang mendasar (www.manajemenkonflik.com).
Dalam sebuah situs (www.suaramerdeka.com/harian) menurut Kartikasari (2001 : 8) memahami penyebab konflik di tengah-tengah masyarakat itu ada beberapa alasan, antara lain:
17
Pertama, teori hubungan masyarakat. Memiliki pandangan bahwa konflik yang sering muncul di tengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda. Kedua, teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras di masyarakat tidak lain disebabkan identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan dan rendahnya penghargaan terhadap yang lain. Ketiga, teori kesalahpahaman antar-budaya. Teori ini melihat konflik disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya. Keempat, teori transformasi sosial yang memfokuskan pada penyebab terjadi konflik adalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Konflik bisa muncul dari perasaan tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat menciptakan ketegangan-ketegangan di antara individual dalam suatu kelompok. Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara kebutuhan dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan antar pribadi dan kelompok.
18
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik Sejalan dengan meningkatnya asosiasi diantara pihak-pihak yang terlibat, semakin mengikat pula terjadinya konflik. Dalam bentuk interaksi yang aktif dan kompleks seperti pengambilan keputusan bersama (joint decision-making), potensi terjadinya koflik bahkan semakin meningkat (Ritha F., 2003).
Menurut Pickering (2001) faktor yang menyebabkan konflik adalah karena pengalaman, minat, tujuan atau nilai yang dimiliki bertentangan satu sama lainnya, hal ini menciptakan perbedaan mengenai apa yang diharapkan, diucapkan dengan apa yang akan dilakukan untuk mewujudkannya. Konflik antar kelompok merupakan pertentangan antara dua kelompok yang melatarbelakanginya adalah pencapaian kebutuhan psikologis yang tidak sesuai, kebutuhan ini berupa kebutuhan sosial, kebutuhan sosial yaitu kebutuhan ketika menjalani interaksi dengan kelompok lain: 1. Kebutuhan untuk dihargai 2. Kebutuhan ingin menguasai atau mengendalikan 3. Kebutuhan akan harga diri 4. Kebutuhan untuk konsisten
Menurut Abdul Salam (2003) Untuk menjelaskan penyebab konflik, ada beberapa teori. Teori frustrasi-agresi mengungkapkan bahwa semua agresi, baik antar individu/kelompok maupun antar bangsa, berakar pada rasa
19
frustasi pencapaian tujuan salah satu atau lebih. Artinya, konflik itu dapat ditelusuri pada tidak tercapainya tujuan pribadi atau kelompok dan rasa frustasi yang ditimbulkannya. Sedangkan teori identitas sosiallebih menekankan pada menyederhanakan hubungan eksternal. Lebih jauh lagi, ada kebutuhan manusia untuk memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang ditransfer ke dalam kelompok sendiri. Hal ini juga berguna untuk
menata lingkungan dengan perbandingan sosial antar kelompok. Konsep dalam kelompok (ingroups) dan luar kelompok (outgroups) merupakan uraian tentang proses yang menempatkan individu dalam kelompok dan pada saat yang sama menempatkan kelompok dalam individu. Hubungan-hubungan kelompok adalah akar dari masalah-masalah berbagai konflik. Tidak diragukan lagi bahwa system yang tidak stabil dari perpecahan sosial antara kelompok mayoritas dan minoritas lebih mungkin dipandang tidak sah (illegitimate) yang akan mengandung benih-benih ketidakstabilan.
Teori sistem musuh memandang akar konflik berasal dari persaingan kelompok dan perebutan kekuasaan serta sumber-sumber kebutuhan. Asumsi-asumsi ini menggambarkan pada factor-faktor motivasi sadar dalam lingkungan yang berorientasi material. Akibatnya, salah satu tujuan utama konflik adalah berusaha menguasai. Kelompok berusaha menguasai agar dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya, biasanya dengan merugikanlmerusak kelompok-kelompok pesaingnya. Konflik atas
20
penguasaan seringkali dipandang sebagai zero sum conflict. Artinya, kemenangan suatu kelompok berarti kekalahan kelompok yang lain. Konflik seperti ini bukan sama-sama menang (win-win) untuk kedua kelompok. Rasa frustasi tidak bisa memenuhi kebutuhan primordial ini mengarah pada agresi dan akhirnya terjadilah konflik.
Pickering (2001) menambahkan adapun reaksi lesih lanjut tentang kebutuhan yang diperoleh seseorang sebagai berikut : a. Membalas, membalas merupakan perilaku seseorang yang menyebabkan kepuasan sementara namun menyimpan konflik yang lebih besar. b. Menguasai, reaksi ini bersifat memaksakan kehendak, sebagai tindakan mengamankan dan penyelamatan tapi umumnya berakibat merusak hubungan jangka panjang. c. Menghindar atau mengucilkan diri, reaksi tidak menanggapi situasi yang timbul adalah cara yang cukup baik, akan tetapi satu hal yang perlu diingat yaitu tidak menjadi tekanan psikologis dalam diri sendiri tapi terkadang akan menjadi "boom" yang sewaktu-waktu akan merusak atau meledak. d. Kerja sama, yaitu membawa persoalan ke hadapan semua fihak yang terlibat atau yang berkempentingan untUk diselesaikan dan dibahas bersama-sama, sehingga seseorang akan menyadari kekurangan dan memahami persoalan secara jelas.
21
Andi Widjajanto (2004) menyebutkan penyebab konflik dari beberapa pandangan (teori), yang melandasinya sebagai berikut : Teori hubungan masyarakat, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sedangkan teori negosiasi prinsip, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konfli~ oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Teori kebutuhan manusia, berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental, dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Demikian juga teori identitas, berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan Teori kesalah-fahaman antar budaya, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Dan teori transformasi konflik, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
22
Dalam pandangan A. Devito (1997) penyebab rusaknya hubungan antar individu dan kelompok atau kemungkinan terjadinya konflik adalah : 1. Penyebab konflik bisa bersifat berangsur-angsur atau mendadak. 2. Bila terjadi hubungan yang tidak produktif baik untuk salah satu pihak atau keduanya. 3. Daya tarik meluntur, alasan untuk terus menjaga hubungan telah luntur. 4. Hubungan yang tak terkatakan, kadang-kadang harapan atau keinginan satu pihak dengan pihak lain tidak tercapai dan sering tidak menjadi kanyataan.
Penyebab konflik menurut Dean Pruitt dan Rubin (2004) adalah : 1. Prestasi masa lalu, aspirasi akan bangkit ketika prestasi naik, jatuh atau menurun yang menyebabkan orang akan memiliki harapan ketika terjadi hal tersebut, sehingga aspirasi meningkat dan alternatif tidak mampu memuaskannya maka timbul konflik 2. Adanya persepsi mengenai kekuasaan, hal ini terjadi sebagai akibat dari adanya ambiguitas mengenai sifat kekuasaan, atau menganggap sesuatu yang berharga, sehingga setiap pihak merasa berhak dan lebih kuat untuk mendapatkannya. 3. Adanya aturan atau norma, secara konstan kelompok akan mengembangkan aturan untuk mengatur perilaku anggotanya supaya ada keselarasan, namun bila norma berubah dan mengalami penurunan
23
fungsi maka konflik akan cepat terjadi. 4. Perbandingan dengan orang lain, sering seseorang atau kelompok yang mengidentifikasikan dengan orang atau kelompok lain, sehingga mengakibatkan adanya perbedaan kemajuan, atau prestasi maka akan menstimulasi peningkatan aspirasi yang cenderung mengarah ke konflik. 5. Terbentuknya kelompok pejuang, hal ini banyak mengarah pada penilaian tentang suatu nlai yang dianut oleh seseorang.atau kelompok merasa lebih baik atau lebih benar sehingga yang lain salah dan harus diperbaiki hal ini yang akan cepat memicu konflik.
Menurut Kartono (2002) penyebab terjadinya perkelahian (konflik) antar kelompok ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksterna!. Pertama, faktor internal merupakan faktor dari proses internalisasi-diri yang keliru merespon peristiwa penyimpangan perilaku sosial yang ada di tengahtengah masyarakat. Hal ini bentuk dari ketidakmampuan mereka beradaptasi dengan Iingkungan, sehingga melakukan perilaku mekanisme pelarian dan pembelaan diri yang salah dan irrasional, muncul kemudian perilaku maladaptif, agresi, pelanggaran terhadap norma sosial, hukum dan kebiasaan perkelahian. Kedua, faktor eksternal, dikenal dengan pengaruh luar (lingkungan), dan sosia!. Hal ini berupa semua stimulus (rangsangan) dan pengaruh diluar dirinya yang menimbulkan tingkah laku tertentu (tindak kekerasan, kejahatan, dan perkelahian massal).
24
Kartono (2002) menggambarkan perkelahian massal antar kelompok sebagai
2.1.4. Resolusi Konflik Menurut Burton dalam Abdul Salam (2003) resolusi konflik artinya menghentikan konflik dengan cara-cara yang analitis dan masuk ke akar permasalahan. Dalam pandangan pihak-pihak yang terlibat, merupakan solusi permanen terhadap suatu masalah. Resolusi konflik bersifat dalam jangka panjang, suatu proses perubahan politik, social, dan ekonomi. Resolusi konflik adafah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu dan kelompok seperti identitas dan pengakuan, juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar.
25
Teori kebutuhan manusia John Burton (1990), teori ini menekankan bahwa manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk memelihara masyarakat yang stabil. Keterlibatan manusia dalam situasi konflik mendorongnya berjuang pada setiap tataran sosial untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primordial dan universal, kebutuhan seperti keamanan, identitas, pengakuan, dan perkembangan. Mereka terus berusaha menguasai Iingkungannya yang diperlukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhankebutuhan ini.
Ada nilai-nilai atau kebutuhan manusia universal yang mendasar yang harus dipenuhi jika ingin menciptakan masyarakat yang stabil, apalagi dalam masyarakat yang multi etnik ketidakstabilan dan konflik tidak bisa dihindari, kecuali jika kebutuhan identitasnya terpenuhi dan dalam setiap sistem sosialnya ada keadilan yang merata, rasa penguasaan, serta kemungkinan memperoleh semua kebutuhan sosial lainnya. Karena setiap kelompok yang bertikai berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Maka perlu aturan main, dimana kebutuhan-kebutuhan ini tidak dipenuhi dengan cara mengorbankan kelompok lain, tetapi diwujudkan bersamaan dengan pemenuhan kebutuhan kelompok lainnya. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak ekslusif bagi kedua pihak atau diperoleh dengan mengorbankan pihak lain. Namun perlakuan seperti ini hanya untuk sementara menghentikan permusuhan, yaitu dengan cara memberikan keseimbangan antara budaya, bahasa, agama dan simbol-
26
simbol etnik lainnya yang bersifat lokal di satu pihak dan yang bersifat nasional di lain pihak. Salah satu solusi yang sangat penting adalah kelompok-kelompok itu menyelesasikan masalahnya sendiri secara analitis, didukung oleh pihak ketiga yang bertindak sebagai fasilitator dan bukan penguasa. Tujuan proses ini adalah untuk memungkinkan partisipan konflik memahami bahwa semua partisipan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang sah yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan konflik itu.
Pendekatan-pendekatan lain seperti berdialog antar kelompok, hanya akan berjalan jika pihak-pihak yang berkonflik setuju untuk bernegosiasi dan mempunyai sesuatu yang nyata yang dapat mereka tawarkan (bargain). Untuk itu perlu memahami sifat dan ruang lingkup konflik, tetapi tujuannya adalah menggunakan analisa ini untuk menyelesaikan konflik. Cara diplomasi dilakukan dengan interaksi tidak resmi dan tidak formal antara anggotaanggota kelompok yang bertikai yang bertujuan mengembangkan strategistrategi, mempengaruhi pendapat umum, dan mengorganisasikan sumbersumber materi manusia dengan cara-cara yang mungkin membantu menyelesaikan konflik. Harus dipahami bahwa Diplomasi sama sekali bukan pengganti untuk hubungan resmi dan formal. Apalagi jika konflik yang tidak berdasarkan kepentingan material, tetapi berdasarkan kebutuhan, terutama kebutuhan yang berkenaan dengan identitas kelompok etno-nasional atau komunal. Seperti golongan identitas, baik yang dibentuk berdasarkan agama,
27
etnik, ras, budaya, atau ciri-ciri lainnya. Kelompok akan bertindak untuk memperoleh dan menjamin identitas mereka di dalam masyarakat. Ketika keamanan fisik dan ekonomi, partisipasi politik, dan pengakuan dari golongan lainnya ditolak, identitasnya yang penting itu hilang, dan mereka akan melakukan apa saja dalam wewenang kekuasaan untuk merebutnya kembali. Singkatnya, inilah awal dari konflik sosial yang berlarut-Iarut.
Dalam pandangan Abdul Salam (2003) cara lainnya adalah diplomasi, diplomasi dengan proses tiga tahap, yang memungkinkan perwakilanperwakilan kelompok bekerja ke arah penyelesaian konflik intergroup dalam lingkungan yang tidak mengancam, tidak menekan, dan tidak konfrontasi. Proses tiga tahap itu adalah, tahap pertama, berupa serangkaian lokakarya atau forum tentang penyelesaian masalah. Lokakarya-Iokakarya ini dirancang untuk membawa orang-orang berpengaruh dari kedua kelompok yang sedang konflik, tetapi bukan para pengambil keputusan utama, bersamasama meneari cara-cara alternatif yang membatasi konfliknya. Tujuannya adalah untuk merubah persepsi mereka mengenai konflik dari habis-habisan
(zero-sum) ke sama-sama menang (win-win). Hal ini bisa dieapai melalui proses pertemuan yang difasilitasi sebagai bagian dari lokakarya. Lokakarya ini difasilitasi oleh sebuah panel para ahli tentang psikologi konflik intergroup dan tentang pokok-pokok konflik yang dibahas. Para fasilitator tidak berusaha memaksakan atau bahkan menawarkan solusi untuk (mengakhiri) konflik,
28
namun tujuannya sekedar untuk memudahkan komunikasi dan seeara halus membimbing para peserta ke arah perubahan sikapnya (attitude) dan persepsi tentang dirinya sendiri. Melalui perubahan ini akan muncul kemampuan melihat konflik dalam bingkai baru (new term). Dari hasil pertemuan tidak resmi ini membukakan jalan bagj negosiasi-negosiasi resmi dengan memulai perubahan sikap (attitude) pendapat umum dan para pengambil keputusan, diperlukan lokakarya yang terdiri, pertemuan pleno, atau kelompok kecil selama beberapa hari. Pertemuan-pertemuan resmi ini ditunjang dengan aeara-aeara social informal seperti makan malam dan tamasya.
Setelah mendefinisikan kembali konflik dalam rumusan ini, diharapkan bisa mulai menearj solusi yang akan membolehkan satu pihak menyatakan identitas tanpa membahayakan pihak lain, dengan mengedepankan kejujuran (veracity) persepsinya, menggunakan komunikasi massa, media massa, jurnal-jurnal lainnya yang ikut dalam penyebaran transformasi pendapat umum untuk mempengaruhi massa. Namuan tindak lanjut yang nyata dibuat dalam proses ketiga yaitu pembangunan kerjasama sosial ekonomi, membangun kerjasama sosial ekonomi yang memiliki tujuan untuk meringankan penderitaan material dari kelompok-kelompok yang bermusuhan. Usaha inj biasanya diarahkan kepada kelompok yang secara historis menjadi korban dan terpinggirkan, usaha ini untuk memenuhi
29
kebutuhan dasar pihak yang menjadi korban, bisa juga dengan melibatkan jalur komunal, memulai dengan memberi pekerjaan atau kerjasama. Perubahan-perubahan ini penting sekali untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif dimana negosiasi-negosiasi yang substansial dapat terjadi. Pendekatan internal memberikan pemahaman tentang konflik yang lebih baik dan ada kesepakatan mengenai sebab-sebab konflik.
Menurut Simon Fisher dalam Widjajanto (2004) langkah-Iangkah untuk resolusi konflik adalah : 1. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompokkelompok yang mengalami konflik. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya. 2. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingankepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak. 3. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
30
Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua pihak. 4. Melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka. Meraih kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak. 5. Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai budaya pihak lain. Mengurangi stereotip negatifyang mereka miliki tentang pihak lain. Meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya. Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi. Meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang diantara pihakpihak yang mengalami konflik. Mengembangkan berbagai proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan , perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi dan pengakuan.
Ichsan Malik (2003) menjelaskan resolusi konflik dengan beberapa teori, teori realistic conflict dari Muzafer Sherif (1970), memandang proses kerjasama, merupakan solusi untuk menyelesaikan konflik antar kelompok, yaitu dengan menciptakan tujuan (goal) bersama yang menyangkut kepentingan bersama (superordinate goal). Sementara Morton Deutsch (1973) menyumbangkan
31
idenya tentang resolusi konflik dan rekonsiliasi. Dengan mengetahui kadar dan permainan konflik sendiri. Konflik dengan kadar kompetisi yang sangat tinggi cenderung akan menjadi destruktif, sementara konflik dalam iklim kooperasi yang tinggi justru akan menjadi konstruktif. Menurut teori ini tujuan utama dari resolusi konflik adalah bagaimana mengubah dinamika konflik dari yang kompetitif menjadi yang lebih kooperatif.
Untuk melakukan resolusi konflik maka yang harus diupayakan pertama kali adalah terciptanya kondisi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonflik untuk saling memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara konstruktif. Untuk mengurangi timbulnya kekerasan dan konflik terbuka perlu dilakukan langkah
"provention"yaitu suatu upaya untuk menghilangkan sumber konflik dan secara lebih proaktif mempromosikan Iingkungan yang positif untuk memungkinkan masyarakat secara konstruktif memenuhi kebutuhankebutuhannya.
Herbert Kelman (1990) memperkenalkan teknik lokakarya sebagai solusi dalam penyelesaian konflik. Lokakarya mengandalkan kepada proses mediasi non-formal oleh pihak ketiga yang disebut sebagai fasilitator dalam mempertemukan orang-orang yang berpengaruh pada kelompok-kelompok yang berkonflik. Tujuan utama dari lokakarya mencapai kesepahaman timbal balik, mengubah persepsi dan sikap terhadap konflik, serta pacta akhirnya
32
mengubah pola hubungan diantara pihak yang berkonflik. Lebih lanjut Kelman mengatakan bahwa perubahan pola hubungan akan membuka jalan untuk penyelesaian konflik yang lebih konstruktif. Hal ini menekankan bahwa yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan kolektif, bukan pemenuhan kebutuhan individu partisipan.
Langkah selanjutnya meneiptakan kondisi rill dalam kehidupan sehari-hari, tahap pertama, adalah membangun kesadaran kritis, proses dan media yang digunakan adalah media lokakarya kritis yang berupaya untuk membongkar sumber konflik, melakukan identifikasi dari para pelaku yang terlibat, mengukur kapasitas bersama untuk meneari solusi melalui berbagai analisis, serta membuat perencanaan untuk kerja bersama.
Tahap kedua, dengan modalitas kesepakatan minimal yang telah dibuat pada saat lokakarya. kedua belah pihak yang berkonflik dan para korban kemudian melakukan konsolidasi didalam kelompoknya masing-masing, termasuk kepada kelompok yang bukan merupakan pelaku dan korban langsung. Biasanya berupa sosialisasi sumber konflik. serta diskusi peluang dan ancaman yang ada bila akan mengambil ki?putusan untuk mengambil alternatif lain selain melanjutkan konflik. Proses sosialisasi dilakukan seeara bertingkat-tingkat. sehingga akhirnya seluruh pihak yang terlibat baik
33
langsung maupun tidak langsung telah mendapatkan informasi, dan mulai terbuka kesadarannya.
Tahap ketiga, adalah negosiasi atau berunding antara kedua belah pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah, mengambil pilihan yang terbaik untuk pemecahan masalah, serta mengambil keputusan untuk menetapkan langkah-Iangkah ke depan untuk mencegah agar konfiik tidak terulang kembali. Negosiasi mensyaratkan kesadaran kritis dari kedua belah pihak perihal sumber konflik, serta mensyaratkan kapasitas atau kekuatan yang berimbang dari kedua belah pihak yang sedang melakukan perundingan. Negosiasi harus menolak intimidasi, atau represi dari pihak-pihak yang sedang bernegosiasi .
Proses selanjutnya melakukan intervensi, yaitu mencari bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Langkah ini untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat menjamin konsistensi dari proses intervensi yang dilakukan, sehingga program dapat terus berkelanjutan, proses ini berupaya melibatkan seluruh kelompok masyarakat yang menjadi korban maupun kelompok yang terlibat dalam konflik. Komponen masyarakat seperti pimpinam konflik, jurnalis, serta lembaga lainnya yang representatif.
34
2.2. Faktor Mempengaruhi Kemampuan Mengatasi Konflik 2.2.1. Pola Interaksi Manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri sejak kehadirannya di muka bumi, manusia harus hidup berkelompok dan membina kerjasama dalam menghadapi tantangan beradaptasi terhadap Iingkungannya, setiap individu tidak bebas dari dan senantiasa terlibat dalam interaksi sosial dengan
. sesama warga kelompoknya. Sejak dini. setiap individu mulai belajar tentang berbagai kedudukan dan peran-peran sosial yang melandasi pola-pola interaksi sosial dalam lingkungannya. Pada waktunya ia pun harus mampu memainkan peran-peran sosial sesuai dengan kedudukan-kedudukan sosial yang disandangnya. Keterlibatan dalam interaksi sosial dalam sebagian besar waktunya, tanpa disadari telah memperkuat kesadaran akan identitas kelompoknya yang membedakan dengan kelompoknya lainnya. Dengan demikian, setiap aksi yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu kelompok sosial akan mengandung reaksi dari pihak lain, dan aksi serta reaksi yang berlangsung antar dua individu atau lebih itu akan mewujudkan interaksi sosial dalam kelompoknya. Betapapun kecilnya suatu kelompok sosial, senantiasa menunjukkan adanya struktur atau pola-pola interaksi antar sesama anggotanya (www.paskaI8.com).
Pola-pola interaksi telah mengembangkan pola-pola interaksi yang membaku,
35
sehingga dapat menjamin ketertiban interaksi sesama anggota kelompok. Sebagaimana halnya dengan kebutuhan akan identitas individu dalam penataan kehidupan bermasyarakat, setiap kelompok sosial juga memerlukan identitas kolektif (group identity) sebagai sarana penataan sosial
(organizing reference) untuk mempermudah pergaulan Iintas kelompok sosial kesadaran menjadi anggota kelompok itu menjamin rasa aman atau setidaktidaknya kenyamanan bagi yang bersangkutan, betapapun masing-masing suku bangsa merasa bahwa mereka memiliki simbol-simbol tertentu yang diyakini perbedaannya dengan simbol-simbol sukubangsa lainnya, dan berfungsi sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial mereka. Walaupun demikian, sesungguhnya kesetiakawanan sosial antar sesama warga sesukubangsa (www.paskaI8.com).
Musthafa Fahmi (1982) memandang bahwa manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan Iingkungan sekitarnya agar bisa bertahan dan tetap hidup. Penyesuaian diri merupakan interaksi yang berlangsung terus menerus dan bersifat timbal balik dengan Iingkungan sekitarnya, sebagai pemenuhan kebutuhan penyesuaian diri sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatur keharmonisan dalam berhubungan dengan orang lain maka dibuat norma, dengan norma ini setiap individu diharapkan dapat memberikan respon dan mampu melakukan kemampuan penyesuaian diri dengan baik.
36
Kemampuan menyesuaikan diri berarti mampu meyesuaikan diri dengan Iingkungan dengan akrab, dekat dan satu kesatuan dengannya. Sehingga mampu mengubah tingkah laku yang sesuai dan selaras antar diri sendiri dengan lingkungan, sedangkan Hurlock (1980) memberikan rumusan tentang penyesuaian diri sebagai kemampuan menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum maupun terhadap kelompoknya, dan ia mampu memperlihatkan sikap, tingkah laku yang menyenangkan, sehingga dapat diterima oleh kelompok dan Iingkungannya. Ragam pola-pola interaksi di masa lampau yang meninggalkan bekas-bekas yang positif maupun negatif, Konsep ketegangan inilah yang selanjutnya akan memainkan peranan penting dalam menciptakan arena sosial yang dapat menjamin kebutuhan akan rasa aman anggota kelompoknya, bebas dari kecurigaan dan prasangka sosial, golongan maupun perbedaan kebudayaan, disamping kesamaan ideologi, bahasa dan ketetanggaan sebagai suatu kesatuan sosial yang nyata merupakan media sosial yang dapat diandalkan dalam membangun interaksi Iintas budaya pada masyarakat perkotaan yang heterogen penduduknya.
Menurut Singgih (1993) ciri-ciri penyesuaian diri yang baik akan berdampak seseorang mudah bergaul, lebih hangat, dan terbuka dengan orang lain. Hurlock (1980) memberikan kriteria penyesuaian diri yang baik yaitu perilaku seseorang bisa memenuhi harapan kelompok dan diterima oleh
37
kelompoknya. Mampu menyesuaikan diri antar kelompok, baik sebaya ataupun dengan kelompok lain.
Woodworth dalam Gerungan (2004) membagi jenis hubungan antara individu dengan Iingkungannya ada 4 (empat). Pertama, individu yang bertentangan dengan Iingkungannya. Kedua, individu yang dapat menggunakan lingkungannya. Ketiga,-individu yang dapat berpartisipasi dengan Iingkungannya. Keempat, individu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Gerungan (2004) interaksi dapat dipengaruhi oleh : a. Imitasi, kehidupan ini lebih banyak pada imitasi, seperti berbicara pada anak-anak. b. Sugesti, yaitu penerimaan akan pendapat atau pikiran orang lain. c. Simpati, yaitu perasaan tertarik terhadap orang lain.
Hubungan interpersonal dalam pandangan Chaplin (2000) adalah adanya kaitan yang berhubungan antara dua pribadi, sebagai hasil proses interaksi individu dengan individu yang lain, sedangkan David O. dkk (1985) mengartikan hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki arti yang mendalam, dengan demikian seseorang bisa merasakan orang lain akan penghargaan, kasih sayang, dan ekspresi akan kebutuhan bersama.
38
Menurut Levinger dan Snock dalam David O. dkk (1985) bahwa tahapan hubungan interpersonal itu sebagai berikut :
1. Zero contact, yaitu ketika seseorang berada pada kondisi saling peningkatan, adanya kesadaran, namun belum te~adi kontak tetapi saat ini akan berlanjut bila terjadi kesan yang baik. 2. Kontak dasar, pada tahap ini kedua individu mulai berinteraksi, baik melalui percakapan atau tulisan.
3. Interdependensi, adanya peningkatan intensitas, sehingga adanya keakraban, nyaman dan penuh penghargaan.
Pada tahapan selanjutnya hUbungan ini bisa berupa, mulai hanya sebatas sapaan, kemudian saling mencari informasi tentang diri sendiri, adanya saling penyelaman antar pribadi, muncul perasaan yang sama dan kesepakatan yang sama. Proses hubungan ini juga melibatkan kesan yang akan diambil, perhatian sepintas apakah hubungan ini akan dilanjutkan atau tidak, adanya saling ketertarikan, yang dilanjutkan dengan penyesuaian antar individu.
Menurut Supardi (2002) menyebutkan ketika konflik terjadi maka pola interaksi yang sedang berada dalam keadaan konflik berlanjut sebagai berikut:
1. Eskalasi, peningkatan kadar intensitas konflik yang terjadi. Kondisi eskalasi dapat terjadi bila argumentasi yang terjalin antarkelompok tidak
39
dapat dikendalikan lagi. Kondisinya ditandai oleh salah satu kelompok ingin menempatkan diri diatas kelompok lainnya dengan cara menyerang sambil melecehkan.
2. Invalidasi, meremehkan pola pikir, perasaan, dan perilaku kelompok. Invalidasi akan menyebabkan menurunnya rasa harga diri dan keyakinan diri salah satu kelompok. Biasanya sebelum dirinya'direndahkan, salah satu kelompok akan dengan cepat untuk mendahului merendahkan kelompok yang lain. 3. Menarik diri dan menghindar terjadi bila salah satu anggota tidak mau berpartisipasi dalam interaksi. Salah satu kelompok dapat menarik diri dari interaksi dan partisipasi bersama-sama.
4. Interpretasi negatif, terjadi bila salah satu kelompok yakin bahwa kelompk lain akan bersikap lebih negatif daripada positif. Kondisi ini dapat tercipta, bila sebelumnya telah terbentuk interpretasi negatif terhadap beberapa perilaku kelompok sehingga kelompok mulai mempertanyakan motif dari setiap perilaku atau reaksi kelompok yang lain. kedua kelompok akan mengalami kesulitan dalam mengelola konflik.
Pandangan Paul (2002) dalam (www.indomedia.com/poskup) salah satu bentuk interaksi adalah kompetisi atau persaingan. Persaingan adalah usaha memenangkan atau mengalahkan lawan dalam rangka mencapai satu tujuan. Biasanya orang berinteraksi mengikuti pola partikular. Maksudnya, orang
40
pada umumnya cenderung bergaul serta berinteraksi dengan orang-orang yang mempunyai hubungan partikular atau hubungan khusus dengannya, misalnya daerah yang sama, kepentingan yang sama, dan sejenisnya. Namun Hidayat (2001) mengatakan bahwa pola-pola komunikasi dan interaksi sosial masyarakat pun terus berubah. Pelan-pelan pola lama mulai ditinggalkan, meskipun secara mentalitas, sebetulnya, belum tentu juga kalau perubahan itu sudah dilengkapi kesiapan yang memadai. Akibatnya, tidak jarang kita temukan perilaku anomie, yaitu perilaku yang diwarnai sikap mendua karena ketidakjelasan orientasi". (www.pikiran-rakyat.com).
Interaksi sosial antar anggota komunitas yang sangat heterogen terutama latar belakang yang dimilikinya memiliki dampak yang berbeda meskipun sering berinteraksi, bahkan dengan menggunakan bahasa yang sama misalnya bahasa Indonesia, ternyata tidak secara otomatis bisa membentuk saling pengertian diantara mereka. setiap kelompok budaya cenderung etnosentris yakni mengganggap nilai-nilai budayanya sendiri yang lebih baik dari pada budaya lain, bahkan menggukur budaya orang lain berdasarkan rujukan budayanya sendiri. (www.penulislepas.com). bila dilihat dari sini konflik yang terjadi antar-kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI memiliki pola interaksi yang kurang ada timbal-balik dan pembauran secara langsung (konstruktif).
41
2.2.2 Pola Komunikasi Dalam (www.id.wikipedia.org/wiki/komunikasi) pengertian komunikasi adalah: 1. Proses sistematik bertukar informasi diantara pihak-pihak, biasanya lewat sistem simbol biasa. 2. Secara i1miah dapatjuga berarti proses penyampaian pesan atau informasi dari pengirim (komunikatorISender) Kepada penerima (komunikanlreceiver) dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan balik (feedback). 3. Untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Sentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif, trans-aktif, bertujuan, atau tak bertujuan.
Menurut Nugroho (2003) salah satu efek televisi adalah sebagai medium urbanisasi. Televisi sebagai medium urbanisasi nilai melahirkan gelombang migrasi kecemasan luar biasa dj ruang-ruang keluarga seperti kecenderungan dewasa ini, menjadi salah satu medium yang melahirkan berbagai keterasingan sosial yang dipenuhi kegoncangan adaptif terhadap dunia sekitarnya. Masyarakat semacam ini dipenuhi cara komunikasi yang
42
penuh kekerasan, vulgar, instan, serba massal, dan penuh konsumerisme. Hal ini berdampak lahirnya masyarakat yang tidak toleran, kehilangan sifat respek, rendahnya tingkat kompetisi dan produksi, berpuncak pada rentan dan terasingnya kepribadian warga serta goncangnya integrasi sosial berbangsa. la juga menganggap solusi krisis sosial yang mencemaskan saat ini bukan diselesaikan dengan cara penambahan undang-undang melainkan dengan strategi kebudayaan yang mampu melahirkan pendidikan etika komunikasi sejak dini, guna melahirkan masyarakat komunikatif, masyarakat dengan interaksi sosial yang penuh etika.
Dalam pandangan Devito (1996) untuk mengatasi konflik diperlukan kemampuan komunikasi yang baik, dengan mengedepankan indikasi sebagai berikut: 1. Adanya kesadaran diri, yaitu adanya keinginan mengenal diri sendiri, sehingga bisa mengendalikan sikap dan prilaku. 2. Pengungkapan diri, faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah kelompok keell, adanya perasaan mencintai, adanya dialektika yang seimbang, memiliki kelebihan, pandai bergurau atau berkepribadian menarik. 3. Memahami ruang komunikasi, yaitu jarak komunikasi ada empat, yaitu jarak intim, mulai fase dekat (bersentuhan). Kedua, jarak pribadi, yaitu jarak untuk melindungi dari sentuhan. Ketiga, jarak sosial, untuk
43
berinteraksi sosial atau bisnis. Jarak publik, untuk menghindari sesuatu yang mengancam. 4. Memiliki daya tarik antar pribadi Memiliki fisik atau kepribadian yang menarik, pembentukan citra yang positif, ada kedekatan, penghargaan, kesamaan, saling melengkapi. 5. Komunikatif Untuk mengidentifikasi komunikasi yang efektif adalah dengan menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, memuaskan, kesegaran interaksi, pencapaian tujuan.
Fenomena konflik antara kelompok yang dialami oleh mahasiswa UKI dan YAI Salemba seperti rutinitas, kejadian ini belum mampu diredam secara total sehingga hal ini memunculkan resolusi yang lebih mendalam oleh kedua pihak, bagaimana menjelaskan perbaikan kembali kepercayaan sosial dan proses komunikasi selama ini? bagaimana proses terjadinya kehancuran dan pemulihan kembali modal sosial yang dimiliki oleh kedua kampus yang berdekatan ini?
Dalam Democracy and Education, Dewey (1972) melihat komunitas terbangun dari ikatan-ikatan (commonalities) yang secara rumit saling terkait melalui komunikasi. Dewey mengamati bahwa masyarakat tidak terus ada karena penyebaran, karena komunikasi, tetapi cukup layak jika dikatakan
44
bahwa masyarakat terwujud dalam komunikasi. Seperti konflik maluku, dapat teratasi dengan partisipasi langsung mereka dalam pembangunan prasarana untuk mencapai tujuan itu lebih jauh memperkuat rasa memiliki dan rasa "peran" mereka pada sekolah komunitas bersama. Keberhasilan rekonsiliasi sebagian didukung oleh penyediaan dana untuk bahan-bahan bangunan sekolah. Melalui kerjasama yang penuh tenggang rasa, sukarela, dan partisipatif lewat komunikasi, telah menunjukkan apa yang membuat komunitas terbentuk dan bagaimana komunitas yang tercabik bisa dipulihkan. (www.scripps.ohiou.edu/news).
Devito (1996) menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang baik diperlukan suatu persyaratan tertentu yaitu : 1. Keterbukaan, yang menekankan pada mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan atau menekankan pada pengungkapan diri. 2. Berempati berarti kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain, dengan menggunakan pandangan orang tersebut. 3. Sikap mendukung adalah sikap dengan mengungkapkan secara deskritif (hanya sebatas menguraikan) bukan sebagai pengevaluasi. 4. Spontanitas, yaitu secara alami, terus terang serta terbuka mengutarakan pemikirannya.
46
daya yang perlu dikelola untuk meneapai tujuan lembaga. Sudah saatnya dikenalkan manajemen konflik yakni suatu upaya untuk mengelola dan menggerakkan berbagai sumber dan elemen yang terlibat dalam konflik untuk meneari jalan penyelesaian dalam rangka meneapai tujuan. Dibutuhkan kemampuan persuasif untuk mewujudkan mediasi yang bisa diterima berbagai kalangan.
Menurut John (1999 : 478) menawarkan konsepsi tentang komunikasi langsung yang memiliki tiga keuntungan, antara lain: Pertama, komunikasi sifatnya simbolis dan tidak mendatangkan konsekuensi yang sesungguhnya dari gerakan nyata. Komunikasi merupakan eara untuk meneoba sebuah pemikiran ketimbang melakukan gerakan yang mungkin belakangan akan disesali. Dengan saling berkomunikasi segala kepentingan yang menemui jalan buntu akan mampu dimengerti dan dipahami pihak lain. Kedua, komunikasi mengubah kemungkinan gerakan dan bisa mengurangi tingkat persaingan dari pihak-pihak yang terlibat konflik, dengan terjadi kontak antar pimpinan universitas dan stafnya mampu mengerem laju persaingan keras yang mengarah pada kekerasan dan konflik antar mahasiswa. Ketiga, komunikasi bisa menghasilkan perubahan orientasi dari pihak-pihak yang terlibat terhadap masalah. Dengan komunikasi bisa langsung membujuk atau mengubah apa yang ingin dilakukannya mengeluarkan imbauan moral pada pihak mahasiswa yang terlibat konflik dimana hadir didalamnya wakil
47
universitas adalah satu format komunikasi yang diharapkan bisa mengubah orientasi dan keinginan yang akan dilakukan berkaitan dengan dinamika perkembangan masyarakat yang damai dan saling menghargai.
2.2.3. Gaya (Pendekatan) Mengatasi Konflik Menurut Pickering (2001) strategi menangani konflik adalah : 1. Membuat iklim yang membuat semua pihak merasa nyaman, rasa pereaya diri pada semua pihak, hal ini bisa dilakukan dengan membuat suasana informal dan membuat aturan main. 2. Menggali fakta, dengan pendekatan prilaku yang asertif dan lunak untuk menggali fakta secara rinci. 3. Melakukan kesepakan sebagai satu tim bersama, memberi tanggungjawab bersama dengan meneari solusi sebanyak-banyaknya sehingga bisa diterima semua pihak. 4. Memfokuskan pada jalan tengah atau jalan yang disepakati bersamasama. 5. Memberikan waktu yang cukup untuk membahas. 6. Pihak yang sedang berselisih hendaknya tidak saling berhadap-hadapan, gunakan meja berdampingan atau meja bun dar.
48
Pickering (2001) memberikan identifikasi tipe gaya mengatasi konflik, ada lima gaya mengatasi konflik yang bisa digunakan namun tergantung situasi dan motivasi dari pihak-pihak yang berkonflik, pendekatan mana yang sesuai untuk menyelesaikan konflik, atau pendekatan mana yang sesuai dengan kepribadian seseorang. Lima pendekatan dalam menyelesaikan konflik tersebut adalah : 1. Pendekatan kolaborasi (kerja sarna) Pendekatan ini menekankan pada keuntungan atau kemenangan kedua pihak, dengan eara mengadakan pertukaran informasi, mencoba melihat sedalam mungkin perbedaan yang ada dengan meneari pemecahan yang disepakati bersama. Gaya ini mendorong untuk berfikir kreatif, semua yang terlibat berusaha mencari solusi alternatif sebanyak mungkin, namun pendekatan ini kurang sesuai bila salah satu pihak yang terlibat tidak memiliki niat untuk untuk menyelesaikan konflik atau hanya memilki waktu yang terbatas. Yang paling penting bahwa pihak yang terlibat memiliki motif positif dan semua pihak diikut-sertakan dalam pemeeahan masalah. 2. Pendekatan placating (mengikuti kemauan orang lain) Gaya ini sebagai solusi bila kondisi tidak dalam bahaya, membuat pihak lain merasa lebih unggul, dengan mengikuti kemauan orang lain dengan berusaha menyembunyikan sejauh mungkin perbedaan yang ada dalam meneari titik persamaan, perhatian besar pada kepentingan pada pihak lain menyebabkan hubungan menjadi lebih harmonis, dengan menerima
49
kehendak pihak lain, berarti menerima kekuasaan orang lain namun harus menjadi catatan penting ini merupakan strategi mengulur waktu dengan melihat perkembangan keadaan, dengan mencari solusi yang lebih jitu. Gaya ini juga mampu membangun kepercayaan dan rasa percaya diri pada pihak lain. 3. Pendekatan mendominasi (sesuai kemauan sendiri) Pendekatan ini kebalikan dari pendekatan mengikuti kemauan orang lain, pendekatan ini menekankan pada kepentingan diri sendiri, dengan mengesampingkan kepentingan orang lain, gaya ini efektif bila keputusan perlu segera diambil atau persoalan tidak penting. Bersifat reaksioner, didorong untuk menyelematkan diri sendiri, gaya ini dianggap penting bila ada perbedaan yang besar pada tingkat pengetahuan, kemampuan menyajikan fakta, menimbang suatu persoalan dan menggerakkan konflik. Namun pendekatan ini sebaiknya digunakan bila sangat diperlukan, bila memiliki hak dan kekuasaan yang besar, ada wewenang dan kebijakan yang jelas, gaya ini sesuai dengan konflik yang menekankan pada keselamatan dahulu. 4. Pendekatan menghindar Gaya ini menekankan pada ketenangan, tidak merusak suasana. Menarik diri dengan membiarkan orang lain menyelesaikan konflik yang ada. Bila persoalan tidak penting mengulur-ulur waktu dapat mendinginkan suasana, efektif bila untuk strategi penangguhan. Namun pendekatan ini
50
banyak memberikan ketidakpuasan, sehingga konflik cenderung berlanjut. 5. Pendekatan kompromi Pendekatan ini menekankan pada nilai kepentingan orang lain atau kepentingan diri sendiri. Memungkinkan kedua belah pihak memiliki sesuatu untuk ditawarkan, pendekatan ini efektif bila kedua belah pihak dalam posisi sama-sama benar. Efektif bila persoalan komplek dan kekuasaan sama-sama berimbang, kompromi berarti membagi dan menawarkan konsesi, harus ada yang dikorbankan. Dalam pendekatan ini keahlian bernegosiasi dan tawar menawar sangat diperlukan, dengan ini kedua belah pihak didorong untuk bertemu dan mencapai kesepakatan, pendekatan ini sebaiknya digunakan apabila kerugian bagi kedua belah pihak dapat ditekan sekecil-kecilnya.
Untuk mengatasi konflik menurut M. Hasballah (2003) yaitu : Pertama, diperlukan suatu kondisi Iingkungan yang dapat mengembangkan sikap dan prilaku yang positif, sebab Iingkungan yang baik dan berkualitas makin rendah kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif. Kedua, meningkatkan kualitas hubungan mahasiswa dengan orang tua, dengan suasana keakraban, semakin akrab individu, menjadi mudah menyesuaikan diri dengan Iingkungan akan semakin mandiri pribadi mahasiswa. Ketiga, konsep diri yang positif, pengetahuan tentang diri sendiri, harapan, penilaian diri yang positif maka akan rendah kecenderungan
51
mahasiswa untuk berperilaku agresif. Hal ini bisa diwujudkan dengan : 1. Program kegiatan di rumah yang membuat mahasiswa merasa nyaman dan senang, lebih luas pada tetangga atau masyarakat sekitar tempat tinggal. 2. Adanya kesesuaian antara nilai yang dianut di universitas dengan di rumah, dan program yang menjembatani pola hUbungan antara orang tua, dosen dan mahasiswa sendiri. 3. Suasana keterbukaan yang dimulai dalam kehidupan rumah, universitas dan masyarakat. 4. Adanya kegiatan yang bersifat meningkatkan pengembangan ketrampilan berkomunikasi baik dengan teman sendiri, keluarga dan komunitas mayarakat yang lain. 5. Kemampuan interpersonal, kemampuan berkomunikasi dan penyesuaian diri.
52
Pendekatan mengatasi konflik menurut Chandra (1992) sebagai berikut: Tabel2.2
Cara Mendiagnostik Konflik 1. Cara Mendiagnostik Konflik Unsur Siklus Konflik Masalah dalam konflik
Pemicu
Taklik dan gaya konflik
Kekuatan
Komunikasi dan bahasa Konsekuensi yang diakibatkan
Tujuan Diagnostik Membedakan anlara masalah dasar dengan masalah yang simptomatis Membedakan anlara masalah yang bisa diselesaikan dan yang tidak bisa diselesaikan Mengidentifikasi hambatan dan rintangan konflik dan kejadian yang menjadi penyebabnya Mengerti kekhasan lingkah laku konflik yang mungkin menimbulkan masalah baru Keseimbangan alau berat sebelah, mengakui distribusi kuasa atau kekuasaan yang ada Mengidentifikasi semantik, isarat non-Iisan atau yang lainnva Mengerti akibat-akibal emosional yang sisebabkan oleh konflik yang lerjadi, bagaimana mereka menjadi penyulut konflik yang baru
Tujuan Penanganan Konflik Penanganan melalui dialog lenang perbedaan yang mendasar, kerangka yang digunakan dan membereskan masalah emosi melalui usaha persepsi ulang Penganalan dan pengakuan akan sejarah dari konflik Pengendalian melalui pencegahan munculnya pemicu baru yang dapal menambah konflik baru kecuali bila tujuan konslruklif dapat dicapai Pengendalian dengan membalasi laklik yang merusak dan mendorong munculnya taktik yang konstruktif Memperjelas situasi dan relasi akibat konstalasi yang ada
Memperjelas bahasa masingmasing Mengendalikan melalui usaha menolong pemeran konflik untuk menyadari dan meneari pengertian alas konsekuensi dari konflik tersebut
54
2. Konflik secara aktif, mau membuka diri, membuka pikiran dan pendengaran tentang permasalahan yang terjadi. 3. Bertanggungjawab, berani mengungkapkan pikiran atau pendapat yang berbeda namun harus bertanggungjawab terhadap konsekuensi pikiran. 4. Langsung dan spesifik, mengena dan pada tujuannya langsung. 5. Kemampuan humor sebagai pereda ketegangan.
la juga memberikan sebuah pendekatan dalam menganalisa pemecahan masalah yaitu : a. Mulai dengan menganalisa masalah b. Kemudian menyusun kriteria untuk mengevaluasi pemecahan masalah c. Mengidentifikasi pemecahan yang mung kin bisa dilanjutkan d. Evaluasi pemecahan masalah e. Memilih pemecahan yang terbaik f.
Menguji pemecahan yang dipilih jika belum berhasil dan
g. Mengkaji ulang pemecahan tersebut.
Dari setiap rumusan pemecahan masalah yang pernah dilakukan kemudian dievaluasi, mana yang kurang dan mana yang potensial, sehingga mampu mengatasi konflik secara bertahap.
55
2.3. Pola Mahasiswa Dalam Mengatasi Konflik Mahasiswa yang dikenal sebagai komunitas idealis dan memiliki semangat yang tinggi, ditambah dengan kemampuan intelektualnya akan berdampak pada pola pikir dan perilakunya yang terkontrol. Usia mahasiswa juga masuk dalam kategori usia dewasa awal, usia dimana memiliki tugas perkembangan yang berpusat pada harapan-harapan masyarakat, sebagai orang tua dan memiliki kelompok sosial yang sesuai dengannya:( Hurlock, 1980).
Kemampuan mahasiswa baik secara akademis maupun dari pengalaman bergesekan dengan kaum terpelajar berpengaruh juga pada pola pemecahan masalah yang dihadapinya, pemikiran yang matang dan luas semakin menambah kemampuan mengatasi masalah berbeda dengan masyarakat luas, sikap menemukan solusi sebanyak mungkin, keinginan melakukan yang terbaik merupakan pola pikir yang dewasa (Steven & Howard, 2002). Mereka bisa berperilaku asertif dimana mereka saling menghormati dan berusaha agar komunikasi tetap berlangsung, menghargai sesama manusia, sadar akan hak dan kewajiban sendiri, keberanian untuk berperilaku jUjur dan obyektif dalam tindakan dan ucapan (Netty, 2004). Namun konflik antara mahasiswa UKI dengan mahasiswa YAI Salemba merupakan tindakan yang kurang positif, karena kerugian yang didapat, bahkan kerugian orang-orang atau masyarakat sekitar yang tidak tahu
56
menahu. Hal ini sangat memperihatinkan. seharusnya mereka bisa menggunakan tenaga dan pikiran mereka untuk kemajuan dirinya dan masyarakat luas bukan sibuk dengan konflik antar mahasiswa {www.ghofarism.blogdrive.eom).
Sangat berbeda ketika mahasiswa menjelma sebagai hati nurani bangsa. partisipasi mereka memberi wajah baru perjuangan rakyat, pendampingan dan advokasi masyarakat yang teraniaya, mahasiswa merupakan kaum terpelajar yang jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah pendudukan keseluruhan. Mereka berani memikul tanggungjawab untuk memperbaiki kondisi masyarakat (Anwar. 1981). Pengakuan seeara sosial (socially
acknowlegement) pada mahasiswa merupakan bagian dari komunitas intelektual yang bergerak untuk memihak masyarakat itu sendiri dengan kekuatan moral (moral force) bukan memihak pada kelompok tertentu, yang tidak banyak memiliki keberpihakan pada masyarakat luas.
Laoda Ida dalam Fahruz (1999) mengatakan mereka adalah ealon eendekiawan yang tengah bergelut berbagai persoalan teoritis maka sebenarnya seeara sadar atau tidak sadar mereka terlatih kepekaannya terhadap permasalahan yang berkembang dalam masyarakat. Meski dalam kondisi keterbatasan namun mereka mampu meneari akar persoalan dan meneari jalan keluar untuk meneapai harapan-harapan
58
Pergantian periode (masa) mahasiswa baru juga memungkinkan keterlibatan senior-seniornya dalam terjadinya konflik ini. Dengan keberanian untuk membuka diri dan menjalin komunikasi dalam forum bersama, melakukan kegiatan yang memiliki nilai lebih dan timbal balik, maka segala keinginan dan harapan kedua belah pihak bisa tercapai, hal ini sekaligus sebagai kesanggupan mahasiswa menerima perbedaan dan bahkan mampu meredamkan gejolak konflik didalam kelompoknya masing-masing. Untuk lebih mempermudah memahami proses terjadinya konflik antar kelompok maka dibawah ini gambaran skema tersebut :
Skema 2.4. Kerangka Berfikir
MAHASISWA
POTENSI KONFLIK
1
MAHASISWA
I PENYEBAB KONFLIK
! INTERAKSI )
PEMICU INTERNAl..
( KEtMMPUAN MENGATASI KONFUK ] _----'J
59
Perbedaan latar belakang sosial budaya, keyakinan, dan pola pikir antar mahasiswa UKI dengan VAl merupakan pemicu yang menyebabkan terjadinya konflik, adanya interaksi sosial, kampus yang berdekatan adalah faktor lain yang ikut menjadi pemicu. Konflikltawuran yang terjadi hampir setiap tahun adalah faktor pengidentifikasian mahasiswa terhadap kelompoknya, kelompok dianggap sebagai harga diri sehingga sering persoalan yang terjadi pada anggota kelompoknya adalah bagian dari dirinya, ditambah lagi perilaku emosional yang dikedepankan sehingga secara langsung ikut terbawa dalam perkelahian. Disinilah akan dapat dilihat kemampuan mereka mengatasi konflik, bagaimana pola interaksi yang bisa dibangun untuk mencegah konflik, pola komunikasi sangat efektif untuk meredam pemicu dan merumuskan penyelesaian konflik selama ini, sehingga bisa memilih cara yang tepat untuk meredam konflik yang destruktif berubah menjadi kerjasama yang konstruktif.
2.5. Hipotesa Hipotesa H1 : "Tidak ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusaf'. Hipotesa Ho : "Ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusal".
BAB3 METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan adalah metode diskriptif analisis dengan jenis penelitian komparatif.
Metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan. Sedangkan penelitian komparatif adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat perbandingan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla et.al. 1993).
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai atau sifat yang satu sama lain terpisah (Sevilla, 1993 : 26). Variabel terbagi dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
61
Pada penelitian ini variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Variabel bebas : Mahasiswa UKI dan Mahasiswa YAI yang terlibat konflik (x). Variabel terikat : Tingkat Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok (y).
3.2.2 Definisi Operasional Definisi operasionallebih merujuk pada pemberian batasan atas suatu variabel dengan cara merinci hal-hal yang berkaitan dengan batasan penelitian. Untuk pendekatan mengatasi konflik, peneliti menggunakan teori yang diungkapkan oleh Pickering (2001) strategi menangani konflik dan identifikasi pendekatannya, hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi, motivasi pihak-pihak yang terlibat, serta faktor kepribadian seseorang. Sedangkan pola komunikasi, teorinya berasal dari pandangan Devito (1996) mengenai pola-pola komunikasi yang efektif dalam meredam konflik, dengan mengedepankan sikap asertif, kesadaran, kepercayaan serta sikap komunikatif dan pola interaksi mengadopsi dari teorinya Rose (1965) dalam (www.paskaI8.com), (www.kompas.com/kesehatan/news). dan pengertian dari Musthafa Fahmi (1982), yang menggambarkan bagaimana perasaan dan kesadaran kelompok mampu menjadi pemacu solidaritas (kesetiakawanan) yang erat, penyesuaian diri juga salah satu inti interaksi, yang paling penting adalah pola interaksi antar kelompok ketika konflik sedang berlangsung.
62
Definisi operasional adalah : 1. Pola Interaksi Pola ini lebih banyak mengurai tentang adanya kesadaran kelompok, penyesuaian diri, hubungan dengan orang lain, serta pola hubungan yang terjalin ketika konflik terjadi seperti eskalasi/suhu/suasana konflik yang semakin memanas, invalidasi/meremehkan, menarik diri, penafsiran kejadian/sikap yang negatif, keberpihakan pada kepentingan/partikular, dan sikap yang etnosentris. 2. Pola Komunikasi Pola ini mengenai bagaimana pesan/informasi ditangkap oleh kedua belah pihak, timbal balik dalam menerima dan menyampaikan pesan dari masing-masing kelompok, sikap komunikatif, kesadaran akan identitas kelompok, partisipatif, spontanitas/terbuka dan apa adanya adalah kunci komunikasi tersebut. 3. Pendekatan Konflik Meneakup mengkondisian suasana supaya semua pihak merasa saling pereaya, pereaya diri dan merasa nyaman, meneari solusi sebanyakbanyaknya, memilih jalan tengah, obyektif, situasional, kolaborasi (kerjasama), placating (mengikuti pihak lain), mendominasi (keinginan sesuai kemauan sendiri).
63
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi merupakan kelompok dimana peneliti akan men-generalisasikan hasil penelitiannya (Gay dalam Sevilla, 1993). Sedangkan sampel merupakan bagian keeil atau euplikan yang ditarik dari populasi (Fenguson, dalam Sevilla, 1993).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat. Mahasiswa UKI berjumlah kurang lebih 3.000 orang, dengan peineian 2.260 mahasiswa dari fakultas Hukum dan 725 mahasiswa dari fakultas IImu Sosial dan Politik. Sedangkan dari mahasiswa YAI berjumlah sekitar 10.800 mahasiswa, yang terdiri dari fakultas Ekonomi, fakultas IImu Komunikasi dan fakultas Psikologi.
Pengambilan sampel/responden dalam penelitian ini dengan menggunakan desain sampling tetap (fixed sampling design), yaitu dengan menggunakan aturan atau sistem yang tidak berubah selama penarikan sam pel berlaku. Metode yang digunakan yaitu restricted random sample, artinya sampel yang dipilih dari populasi dikelompokkan terlebih dahulu. Pengelompokan sampel berdasarkan fakultas yang terlibat konflik. Teknik pengambilan sampel dengan multiple stage sample yang berarti sampel ditarik dari kelompokkelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi
65
3.3. Intrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis untuk memperoleh data, data yang terkumpul harus valid dan reliabel, oleh sebab itu dibuat alat ukur masing-masing variabel yang diuji-cobakan terlebih dahulu agar menjadi alat ukur yang valid dan reliabel. Alat ukur pada penelitian ini berupa skala psikologi yaitu berupa pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk item-item yang kemudian akan direspon atau diisi oleh sampel.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok : Untuk mengukur kemampuan mengatasi konflik antar kelompok, peneliti membuat skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok yang terdiri dari 60 item yang mencakup dimensi atau substansi dari kemampuan mengatasi konflik antar kelompok yaitu : 1. Kemampuan pola interaksi sosial, gambaran tentang bagaimana seseorang berperilaku dan bersikap agar diterima oleh orang lain atau lingkungan sosialnya. 2. Kemampuan berkomunikasi, mengurai tentang bagaimana kemampuan seseorang mengungkapkan diri dan menjalin kontak atau komunikasi dengan orang lain atau kelompok lain. 3. Cara (gaya) menyelesaikan konflik antar kelompok, merupakan
66
kemampuan (pendekatan) dan solusi yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam mengatasi konflik.
Format respon untuk distribusi item kemampuan mengatasi konflik antar kelompok yang digunakan merujuk pada Model Skala Likerl yang dimodifikasi. Skala model ini mempunyai 4 (empat) alternatif pilihan jawaban yaitu (SS [sangat setuju], S [setuju], TS [tidak setuju], STS [sangat tidak setuju]). Item-item diskoring (dinilai) berdasaran jawaban yang dipilih dari jenis pernyataan, favorable atau unfavorable. Untuk jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SS.... S....TS....STS) dengan nilai
(1 .... 2....3....4). Sedangkan untuk unfavorable cara skoringnya bergerak sebaliknya dari kiri ke kanan, (STS....TS....S....SS) dengan nilai (4.... 3....2.... 1).
Tabel3.1 Bobot Nilai Skala Kemampuan Mengatasi Konflik Pilihan SS (Sangat Setuiul S (Setuju) TS (Tidak Setuiul STS (Sanaat Tidak Setuiul
Pernyataan Favorable 4
3
Unfavorable 1 2
2 1
3 4
Secara lebih jelas mengenai distribusi item skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut :
67
Tabel3.2 Komposisi dan Distribusi Item Skala Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok No.
1
2
3
INDIKATOR Kesadaran kelomook Penvesuaian diri Hubungan anlarpersonal Pola Inleraksi Eskalasilkadar inlensitas Invalidasi/meremehkan Inleorelasi negalif Parlikular/kepenlingan Sosialisasi Kesadaran Kelomook Pola Penounokaoan Diri Komunikasi Komunikalif Parlisioalif Soontanilas Kondisioning JSerjasama Cara Kolaborasi Mengalasi Obveklif Konflik Menghindar Siluasi ASPEK
Favorable 1,2,7, 3,16,8,17,
Unfavorable 6,31,
4,19,13, 20,
11,21, . 10, 5,35,57, 36, 23,52, 24,32,34, 53, 15,26, 25, 27,49,54, 30,41,45,60, 42,43,44, 28,29, 40,50,59,
12, 18, 9, 14, 56, 22, 51, 33, 58, 47,48,55, 37,
--
38,39, 46,
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisa statistik, karena data yang diperoleh berupa angka-angka. Setelah dilakukan uji coba, datadata yang diperoleh diskor kemudian ditabulasikan dan dilanjutkan dengan menguji validitas dan reliabelitasnya.
68
1. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui aspek suatu skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukuran. Uji validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan skor masingmasing item dengan skor total. Rumus yang digunakan mencari korelasi adalah Product Moment Coofisicient Correlation dan Pearson dan penghitungannnya menggunakan SPSS for Windows Versi 11.5,
yaitu dengan rumus :
Ket. : rxy
: Angka indeks korelasi (r) product moment
N
: Jumlah subyek
I xy
: Jumlah hasil perkalian antara skare x dan y
Ix
: Jumlah seluruh score x
Iy
: Jumlah seluruh score y
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah konsistensi, keajegan atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran, Untuk menghitung reliabilitas instrumen penelitian, digunakan teknik Alpha Cronbach.
70
:M1-:M2
t
D
:
_
srE :M1-:M2
to
: t-hitung (hasil perhitungan)
M1
: Mean variabel1 (mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat)
M2
: Mean variabel 2 (mahasiswa UKI Salemba Jakarta Pusat)
SE M
:
Standar error mean variabel
Penghitungan t-test in! juga menggunakan SPSS for windows Versi 11.5.
Adapun hasil Skala kemampuan mengatasi konflik yang digunakan dalam penelitian ini sang at reliabel menurut Guilford & Frutcher dalam Kuncono, (2004), (> 0.9 = sangat reliabel) yaitu 0.9409.
Tabel3.3 Reliabelitas Skala Mengatasi Konflik
HasH Penelitian
N of Cases Jumlah Sampel 70
N of Items Jumlah Item Scala 41
Reliabilitas Alpha
0.9409
Hasil pengujian intrumen kemampuan mengatasi konflik, dari data try out yang diperoleh, item-item yang valid sebanyak 41 item sedangkan 19 item tidak valid, yaitu nomor : 1,4,5,6,7,8,9,10,12,17,21,37,47,48,51,54,56,57,58. sehingga item yang digunakan untuk penelitian sebanyak 41 item. Dalam penelitian ini jumlah sampel try out yang diambil sebanyak 70 orang, kemudian sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
71
mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Setiap kelompok berjumlah 35 orang.
3.5. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian terbagi menjadi tiga tahap : 1. Persiapan, menyiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian misalnya try-out skala, pembuatan skala, perizinan dan sebagainya. 2. Tahap pelaksanaan, memberikan skala kepada sampel penelitian sekaligus melakukan observasi dan wawancara sebagai tambahan data. 3. Tahap pengolahan data, setelah hasil skala sudah memenuhi prosedur penelitian maka dilakukan pengolahan data yang terdiri dari melakukan skoring terhadap hasil angket penelitian, menghitung hasil, dan membuat tabulasi data. 4. Tahap Analisa, yaitu menganalisis data dan membuat hasil analisis, membuat kesimpulan dan saran. 5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian.
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Responden Tabel4.1 Jumlah Sampel No. 1
Mahasiswa UKI
2
Mahasiswa YAI
Kelompok
Jumlah Sampel
Prosentasi
30 30 60
50% 50% 100%
Total
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 orang, kemudian sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Setiap kelompok berjumlah 30 orang.
Gambaran umum responden penelitian akan diuraikan secara deskriptif dan dibantu dengan penyajian dalam bentuk label. Gambaran umum responden meliputi jenis kelamin, usia, fakultas, semester, agama dan suku bangsa. Berikut ini label gambaran umum responden :
73
Tabel4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Fakultas, Agama Dan Suku Bangsa Gambaran
No.
1
2
4
5
Mahasiswa VAl Prosentasi Frek.
Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan
24 6
80% 20%
30 0
100% 0%
Total
30
100%
30
100%
17
56.7%
16
10
33.3%
3 30
10% 100%
11 3
53.3% 36.7%
Rentang Usia 19 - 21 22-24 25-28 Total
3
Mahasiswa UKI Frek. Prosentasi
Fakultas Ekonomi
30
10% 100%
. - . - ._~'-
IImu Komunikasi Psikologi Hukum IImu Sosial & Politik
0 0
0% 0%
0 22 8
0% 73.3% 26.7%
total
30
Agama Islam Kristen Kong huchu Total
11 10 9
36.7% 33.3%
0 0
30% 0% 0%
100%
30
100%
3 26 1 30
10% 86.7% 3.3% 100%
26 4 0 30
86.7% 13.3% 0% 100%
3
10%
15
50%
0 0 0 0 20
0% 0% 0% 0% 66.7%
4 1 1 1 2
13.3% 3.3% 3.3% 3.3% 6.7%
Suku Bangsa Jawa Sunda Bali Betawi Manado Satak
-
74
Maluku Minang Palembang Medan Ambon Papua Flores Cina Nias Jumlah
0 1 0 0 0 3 1 1 1 30
0% 3.3% 0% 0% 0% 10% 3.3% 3.3% 3.3% 100%
1 1 1 2 1 0 0 0 0 30
3.3% 3.3% 3.3% 6.7% 3.3% 0% 0% 0% 0% 100%
Berdasarkan usia, responden pada penelitian ini dari mahasiswa UKI berusia 19 - 21 tahun berjumlah 17 atau 56.7 % dan mahasiswa YAI berjumlah 16 atau 53.3 %, mahasiswa UKI yang berusia 22 - 24 tahun berjumlah 10 orang atau 33.3 % dan mahasiswa YAI berjumlah 11 orang atau 36.7%, mahasiswa UKI yang berusia 25 - 28 tahun berjumlah 3 orang atau 10% dan mahasiswa YAI berjumlah 3 orang atau 10%. Melalui data tersebut dapat diketahui bahwa sampel mayoritas dalam rentang usia 19 - 21 tahun. Hal ini dapat menggambarkan bahwa sampel pada penelitian ini mayoritas berada pada tahap perkembangan dewasa awal/dini. Berdasarkan fakultas pada responden mahasiswa UKI yaitu fakultas Hukum berjumlah 22 orang atau 73.3% dan dari fakultas IImu Sosial & Politik berjumlah 8 orang atau 26.7%, sedangkan pada responden mahasiswa YAI yaitu fakultas Ekonomi berjumlah 11 orang atau 36.7%, fakultas IImu Komunikasi 10 atau 33.3% dan dari fakultas Psikologi berjumlah 9 orang atau 30%.
75
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan sampel dalam penelitian ini baik dari mahasiswa UKI ataupun mahasiswa YAI memiliki latar pendidikan yang berbeda.
Jumlah responden dari mahasiswa UKI yang beragama Islam berjumlah 3 orang atau 10%, beragama Kristen berjumlah 26 orang atau 86.7% dan yang beragama Kong Huchu 1 orang atau 3.3%. Sedangkan mahasiswa YAI yang beragama Islam berjumlah 26 orang atau 86.7%, Kristen 4 orang atau 13.3%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas mahasiswa UKI beragama Kristen (86.67%), sebaliknya mahasiswa YAI moyoritas beragama Islam (86.67%).
Dari data responden yang berdasarkan suku bangsa maka mahasiswa UKI berasal dari suku jawa 3 orang atau 10%, Batak 20 orang atau 66.7%, Minang 1 orang atau 3.3%, Papua 3 orang atau 10%, Flores 1 orang atau 3.3%, Cina 1 orang atau 3.3%, Nias 1 orang atau 3.3%, sedangkan dari mahasiswa YAI berasal dari suku Jawa 15 orang atau 50%, Sunda 4 orang atau 13.3%, Bali 1 orang atau 3.3%, Betawi 1 orang atau 3.3%, Manado 1 orang atau 3.3%, Batak 2 orang atau 6.7%, Maluku 1 orang atau 3.3%, Minang 1 orang atau 3.3%, Palembang 1 orang atau 3.3%, Medan 2 orang atau 6.7% dan Ambon 1 orang atau 3.3%.
76
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa UKI secara mayoritas berasal dari suku Batak (66.7%) sedangkan dari mahasiswa YAI berasal dari suku Jawa (50%).
Dan untuk melihat kategori kemampuan mengatasi konflik dan alasan konflik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel4.3 Gambaran Alasan Konflik dan Tingkat Kemampuan Mengatasi Konflik No.
1
Gambaran
Mahasiswa UKI Frek. Prosentasi
Mahasiswa YAI Prosentasi Frek.
Alasan Konflik Solidarltas teman
5
16.7%
7
23.3%
Diajak teman
3
10%
1
3.3%
Ingin tahu
1
3.3%
0
0%
Membela diri
3
10%
1
3.3%
Mereka mengejek
1
3.3%
0
0%
Ikut-ikutan
23.3%
6
20%
7
Sudah biasa
1
3.3%
0
0%
Disuruh senior Seru aja
1 1
3.3% 3.3%
1 0
3.3%
Mereka menyerang duluan Membantu teman
3 1
10%
1
0% 3.3%
3.3%
5
16.7%
Melindungi kampus
1
3.3%
3
10%
Pantang untuk diam
1
3.3%
0
0%
Benei melihat perilaku sok 1 e--" Manjaga kendaraoo--1 Balas den dam 0
3.3%
0
0%
0
0%
Kondisi diserang Keadaan terpaksa Jumlah
3.3%
1--,,- f-.
0%
1
3.3%
0
0%
1
0 30
0% 100%
2 30
3.3% 10% 100%
77
2
Tingkat Kemampuan Tinggi Sedang Rendah Jumlah
24 0 6
30
80% 0% 20% 100%
27 0 3 30
90% 0% 10% 100%
Menjawab pertanyaan mengapa mereka terlibat konflikltawuran, maka berdasarkan alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut dari mahasiswa UKI lebih banyak karena ikut-ikutan berjumlah 6 orang atau 20%, solidaritas teman berjumlah 5 orang atau 16.7%, diajak teman berjumlah 3 orang atau 10%, membela diri 3 orang atau 10%, karena diserang 3 orang atau 10%, selebihnya alasan yang lain, namun dari pihak mahasiswa YAI alasan mereka melakukan konflik adalah solidaritas teman 7 orang 23.3%, ikut-ikutan 7 orang atau 23.3%, melindungi teman 5 orang atau 16.7%, membela kampus 3 orang atau 10%, selebihnya alasan yang lain. Berdasarkan data diatas, konflik ini terjadi akibat dari solidaritas membela teman, dari mahasiswa UKI berjumlah 5 orang atau 16.7%, dan paling banyak adalah karena ikut-ikutan 7 orang atau 23.3%, sama halnya dengan mahasiswa UKI mahasiswa YAI pun demikian, alasannya dalah mereka membela kelompoklsolidaritas 7 orang atau 23.3%, ikut-ikutan 7 orang atau 23.3%, membantu teman 5 orang atau 16.7%, lainnya adalah alasan lain.
Mahasiswa UKI yang menempati kategori tinggi dalam kemampuan mengatasi konflik sebanyak 24 orang (80%), dan 6 orang (20%) berada pada
78
kategori rendah. Sedangkan Mahasiswa YAI yang menempati kategori tinggi sebanyak 27 oran'g (90%), dan 3 orang (10%) berada pada kategori rendah. jadi tingkat kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan YAI relatif sama, dalam hal ini sama-sama berada pada tingkat tinggi. Dengan demikian berarti tingkat kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI relatifsama.
4.2. Presentasi Data 4.2.1. Uji Persyaratan Dalam mengola data maka diperlukan uji persyaratan, uji ini adalah syarat untuk melakukan analisis lebih lanjut. Uji persyaratan yang digunakan di sini adalah uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan SPPS versi 11.5 for windows.
1. Uji Normalitas Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan, Ashari (2005 : 34). Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak.
79
Tabel4.4 Uji Normalitas Tests of Normalih
Kolmogorov - Smirnov (a)
Asal tempat kuliah Kemampuan mengatasi konflik
Shapiro - Wilk Statlsti df Sig. c
Statistic
df
S19·
UKI Salemba
.097
30
.200(*)
.969
30
.509
YAI Salemba
.113
30
.200(*)
.981
30
.857
• This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan data di atas, dapat terlihat bahwa skala kemampuan mengatasi konflik berdistribusi normal. Berdasarkan tabel uji persyaratan normalitas di alas, larat signifikansi variabel kemampuan mengalasi konflik (mahasiswa UKI dan YAI) 0.097 dan 0.113> 0.05. Dengan demikian tarat signifikansi variabel lersebul lebih besar dari 0.05, maka penyebaran datanya berdistribusi normal.
Grafik4.1 Kemampuan Mengatasi Konflik Normal Q-Q Plots Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik
Norrrel Q-Q Plot of kerral'llluan rrengatasl konflik
ForVAROD002= UKISatemba
ForVAROOOO2= YAI Salemba
"r--------------, " '0
1 i Z
"'tI
00
.'
~
_5
. ., 0
z
-10
~
! .,
_1.5
~
·20
!--c;:.----:'.C--o;;
60
70
Obsorwd Valuo
Ket.:
aD
""
llJO
'w
w
'"
'"
"
'"
""
""
,w
ObsOMd Value
Dar! grafik diatas terfhat bahwa sebaran data dari variabel kemampaun mengatasi konflik bergerak ke kanan atas
di sekitar garis uji. Item-item berada dekat dar! garis uji. Hal ini membuktlkan bahwa data ini dikatakan normal.
,,,
80
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variabilitas mean dari data dalam suatu kelompok. Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah : Ho = Varians data bersifat homogen H1 Varians data bersifat tidak homogen
=
Kesimpulan yang dapat diambil adalah jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, tetapi kalau lebih besar maka Ho ditolak. Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh mempunyai varians yang sama diantara anggota kelompok tersebut atau tidak. Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan melalui program SPSS versi 11.5 diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel4.5 Uji Homogenitas Kemampuan Mengatasi Konflik Test of Homogeneity of Variance
Kemampuan Mengatasi Konflik
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.069
1
58
.793
.054
1
58
.817
.054
1
57.813
.817
.060
1
58
.807
Based on Mean
Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
Dari tabel nilai uji homogenitas di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan mengatasi konflik memiliki nilai probabilitas (0,793) > 0,05 sehingga Ho diterima, artinya varians data bersifat homogen.
81
4.2.2. Uji Hipotesis Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus uji t (f-fest), yaitu dengan cara membandingkan jumlah skor skala kemampuan mengatasi konflik. Sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI. Adapun hasil uji-t yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS for windows versi 11,5 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel4.7 Hasil Uji-t Group Statistics Mahasiswa Kemampuan Mengatasi Konfiik
Asal Tempat Kuliah
N
Mean
Std. Deviation
UKI Salemba
30 30
87.6 92.1
10.4 10.3
YAI Salemba
Tampilan diatas menunjukan variabel yang terikat "kemampuan mengatasi konflik" yang diuji signifikansinya antara kelompok mahasiswa UKI dan kelompok mahasiswa YAI, dengan jumlah kasus (N) sama, rata-rata hitung dan simpangan baku. Uji perbedaan ini dilihat berdasarkan asumsi bahwa keduanya memiliki varians yang sama (equal variences assumed) dan varians yang berbeda (equal variances not assumed. Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
Kemampuan
Mengatasi Konflik
_.
Equal variances assumed Equal variances not assumed
I-test for equalily of mean 81g.
Mean
(2-tailed)
Difference
58
.105
-4.4000
57.999
.105
-4.4000
F
8ig.
t
df
.069
.793
-1.645 -1.645 ._.. _.. _---
82
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tes perbedaan varians untuk kedua kelompok ini berdasarkan tes Levene, yaitu tes homogenitas, sebesar F = 0.069, dan P
=0.793 > 0.05 (5%). Berarti kedua varians itu tidak berbeda
atau homogen. t-hilung skala kemampuan mengatasi konflik sebesar -1,645 sedangkan t-tabel dengan df (degrees offreedom) sebesar 58 (30 + 30 - 2) pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 2,021 dengan demikian t-hilung lebih kecH dari t-tabel (-1,645 < 2,021). Sedangkan tingkat kepercayaan adalah 95% antara -9.75397 (batas bawah, lower) dan 0.995397 (batas atas, upper).
HasH perhitungan lewat program SPSS tersebut menunjukkan bahwa nHai t baik dihitung dengan asumsi varians yang tidak berbeda (equal) maupun yang berbeda (unequal) menghasHkan taraf signifikansi yang sama-sama signifikan (negatif), t hilung = -1,645. Dengan demikian terdapat signifikansi negatif dari hasH penelitian ini, maka hipotesa awal (Ho) yang menyatakan bahwa "Tidak ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat" DITERIMA, dan hipotesa kedua (H 1) yang menyatakan bahwa "Ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat" DITOLAK.
84
Kristen demikian pula mahasiswa YAI86.7% beragama Islam, kemudian dari segi disiplin ilmu, mahasiswa UKI berasal dari 2 Fakultas yaitu Hukum dan IImu Sosial Politik sedangkan mahasiswa YAI dari 3 Fakultas, yaitu Ekonomi, IImu komunikasi dan Psikologi.
Dalam situs (www.paskaI8.com). disebutkan setiap perilaku (aksi) seseorang dalam suatu kelompok mengandung reaksi dari pihak lainnya, pola-pola interaksi antar sesama anggota akan membaku dan menjadi suatu identitas individu, kemudian akan menimbulkan kesadaran sebagai kebutuhan psikologis, kesadaran menjadi anggota kelompok akan menjamin rasa aman dan kesetiakawanan (solidaritas kelompok). Individu kemudian cenderung etnosentris, bahkan mengukur budaya/nilai yang lain dengan rujukan budaya/nilainya sendiri.
Yasraf (2003) mengatakan bila bingkai kesatuan sesama suku bangsa hilang maka yang timbul adalah sikap kecurigaan, kebencian terhadap sesuatu yang berbau "yang lain" (the other), yang kemudian muncul segmentasi sosial yang masif dan primordialisme sempit, sehingga "orang luar" dianggap "sang musuh" (the enemy).
Konflik antar kelompok yang terjadi pada mahasiswa UKI dengan YAI yang sudah terjadi sekitar puluhan tahun, bila dipandang dari pendapat Rose dan
85
Yasraf (2003) adalah karena setiap kelompok memprodusir prasangka kelompok yang negatif sehingga memunculkan sikap saling mencurigai dan saling bermusuhan, apalagi ketika perilaku tersebut mendapat respon positif dan prestise dari anggota kelompoknya, akan semakin memperkuat suhu terjadinya konflik ini. Hal ini sesuai dengan beberapa situs media seperti (kompas, indomedia, suara merdeka dan suara pembaharuan) bahwa konflik antar-kelompok sering terjadi akibat dari (pemicu) masalah yang remeh seperti ejekan antar anggota kelompok, perilaku atau ucapan yang bernada meremehkan, sama seperti yang dimuat di beberapa media, menurut penuturan AM (20 tahun) pemicu konflik ini terjadi akibat perselisihan individual, bahkan SA (28 tahun) mengatakan konflik yang terbesar selama ini terjadi pada tahun 2000, ketika kondisi sosial politik kacau, mahasiswa UKI dan YAI saling melempar bom molotov (gas air mata), batu dan membawa senjata tajam, kondisi saat itu paling parah. Mahasiswa yang luka-Iaku akibat konflik ini biasanya yang dari YAI dirawat di RSCM, sedangkan mahasiswa UKI di rawat di RS Carolus, mereka pada awalnya memperoleh biaya subsidi dari masing-masing kampus, hal ini juga sebagai salah satu reinforcement konflik tersebut.
Menurut Lacan dalam Yasraf (2003) energi utama penggerak sosial dan penggerak kebudayaan, setidak-tidaknya ada dua bentuk utama yaitu hasrat menjadi (to be) sebagai model pencitraan (image) dirinya ke dalam sesuatu
87
mereka bisa menghentikan konflik yang selama ini terjadi, apalagi bila pihak rektorat memberikan sanksi yang berat, maka akan semakin mempersempit terjadinya konfik ini, hal inilah yang terjadi pada tahun 2006, sampai tahun ini belum ada tawuran sama sekali. Dari beberapa informasi yang peneliti dapatkan dari mahasiswa UKI dan YAI, alasan mengapa tahun 2006 tidak terjadi konflik adalah pertama, karena memang secara mayoritas kedua kelompok tidak menginginkan adanya tawuran/perkelahian ini. Kedua, ketika terjadi perkelahian dan ada yang terluka/menjadi korban maka ia akan menanggung resiko sendiri. Ketiga, kontrol masyarakat yang mulai secara tegas dilakukan terhadap kedua kelompok mahasiswa, sehingga bisa meredam pemicu-pemicunya.
Akhirnya dari beberapa data yang diperoleh peneliti, kiranya menjadi masukan tersendiri bagi pihak rektorat/mahasiswa dan pemerhati masalah social untuk meneliti lebih jauh lagi dalam mengeksplore permasalahan yang ada dan peran serta psikologi sosial dalam menyumbangkan
(mengintervensi) kondisi yang ada akan mampu memberikan solusi riil untuk mengatasi konflik yang ada di tengah-tengah masyarakat kita.
88
5.3. Saran Dari penelitian ini ada beberapa saran yang dapat peneliti dikemukakan :
Saran Teoritis Untuk Peneliti Selanjutnya 1. Pene/itian ini hanya mengambil satu aspek dari fen omena konflik antar kelompok, jadi akan lebih utuh bila aspek-aspek lain juga diteliti atau mengikutsertakan universitas-universitas lain yang pernah terlibat dengan UK/IVAI, dari hasil pene/itian ini, konflik antar ke/ompok bukan berarti konflik antar-etnis/ras, antar-budaya atau antar-agama, unik memang secara etnis/ras, budaya dan agama antara mahasiswa UKI dan YAI saling bertolak belakang, bahkan peluang konflik bisa terjadi setiap hari, sebenarnya apa yang paling dominan da/am mempengaruhi konflik ini, bukankah konflik ini sudah terjadi pu/uhan tahun yang lalu, namun pada tahun 2006 konflik ini tidak terjadi sama sekali, ada apa sebenarnya, benarkah ini bisa dijadikan titik awal untuk mengakhiri konflik selama ini, atau fenomena break sebentar kemudian berlanjut pada konflik lagI.
2. Diharapkan melakukan penelitian rnetode kualitatif sehingga bisa menggali data-data yang lebih mendalam, atau menggunakan metode/teori yang lebih konperhensif, sehingga mampu melihat akar permasalahan yang sebenarnya, dilihat juga bagaimana pengaruh atau
89
peranan kontrol universitas, pengaruh kegiatan bersama antar mahasiswa dan pengaruh institusi masyarakat sekitar dalam mencegah konflik sehingga persoalan tersebut terlihat secara utuh dan mendalam.
Saran Praktis Untuk Pihak RektoratlDekanat 1. Pihak rektorat/dekanat dapat menerapkan adanya motif untuk saling kerjasama dalam menyelesaian konflik, menerapkan sanksi yang humanis, berat dan tegas pada mahasiswa yang ikut terlibat sehingga sefain menjadi panutan mahasiswa, juga mampu mengontrol perilaku mahasiswa. 2. Diharapkan pihak rektorat/dekanat dapat membantu mahasiswa merealisasikan rencananya atau cita-citanya dengan menerapkan pendidikan, program kegiatan dan sarana prasarana yang lebih banyak serta sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat mahasiswa. Dengan demikian mereka akan sibuk dengan hal-hal yang produktif. 3. Kedua belah pihak (Rektorat UKI bersama Rektorat YAI) membuat kesepakatan bersama secara umum, yang melibatkan elemen-elemen mahasiswa dan masyarakat sekitar.
90
Untuk Mahasiswa
1. Mahasiswa diharapkan tidak mudah terpengaruh oleh prasangka kelompok yang negatif dan terjebak secara incidental ketika ada konflik antar individu maupun kelompok. 2. Potensi modal sosial hendaknya dijadikan mahasiswa sebagai pola pencegahan konflik, seperti ke~a sama, pola interaksi dan pola komunikasi baik secara formal maupun informal, 3. Komunitas mahasiswa seperti BEMF/PM dan UKM lainnya hendaknya menjadi prakarsa (pelopor) dalam memprogandakan issu untuk penyelesaian konflik.
Untuk Masyarakat Sekitar
1. Masyarakat sekitar universitas diharapkan lebih merasa memiliki dan memperhatikan masalah ini, dengan cara memberikan kontrol yang ketat sehingga meredam pemicu-pemicu konflik antar kelompok melalui kerjasama dengan para pedagang dan aparat pemerintah setempat.
DAFTAR PUSTAKA Buku: Adelson, Yoseph. (1980). Handbook Of A Adolescent Pshychology. Canada : John Wiley & Sons. Inc. Anwar, Yozar. (1981). Pergolakan Mahasiswa Abad Ke-20: Kisah Perjuangan Anak-Anak Muda Pemberang. Jakarta: Sinar Harapan Ashari, dkk. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi Amir, Pialang. (2003). HIPER-MORALITAS: Mengadili Bayang-Bayang. Yogyakarta: Belukar Burhan, Gunawan, Marzuki, (2002). Statistik Terapan : Untuk IImu-ilmu Sosial. Jakarta Gramedia Caiman. A. A. (2001). A Dictionary of Psychology. The United State; Oxford University Press Chandra, I. Robby. (1992). Konflik Dalam Hidup Sehari-Hari. Yogyakarta : Kanisius Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Davidoff, Linda. (1991). Psikologi Suatu Pengantar. (terj.) Ed.11. Ji1.1. Jakarta: Erlangga ........................ (1991). Psikologi Suatu Pengantar. (terj.) Ed.ll.J i1.2. Jakarta: Erlangga Devito, A. Joseph. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta; Profesional Books Fadhly, Fahruz. (1999). Mahasiswa Menggugat: Potret Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998. (editor), Bandung : Pustaka Hidayah Fahmi, Musthafa. (1982). Penyesuaian Did: Pengertian & Peranannya Dalam Kesehatan Mental. (terj.) Jakarta: Bulan Bintang Gerungan, Dr. WA (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.
Gunarso, Singgih. (1993). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT. Gunung Mulia Hurlock. B.E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupasn. (te~.). Ed.5. Jakarta: Erlangga S. Chaider & Abubakar (2006). Resolusi Konflik Agama & Etnis di Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN Jakarta. Kartono, Kartini, Dra. (1991). Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan Dan Industri. Jakarta: CV. Rajawali Kuncono, S.Psi. (2004). Analisis Butir. Jakarta: Badan Penerbit & Publikasi Yayasan Administrasi Indonesia (BPP-YAI) M. Saad, Hasballah. (2003). Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di OKI Jakarta. Yogyakarta : Galang Offiset Mappiare, Andi, Drs. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha nasional O. Sears, David. A1.al. (1985). Psikologi Sosia/. (terj.) ed.5. Jil.l. Jakarta: Erlangga .................................. (1985). Psikologi Sosia/. (terj.) ed.5. Jil.ll. Jakarta: Erlangga Nazir, Moh. Ph.D (1999) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Pickering, Peg. (2001). How To Manage Conflict: Kiat Menangani Konflik. Jakarta: Erlangga Pruitt, Dean.G. Jeffrey. Z.R. (2004). Teori Konflik Sosia/. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Rakhmat, Jalaludin, Drs.M.Sc. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sevilla, C.G. e1.al. (1993). Pengantar Metode Penelitian. (terj.). Jakarta: Universitas Indonesia Press Stein, J. Steven. Howard. E. (2002). Kecerdasan EQ: 15 Prinsip Oasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung : Kaifa Sudarsono, Drs. SH. (1993). Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sunarto, Kamanto. Prof. Dr. (2000). Pengantar Sosi%gi. Ed. 2. Jakarta: Universitas Indonesia Yasun, Hamdani. Prof. H. (2003). Dinamika Ke/ompok dan Kepemimpinan. Lampung : Universitas Lampung
Jurnal Psikologi : Hartaty, Netty, M.Si. (2004). Asertivitas. Tazkiya : Jurnal Psikologi, VolA, Nomor 1. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta Mulyono, Rahmat. (2002). Agama dan Penyimpangan Seks Remaja : Suatu Pendekatan Psik%gis. Tazkiyah : Jurnal Psikologi Vo\.2 No.3. Jakarta: Psikologi UIN Jakarta
Situs Internet: http://www.e-psikologi.com : Dalimunthe, Ritha F. SE, M.Si, CD. (2003). Peranan Manajemen Konflik Pada Suatu Oranisasi © Digitized by USU digital library. Malik, Ichsan, Drs. M.Si (2005). Kontribusi Psikososia/ da/am Penanganan Konflik © Universitas Indonesia, all right reserved Mu'tadin, Zainun S.Psi., M.Si. (2002). Tanda-Tanda Kedewasaan Seorang Pemimpin. Mu'tadin, Zainun S.Psi., M.Si. (2002). Perkembangan Mora/. Pitaloka, Ardiningtiyas, S.Psi. (2003) Pembe/aan Demi /dentitas Ke/ompok. Ubaydillah, AN. (2006). Permusuhan Batin. Ubaydillah, AN. (2006). Cukupkah Berpikir Positif? http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi http://www.detikinet.comlindex. php/detik. read/tahu n/2004/bulan/09/tg1/1 O/ti me/142631/idnews/206246/idkanaI/10 http.l/www.ghofarism.blogdrive.com/coments.id=9 http://www.hamline.edu/apakabar/basisdatal2001/03/11/0055.html http://www.indomedia.com/poskup/9902/19/EDISI19/19pini1.htm http://www.kompas.com/kesehatan/news/0408/15/223207.htm http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/25/opini/2538037.htm http://www.liputan6.com/view/11.110001.1.0.1128148417.html http://www.liputan6.com/view/6.85648.1.0.1128066452.html http://www.paskaI8.com/hasilkajian_31.htm http://www.penulislepas.com/more.php?id=973 0 10M http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1002/07/0304.htm http://www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/Artikel-ann.htm http://www.suaramerdeka.com/harian/0307/25/kha2.htm http://www.suarapembaruan.com/News/2004/09/08/Jabotabe/iab01.htm http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2003/1 0/17/brk.20031 01704,id.html
nEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGEIU (UIN) SYARIF HlDAYATULLAH JAKARTA
FAI
Nomor Lamp. Hal
: FI7l.10T.01.7/""g N1I2006
Jakarta, 12 Juni 2006
-
: Izin Penelitian
Yang Terhomlat. Pimpinan Lembaga YAI Di Jakarta
Assalamu 'aIaikum Wr. WB. Der.gan Hormat, kami sampaikan bahwa : Nama TempatfI'gl Lahir Alamat
: Muktar : Lamongan, 9 Juli 1980 : JI. Mentawai B-20 Jatibening Pd. Gede Bekasi
Adalah benar mahasiswa Faku.tas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester Nomor Pokok Tahun Akademik Program
VIII : 10207C 025916 : 2005/2006 : Strata I (S-I)
Sehubungan dengan tugas penyelesaian ikripsi yang berjudul : 'Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konl1ik Antar Ke,ompok Antara Mahasiswa VAl. Dengan UKI Jakarta Pusat" mahajiswa tersebut memerIukan sejumlah data di lembaga yang BapakilbuiSaudara Pimp in. Oleh karena itu kami mohon kesediaan BapakilbuiSaudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikian atas perhatian dan bantuan BapaklIbuiSaudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb
.-'
DEPARTEMEN AGAMA !lNIVlmSITAS ISLAM NI<:(;I<:RI (!lIN)
SYARIF HIDA YATULLAH JAKARTA FAI
: PI. 71 10T.0 1.71 71-?-1V1ll/2006
Jakarta, 9 Agustus 2006
: Izin Penelitian Kepada Yth. Pimpinan Lembaga UKI di
Jakarta
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan harm at, kami sampaikan bahwa : Nama Tempat/Tgi Lahir Alamat
: Mukhtar Lamonpl , <) Juli 1<)80 : JI. Mentawai B-20 Jati Bening-Pondok Gede, Bekasi
adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester Nomor Pokok Tahun Akademik Program
IX (sembi Ian) 102070025916 20(6/2007 Strala I (S-I)
SehubJngan dengan tugas penyelesaian skripsi ) lng berjudul : 'Perbedaan Kemarnpuan Mcngatasi Konflik Antar-Kclompok Antara Mahasiswa YAI nan UK! Jakarta" mahasiswa tcrscbut memerlukan izin penelitian di Iembaga yang l3apakifbu/Suudara Pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan BapakJlbuiSaudara untuk n:cnerima mnhasiswa tcrscbut dan memberikan bantuannya. Demik ian mas perhatian dan bantuan Bapak/IbuiSaudara kami ucapkan terima kasih. \\'assalamu'alaikum Wr. Wb. A.n. Debn lbantu Dekan "q'l.~;-,,1: , Akademik '/'~ .~ ••• <'.-
/" Titrv
>:.
1
U"",
• ( " ·~~1.,~. /'r", ' ) ." .. ;...
-""'-:! ,:. "\- .....,::"V', ~
~:mp ~
G.1
\:;'\ ..~~:.Jt ,~ "...·/>....~ . .·-Inor ,'Tj'
iJ
rotUI'7'~ayah' /
_"
,Z h IP. 150 238ff:f
Tembusan :
1, Dekan Fakullas Psikolor,i 2. Keoala Biro
Admini_~1m·;:i A k~rif">rnilr rbn !.-prY>-:th" .. ;"'."..,,., ....
/
M,Si"
,.r'
/"':':"""""""""'"''
'i'>"
. _+!t~;,",,·_"_""·"·i; --- .
WwN.sctv,com/view
24 3 3 3 2 3
2 2 3 3
2 3
2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 3 3
2 1 2 2 3 3 3 2 2
26 2 2 3 1 2 2
27 1 2 2 2 2
1
2
1 2 2 1 1 2 3 2 2 3 1 2 2
2 3 2 2
1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 4 1
25 1 2 2
2 1 2
2 2 2 1 1 1 1 1 3 4 1 2 4 2 1
2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 1 2 2 1 2 1 2
2 2 2
2
2 2 2 1
28 1 2 3 2 2 2 1 1 2
2 1 4 1 3 2 2 2 1
2 1 4 3 2 1 1 1 1 1 3 4 1 3 4
29 1 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2
2 2 1
2 2 1
30 1 2 3 2 3 2 1 1 3 2 1 2 2 1 3 2 1 1 2
2
2
2 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 3
2
2
2
2
1
1
2 1
2 3 2 1 2 1 1 1 2 4 1
31 2 3 2 2 2 2
32 2 2 2 2 2
33 2 3 2 1 1
2
2
2
2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 2 1 1
2
2
34 5 3 2 1 1 2 2 3 1 2 2 3 2 2
2
2
2
2
2 2 2
2 3 2 3 3 2 4 1 1 2 1 1 2 1
2 1
2 2 3 2 1 2 2
2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 4 3 1 2 3 2 2
2
2 2
2 2 2 2
2 1
2 1 2 1 1 3 1 2 2 2 1
2 2 2 1 2 1 1 1 2
2 3 2 1
2 4 2 2
2 2 2 1 3
2
35 1 2 2 2 2 2 1 3 2
2 1 1 2 2 2 2 3
2 2 3
2 1 1 1 1 1 1 1
2 2 1 2 4
2 1
36 2 2 2 4 2 2 3 3 2 3 2 2
37 3 3 2 2 2 2 3
36 2 3 2 2 2
2 2 3
1 2 3 2 2
2 2
2
2
2 3 2 2 2
2 2
2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 3 1 2 4 3 1
2 3 2 2 2 2 2 3 1
2 3 3 2 2
2 2 2 1
2 3
2 2
2 3 3 4 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 3 2 1 2 4 2 2
39 3 2 2 3 3 2
40 3 2 2 2 2
2
1 1 1 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 4 2 1
2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2
2 4 3 2 3 2 2 3 1 2 4 3 3
2
41 1 2 2
2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 1 1
2 1 1
2 2
2 1 2 4
2 1
42 1 3 2 1 2 2 1
43 2 2 2 3 2 2 2
2 2
2
2
2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 3 1 1 1
2 3 1 1 3 2 1 2 4 2 2
2 2 2 1 2 2 2 2
2 2 2 2 3 1 2 1 2
2 2 1
2 2 1 2 4 2
2
44 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 4 2 1 4 2 2 2 2 1 1 1 1 2 4 1 4 3 2 3 4 3 3
45 1
2 2 2 1
2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2
2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 4 2 2
46 3 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3 1 2 2 3 3 2 3 1 2 3 2
2
47 3 3 2 2 2
2 2 3 2
2 2
48 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3
2
1 4 3 3 3
1 3 1 2
2
2 1 3 2 3 3 1 4 3
4 2 4 2
2 4 1 2
2 3 3 4
2 1 2 1 2 2
2
2 2 2
2 3 4 3 2 3 2
49 1 2 2 2 3
2 1 1 2
2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1 1 3 2 1
2 4 2 1
50 3 2 2 2 1 2 1 1
2 2 1 1 1 3
2 1 2 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 1
2 3 1 2 4 2 1
51 2 3 2 1 2 2 2
2 2 2 3 3
2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
52 1 2 2 3 1 2 2 2 3
2 2 1 2 3 3
2 3
2 2 2 2 1 1 1
2 2 2 1 1 2 1 2 4 2 2
53 2 2 2 2
2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3
2 2 1 1 3 2
2 1 3 2 2 2 2 2 2
54
2
2 3 2 3 2 2 3 2
2 2 1 1 3
2 2 2
2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2
55 5 3 3 3 2 2 3
2 2 2
2 2
2 2 3 3 4
2 2 3 2 3 3 1
2 2 2 2 4
2 1 2 4 2 3
56 2
2 3 3
2 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 2 4 1 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 2 3 1 3 4 2
2
57 2 2 3 2 3 2 2 3
2 2 2 1 1 1 2
2 2 3 3 2 2 3 2 1
2 3 2 3 2 3 2 2 4 3 2
58 5 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2
!
25 2 4 4 3 3 2 1 2 3 3 2 2 4 4 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 1 2 1 4
26 2 2 4 3 4 2 2 3 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 1 1 1 1 2
27 2 2 1 3 1 2 1 2 2 1 2 3 4 4 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 1 2 1 2
28 2 2 1 3 2 2 1 3 3 2 3 3 4 4 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 2 2 1 1 3 2 2
29 1 2 1 3 1 1 1 3 2 4 3 2 4 4 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2
30 1 1 1 1 2 1 1 3 3 1 3 3 4 4 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1
31 3 4 1 4 2 2 3 2 3 3 3 1 2 1 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 4 3 2 1 2 3
32 3 2 4 1 3 3 3 2 2 2 2 3 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 1 2 2 4 4 3 1 2 3 2
33 2 4 4 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 1 2 2 3
34 2 2 1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 4 3 2 4 1 2
35 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 4 2 4 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 4 3 1 1 2 3
36 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 4 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 4 3 1
3 3 3
37 2 2 4 2 3 3 2 2 3 4 3 1 4 1 2 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3
38 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 1 2 4 4 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 1
2 2 4 2 4
39 2 3 4 3 3 3 2 2 3 1 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 3 1 2 2 4
40 2 4 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1
41 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 2 4 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1
1 1
1
4 3 1 3 2 2
1 2 2 1 2 2 3
42 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 4 1
3 1 2 1 4
43 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 1 2 3 2 1
2 4 4 3 1 2 1 1
44 1 3 4 2 2 1 2 2 3 2 3 2 3 3 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 1 4 3 2 3 1 2
45 1 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 3 3 3 1 3 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 4 3 2 2 2 2 3
46 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 1 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 1 2 2 1
47 3 4 4 2 2 4 2 3 3 3 4 3 3 1 2 1 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 4 2 1 2 3 2
48 2 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 1 3 3 2 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 2 1
3 4 1 2 4 4 2 2
49 2 1 1 2 2 2 2 4 2 2 3 4 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1
50 1 1 1 1 1 2 2 3 2 3 3 1 4 1 1 2 2 1 1 3 1 2 1 3 1 2 1
1 4 1 2 2 2 2 2
51 3 4 4 3 2 3 3 1 3 3 3 1 1 1 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 4 3 1 2 2 2
52 3 4 4 3 2 2 2 3 3 1 3 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1
2 3 4 3 1 2 3 4
53 3 4 4 3 2 4 3 3 4 2 3 4 2 2 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4 3 2 2 3 3
54 3 2 4 2 2 3 3 4 2 3 2 2 1 1 1 4 2 1 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 1 2 2
56 3 2 3 3 2 3 2 4 3 1 2 2 2 1 3 1 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 1 2 4
56 2 4 1 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 1 3 4 4 3 4 1 2 2
57 2 2 1 1 1 2 2 4 2 1 4 4 4 2 3 4 2 1 2 1 2 2 1 3 1 2 1
2 3 1 2 4 1 2 2
58 1 4 4 2 2 3 3 1 3 3 1 1 1 4 3 1 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 1 3 3 3
59 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 2 1 4 2 1 1 1 1 2 1 3 1
2 1
3 1 1
2 3 1 2 2
DATA PENELITIAN MAHASISWA YAI SALEMBA NO. NAMA JK USIA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B
C D E F G H I J K L M N
0 P Q
R S T U V X Y Z AA
BB
CC DD EE
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
20 20 20 24 19 20 20 20 20 22 22 23 22 19 20 21 23 22 21 23 20 23 23 26 24 21 20 20 25 25
SUKU
FAK.
SEM.
AGAMA
ALASAN
Jawa Batak Ambon Jawa Jawa Betawi Jawa Medan Manado Batak Sunda Maluku Jawa MlnanQ Jawa Jawa PalembanQ Jawa Sunda Sunda Sunda Jawa Jawa Bali Jawa Jawa Jawa Sumatra Jawa Jawa
Ekonomi Ekonoml Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Fikom Fikom Fikom Fikom Fikom Fikom Fikom Fikom Fikom Fikom Psikologi Psikolooi PsikoloQi Psikolooi PsikoloQi Psikolooi PsikoloQi Psikolooi PsikoloQi
5 3 5 7 3 5 5 3 5 5 7 7 7 3 5 7 7 7 7 7 5 7 7 11 7 5 5 5 7 7
Islam Kristen Kristen Islam Islam Islam Islam Islam Islam Kristen Islam Kristen Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam islam Isiam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Solldaritas teman Diaiak teman Inoin tahu Membela diri Mereka menoeiek Diajak teman Diaiak teman Ikut-ikutan Solldaritas teman Solldaritas teman Sudah blasa Disuruh senior Ikut-ikutan Seru aja Ikut-ikutan Membela diri Solidaritas teman Mereka menyeranQ duluan Membantu teman Ikut-ikutan MelindunQi kamous Mereka mulai duiu Pantano untuk diam Solldaritas teman ikut-ikutan Mreka melempari dulu Benel mellhat oerilaku sok Ikut-ikutan teman Membela diri ManiaQa kendaraan
1 3 3 1 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 2 2 4 3 4 2 2 4 4 3 2 4 3
DATA INSTRUMENT 3 4 5 6 7 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 1 2 3 1 2 2 3 2 4 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 4 1 3 3 2 3 4 4 4 1 4 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 2 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 1 4 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 2
2 3 3 1 2 3 2 3 3 4 2 3 2 4 3 3 3 2 3 2 4 2 3
8 2 1 2 3 1 3 2 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4 3 3 1 2 3 4 2
9 3 4 2 3 1 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 4 4 3 2 3 3
10 11 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 1 2 1 3 4 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 4 2 3 2 2 2 1 1 2 4 3 1 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 2 3 2 4 1 4 3 1 2 3 2 4 3 2 3 3 2 2 1 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 4 3 4 1 2 1 1 1 1 1 4 3 4 3 1 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 4 4 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 3 1 2 3 2 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 1 4 1 2 2 1 3 3 1 3 3 2 1 1 1 3 3 2 1 2 2 3 2 1 1 3 4 4 4 4 1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 1 3 1 3 4 4 2 3 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 2
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 4 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 3 1 1 3 2 2 2 3 4 2 4 3 2 4 2 1 1 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 2 3 4 4 1 4 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 3 3 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 1 4 2 1 2 2 2 2 1 4 1 1 1 2 3 1 2 2 2 4 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 1 2 3 1 4 4 2 1 2 2 4 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 1 4 1 3 2 1 2 3 4 4 3 2 1 3 1 1 2 3 4 2 2 4 2 2 2 3 3 1 3 3 2 4 1 1 1 3 4 1 3 2 2 2 2 2 4 1 3 3 1 4 1 1 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 3 2 4 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 3 4 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 1 2 3 2 1 4 3 3 3 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 3 1 2 3 1 1 1 2 3 4 3 2 3 2 1 2 3 1 3 1 2 4 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 3 2 3 1 4 1 1 1 1 3 1 2 2 1 3 1 1 1 4 1 1 1 4 1 1 1 4 4 1 3 4 1 4 1 1 1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 4 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2
40 1 1 4 2 1 2 1 1 4 3 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 3 1 2
41 1 1
4 2 1
2 1 1 1
2 1 1 1
2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 3 3 1 2
DATA PENELITIAN MAHASISWA UKI SALEMSA NO. NAMA JK USIA 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A S C 0 E F G H I J K L M N 0 P Q
R S T U V
X Y Z
AA SB
CC DO EE
L L L L L L L L L L L P L P P L L L L P L L L L L P L L L P
20 22 20 22 22 21 19 22 21 21 21 20 21 20 23 22 22 21 21 20 20 21 26 27 21 21 28 22 23 22
SUKU
FAK.
SEM.
AGAMA
ALASAN
Satak Batak Batak Jawa Batak Jawa Papua Batak Batak Batak Batak Batak Batak Mlnang Flores Batak Batak Batak Nias Satak Batak Batak Batak Cina Jawa Satak Papua Batak Papua Satak
Hukum HUkum Hukum Hukum HUkum HUkum HUkum Hukum Hukum HUkum Hukum HUkum HUkum HUkum HUkum HUkum HUkum HUkum Hukum HUkum HUkum HUkum Fisiool Fisipol Fisiool Fisipol Flsipol Fisipol Fisipol Fisipol
5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 9
Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Islam Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Islam Islam Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Konghu chu Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen
Membela Kampus Ikut-ikutan Solidaritas teman Ikut-ikutan Ikut-ikutan Solidaritas teman Salas dendam Kondisi diserano Keadaan terpaksa Ikut membantu teman Tuntutan keadaan Solidaritas teman Solidaritas ternan Dialak teman Ikut membantu teman Diserano dahulu Ikut membantu teman Ikut membantu teman Solidaritas ternan Ikut-ikutan Membela Kampus Ikut-ikutan Ikut membantu teman Diajak senior Membela diri Membela Kampus Ikut-ikutan Solidaritas ternan Solidaritas ternan Ikut-ikutan
7 7 5 3 5 5 5
7 11 5
7 11 7 5
7
1 3 1 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2
DATA INSTRUMENT 3 4 5 6 7 1 4 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2
2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 3
3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2
4
2 3 1 2 3 3 2 3 2
4 3 3 3 2 3
4
3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3
3 2 2
2 1 2 3 2 2 2 4 2 3 3 2 3
3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3
4
2 2 3 1 2 2 2 2 "<. 1 3 2
3
2
2
8 2 3 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2
9 2
4 2 3
2 3
2 4 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2
Daftar 4.1 Validitas Skala Mengatasi Konf1ik R ELI A B I LIT Y A N A L Y SIS - seA L E (A L P H A) Item-total Statistics Corrected Item Total
Alpha i f Item Correlation Deleted Keterangan
VAROOOOl VAROOOD2
VARDaD03 VAR00004
VARonoos VAROODOS
VARoaOO? VAROOOOS VAR00009
VAnDaOla vARDOOll VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VARODDla VAR00019 vAR0002a
VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024
vAR0002s VAR00026 VAROG02?
VAR00028 VAR00029 VAR0003Q
-.0720 .6190 .6613 -.3481 -.0701 .1907 -.0952 .1978 .0661 - .1667 .6199 .0636 .6908 .3590 .5930 .6651 .0757 .2394 .6641 .7079 -.2248 .5536 .6216 .4014 .7660 .4206 .6173 .4872 .3479 .3030
.9061 .8987 .8986 .9074 .9055 .9031 .9063 .9032 .9046 .9069 .8986 .9043 .8981 .9016 .8988 .8987 .9043 .9029 .8986 .8980 .9084 .8995 .8990 .9012 .8970 .9011 .8993 .9001 .9017 .9021
valid
VAR00031 VAROD032 VAROD033 VAR00034 VARQ0035 VAROD036 VAR00037 VAROOD38 VAR00039 VAR00040 VAR00041
tidak va1.id
VARDOD42
valid
valid
VAR00043 VAROD044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049
valid
VARDOD50
tidak valid
VAR00051 VAR00052 VAROODS3
tidak vaJ.id
valid valid tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
vaJ.id valid va1id valid val.id va1id valid
valid
valid valid tidak valid
valid
valid valid valid valid valid valid valid valid valid
VAROOOS4 VAR00055 VAR00056 VAROOOS7 VAROOOS8 VARQ0059 VAR00060
.2421 .4747 .4877 .3017 .6464 .5889 -.0865 .3838 .3708 .5791 .5585 .4335 .7058 .4464 .6439 .4313 .0847 -.2428 .3505 .3931 .1602 .7465 .4651 .2290 .2652 .13?0 .2113 .2234 .3418 .6057
.9027 .9005 .9006 .9022 .8988 .8994 .9053 .9014 .9015 .8996 .9000 .9009 .8982 .9006 .8989 .9009 .9045 .9080 .9017 .9012 .9034 .8975 .9007
valid valid valid valid valid valid
.9028 .9025 .9040 .9032 .9030 .9018 .8986
tidak val.id
Reliabili ty coefficients N of Cases 70.0 Alpha .9032
N of Items
60
r tabel
.235
Reliabilitas Skala Mengatasi Konflik Reliability Coefficients N of Cases 70.0 Reliabilitas Alpha .9409
N of Items r tabel.
41 .235
tidak valid
valid valid valid valid valid valid valid valid valid tidak valid tidak val.id
valid valid tidak valid
valid valid valid t.idak valid t.idak valid t.idak valid
valid valid
Validitas Skala Mengatasi Konflik ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R ELI A B I LIT Y
Statistics for
SCALE
A N A L Y SIS
Mean
Variance
135.2000
367.9884
S CAL E
Std Dev 19.1830
(A L P H A)
N of Variables 60
Item-total Statistics Scale Mean
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAROOOH VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041
Scale Variance
if Item Deleted
if Item Deleted
132.9429 132.7000 132.6286 132.1286 132.0714 133.2571 132.5000 132.7714 132.8429 132.7571 132.8429 133.1571 132.9286 132.6857 132.9714 132.9429 132.5000 132.6429 132.8714 133.0857 133.0286 133.0571 132.9143 132.5143 133.1429 133.0857 133.4857 133.2000 133.3429 133.3143 132.9714 132.9429 133.2286 133.0000 133.2857 132.7000 132.9714 132.9571 132.5286 133.3714 133.4714
369.6489 345.7493 347.3963 376.8093 369.4586 361.9039 370.4275 360.9325 365.0909 372.7952 345.6126 365.5257 344.9948 356.5954 345.0716 348.1706 365.0942 358.7257 347.2441 345.0940 375.6513 348.8083 348.7462 356.3404 341.2547 355.8186 350.2244 349.8145 356.7793 358.5375 360.5789 353.2141 354.6137 357.4203 348.2070 349.8652 369.7963 355.6648 357.1224 350.9035 352.8035
Corrected
ItemTotal Correlation
-.0720 .6190 .6613 -.3481 -.0701 .1907 -.0952 .1978 .0667 -.1667 .6199 .0636 .6908 .3590 .5930 .6651 .0757 .2394 .6641 .7079 -.2248 .5536 .6216 .4014 .7660 .4206 .6173 .4872 .3479 .3030 .2421 .4747 .4877 .3017 .6464 .5889 -.0865 .3838 .3708 .5791 .5585
Alpha if Item Deleted .9061 .8987 .8986 .9074 .9055 .9031 .9063 .9032 .9046 .9069 .8986 .9043 .8981 .9016 .8988 .8987 .9043 .9029 .8986 .8980 .9084 .8995 .8990 .9012 .8970 .9011 .8993 .9001 .9017 .9021 .9027 .9005 .9006 .9022 .8988 .8994 .9053 .9014 .9015 .8996 .9000
VAROO042 VAROO043 VAROO044 VAROO045 VAROO046 VAROO047 VAROO048 VAROO049 VAROO050 VAROO051 VAROO052 VAROO053 VAROO054 VAROO055 VAROO056 VAROO057 VAROO058 VAROO059 VAROO060
133.3571 132.9714 133.0000 133.3429 132.7000 132.7286 133.0286 133.4000 133.4429 132.9143 132.9571 132.6714 133.0714 132.7429 132.3571 133.0286 132.7000 133.3286 133.3143
Reliability Coefficients N of Cases 70.0 Alpha .9032
354.4358 346.2890 351.6232 348.9532 353.8362 364.2876 375.6513 357.4319 354.5402 363.0360 343.4909 354.5427 360.9948 358.. 9764 362.4068 360.1151 359.7493 355.8180 343.8128
.4335 .7058 .4464 .6439 .4313 .0847 -.2428 .3505 .3931 .1602 .7465 .4651 .2290 .2652 .1370 .2113 .2234 .3418 .6057
N of Items r tabel
.9009 .8982 .9006 .8989 .9009 .9045 .9080 .9017 .9012 .9034 .8975 .9007 .9028 .9025 .9040 .9032 .9030 .9018 .8986
60 .235
Explore asal tempat kuliah Case Processina Summarv Cases asal tempat kuliah
Percent
N kemampuan mengatasi konflik
Total
Missing
Valid N
Percent
N
Percent
UKI Salemba
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
YAI Salemba
30
100.0%
0
.0%
30
100.0%
Statistic 87.6333
Std. Error 1.89584
Descnp . f Ives
kemampuan mengatasi konflik
asal temoat kuliah UKI Salemba
Mean 95% Confidence Interval lor Mean
Lower Bound
83.7559
Upper Bound
91.5108
5% Trimmed Mean
87.5185
Median
89.5000
Variance
107.826
Std. Deviation
10.38395
Minimum
69.00
Maximum Range Interquartile Range
111.00 42.00 11.5000
Skewness
-.036
Kurtosis YAI Salemba
Mean
I Lower Bound I Upper Bound
95% Confidence Interval lor Mean
-.121
.833
92.0333
1.88673
88.1745 95.8921
5% Trimmed Mean
92.2222
Median
94.5000
Variance
.427
106.792
Std. Deviation
10.33402
Minimum Maximum Range Interquartile Range
68.00 114.00 46.00 14.2500
Skewness
-.275
.427
Kurtosis
-.038
.833
Tests 01 Narmalitv
kemampuan mengatasi konflik
KolmoQorov-Smirnov(a)
asal tempat kuliah UKI Salemba
Statistic .097
VAl Salemba
.113
* This IS a lower bound of the true significance.
a Lillielors Significance Correction
dl
ShaDiro-Wilk
30
Sia. .200(")
Statistic .969
30
.200(")
.981
dl 30
SiQ. .509
30
.857
Test of Homogeneitv of Variance Levene Statistic kemampuan mengatasi konflik
.069
1
58
Sic. .793
Based on Median
.054
1
58
.817
Based on Median and with adjusted df
.054
1
57.813
.817
Based on trimmed mean
.060
1
58
.807
.
Based on Mean
df1
df2
Kemampuan Mengatasi Konflik Normal Q-Q Plots Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik For VAR00002= UKI Salemba 2.0 r - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - , 1.5
1.0 .5
ro
E 0
0.0
..
-.5
Z
'0
-1.0
"
-1.5
OJ
OJ
./
Q.
x
W
-2.0 60
70
Obsel'\ed Value
.
80
.
90
.
100
110
.
12(
Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik
ForVAR00002= YAI Salemba
2.,----------------------,
ro E 0 Z
"0
/
o
-1
OJ
-0 OJ
0X
W
-2 60
70
80
90
.
100
110
Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Rot of kema"l'uan mangatasl konfllk
For VAR00002= UKI Salemba .6,--------------------,
.4
.2
"
ro
'.
.'
0.0 !-------------~--------j
EO
o
z
E o
'"o~
a .. ""
-.2 -.4I-_ _~"-----_--~-_ _- - _ - - _ l 60 70 60 90 100 110 12C
Observed Value
12C
[etrended Normal Q-Q Plot of kemaOlJuan mangatasi konflik
For VAR00002= YAI Salemba .4 , - - - - - - - - - - - - - - - - - . ,
.2 o o
-.0
rn
E
-.2
(;
z
E -.4 0
'=
> w
0
-.6 60
80
70
90
100
110
12C
Observed Value
Spread
VS.
Level Plot of VAROOOO 1 By VAR00002
2.7,--------------------
2.6
2.5 "0
OJ
~
[J;
2.4 I---~.----.~--~.---~---~--_l 4.49 4.50 4.51 4.52 4.54 4.5~ 4.53
Level *
Piol of LN of Spread vs LN of Level
Slope = 3.944 Power for transformation ::: -2.944
T·Test Group Statistics
Kemampuan Mengatasi Konflik
Asal Tempat Kuliah
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
UKi Salemba
30
87.6333
10.38395
1.89584
YAI Salemba
30
92.0333
10.33402
1.88673
Independent Samples Test Levene's Test for t-test for Equality of Means
Equality of
Variances F Kemampuan Mengatasi Konflik
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.069
Sig.
.793
t
Sig. (2·tailed)
df
Mean
Std. Error
Difference
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
-1_645
58
.105
-4.4000
2.67469
-9.75397
.95397
-1.645
57.999
.105
-4.4000
2.67469
-9.75397
.95397