HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN PERAN PERAWAT SEBAGAI PELAKSANA DALAM PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER Virgianti Nur Faridah, S.Kep Ns,* Perkembangan keperawatan dari vokasional menuju keperawatan profesional menuntut peran perawat yang lebih besar dalam tatanan pelayanan kesehatan, salah satunya pada Instalasi Gawat Darurat. Penyakit-penyakit sistem kardiovaskuler terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan perlu peningkatan peran perawat yang bekerja pada Instalasi Gawat Darurat untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perawat sebagai pelaksana dalam penanganan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Penelitian ini merupakan penelitian observasional terhadap peran perawat sebagai pelaksana dengan menggunakan rangcangan cross sectional, analisa data menggunakan uji statistik Spearman’s rho dengan derajat kemaknaan < 0,05. Populasi penelitian adalah perawat yang bertugas pada IRD Lantai 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang berjumlah 40 orang. Sampel yang didapatkan sesuai dengan kriteria inklusi adalah 22 responden. Variabel independennya adalah pengetahuan perawat dan variabel dependennya adalah peran perawat sebagai pelaksana. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan quesioner dengan pertanyaan tertutup. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan perawat sebagai pelaksana dengan nilai rho hitung 0,455 dengan taraf signifikasi 0,033. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan perawat sebagai pelaksanan dalam penanganan pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Pada penelitian mendatang diharapkan ada penelitian yang lebih mendalam tentang peran perawat selain sebagai pelaksana.
1.
emergency yang membantu klien dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan untuk mempertahankan hidup, mencegah kondisi menjadi lebih buruk dan meningkatkan pemulihan (Skeet, 1995). Bantuan kegawatdaruratan ini mencakup banyak organ penting tubuh antara lain sistem kardiovaskuler dimana masih tingginya angka kematian akibat serangan penyakit sistem kardiovaskuler ini dan dua pertiganya meninggal dalam dua jam setelah serangan. (Skeet, 1995). Pusponegoro (2002), mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah pasien meninggal karena serangan jantung dimana pada tahun 1991 terdapat 2.535 pasien, 2.746 pasien pada tahun 1992, 2.961 pasien pada tahun 1993, dan 3.255 pasien 1994 dengan rata-rata peningkatan sebesar 8 % per tahun. Selain itu pasien yang meninggal karena Cerebro Vaskuler Accident (CVA) juga meningkat sekitar 18,8 % per tahun, yang berjumlah 1.074 pasien pada tahun 1993, 1.324 pasien pada tahun 1994.
Pendahuluan……………………...
Sejalan dengan perkembangan keperawatan di Indonesia menuju keperawatan profesional telah terjadi perubahan yang mendasar tentang keyakinan dan pandangan perawat terhadap hakekat keperawatan yang meliputi peran, fungsi dan tugas perawat. Juga dalam praktek keperawatan pada masa transisi ini mulai berkembang dari yang bersifat vokasional yang berorientasi pada tindakan medik dan berperan sebagai penunjang pelayanan medik ke arah pelayanan yang profesional yang mempunyai otonomi dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Tetapi apa yang didapatkan selama ini perawat masih belum begitu memahami dan menjalankan perannya terutama bagi perawat yang bekerja pada klinik dimana kalau dilihat dari porsinya masih adanya perawat yang menjalankan perannya sebagai penujang pelayanan medik (vokasional). Salah satu tempat praktek keperawatan profesional adalah unit
SURYA
6
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Sedangkan di Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya terdapat kunjungan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler sebesar 624 pasien pada tahun 2001 dan 656 pasien pada tahun 2002 dengan persentasi sebesar 37 % dari total kunjungan pasien di IRD Dr. Soetomo Surabaya. Dengan adanya peningkatan kasus gawat darurat setiap tahunnya termasuk kegawatadaruratan sistem kardiovaskuler dan tuntutan masyarakat akan mutu layanan maka pelayanan gawat darurat oleh perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dalam penanganan kegawatdaruratan ini sangat penting untuk ditingkatkan dimana tujuan utama pada pertolongan emergency adalah untuk memberikan asuhan yang akan menguntungkan pasien tersebut sebelum mereka menerima perawatan definitif. (Skeet, 1995).
3. HASIL PENELITIAN……………… Data Umum Penelitian ini dilakukan pada IRD lantai I, dimana pada IRD lantai 1 terbagi atas 3 bagian yaitu triage yang bertugas untuk menyeleksi pasien sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya dan akan diteruskan ke bagian mana pasien tersebut. Dalam triage tersebut akan dikatagorikan keadaan pasien, yaitu pasien dalam kondisi gawat darurat, dalam kondisi gawat atau dalam kondisi darurat. Kemudian bagian bedah yang menangani pasien-pasien bedah seperti muskuloskeletal, bedah umum, bedah urologi dan sebagainya serta bagian medik yang menangani pasien non bedah seperti penyakit dalam, jantung, paru, penyakit anak dan lain sebagainya. Penulis melakukan penelitian hanya di ruang medik dan ruang resusitasi.
Dari uraian tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang peran perawat terutama bagi perawat yang bekerja pada unit gawat darurat dalam penanganan kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler untuk dapat mewujudkan pelayanan yang bermutu dan pelayanan keperawatan yang lebih profesional di masa mendatang.
Karakteristik Tempat Penelitian Pada Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya selain ruang penanganan pasien juga terdapat bagian penunjang medik antara lain Depo Apotik, Laboratorium, Radiologi, Endoskopi, USG – Echo, dan CT-Scan. Bagian penunjang medik ini juga beroperasi selama 24 jam untuk menunjang kegiatan penanganan kasus-kasus pasien gawat darurat..
2.
METODE PENELITIAN………..
Karakteristik Responden Adapun karakteristik adalah sebagai berikut :
penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan ”cross sectional”. Adapun analisanya dengan menggunakan uji statistik Spearman’s rho. Populasi merupakan objek yang akan diteliti dan merupakan keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam & Pariani, 2001). Populasi yang diambil adalah perawat yang bekerja pada Instalasi Rawat Darurat lantai 1 bagian medis dan ruang Resusitasi IRD lantai 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang berjumlah 40 orang.
SURYA
responden
1. Umur 13.64%
9.09% 20 - 30 tahun 31 - 40 tahun ≥ 41 tahun
77.27%
Gambar 5.1 Diagram Pie distribusi responden berdasarkan umur di IRD lt.1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
7
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Gambar 5.3 menggambarkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dimana responden perempuan lebih banyak yaitu berjumlah 12 orang atau 54,55 %. Sedangkan responden laki-laki berjumlah 10 orang atau 45,45 %.
Pada gambar 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan umur adalah responden yang berusia 20 -30 tahun berjumlah 17 orang atau 77,27 %, responden yang berusia 31 – 40 tahun berjumlah 3 orang atau 13,64 % dan yang berusia ≥ 41 tahun berjumlah 2 orang atau 9,09 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di IRD Lt.1 mempunyai produktifitas yang tinggi bila dilihat dari usianya.
4. Lama Bekerja 9.09% 22.73% 1 - 5 tahun 6 - 10 tahun ≥ 11 tahun 68.18%
2. Pendidikan 9.09%
Gambar 5.4 Diagram pie distribusi responden berdasarkan lama bekerja pada IRD Lt. 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
4.55% D III Keperawatan D IV Keperawatan S 1 Keperawatan 86.36%
Seperti yang terlihat pada gambar 5.4, sebagian besar responden mempunyai masa kerja 1 – 5 tahun, yaitu berjumlah 15 orang atau 68,18 %. Sedangkan responden yang mempunyai masa kerja 6 – 10 tahun sebanyak 6 orang atau 22,73 % dan yang mempunyai masa kerja ≥ 11 tahun sebanyak 2 orang atau 9,09 %
Gambar 5.2 Diagram pie distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan pada IRD Lt. 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Februari 2008. Pada gambar 5.2 menggambarkan sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah D III Keperawatan yang berjumlah 19 orang atau 86,36 %. Sedangkan responden yang mempunyai tingkat pendidikan S1 Keperawatan ada 1 orang atau 4,55 % orang dan D IV Keperawatan ada 2 orang atau 9,09 %. Ini mencerminkan bahwa masih sedikitnya tenaga perawat yang mempunyai dasar pendidikan S1 dan D IV Keperawatan.
Data Khusus Dalam data khusus ini akan ditampilkan data pengetahuan dan peran responden yang didapatkan dari kuesioner dan cek list pada lembar observasi. 1. Pengetahuan
3. Jenis Kelamin
9.09% Kurang
45.45%
Cukup Baik
Perempuan Laki-laki
63.64%
27.27%
54.55%
Gambar 5.5 Diagram pie distribusi responden berdasarkan pengetahuan di IRD Lt.1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
Gambar 5.3 Diagram pie distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada IRD Lt. 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
SURYA
Gambar 5.5 menggambarkan hasil pengumpulan data dimana didapatkan tingkat pengetahuan responden dengan kriteria baik
8
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler sebanyak 14 orang atau 63,64 %. Sedangkan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 6 orang atau 27,27 % dan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 orang atau 9,09 %. Jadi sebagian Pengeta huan Kurang
Kurang 0 0%
Cukup
0
0%
Baik
0
0%
Total
0
0%
Hasil Uji Spearman
Peran Cukup 2 9,1 % 3 13, 6 % 3 13, 6 % 8 36, 4 %
Baik 0 0 % 3 13, 6 % 11 50, 0 % 14 63, 6 %
kardiovaskuler di IRD Lt. 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Februari 2008. Berdasarkan tabel 5.1 diatas dilakukan analisa hubungan antara variabel pengetahuan dan peran perawat sebagai pelaksana dengan menggunakan analisa Spearman’s dengan bantuan software Program SPSS for Windows. Sesuai dengan hasil analisa Spearman’s rho didapatkan nilai koefisien korelasi dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05 adalah 0,455 (p = 0,033). Berdasarkan perbandingan dengan nilai koefisien korelasi pada tabel sebesar 0,428 menunjukkan bahwa rho hitung lebih besar daripada rho tabel, ini menunjukkan bahwa berarti terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap peran perawat sebagai pelaksana.
Total 2 6
9,1 % 27,3 %
1 4
63,6 %
2 2
100 %
ρ = 0,455
besar tingkat pengetahuan responden adalah baik.
4. PEMBAHASAN…………………….. Pengetahuan tentang Penanganan Pasien Gawat Darurat dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Pada gambar 5.5 mengambarkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik. Sedangkan latar belakang tingkat pendidikannya sebagian besar adalah lulusan D III Keperawatan dengan masa kerja terbanyak adalah antara 1 – 5 tahun. Dalam memberikan bantuan pelayanan gawat darurat petugas harus mempunyai ada 3 unsur kesiapan, salah satunya adalah kesiapan pengetahuan dan keterampilan karena erat kaitannya dengan upaya penyelamatan langsung terhadap pasien. (Widiasih, 2008). Notoatmodjo (1993), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku dan tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Selanjutnya Depkes (1991), mengutarakan bahwa pengetahuan yang baik akan menunjang terwujudnya perilaku yang baik pula. Semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semakin baik pula dalam setiap tindakan yang akan dilakukan.
2. Peran 63.64% Kurang
0.00%
Cukup Baik
36.36%
Gambar 5.6 Diagram pie distribusi responden berdasarkan peran sebagai pelaksana di IRD Lt.1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Februari 2008. Pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar peran responden sebagai pelaksana adalah baik yang berjumlah 14 orang atau 63,64 %, sedangkan peran yang cukup sebanyak 8 orang atau 36,36 % dan yang mempunyai peran kurang tidak ada. 3. Hubungan pengetahuan terhadap peran perawat sebagai pelaksana Tabel 5.1 Tabulasi silang hubungan pengetahuan dan peran perawat sebagai pelaksana penanganan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem
SURYA
9
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler penanganan pasien gawat darurat. Arikunto (1993) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin baik pula dalam melaksanakan intervensi keperawatan. Sedangkan Notoatmodjo (1993), mengatakan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin baik pula dalam mengaplikasikan sesuatu yang diperoleh. Widiasih (2008), menyatakan keberhasilan pelayanan gawat darurat dipengaruhi oleh 3 kesiapan, yaitu kesiapan mental artinya petugas harus siap dalam 24 jam dan tidak dapat ditunda, kemudian kesiapan pengetahuan teoritis dan fatofisiologi berbagai organ tubuh yang penting dan keterampilan manual untuk tindakan dalam pertolongan pertama. Yang ketiga kesiapan alat dan obat-obatan darurat yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam memberikan pertolongan kepada pasien gawat darurat. Berdasarkan konsep diatas maka secara teoritis hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli tentang hubungan/pengaruh pengetahuan terhadap peran perawat dalam intervensi asuhan keperawatan gawat darurat atau dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Peran Perawat dalam Tindakan Kegawatdaruratan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Dari hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa peran perawat dalam tindakan gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler 63,64 % baik, sedangkan peran cukup sebesar 36,36 %. Jadi sebagian besar responden mempunyai peran yang baik dalam penangangan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Nursalam (2001), menjelaskan peran perawat dalam intervensi keperawatan harus berdasarkan pada kewenangan dan tanggung jawab secara profesional meliputi tindakan dependen, independen dan interdependen. Jadi bisa terlihat bahwa perawat salah satu tim kesehatan pada sistem pelayanan kegawatdaruratan juga mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu pasien dalam upaya penyelamatan jiwa disamping tim kesehatan lain seperti dokter, dokter ahli dan penunjang diagnostik lainnya. Tetapi disini perlu digarisbawahi bahwa perawat yang bekerja pada pelayanan gawat darurat perlu adanya adanya tambahan ilmu dan keterampilan khusus seperti Bantuan Hidup Dasar agar tujuan dari pelayanan dapat tercapai. Hubungan Pengetahuan dan Peran Perawat Dari perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS for Windows mengenai hubungan pengetahuan dengan peran perawat sebagai pelaksana didapatkan nilai rho 0,455 dengan tingkat signifikasi 0,033 pada derajat kemaknaan 0,05, dimana rho hitung ternyata lebih besar bila dibandingkan dengan rho tabel yaitu 0,428 sehingga hipotesa kerja diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan terhadap peran perawat sebagai pelaksanan dalam penanganan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat pengetahuan perawat yang baik dan peran perawat yang cukup baik pula tentang
SURYA
5.
KESIMPULAN DAN SARAN…..
a. Kesimpulan 1. Responden yang mempunyai peran kurang 0 %, kemudian peran yang cukup sebesar 36,36 % dan responden yang mempunyai peran yang baik sebesar 63,64 % yang merupakan kelompok yang terbanyak. 2. Pengetahuan perawat tentang penanganan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 63,64 % yang merupakan kelompok terbesar, sedangkan tingkat pengetahuan cukup sebesar 27,27 % dan tingkat pengetahuan kurang sebesar 9,09 %.
10
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler FK-UNAIR (2002), Materi Pelatihan Perawat Intensive Care Unit (ICU) Lab/SMF Tingkat Dasar, Anastesiologi & Reanimasi FK.UNAIR – RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (hal 20 – 27).
3. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisa Spearman’s rho didapatkan nilai rho = 0,455 dengan taraf signifikasi 0,033 pada derajat kemaknaan 0,05. Bila dibandingkan dengan nilai rho tabel yaitu 0,428 dapat dilihat bahwa rho hitung lebih besar daripada nilai rho tabel maka terdapat hubungan pengetahuan terhadap peran perawat sebagai pelaksana dalam penanganan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
Penanggulangan Jusrafli, Resusitasi, Penderita Gawat Darurat (diktat tidak dipubliksikan), Perhimpunan Critical Care Medicine Indonesia. (hal 47-50) Karim, Sjukri, Gawat Darurat Jantung, Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (diktat tidak dipublikasikan), Perhimpunan Critical Care Medicine Indonesia. (hal 63 – 65)
b. Saran 1. Dalam rangka lebih meningkatkan mutu pelayanan maka perlunya pelatihan yang lebih intensif kepada petugas instalasi gawat darurat secara berkala. 2. Kepada semua petugas kesehatan juga diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit jantung yang mana adanya kecenderungan peningkatan penderita jantung. 3. Adanya penelitian yang lebih lanjut dan lebih mendalam tentang peran perawat dengan menggunakan peran yang lain seperti sebagai peran koordinasi atau pengelola dan pendidik.
Kelliat, Budi Anna (1994), Gangguan Konsep Diri, EGC, Jakarta. Madame, Netty (2001), Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler (tidak dipublikasikan), Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional, Jakarta. (hal 101 – 103). Notoatmodjo, Soekidjo (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. (hal 79 – 88) Notoatmodjo, Soekidjo (1993), Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Andi Offset, Yogyakarta. (hal 94 – 96).
..............DAFTAR PUSTAKA..... .... ..... .... Ali,
Zaidin (2002), Dasar-dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika, Jakarta. (hal 47 – 49).
Nursalam (2002), Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Salemba Medika, Profesional, Jakarta. (hal 39).
Doheny, Cook Stoper (1982), The Discipline of Nursing an Introduction. A Hall Publishing and Prentice, Communication Company.
Nursalam & Pariani (2001), Pendekatan Praktis; Metodologi Riset Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta. (hal 64 – 66)
Engram, Barbara (1999), Rencana Asuhan Keperawtan Medikal Bedah vol. 2, alih bahasa Suharyati Samba, EGC, Jakarta. (hal 438-455)
Buku Ajar Priyanto, Ade (2001), Keperawatan Kardiovaskuler (tidak dipublikasikan), Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional, Jakarta. (hal 119 – 122)
E-Medicine (2003), Triage In The Emergency Department, http//www.emedicine.com. (hal 3).
SURYA
11
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Tucker, S.M, Canabbio, M.M, Paquetta, E.V, Standar Wells, M.F (1998), Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, alih bahasa Yasmin Asih, EGC, Jakarta. (hal 97-103, 124-127).
PSIK FK-UNAIR, (2002), Buku Panduan Penyusunan Proposal dan Skripsi, PSIK FK-UNAIR, Surabaya. (hal 3 – 51). Skeet, Muriel (1995), Tindakan Paramedis terhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama, Edisi 2, alih bahasa Silvana Evi Linda dan Indah Nurmala Dewi, EGC, Jakarta. (hal 74 – 79).
Widiasih, Ni Luh (2003), Peran Perawat Anastesi Dalam Kegawatdaruratan, Surabaya (Makalah disampaikan pada Seminar Kursus Penyegaran Keperawatan Anastesi). (hal 27 – 34). * * Penulis adalah Staf Pengajar STIKES Muhammadiyah Lamongan
Sugiyono (2001), Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung. (hal 228 – 237)
SURYA
12
Vol.2, No. IV, Des 2009