PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG RESPONSE TIME DALAM PENANGANAN GAWAT DARURAT DI RUANG TRIAGE RSUD KARANGANYAR. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh : SISWO NURHASIM NIM. S11036
PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah Nya. Penulis mampu menyelesakan skripsi dengan judul ‘’ Pengetahuan Perawat Tentang Response Time Dalam Penanganan Gawat Darurat Di Ruang Triage’’. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Progam Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, dukungan, arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari tanpa adanya bimbingan, dukungan dan arahan maka tidak sempurnya skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada 1.
Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Wahyu Rima Agustin, S.Kep,. Ns, M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi. 4. Maria Wisnu Kanita, S.Kep., Ns selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi. 5. Aria Nurahman Hendra Kusuma, M.Kep., selaku pengganti Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi. 6.
Kepada direktur RSUD Karanganyar yang telah bersedia memberikan izin sebagai tempat penelitian.
iv
7. Semua Informan yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Sukarno, Ibu Ngatini, Ahmat Junaidi dan Rizki Afandi yang selalu memberikan dukungan, doa, materi dan kasih sayangnya sepanjang waktu. 9. Sahabatku Roni Rohmat Wijaya, Abdul Rohim, Try Haryono dan Eko Ardianto yang mendukung dan memberikan semangat dalam membuat skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. 11. Teman-teman Kost Jasmine atas dukungan dan semangat yang diberikan. 12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Surakarta, 8 Juli 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
x
ABSTRAK .......................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
7
2.1 Tinjauan Teori .................................................................................
7
2.2 Kerangka Teori ................................................................................
25
2.3 Fokus Penelitian ..............................................................................
26
2.4 Keaslian Penelitian ..........................................................................
27
vi
BAB III METODELOGI PENELITIAN .........................................................
29
3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................
29
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
30
3.3
Populasi dan Sampel........................................................................
30
3.4
Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data ...................................
31
3.5
Analisa Data ....................................................................................
36
3.6
Keabsahan Data ...............................................................................
38
3.7
Prinsip-prinsip Etika Penelitian .......................................................
39
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................
41
4.1
Gambaran Lokasi Penelitian............................................................
41
4.2
Gambaran Karakteristik Informan ...................................................
42
4.3
Hasil Penelitian................................................................................
43
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................
51
5.1
Pengetahuan Perawat Tentang Triage .............................................
5.2
Pengetahuan Response time Perawat Terhadap Pasien Gawat Darurat 54
BAB VI PENUTUP .........................................................................................
51
61
6.1
Kesimpulan ......................................................................................
61
6.2
Saran ................................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1
Triage Australia dan skala akuitasnya
12
2.2
Keaslian Penelitian
27
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Teori ........................................
25
2.1
Fokus Penelitian ......................................
26
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
1
Surat Ijin Studi Pendahuluan
2
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
3
Surat Ijin KesbangPol
4
Surat BAPPEDA
5
Surat Penjelasan Penelitian
6
Surat Persetujuan Menjadi Informan
7
Pedoman Wawancara
8
Transkrip Wawancara Informan 1
9
Transkip Wawancara Informan 2
10
Transkrip Wawancara Informan 3
11
Transkrip Wawancara Informan 4
12
Analisa Tematik
13
Data Demografi
14
Lembar Observasi
15
SOP IGD
16
Jadwal Penelitian
17
Lembar Konsultasi
18
Dokumentasi
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Siswo Nurhasim PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG RESPONSE TIME DALAM PENANGANAN GAWAT DARURAT DI RUANG TRIAGE RSUD KARANGANYAR. ABSTRAK Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya. Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang di prioritaskan ada tidaknya gangguan Airway (A), Breathing (B), dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita, response time (kecepatan) yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsif). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage RSUD Karanganyar. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan deskriptif fenomenology, teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria informan perawat dengan kriteria bekerja di Rumah Sakit minimal selama 3 tahun, pendidikan minimal D3 keperawatan, sudah mendapat pelatihan BTCLS, bersedia menjadi informan. Sampel dihentikan setelah data tersaturasi dengan jumlah 4 Informan. Kesimpulan berdasarkan analisis tematik dihasilkan tema berdasarkan tujuan khusus pengetahuan perawat tentang Triage didapatkan tema 1) Pengelompokan berdasarkan kegawatannya 2) Pembagian Triage. Tujuan khusus pengetahuan Response time perawat terhadap pasien gawat darurat didapatkan tema 1) Pengertian Response time 2) Waktu tanggap menurut prioritas warna 3) Waktu tanggap menurut prioritas kegawatan 4) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Kesimpulan dari penelitian ini pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage sudah sesuai dengan standar IGD RSUD Karanganyar. Kata kunci : Pengetahuan perawat, Response time, Triage Daftar pustaka : 20 (1998-2014)
xi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Siswo Nurhasim Nurses’ Knowledge of Response Time in Emergency Handling at the Triage Room of Local General Hospital of Karangayar ABSTRACT Triage is a process of classifying the patients based on the type and the level of their emergency conditions. Triage can also be defined as the grouping or classification of the patients based in the injury severity, the availability of disorder Airway (A), Breathing (B), and Circulation (C) by considering tools, human resources, patients’ life probability, and response time (speed) i.e. the quick service ability (responsive). The objective of this research is to investigate the nurses’ knowledge of response time in emergency handling at the Triage Room of Local General Hospital of Karanganyar. This qualitative research used phenomenological descriptive approach. The samples of the research were 4 nurses as informants and were taken by using the purposive sampling technique. The criteria of the informants were as follows: having the length of employment at the hospital of more than 3 years, holding the education of background Diploma III in Nursing Science, having attended the BTCLS training, willing to be the informants. The data of research were analyzed by using the Collaizi’s method. The result of research shows that on the special objective of the nurses’ knowledge of triage, there were two themes, namely: (1) emergency level-based classification and (2) distribution of triage. Next, on the special objective of the nurses’ knowledge of response time on the emergency patients there were four themes: (1) the definition of response time, (2) emergency response time according to color priority, (3) emergency response time according to emergency priority; and (4) factor influencing knowledge. Thus, the nurses’ knowledge of response time in emergency handling corresponded to the emergency standard at the Emergency Installation of Local General Hospital of Karanganyar.
Keywords References
: Nurses’ knowledge, Response Time, Triage : 20 (1998-2014)
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Triage berasal dari bahasa Perancis yaitu “Trier” yang berarti membagi kedalam tiga kelompok (Departemen of Emergency Medicine Singapore General Hospital (DEM SGH), 2005). Sistem ini dikembangkan di medan pertempuran dan digunakan bila terjadi bencana. Di medan pertampuran, triage digunakan untuk menentukan prioritas penanganan pada perang dunia pertama. Klasifikasi ini digunakan oleh militer perang, untuk mengidentifikasi dan melakukan pada tentara korban perang yang mengalami luka ringan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan penanganan dapat kembali ke medan perang (Dewi Kartika, 2013). Triage juga diterapkan dalam lingkup bencana atau musibah massal. Tujuan triage pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin. Pada korban massal dengan korban puluhan atau mungkin ratusan dimana penolong baik jumlah, sarana, kemampuan, dan prasarana belum mencukupi, maka dianjurkan menggunakan teknik Simple Triage and Rapid Treatment (START). Triage mulai digunakan di unit gawat darurat pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960. Penggunaan triage di unit gawat darurat disebabkan oleh peningkatan jumlah pasien di unit gawat darurat yang dapat mengarah pada lamanya waktu tunggu penderrita dan keterlambatan didalam
1
2
penanganan
kasus-kasus
kegawatan.
Triage
adalah
suatu
proses
penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya (Zimmermann dan Herr, 2006). Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang di prioritaskan ada tidaknya gangguan Airway (A), breathing (B), dan circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita, ruang triage tersebut berada di dalam ruang IGD sehingga ruang IGD tersebut menjadi sangat penting karena merupakan bagian utama penerimaan pasien di Rumah Sakit. IGD atau Instalasi Gawat Darurat, adalah layanan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat yang cepat. Gawat suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong, apabila tidak segera ditolong maka akan mengalami kecacatan atau kematian. Darurat Suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tetapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian/kecacatan. Tahun 2007, data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 pasien (13,3% dari total seluruh kunjungan di RSU) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal dari rujukan dengan jumlah Rumah Sakit Umum 1.033 unit dari 1.319 unit Rumah Sakit yang ada. Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).
3
Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita
penyakit
jantung.
Mekanisme
response
time,
disamping
menentukan keluasan rusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai standar. (Kepmenkes, 2009). Berdasarkan jurnal penelitian Wa Ode Nur Isnah Sabriyati dkk, 2012 yaitu “Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan Waktu tanggap penanganan kasus pada response time I di Instalasi Gawat Darurat bedah dan non-bedah RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo” didapatkan hasil bahwa waktu tanggap penanganan kasus IGD bedah yang tepat sebanyak 67,9% dan tidak tepat 32,1%. Waktu tanggap penanganan kasus IGD Non-Bedah yang tepat sebanyak 82,1% dan tidak tepat 17,9%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola penempatan staf dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus di IGD Bedah (p = 0,67) dan Non-Bedah (p = 0,062), berdasarkan hasil jurnal tersebut bahwa terdapat hubungan yang bermakna
4
antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas dan ada hubungan antara sikap petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas sehingga pengetahuan tentang response time untuk petugas kesehatan sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang bermakna. RSUD Karanganyar memiliki jumlah perawat yang bertugas di IGD sebanyak 18 perawat dua diantaranya belum mengetahui tentang response time pada penanganan pasien gadar di ruang triage. Saat dilakukan tanya jawab tentang pengertian triage perawat mengerti dan mengungkapkan bahwa
triage
adalah
“penggolongan
pasien
berdasarkan
tingkat
kegawatanya” namun ketika diberikan pertanyaan tentang apa itu response time dan berapa waktu tanggap pada setiap pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan perawat menjawab “response time itu adalah waktu tanggap, dan disini waktu tanggapnya 10 menit”. Berdasarkan uraian pernyataan perawat tersebut dapat disimpulkan bahwa response time perawat dalam penanganan triage belum sesuai dengan ketentuan maka peneliti tertarik mengambil bagaimana pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage RSUD Karanganyar.
1.2 Rumusan Massalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan massalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan perawat tentang
5
response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage RSUD Karanganyar.
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage RSUD Karanganyar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang triage. 2. Untuk mengetahui pengetahuan response time perawat terhadap pasien gawat darurat.
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam keperawatan tentang pengetahuan dan response time dalam penanganan pasien gawat darurat di ruang triage. 1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mengenai Pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage.
6
1.4.3 Manfaat bagi rumah sakit `Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat terhadap response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. 1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak lain yang ingin mempelajari mengenai pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. 1.4.5 Manfaat bagi perawat Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perawat sebagai motivasi untuk lebih baik lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat khususnya perawat yang bekerja di IGD.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Triage 1. Pengertian Triage diambil dari bahasa Perancis “Trier” artinya mengelompokkan atau memilih (Ignatavicius, 2006 dalam Krisanty, 2009). Triage mempunyai tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Oman, 2008). Triage memiliki fungsi penting di IGD terutama apabila banyak pasien datang pada saat yang bersamaan. Hal ini bertujuan untuk memastikan
agar
pasien
ditangani
berdasarkan
urutan
kegawatannya untuk keperluan intervensi. Triage juga diperlukan untuk penempatan pasien ke area penilaian dan penanganan yang tepat serta membantu untuk menggambarkan keragaman kasus di IGD. (Gilboy, 2005). Triage
adalah
suatu
proses
penggolongan
pasien
berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya (Zimmermann dan Herr, 2006). Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang
7
8
diprioritaskan ada tidaknya gangguan Airway (A), Breathing (B), dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita. Triage di IGD Rumah Sakit harus selesai dilakukan dalam 15-20 detik oleh staf medis atau paramedis (melalui training) sesegera
mungkin
setelah
pasien
datang
begitu
tanda
kegawatdaruratan teridentifikasi, penatalaksanaan dapat segera diberikan untuk menstabilkan kondisi pasien. Dimana triage dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersedia serta kemungkinan hidup pasien (Pusponegoro, 2010) Sistem klasifikasi triage mengidentifikasi tipe pasien yang memerlukan berbagai level perawatan. Prioritas didasarkan pada pengetahuan, data yang tersedia, dan situasi terbaru yang ada. Huruf atau angka yang sering digunakan antara lain sebagai berikut. a. Prioritas 1 atau emergency. b. Prioritas 2 atau urgent. c. Prioritas 3 atau nonurgent. 2. Prinsip Triage Di Rumah Sakit, didalam triage mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawat triage menggunakan ABC keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta
9
warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis (Bagus, 2007) . Menurut diberlakukan
Brooker,
(2008).
sistem
prioritas,
Dalam
prinsip
prioritas
triage adalah
penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan: 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit, 2) Dapat mati dalam hitungan jam, 3) Trauma ringan, 4) Sudah meninggal. 3. Prioritas Triage. Triage
adalah
suatu
proses
penggolongan
pasien
berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya (Zimmermann dan Herr, 2006). Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang
10
diprioritaskan ada tidaknya gangguan Airway (A), Breathing (B), dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita. Prioritas triage menurut (Mosby, 2008): a. Prioritas pertama / immediate (MERAH) Korban membutuhkan stabilisasi segera dan atau dalam keadaan kritis akan tetapi masih memiliki harapan untuk diselamatkan / dapat diatasi, seperti : 1) Syok oleh berbagai kausa 2) Trauma kepala dengan pupil anisokor 3) Perdarahan eksternal masif 4) Penurunan respon 5) Tension pneumothorax 6) Distress pernafasan (RR< 30x/mnt) 7) Perdarahan internal vasa besar dsb b. Prioritas kedua / delayed (KUNING) Korban membutuhkan pertolongan dan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda sementara selama 10 menit, tidak ada ancaman nyawa, seperti : 1) Korban dengan resiko syok. 2) Multiple fraktur. 3) Luka bakar tanpa gangguan jalan nafas. 4) Gangguan kesadaran / trauma kepala.
11
5) Cidera vertebra tanpa gangguan pernafasan Korban dalam keadaan ini harus segera diberikan perawatan dan pengawasan akan timbulnya komplikasi. c. Prioritas ke tiga / minimal (HIJAU) Korban yang masih mampu berjalan, pemberian pengobatan dapat ditunda selama 60 menit dan atau tidak memerlukan pengobatan, seperti : 1) Fraktur minor 2) Luka minor / luka bakar minor Korban dalam keadaan ini setelah dilakukan perawatan luka, imobilisasi dan fiksasi dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan. d. Prioritas keempat / nol / expectant (HITAM) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala berat.
12
Tabel 2.1 Triage Australia dan skala akuitasnya. Tingkat
Waktu perawatan
Presentase tindakan
Langsung 10 menit 30 menit 60 menit 120 menit
100 80 75 70 70
Sangat mengancam hidup Sedikit mengancam hidup Beresiko mengancam hidup Darurat Biasa
4. Proses Triage Keprawatan Proses triage menurut (Rutenberg, 2009) mengikuti langkah-langkah proses keperawatan yaitu tahap pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. a. Pengkajian Ketika komunikasi dilakukan, perawat melihat keadaan pasien secara umum. Perawat mendengarkan apa yang dikatakan pasien, dan mewaspadai isyarat oral. Riwayat penyakit yang diberikan oleh pasien sebagai informasi subjektif. Tujuan informasi dapat dikumpulkan dengan mendengarkan nafas pasien, kejelasan berbicara, dan kesesuaian wacana. Temuan seperti mengi, takipnea, batuk produktif (kering), bicara cadel, kebingungan, dan disorientasi adalah contoh data objektif
yang
dapat
langsung
dinilai.
Informasi
tambahan lain dapat diperoleh dengan pengamatan langsung oleh pasien. Lakukan pengukuran objektif seperti suhu, tekanan darah, berat badan, gula darah,
13
dan sirkulasi darah. Aturan praktis yang baik untuk diingat
adalah
bahwa
perawatan
apapun
dapat
dilakukan dengan mata, tangan, atau hidung dengan arahan yang cukup dari perawat . b. Diagnosa Dalam triage diagnosa dinyatakan sebagai ukuran yang mendesak. Apakah masalah termasuk ke dalam kondisi Emergency (mengancam kehidupan, anggota badan, atau kecacatan). Urgent (mengancam kehidupan, anggota badan, atau kecacatan)
atau
nonurgen. Diagnosa juga meliputi penentuan kebutuhan pasien untuk perawatan seperti dukungan, bimbingan, jaminan, pendidikan, pelatihan, dan perawatan lainnya yang memfasilitasi kemampuan pasien untuk mencari perawatan. c. Perencanaan Dalam triage rencana harus bersifat kolaboratif. Perawat harus dengan seksama menyelidiki keadaan yang berlaku dengan pasien, mengidentifikasi faktorfaktor kunci yang penting, dan mengembangkan rencana perawatan yang diterima pasien. Hal ini sering membutuhkan proses negosiasi, didukung dengan pendidikan pasien. Adalah tugas perawat untuk
14
bertindak berdasarkan kepentingan terbaik pasien dan kemungkinan pasien dapat mengikuti. Kolaborasi juga mungkin perlu dengan anggota tim kesehatan lain juga. d. Intervensi Dalam analisis
akhir,
bisa memungkinkan
bahwa perawat tidak dapat melakukan apa-apa untuk pasien. Oleh karena itu harus ada pendukung lain yang tersedia, misalnya dokter untuk menentukan tindakan yang diinginkan. Untuk itu, perawat triage harus mengidentifikasi
sumber
daya
untuk
mengangkut
pasien dengan tepat. Oleh karena itu perawat triage juga memiliki peran penting dalam kesinambungan perawatan pasien. Protokol triage atau protap tindakan juga dapat dipilih dalam pelaksanaan triage. e. Evaluasi Langkah terakhir dalam proses keperawatan adalah evaluasi. Dalam konteks organisasi keperawatan, evaluasi adalah ukuran dari apakah tindakan yang diambil tersebut efektif atau tidak. Jika pasien tidak membaik, perawat memiliki tanggung jawab untuk menilai kembali pasien, mengkonfirmasikan diagnosa urgen, merevisi rencana perawatan jika diperlukan, merencanakan, dan kemudian mengevaluasi kembali.
15
Pertemuan ini bukan yang terakhir, sampai perawat memiliki keyakinan bahwa pasien akan kembali atau mencari perawatan yang tepat jika kondisi mereka memburuk atau gagal untuk meningkatkan seperti yang diharapkan. Sebagai catatan akhir, adalah penting bahwa perawat triage harus bertindak hati-hati, Jika ada keraguan
tentang
penilaian
yang
sudah
dibuat,
kolaborasi dengan medis, perlu diingat perawat triage harus selalu bersandar pada arah keselamatan pasien.
2.1.2 Response Time 1. Pengertian Kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsif). Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain, sedangkan melayani adalah membantu
menyiapkan
(mengurus)
apa
yang
diperlukan
seseorang. Pelayanan cepat menentukan kepuasan pasien. Berapa lama pasien harus menunggu di loket pendaftaran hingga dia mendapatkan kartu, demikian hal ketika menunggu untuk diperiksa dokter, di apotik, dan di laboratorium. Kecepatan
16
Pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. (Kepmen, 2003). Kecepatan pelayanan dalam hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD, Waktu tanggap pada sistem realtime, didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut dengan event response time. Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap angka keterlambatan pelayanan pertama
gawat
darurat/emergency
response
time
rate
(WHO,1998).
2.1.3
IGD (Instalasi Gawat Darurat) 1. Pengertian Menurut
Azrul
(1997)
yang
dimaksud
gawat
darurat
(emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupan (life saving). IGD atau instalasi gawat darurat, adalah layanan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
17
mendapatkan penanganan darurat yang cepat. System pelayanan menggunakan system triage, dimana pelayanan diutamakan bagi pasien dalam keadaan darurat (emergency) bukan berdasarkan antrian. Tujuan IGD adalah tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dalam penanganan kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian. 2. Pelayanan yang diberikan di IGD adalah: a. Ambulace 24 jam. b. Bedah minor. c. Ruang triage. d. Ruang tindakan. e. Ruang observasi. f. Tim penanggulangan bencana. 3. Pelayanan yang dapat dilayani IGD adalah: a. Pasien gawat darurat, tidak darurat, darurat tidak gawat, dan pasien tidak gawat, tidak darurat oleh penyakit tertentu. b. Pasien akibat kecelakaan (accident) yang menimbulkan cidera fisik, mental, sosial, gangguan pernafasan, susunan saraf pusat, system kardiovaskuler, trauma,berbagai luka, patah tulang, infeksi, gangguan metabolisme, keracunan, kerusakan organ, dan lain sebagainya.
18
c. Penanganan kejadian sehari-hari, korban musibah masal dan bencana. Kriteria tenaga yang bekerja di IGD adalah: Bersertifikat ATLS (Advanced Trauma Life Support) yaitu pelatihan tentang penanganan terhadap pasien korban kecelakaan, BTCLS (Basic
Trauma
and
Cardiac
Life
Support)
yaitu
pelatihan
kegawatdaruratan tentang penanganan kasus kardiovaskuler, dan PPGD (Pertolongan pertama Gawat Darurat) yaitu pelatihan yang di khususkan untuk menangani kasus gawat darurat.
2.1.4 Perawat 1. Pengertian Perawat Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Menteri kesehatan, 2001). Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan
untuk
memberikan
pelayanan
keperawatan
yang
bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit (International Council of Nursing, 1965).
19
2. Peran Perawat Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan (1989): a. Pemberi asuhan keperawatan Memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan
proses
keperawatan,
dari
yang
sederhana sampai dengan kompleks b. Advokat pasien / klien Menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. c. Pendidik/Edukator Membantu
klien
dalam
meningkatkan
tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
20
d. Koordinator Mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. e. Kolaborator Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. f. Konsultan Tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. g. Peneliti Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
21
2.1.5
Pengetahuan 1. Pengertian Menurut
Notoatmodjo
(2003),
pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan
terhadap
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, rasa, dan dan raba. Namun sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga tentang fakta dan kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan baik
bersifat
formal
ataupun
informal.
Pengetahuan
merupakan faktor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan
22
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tengah apa yang dipelajari antara lain
Subjek:
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami kemampuan tentang
diartikan
untuk
objek
sebagai
menjelaskan
yang
diketahui,
suatu
secara
benar
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dapat
menjelaskan,
menyimpulkan,
menyebutkan
meramalkan
contoh,
dan
sebagainya
sebagai
kemampuan
terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi
diartikan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
23
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata
menggambarkan,
kerja, membedakan,
seperti
dapat
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifiksi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang talah ada.
24
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan
adalah sebagai
berikut : a. Tingkat pendidikan Pendidikan memberikan
merupakan
pengetahuan
upaya
sehingga
untuk terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat. b. Pengalaman Sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan menambah pengetahuan tentang suatu yang bersifat informal. c. Informasi Seseorang
yang
mendapatkan
informasi
lebih banyak akan menambah pengetahuan menjadi lebih luas. d. Budaya Tingkah
laku
manusia
atau
kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
25
2.2 Kerangka Teori IGD (Instalasi Gawat Darurat)
Peran Perawat: a. Pemberi asuhan keperawatan b. Advokat klien c. Edukator d. Koordinator e. Kolaborator f. Konsultan g. Peneliti/pembaharuan
Pemberi asuhan keperawatan
Faktor yang pengetahuan:
Pengetahuan response time diruang triage
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. b. c. d.
Pendidikan Pengalaman Informasi Budaya
Response Time
mempengaruhi
Pengetahuan response time diruang triage
a. Pendidikan b. Pengalaman c.: yang Informasi tidak d d. Budaya : yang tidak diteliti. : yang diteliti. Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengetahuan (Notoatmojo, 2003). Response time (Purwadinata, 2001).
26
2.3 Fokus penelitian
Pengetahuan perawat
Response time di ruang trage
Gambar 2.2 Fokus penelitian
27
2.4 Keaslian penelitian NO 1.
2.
Nama Peneliti Wa Ode Nur Isnah Sabriyati, Andi Asadul Islam, Syafruddin Gaus.
Yanty Gurning, Darwin Karim, Misrawati.
Judul Penelitian Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan Waktu tanggap penanganan kasus pada response time I di instalasi gawat darurat bedah dan non-bedah rsup dr. Wahidin sudirohusodo
Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap petugas kesehatan igd terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dinstalasi Gawat Darurat Bedah dan NonBedah Dr. Wahidin Sudirohusodo pada bulan Mei 2012 dengan menggunakan desain cross sectional study (Dempsey, 2002).
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif, yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan
Hasil Penelitian Waktu tanggap penanganan kasus IGD bedah yang tepat sebanyak 67,9% dan tidak tepat 32,1%. Waktu tanggap penanganan kasus IGD NonBedah yang tepat sebanyak 82,1% dan tidak tepat 17,9%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola penempatan staf dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus di IGD Bedah (p = 0,67) dan Non-Bedah (p = 0,062).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas dengan P value < α (0,036 < 0,05) dan ada
28
prioritas. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang terdiri dari 8 orang dokter dan 24 orang perawat di IGD Rumah Sakit Eka Hospital dengan menggunakan teknik total sampling. Table 2.2 Keaslian Penelitian.
hubungan antara sikap petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas dengan P value < α (0,006 < 0,05).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan study fenomenology penelitian kualitatif merupakan penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan memberi pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Poerwandari, 2009). Peneliti mengambil metode kualitatif karena penelitian ini dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting), dimana peneliti sebagai instrumen kunci, menggunakan data yang pasti dan untuk mendapatkan data yang mendalam karena setiap keluarga atau orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Fenomenology adalah memberikan deskripsi, refleksi, interprestasi, dan modus riset yang menyampaikan intisari dari pengalaman kehidupan individu
yang
fenomenology
diteliti juga
(Van
dinilai
Manen, dapat
2007).
menjelaskan
Pendekatan fokus
deskriptif
permasalahan
pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage RSUD Karanganyar (Poerwadi, 2009). Peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage RSUD Karanganyar, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan study fenomenology merupakan pendekatan yang tepat untuk penelitian ini kerena fenomenologi
29
30
adalah memberikan deskripsi, refleksi, interprestasi, dan modus riset yang menyampaikan intisari dari pengalaman kehidupan individu yang diteliti.
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD Karanganyar dari tanggal 13 Februari 2015 sampai 16 Mei 2015.
3.2
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di RSUD Karanganyar khususnya perawat di IGD yang berjumlah 18 perawat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (teknik sampel bertujuan) yaitu pengambilan sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam 2009). Penelitian ini di hentikan setelah tercapainya saturasi dengan jumlah 4 Informan. Informan berasal dari perawat yang bekerja di IGD RSUD Karanganyar dengan kriteria: 1. Perawat bekerja di IGD Rumah Sakit minimal selama 3 tahun. 2. Pendidikan minimal D3 keperawatan. 3. Sudah mendapat pelatihan BTCLS. 4. Bersedia menjadi informan.
31
3.3
Instrumen dan prosedur Pengumpulan Data 1.
Instrumen Instrumen dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : a. Instrument inti Peneliti dalam penelitian ini merupakan instrument/ alat dalam penelitian, karena peneliti sebagai perencana, penafsir data pengevaluasi hasil penelitian. Peneliti harus paham metode penelitian, penguasaan teori wawancara terhadap bidang yang akan diteliti, dan peneliti siap untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. b. Instrumen penunjang Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1) Lembar alat pengumpul data (meliputi nama, umur, alamat, pendidikan) untuk mencatat identitas informan, alat tulis (buku dan bolpoin) untuk menulis hasil wawancara antara peneliti dan informan. 2) Lembar pedoman wawancara sebagai pedoman dalam mengajukan pertanyaan kepada informan, pertanyaan yang diajukan pada informan diantaranya tentang pemahaman tentang triage dan response time. 3) Alat perekam suara (voice recorder) untuk merekam wawancara antara peneliti dan informan yang berupa handphone karena hasil rekaman terdengar jelas.
32
4) Pedoman wawancara semi terstruktur yang terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai triage dan response time. 5) Camera
digunakan
untuk
mendokumentasikan
hasil
wawancara dengan informan. Proses dokumentasi ini dengan cara memfoto informan dari belakang ketika wawancara sedang berlangsung tanpa memperlihatkan wajah sesuai dengan etika penelitian. 2.
Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain: 1) Wawancara Mendalam Wawancara adalah tehnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang di wawancarai (Fatoni 2006). Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan tehnik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut wawancara mendalam. Tehnik wawancara ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif (Sutopo, 2006). Tehnik pengambilan data kepada informan dengan cara wawancara mendalam yaitu dengan memberi pertanyaan kepada
33
informan kemudian jawaban informan digali lebih mendalam sampai tidak ada pendapat atau ide-ide baru dari informan. 2) Observasi Observasi
adalah
teknik
pengumpulan
data
yang
dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatanpencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fatoni 2006). Menurut Sutopo (2006) observasi dibagi menjadi dua yaitu tak berperan dan observasi berperan. Observasi berperan meliputi observasi berperan aktif, dan observasi berperan penuh (Sutopo, 2006). Pada penelitian ini pengolahan data termasuk kedalam observasi tak berperan, peneliti sama sekali kehadirannya dalam melakukan observasi tidak mengetahui oleh subjek yang diamati. Disini peneliti benar-benar tidak melakukan peran sama sekali sehingga apapun yang dilakukan peneliti sebagai pengamat tidak akan mempengaruhi segalanya yang terjadi pada sasaran yang diamati (Sutopo, 2006). Observasi pada penelitian ini langsung dilakukan untuk mengamati proses response time yang dilakukan perawat di Ruang triage RSUD Karanganyar. Pada hal ini yang perlu diamati adalah lama response time yang dilakukan perawat pada pasien gawat darurat di Ruang triage, setelah itu didapatkan data
34
menganai response time perawat terhadap pasien gawat darurat di Ruang triage. 3) Studi dokumentasi Studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang (Sugiono 2009). Studi dokumentasi penelitian ini dengan menyalin SOP IGD RSUD Karanganyar tentang triage sehari-hari dan dokumentasi informan berupa foto pada setiap wawancara kepada informan. Dokumentasi ini dengan cara memfoto informan dari belakang ketika wawancara sedang berlangsung sesuai etika penelitian. Dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Setelah peneliti mendapat surat ijin penelitian dari STIKes Kusuma Husada Surakarta, peneliti akan minta ijin kepada RSUD Karanganyar untuk meneliti di tempat tersebut, setelah mendapat ijin peneliti akan meminta ijin kepada calon informan dan kontrak waktu selama 30-45 menit sesuai kriteria inklusi yang ada pada rencana penelitian. Sebelum peneliti melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada informan, menjelaskan tujuan yang akan dilakukannya,
35
mengecek instrumen penunjang seperti alat perekam, peneliti harus menguasai konsep, latihan wawancara terlebih dahulu dan menguji coba wawancara terlebih dahulu kepada perawat. 2. Tahap Pelaksanaan Setelah
itu
wawancara
secara
mendalam
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan untuk memperkuat penelitiannya. Wawancara Semi terstruktur, wawancara ini termasuk dalam kategori indept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Urutan pertanyaan tergantung pada proses wawancara dan jawaban tiap individu, wawancara ini menggunakan questions)
dan
pertanyaan
terbuka
menggunakan
bantuan
(Open-ended pertanyaan
wawancara yang telah disiapkan sebelumnya (Stars H, 2007).
36
3. Tahap Terminasi Penulis menulis laporan, mendokumentasikan hasilnya. Dalam penulisan laporan, peneliti harus mampu menuliskan setiap frasa, kata dan kalimat serta pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisa yang telah diambil. Penulis mencatat kembali jika ada data tambahan, peneliti memberikan reward kepada informan, peneliti menyatakan bahwa penelitiannya sudah selesai kepada informan.
3.4
Analisa data Analisa Data merupakan proses pengumpulan data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari peneliti dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell, 2013). Teknik analisa yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Collaizi (Creswell, 2013). Alasan metode ini didasarkan dengan filosofi Husserl, yaitu suatu penampakan fenomena informan, sehingga sangat cocok untuk memahami arti dari suatu makna fenomena pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. Adapun langkah-langkah analisa sebagai berikut : 1.
Membuat transkip wawancara tentang pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage dari
37
informan dalam bentuk narasi yang bersumber dari wawancara mendalam. 2.
Membaca kembali secara keseluruhan transkip wawancara dari informan untuk memperoleh perasaan yang sama seperti pengalaman informan tentang pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. Peneliti melakukan 3-4 kali membaca transkrip untuk merasa hal yang sama seperti informan.
3.
Mengidentifikasi kata kunci melalui penyaringan pernyataan informan yang signifikan pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. Pernyataan-pernyataan yang merupakan pengulangan dan mengandung makna yang sama atau mirip maka pernyataan ini diabaikan.
4.
Memformulasikan arti dari kata kunci dengan cara mengelompokkan kata
kunci
yang
sesuai
pernyataan
penelitian,
selanjutnya
mengelompokkan lagi kata kunci yang sejenis sesuai dengan kriteria informan yaitu perawat dengan kriteria bekerja di Rumah Sakit minimal selama 3 tahun, pendidikan minimal D3 keperawatan, sudah mendapat pelatihan BTCLS dan bersedia menjadi informan.Peneliti sangat berhati-hati agar tidak membuat penyimpangan arti dari pernyataan informan dengan merujuk kembali pada pernyataan informan yang signifikan. Cara yang perlu dilakukan adalah menelaah kalimat satu dengan yang lain.
38
5.
Mengorganisasikan arti-arti yang telah teridentifikasi dalam beberapa kelompok tema. Setelah tema-tema terorganisir, peneliti memvalidasi kembali kelompok tema tersebut dengan cara menanyakan kembali hasil wawancara yang disampaikan informan apakah informan mau menambahi atau mengurangi jawaban tersebut.
6.
Mengintegrasikan semua hasil penelitian ke dalam suatu narasi yang menarik dan mendalam sesuai dengan topik penelitian pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage.
7.
Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing informan lalu diikutsertakan pada diskripsi hasil akhir penelitian.
3.5
Keabsahan Data Dalam pengujian keabsahan data, metode yang digunakan pada penelitiam ini meliputi : 1.
Pengujian Transferability Merupakan validitas eksternal, menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang rinci, jelas sistematis dan dapat dipercaya (Rosbon, 2011).
2.
Pengujian Dependebility Peneliti melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dimana pembimbing memantau aktivitas peneliti dalam melakukan
39
penelitian. Peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan,
menentukan
sumber data, melakukan
analisis
data,
melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan (Creswell, 2013). 3.
Pengujian Konfirmability Penelitian ini telah disepakati oleh orang banyak. Dimana hasil penelitiannya diuji dan dikaitkan dengan proses yang dilakukan peneliti. Dalam penelitian jangan sampai prosesnya tidak ada,tetapi hasilnya ada. Peneliti harus mendapatkan persetujuan dari informan dan menyertakan surat-surat yang sudah diperolehnya (Creswell, 2013).
3.6
Prinsip-prinsip Etika Penelitian 1.
Menghargai Harkat dan Martabat informan Prinsip ini dapat dilakukan peneliti untuk memenuhi hak-hak informan dengan cara menjaga kerahasiaan identitas informan seperti menggunakan nama inisial kepada setiap Informan dan dokumentasi dengan cara memfoto Informan dari belakang. Informan mempunyai hak otonomi untuk menentukan keputusannya secara sadar dan sukarela/ tanpa paksaan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti dan memahami bentuk informannya dalam penelitian yang dilakukan Menjamin kerahasiaan (confidentiality) data, peneliti akan menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkrip wawancara
40
dan hasil rekaman diberi kode informan tanpa nama (hak anonymity), untuk selanjutnya disimpan di dalam file khusus. Hal ini dilakukan peneliti untuk menghormati prinsip privacy dan dignity. 2.
Prinsip keadilan (Justice) Merupakan hak untuk diperlakukan adil dan tidak dibeda-bedakan diantara mereka selama kegiatan penelitian dilakukan (Kvale, 2011). Setiap peneliti memberi perlakuan dan penghargaan yang sama dalam hal apa pun selama kegiatan penelitian dilakukan tanpa memandang suku, agama, etnis, dan kelas sosial
3.
Persetujuan setelah penjelasan (Informed consent) Merupakan persetujuan antara peneliti dan informan dengan memberikan lembar persetujuan. Pernyataan persetujuan diberikan kepada informan setelah memperoleh berbagai informasi berupa tujuan. Jika informan setuju, maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Kvale, 2011). Peneliti meminta persetujuan dari informan terlebih dahulu (lisan atau tulisan) untuk berpartisipasi pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti memberkan informasi yang jelas kepada informan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat diruang triage RSUD Karanganyar dari tanggal 13 Februari 2015 sampai 16 Mei 2015. Hasil penelitian diuraikan menjadi 3 bagian. Pertama menjelaskan tentang gambaran lokasi penelitian. Kedua menjelaskan tentang karakteristik informan yang terlibat secara langsung dalam penelitian dengan singkat dan ketiga menguraikan hasil tematik tentang pengalaman informan. 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Rumah Sakit Ini pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin (RB) bernama RB “Kartini” yang didiriksn pada tanggal 21 April 1960. RSUD Kabupaten Karanganyar memenuhi syarat menjadi RSU kelas C berdasarkan analisis organisasi, fasilitas dan kemampuan, dan dilakukan dengan Keputusan Menkes Republik Indonesia Nomor 009-I/MENKES/1/1993, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSU Karanganyar. Sejak tanggal 2 Maret 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan status BLUD penuh.
41
42
RSUD Karanganyar mempunyai IGD dan terdapat 18 perawat yang bekerja di IGD tersebut, IGD tersebut terdapat 8 ruangan, 4 ruangan tindakan berdasarkan triage, 1 ruang isolasi, 1 ruangan administrasi, 1 ruangan perawat dan 1 kamar mandi pasien. IGD tersebut memiliki SOP triage sehari-hari dan dalam melakukan tindakan triage masih melakukan seleksi pada pasien secara cepat dan tepat menurut kriteria true emergency dan false emergency. IGD tersebut memiliki prasarana yang memadai seperti bed pasien disetiap ruangan, kursi roda, tabung oksigen dan prasarana penunjang lainya.
4.2 Gambaran Karakteristik Informan 4.2.1
Informan 1 Ny. D berjenis kelamin perempuan usia 37 tahun, pendidikan terakhir yaitu S1 Keperawatan. Pengalaman kerja selama 14 tahun di ruang IGD. Ny. D sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD Karanganyar, sudah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan.
4.2.2
Informan 2 Tn. Y berjenis kelamin laki-laki usia 33 tahun, pendidikan terakhir yaitu S1 Keperawatan. Pengalaman kerja selama 3 tahun di ruang IGD. Tn. Y sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD Karanganyar, sudah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan.
43
4.2.3
Informan 3 Tn. A berjenis kelamin laki-laki usia 35 tahun, pendidikan terakhir yaitu S1 Keperawatan. Pengalaman kerja selama 5 tahun di ruang IGD. Tn. Y sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD Karanganyar, sudah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan.
4.2.4
Informan 4 Tn. W berjenis kelamin laki-laki usia 28 tahun, pendidikan terakhir yaitu S1 Keperawatan. Pengalaman kerja selama 4 tahun di ruang IGD. Tn. Y sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD Karanganyar, sudah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan.
4.3 Hasil penelitian. 4.3.1 Pengetahuan perawat tentang triage. Hasil penelitian untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang triage didapatkan 2 tema yaitu 1) Pengertian Triage 2) Pembagian triage. Berikut ungkapan dari informan: 1. Pengertian riage Tema Pengertian triage ini didapatkan sub tema 1) Pengelompokkan berdasarkan kegawatannya 2) Pengelompokan berdasarkan kualifikasi berat ringannya kasus, dapat ditemukan dalam ungkapan Informan: “…pengelompokan berdasarkan kegawatdaruratan pasien (I1)” “Triage itu adalah suatu tindakan atau tempat dimana pasien di golongkan dari tingkat kegawatan (I2)”
44
“…proses pengelompokkan itu berdasarkan kegawatdaruratan pasien (I4)” Informan 1, 2 dan 4 mengungkapkan bahwa triage itu adalah pengelompokan berdasarkan kegawatannya. Berbeda dengan informan 3, berikut ungkapanya: “Triage itu pembedaan pasien berdasarkan kualifikasi berat ringanya kasus yang diderita pasien (I3)” Pertisipan ke 3 mengungkapkan bahwa triage adalah pengelompokan berdasarkan kualifikasi berat ringanya kasus. 2. Pembagian triage Tema Pembagian triage ini didapatkan 5 sub tema 1) Tempat 2) Prioritas 3) Warna prioritas 4) Kondisi pasien 5) Prinsip triage, dapat ditemukan dalam ungkapan partisipan: “Triage itu kan ada yang menurut tempat pasien yang gawat darurat, yang gawat darurat sekali, gawat biasa, dan pasien yang sudah meninggal (I2)” “Itu ada tiga tempat umum, dilokasi kejadian suatu kecelakaan, kedua di pos medis, dilokasi bencana (I3)” “…triage tempatnya itu ada beberapa yang pertama di IGD terus selain di IGD itu juga ada di tempat bencana juga di medan pertempuran (I4)” Informan 2, 3, dan 4 mengungkapkan bahwa Pembagian triage itu berdasarkan tempat. Informan 2 mengungkapkan bahwa triage itu ada tiga yaitu pasien yang gawat darurat, pasien yang gawat darurat sekali, pasien gawat darurat biasa dan pasien yang sudah meninggal. Informan 3
45
mengungkapkan bahwa triage itu ada tiga yaitu di lokasi kejadian kecelakaan, dipos medis dan di lokasi bencana. Informan 4 mengungkapkan bahwa triage ada tiga yaitu di IGD, ditempat terjadi bencana dan di medan pertempuran. “Emergency, Urgent, Nonurgent (I1)” Informan 1 mengungkapkan bahwa pembagian triage itu berdasarkan prioritas yaitu Emergency, Urgent, Nonurgent.. “Merah, kuning, hijau, hitam (I1)” “Merah, kuning, hijau, hitam (I2)” “Hitam, merah, kuning, hijau (I3)” “setahu saya itu ada merah, kuning, hijau, hitam (I4)” Informan 1, 2. 3, dan 4 juga mengatakan pembagian triage berdasarkan warna prioritas. “…sesuai kondisi pasien kita harus memprioritaskan A, B, C nya dulu (I1)” “…dimana teorinya pasien yang sudah mengalami suatu kegawatan itu kan tergantung dari jenis-jenis kondisi pasien (12)” Informan 1 dan 2 mengatakan pembagian triage berdasarkan kondisi pasien. Informan 1 mengatakan bahwa pasien yang harus diprioritaskan adalah A, B, C nya dahulu. Informan 2 mengatakan bahwa pasien yang diprioritaskan tergantung dari jenis kondisi pasien tersebut. “prinsipnya itu harus segera ditangani pasien yang gawat dahulu (I4)”
46
Informan 4 mengatakan pembagian triage berdasarkan kondisi pasien dimana yang pasien gawat terlebih dahulu yang harus ditangani. 4.3.2 Pengetahuan response time perawat terhadap pasien gawat darurat. Hasil penelitian untuk mengetahui pengetahuan response time perawat terhadap pasien gawat darurat didapatkan 4 tema 1) Pengertian Response time 2) Waktu tanggap menurut prioritas warna 3) Waktu tanggap menurut prioritas kegawatan 4) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Berikut ungkapan informan: 1. Pengertian response time Tema Pengertian response time didapatkan sub tema 1) Pengertian response time 2) Waktu tanggap menurut prioritas warna ditemukan dalam ungkapan informan: “…waktu yang kita gunakan untuk menangani pasien dari pasien masuk sampai kita pindahkan dibangsal (I1)” “Waktu tanggap pasien dimana dari pasien datang kita layanin sampai dipindahkan dibangsal (I2)” “waktu tanggap darurat untuk menangani suatu pasien (I3)” Informan 1, 2, dan 3 mengungkapkan bahwa pengertian response time waktu tanggap untuk menangani pasien. “kecepatan melakukan tindakan kepada pasien (I4)” Berbeda dengan informan 4 yang mengungkapkan response time itu adalah kecepatan melakukan tindakan.
47
2. Waktu tanggap menurut prioritas warna Tema waktu tanggap menurut prioritas warna didapatkan sub tema 1) Merah 2) Kuning 3) Hijau 4) Hitam, ditemukan dalam ungkapan informan: “merah itu harus cepat, merah secepatnya (I3)” “terus merah yang harus didahulukan (I3)” “Kalau merah itu langsung mas tidak boleh menunggu (I4)” Informan 3 dan 4 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas warna merah harus dilakukan tindakan secepatnya. Informan tiga menyebutkan warna merah itu harus dilakukan tindakan seceparnya dan harus didahulukan. Informan empat menyebutkan warna merah harus dilakukan tindakan langsung tanpa harus menunggu. “kuning itu harus cepat tapi tidak begitu secepat yang merah, kalau yang kuning itu cepet tapi tidak harus dilakukan tindakan (I2)” “…kalau kuning 10-15 menit (I3)” “…terus kuning yang mengancam (I3)” “…kalau yang kuning itu kan gawat tapi tidak darurat mas misal kalau ditunda 5-10 menit (I4)” Informan 2, 3 dan 4 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas warna kuning bisa menunggu. Informan tiga menyebutkan warna kuning bisa menunggu 10-15 menit dan warna kuning mengancam. Informan empat menyebutkan warna kuning gawat tetapi tidak darurat dan memiliki waktu tunggu 5-10 menit. “…hijau kan biasa santai (12)”
48
“…kalau hijau tidak begitu prioritas untuk dilakukan Triage (I3)” “terus yang hijau bisa menunggu (I3)” “untuk hijau itu kan tidak gawat tidak darurat jadi kalau penangananya ditunda setengah jam pun tidak apa-apa (I4)” Informan 2 menyebutkan warna hijau bisa santai, informan 3 menyebutkan bahwa warna hijau tidak begitu prioritas dilakukan triage dan bisa menunggu, informan 4 menyebutkan bahwa warna hijau tidak gawat dan tidak darurat jika dilakukan penundaan penanganan selama 1 jam pun tidak apa-apa. “…hitam sudah meninggal (I2)” “hitam bisa menunggu (I3)” “Triage nilai hitam nilainya nol (I3)” “…dan untuk hitam tadi itu kan pasien yang sudah meninggal nah ini penanganan terakhir sendiri mas (I4)” Informan 2 menyebutkan bahwa warna hitam pasien sudah meninggal, informan 3 menyebutkan bahwa warna hitam bisa menunggu dan nilai Triage hitam nol, dan untuk informan 4 menyebutkan bahwa warna hitam itu adalah pasien yang sudah meninggal dan penangananya terakhir sendiri. 3. Waktu tanggap menurut prioritas kegawatan. Tema waktu tanggap menurut prioritas kegawatan didapatkan sub tema 1) Jenis kegawatan, ditemukan dalam ungkapan informan: “Emergency kurang dari 5 menit Urgent berarti ada toleransi lebih, pokoknya sebisa mungkin harus segera ditangani (I1)”
49
Informan 1 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas kegawatan yaitu Emergency kurang dari 5 menit Urgent itu ada toleransi lebih dan sebisa mungkin harus ditangani segera. 4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Tema Faktor yang mempengaruhi pengetahuan didapatkan 4 sub tema 1) pendidikan 2) pengalaman 3) informasi 4) budaya, ditemukan dalam ungkapan informan: “…pendidikan berpengaruh sekali ya (I1)” “Pendidikan itu juga kan mempengaruhi (I2)” “Sangat-sangat mempengaruhi dari pendidikan (I3)” “Ya jelas to mas dapat mempengaruhi (I4)” Informan 1, 2, 3, dan 4 menyebutkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan. “perawat pengalamannya kurang otomatis mempengaruhi Response time (I1)” “Pengalamankan lama bekerja di IGD itu juga kan mempengaruhi (I2)” “Pengalaman tentu saja sangat kita butuhkan (I3)” “Pengalaman juga sangat mempengaruhi (I4)” Informan 1, 2, 3, dan 4 menyebutkan bahwa pengalaman sangat mempengaruhi pengetahuan dan sangat dibutuhkan. “Informasi itu kan bisa dilakukan dari teman yang lama dan yang baru bisa saling memberikan informasi (I2)”
50
“…update informasi sangat diperlukan (I3)” “informasi yang didapatkan juga akan mempengaruhi juga (I4)” Informan 2 menyebutkan bahwa informasi dapat didapatkan dari teman yang sudah lama bekerja, informan 3 menyebutkan bahwa update informasi sangat diperlukan, informan 4 menyebutkan bahwa informasi dapat mempengaruhi pengetahuan. “Budaya itu kan paling dilihat dari rutinitasnya (I2)” “… ya berpengaruh semua (I4)” Informan 2 menyebutkan bahwa budaya dapat dilihat dari rutinitansnya, informan 3 menyebutkan bahwa budaya mungkin tidak begitu mempengaruhi pengetahuan, informan 4 menyatakan bahwa budaya mempengaruhi pengetahuan.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan perawat tentang triage. 5.1.1 Pengertian triage Hasil wawancara dari informan 1, 2, dan 4
dapat disimpulkan
bahwa triage adalah pengelompokkan berdasarkan kegawatan pasien. Sedangkan hasil wawancara informan 3 dapat disimpulkan bahwa triage adalah pengelompokan berdasarkan kualifikasi berat ringannya kasus. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Zimmermann dan Herr, (2006) bahwa triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya. 5.1.2 Pembagian triage Informan 4 mengungkapkan bahwa triage ada tiga yaitu di IGD, ditempat terjadi bencana dan dimedan pertempuran. Hal ini sama dengan ungkapan Dewi Kartika, (2013) bahwa triage digunakan untuk menentukan prioritas penanganan pada perang dunia pertama. Klasifikasi ini digunakan oleh militer perang, untuk mengidentifikasi dan melakukan pada tentara korban perang yang mengalami luka ringan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan penanganan dapat kembali ke medan perang. Triage juga diterapkan dalam lingkup bencana atau musibah massal dan pada akhir tahun 1950 mulai digunakan pada unit gawat darurat di Rumah Sakit.
51
52
Informan 2 mengungkapkan bahwa triage itu ada tiga yaitu pasien yang gawat darurat, pasien yang gawat darurat sekali, pasien yang gawat darurat biasa dan pasien yang sudah meninggal. Hal ini sudah sesuai dengan SOP IGD triage sehari-hari dan dalam melakukan tindakan triage masih melakukan seleksi pada pasien secara cepat dan tepat menurut kriteria true emergency dan false emergency, ditempatkan sesuai ruang pelayanan yang terpisah di IGD. Informan 3 mengungkapkan bahwa triage itu ada tiga yaitu di lokasi kejadian kecelakaan, dipos medis dan di lokasi bencana. Hal ini belum sesuai yang ungkapan Dewi Kartika, (2013) bahwa triage digunakan pada 3 tempat yaitu pada medan pertempuran, lokasi bencana masal dan unit gawat darurat di Rumah Sakit. Informan 1 mengungkapkan bahwa pembagian Triage itu berdasarkan prioritas yaitu Emergency, Urgent, Nonurgent. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi Kartikawati N. (2011) bahwa Triage dibagi menjadi 3 prioritas yaitu Prioritas 1 atau Emergency, Prioritas 2 atau Urgent dan Prioritas 3 atau Nonurgent. Informan 1, 2, 3 dan 4 juga mengatakan pembagian triage berdasarkan warna prioritas. Hal ini sudah sesuai dengan Prioritas triage menurut (Mosby, 2008) bahwa triage dibagi menjadi 4 prioritas warna yaitu: Prioritas pertama / immediate (MERAH), Prioritas kedua / delayed (KUNING), Prioritas ke tiga / minimal (HIJAU), Prioritas keempat / nol / expectant (HITAM).
53
Informan 1 dan 2 mengatakan pembagian triage berdasarkan kondisi pasien. Informan 1 mengatakan bahwa pasien yang harus diprioritaskan adalah A, B, C nya dahulu. Informan 2 mengatakan bahwa pasien yang diprioritaskan tergantung dari jenis kondisi pasien tersebut. Hal ini sesuai dengan ungkapan Zimmermann dan Herr, (2006). Triage juga diartikan sebagai
suatu tindakan pengelompokkan penderita
berdasarkan pada beratnya cidera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan Airway (A), Breathing (B), dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita,
dan
juga
ungkapan
Pusponegoro,
(2010)
bahwa
penatalaksanaan dapat segera diberikan untuk menstabilkan kondisi pasien. Triage dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersedia serta kemungkinan hidup pasien, serta ungkapan Bagus, (2007) bahwa perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis .
54
Informan 4 mngetakan pembagian triage berdasarkan kondisi pasien dimana yang pasien gawat terlebih dahulu yang harus ditangani. Hal ini sesuai dengan ungkapan Brooker, (2008). Dalam prinsip triage diberlakukan sistem prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan: 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit, 2) Dapat mati dalam hitungan jam, 3) Trauma ringan, 4) Sudah meninggal.
5.2 Pengetahuan response time perawat terhadap pasien gawat darurat. 5.2.1 Pengertian response time. Informan 1, 2, dan 3 mengungkapkan bahwa pengertian response time waktu tanggap untuk menangani pasien sampai dipindahkan ke bangsal. Hal ini belum sesuai dengan Kepmen, (2003) kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsif). Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain, sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Pelayanan cepat menentukan kepuasan pasien. Pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
55
Informan 4 mengungkapkan bahwa response time itu adalah kecepatan melakukan tindakan. Hal ini sesuai dengan WHO, (1998) pengertian response time adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD, Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat/emergency response time rate. 5.2.2 Waktu tanggap menurut prioritas warna. Informan 3 dan 4 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas warna merah harus dilakukan tindakan secepatnya. Informan 2, 3 dan 4 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas warna kuning bisa menunggu informan 2 mengatakan waktu tunggu 10-15 menit, informan 4 mengatakan waktu tunggu 5-10 menit. Informan 4 menyebutkan bahwa prioritas warna hijau tidak terlalu diprioritaskan karena sifatnya tidak gawat dan tidak darurat dan penanganannya ditunda selama setengah jam pun tidak apa-apa. Informan 4 menyatakan bahwa warna hitam itu adalah prioritas paling akhir dilakukan karena warna hitam itu menandakan pasien sudah meninggal. Hal ini sesuai dengan prioritas triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas pertama / immediate (MERAH) korban membutuhkan stabilisasi segera dan atau dalam keadaan kritis. Informan tiga menyebutkan warna kuning bisa menunggu 10-15 menit dan warna kuning mengancam. Informan empat menyebutkan warna
56
kuning gawat tetapi tidak darurat dan memiliki waktu tunggu 5-10 menit. Hal ini sesuai dengan prioritas triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas kedua / delayed (KUNING) korban membutuhkan pertolongan dan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda sementara selama 10 menit. Informan 3 menyebutkan bahwa warna hijau tidak begitu prioritas dilakukan triage dan bisa menunggu, informan 4 menyebutkan bahwa warna hijau tidak gawat dan tidak darurat jika dilakukan penundaan penanganan selama 1 jam pun tidak apa-apa. Hal ini sesuai dengan prioritas triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas ke tiga / minimal (HIJAU) korban yang masih mampu berjalan, pemberian pengobatan dapat ditunda selama 60 menit dan atau tidak memerlukan pengobatan. Berbeda dengan pernyataan informan 2 menyebutkan warna hijau bisa santai dan tidak sesuai teori. Informan 2 menyebutkan bahwa warna hitam pasien sudah meninggal, informan 3 menyebutkan bahwa warna hitam bisa menunggu dan nilai triage hitam nol, dan untuk informan 4 menyebutkan bahwa warna hitam itu adalah pasien yang sudah meninggal dan penangananya terakhir sendiri. Hal ini sesuai dengan prioritas triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas keempat / nol / expectant (HITAM) kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif.
57
Hasil observasi didapatkan response time penanganan pasien di IGD dari pasien datang sampai selesai ditangani lebih dari 30 menit. Perawat sangat berperan penting dalam response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage, karena salah satu peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan. 5.2.3 Waktu tanggap menurut prioritas kegawatan. Informan 1 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas kegawatan yaitu Emergency kurang dari 5 menit Urgent itu ada toleransi lebih dan sebisa mungkin harus ditangani segera. Pernyataan informan sesuai dengan pernyataan Dewi Kartikawati N. (2011) Sistem klasifikasi triage mengidentifikasi tipe pasien yang memerlukan berbagai level perawatan. Prioritas didasarkan pada pengetahuan, data yang tersedia, dan situasi terbaru yang ada. Huruf atau angka yang sering digunakan antara lain sebagai berikut: a. Prioritas 1 atau emergency. b. Prioritas 2 atau urgent. c. Prioritas 3 atau nonurgent. 5.2.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Menurut informan 1, 2, 3 dan 4 menyatakan bahwa pendidikan, pengalaman, informasi, dan budaya itu sangat berpengaruh terhadap pengetahuan perawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Menurut Sitorus (2011), bahwa meskipun untuk lulusan Program Diploma III disebut juga sebagai perawat profesional pemula yang sudah memiliki sikap
58
profesional yang cukup untuk menguasai ilmu keperawatan dan ketrampilan profesional yang mencakup ketrampilan teknis, intelektual, dan
interpersonal
dan
diharapkan
mampu
melaksanakan
asuhan
keperawatan profesional berdasarkan standar asuhan keperawatan dan etik keperawatan. Namun pendidikan keperawatan harus dikembangkan pada pendidikan tinggi sehingga dapat menghasilkan lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan profesional agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat professional, maka pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini berbeda dengan penelitian Vitrise Maatilu dkk (2014) faktor-faktor yang berhubungan dengan response time perawat pada penenganan pasien gawat darurat di IGD RSUP Prof. dr. R. D. Kandau manado yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara pendidikan perawat dengan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrohadiwiryo (2002), bahwa semakin lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang ditanganinya sehingga semakin meningkat pengalamannya, sebaliknya semakin singkat orang bekerja maka semakin sedikit kasus yang ditanganinya, maka pengalaman atau lama bekerja sangat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini berbeda dengan penelitian Vitrise Maatilu dkk (2014) faktor-faktor yang berhubungan dengan response time perawat pada penenganan pasien gawat darurat di IGD RSUP Prof. dr. R. D. Kandau
59
manado yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara lama bekerja perawat (pengalaman perawat) dengan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan menjadi lebih luas, maka informasi sangat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan, maka budaya sangat mempengaruhi pengetahuan.
BAB VI PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian yang menjelaskan kesimpulan dan saran. Simpulan yang dibuat berdasarkan kategori yang ada dan tema-tema yang telah ditemukan dalam penelitian tentang engetahuan perawat tentang triage dan
pengetahuan response time
perawat
terhadap pasien gawat darurat. Saran pada bab ini dibuat bagi rumah sakit, institusi pendidikan, peneliti lain, peneliti dan perawat. 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Tujuan khusus pengetahuan perawat tentang triage didapatkan tema 1) Pengelompokan berdasarkan kegawatannya 2) Pembagian triage 6.1.2 Tujuan khusus yang kedua pengetahuan response time perawat terhadap pasien gawat darurat didapatkan tema 1) Pengertian response time 2) Waktu tanggap menurut prioritas warna 3) Waktu tanggap menurut prioritas kegawatan 4) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Kesimpulan dari penelitian ini pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage sudah sesuai dengan standar IGD RSUD Karanganyar.
60
61
6.2 Saran 6.2.1 Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat terhadap response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. 6.2.2
Institusi pendidikan Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan mengenai Pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. 6.2.3 Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak lain yang ingin mempelajari mengenai pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage. 6.2.4 Peneliti Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam keperawatan tentang pengetahuan dan response time dalam penanganan pasien gawat darurat di ruang triage. 6.2.5 Perawat Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perawat sebagai motivasi untuk lebih baik lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat khususnya perawat yang bekerja di IGD.
DAFTAR PUSTAKA Australasian College for Emergency Medicine: The Australian Triage Scale. http://www.acem.org.au/open/documents/triage.htm. Diunduh 17 Desember 2014. Bagus B (2007) Pengetahuan dan Ketrampilan Perawat dalam hubungan Kepuasan Pasien dalamPelayanan Rawat Inap di Magelang. Brooker. C (Editor). (2009). Ensiklopedia Keperawatan (Churchill Livingstone’s Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inguiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. Thousand Oaks.s. California: SAGE Publication, Inc. Creswell, J. W. (2013). Qualitative Inquiry & research design: Choosing among five approaches. Thousand Oaks: sage publication Ltd Departement Kesehatan RI. (2006). Sistem penanggulangan gawat darurat (SPGD). Jakarta: Departement Kesehatan. Departement Kesehatan RI. (2009). Petunjuk teknis penggunaan DAK bidang kesehatan. Jakarta: Departement Kesehatan. Department of Emergency Medicine. 2005. Triage Course Manual. Edisi ke-3. Singapore General Hospital: Tidak dipublikasikan. Gibson , J.L, Ivansevich, dan Donely. (2007) Organization, terjemahan. Edisi kelima. Cetakan Delapan. Erlangga. Jakarta. Kartikawati, N. Dewi. 2013. Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat. Salemba Medika: jakarta. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia.(2009). Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Notoatmodjo. S (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi . Jakarta PT Rineka Cipta. Notoatmodjo. S (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta. Nursalam 2009, konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.
Oman, Chathleen Jane, Koziol M & linda J.S (2008) Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. PERMENKES RI NO. 1239. (2001). Tentang Registrasi dan Praktek perawat. Pusponegoro Aryono D. dr. Sp.B(K)-BD (2010) kasus trauma adalah “silent disaster” Penerbit : Bandung. Smeltzer, S.C.V., Bare, B.G., Keperawatan Medikal Bedah Bruner Suddarth, Alih Bahasa : Monica Ester, EGC; Jakarta. 2002. Van Manen, M. (2007). Researching lived experience: human scince for action sensitive pedagogy. London, DN. Althouse. Wilde, E. T, 2009. Do Emergency Medikal System Response Times Matter for Health Outcomes?. Colombia University : New York. Zimmermann & Heer. 2006. Triage Nursing Secret. Philadelphia: Elsevier Mosby.