PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG RESPONSE TIME DALAM PENANGANAN GAWAT DARURAT DI RUANG TRIAGE RSUD KARANGANYAR. Siswo Nurhasim1) , Wahyu Rima Agustin2) Aria Nurahman Hendra Kusuma3) 1)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya. Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang di prioritaskan ada tidaknya gangguan Airway (A), Breathing (B), dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita, response time (kecepatan) yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsif). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage RSUD Karanganyar. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan deskriptif fenomenology, teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria informan perawat dengan kriteria bekerja di Rumah Sakit minimal selama 3 tahun, pendidikan minimal D3 keperawatan, sudah mendapat pelatihan BTCLS, bersedia menjadi informan. Sampel dihentikan setelah data tersaturasi dengan jumlah 4 Informan. Kesimpulan berdasarkan analisis tematik dihasilkan tema berdasarkan tujuan khusus pengetahuan perawat tentang Triage didapatkan tema 1) Pengelompokan berdasarkan kegawatannya 2) Pembagian Triage. Tujuan khusus pengetahuan Response time perawat terhadap pasien gawat darurat didapatkan tema 1) Pengertian Response time 2) Waktu tanggap menurut prioritas warna 3) Waktu tanggap menurut prioritas kegawatan 4) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Kesimpulan dari penelitian ini pengetahuan perawat tentang response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage sudah sesuai dengan standar IGD RSUD Karanganyar. Kata kunci : Pengetahuan perawat, Response time, Triage Daftar pustaka : 20 (1998-2014)
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Siswo Nurhasim Nurses’ Knowledge of Response Time in Emergency Handling at the Triage Room of Local General Hospital of Karangayar ABSTRACT Triage is a process of classifying the patients based on the type and the level of their emergency conditions. Triage can also be defined as the grouping or classification of the patients based in the injury severity, the availability of disorder Airway (A), Breathing (B), and Circulation (C) by considering tools, human resources, patients’ life probability, and response time (speed) i.e. the quick service ability (responsive). The objective of this research is to investigate the nurses’ knowledge of response time in emergency handling at the Triage Room of Local General Hospital of Karanganyar. This qualitative research used phenomenological descriptive approach. The samples of the research were 4 nurses as informants and were taken by using the purposive sampling technique. The criteria of the informants were as follows: having the length of employment at the hospital of more than 3 years, holding the education of background Diploma III in Nursing Science, having attended the BTCLS training, willing to be the informants. The data of research were analyzed by using the Collaizi’s method. The result of research shows that on the special objective of the nurses’ knowledge of triage, there were two themes, namely: (1) emergency level-based classification and (2) distribution of triage. Next, on the special objective of the nurses’ knowledge of response time on the emergency patients there were four themes: (1) the definition of response time, (2) emergency response time according to color priority, (3) emergency response time according to emergency priority; and (4) factor influencing knowledge. Thus, the nurses’ knowledge of response time in emergency handling corresponded to the emergency standard at the Emergency Installation of Local General Hospital of Karanganyar. Keywords References
: Nurses’ knowledge, Response Time, Triage : 20 (1998-2014)
dan Herr, 2006). Triage juga diartikan
A. PENDAHULUAN Triage
berasal
bahasa
sebagai suatu tindakan pengelompokkan
Perancis yaitu “Trier” yang berarti
penderita berdasarkan pada beratnya
membagi
kelompok
cidera yang di prioritaskan ada tidaknya
(Departemen of Emergency Medicine
gangguan Airway (A), breathing (B),
Singapore
dan
kedalam
dari
tiga
General
Hospital
(DEM
circulation
(C)
dengan
SGH), 2005). Sistem ini dikembangkan
mempertimbangkan sarana, sumber daya
di medan pertempuran dan digunakan
manusia,
bila
medan
penderita, ruang triage tersebut berada
pertampuran, triage digunakan untuk
di dalam ruang IGD sehingga ruang IGD
menentukan prioritas penanganan pada
tersebut menjadi sangat penting karena
perang dunia pertama. Klasifikasi ini
merupakan bagian utama penerimaan
digunakan oleh militer perang, untuk
pasien di Rumah Sakit.
terjadi
bencana.
Di
dan
probabilitas
hidup
mengidentifikasi dan melakukan pada
Tahun 2007, data kunjungan
tentara korban perang yang mengalami
pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
luka ringan dengan tujuan setelah
di
dilakukan tindakan penanganan dapat
4.402.205 pasien (13,3% dari total
kembali
seluruh kunjungan di RSU) dengan
ke
medan
perang
(Dewi
Kartika, 2013).
seluruh
Indonesia
mencapai
jumlah kunjungan 12% dari kunjungan
Triage juga diterapkan dalam
IGD berasal dari rujukan dengan jumlah
lingkup bencana atau musibah massal.
Rumah Sakit Umum 1.033 unit dari
Tujuan triage pada musibah massal
1.319 unit Rumah Sakit yang ada.
adalah bahwa dengan sumber daya yang
Jumlah yang signifikan ini kemudian
minimal dapat menyelamatkan korban
memerlukan perhatian yang cukup besar
sebanyak mungkin. Pada korban massal
dengan pelayanan pasien gawat darurat
dengan korban puluhan atau mungkin
(Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).
ratusan dimana penolong baik jumlah, sarana,
kemampuan,
dan
prasarana
Kecepatan
dan
ketepatan
pertolongan yang diberikan pada pasien
belum mencukupi, maka dianjurkan
yang
menggunakan teknik Simple Triage and
standar sesuai dengan kompetensi dan
Rapid
kemampuannya
adalah
Treatment suatu
(START).
proses
Triage
penggolongan
datang ke
menjamin
suatu
IGD
memerlukan
sehingga penanganan
dapat gawat
pasien berdasarkan tipe dan tingkat
darurat dengan response time yang cepat
kegawatan kondisinya (Zimmermann
dan penanganan yang tepat.Hal ini dapat
Hasil studi pendahuluan yang
dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan
dilakukan
manajemen IGD Rumah Sakit sesuai
Karanganyar memiliki jumlah perawat
standar.(Kepmenkes, 2009).
yang bertugas di IGD sebanyak 18
Berdasarkan jurnal penelitian
peneliti
perawat
dua
di
RSUD
diantaranya
belum
Wa Ode Nur Isnah Sabriyati dkk, 2012
mengetahui tentang response time pada
yaitu “Faktor-faktor yang berhubungan
penanganan pasien gadar di ruang
dengan
triage. Saat dilakukan tanya jawab
ketepatan
Waktu
tanggap
penanganan kasus pada response time I
tentang
di Instalasi Gawat Darurat bedah dan
mengerti dan mengungkapkan bahwa
non-bedah
triage adalah “penggolongan pasien
RSUP
dr.
Wahidin
pengertian
perawat
Sudirohusodo” didapatkan hasil bahwa
berdasarkan
waktu tanggap penanganan kasus IGD
namun
bedah yang tepat sebanyak 67,9% dan
tentang apa itu response time dan berapa
tidak tepat 32,1%. Waktu tanggap
waktu tanggap pada
penanganan kasus IGD Non-Bedah yang
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan
tepat sebanyak 82,1% dan tidak tepat
perawat menjawab “response time itu
17,9%. Tidak terdapat hubungan yang
adalah waktu tanggap, dan disini waktu
bermakna antara pola penempatan staf
tanggapnya 10 menit”.
dengan
ketepatan
waktu
tingkat
triage
ketika
kegawatanya”
diberikan
pertanyaan
setiap pasien
tanggap
penanganan kasus di IGD Bedah (p =
B. TINJAUAN PUSTAKA
0,67) dan Non-Bedah (p = 0,062),
1. Triage
berdasarkan hasil jurnal tersebut bahwa terdapat antara
hubungan tingkat
yang
bermakna
pengetahuan
petugas
Triage
adalah
suatu
proses
penggolongan pasien berdasarkan tipe dan
tingkat
kegawatan
kondisinya
kesehatan IGD terhadap tindakan triage
(Zimmermann dan Herr, 2006). Triage
berdasarkan prioritas dan ada hubungan
juga diartikan sebagai suatu tindakan
antara sikap petugas kesehatan IGD
pengelompokkan penderita berdasarkan
terhadap tindakan triage berdasarkan
pada beratnya cidera yang diprioritaskan
prioritas sehingga pengetahuan tentang
ada tidaknya gangguan Airway (A),
response time untuk petugas kesehatan
Breathing (B), dan Circulation (C)
sangat
dengan
penting
untuk
memberikan
asuhan keperawatan yang bermakna.
mempertimbangkan
sarana,
sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita.
sedangkan melayani adalah membantu
2. Prinsip Triage Di Rumah Sakit, didalam triage mengutamakan berdasarkan
perawatan
gejala.
pasien
Perawat
jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan visual
untuk luka
dalam,
deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan
(mengurus)
apa
yang
diperlukan seseorang.
triage
menggunakan ABC keperawatan seperti
inspeksi
menyiapkan
perawatan
yang
5. IGD (Instalasi Gawat Darurat) Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran
yang
dibutuhkan
oleh
penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupan (life saving). IGD
diberikan kepada pasien di ruang gawat
atau
instalasi
gawat
darurat, adalah layanan yang disediakan
darurat.
untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
3. Prioritas Triage Prioritas (Mosby,2008) menjadi
4
Prioritas
triage
menurut
bahwa
triage
dibagi
prioritas
warna
yaitu:
pertama
/
immediate
(MERAH), Prioritas kedua / delayed (KUNING), Prioritas ke tiga / minimal (HIJAU), Prioritas keempat / nol /
dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat yang cepat. a. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah pengetahuan
expectant (HITAM).
untuk
mengetahui
perawat
tentang
response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage
4. Response Time suatu
RSUD Karanganyar.
kemampuan untuk pelayanan yang cepat
b. Manfaat penelitian
(responsif). Pelayanan adalah suatu
Manfaat
Kecepatan
yaitu
penelitian
ini
bagian atau urutan yang terjadi dalam
diharapkan dapat dijadikan perawat
interaksi langsung antara seseorang
sebagai motivasi untuk lebih baik
dengan orang lain atau mesin secara
lagi dalam menjalankan tugasnya
fisik
sebagai perawat khususnya perawat
dan
menyediakan
kepuasan
pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pelayanan
adalah
usaha
melayani
kebutuhan
orang
lain,
yang bekerja di IGD.
C. METODE PENELITIAN
wawancara, alat perekam suara
a. Jenis dan rancangan penelitian
(voice
Jenis
penelitian
penelitian
ini
kualitatif,
recorder),
pedoman
adalah
wawancara semi terstruktur dan
dengan
camera.Teknik sampel
pendekatan study fenomenology.
pengambilan
dilakukan
dengan
menggunakan metode purposive b. Waktu penelitian. Penelitian Ruang
ini
IGD
dilakukan
(Instalasi
di
Gawat
Darurat) RSUD Karanganyar dari tanggal 13 Februari 2015 sampai 16 Mei 2015.
sampling (teknik sampel bertujuan) yaitu pengambilan sampel diantara populasi
sesuai
dikehendaki
dengan
peneliti
yang
sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam 2009). Prosedur yang digunakan
c. Populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini
dalam pengumpulan data antara
adalah perawat yang bekerja di
lain:
RSUD
observasi dan studi dokumentasi.
Karanganyar
khususnya
wawancara
perawat di IGD yang berjumlah 18
Terdapat
perawat.Penelitian ini di hentikan
keabsahan data pada penelitian
setelah tercapainya saturasi dengan
kualitatif,
jumlah
pengujian Tranferbility, pengujian
4
Informan.
Informan
tiga
Mendalam,
langkah
yaitu
berasal dari perawat yang bekerja di
Dependebility,
IGD RSUD Karanganyar dengan
Konfirmability.
proses
menggunakan
dan
pengujian
kriteria: perawat bekerja di IGD Rumah Sakit minimal selama 3 D3
Penelitian ini mendapatkan ijin
mendapat
terlebih dahulu dari RSUD Sragen
tahun, pendidikan minimal keperawatan,
sudah
e. Etika penelitian.
pelatihan BTCLS dan bersedia
kemudian
menjadi informan.
persetujuan yang diberikan dan dijelaskan
d. Alat
penelitian
dan
cara
pengumpulan data.
nama,
pendidikan),
umur,
lembar
kepada maksud
lembar
partisipan dan
tujuan
penelitian serta manfaatnya.Untuk
Lembar alat pengumpul data (meliputi
tentang
membuat
alamat, pedoman
menjaga
kerahasiaan,
identitas
partisipan juga tidak dicantumkan.
D. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran
d. Informan keempat.
Karakteristik
usia 28tahun, pendidikan terakhir
Informan
yaitu S1 Keperawatan. Pengalaman
a. Informan pertama. Ny.
Tn. W berjenis kelamin laki-laki
D
perempuan
berjenis usia
pendidikan
terakhir
Keperawatan.
kelamin
kerja selama 4 tahun di ruang IGD.
37tahun,
Tn. Y sudah menjadi pegawai tetap
yaitu
Pengalaman
S1 kerja
selama 14 tahun di ruang IGD. Ny.
di IGD RSUD Karanganyar, sudah pernah
mengikuti
pelatihan
kegawatdaruratan.
D sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD Karanganyar, sudah pernah
mengikuti
pelatihan
2. Hasil penelitian. a. Hasil
penelitian
mengetahui
kegawatdaruratan.
untuk
pengetahuan
perawat tentang triage Didapatkan 2 tema yaitu 1)
b. Informan kedua. Tn. Y berjenis kelamin laki-laki
Pengertian Triage 2) Pembagian
usia 33tahun, pendidikan terakhir
triage. Tema Pengertian triageini
yaitu S1 Keperawatan. Pengalaman
didapatkan
kerja selama 3 tahun di ruang IGD.
Pengelompokkan
Tn. Y sudah menjadi pegawai tetap
kegawatannya 2) Pengelompokan
di IGD RSUD Karanganyar, sudah
berdasarkan
pernah
ringannya kasus. Tema Pembagian
mengikuti
pelatihan
kegawatdaruratan.
sub
tema
1)
berdasarkan
kualifikasi
berat
triage ini didapatkan 5 sub tema 1) Tempat 2) Prioritas 3) Warna
c. Informan ketiga. Tn. A berjenis kelamin laki-laki usia 35tahun, pendidikan terakhir yaitu S1 Keperawatan. Pengalaman
prioritas 4) Kondisi pasien 5) Prinsip triage. b. Hasil
penelitian
untuk
kerja selama 5 tahun di ruang IGD.
mengetahui
Tn. Y sudah menjadi pegawai tetap
response time perawat terhadap
di IGD RSUD Karanganyar, sudah
pasien gawat darurat.
pernah
mengikuti
kegawatdaruratan.
pelatihan
Didapatkan
pengetahuan
4
tema
1)
Pengertian Response time 2) Waktu tanggap menurut prioritas warna 3) Waktu tanggap menurut prioritas
kegawatan
4)
Faktor
yang
triageadalah
suatu
proses
mempengaruhi pengetahuan. Tema
penggolongan pasien berdasarkan
Pengertian
tipe
response
time
didapatkan sub tema 1) Pengertian
dan
tingkat
kegawatan
kondisinya.
response time 2) Waktu tanggap menurut prioritas warna. Tema waktu tanggap menurut prioritas warna didapatkan sub tema 1) Merah 2) Kuning 3) Hijau 4) Hitam.
Tema
menurut
waktu
prioritas
tanggap kegawatan
didapatkan sub tema 1) Jenis kegawatan.
Tema
Faktor
mempengaruhi
yang
pengetahuan
didapatkan
4
sub
tema
1)
pendidikan
2)
pengalaman
3)
informasi 4) budaya.
Informan
tentang
bahwa triage ada tiga yaitu di IGD, ditempat
terjadi
bencana
dan
dimedan pertempuran. Hal ini sama dengan ungkapan Dewi Kartika, (2013) bahwa triage digunakan untuk
menentukan
prioritas
penanganan pada perang dunia pertama. Klasifikasi ini digunakan oleh
militer
perang,
untuk
mengidentifikasi dan melakukan
tujuan setelah dilakukan tindakan penanganan
triage
medan
a. Pengertian triage Hasil wawancara dari informan
bahwa
mengungkapkan
mengalami luka ringan dengan
perawat
1, 2, dan 4
4
pada tentara korban perang yang
E. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan
b. Pembagian triage
dapat disimpulkan triage
adalah
pengelompokkan
berdasarkan
kegawatan pasien. Sedangkan hasil
dapat
perang.
kembali Triage
ke juga
diterapkan dalam lingkup bencana atau musibah massal dan pada akhir tahun 1950 mulai digunakan pada unit gawat darurat di Rumah Sakit. Informan
2
mengungkapkan
dapat
bahwa triage itu ada tiga yaitu
disimpulkan bahwatriage adalah
pasien yang gawat darurat, pasien
pengelompokan
berdasarkan
yang gawat darurat sekali, pasien
kualifikasi berat ringannya kasus.
yang gawat darurat biasa dan pasien
Hal
yang
yang sudah meninggal. Hal ini
Zimmermann
sudah sesuai dengan SOP IGD
(2006)bahwa
triage
wawancara
ini
informan
sama
diungkapkan dan
oleh
Herr,
3
dengan
sehari-hari
dan
dalam
melakukan tindakan triage masih
immediate
(MERAH),
melakukan seleksi pada pasien
kedua
delayed
secara cepat dan tepat menurut
Prioritas ke tiga / minimal (HIJAU),
kriteria true emergency dan false
Prioritas keempat / nol / expectant
emergency,
(HITAM).
ditempatkan
sesuai
ruang pelayanan yang terpisah di
/
Informan
3
mengungkapkan
(KUNING),
Informan 1 dan 2 mengatakan pembagian
IGD.
Prioritas
kondisi
triage pasien.
berdasarkan Informan
1
bahwa triage itu ada tiga yaitu di
mengatakan bahwa pasien yang
lokasi kejadian kecelakaan, dipos
harus diprioritaskan adalah A, B, C
medis dan di lokasi bencana. Hal
nya dahulu.Informan 2 mengatakan
ini belum sesuai yang ungkapan
bahwa pasien yang diprioritaskan
Dewi Kartika, (2013) bahwa triage
tergantung dari jenis kondisi pasien
digunakan pada 3 tempat yaitu pada
tersebut.Hal
medan pertempuran, lokasi bencana
ungkapan Zimmermann dan Herr,
masal dan unit gawat darurat di
(2006).Triage
Rumah Sakit.
sebagai
Informan
1
mengungkapkan
ini
sesuai
juga
dengan
diartikan
suatu
tindakan
pengelompokkan
penderita
itu
berdasarkan pada beratnya cidera
yaitu
yang diprioritaskan ada tidaknya
Emergency, Urgent, Nonurgent.Hal
gangguan Airway (A), Breathing
ini sesuai dengan pernyataan Dewi
(B), dan Circulation (C) dengan
Kartikawati
bahwa
mempertimbangkan sarana, sumber
Triage dibagi menjadi 3 prioritas
daya manusia, dan probabilitas
yaitu Prioritas 1 atau Emergency,
hidup penderita, dan juga ungkapan
Prioritas
Pusponegoro,
bahwa
pembagian
berdasarkan
prioritas
N.
2
Triage
atau
(2011)
Urgent
dan
penatalaksanaan
Prioritas 3 atau Nonurgent. Informan 1, 2, 3 dan 4 juga mengatakan
pembagian
(2010)
triage
berdasarkan warna prioritas. Hal ini
diberikan
bahwa
dapat
untuk
segera
menstabilkan
kondisi pasien. Informan
4
sudah sesuai dengan Prioritas triage
pembagian
menurut
bahwa
kondisi pasien dimana yang pasien
triage dibagi menjadi 4 prioritas
gawat terlebih dahulu yang harus
warna yaitu: Prioritas pertama /
ditangani. Hal ini sesuai dengan
(Mosby,2008)
triage
mngetakan berdasarkan
ungkapan Brooker, (2008). Dalam
kecepatan melakukan tindakan.Hal
prinsip triage diberlakukan sistem
ini sesuai dengan WHO, (1998)
prioritas,
pengertian response time adalah
prioritas
adalah
penentuan/penyeleksian mana yang
pelaksanaan
harus
pemeriksaan
didahulukan
mengenai
tindakan oleh
atau
dokter
dan
penanganan yang mengacu pada
perawat dalam waktu kurang dari 5
tingkat ancaman jiwa yang timbul
menit dari pertama kedatangan
dengan seleksi pasien berdasarkan:
pasien
1) Ancaman jiwa yang dapat
penjadwalan
mematikan dalam hitungan menit,
meminimalkan
2) Dapat mati dalam hitungan jam,
angka
3)
pertama gawat darurat/emergency
Trauma
ringan,
4)
Sudah
meninggal.
di
IGD,
Sasaran
dari
ini
adalah
waktu
tanggap
keterlambatan
pelayanan
response time rate.
2. Pengetahuan
response
time
perawat terhadap pasien gawat
b. Waktu
tanggap
menurut
prioritas warna. Informan 3 dan 4 menyebutkan
darurat.
bahwa waktu tanggap menurut
a. Pengertian response time Informan
1,
2,
dan
3
prioritas
warna
merah
mengungkapkan bahwa pengertian
dilakukan
response time waktu tanggap untuk
Informan 2, 3 dan 4 menyebutkan
menangani
bahwa waktu tanggap menurut
pasien
sampai
tindakan
harus
dipindahkan ke bangsal. Hal ini
prioritas
belum sesuai dengan Kepmen,
menunggu informan 2 mengatakan
(2003)
waktu
kecepatan
yaitu
suatu
warna
secepatnya.
kuning
tunggu 4
bisa
10-15
kemampuan untuk pelayanan yang
informan
cepat (responsif). Pelayanan adalah
tunggu 5-10 menit.
menit,
mengatakan
waktu
suatu bagian atau urutan yang
Informan 4 menyebutkan bahwa
terjadi dalam interaksi langsung
prioritas warna hijau tidak terlalu
antara seseorang dengan orang lain
diprioritaskan karena sifatnya tidak
atau
gawat
mesin
secara
fisik
dan
menyediakan kepuasan pelanggan. Informan
4
mengungkapkan
bahwa response time itu adalah
dan
tidak
penanganannya setengah
jam
darurat
ditunda pun
dan
selama
tidak
apa-
apa.Informan 4 menyatakan bahwa
warna hitam itu adalah prioritas
triage menurut Mosby, (2008) yang
paling
karena
menyatakan bahwa: prioritas ke
warna hitam itu menandakan pasien
tiga / minimal (HIJAU) korban
sudah meninggal. Hal ini sesuai
yang
dengan prioritas triage menurut
pemberian
Mosby, (2008) yang menyatakan
ditunda selama 60 menit dan atau
bahwa:
tidak
akhir
dilakukan
prioritas
immediate
pertama
(MERAH)
/
korban
masih
mampu pengobatan
memerlukan
Berbeda
berjalan, dapat
pengobatan.
dengan
pernyataan
membutuhkan stabilisasi segera dan
informan 2 menyebutkan warna
atau dalam keadaan kritis.
hijau bisa santai dan tidak sesuai
Informan
tiga
menyebutkan
warna kuning bisa menunggu 10-15 menit
dan
warna
kuning
mengancam.Informan
empat
teori. Informan 2 menyebutkan bahwa warna
hitam
meninggal,
pasien
sudah
informan
3
menyebutkan warna kuning gawat
menyebutkan bahwa warna hitam
tetapi tidak darurat dan memiliki
bisa menunggu dan nilai triage
waktu tunggu 5-10 menit. Hal ini
hitam nol, dan untuk informan 4
sesuai
triage
menyebutkan bahwa warna hitam
yang
itu adalah pasien yang sudah
dengan
menurut
prioritas
Mosby,
(2008)
menyatakan bahwa: prioritas kedua
meninggal
/
terakhir sendiri. Hal ini sesuai
delayed
(KUNING)
membutuhkan
korban
pertolongan
dan
penangananya
dan
dengan prioritas triage menurut
pengawasan ketat tetapi perawatan
Mosby, (2008) yang menyatakan
dapat ditunda sementara selama 10
bahwa: prioritas keempat / nol /
menit.
expectant (HITAM) kemungkinan
Informan 3 menyebutkan bahwa
untuk hidup sangat kecil, luka
warna hijau tidak begitu prioritas
sangat parah. Hanya perluterapi
dilakukan
suportif.
menunggu,
triage
dan
bisa
informan
4
menyebutkan bahwa warna hijau tidak gawat dan tidak darurat jika
c. Waktu
tanggap
menurut
prioritas kegawatan.
dilakukan penundaan penanganan
Informan 1 menyebutkan bahwa
selama 1 jam pun tidak apa-apa.
waktu tanggap menurut prioritas
Hal ini sesuai dengan prioritas
kegawatan yaitu Emergency kurang
dari 5 menit Urgent itu ada
mampu
toleransi lebih dan sebisa mungkin
keperawatan
harus ditangani segera. Pernyataan
berdasarkan
informan sesuai dengan pernyataan
keperawatan dan etik keperawatan.
melaksanakan
profesional standar
asuhan
Dewi Kartikawati N. (2011) Sistem
Hal
klasifikasi triage mengidentifikasi
penelitian
Vitrise
tipe
(2014)
faktor-faktor
pasien
yang
memerlukan
ini
asuhan
berbeda
dengan
Maatilu
dkk yang
berbagai level perawatan. Prioritas
berhubungan dengan response time
didasarkan pada pengetahuan, data
perawat pada penenganan pasien
yang tersedia, dan situasi terbaru
gawat darurat di IGD RSUP Prof.
yang ada. Huruf atau angka yang
dr. R. D. Kandau manado yang
sering
menyebutkan bahwa tidak adanya
digunakan
antara
lain
sebagai berikut: prioritas 1 atau
hubungan
emergency, prioritas 2 atau urgent,
perawat
Prioritas 3 atau nonurgent.
perawat pada penanganan pasien
antara dengan
pendidikan
response
time
gawat darurat. d. Faktor
yang
mempengaruhi
ini
sesuai
dengan
pernyataan Sastrohadiwiryo (2002),
pengetahuan. Menurut informan 1, 2, 3 dan 4 menyatakan
Hal
bahwa
pendidikan,
bahwa semakin lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang
pengalaman, informasi, dan budaya
ditanganinya
itu sangat berpengaruh terhadap
meningkat
pengetahuan perawat. Hal ini sesuai
sebaliknya semakin singkat orang
dengan pernyataan Menurut Sitorus
bekerja maka semakin sedikit kasus
(2011), bahwa meskipun untuk
yang
lulusan
Program
pengalaman
disebut
juga
Diploma
sebagai
III
perawat
sehingga
pengalamannya,
ditanganinya, atau
lama
Hal
memiliki sikap profesional yang
penelitian
Vitrise
cukup
(2014)
faktor-faktor
menguasai
keperawatan
dan
profesional
yang
ilmu
maka bekerja
sangat mempengaruhi pengetahuan.
profesional pemula yang sudah
untuk
semakin
ini
berbeda
dengan
Maatilu
dkk yang
ketrampilan
berhubungan dengan response time
mencakup
perawat pada penenganan pasien
ketrampilan teknis, intelektual, dan
gawat darurat di IGD RSUP Prof.
interpersonal
dr. R. D. Kandau manado yang
dan
diharapkan
menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan perawat
antara
lama
(pengalaman
Didapatkan tema1) Pengertian
bekerja
response time,2) Waktu tanggap
perawat)
menurut prioritas warna, 3) Waktu
dengan response time perawat pada
tanggap
penanganan pasien gawat darurat.
kegawatan,4)
Hal
ini
sesuai
dengan
menurut
prioritas
Faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan.
pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa
seseorang
mendapatkan banyak
yang
informasi akan
Kesimpulan
dari
penelitian
ini
lebih
pengetahuan perawat tentang response
menambah
time dalam penanganan gawat darurat di
pengetahuan menjadi lebih luas,
ruang triage
maka
standar IGD RSUD Karanganyar.
informasi
sangat
sudah
sesuai
dengan
mempengaruhi pengetahuan. Hal ini
sesuai
dengan
Notoatmodjo tingkah
pernyataan
(2003),
laku
1. Rumah Sakit
atau
Penelitian ini diharapkan dapat
dalam
digunakan sebagai bahan masukan
memenuhi kebutuhan yang meliputi
bagi perawat terhadap response
sikap
time
kelompok
manusia
dan
budaya
manusia
bahwa
G. SARAN
kepercayaan,
sangat
maka
mempengaruhi
dalam
penanganan
gawat
darurat di ruang triage.
pengetahuan. 2. Institusi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat
F. KESIMPULAN 1. Tujuan
khusus
pengetahuan
Didapatkan
tema1) berdasarkan
kegawatannya,
2)
Pembagian
triage. 2. Tujuan
mengenai tentang
dan
wawasan
Pengetahuan response
time
perawat dalam
penanganan gawat darurat di ruang triage.
khusus
pengetahuan
yang
kedua
response
time
perawat terhadap pasien gawat darurat
pengetahuan,
pengalaman,
perawat tentang triage.
Pengelompokan
menambah
3. Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau titik tolak tambahan bila
diadakan penelitian lebih lanjut
dalamPelayanan Rawat Inap di
khususnya bagi pihak lain yang
Magelang.
ingin
mempelajari
pengetahuan
mengenai
perawat
tentang
response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage.
Brooker.
C
(Editor).
Ensiklopedia
(2009).
Keperawatan
(Churchill Livingstone’s Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inguiry and Research Design: Choosing
4. Peneliti Menambah wawasan
pengalaman peneliti
response
time
Traditions. Thousand Oaks.s.
dalam
California: SAGE Publication, Inc.
dalam
penanganan pasien gawat darurat di
Creswell, J. W. (2013). Qualitative Inquiry
ruang triage.
&
Choosing approaches.
5. Perawat Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perawat sebagai motivasi untuk
lebih
menjalankan
baik
lagi
tugasnya
Five
dan
keperawatan tentang pengetahuan dan
Among
dalam sebagai
research
design:
among
five
Thousand
Oaks:
sage publication Ltd Departement Kesehatan RI. (2006). Sistem penanggulangan gawat darurat
(SPGD).
perawat khususnya perawat yang
Jakarta:Departement
bekerja di IGD.
Kesehatan. Departement Kesehatan RI. (2009). Petunjuk teknis penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
DAK Australasian College for Emergency Medicine: The Australian
kesehatan.
Jakarta: DepartementKesehatan. Department of Emergency Medicine.
Triage
Bagus
bidang
Scale.http://www.acem.org.au/
2005. Triage Course Manual.
open/documents/triage.htm.
Edisi ke-3. Singapore General
Diunduh 17 Desember 2014.
Hospital:
B (2007)
Pengetahuan dan
Ketrampilan Perawat dalam hubungan
Kepuasan
Pasien
Tidak
dipublikasikan. Gibson , J.L, Ivansevich, dan Donely. (2007)
Organization,
terjemahan.Edisi
kasus trauma adalah “silent
kelima.
disaster” Penerbit : Bandung.
Cetakan Delapan. Erlangga. Smeltzer,
Jakarta. Kartikawati, N. Dewi. 2013. Buku Ajar Dasar-dasar Gawat
Keperawatan
Darurat.
Salemba
S.C.V.,
Bare,
B.G.,
Keperawatan Medikal Bedah Bruner Suddarth, Alih Bahasa : Monica Ester, EGC; Jakarta. 2002.
Medika: jakarta. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Van Manen, M. (2007). Researching
Indonesia.(2009).
Standar
lived
Instalasi
Darurat
scince for action sensitive
Gawat
experience:
(IGD) Rumah Sakit. Jakarta:
pedagogy.
Menteri Kesehatan Republik
Althouse.
London,
DN.
Wilde, E. T, 2009. Do Emergency
Indonesia. Notoatmodjo.S
human
(2002)
Metodologi
Medikal
System
Penelitian Kesehatan. Edisi
Times
Revisi
Outcomes?.Colombia
.JakartaPT
Rineka
Matter
Response for
Health
University : New York.
Cipta. Notoatmodjo.S (2003) Pendidikan dan
Zimmermann & Heer. 2006. Triage
Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Nursing Secret. Philadelphia:
PT RinekaCipta.
Elsevier Mosby.
Nursalam 2009, konsep dan penerapan metodologi
penelitian
ilmu
kesehatan, Salemba Medika, Jakarta. Oman, Chathleen Jane, Koziol M &linda J.S (2008) Panduan BelajarKeperawatan Emergensi.
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC. PERMENKES RI NO. 1239. (2001). Tentang Registrasi dan Praktek perawat. Pusponegoro Aryono D. dr. Sp.B(K)-BD (2010)