15/10/2015
Kompetensi & Lisensi Perawat Gawat Darurat
Oleh: Amelia Kurniati, S.Kp., MN Ketua HIPGABI Pusat
VâÜÜ|vâÄâÅ i|àtx
Nama : Amelia Kurniati Tanggal Lahir : 24 Februari 1968 Pendidikan : Master in Nursing Royal Melbourne Institute of Technology, Victoria, Australia 2000 Pekerjaan : 1994 – 1996 Clinical attachment in Emergency Department RSCM 1994 – sekarang = Clinical Instructor Medical surgical & Emergency - FoN Universitas Indonesia 1994 – sekarang = Dosen FoN Universitas Indonesia 2007 – 2008 = SSA staff in WHO indonesia Research area: Emergency & Disaster Nursing, Education Publikasi : - Competencies required by Indonesia Disaster Nurses. Proceeding in Asia Pacifik Conference in Emergency and Disaster Medicine (APCEDM). Bali. 2012 - Aceh Emergency Nurses Facing Earthquake and Tsunamy
Organisasi
Disaster in 2004. Proceeding in International Nursing Disaster Conference conducted by faculty of Nursing, Hyogo University, Hyogo. 2006 : - Asia Pacifik emergency and Disaster Nursing Networking (APEDNN) - Indonesia Emergency and Disaster Nursing Collegium - Indonesia Emergency and Disaster Nursing Association
1
15/10/2015
VâÜÜ|vâÄâÅ i|àtx Pembicara internasional internasional:: - Malaysia-Singapura Joint Nursing Conference. Kuala Lumpur. (2012) - The 11th Asia Pacific Conference in Emergency and Disaster Medicine. Bali. Indonesia. Panelist2012 - The 3rd International Conference on Disaster nursing in Dajeon. 2011 - dll Training
: - TOT for IV Therapy. JW Marriot, Thailand. (2015) - Using Stewart Approach in maintaining Fluid and Acid Base. RSCM, Jakarta (2015) - Research Capacity Building Workshop for Asia pacific Emergency Disaster Nursing Networking (APEDNN) Member. James Cook University. Cairns. Queensland. - The 5th Asia Pacific Emergency and Disaster Nursing Networking. SEARO-WHO. Kuala Lumpur. Malaysia (2012) - The 4th Asia Pacific Emergency and Disaster Nursing Networking. SEARO-WEPRO. Seoul. South Korea (2011) - dll
KOMPETENSI PERAWAT GAWAT DARURAT DAN LICENSI
Amelia K, SKp. MN JAKARTA, 14 OKTOBER 2015
HIPGABI
2
15/10/2015
KUALITAS PROFESIONALISME ST PROFESI
ORGANISASI PROFESI
KOMPETENSI ETIKA PEMERINTAH
ST PELAYANAN PERATURAN
LEGAL
ACUTE CARE SETTING
3
15/10/2015
UU no 38 Th 2014: KEPERAWATAN PASAL 29 1)
Tugas perawat: a. b. c. d. e. f.
Pemberi askep Penyuluh konselor Pengelola Peneliti Pelaksana tugas berdasar pelimpahan (DELEGATIF-MANDAT) Pelaksana tugas dalam keterbatasan
PASAL 29 3) Pelimpahan delegatif diberikan kepada perawat disertai pelimpahan tanggung jawab 4) Pelimpahan delegatif hanya dapat diberikan kepada perawat yang memilliki kompetensi yang diperlukan 5-6) Pelimpahan mandat adalah melakukan tindakan medis dibawah pengawasan dengan tanggung jawab pada pemberi wewenang HIPGABI
UU NO 38 TH 2014 KEPERAWATAN PASAL 31: 1) Dalam menjalankan askep dalam upaya kesehatan perorangan, perawat berwenang: 1) Melakukan pengkajian 2) Melakukan diagnose keperawatan 3) Melakukan rencana tindakan 4) Melakukan tindakan keperawatan 5) Melakukan evaluasi 6) Melakukan rujukan 7) Melakukan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai kompetensi 8) Melakukan penyuluhan (PMK)
4
15/10/2015
PASAL 35 1) Dalam keadaan darurat utk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya 2) Pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut 3) Keadaan darurat merupakan keadaan mengancam nyawa atau kecacatan klien 4) Keadaan darurat ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya 5) Ketentuan ttg keadaan darurat diatur Permen HIPGABI
ASPEK LEGAL KEPERAWATAN GADAR • SAMARITAN LAW menolong karena kerelaan menolong yang membutuhkan • UU KESEHATAN UU No. 36 Thn 2009 – (63) Pengobatan dan perawatan menggunakan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan – Psl 29: tenaga kesehatan melakukan kelalaian hrs dilakukan mediasi terlebih dahulu – Psl 32: Pada kondisi darurat pelayanan kesehatan diberikan tanpa uang muka – Psl 53 (3):pelayanan kesehatan hrs mendahulukan pertolongan penyelamatan nyawa pasien dibandingkan kepentingan lainnya – Psl 58 (3): tuntutan ganti rugi tidak berlaku jika utk menyelamatkan nyawa dalam keadaan darurat – Psl 82; 83: pelayanan pada kondisi darurat dan bencana
HIPGABI
5
15/10/2015
ASPEK LEGAL (Lanjutan...) • UU KESEHATAN UU No. 36 Thn 2009 – Psl 85: yankes wajib menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan – Psl 188: tindakan adminsitratif utk tanaga kesehatan: • Peringatan tertulis • Pencabutan izin sementara atau tetap – Psl 190: (1). Pimpinan yankes dan/atau tenaga kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama pd pasien gawat darurat dipidana dengan penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000 – Psl 190 (2); bila (1) mengakibatkan kecacatan atau kematian, pimpinan yan kes dan/atau tenaga kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 HIPGABI
Self determination
Quality of Practice
Institutional policies and procedures Nursing practice act and rules and regulation Nursing professional scope of practice, standar of practice, code of ethics, speciality sertification
Evidence
6
15/10/2015
PERAWAT GAWAT DARURAT UU Keperawatan (2014), standar pelayanan keperawatan gawat darurat (Kemenkes, 2010), America Emergency Nursing Association (2008): 1. Perawat yang memberikan asuhan kegawatdaruratan proses keperawatan utk masalah aktual dan potensial, mendadak atau gawat, baik masalah biologis maupun psikologis pasien. 2. Mengidentifikasi kondisi gawat darurat, melakukan prioritas masalah berdasarkan tingkat kegawatan pasien pada seluruh rentang usia. 3. Tujuan untuk menyelamatkan kehidupan, melakukan stabilisasi dan menurunkan kemungkinan kecacatan pada pasien, 4. Memberikan asuhan pada pasien dengan kondisi tidak gawat darurat, pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga, rencana pemulangan dan rujukan yang tepat berdasar aspek etika dan legal. 5. Memberikan asuhan pada kondisi kondisi/lingkungan yang belum dipresiksi (Bencana) (Sheely, 2010)
HIPGABI
HIPGABI
13
14
PERMASALAHAN DI PELAYANAN GAWAT DARURAT • PENINGKATAN JUMLAH KUNJUNGAN • PENINGKATAN PASIEN PERAWATAN DI IGD • BELUM DIBUATNYA PERAN-FUNGSI-KEWENANGAN • BELUM ADANYA LEVEL KOMPETENSI PERAWAT GADAR
DAN UJIAN JENJANG KLINIK • BELUM ADANYA PENDIDIKAN DAN SERTIFIKASI YG SESUAI UNTUK PERAWAT GAWAT DARURAT • BELUM ADANYA SISTEM PELAYANAN GAWAT DARURAT TERKINI TREND; • MAKING HEALTHCARE SAVER, COST EFFECTIVE, MORE EFFICIENT, AND CENTERED AROUND PATIENTS (DH, UK, 2012)
7
15/10/2015
HIPGABI
15
STUDY LITERATUR • Kepuasan klien akan pelayanan gawat darurat menunjukkan bahwa
pasien tetap meminta pelayanan yang sesuai dengan memperhatikan juga kondisi mental mereka. Ekwall A., (2013) • Over-crowding di emergency department menimbulkan penurunan kualitas pelayanan gawat darurat, peningkatan waktu menunggu pasien, penurunan kepuasan pasien dan staff, meningkatnya biaya kesehatan yang ditanggung negara (Hoot N. R., and Aronsky D (2008); Hoskins R (2010). • Penumpukan pasien askep untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, serta monitoring dan evaluasi menjadi kurang prioritas dibandingkan penugasan tindakan kedokteran (Nystrom, Dahlberg dan Carlsson, 2003; Wulandari, 2006; Beurheus dalam Livat, 2010; Cahyono 2011) • Menurut Benner (2001) untuk mampu melakukan asuhan keperawatan yang sesuai pada kasus kompleks secara cepat dan tepat, diperlukan suatu keahlian meliputi pengetahuan, ketrampilan dan intuisi untuk mampu membuat keputusan klinik yang tepat
HIPGABI
16
PELAYANAN KOMPREHENSIVE DAN TERINTEGRASI (Bennet P, 2012) • Reformasi Emergency Care; performance and quality
care (2000 sd 2010) • PERKEMBANGAN INDIKATOR KUALITAS YAN IGD
• ADANYA SISTEM PELAYANAN GAWAT DARURAT
TERINTEGRASI • PERAN FUNGSI SETIAP TIM DALAM KEGAWAT DARURATAN
(SPO) • METODE KERJA KEPERAWATAN IGD SESUAI DENGAN
TRIAGE • TRIAGE OFFICER • TIM RESUSITASI/TIM TRAUMA • MONITORING-EVALUASI • CASE EVALUATION (TEAM)
8
15/10/2015
QUALITY CARE ER 1.
UNPLANNED RE-ATTANDANCE RATE; IMPROVE CARE AND COMMUNICATION DURING 1ST CAME
2.
TOTAL TIME SPENT IN ER IMPROVE ON MONITORING OF PATIENT TIME IN ER BEFORE LEAVINF THE ER
3.
LEFT WITHOUT BEEING SEEN REDUCE THE CLINICAL RISK TO PATIENTS WITH BAD CONDITON LEFT ER BEFORE BEING SEEN
4.
TIME TO INNITIAL ASSESSMENT REDUCE THE TIME TO PATIENT UN ASSASSED
5.
TIME TO TREATMENT REDUCE THE TIME BEFORE THE TREATMENT BEGIN
6. CONSULTANT SIGN-OFF TO IMPROVE THE PROCESS AND OUTCOME
ER’S QUALITY INICATORS
(Bennet. P., 2012)
9
15/10/2015
10
15/10/2015
EXPANDING THE ROLE of NURSING
22
HIPGABI
Comparison of autonomous practices among nurses of HK AED & UK AED Innovative practices Analgesic prescription in triage
Wound closure Plaster of Paris application X-ray triage Minor injury unit
UK A&E nurse
HK A&E nurse
Yes (after training and assessment)
Yes (in some AEDs only), driven by own AED protocol.
Yes (after training and assessment) Yes (after training and assessment) Yes (after training and assessment) Yes
Yes (after training and assessment) No No No
11
15/10/2015
23
HIPGABI
Contoh metode 1. Wong dan Lau (2008). Umumnya IGD di Hongkong menggunakan metode
penugasan fungsional • Untuk ruang resusitasi
di Nethersole Eastern Hospital Hong Kong,
menggunakan metode pemberian asuhan multidisiplin untuk pasien dengan kondisi kritis. Metode di Hongkong dilakukan mirip dengan yang metode penugasan yang digunakan di USA, UK, Australia., yang bertujuan untuk dapat memberikan pelayanan yang komprehensif secara efektif. Tim perawatan di IGD terdiri dari: manager operasional departemen, manager ruang IGD, head officer, perawat spesialis, dan perawat. • Penugasan multidispilin memberikan kewenangan perawat spesialis di IGD
memberikan asuhan keperawatan pasien kritis serta perpanjangan peran untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan.
HIPGABI
24
contoh • The Emergency Department, Saint Mary’s Regional Medical Center, Reno,
Nevada, menggunakan metode pendekatan multidisplin dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil menunjukan terjadinya penurunan lama tinggal pasien di IGD, peningkatan kepuasan pasien dan peningkatan pendapatan IGD. • Emergency Department St George Hospital menggunakan model praktik
keperawatan yang disebut Advanced Clinical Nurse (ACN). Metode ini memberikan perpanjangan kewenangan kepada perawat sehingga penumpukan pasien di IGD dapat di atasi. Pengembangan metode ini dimulai dengan membuat seleksi perawat IGD, pelatihan, dan pedoman klinik untuk kasus dan tindakan yang dapat dilakukan oelh ACN.
12
15/10/2015
25
HIPGABI
1. Hudson dan Marshall (2008); New South Wales Australia memakai metode penugasan multidisiplin dengan memperkenalkan Advanced Practice Nurse (APN) yang memiliki tugas dan kewenangan lebih luas dari pada Registered Nurse (RN). 2. Wolf L, (2012); Afrika Selatan, Tanzania, Botswana dan Nanimbia akan diarahkan menggunakan pendekatan primer. Perawat dengan level kompetensi Advance nurse akan membawahi 4 perawat dengan kompetensi dibawahnya.
Framework pemberian asuhan di Afrika (Wolf, 2012)
26
HIPGABI
Evaluasi yang dilakukan selama tahun 1990 sampai dengan 2003 menunjukkan adanya efek positif penerapan kewenangan perawat berdasarkan level keahliannya, mulai dari novice (Registered Nurse tanpa pengalaman sampai ENP), antara lain: 1. Adanya penurunan waktu menunggu 2. Pelayanan cost-efektif 3. Penurunan keluhan dan 4. Peningkatan moral kerja staf
13
15/10/2015
KOMPETENSI PERAWAT GAWAT DARURAT (Psl 4; UU no 38 Th 2014) JENIS PERAWAT: 1. perawat vokasi, 2. perawat ners dan 3. perawat spesialis kompetensi perawat gawat darurat dibagi atas 3 jenjang, yaitu
kompetensi vokasi, kompetensi ners, kompetensi spesialis. Persatuan Perawat Nasional Indonesia, dibagi atas; 1. etika, legal dan peka budaya, 2. asuhan keperawatan, 3. profesionalisme, dan 4. penatalaksanaan bencana (HIPGABI, PPNI)
STANDAR KOMPETENSI PERAWAT GAWAT DARURAT DAFTAR KOMPETENSI PERAWAT GAWAT DARURAT
DIKEMBANGKAN OLEH:
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA (HIPGABI) DIDUKUNG OLEH:
WORLD HEALTH ORGANIZATION, INDONESIA
HIPGABI
14
15/10/2015
PMK RI NO 49 TH 2013 Tentang KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SUB KOMITE 1. BIDANG ETIKA 2. BIDANG MUTU 3. BIDANG KREDENSIAL
PMK RI NO 49 TH 2013 Tentang KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT Pasal 11: Fungsi, Tugas, Kewenangan 1. Fungsi: Meningkatkan Profesionalisme tenaga keperwatan 1. Melakukan kredensial 2. Memelihara mutu 3. Menjaga disilin
2. Tugas 1. 2. 3. 4. 5.
Menyusun kewenangan dan buku putih Verifikasi kredensial Merekomendasikan kewenangan klinis Melakukan kredensial ulang scr berkala melaporkan
15
15/10/2015
LEVELING PERAWAT GADAR NASIONAL PMK OP sesuai UUK 38/2014 29/2013
CREDENTIAL LINK
MUTU
JENJAN G KARIER
KOMPETENSI KEWENANGAN – PENUGASAN KLINIK
STANDARD MUTU ASUHAN
STANDAR KOMPETENSISERTIFIKASI
PK 1 PK 2
BASIC GADAR
PK 3
INTERMEDIATE GADAR
PK 4
ADVANCE GADAR/ SP GADAR
PK 5
SP GADAR/KONSULEN
1. SERTIFIKASI 2. PENCAPAIAN TARGET KOMPETENSI SESUAI JENJANG • DIBAWAH BIMBINGAN • SUPERVISI • MANDIRI 3. ASSESSMEN KOMPETENSI IKK 4. KEWENANGAN KLINIK-PENUGASAN KLINIK
HIPGABI
LEVELING PERAWAT GADAR NASIONAL PMK OP sesuai UUK 38/2014 29/2013
CREDENTIAL LINK
MUTU
JENJAN G KARIER
KOMPETENSI KEWENANGAN – PENUGASAN KLINIK
STANDARD MUTU ASUHAN
STANDAR KOMPETENSISERTIFIKASI
PK 1 PK 2
BASIC GADAR
PK 3
INTERMEDIATE GADAR
PK 4
ADVANCE GADAR/ SP GADAR
PK 5
SP GADAR/KONSULEN
1. SERTIFIKASI 2. PENCAPAIAN TARGET KOMPETENSI SESUAI JENJANG • DIBAWAH BIMBINGAN • SUPERVISI • MANDIRI 3. ASSESSMEN KOMPETENSI IKK 4. KEWENANGAN KLINIK-PENUGASAN KLINIK
HIPGABI
16
15/10/2015
ALUR LEVELING JENJANG KLINIK
KOMPETE NSI
PROSES
PK I (INTERN)
GENERALIS PEMULA
LOG BOOK PK I
LANJUT
PROSES PENCAPAIAN KOMPETENSI-SERTIFIKASI BASIC DILAKUKAN DALAM PROSES PENDIDIKAN DAN MAGANG BASIC SELAMA (3 BLN)
BASIC GADAR 1 (KEWENAN GAN SUPERVISI)
1. PROSES PENCAPAIAN KOMPETENSI - SERTIFIKASI BASIC DILAKUKAN DALAM PROSES PENDIDIKAN DAN MAGANG BASIC SELAMA (3 BLN) UJI SERTIFIKASI BASIC (ILMU-SKILL)
PK II
SERTIFIKASI PROFESI/KOMPETENSI (CONTOH)
1. 2. 3. 4.
ENIL ETIKA LEGAL, TEAM WORK PELAYANAN IGD EWSS KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. SETELAH MELALUI SERTIFIKASI PENDIDIKAN BASIC, MAKA PK II MULAI MASUK DLM CREDENSIAL DI PK II
BASIC GADAR 2 (KEWENAN GAN MANDIRI)
1. PENETAPAN KEWENANGAN DAN PENUGASAN KLINIK 2. PROSES PENAPAIAN KOMPETENSI INTERMEDIATE 3. PROSES KOMPETENSI-SERTIFIKASI INTERMEDIATE
1. BASIC SURGICAL SKILL 2. RESUSITASI CAIRAN-ASAM BASA
HIPGABI
ALUR LEVELING JENJANG KLINIK
KOMPETENSI
PROSES
SERTIFIKASI PROFESI/KOMPETENSI (CONTOH)
PK III
INTERMEDIATE 1 (KEWENANGA N SUPERVISI)
1.
PROSES PENCAPAIAN KOMPETENSISERTIFIKASI INTERMEDATE DILAKUKAN DALAM PROSES PENDIDIKAN DAN MAGANG INTERMEDIATE SELAMA ( 1 BLN) UJI SERTIFIKASI INTERMEDIATE
CNE 1. ENIL 2. TRIAGE 3. MANAGEMEN IGD 4. BASIC SURGICAL SKILL 5. RESUSITASI CAIRAN-ASAM BASA
2.
MULAI KREDENSIAL PK III
PK III
INTERMEDIATE 2 (KEWENANGA N MANDIRI)
1. PENETAPAN KEWENANGAN DAN PENUGASAN KLINIK MANDIRI 2. CNE INTERMEDIATE 3. PROSES PENCAPAIAN ADVANCE
utk ADVANCE ADVANCE EN CARDIO ADVANCE EN NEURO ADVANCE EN TRAUMA ADVANCE EN PD ADVANCE EN PEDIATRIK MANAG BENCANA PENGEMBANGAN RISET
HIPGABI
17
15/10/2015
ALUR LEVELING JENJANG KLINIK
KOMPETE NSI
SERTIFIKASI PROFESI/KOMPETENSI (CONTOH)
PK IV
ADVANCE
CNE utk ADVANCE SPESIALIS (KOLEGIUM)
PK V
KONSULEN SPESIALIS (KOLEGIUM) DOKTORAL (KOLEGIUM)
HIPGABI
PENETAPAN SERTIFIKASI BASIC
INTERMEDIATE
ADVANCE
ENBL
ENIL
ENAL:CARDIO-NEUROTRAUMA-ANAKMETERNITAS
ASKEP GADAR
RESUSITASI CAIRAN-ASAM BASA-DARAH
PENGEMBANGAN RISET
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
BASIC SURGICAL SKILL
LEADERSHIP
TEAM WORK
TRIAGE
MANAGEMEN RS
NEWS DI IGD
MANAGEMEN MEDIKASI GAWAT DARURAT
SPESIALIS GADAR
RESUSITASI CAIRAN
MANAGEMEN IGD MANAGEMEN BENCANA
HIPGABI
18
15/10/2015
kapasistas kerja yang optimal
NURSING SERVICES
PERSONAL PREPAREDNESS
PROFESSIONAL PREPAREDNESS
SYSTEMS
HIPGABI
SEMOGA BERMANFAAT TERIMA KASIH
HIPGABI
19