MOTIVASI KERJA DENGAN KEJADIAN BURNOUT PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT Rani Novitasari1, Sri Haryuni2, Arif Nurma Etika3
Abstract: Burnout is a state of physical, emotional and mental, which is not good due to the severe employment situation is influenced by work motivation, occur in the long term. Researh objective of this study to determine the relationship between motivation and burnout in nurse working in hospitals IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung regency. This study uses the research analytical approach corelasi cross sectional study. The population sample of 58 respondents and 50 respondents. Variables measured were of work motivation as independent variables, and the dependent variable is the incidence of burnout. Sampling technique, Quota Sampling. Analysis of the data in this study using Analysis Univariate and Bivariate Analysis (Spearment Rho). The result showed no relationship between motivation to burnout in nurses working at IGD hospital Dr. Iskak Tulungagung. Results Spearment Rho 0.000 P<0.05. Thus in this research received H1 and H0 is rejected. There is the relationship between burnout at work motivation with nurses IGD hospital Dr. Iskak Tulungagung. Then hospitals should to maintain motivation in work. This study nurses can work optimally and can improve the quality of care for patients and improve the health of society in general. Keyword: Work Motivation, Burnout PENDAHULUAN Burnout adalah istilah yang menggambarkan kondisi emosional seseorang yang merasa lelah dan jenuh secara mental, emosional dan fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan yang meningkat Hariyadi, (2006). Data perawat IGD rumah sakit pemerintah dan swasta di Jakarta yang mengalami kejadian burnout berdasarkan dimensi burnout, yaitu exhaustion (27,89 %), depersonalization (9,10 %) dan Low Personal Accomplishment (8,687 %). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maslach dan Jackson dalam Surafino (2002) pada pekerjaan yang memberikan bantuan kesehatan yang dibedakan antara perawat dan dokter menunjukkan bahwa pekerja kesehatan ini beresiko mengalami exhaustion. Dari temuan tersebut, pada exhaustion terdapat suatu gejala yang membuat individu enggan untuk melakukan pekerjaan baru atau
berinteraksi dengan orang lain. Kecenderungan tersebut dikarenakan individu sudah mengalami burnout dalam bekerja. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung pada tanggal 20 November 2013 terdapat jumlah perawat pada bulan November 58 orang. Berdasarkan hasil pembagian kuesioner dari 10 orang perawat yang dipilih secara acak menunjukkan 6 orang mengalami burnout yang ditandai dengan adanya perawat yang sering sakit-sakitan, lelah, lesu, merasakan ketegangan otot ketika pekerjaan sudah usai, tidak mudah menciptakan suasana yang santai/relaks dengan pasien, tidak ada semangat dalam menghadapi pasien. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih tingginya burnout pada perawat IGD.
Menurut Beverly Potter (2005), bahwa penyebab burnout yaitu motivasi kerja. Adapun penyebab lain pada burnout antara lain: karakteristik individu (baik dilihat dari segi demografi ataupun kepribadian), lingkungan kerja, beban kerja berlebihan, konflik nilai dan peran, kurangnya kontrol, sistem imbalan yang tidak memadai, terganggunya sistem komunikasi dalam pekerjaan dan hilangnya keadilan (Maslach dan Leiter, 2008). Menurut Mulyana (2009), untuk menurunkan kejadian burnout hal pertama yang harus dilakukan adalah adanya kesadaran diri dari pimpinan bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang pegawai banyak menghadapi berbagai masalah yang bisa berdampak pada timbulnya kejenuhan kerja, hendaknya para pimpinan melakukan beberapa hal antara lain, melakukan pembinaan pegawai secara profesional, membina hubungan profesional yang tidak kaku dan akrab baik antara pimpinan dan pegawai, ataupun sesama pegawai, melakukan dukungan sosial yang cukup bermakna kepada pegawai, adanya usaha dari pegawai itu sendiri yaitu menjaga kondisi fisik dan mental sehingga terbentuk suatu manajemen stress yang baik, meningkatkan hubungan yang harmonis kepada orang lain, membuat lingkungan . METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkup penelitian termasuk inferensial. Berdasarkan tempat penelitian termasuk penelitian klinis di rumah sakit. Berdasarkan waktu pengumpulan data termasuk Cross Sectional. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk penelitian survey. Berdasarkan ada atau tidak ada perlakuan termasuk expost facto (mengungkap fakta). Berdasarkan tujuan
penelitian termasuk analitik korelasional. Berdasarkan sumber data termasuk penelitian primer. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 50 perawat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling dengan teknik simple kuota yaitu penetapan subjek berdasarkan kapasitas/ daya tampung yang diperlukan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket) pada motivasi kerja dengan kejadian burnout, yang masingmasingnya memiliki 22 pertanyaan. Analisa data menggunakan statistik non parametric yaitu uji kolerasi spearman. Rho dihitung dibandingkan dengan Rho tabel. Jika Rho hitung > Rho tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Analisa yang digunakan menggunakan program komputer sehingga pengambilan kesimpulan analisa adalah jika P-Value < α maka H0 ditolak dan H1 diterima dan untuk P-Value > α maka H0 diterima dan H1 ditolak. Pada penelitian ini nilai α adalah 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN\ Hasil Tabel 1.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Frekuensi Prosentase (%) 28 56 22 44 50 100
Sumber: data primer, 2014
Berdasarkan tabel 1.1 di atas bahwa sebagian besar (56%) dari responden mempunyai jenis kelamin laki-laki. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
oleh Farber 1991 (dalam Maslach, 2001) dan mengacu pada perbedaan jenis kelamin, ditemukan bahwa pria lebih rentan terkena sindrom burnout dari pada wanita. Hal ini disebabkan karena wanita dinilai lebih “lentur” dari pada pria. Apalagi bila berkaitan dengan masalah yang menyinggung atau emosi. Tabel 1.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014
Berdasarkan tabel 1.3 di atas bahwa sebagian besar (60%) dari responden mempunyai pendidikan D III.Profesional yang berlatarbelakang pendidikan tinggi cenderung rentan terhadap kejadian burnout jika dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan tinggi. Tabel 1.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Lama Kerja
Umur
Frekuensi Prosentase (%) 20-30 tahun 26 52 31-40 tahun 23 46 > 40 tahun 1 2 Jumlah 50 100
1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun Jumlah
Frekuensi Prosentase (%) 26 52 16 32 7 14 50 100
Sumber: data primer, 2014
Sumber: data primer, 2014
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (52%) dari responden berusia 20-30 tahun. Menurut Farber (1991) menyatakan bahwa dari sisi usia, pekerja di bawah usia empat puluh tahun paling berisiko terhadap gangguan yang berhubungan dengan burnout, demikian halnya dengan hasil penelitian Maslach (2001), bahwa burnout paling banyak dijumpai pada individu yang berusia muda. Tabel 1.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Pendidikan D III S1 S2 Jumlah
Frekuensi Prosentase (%) 30 60 20 40 50 100
Sumber: data primer, 2014
Berdasarkan tabel 1.4 di atas bahwa setengah dari seluruh responden (52%) mempunyai lama kerja 1- 5 tahun. Responden dengan lama kerja 1-5 tahun juga cenderung memiliki kejenuhan kerja, hal ini dapat disebabkan karena jenis pekerjaan yang dilakukan setiap harinya tidak bervariasi atau mononton. Tabel 1.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status pernikahan pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Status Pernikahan Menikah Belum menikah Jumlah
Frekuensi Prosentase (%) 21 42 29 58 50
100
Sumber: data primer, 2014
Berdasarkan tabel 1.5 di atas bahwa lebih dari setengah (58%) dari responden berstatus belum menikah. Profesional yang berstatus lajang lebih banyak yang
mengalami burnout daripada yang telah menikah. Tabel 1. 8 Distribusi silang responden Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Kejadian Burnout pada Perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014
Tabel 1.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan motivasi kerja pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Motivasi Kerja Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Frekuensi Prosentase (%) 29 58 12 24 9 18 50 100
Sumber: data primer, 2014
Motivasi Kerja pada Perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 diketahui bahwa hampir setengahnya (58%) dari responden mempunyai motivasi kerja tinggi. Tabel 1. 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian burnout pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Kejadian burnout Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Frekuensi Prosentase (%) 29 58 12 24 9 18 50 100
Sumber: data primer, 2014
Berdasarkan tabel 1. 7 menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (64%) dari responden mempunyai kejadian burnout rendah. Kejadian burnout ini mengacu pada tiga indikator yaitu kelelahan, depersonalisasi dan rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri. Dari hasil kuisioner didapatkan bahwa kejadian burnout yang paling menonjol pada penelitian ini adalah kelelahan emosional.
Motiva si Kerja Tinggi Sedang Rendah Total n (%) %
Kejadian Burnout Tinggi Sedang Rendah Σ % Σ % Σ % 0 0 3 6 26 52 4 8 4 8 4 8 5 10 2 4 2 4 9 18 9 1 32 64 8 P-Value = 0,000 r = -0,663
Total (%) Σ 29 12 9 50
% 58 24 18 100 α=5
Berdasarkan tabel 1.8 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (58%) dari responden memiliki motivasi kerja tinggi dan rendahnya kejadian burnout. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja perawat tinggi dan kejadian burnout pada perawat masih rendah. Hasil analisa data dengan menggunakan uji spearman rank diperoleh nilai P-Value = 0,000 dengan α = 0,05 karena nilai p < α (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara motivasi kerja dengan kejadian burnout pada perawat IGD di RSUD Dr.Iskak Kabupaten Tulungagung tahun 2014. Nilai r = -0,663, yang diartikan kekuatan hubungan dalam kategori kuat dan arah hubungan negative. Pembahasan 1. Motivasi Kerja pada Perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014
di
Motivasi Kerja pada Perawat IGD RSUD Dr. Iskak Kabupaten
Tulungagung Tahun 2014 diketahui bahwa hampir setengahnya (58%) dari responden mempunyai motivasi kerja tinggi. Dari hasil kuesioner motivasi kerja didapatkan domain motivasi kerja yang paling menonjol pada penelitian ini adalah prestasi dan kondisi tempat kerja. Penelitian ini sejalan dengan teori motivasi kerja Notoatmodjo (2007), bahwa cara terbaik untuk memotivasi seseorang dengan menggunakan dua metode yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dengan cara memberikan pujian, memberikan penghargaan, sertifikat, dan pemberian bonus, pemberian hadiah pada waktu tertentu, misalnya pada hari ulang tahun karyawan, pada hari raya, dan sebagainya. Sedangkan metode tidak langsung misalnya ruang kerja yang nyaman, kursi kerja yang empuk, tersedianya alat komunikasi, dan sebagainya. Dengan sarana seperti ini akan memberikan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan, dan akhirnya dapat meningkatkan kinerja mereka. 2. Kejadian Burnout pada Perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Motivasi Kerja pada Perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari setengahnya (64%) dari responden mempunyai kejadian burnout rendah. Kejadian burnout ini mengacu pada tiga indikator yaitu kelelahan, depersonalisasi dan rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri. Menurut Maslach (2001) dalam Sarafino (2002) pada pekerjaan yang memberikan bantuan kesehatan yang dibedakan antara perawat dan dokter menunjukkan bahwa pekerja kesehatan ini beresiko mengalami exhaustion. Dari temuan tersebut, pada exhaustion terdapat suatu gejala yang membuat individu enggan untuk melakukan
pekerjaan baru atau berinteraksi dengan orang lain. Kecenderungan tersebut dikarenakan individu sudah mengalami burnout dalam bekerja. 3. Hubungan Antara Motivasi Kerja Dengan Kejadian Burnout Pada Perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji spearman rho diperoleh nilai P-Value = 0,000 dengan α = 0,05 karena nilai p < α (5%) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara motivasi kerja dengan kejadian burnout pada perawat IGD RSUD di Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014. Nilai r = -0,663, yang diartikan kekuatan hubungan dalam kategori kuat dan arah hubungan negatif yang artinya semakin rendah motivasi kerja maka kejadian burnout akan tinggi pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014. Begitu pula sebaliknya jika motivasi kerja tinggi maka kajadian burnout akan rendah pada perawat IGD RSUD di Dr.Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2014. Menurut Beverly Potter (2005), bahwa penyebab burnout yaitu motivasi kerja. Perawat dengan motivasi kerja yang rendah berpotensi mengalami burnout, terutama jika perawat tersebut kurang mampu menyelaraskan diri terhadap tuntutan organisasi. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan stres dan akan berkembang menjadi suatu kondisi yang disebut dengan kecenderungan burnout. Hasil penelitian berdasarkan korelasi statistik uji spearmen rank. Motivasi kerja merupakan salah satu penyebab terjadinya burnout. Faktor lain penyebab terjadinya burnout seperti yang dikemukakan oleh Masclah 2001 dalam
Daud (2007) yaitu gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan, kurangnya dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga, teman kerja atau atasan, selain itu juga faktor budaya dan sejarah yang sedang terjadi dalam suatu lingkungan.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan yang negatif antara motivasi kerja dengan kejadian burnout pada perawat IGD di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung. Artinya, semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki oleh perawat maka kejadian burnout akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah motivasi kerja yang dimiliki oleh perawat maka kejadian burnout akan semakin tinggi. DAFTAR RUJUKAN Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.Asdimahasatya. Arikunto, S .2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Potter A, Beverly. 2005. Overcoming Job Burnout. Amerika: Publisher Group West. Daud, R, Aulia. 2007. Burnout pada Perawat IGD Gina Ganta. Jakarta: Erlangga. Mulyana. 2009. Fenomena Kejenuhan Dikalangan Pegawai. Jurnal Ilmiah Psykologi Terapan. http://www.kejenuhankerja.com//jur
nal/196/usepm.htm. November 2013
diakses
1
Maslach, C & Leiter, M. P. 2008. Early Predictors of Job Burnout and Engagement. Journal of Applied Psychology. Surafino, E. P. 2002. Health Psychology Biopsychosocial Interactions. United State Hariyadi, Utami. 2006. Burnout pada Pustakawan. Depok: Universitas Indonesia. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan; Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional, salemba Medika, Jakarta 1
2
3
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri Dosen Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri
Ilmu Ilmu
Dosen Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri
Ilmu Ilmu