Journals of Ners Community Vol 5 No 2 November 2014 PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN TINDAKAN RESUSITASI NEONATUS GAWAT NAFAS (Knowledge and Attitude to Resuscitation of the Newborn Respiratory Distress) Yuanita Syaiful*, Siti Choiriyah** * Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Jl. A.R. Hakim No. 2B Gresik, email:
[email protected] ** Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik Jl. K.H Kholil No.88 Telp. (031) 3981561 ABSTRAK Asuhan keperawatan gangguan pernapasan neonatus membutuhkan pengetahuan tentang kualitas, sikap, dan keterampilan perawat dalam memberikan perawatan yang cepat, akurat dan hati-hati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan resusitasi pada gangguan pernapasan bayi baru lahir. Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Sampel 24 responden (perawat dan bidan) di gedung pusat Bersalin Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. Sampel diambil menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan checklist. Data dianalisis dengan korelasi Spearman Rank dengan nilai signifikansi α <0,05. Hasil penelitian sebagian besar responden menunjukkan pengetahuan cukup dengan tindakan cukup sebanyak 11 orang (45,8%) dari 24 responden, dengan hasil uji statistik p= 0.000, r= 0,752. Ada hubungan kuat pengetahuan dengan tindakan resusitasi neonatus gawat nafas. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar bersikap negatif dengan tindakan resusitasi cukup sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 responden, dengan nilai p= 0,003, r= 0,319. Data menunjukkan bahwa ada hubungan sedang antara sikap bidan/perawat dengan tindakan resusitasi neonatus gawat nafas. Penting bagi bidan/perawat untuk meningkatkan pengetahuan mereka dan memiliki sikap positif dalam tindakan resusitasi dengan mengikuti pelatihan/ seminar perawatan dan penatalaksanaan neonatus gawat nafas serta perawatan intensif neonatal. Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan resusitasi, Neonatus, Gawat nafas ABSTRACT Nursing care of neonatal respiratory distress requiring knowledge of quality, attitudes, and skills in order to provide care quickly, accurately and carefully. The purpose of this study was to explain the relationship of knowledge and attitudes to resuscitation of the newborn respiratory distress. The research designs was used a cross sectional. Sample of 24 respondents (nurses and midwifery) in the Maternity central building Muhammadiyah Gresik Hospital. Sample taken using purposive sampling method. Data were collected by questionnaire and checklist. Analyzed by Spearman Rank Corelation level of significant with values α<0.05. The results of this study were most respondents showed enough knowledge to act fairly as many as 11 people ( 45.8 % ) of the 24 respondents, with the statistical test p= 0.000, r= 0.752. There was a strong relationship with the knowledge of neonatal resuscitation respiratory distress. The results showed that most of the negative attitude with resuscitation quite as many as 10 people ( 41.7 % ) of the 24 respondents, with p= 0.003, r= 0.319. The data indicate that there was a relationship between attitudes of midwifes/ nurses with neonatal respiratory distress resuscitation. It was important for nurses to enhance their knowledge and have positive attitude in by joining training of neonatal intensive care unit and reading nursery book more often, and joining nursery seminar treating neonatal respiratory distress. Keywords: Knowledge, Attitude, Action nursing, Neonatal, Respiratory distress 169
Journals of Ners Community Vol 5 No 2 November 2014 PENDAHULUAN Kegawatan nafas pada neonatus merupakan salah satu situasi medis yang paling menantang yang dihadapi oleh dokter. Masalah ini bisa terjadi pada bayi aterm atau preterm dengan berat lahir yang cukup maupun berat lahir yang kurang. Bayi preterm dengan berat lahir yang kurang, berpotensi mengalami kegawatan lebih besar dibanding bayi yang aterm. Penyebab kegawatan neonatus bisa terjadi karena berbagai sebab penyakit yang mengganggu system pernafasan secara langsung atau karena sebab sekunder lainnya (Indarso, 2002). Kegawatan ini menimbulkan dampak hipoksia pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak yang menetap dan dapat mengakibatkan cacat dan kematian, apabila tidak segera dilakukan penanganan yang sempurna dengan cepat, tepat dan cermat. Namun sampai saat ini hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan resusitasi neonatus gawat nafas belum dapat dijelaskan. Berdasarkan laporan dari rekam medis RS. Muhammadiyah dari tahun ke tahun ada peningkatan untuk tahun 2011 bayi yang meninggal karena gawat nafas 20,5%, asfiksia 22,1% dan pada tahun 2012 pada 6 bulan mulai Januari sampai Juni bayi yang meninggal karena gawat nafas 11,4% dan asfiksia 9,2%.Sesak napas (gangguan napas) pada neonatus masih merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian pada periode neonatal. Diluar negeri kurang lebih 50% kematian neonatus disebabkan oleh gangguan pernapasan. Di Indonesia, kematian neonatal dini 68,6% karena prematur/BBLR dan asfiksia (SKRT 2001). Data yang diperoleh dari UKK Perinatologi IDAI 2004, kematian neonatus untuk bayi yang lahir di rumah sakit yang disebabkan oleh asfiksia sebesar 23,2%, gawat napas 21,2%, untuk bayi yang lahir di luar rumah sakit gawat napas sebesar 29,4% dan asfiksia 14,3%. Di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik bayi meninggal karena asfiksia sebanyak 22,1%, gawat nafas 20,5%, BBLR 16%, terbanyak bayi meninggal pada usia 0-7 hari. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan gawat nafas pada secara umum pada neonatus adalah takipnea sementara pada neonatus (transien takchypnea of the new born), sindroma gawat nafas (respiratory distress sindrom), Apnea, sindroma aspirasi mekonium (meconial aspirasi sindrom), sindroma kebocoran udara, pneumonia (Pelayanan Obstetric Neonatologi Emergency Kualitas). Kejadian gawat nafas pada neonatus dapat menimbulkan dampak negatif pada tubuh bayi berupa terjadinya kekurangan oksigen pada tubuh (hipoksia). Akibat dari hipoksia akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila hipoksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung mulai menurun dan tonus otot neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur. Pada fase ini akan terjadi apnea primer. Apabila hipoksia berlanjut, denyut jantung terus menurun, bayi akan terlihat lemas (flaccid), kadar oksigen dalam darah terus menurun, bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan secara spontan. Pada fase ini akan terjadi apeu sekunder dan akan terjadi kematian bila tidak segera dilakukan resusitasi dengan pernafasan buatan (Malcolm, 2005). Neonatus yang mengalami gawat nafas memerlukan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten yaitu perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan, pengetahuan dan ketrampilan keperawatan yang dimiliki pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan neonatus kritis. Pengetahuan tentang deteksi gawat nafas dan resusitasi didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama bekerja. Selain pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh perawat juga dibutuhkan dukungan dari manajemen RS untuk untuk memberikan fasilitas dan sarana yang memadai untuk kelancaran tindakan resusitasi. METODE DAN ANALISA Dalam Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional untuk menentukan hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas. Penelitian di lakukan pada Bulan Juli 2012 dan bertempat di Gedung Sentral Bersalin RS Muhammadiyah Gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat dan bidan yang dinas di gedung Sentral RS Muhammadiyah Gresik sebesar 26 orang 170
Journals of Ners Community Vol 5 No 2 November 2014 dengan tehnik sampling purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini yang perawat dan bidan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 24 orang. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap perawat Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini melalui kuesioner untuk pengetahuan dan sikap perawat, sedangkan tindakan gawat nafas dengan resusitasi menggunakan checklist/ observasi oleh peneliti dan modifikasi dari teori PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatologi Emergrncy Komprehensif) ( RSUD Dr. Soetomo, 2012). Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan uji statistik Spearman Rank Corelation dengan nilai kemaknaan α < 0,05 artinya apabila α > 0,05 Ho ditolak yang berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap perawat dalam tindakan resusitasi pada neonatus gawat napas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Hubungan pengetahuan dengan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas Tabel 1 menunjukkan sebagian besar perawat/ bidan menunjukkan pengetahuan cukup dan tindakan yang cukup pula sebanyak 11 orang (45,8%). Sebagian kecil menunjukkan pengetahuan cukup dengan tindakan resusitasi yang kurang sebanyak 1 orang (4,2%). Hasil uji statistik p=0,000 menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu terdapat hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas. Tabel 1. Distribusi responden hubungan pengetahuan dengan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas di Gedung Sentral Bersalin RS Muhammadiyah Gresik juli 2012. Pengetahuan Tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas Total gawat nafas dan Kurang Cukup Baik resusitasi pada N % N % N % N % neonates Kurang 4 16,7% 0 0% 0 0% 4 16,7% Cukup 1 4,2% 11 45,8% 2 8,3% 14 58,3% Baik 0 0% 2 8,3% 4 16,7% 6 25% Jumlah 5 20,8% 13 54,2% 6 25% 24 100% Spearman rho p =0,000 r = 0,752 Berdasarkan standar asuhan keperawatan di Gedung Sentral Bersalin RS. Muhammadiyah Gresik telah terakomodir secara lengkap dan telah diterapkan prinsipprinsip tersebut selama perawatan. Disamping itu terdapat beberapa perawat yang telah mengikuti pelatihan perawatan Neonatus (NICU) dan seminar perawatan neonatus gawat nafas. Berdasarkan hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan dan pelatihan (refreshing course) mengenai pengetahuan bagi perawat dan bidan dalam melakukan tindakan gawat nafas dan resusistasi pada neonatus dan bertujuan untuk menunjang sikap yang dapat meningkatkan pemahaman perawat dan bidan merupakan bagian edukasi integral dari tindakan gawat nafas dan resusitasi pada neonatus. Tindakan resusitasi yang diberikan antara lain: memberikan kehangatan, memberikan posisi kepala sedikit ekstensi, memastikan jalan nafas tetap terbuka, melakukan langkah-langkah tindakan resusitasi serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberikan obat-obatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang baik berbeda dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Seseorang yang berpengetahuan baik dapat mengambil keputusan dengan mempertimbangkan baik tidaknya obyek bagi dirinya dan orang lain (Notoatmodjo, 2005). 2.
Hubungan sikap dengan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas Berdasarkan tabel 2 didapatkan sebagian besar sikap responden negatif dengan tindakan resusitasi yang cukup pada neonatus gawat nafas sebanyak 10 orang (41,7%) dan sebagian kecil bersikap negatif dengan tindakan resusitasi yang kurang pada neonatus 171
Journals of Ners Community Vol 5 No 2 November 2014 gawat nafas sebanyak 2 orang (8,3%). Hasil analisis statistik menggunakan spearman rho corelation diketahui bahwa ada hubungan antara sikap perawat dengan tindakan gawat nafas dan resusitasi pada neonatus di Ruang Gedung Sentral Bersalin RS Muhammadiyah Gresik. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik, didapatkan nilai p= 0,003 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan tingkat hubungan atau correlation coeficient (r) yang rendah (r= 0,319). Tabel 2. Distribusi responden hubungan sikap dengan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas di Gedung Sentral Bersalin Rumah sakit Muhammadiyah Gresik juli 2012. Sikap perawat Tindakan resusitasi pada neonatus gawat dengan tindakan nafas Total resusitasi pada Kurang Cukup Baik neonatus gawat N % N % N % N % nafas Negatif 2 8,3% 10 41,7% 0 0% 12 50% Positif 3 12,5% 3 12,5% 6 25% 12 50% Jumlah 5 20,8% 13 54,2% 6 25% 24 100% Spearman rho p = 0,003 r = 0,319 Ada hubungan antara sikap perawat dengan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas di Gedung Sentral Bersalin RS Muhammadiyah Gresik. Notoatmodjo (2005) menjelaskan respon dibedakan atas 2 (dua) bentuk, yaitu perilaku pasif (respon internal dan perilaku aktif). Pada perilaku pasif terdiri dari respon yang terjadi dalam diri manusia dan tidak dapat dilihat secara langsung oleh orang lain, misalnya berfikir, sikap batin. Sedangkan perilaku aktif yaitu apabila perilaku tersebut telah dapat diobservasi secara langsung. Terjadi sesuatu perilau yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal, antara lain: pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003). Sikap positif akan cepat terbentuk jika reaksi emosional positif serta keyakinan dan emosional positif serta keyakinan dan emosional seorang perawat akan secara bersamasama membentuk sikap secara utuh dan menjadi dasar perilaku seseorang dalam memberikan tindakan resusitasi pada neonatus gawat nafas, yang harus memperhatikan berbagai faktor yang ada pada diri perawat bahwa manusia adalah makhluk yang unik dimana manusia satu dengan yang lainnya berbeda sehingga sikap yang ada pada diri perawat/ bidan satu dengan yang lainnya juga berbeda. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengetahuan yang cukup dan sikap perawat/bidan baik itu positif dan negatif berhubungan dengan tindakan resusitasi yang cukup pada neonatus gawat nafas. Saran Perawat dan bidan dalam melaksanakan tindakan gawat nafas dan resusitasi pada neonatus diharapkan terus meningkatkan sikap yang positif dan menambah pengetahuan dengan lebih banyak mengikuti seminar keperawatan neonatus (NICU) dan membaca buku terbaru sehingga mendapat pengetahuan dan informasi terkini tentang tindakan neonatus gawat nafas. KEPUSTAKAAN Azwar, Saifuddin (2003). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Edisi 2. Jakarta : Pustaka Pelajar, hal : 24-27.
172
Journals of Ners Community Vol 5 No 2 November 2014 Indarso, F. (2002). Deteksi Dini Kegawatan Pada Bayi. Makalah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu di FK Unair Surabaya. Tanggal 21 April 2002. Malcom H. dan Steve H. (2005). Levels of Neonatal Care Pediatric Child Health. Vol. 11 No. 5 Mei / Juni 2005. Notoatmodjo, S. (2005). Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta. Hal 24-27. PONEK. (2012). Pelayanan Obstetri Neonatatologi Komprehensif. Jakarta:EGC.
173