Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas perawatan dower catheter dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Agnes Triwijaya K1), Atiek Murhayati 2), Galih Priambodo3)
Abstrak
Penyakit Stroke memerlukan perawatan yang cukup serius, salah satunya pemasangan DC.Tindakan ini perlu perawatan rutin dan perlu pengetahuan dan sikap yang baik sehingga akan berpengaruh pada perilaku pencegahan ISK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 50 orang perawat diruang inap penyakit syaraf. Uji analisa data yang dipakai adalah uji Chi Square. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan ditemukan nilai x² hitung > x² tabel (7,890 > 3,841) dan nilai p= 0,005, maka H0 ditolak yang artinya ada hubungan pengetahuan perawat tentang kualitas perawatan DC terhadap perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih. Sedangkan variabel sikap ditemukan nilai x² hitung > x² tabel (4,608 > 3,841) dan nilai p= 0,032 sehingga H0 ditolak. Yang artinya ada hubungan sikap perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien Stroke diruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan DC, infeksi nosokomial saluran kemih stroke Daftar pustaka: 24 (2000-2015)
1
tahun angka kematian akibat stroke
PENDAHULUAN Stroke
merupakan
salah
satu
masalah kesehatan yang cukup serius didalam beberapa tahun terakhir ini.
sebesar 15,9% (di daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan) (Sjahrir, 2009). Jumlah total penderita stroke di
Perawatan dan penyembuhan penyakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan timbulnya berbagai masalah seperti beban keluarga dan
dapat
menyebabkan
kecacatan
jangka panjang atau bahkan kematian pada penderita dengan penyakit stroke
Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke dengan jumlah kematian sebanyak lima juta orang dan lima juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama
merupakan
pada salah
ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat (Menkes RI, 2009). Kasus stroke di rumah sakit sebagian besar membutuhkan perawatan yang cukup lama. Kelemahan atau kelumpuhan
(Fatmawati, 2010 ).
kecacatan
Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250
usia
dewasa
satu
dan
penyebab
terbanyak di dunia (Xu, et al, 2010). Prevalensi kejadian stroke di Amerika diperkirakan sekitar dua juta penderita pasca stroke di tahun 2008. Insiden stroke di India diperkirakan sekitar 203 pasien per 100.000 penduduk, dan di China insiden stroke sekitar 219 per
pembunuh
nomor
tiga.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pada usia 45-54
rumah
masih
sakit.
Keluarga
perlu
mempertimbangkan tingkat kemandirian atau
tingkat
ketergantungan
pasien
terhadap orang lain dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) Mulyatsih (2008). Aktivitas kehidupan sehari-hari / ADL (activity daily living) adalah fungsi dan aktivitas individu yang
normalnya
dilakukan
tanpa
bantuan orang lain (Wallace dalam Triswandari, 2008). Penelitian Haqhqoo et al, (2013) menemukan sekitar 65,5% penderita stroke ketergantungan dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan
aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS). Penderita
stroke
biasa
memerlukan pemasangan alat bantu BAK yang biasa di kenal dengan selang kencing (dower catheter). Pemasangan DC
2
seringkali
dialami pasien sewaktu keluar dari
100.000 penduduk. Di Indonesia stroke merupakan
juga
bertujuan
untuk
memberikan
kenyamanan bagi pasien, disamping itu
Tingkat
pengetahuan
dan
juga memudahkan perawat / dokter
pemahaman masing masing perawat
untuk memantau output cairan penderita.
berbeda beda, begitu pula dengan sikap
Terdapat sisi keuntungan dan kegunaan
dan perilaku perawat yang tidak sama
pemasangan
segi
menjadi salah satu faktor penyebab
resikonya juga yaitu resiko terjadinya
kualitas perawatan DC. Hasil penelitian
infeksi nosokomial khususnya di saluran
yang dilakukan oleh Tri Kesuma Dewi,
kemih. Resiko infeksi nosokomial ini
2009
terjadi dikarenakan kurangnya perhatian
perawat tentang perawatan kateter urin
dan perawatan dari perawat dalam
di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta
memasang DC. Berdasarkan penelitian
menunjukkan
yang dilakukan oleh Afsah (2008) di RS
pengetahuan
PKU
Yogyakarta
perawatan DC secara keseluruhan dalam
didapatkan angka kejadian ISK pada
kriteria baik 20% dan dalam kriteria
pasien
cukup sebanyak 80%. Penelitian oleh
DC,
tetapi
Muhammadiyah
yang
ada
dipasang kateter
urin
sebanyak 20 % dari 30 pasien.
adalah
bahwa perawat
tentang
tingkat SOP
Kasmad, 2007 tentang hubungan antara
Indikator perawatan DC yang berkualitas
tentang Tingkat pengetahuan
kualitas
perawatan
kateter
dengan
berdasarkan
kejadian infeksi nosokomial saluran
pengetahuan dan sikap perawat terhadap
kemih” menjelaskan bahwa terdapat
standar operasional prosedur (SOP)
hubungan antara kualitas perawatan
rumah sakit tentang perawatan DC.
kateter
Penelitian yang dilakukan oleh Widya
nosokomial saluran kemih.
Sepalanita
(2012)
pengaruh
perawatan
kejadian
infeksi
judul
Hasil studi pendahuluan di RSUD
urin
Dr Soehadi Prijonegoro Sragen yaitu
indwelling model AACN (American
didapatkan jumlah pasien stroke di
association of critical care nurses)
RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen
terhadap bakteriuria di RSU Raden
dari bulan Januari sampai bulan April
Mattaher Jambi yang menunjukkan hasil
2015 berjumlah 180 pasien. Berdasarkan
uji
bahwa
data dari Tim PPI RSUD Dr Soehadi
perawatan kateter urin indwelling model
Prijonegoro Sragen, rata rata pasien
AACN
menurunkan
stroke tersebut terpasang DC yaitu
kelompok
sekitar 65% dari total penderita stroke
bivariat
bakteriuria kontrol.
dengan
dengan
kateter
menunjukkan
signifikan dibandingkan
yang dirawat di rumah sakit tersebut. Hasil wawancara dari 10 orang perawat
3
di rumah sakit tersebut, enam orang
%. Kejadian INOS yang sering terjadi
perawat
adalah
tersebut
mengatakan
tidak
decubitus
dan
plebitis.
pernah melakukan perawatan DC pada
Sedangkan untuk kasus pemasangan DC
pasien yang terpasang DC dan empat
belum menjadi perhatian oleh Tim PPI
orang
dirumah sakit tersebut.
perawat
mengatakan
rutin
melakukan perawatan DC meskipun
Berdasarkan uraian latar belakang
belum begitu menguasai bagaimana
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
SOP perawatan DC yang benar. Di
penelitian
ruang syaraf kelas tiga sebagian besar
pengetahuan dan sikap perawat tentang
perawat yang jaga mengatakan tidak
kualitas
paham bagaimana SOP perawatan DC
dengan perilaku
yang benar dan tidak pernah melakukan
nosokomial saluran kemih pada pasien
perawatan DC tersebut. Angka kejadian
stroke di ruang Inap RSUD Dr Soehadi
INOS di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Prijonegoro Sragen.
yang
berjudul
perawatan
hubungan
dower
catheter
pencegahan infeksi
Sragen menurut Tim PPI sebanyak 0,6 menggunakan uji khai kuadrat (chi
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
ini
dilaksanakan
square). Dimana bila nilai x² hitung > x²
diruang inap penyakit syaraf RSUD dr.
tabel maka H0 ditolak, yang artinya ada
Soehadi Prijonegoro Sragen pada bulan
hubungan antara variabel dependen
Desember 2015 sampai dengan Januari
dengan variabel independen penelitian.
2016.
Peneliti menggunakan lembar observasi
Penelitian
ini
menggunakan
metode penelitian deskriptif kuantitatif
frekuensi
dengan
penelitian.
pendekatan
cross
sectional.
urin
sebagai
instrumen
Populasi dalam penelitian ini adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
perawat ruang inap penyakit syaraf di
Analisa Univariat
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Karakteristik Responden
Teknik sampel yang digunakan adalah
Tabel 1. Karakteristik responden
total sampling. Sampel yang digunakan
berdasarkan umur
berjumlah 50 orang. Analisa univariat penelitian demografi kelamin,
ini
meliputi
responden lama
kerja
karakteristik (umur, dan
jenis tingkat
pendidikan), pengetahuan, sikap dan perilaku responden. Uji analisa statistik
4
No 1 2 3
Umur Jumlah Persentase 26-35 25 50% tahun 36-45 19 38% tahun 46-55 6 12% tahun Jumlah 50 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan
bahwa
dari
responden
didapatkan
50
orang
perempuan yaitu sebanyak 32 responden (64%).
Peneliti
memiliki
argumen
data
bahwa
berkenaan dengan hasil temuan ini,
berusia
26-35
bahwa terkadang sangat mudah dilihat
tahun yaitu sebanyak 25 orang (50%).
perbedaan antar kaum laki-laki dengan
Peneliti
berpendapat
seperti
kaum perempuan. Dimana mayoritas
kondisi
dilahan
memang
kaum perempuan lebih cenderung rajin
benar mayoritas dari responden ialah
dan juga ulet dalam beerja ataupun
mereka yang masih berumur dewasa
melakukan rutinitas mereka sehari-hari.
awal, dimana mereka masih memiliki
Sedangkan kaum laki-laki biasanya
fisik yang kuat, semangat yang cukup
lebih malas dan juga lebih cuek dalam
tinggi dan juga kemampuan daya ingat
melakukan
dan daya serap ketika diberikan ilmu
pernyataan yang dikemukakan oleh
atau ketrampilan baru, mereka lebih
Sunaryo (2004), bahwa salah satu faktor
mudah menguasai dari pada responden
yang
yang berusia lebih tua.
seseorang adalah jenis kelamin. Sebagai
mayoritas
responden
bahwa
penelitian
Hal ini sejalan dengan teori yang telah
dikemukakan
bahwa
dapat
pekerjaannya.
Seperti
mempengaruhi
perilaku
contohnya adalah perbedaan perilaku
tingkat
antara pria dan wanita dapat dilihat dari
pengetahuan seseorang salah satu faktor
cara berpakaian atau cara melakukan
yang mempengaruhinya adalah dari
pekerjaannya sehari-hari.
semakin
Tabel 3. Karakteristik responden
bertambah umur pengetahuan semakin
berdasarkan tingkat pendidikan
faktor
umur.
meningkat,
Dimana
semakin
tua
(umur)
pengetahuan akan mengalami degenerasi
No 1
(Notoadmojo, 2010). Tabel 2. Karakteristik responden
2
berdasarkan jenis kelamin No 1 2
Jenis Jumlah Persentase kelamin Laki-laki 18 36% Perempuan 32 64% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 2. dapat
diketahui bahwa mayoritas dari jumlah responden
5
adalah
berjenis
kelamin
3
Tingkat pendidikan D3 Keperawata n S1 keperawata n Lain-lain Jumlah Berdasarkan
Jumlah
Persentase
27
54%
21
42%
2 50 tabel
3.
4% 100% dapat
diketahui bahwa mayoritas dari jumlah responden
adalah
memiliki
pendidikan
D3
keperawatan
tingkat yaitu
sebanyak 27 responden (54%). Menurut
pendapat peneliti berkenaan dengan
(46%). Lama masa kerja disini tentu saja
tingkat pendidikan responden dalam
berkaitan
penelitian ini bahwa memang benar
dimana responden yang sudah memiliki
kamampuan responden dalam menerima
umur yang lebih tua tentu saja akan
atau
pengalaman
memiliki pengalaman dan juga masa
diberikan
kerja yang lebih dibandingkan dengan
ketrampilan baru terlihat perbedaan
responden dengan umur yang lebih
yang cukup jelas. Dimana responden
muda. Hal ini pun sesuai dengan konsep
dengan
tingkat
teori
mereka
lebih
memahami
ataupun
setiap
ketika
mereka
pendidikan mudah
Sarjana
dengan
bahwa
umur
tingkat
responden,
pengetahuan
diberikan
seseorang dipengaruhi juga oleh tingkat
ketrampilan baru dibandingkan dengan
pengalaman dalam bekerja (lama masa
responden dengan tingkat pendidikan
kerja). Tingkat pendidikan seeorang
yang lebih rendah. Hal ini sangat
yang semakin tinggi maka pengalaman
mendukung pernyataan bahwa semakin
akan semakin luas, sedangkan semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang
tua umur seseorang, maka pengalaman
maka semakin mudah pula seseorang
semakin banyak (Notoadmojo, 2010).
tersebut menyerap ilmu / hal hal baru ataupun lebih mudah menyesuaikan dengan
hal
hal
baru
tersebut
(Notoadmojo, 2010).
berdasarkan lama kerja
1 2
Lama kerja 5-10 tahun 11-15 tahun
3 >15 tahun Jumlah Berdasarkan
Jumlah Persentase 23
46%
19
38%
8
16%
50 tabel
100% 4. dapat
1 2
Kategori Jumlah Persentase pengetahuan Tinggi 33 66% Rendah 17 34% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 5. dapat
diketahui
bahwa
pengetahuan
mayoritas
responden
tingkat tentang
perawatan DC adalah tinggi yaitu sebanyak
33
responden
(66%).
Berdasarkan temuan hasil penelitian diatas perbedaan tingkat pengetahuan
diketahui bahwa mayoritas dari jumlah responden memiliki masa kerja selama 5-10 tahun yaitu sebanyak 23 responden
6
tentang perawatan DC No
Tabel 4. Karakteristik responden
No
Tabel 5. Tingkat pengetahuan responden
responden baik tinggi maupun rendah kemungkinan adalah dipengaruhi oleh umur, tempat tinggal, sosial ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman, dan
sumber
informasi
yang
diperoleh
penelitian
(Notoadmojo, 2010). Tabel 6. Sikap responden tentang perawatan DC No 1 2
Sikap Jumlah responden Positif 32 Negatif 18 Jumlah 50 Berdasarkan
diketahui
responden yang dapat diamati ditempat
Persentase
tabel
64% 36% 100% 6.
dapat
bahwa mayoritas
sikap
responden tentang perawatan DC adalah positif yaitu sebanyak 32 responden (64%). Seperti kutipan dari teori yang menerangkan bahwa perubahan sikap seseorang dapat terjadi dikarenakan beberapa hal, diantaranya hasil dari proses belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-pengalaman baru yang dialami oleh individu (Davidoff
adalah
kemungkinan
dipengaruhi oleh beberapa alasan yaitu perbedaan
tingkat
mayoritas
masih
pendidikan D3
yang
Keperawatan,
terlalu sedikitnya pengalaman bekerja dari sebagian besar responden yang mana mayoritas responden memiliki lama masa kerja kurang dari 10 tahun dan juga perbedaan sikap responden yang masih memiliki sikap negatif misalnya malas dalam berperilaku. Hal
ini
pun
sejalan
dengan
penjelasan teori bahwa yaitu perilaku yang baik dan perilaku yang buruk kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya
adalah
faktor
endogen (jenis ras, jenis kelamin, sifat kepribadian,
bakat
pembawaan,
intelegensi dan usia) dan juga faktor eksogen (faktor lingkungan, pendidikan,
dalam Zaim Elmubarok, 2008).
agama, sosial ekonomi dan kebudayaan) Tabel 7. Perilaku pencegahan Inos No 1 2
Perilaku Jumlah Persentase responden Baik 26 52% Buruk 24 48% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 7. dapat
diketahui bahwa mayoritas perilaku responden tentang pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih adalah baik yaitu sebanyak 26 responden (52%).
7
Perbedaan
tingkat
perilaku
(Sunaryo, 2004).
mempermudah
Analisa Bivariat Hubungan
pengetahuan
perawat
serap
dan
kemampuan belajar responden ketika
DC
mereka diberikan pengetahuan ataupun
dengan perilaku pencegahan infeksi
ketrampilan baru khususnya ketrampilan
nosokomial saluran kemih
perawatan
tentang
kualitas
perawatan
DC
yang
berkualitas.
Tabel 8.
Sehingga pola perilaku pencegahan
Hubungan pengetahuan perawat tentang
infeksi nosokomial respondenpun juga
kualitas perawatan DC dengan perilaku
akan berubah lebih baik.
pencegahan Inos Perilaku Baik
Pengetah uan
daya
Perilak u Buruk
Penelitian
Total
21
12
33
Rendah Jumlah
10 31
24 36
34 67
x²
7,890
Asymp.sig (2-sided)/ p 0,005
terdapat
hubungan
pengetahuan
nosokomial
x² hitung (pearson chi square) adalah 7,890 dan dengan tingkat keyakinan 95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris-1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel sebesar 3,841. Karena x² hitung > x² tabel (7,890 > 3,841) dan nilai p: 0,005, maka H0 ditolak, jadi ada hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran
kemih
pada
pasien
diruang
inap
RSUD
dr.
Soehadi
dengan
tingkat
Prijonegoro Sragen,
2013 yang menemukan hasil bahwa
dan
antara
tingkat
motivasi
perawat
dengan perilaku pencegahan infeksi
Berdasarkan tabel 8. didapat nilai
stroke
Berdasarkan hasil penelitian ini
RSUD
Sukoharjo.
Dimana tingkat pengetahuan dan juga motivasi perawat yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap perilaku yang baik pula dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang itu dibagi menjadi beberapa tiga domain, yaitu cognitive domain,
affective
domain
dan
psychomotor domain (Bloom, 1990 dikutip
oleh
Notoadmodjo,
1997).
Cognitive domain biasa diukur / dilihat dari tingkat pengetahuan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya
bersifat
langsung
Hubungan sikap perawat tentang
pengetahuan responden yang mayoritas
kualitas
masih
perilaku
tentunya
di
(Sunaryo,2004).
kelemahan sebesar p: 0,005.
akan
perawatan
DC
pencegahan
nosokomial saluran kemih
8
yang
dilakukan oleh Evie Wulan Ningsih,
Tinggi
tinggi
sebelumnya
dengan infeksi
Tabel 9.
penelitian yang menunjukkan bahwa
Hubungan sikap perawat tentang
ada
hubungan
pengetahuan
kualitas perawatan DC dengan perilaku
perawat tentang kontrol infeksi terhadap
pencegahan Inos
pencegahan infeksi nosokomial di RS
peril aku Baik
sikap
tidak
Positif negatif Jumlah
perila ku Buru k
13 13 26
19 5 24
Islam Sultan Agung Semarang (p < 0,05, Tot al
32 18 50
x²
4,608
Asym p.sig (2sided) /p 0,032
dimana p = 0,308). Sedangkan ada hubungan antara sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di RS Islam Sultan Agung Semarang (p < 0,05, dimana p = 0,019).
Berdasarkan tabel 9. didapat nilai
Perilaku seseorang dapat dibentuk
x² hitung (pearson chi square) adalah
oleh sikap seseorang, karena sikap
4,608 dan dengan tingkat keyakinan
merupakan
95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris-1) x
perilaku
(jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1
affective domain (Bloom, 1990 dikutip
= 1, hasil untuk x² tabel sebesar 3,841.
oleh
Karena x² hitung > x² tabel (4,608 >
merupakan suatu bentuk reaksi atau
3,841) dan nilai p: 0,032, maka H0
reaksi perasaan (Azwar, 2007). Sikap
ditolak, jadi ada hubungan sikap tentang
mempunyai
kualitas perawatan DC dengan perilaku
intensitas yaitu terdiri dari: menerima,
pencegahan infeksi nosokomial saluran
menanggapi, menghargai, bertanggung
kemih pada pasien stroke diruang inap
jawab (Notoadmodjo, 2005). Sikap juga
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen,
dapat dibentuk melalui pengalaman
dengan tingkat kelemahan sebesar p:
pribadi, pengaruh orang lain yang
0,032
dianggap penting, pengaruh kebudayaan, Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukardjo
dkk
tentang
Hubungan
pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi nosokomial di RS Islam Sultan Agung Semarang. Dengan hasil SIMPULAN 1. Karakteristik responden berdasarkan:
9
cara
untuk
seseorang
yaitu
Notoadmodjo,
tingkat
mengukur dari
1997).
segi
Sikap
berdasarkan
media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan pengaruh faktor emosional.
a. Umur
adalah
dari
50
orang
responden sebagian besar dari responden berusia 26-35 tahun
adalah positif yaitu sebanyak 32 responden (64%). 4. Perilaku
pencegahan
infeksi
yaitu sebanyak 25 responden
nosokomial saluran kemih adalah
(50%).
dari
b. Jenis kelamin adalah dari jumlah
50 orang responden
dapat
diketahui bahwa mayoritas perilaku
responden sebanyak 50 orang
responden
didapatkan data bahwa mayoritas
infeksi nosokomial saluran kemih
responden adalah
adalah baik
perempuan
yaitu sebanyak 32 responden
tentang
yaitu sebanyak 26
responden (52%). 5. Hubungan
(64%).
pengetahuan
c. Tingkat pendidikan adalah dari 50
kualitas
orang responden diperoleh hasil
perilaku
bahwa
nosokomial
mayoritas
responden
pencegahan
perawatan
tentang
DC
dengan
pencegahan
infeksi
saluran
kemih
D3
didapatkan nilai x² hitung (pearson
keperawatan yaitu sebanyak 27
chi square) adalah 7,890 dan dengan
responden (54%).
tingkat keyakinan 95%, alpha = 5%,
memiliki
pendidikan
d. Lama masa kerja adalah dari 50
df
1(jumlah
baris-1)
x (jumlah
orang responden didapatkan data
kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1 = 1,
bahwa sebagian besar responden
hasil untuk x² tabel sebesar 3,841.
memiliki masa kerja selama 5-10
Karena x² hitung > x² tabel (7,890 >
tahun
3,841) dan nilai p: 0,005, maka H0
yaitu
sebanyak
23
responden (46%)
ditolak,
2. Pengetahuan tentang perawatan DC
jadi
pengetahuan
ada
hubungan
tentang
kualitas
adalah dari 50 orang responden dapat
perawatan
diketahui bahwa mayoritas tingkat
pencegahan
pengetahuan
tentang
saluran kemih pada pasien stroke
perawatan DC adalah tinggi yaitu
diruang inap RSUD dr. Soehadi
sebanyak 33 responden (66%).
Prijonegoro Sragen, dengan tingkat
responden
3. Sikap tentang perawatan DC adalah dari
50 orang responden
dapat
DC
dengan
infeksi
perilaku
nosokomial
kelemahan sebesar p: 0,005. 6. Hubungan sikap tentang kualitas
diketahui bahwa mayoritas sikap
perawatan
responden tentang perawatan DC
pencegahan
DC
dengan
infeksi
perilaku
nosokomial
saluran kemih didapatkan nilai x²
10
hitung (pearson chi square) adalah
2. Bagi masyarakat
4,608 dan dengan tingkat keyakinan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris-
memberikan
1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1)
terhadap kualitas perawatan DC pada
= 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel
masyarakat dalam hal ini pasien guna
sebesar 3,841. Karena x² hitung > x²
mengurangi
tabel (4,608 > 3,841) dan nilai p:
nosokomial saluran kemih.
0,032, maka H0 ditolak, jadi ada
dampak
yang
kejadian
baik
infeksi
3. Bagi penelitian lain.
hubungan
sikap
tentang
kualitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
perawatan
DC
dengan
perilaku
menjadi
pencegahan
infeksi
sumber
acuan
dalam
nosokomial
pembuatan penelitian lain berikutnya
saluran kemih pada pasien stroke
dan diharapkan penelitian berikutnya
diruang inap RSUD dr. Soehadi
lebih menekankan pada perubahan
Prijonegoro Sragen, dengan tingkat
perilaku responden tidak hanya dari
kelemahan sebesar p: 0,032.
segi
kognitifnya
saja.
Sehingga
Saran
penelitian tidak hanya dilakukan
Berdasarkan simpulan diatas, maka ada
sekali waktu saja.
beberapa saran yang harus diperhatikan
4. Bagi institusi pendidikan.
adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
1. Bagi rumah sakit
menambah
Hasil
penelitian
mampu
menjadi
ini
diharapkan
dasar
dalam
pembuatan dan diterapkannya SOP perawatan
DC yang benar
berkualitas
sehingga
dan
wawasan
tentang
pembuatan SOP perawatan DC dan juga menambah referensi tentang infeksi nosokomial saluran kemih. 5. Bagi peneliti.
dapat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
menambah pengetahuan dan merubah
sebagai pengalaman dan wawasan
pola perilaku perawat / tenaga medis
serta menambah pengetahuan bagi
lain
peneliti
dalam mengurangi
kejadian
infeksi nosokomial saluran kemih.
Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian Pendekatan
Jakarta: Rineka Cipta
11
membuat
sebuah
penelitian
Brunner, L & Suddart, D. (2002). Buku
DAFTAR PUSTAKA
Suatu
dalam
Praktek.
Ajar Keperawatan Medikal Bedah (H.Kuncoro, A.Hartono, M. Ester,
Y. Asih, terjemahan). Edisi 8 vol 1. Jakarta: EGC
Nur Kayati. (2005). Stroke jangan
Data RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2014-2015 Fatmawati,Baiq Gambaran
Rulli.
(2010).
Beban
Keluarga
Kerja
Stroke
Puskesmas
Bantul
di
wilayah
Kasihan
Yogyakarta.
publikasi.umy.ac.id
Lagi jadikan Hantu: Awasi gejala sejak dini dan cara menolong
dengan Anggota keluarga yang Menderita
Mangoenprasodjo, A. Setiono, dan Fitri
II
www.
diakses
27
penderita
Think
Fresh.
Yogyakarta Martini, Santi dan Lucia, Y. Hendrati. (2006). Usia Merokok Pertama Kali
merupakan
faktor
yang
meningkatkan Resiko Kejadian Hipertensi: Besar resiko kejadian
Desember 2010. 19.20 wib
Hipertensi menurut pola merokok.
Habni, Yulia. (2009). Perilaku Perawat
Jurnal kedokteran Yarsi .14 (3).
dalam
Pencegahan
Infeksi
Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD,Rawat jalan di RSUP H Adam Malik Medan Hakim, Irfan. (2004). Kegemukan dan masalahnya, Suara pembaharuan, posting 2004.
pertama:
22
C.
(2007).
Metodologi
penelitian . Jakarta: Bumi Aksara Noer, H.M. Sjaifoellah. (2000). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: Balai penerbit FKUI Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan
www.pembaruan.com.
dan Perilaku kesehatan. Jakarta:
(2003).
Kapita
PT Rieka Cipta
Selekta
Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi
Neurologi. Gajahmada University
Penelitian kesehatan. Jakarta: PT
Press. Yogyakarta
Rineka Cipta
Jenny. (2005). Perawatan Pasca Stroke di Rumah. Sahabat Setia. Yogyakarta Kelana Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta
S.J.
(2010).
Buku
Ajar
Keperawatan Fundamental ( Esty Wahyunigsih Jakarta: EGC
Notoadmodjo,
S.
(2007).
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi
Kozier, B, Erb. G,Berman A. Synder ,
12
Narbuko,
Agustus
diakses 5 januari 2011, 21.15 wib Harsono.
191-198
penerjemah).
Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: penerbit Rineka Cipta Jakarta Nursalam.
(2003).
Konsep
dan
penerapan metodologi Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika Potter, P. A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar keperawatan Fundamental (vol 1-2). Jakarta: EGC Sheldon G. Sheps.(2005). Mayo clinic Hipertension. Terjemahan Meita Tjandrasa. Jakarta: PT intisari Mediatama Sopiyudin Dahlan, M.(2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan edisi 5. Jakarta Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta Sunaryo.
(2004).
Psikologi
keperawatan. Jakarta: EGC
13
untuk