PENDAHULUAN
Latar Belakang Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan (behavior) masyarakat petani peternak, terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pertanian yang berkelanjutan. Kegiatan penyuluhan peternakan mempunyai andil yang cukup penting di Indonesia khususnya di Kabupaten Malang. Luas Kabupaten Malang adalah 4.576 km2 yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan. Kondisi geografis tersebut mempengaruhi efisiensi jarak yang yang harus ditempuh, waktu dan biaya yang harus digunakan atau dikeluarkan dalam anggaran satu kali kegiatan penyuluhan. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada pemerataan pengetahuan peternak, terutama teknologi baru yang hanya diketahui oleh sebagian peternak, sehingga penerimaan informasi peternakan masih sangat terbatas. Usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Malang menunjukkan prospek yang sangat cerah. Perkembangan usaha peternakan yang semakin
pesat
tersebut
ternyata
menimbulkan
dampak,
yaitu
terakumulasinya limbah peternakan berupa kotoran (feses). Potensi limbah peternakan berupa kotoran ternak (feses) di Indonesia cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari satu ekor sapi dewasa menghasilkan feses sekitar 20 kg/hari. Berdasarkan dari data tersebut jika dikonversikan dalam
1
skala industri sapi perah dengan jumlah antara 1500-7000 ekor, maka akan menghasilkan feses sebanyak 30-140 ton per hari atau sekitar 10,951,1 ribu ton per tahun. Jumlah yang sekian besar ini hanya dari sebuah industri sapi perah saja, belum terhitung limbah dari usaha berskala menengah dan kecil, serta perorangan yang jumlah peternaknya semakin bertambah. Dewasa ini isu tentang pemanasan global (global warming) menjadi permasalahan yang sangat serius, khususnya di sektor peternakan. Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul “Livestock’s long shadow : Environmental issues and option” yang dirilis pada November 2006, menyatakan bahwa peternakan menyumbang paling besar gas rumah kaca kurang lebih sebesar 18%, angka ini melebihi besar gas rumah kaca yang dihasilkan oleh gabungan transportasi di seluruh dunia sebesar 13%. Selain itu peternakan juga melepaskan sebesar 9% kabon dioksida dan 37% gas metana. Selain itu limbah kotoran yang dihasilkan peternakan menyumbang 65% nitrogen oksida dan 64% ammonia yang menyebabkan hujan asam. Pengelolaan limbah kotoran ternak (feses) perlu dilakukan secara tepat. Bila kotoran ternak tersebut tidak dikelola dengan baik, limbah yang dihasilkan akan menimbulkan masalah pada aspek produksi dan lingkungan seperti menimbulkan bau, menjadi sumber penyebaran penyakit bagi ternak dan manusia, serta bila berdekatan dengan lokasi perumahan akan menimbulkan protes dari masyarakat dan pencemaran
2
air. Secara umum inovasi pengolahan limbah peternakan berupa kotoran ternak (feses) sudah banyak dilakukan, seperti pemanfaatan feses sebagai pembuatan pupuk kompos, biogas, campuran pakan lele, pembuatan batu bata, dan gerabah. Pemanfaatan potensi limbah peternakan kotoran sapi dalam bidang bahan konstruksi telah dimulai sejak lama. Suku Sasak di Dusun Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Suku Zulu di Afrika Selatan memanfaatkan limbah kotoran ternak (feses) sebagai bahan material lantai dan pelapis dinding. Hal tersebut dipercaya dapat mendinginkan rumah pada musim kemarau dan menghangatkan rumah pada musim penghujan (Dimas, 2012). Potensi yang besar ini bila diolah bersama dengan limbah kotoran sapi melalui teknologi pembuatan mortar yang benar, diharapkan dapat memberikan bahan alternatif sebagai bahan campuran plesteran yang lebih murah, ramah lingkungan dan jika digunakan dalam pemanfaatan kontruksi pembuatan kandang ternak akan memberikan rasa yang nyaman kepada ternak tersebut. Permasalahan yang dihadapai dalam menyampaikan inovasi tentang pengolahan limbah kotoran sapi menjadi mortar kepada para peternak dihadapkan pada permasalahan keterbatasan tenaga penyuluh. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan
inovasi
tersebut
kepada
para
peternak.
Secara
konvensional peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui
3
metode dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (sasaran penyuluhan) itu dengan kesadaran untuk mengadopsi inovasi yang disampaikan. Proses tersebut harus melibatkan interaksi antara penyuluh dan peternak yang memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, di dalam setiap pelaksanaan penyuluhan, penyuluh harus memahami dan mampu memilih metode penyuluhan yang paling baik sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya (Soesmono, 1975). Penelitian ini memanfaatkan kolaborasi kemajuan teknologi media massa televisi sebagai wadah penyebaran informasi inovasi pengetahuan mengenai pengolahan limbah kotoran sapi menjadi mortar. Penggunaan media tersebut dalam proses penyuluhan peternakan diharapkan akan membantu memperjelas informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Informasi yang disampaikan melalui media televisi akan lebih menarik dengan tampilan audio visual yang ditawarkan, lebih interaktif, dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera manusia. Televisi merupakan salah satu media massa yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Penggunaan televisi sebagai media penyuluhan memberikan kelebihan, karena masyarkat sasaran tidak hanya mendengarkan suara penyuluh, tetapi dapat pula melihat dan memperhatikan segala keragaan yang ingin diungkapkan penyuluh, baik melalu
suara,
gerakan-gerakan,
maupun
4
contoh-contoh
bahkan
demonstrasi-demonstrasi
atau
percakapan.
Media
ini
memberikan
stimulus pada pendengaran dan penglihatan. Pada awalnya media penyiaran televisi hanya ditujukan untuk penyiaran gambar (video) dan suara (audio), sehingga proses umpan balik (feedback) antara penyuluh dan sasaran tidak terjadi. Proses yang terjadi hanyalah berupa proses komunikasi satu arah. Akan tetapi, komunikasi massa melalui televisi sekarang ini sudah cenderung dua arah (interaktif). Suatu acara di televisi berupa program talkshow menawarkan sebuah acara yang melibatkan tanya jawab secara langsung dengan pendengar atau pemirsa melalui telepon interaktif. Pada proses tersebut terjadi umpan balik antara pemberi informasi terhadap pemirsa. Pengetahuan yang didapat oleh masyarakat dalam tayangan di televisi merupakan hasil dari mengetahui setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba, dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2004). Komunikasi dikatakan efektif apabila menghasilkan perubahan, seperti perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku nyata atau ketiganya. Perubahan tersebut dapat diketahui dari tanggapan yang diberikan audiens sebagai umpan balik (Wiryanto, 2000). Perubahan pengetahuan merupakan bentuk transformasi informasi eksternal menjadi satu pola pemikiran untuk membentuk sikap. Menurut Guiltinan (1998), pengetahuan terjadi pada tahap kognitif dimana
5
sebelumnya audiens harus melalui tahap sadar (awareness) terlebih dahulu. Tahap sadar disebabkan oleh adanya perhatian individu terhadap suatu
obyek,
sedangkan
pengetahuan
disebabkan
oleh
adanya
pengingatan atau recall terhadap suatu obyek. Siaran televisi berupa penayangan audio visual merupakan sarana persuasi massa, oleh karena itu televisi dapat berperan lebih besar di dalam
proses
perubahan
dan
bersikap
di
dalam
masyarakat.
Permasalahan kondisi geografis, keterbatasan tenaga penyuluh serta jangkauan lokasi penyuluhan menjadi alasan utama, “mengapa penelitian ini menggunakan media penyiaran televisi?”. Penelitian ini dilakukan agar peneliti dapat menganalisa tingkat pengetahuan dan sikap peternak sapi perah terhadap pengolahan limbah kotoran sapi menjadi mortar dalam tayangan program Dialog Khusus di Gajayana TV Malang.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengukur perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap peternak tentang pembuatan mortar dari kotoran sapi melalui media televisi dengan dan tanpa dialog interaktif serta, menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan peternak sapi perah terhadap sikap peternak tentang pembuatan mortar dari kotoran sapi.
6
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan para peternak dan membentuk peternak yang mandiri, memberikan alternatif solusi baru bagi peternak dalam memanfaatkan hasil limbah kotoran sapi selain sebagai kompos dan biogas, pemerataan penyebaran informasi ke daerah-daerah binaan yang sulit ditempuh dan dijangkau oleh penyuluh.
7