Tugas :
PENYULUHAN KEHUTANAN “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi”
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyuluhan
merupakan
proses
pendidikan
diluar
sekolah
yang
diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi. Inovasi merupakan istilah yang telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang, baik industry,jasa, pemasaran maupun pertanian. Secara sederhana Adams (1988) menyatakan, an innovation is an idea or object perceived as new by an individual. Dalam perspektif pemasaran, Simamora (2003) menyatakan bahwa innovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk yang dianggap baru oleh individu atau grup yang relevan. Sedangkan Kotler (2003) mengartikan
innovasi sebagai barang, jasa, ide yang dianggap baru oleh seseorang.Dari berbagai defenisi diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam suatu innovasi, terdapat 3 unsur yang terkandung didalamnya; yang pertama adalah idea tau gagasan, kedua metode atau praktek, dan yang ketiga produk (barang atau jasa). Untuk dapat dikatakan dengan sebuah innovasi, maka ketiga unsure tersebut harus mengandung sifat “baru”. Sifat baru tersebut tidak mesti dari hasil penelitian yang mutakhir. Namun baru disini dinilai dari sudut pandang penilaian individu yang menggunakannya yakni masyarakat sebagai adopternya. Salah satu factor yang memepengaruhi percepatan adopsi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan di introduksikan harus memepunyai kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi biofisik, social, ekonomi, dan budaya yang ada dalam masyarakat penerima (adopter) tersebut. Jadi inovasi yang ditawarkan tersebut hendaknya inovasi yang tepat guna. 1.2 Rumusan Masalah Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi? 1.3 Tujuan Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi.
II. PEMBAHASAN
2.1 Adopsi Inovasi 2.1.1 Pengertian Adopsi Inovasi Adopsi merupakan proses keluarnya ide (inovasi) sampai diterima dan dilaksanakan masyarakat maupun peternak sehingga menjadi perilaku. Perilaku dalam hal ini adalah perpaduan antara pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Menurut Suprapto dan Fahrianoor, (2004), adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya kemudian mengukuhkannya. Ibrahim dkk (2004) menyebutkan adopsi adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsinya. Peternak sasaran mengambil keputusan setelah melalui beberapa tahapan dalam proses adopsi. Beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu tingkat adopsi sangat dipengaruhi tipe keputusan untuk menerima atau menolak inovasi. Tipe keputusan adopsi inovasi, proses adopsi dapat melalui empat tahap yaitu: tahap mengetahui (knowledge), persuasi (persuasion), pengambilan keputusan
(decision) dan konfirmasi (confirmation) dimana konfirmasi merupakan bagian dari perefleksian dan pengembangan adopsi secara berkelanjutan (Hughes dkk, 2012). Penyuluh dalam melakukan adopsi dan inovasi ke masyarakat harus memperhatikan tiga pokok falsafah penyuluhan antara lain: 1. penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, 2. penyuluh tidak menciptakan ketergantungan, tetapi menciptakan kemadirian sehingga tercapai kesejahteraan, 3. penyuluh harus terampil dan membuat masyakarat menjadi terampil
2.2 Faktor yang Memengaruhi Kecepatan Adopsi Inovasi 1. Sifat Inovasinya Sendiri Menurut Musyafak dan Ibrahim, (2005) inovasi memiliki sifat “baru”. Sifat “baru” tersebut kemudian dapat di introduksi oleh masyarakat tani yang belum pernah mengenal sebelumnya. Jadi, sifat “baru” pada suatu inovasi harus dilihat dari sudut pandang atau persepsi masyarakat tani (calon adopter), bukan kapan inovasi tersebut dihasilkan. Ia juga menegaskan bahwa inovasi akan menjadi kebutuhan peternak apabila apabila inovasi tersebut dapat memecahkan masalah yang sering dihadapi peternak, sehingga identitikasi masalah secara benar menjadi sangat penting, paling tidak dua alasan yaitu sesuatu yang dihadapi oleh peternak dan jika masalah tersebut ternyata benar merupakan masalah peternak belum tentu pemecahannya sesuai dengan kondisi peternak. Ban dan Hawkins (2010) menambahkan, sejumlah studi telah menganalisis hubungan antara ciri – ciri suatu inovasi dan tingkat adopsinya. Sebagian besar studi tersebut
menggunakan pertimbangan objektif, atau menganggap bahwa semua peternak mempunyai persepsi sama. Hal tersebut menyebabkan hasil studi tidak dapat mencapai kesimpulan sama. Menurut Rivai dan Arifin (2009) Inovasi merupakan sesuatu yang baru yang berasal dari potensi terpendam yang dimiliki oleh manusia untuk dipakai dalam menempuh kehidupan yang disebut kreativitas, bentuk kreativitas dapat berupa ide – ide baru atau hasil penyempurnaan yang muncul dari hasil imajinasi yang kemudian diberi sentuhan teknologi sehingga menjadi terobosan baru dalam memecahkan masalah yang timbul. Selanjutnya imajinasi merupakan kemampuan dalam menciptakan gagasan atau gambaran mental dalam pikiran kita atau visualisasi untuk menciptakan citra yang jelas tentang suatu yang kita inginkan bisa tercapai. dan memiliki manfaat atau nilai yang lebih baik. King (2010), menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memikirkan sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasa untuk menghasilkan pemecahan masalah yang tidak biasa karena cara berpikir ini lebih cenderung kearah yang divergen (menyebar) atau satu pertanyaan menghasilkan banyak jawaban. Ban dan Hawkins (2010) menjelaskan terdapat lima sifat inovasi antara lain: Keuntungan relatif, maksudnya adalah apakah inovasi tersebut memungkinkan peternak mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah daripada yang telah dilakukan sebelumnya
Kompabilitas (kemudahan untuk dipahami), berkaitan dengan nilai social budaya dan kepercayaan dengan gagasan yang diperkenalkan sebelumnya atau dengan keperluan yang dirasakan oleh peternak. Komplesitas (kerumitan), yaitu inovasi tersebut memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dan sangat terkait dengan displin ilmu. Triabilitas (dapat dicoba), yaitu kecenderungan peternak untuk mengadopsi inovasi dalam skala kecil dan terbukti lebih baik. Observalibitas (dapat diamati dan dipahami), sehingga terdapat proses pembelajaran dan diskusi dari peternak yang bersangkutan King (2010) menambahkan bahwa untuk memunculkan lima sifat inovasi tersebut penyuluh harus memunculkan solusi kreatif terhadap suatu masalah. Memunculkan solusi kreatif pada suatu masalah dapat dideskripsikan sebagai sebuah 5 tahap proses yang berurutan yaitu : Persiapan : Tahap dimana seseorang terlibat dalam suatu situasi masalah yang menarik dan membangkitkan kengintahuan Inkubasi :tahap dimana seseorang membuar beragam hubungan yang tidak biasa dalam proses berpikir Pencerahan :tahap dimana semua potongan informasi tentang masalah tampak saling melengkapi dan cocok Evaluasi :tahap dimana untuk menentukan apakah gagasan tersebut baru atau apakah tampak jelas Elaborasi : tahap klimaks proses kreatif dimana membutuhkan banyak kerja keras. Feldman (2012) menyarankan bahwa pada tahap elaborasi diperlukan
pendekatan arousal terhadap motivasi dengan cara mempertahankan atau meningkatkan rangsangan sampai pada level tertentu. Hal tersebut karena tahap ini menyebabkan motivasi seseorang menurun. 2.
Sifat Sasarannya Penyuluh juga disamping memperhatikan tahap – tahap inovasi, juga harus
memperhatikan pengadopsi yaitu masyarakat itu sendiri. Berdasarkan kategori dan ciri – cirinya, pengadopsi dibedakan menjadi lima antara lain: Perintis / Inovator : Cepat menerima sesuatu hal yang baru, banyak membaca, kaya, berpengaruh dan terpandang, hubunngan dengan kaum atas lebih banyak dari pada dengan peternak, pergaulan peternak baik tetapi sangat terbatas (Sinaga, 2004). Feldman (2012) mengemukakan bahwa inovator cenderung memiliki kreativitas tinggi yaitu merupakan kemampuan untuk membangun ide – ide orisinil atau mengatasi masalah dengan cara – cara baru. Pengadopsi ini biasanya memiliki cara berpikir yang divergen, kemampuan untuk mengembangkan respon yang tidak biasa, namun sesuai terhadap masalah atau pernyataan. Aspek lain yang menyebabkan pengadopsi ini memiliki kreativitas adalah komplesitas kognitif atau pilihan terhadap stimulus dan pola berpikir yang rumit sehingga mereka seringkali memiliki ketertarikan yang sangat luas dan lebih mandiri serta lebih tertarik dengan masalah – masalah abstrak. Pengerap Dini / Early adopter : Daya penerimaannya cepat, mudah diyakini, pendidikannya tinggi, rata – rata umur muda, keadaan ekonomi baik, aktif dalam masyarakat pergaulan dengan
peternak baik. Pengadopsi ini cenderung memiliki motivasi yang tinggi., terutama pada motivasi yang memberi atribusi pada dorongan yang dinamis untuk proses kognitif (berpikir). Pengadopsi ini biasanya memiliki rencana dan intensi yang kuat dan konsisten dimasa depan (Fiest dan Fiest, 2010). Pengetrap Awal / The Early Majority : Daya penerimaannya cukup, pendidikan cukup tinggi, rata – rata umur pertengahan/setengah umur, cukup aktif dalam masyarakat, pergaulan dengan peternak sangat baik. King (2010) mengatakan bahwa pengadopsi ini sebagian besar berusia 20 – 30 an. Pengadopsi biasanya memiliki kemampuan fisik kesehatan dan berpikir yang optimal karena pada usia ini manusia mencapai perkembangan fisik tepatnya berada pada titik puncak. Pengetrap Akhir / The Late Majority : Daya penerimaannya sangat lambat, apa yang dilakukannya selalu melihat orang lain dulu, rata – rata umur sudah tua, tidak aktif dalam masyarakat dan kurang
bergaul
karena
ekonominya
kurang
cukup.
Feldman
(2012)
mengemukakan bahwa pengetrap ini mengalami penuaan fisik karena rata – rata sudah berumur 40 tahunan (masa dewasa akhir). Pada masa dewasa akhir ini seseorang cnderung menerima orang lain dan kehidupan mereka sendiri serta tidak terlalu memedulikan mengenai masalah – masalah yang mengganggu mereka. Disisi lain sebagian mereka juga mengalami krisis paruh baya. King (2010) menambahkan pada usia ini manusia cenderung lebih buruk pada wilayah ingatan dibandingkan dengan yang lebih muda. Pada usia ini mereka jarang mengingat dimana dan kapan peristiwa – peristiwa penting dalam kehidupannya
terjadi lebih baik dibandingkan mereka yang lebih muda dan biasanya mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengingatnya. Akan tetapi beberapa aspek yang membaik seiring pada usia ini adalah kebijaksanaan. Berdasarkan hal tersebut maka penyuluh disarankan melakukan pelatihan dengan tujuan meningkatkan kemampuan kognitif mereka.
Penolak / laggards : Acuh tak acuh dan selalu menolak inovasi dan ukuran pemerintah, berpandangan agresif (paranoid), rata – rata sudah tua dan bersifat pasif. Fiest dan Fiest (2010) menyatakan sifat – sifat tersebut muncul sebab individu model ini sudah membentuk konsep dirinya. Konsep diri yang sudah terbangun tidak mungkin membuat perubahan sama sekali, apabila bisa di rubah itu pun akan terasa sulit bagi individu yang bersangkutan. Perubahan ini biasanya lebih mudah terjadi ketika adanya penerimaan dari orang lain, yang membantu seseorang untuk mengurangi
kecemasan
yang
menyebabkan
kesadaran
atas
perubahan
komprehensif yang terjadi dalam dirinya dan ancaman yang menyebabkan kesadaran seseorang yang dihadapkan pada sesuatu yang berada diluar jangakauan praktis dari sistem konstruk orang tersebut, serta mengakui dan menerima pengalaman – pengalaman yang sebelumnya di tolak. 3. Cara Pengambilan Keputusan Terlepas dari ragam karateristik individu dan masyarakat. Cara pengambilan keputusan yang dilakukan untuk mengadopsi sesuatu inovasi juga
akan memengaruhi kecepatan adopsi. Tentang hal tersebut, apabila keputusan adopsi dapat dilakukan secara pribadi (individu) relatif lebih cepat disbanding pengambilan keputusan berdasarkan keputusan bersama (kolektif) warga masyarakat lain, bahkan jika harus menunggu peraturan – peraturan tertentu (seperti rekomendasi pemerintah / penguasa).Musyafak dan Ibrahim (2005) menyarankan keputusan secara individu dapat dapat dilakukan dengan beberapa teknik antara lain : konsultasi, diagnosa resep dan partisipastif. 4. Saluran Komunikasi yang digunakan Adopsi inovasi dapat mudah dan jelas disampaikannya melalui saluran komunikasi yang relevan dengan melihat ukuran populasi dari sasaran. Saluran komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penyuluh/peneliti dalam mengomunikasikan secara langsung dan tidak langsung, harus bersikap persuasif. Menurut Feldman (2012) persuasi adalah proses mengubah sikap, salah satu konsep sentral dari psikologi sosial. Sikap adalah evaluasi tentang seseorang, perilaku, kepercayaan, atau konsep tertentu. Kemudahan dimana kita dapat mengubah sikap sasaran bergantung pada sejumlah faktor diantaranya sebagai berikut. Sumber pesan. Karakteristik pesan Karakteristik target Sumber pesan. Karakteristik dari seseorang yang menyampaikan persuasif, dikenal sebagai sikap komunikator, memiliki pengaruh besar dalam efektivitas pesan tersebut. Komunikator yang secara fisik dan sosial menarik akan
menghasilkan perubahan sikap yang lebih besar dibandingkan mereka yang kurang menarik. Terlebih lagi, keahlian dan tingkat kepercayaan komunikator terkait dengan pengaruh pesan – kecuali dalam situasi – situasi ketika audensi (sasaran) percaya bahwa sang komunikator memiliki motif tertentu. Karakteristik pesan. Setiap pesan mempunyai karakteristik yang berbeda dan karakteristik tersebut akan menghasilkan respon sikap yang berbeda baik itu mempunyai pengaruh maupun tidak. Umumnya pesan memiliki dua sisi yang menyebutkan posisi sebagai komunikator dan posisi dari lawan mereka (sasaran) dipandang lebih efektif dibandingkan pesan yang memiliki satu sisi. Dengan asumsi bahwa argumentasi bagi sisi yang lain dapat dimentahkan secara efektif dan audensi mengetahui mengenai topik tersebut (Feldman, 2012). Adanya dua sisi tersebut disebabkan adanya atribusi. Karakteristik target. Fiest dan Fiest, (2010), menyatakan setelah seorang komunikator menyampaikan pesan, karakteristik target pesan dapat menentukan apakah pesan tersebut akan diterima atau tidak.misalnya orang – orang yang pandai lebih tahan terhadap persuasi dibandingkan mereka yang kurang pandai. Perbedaan gender dalam keterbujukan sepertinya juga ada. Dalam lingkup publik, wanita relatif mudah dipaksa daripada pria, terutama ketika mereka kurang memiliki pengetahuan mengenai topik dari pesan tersebut. Meskipun demikian, mereka sama dengan pria yang terkait dengan perubahan sikap pribadi mereka. 5. Keadaan Penyuluh Berdasarkan keadaannya terdapat lima dimensi pelayanan penyuluhan antara lain:
Tangible (Pelayanan Fisik) Kemampuan penyuluh peternakan dalam menunjukkan tingkat kualitas pelayanan kepada para peternak yang meliputi ketersediaan fasilitas fisik, keadaan fasilitas dan kelengkapan fasilitas yang merupakan bukti nyata dari pelayanan penyuluh peternakan dalam pemberian jasa kepada peternak. Reliability (Kendala) Kemampuan penyuluh peternakan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya (Abubakar dan Siregar, 2010). Responsiveness (Ketanggapan) Ketanggapan penyuluh peternakan terhadap permasalahan yang diperoleh peternak dan cara penyuluh peternakan memecahkan masalah bersama peternak dalam kelompok tani-ternak. Feldman (2012) menguatkan dalam pengambilan keputusan ini diperlukan unsur kreativitas dan cara berpikir yang kovergen (mengarah pada logika dan pengalaman). Insurance (Jaminan) Meliputi kredibilitas (sifat jujur dan dipercaya), kompetensi (penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar penyampaian materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan peternak. Empaty (Empati) Atribut yang menggambarkan dimensi yang menekankan pada pelayanan dalam melayani peternak dengan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi dengan berupaya memahami keinginan peternak. Fiest dan
Fiest (2010) menambahkan bahwa empati ini merupakan suatu bentuk penghargaan positif dan akan menciptakan perasaan percaya diri dan berharga bagi sasaran. 6. Ragam Sumber Informasi Ragam informasi diperlukan untuk mendukung proses adopsi inovasi informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti informasi interpersonal, media cetak, media elektronik, publikasi ilmiah, dan pertemuan ilmiah/teknis. Kebutuhan informasi dan motivasi kognitif dapat mempengaruhi penggunaan sumber informasi. Feldman (2012) menerangkan bahwa yang dimaksud motivasi kognitif adalah produk dari pikiran, harapan dan tujuan manusia. Misalnya tingkat ketika orang termotivasi dalam belajar untuk menghadapi tes berdasarkan harapan mereka mengenai seberapa baik belajar dapat menghasilkan dalam bentuk nilai yang baik. Cervone dan Pervin (2012) menambahkan melalui teori kognitif sosialnya bahwa motivasi kognitif menunjukkan motivasi mendasar manusia terhadap pemikiran dihubungkan dengan diri, atau pemikiran rujukan – diri dimana hal tersebut diperoleh dan dicapai melalui pembelajaran observasional. Ide umumnya adalah bahwa orang umumnya mengarahkan dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui proses berpikir. Proses berpikir utama sering melibatkan diri. pertimbangan proses motivasi yang individu miliki berhubungan dengan hal ini dalam psikologi kepribadian. Fiest dan Fiest (2010) menjelaskan melalui teori kepribadian Allport bahwa psikologi kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan karateristik perilaku dan
pikirannya untuk menyesuaikan, melakukan refleksi atas hal tersebut dan berinteraksi dalam cara – cara yang menyebabkan lingkungan beradaptasi dengan mereka. Definisi komprehensif Allport atas psikologi kepribadian memberikan gagasan bahwa manusia adalah produk dan proses; manusia mempunyai struktur terorganisasi, sementara pada saat yang bersamaan, mereka memproses kemampuan untuk berubah. Sederhananya, kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis; meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat; serta tidak hanya merupakan sesuatu tetapi melakukan sesuatu. Psikologi kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses, serta struktur dan perkembangan.
III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Adopsi merupakan proses keluarnya ide (inovasi) sampai diterima dan dilaksanakan masyarakat maupun peternak sehingga menjadi perilaku. Perilaku dalam hal ini adalah perpaduan antara pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Ada 6 Faktor-Faktor Yang dapat
Mempengaruhi kecepadan Adopsi,
Adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor Sifat-sifat atau karakteristik inovasi, yaitu : 1) Sifat Inovasinya Sendiri, 2) Sifat Sasarannya, 3) Cara Pengambilan Keputusan, 4) Saluran Komunikasi yang digunakan, 5) Keadaan Penyuluh, 6) Ragam Sumber Informasi.