I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang maju maka perlu adanya pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian diperlukan untuk mewujudkan pertanian yang modern guna meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan tarap hidup petani, nelayan, dan peternak memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta dapat meningkatkan ekspor Santika (dalam Putradnyana, 2009). Di sisi lain, pembangunan pertanian merupakan dasar utama dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mandiri dan handal. Pelaksanaan pembangunan ekonomi lebih di titikberatkan pada pembangunan sektor pertanian. Hal ini dikarenakan sektor pertanian yang merupakan mata pencarian mayoritas penduduk di Indonesia dan sektor pertanian merupakan penyedia bahan baku agroindustri. Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang paling dominan, dan sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.556.363 orang (BPS, 2010). Dari jumlah total penduduk Indonesia, 42,1 % berkerja
1
2
disektor pertanian (Wirawan, dalam data CIA –The World Factbook, 2010). Tingginya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian menyebabkan Indonesia dikatakan sebagai salah satu negara agraris di Asia khususnya Asia Tenggara. Dengan pontensi alamiah yang dimiliki Indonasia sangat baik untuk mengembangkan tanaman perkebunan dan tanaman hortikultura. Di Indonesia sektor pertanian jelas memiliki peranan yang sangat dominan, khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan, namun dalam kontribusi terhadap pertumbuhan PDB cenderung mengalami penurunan. Tidak kalah penting adalah peranan sektor pertanian dalam aspek ekologi guna mendukung kelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup, seperti pelestarian sumberdaya air, penyedia oksigen, dan mengurangi degradasi lahan. Misi pembangunan pertanian adalah sebagai berikut: (1) mendorong perkembangan industri hulu (pembibitan/perbenihan, industri agrokimia, industri agrootomotif); (2) mempromosikan kebijakan dan membangun infrastruktur pertanian/agribisnis yang diperlukan agar memberikan iklim kondusif bagi investasi di bidang agribisnis; (3) mendorong pengembangan usaha agribisnis dari berbagai tingkatan skala usaha baik on farm maupun off farm dan mendorong berkembangnya kerja sama kemitraan bisnis antarusaha dalam konsep saling menguntungkan; (4) mempromosikan pendayagunaan keragaman sumber daya alam dan hayati secara optimal
3
dan berkelanjutan; (5) meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik aparat pemerintah maupun pelaku agribisnis, khususnya petani; (6) mempromosikan tumbuh-kembangnya organisasi ekonomi petani dan jaringan usahanya pada industri hulu pertanian maupun pada industri hilir pertanian; (7) mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan baik pada industri hulu, usaha tani, usaha perkebunan, usaha peternakan maupun hilir pertanian/peternakan/perkebunan (Qamara, 2011) Indonesia yang merupakan negara agraris di Asia Tenggara memiliki beragam hasil hortikultura yang menyebar secara luas seperti hortikultura jenis bawang merah. Produksi Bawang Merah di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 877,244 ton dengan luas panen 93.518 ha. Daerah penghasil Bawang Merah terbesar di Indonesia pada tahun 2011 adalah Maluku dengan produksi 867 ton, disusul Papua barat sebesar 680 ton dan Jawa Tengah 421 ton pada tahun yang sama. Selain Maluku, Papua, dan Jawa sebagai penghasil Bawang Merah di Indonesia, juga terdapat beberapa daerah lainnya seperti Pulau Sumatra, Bali, Lombok, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lain di Indonesia ( BPS Indonesia, 2011) Bali yang dikenal sebagai salah satu kota wisata di Indonesia juga memiliki potensi dalam bidang pertanian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Bali pada tahun 2010, yang berkerja di sektor pertanian yaitu sebanyak
672.204,00 orang, atau sebesar 30,87% dari
4
total penduduk yang bekerja yaitu 2.902.573,00 (BPS Provinsi Bali, 2010). Masyarakat Bali yang berkerja sebagai petani di dominasi oleh masyarakat yang tinggal pedesaaan. Bawang Merah merupakan salah satu dari beberapa tanaman hortikultura yang ditanam oleh petani di Bali. Produksi Bawang Merah dari tahun 2006 sampai tahun 2010 yang dirinci per Kabupaten Kota di Bali dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi Bawang Merah per Kabupaten Kota di Bali dari Tahun 2006 SD Tahun 2010
Kabupaten Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Bangli Klungkung Karangasem Bali
2006 1.272,00 1.950,00 4.13,.00 82.819,00 9.86,00 23.616,00 111.056,00
2007 2.50,00 9.88,00 1.01,00 83.956,00 5.18,00 24.977,00 110.790,00
Produksi (kw) 2008 2009 1.644,00 4.784,00 2.22,00 96.534,00 91.645,00 3.32,00 2.26,00 12.943,00 18.454,00 111.675,00 115.109,00
2010 5.04,00 80.539,00 7.84,00 20.028,00 101.855,00
Sumber: Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali (2006 SD 2010)
Dilihat dari Tabel 1 dapat diketahui perkembangan produksi Bawang Merah di Bali dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Produksi tertinggi Bawang Merah di Provinsi Bali terjadi pada tahun 2009. Kabupaten Bangli merupakan salah Kabupaten di Bali yang memiliki produksi Bawang Merah tertinggi dari
5
tahun ke tahun yang merupakan sentra penghasil sayuran musiman Bawang Merah di Bali. Produksi tertinggi Bawang Merah di Kabupaten Bangli terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 96.534,00 kw. Peningkatan produksi maupun produktivitas Bawang Merah di Kabupaten Bangli tidak terlepas dari perkembangan pertanian hortikultura yang sudah mengalami kemajuan seperti pengetahuan petani, pengunaan mulsa pada media taman, penanaman bibit unggul, penggunaan sarana teknologi pertanian seperti mesin pompa air yang digunakan untuk mengairi Bawang Merah secara berkelanjutan dengan memamfaatkan air danau sehingga Bawang Merah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik walaupun pada musim kemarau. Pusat penghasil Bawang Merah di Kabupaten Bangli yaitu Kecamatan Kintamani. Kecamatan Kintamani yang berada pada ketinggian 100-2.152 m dpl
dengan puncak tertinggi pada Puncak Penulisan
mempunyai potensi yang bagus untuk pengembangan tanaman hortikultura seperti Bawang Merah. Selain itu masyarakat petani di Kecamatan Kintamani sudah berpengalaman dalam budidaya Bawang Merah karena bertani merupakan mata pencaharian pokok masyarakat Kintamani . Luas areal tanam, luas panen dan produktivitas tanaman sayuran bawang merah di masing-masing desa penghasil Bawang Merah di Kecamatan Kintamani pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Bawang Merah di Kecamatan Kintamani Dirinci per Desa, (2011) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Desa Batur Tengah Siakin Sukawana Belandingan Songan A Songan B Buahan Kedisan Terunyan Abang Batudingding Total
Luas Luas Panen Tanam (ha) (ha) 30 28,75 20 19,35 10 9,35 60 58,20 230 227,75 250 248,30 150 147,70 80 78,70 80 78,70 20 18,65 930
Produktivitas kw/ha 127,72 113,34 118,26 125,46 124,46 123,98 122,02 122,07 122,02 122,02
915,65
122,18
Sumber: BPP Kintamani, (2011)
Dari 48 desa di Kecamatan Kintamani terdapat 10 desa sebagai penghasil Bawang Merah. Dari sepuluh desa tersebut Desa Songan A, Songan B dan Desa Buahan merupakan tiga sentra penghasil Bawang Merah terbesar di Kecamatan Kintamani. Desa Buahan memiliki luas tanam 150 ha dengan produktivitas 122,02 kw/ha yang penghasil Bawang Merah terbesar dan
merupakan
terluas ketiga di Kecamatan
Kintamani setelah Desa Songan B dan Songan A. Berdasarkan imformasi yang diperoleh dari Kepala Desa Buahan penanaman
hortikultura
seperti
Bawang
Merah
dilakukan
secara
berkelanjutan oleh para petani di Desa Buahan dengan memanfaatkan air danau sebagi sumber air untuk perawatan dan menyiram tanaman secara berkelanjutan. Di Desa Buahan Bawang Merah merupakan komoditas
7
pertanian unggulan dan sangat banyak dibudidayakan oleh para petani dengan dua kali musim tanam dalam setahun. Di Desa Buahan hasil pertanian hortikultura Bawang Merah selain dipasarkan juga dikonsumsi sendiri oleh masyarakat setempat untuk melengkapi bumbu dapur. Jenis bibit Bawang Merah yang dibudidayakan oleh petani di Desa Buahan terdiri dari dua jenis Bawang Merah yaitu Bawang Bombay (Jumbo) dan Bawang Bali (Bawang Probolinggo) dengan dua kali musim taman dalam setahun yaitu musim pertama pada Bulan Maret, dan yang kedua pada Bulan Juli. Namun para petani Bawang Merah di Desa Buahan belum mengetahui secara pasti apakah usahatani Bawang Merah yang mereka lakukan selama ini sudah memberikan keuntungan maksimal dan faktor-faktor mempengaruhi produksi dari usahatani Bawang Merah di Desa Buahan. Sehingga hal ini menarik dan bermanfaat untuk diteliti berapa penerimaan, pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Bawang Merah serta hambatan-hambatan dalam berusahatani di Desa Buahan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapakah penerimaan dan pendapatan
usahatani Bawang Merah di
Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ? 2. Bagaiamakah kelayakan usahatani Bawang Merah di Desa Buahan? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi Bawang Merah di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ? 4. Hambatan apa yang dihadapi petani dalam berusahatani Bawang Merah di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu. 1. Untuk menghitung penerimaan, dan pendapatan usahatani Bawang Merah/musim di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. 2. Untuk menganalisis layak atau tidaknya usahatani Bawang Merah untuk dilanjutkan.
9
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Bawang Merah di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli . 4. Mendeskripsikan hambatan yang dihadapi petani dalam berusahatani Bawang Merah di daerah penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda yaitu secara praktis maupun secara teoritis : 1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber yang bermanfaat bagi pembaca, penyuluh pertanian, mahasiswa, dan peneliti di kalangan akademis yang berhubungan dengan pertanian. Oleh karena itu hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber tambahan khasnah ilmu pengetahuan mengenai usahatani yang dilihat dari aspek ekonomisnya. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan, bahan kajian dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Bangli khususnya yang berkaitan dengan pengembangan usahatani Bawang Merah. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi penyuluh pertanian dan petani bawang merah 3. Bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian ini.
10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini terfokus pada petani yang ada di Desa Buahan yang berusahatani Bawang Merah dengan meneliti penerimaan, pendapatan usahatani, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Bawang Merah serta hambatan dalam berusahatani Bawang Merah di Desa Buahan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.