HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, KEANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEBUGARAN ANGGOTA UKM SEPAKBOLA IPB
RONALD SINERY
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Ronald Sinery NIM I14090088
ABSTRAK RONALD SINERY. Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON dan HADI RIYADI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola IPB. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan subjek penelitian sebanyak 25. Rata-rata skor pengetahuan gizi contoh dalam kategori sedang (80%), dan sebagian besar contoh (84%) konsumsi pangannya tidak beragam. Tingkat kecukupan energi dan lemak dalam kategori normal. Tingkat kecukupan protein, karbohidrat, dan vitamin A sebagian besar dibawah normal. Tingkat kecukupan kalsium, besi dan vitamin C didapat sebagian besar contoh pada kategori cukup. Sebagian besar VO2 max contoh berada pada kategori cukup sebesar 64%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga dan tingkat kecukupan zat gizi. Terdapat hubungan antara kebugarn dengan aktivitas fisik, tingkat kecukupan gizi dan kebiasaan olahraga. Tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan pengetahuan gizi dan tingkat kecukupan gizi. Kata kunci: pengetahuan gizi, kebiasaan olahraga, aktivitas fisik, kebugaran ABSTRACT RONALD SINERY. Analyze the association of nutritional knowledge, food diversification, exercise habits and fitness in soccer club members in Bogor Agricultural University. Supervised by LEILY AMALIA FURKON and HADI RIYADI. The objective of this study was to analyze the association of nutritional knowledge, food diversification, exercise habits and fitness in soccer club members in Bogor Agricultural University. A cross sectional study of 25 subjects was conducted. The study showed the average score of subjects’ nutritional knowledge was categorized as moderate (80%) and food consumption of most of the subjects (84%) were not varying. Energy and fat sufficiency levels of the subjects were in normal category. Protein, carbohydrate and vitamin A sufficiency levels of most of the subjects were in below normal category. Calcium Iron, and vitamin C sufficiency levels of subjects were sufficient. Most of the VO2max of 64% subjects were in sufficient category. The study showed that there was correlation (p<0.05) between nutritional knowledge and exercise habits, nutritional knowledge and fitness, exercise habits and fitness. There was no correlation (p>0.05) between nutritional knowledge and food diversification and nutrient sufficiency level. Keywords: nutritional knowledge, exercise habits, physical activity, fitness
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN, KEANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEBUGARAN ANGGOTA UKM SEPAKBOLA IPB
RONALD SINERY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB Nama : Ronald Sinery NIM : I14090088
Disetujui oleh
Leily Amalia Furkon, STP, MSi Pembimbing I
Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pads bulan Oktober 2013 ini ialah kebugaran, dengan judul Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Ibu Leily Amalia, STP, Msi dan Bapak Dr Ir Hadi Riyadi, MS, selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Bapak dr Naufal Muharam, S.Ked selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji yang memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. 3. Pelatih dan anggota UKM sepakbola IPB yang telah membantu dan bekerjasama dalam pengambilan data sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. 4. Bapak dan Mama, dan kakak-kakak semua atas dukungan moril, materil, dan doa. 5. Sahabat-sahabatku Bagus, Singgih, Tami, Karim, Ali, Suty, Diego, Ayu, Hanum, Tania, Weni, Ibeth, Khoirul, Maya, Nisa, Evi atas kerjasama dan membantu dalam pengembilan data. 6. Keluarga besar Gizi Masyarakat 46 (coconutcute) atas segala doa, bantuan, dan semangat kepada penulis. 7. Adik-adik tersayang Rizky Syilvia Suistika, Yunia Rahmawati, dan Triyani Rachmawati yang senantiasa menjadi penghibur bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.
Bogor, Februari 2014 Ronald Sinery
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
2
Manfaat Penelitian
2
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
4
Desain, Waktu dan Tempat Penelitian
4
Jumlah dan Cara Penarikan Responden
4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
10
Karakteristik Contoh
11
Pengetahuan Gizi
13
Keanekaragaman Konsumsi Pangan
15
Tingkat Kecukupan Zat Gizi
17
Aktivitas Fisik
25
Kebiasaan Olahraga
25
Tingkat Kebugaran
27
Uji Antar Variabel
29
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
38
RIWAYAT HIDUP
50
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis dan cara pengumpulan data penelitian Nilai Physical Activity Ratio Berat badan anggota UKM sepakbola IPB Tinggi badang anggota UKM sepakbola IPB sebaran contoh menurut pertanyaan pengetahuan gizi Total skor PPH contoh Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik Sebaran contoh berdasarkan frekuensi berolahraga Sebaran contoh berdasarkan durasi olahraga
4 9 11 12 14 16 25 26 27
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran hubungan pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan, dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola IPB 2 Sebaran usia anggota UKM sepakbola IPB 3 Status gizi anggota UKM sepakbola IPB 4 Sebaran pengetahuan gizi anggota UKM sepakbola IPB 5 Sebaran skor PPH anggota UKM sepakbola IPB 6 Tingkat kecukupan energi anggota UKM sepakbola IPB 7 Tingkat kecukupan protein anggota UKM sepakbola IPB 8 Tingkat kecukupan lemak anggota UKM sepakbola IPB 9 Tingkat kecukupan karbohidrat anggota UKM sepakbola IPB 10 Tingkat kecukupan kalsium anggota UKM sepakbola IPB 11 Tingakat kecukupan besi anggota UKM sepakbola IPB 12 Tingkat kecukupan vitamin A anggota UKM sepakbola IPB 13 Tingkat kecukupan vitamin C anggota UKM sepakbola IPB 14 sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga 15 Tingkat kebugaran anggota UKM sepakbola IPB 16 Denyut nadi sebelum dan sesudah anggota UKM sepakbola IPB
3 11 13 14 16 18 19 20 21 22 22 23 24 26 28 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji hubungan antara pengetahuan gizi dengan tigkat kecukupan energi dan zat gizi 2 Uji hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga, kebugaran dan keanekaragaman konsumsi pangan 3 Uji hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan kebugaran 4 Uji hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat skecukupan energi dan zat gizi
38 39 39 40
5 Uji hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan kebugaran 6 Uji hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebugaran 7 Uji hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran 8 Gambar pengambilan data penelitian 9 Kuesioner
41 42 42 43 44
PENDAHULUAN Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang sudah merupakan suatu bagian dari kegiatan hidup manusia. Olahraga dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, manfaat dari olahraga diantaranya yaitu menjaga berat badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al 2003), dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang menjadi indikator kebugaran (Stevanie 2011). Olahraga yang tidak teratur mengakibatkan penurunan kesehatan, kebugaran dan memperbesar kemungkinan cedera. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masayrakat indonesia dari berbagai kelompok umur. Aktivitas sepakbola membutuhkan energi tinggi dan dapat disetarakan dengan kebutuhan energi pekerja sangat berat. Energi yang tinggi diperlukan karena sepakbola merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat dalam waktu yang relatif lama (Depkes 2002). Oleh karena itu, untuk menjadi pemain sepakbola dengan daya tahan tubuh yang kuat, pemain sepakbola harus mampu mengatur asupan makanannya dengan baik. Permainan sepakbola memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan. Selain itu, permainan ini membutuhkan daya tahan jantung dan paru yang menggambarkan kapasitas untuk melakukan aktivitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan tetap bugar. Kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Menurut Kushendar (2008) kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latihan yang intensif dan teratur, faktor genetik, dan intake gizi yang cukup (kecukupan gizi). Kecukupan gizi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kebugaran tubuh seseorang terutama olahragawan atau atlet. Kecukupan gizi seorang atlet dapat dicapai jika asupan energi yang diperoleh dari makanan sama dengan energi yang dikeluarkan untuk berolahraga. Kecukupan beragam jenis zat gizi secara memadai dipengaruhi oleh konsumsi pangan yang beragam dan berimbang. Menurut Deptan (2003) semakin beragam dan berimbang jenis pangan yang dikonsumsi maka akan semakin baik kualitas gizinya sehingga dapat meningkatkan status gizi dan kebugarannya. Kebutuhan dan jenis gizi seorang atlet berbeda dengan kebutuhan gizi kelompok bukan atlet karena kegiatan fisik yang berbeda, baik selama masa latihan maupun pada saat pertandingan. Pemenuhan kebutuhan gizi terkait erat dengan ketepatan penentuan dan penyediaan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan. Hal tersebut baru dapat dicapai dengan pengetahuan tentang gizi dan olahraga yang baik. Kegiatan olahraga sepakbola yang dilakukan pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) hingga saat ini
2 hanya memperlihatkan aspek latihan dan bertanding saja, tanpa memperhatikan intake gizi dan keragaman makanan yang diperlukan, yang dapat berperan pada kebugaran dan performa selama berolahraga. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk menganalisis pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga serta kaitannya dengan kebugaran anggota UKM Sepakbola IPB.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini betujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola di IPB. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis tingkat pengetahuan gizi anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor 2. Menganalisis keanekaragaman konsumsi pangan dan tingkat kecukupan gizi anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor 3. Menganalisis kebiasaan berolahraga anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor 4. Menganalisis kebugaran anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor 5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor.
Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran kepada anggota UKM, pelatih dan pembina UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor mengenai pentingnya aspek pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan, kebiasaan olahraga dan kebugaran bagi terciptanya prestasi UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor.
3
KERANGKA PEMIKIRAN Kebugaran merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh seorang atlet untuk mampu mencapai prestasi yang optimal. Kebugaran tersebut bisa didapatkan dengan cara latihan dan intake gizi yang memadai. Intake gizi tersebut didapat dari konsumsi pangan, akan tetapi konsumsi pangan tersebut perlu beragam agar mutu pangan yang dikonsumsi seimbang. Anggota UKM sepakbola IPB membutuhkan energi yang sesuai dengan aktivitas dan cabang olahraga yang dikuasainya sehingga dapat melakukan semuanya dengan semaksimal mungkin baik pada saat latihan maupun pada saat pertandingan. Kebutuhan gizi tersebut didapat dari konsumsi pangan yang dimakan. Konsumsi pangan yang cukup sangat dibutuhkan oleh atlet tersebut untuk memperoleh tingkat kecukupan energi yang sesuai dengan kebutuhannya. Pengetahuan gizi juga berperan penting dalam menentukan pangan yang dikonsumsi seseorang atlet. Asupan zat gizi seorang atlet sangat menentukan kecukupan energi dan zat gizinya serta mencapai dan memepertahankan status gizi yang optimal bagi seorang atlet.
Keaneragaman Konsumsi Pangan
Pengetahuan Gizi
Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Kebiasaan Olahraga
Aktivitas Fisik
Kebugaran
Gambar
1
Kerangka pemikiran hubungan pengetahuan gizi, keanekaragaman konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran anggota UKM sepakbola IPB
Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang Stidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis
4
METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengumpulan paparan dan outcome pada satu waktu untuk menggambarkan karakterisktik sampel dan hubungan antar variabel. Penelitian dilakukan di lingkungan UKM spakbola IPB Darmaga, pada bulan Oktober 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi penelitian adalah anggota UKM sepakbola IPB yang terdaftar di Kampus IPB Darmaga. Contoh ditentukan secara purposive sampling (Singarimbun & Effendi 1995) yaitu pada semua mahasiswa anggota UKM sepakbola IPB.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer meliputi data pengetahuan gizi, data konsumsi pangan, kebiasaan olahraga dan data kebugaran (Tabel 1). Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Jenis data Karakteristik 1 contoh
2 3 4
5 6
Variabel Usia Berat badan Tinggi badan
Cara pengumpulan data Wawancara langsung Diukur menggunakan timbangan injak Diukur menggunakan stature meter
Pengetahuan gizi Konsumsi pangan
Pertanyaan mengenai gizi Keanekaragaman Konsumsi pangan
Wawancara langsung dengan Contoh
Kebiasaan Olahraga
Jenis Olahraga Frekuensi Olahraga Durasi Olahraga aktivitas fisik
Wawancara langsung dengan Contoh
Aktivitas fisik Kebugaran
Nilai VO2 max Denyut jantung
Wawancara langsung dengan contoh dengan menggunakan metode recall 2x 24 jam
Recall aktivitas fisik 2x 24 jam dengan menggunakan Kuesioner Hasil Tes Balke
Data dikumpulkan melalui wawancara langsung oleh peneliti kepada contoh dan penyebaran kuesioner yang diisi oleh contoh. Data yang dikumpulkan dengan cara wawancara meliputi karakteristik contoh, pengetahuan gizi, konsumsi pangan hari biasa, aktivitas fisik hari biasa,
5 kebiasaan olahraga dan kebugaran. Adapun data yang dikumpulkan dengan cara menyebar kuesioner dan diisi sendiri oleh contoh adalah konsumsi hari libur dan aktivitas fisik hari libur.
Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahap pengkodean dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu untuk setiap variabel sebagai panduan dalam meng-entry dan mengolah data. Data yang sudah diberikan kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 16.0 for windows. Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan dari data yang didapat. Selanjutnya hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan Pearson. Pengetahuan gizi contoh diketahui dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pertanyaan tentang gizi secara umum dan tentang gizi olahraga. Pertanyaan yang diberikan dinilai dengan memberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah sehingga skor total untuk nilai pengetahuan gizi contoh yaitu 20. Pengetahuan gizi contoh dikelompokkan berdasarkan persentase skor yang diperoleh dibandingkan skor total maksimal (Khomsan 2000), yaitu: a. tinggi : >80% b. sedang : 60-80% c. rendah : <60% Data keanekaragaman konsumsi didapat dari kuesioner data konsumsi dengan metode recall 2x24 jam. Dari data konsumsi tersebut kemudian dihitung skor PPH untuk mengetahui keragaman pangannya. Skor PPH adalah nilai yang menunjukkan kualitas konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Menurut Hardinsyah et al. (2002), mutu pangan yang semakin tinggi menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semkain baik komposisi dan mutu gizinya. Metode PPH dapat menghasilkan satu skor yang tidak hanya mencerminkan tingkat kecukupan zat gizi namun juga mencerminkan mutu dan keragaman pangan secara keseluruhan. Skor PPH dihitung berdasarkan 9 kelompok pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, serta lain-lain (Hardinsyah et al. 2002). Langkah-langkah penilaian konsumsi pangan untuk menghitung skor PPH adalah sebagai berikut: 1. Pengelompokkan pangan menjadi 9 kelompok yaitu: a. Padi-padian meliputi beras dan olahannya, jagung dan olahannya, gandum dan olahannya. b. Umbi-umbian meliputi ubi kayu dan olahannya, ubi jalar, kentang, talas, dan sagu (termasuk makanan berpati).
6
2.
3. 4. 5.
6. 7.
c. Pangan hewani meliputi daging dan olahannya, ikan dan olahanya, telur, serta susu dan olahannya. d. Minyak dan lemak meliputi minyak kelapa, minyak sawit, margarin, dan lemak hewani. e. Buah/biji berminyak meliputi kelapa, kemiri dan coklat. f. Kacang-kacangan meliputi kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang mete, kacang tunggak, kacang lain, tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedelai, kecap. g. Gula meliputi gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi dalam botol/kaleng. h. Sayur dan buah meliputi sayur segar dan olahannya, buah segar dan olahannya, dan emping. i. Lain-lain meliputi aneka bumbu dan bahan minuman seperti terasi, cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam, bumbu mask, terasi, teh dan kopi. Pengkonversian bentuk, jenis dan satuan Pangan yang dikonsumsi rumah tangga terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis dengan satuan yang berbeda, sehingga dilakukan konversi ke dalam satuan dan jenis komoditas yang sama, sebagai contoh roti menjadi terigu, satuan butir menjadi gram, dan sebagainya. Perhitungan konsumsi energi menurut kelompok pangan yang meliputi beberapa tahapan yaitu: a. Perhitungan kandungan energi setiap jenis pangan yang dikonsumsi dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). b. Menjumlahkan kandungan energi setiap jenis pangan yang dikonsumsi menurut kelompok pangan. Perhitungan total konsumsi energi dari masing-masing kelompok pangan 1-9 yang dinyatakan dalam energy/kapita/hari Perhitungan kontribusi energi masing-masing kelompok pangan terhadap total konsumsi energi Perhitungan kontribusi energi masing-masing kelompok pangan terhadap angka kebutuhan gizi individu Kontribusi energi dinyatakan dalam bentuk persen yaitu dengan cara membagi masing-masing energi kelompok pangan dengan AKE individu dikalikan 100% Perhitungan selisih berdasarkan kontribusi (%) energi terhadap AKG terhadap kontribusi (%) energi yang diharapkan. Perhitungan Skor PPH melalui beberapa tahapan yaitu: a. Pengalian % kontribusi energi per AKE dengan bobot/rating untuk mengisi kolom skor (% AKG). Rating diperoleh dengan cara setiap kelompok pangan utama (tiga kelompok pangan utama) diberikan skor maksimum yang relatif sama, yaitu 33.3 bagi setiap kelompok pangan utama (berasal dari 100 dibagi 3). Kelompok pangan utama yang dimaksud adalah 1) pangan sumber karbohidrat dan energi (serealia, umbi-umbian, minyak dan lemak, dan buah/biji berminyak) dengan kontribusi energi sebesar 75%, 2) pangan sumber protein/lauk-pauk (kacang-kacangan) dengan kontribusi energi sebesar 17%, 3) pangan sumber vitamin dan mineral (sayur
7 dan buah) dengan kontribusi energi sebesar 5% dan pangan lainnya (aneka minuman dan bumbu) dengan kontribusi energi sebesar 3%. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh rating 0.5 dari nilai 33.3 dibagi 75 (serealia, umbi-umbian, minyak dan lemak, dan buah/biji berminyak), rating 2.0 dari nilai 33.3 dibagi 17, dan rating 5.0 dari nilai 33.3 dibagi 6. Masing-masing nilai yang diperoleh dibulatkan untuk mendapatkan total skor PPH 100. b. Perhatian terhadap batas skor maksimum. Apabila skor AKE lebih tinggi dari skor maksimum, maka yang diambil adalah skor maksimum, dan apabila skor AKE lebih rendah dari skor maksimum, maka yang diambil adalah skor AKE. Selanjutnya dilakukan perhitungan skor PPH setiap kelompok pangan. c. Perhitungan Total Skor PPH Total skor PPH dihitung dengan menjumlahkan skor PPH dari kelompok pangan padi-padian sampai dengan skor PPH kelompok pangan lain-lain. Hasil perhitungan tersebut disebut dengan skor konsumsi pangan aktual yang menunjukkan tingkat keragaman dan mutu konsumsi pangan. Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan intake zat gizi contoh yatu energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan software nutri survey dan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 2004). Igij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: Igij = Intake zat gizi –i dalam bahan makanan –j Bj = Berat makanan –j yang dikonsumsi Gij = Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j Untuk menentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) protein contoh digunakan rumus: AKGI = (Ba/Bs) x AKG
Keterangan: AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg) AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasioanal Pangan dan Gizi (WKNPG 2004). Untuk vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan angka kecukupan gizi (AKG) tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus.
8 TKG = (I/AKGI) x 100
Keterangan: TKG = Tingkat kecukupan zat gizi I = Intake zat gizi AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Untuk menentukan kecukupan energi contoh digunakan formula WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu formula Estimasi AKE Remaja AKE = (88.5 –61.9U) + 26.7B (Akf) + 903TB + 25
Keterangan: AKE = Angka kecukupan energi (kkal) U = Usia (tahun) B = Berat badan (kg) Akf = Angka Kegiatan Fisik (untuk remaja sangat aktif) laki laki 1.42 dan wanita 1.31 TB = Tinggi badan (m) Data kebiasaan olahraga dilihat berdasarkan aktivitas fisik yang dilakukan. Aktivitas fisik selama 24 jam diperoleh dengan cara menghitung pengeluaran energi. Aktivitas fisik selama 24 jam digunakan untuk mengukur pengeluaran energi. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), pengeluaran energi ini dihitung berdasarkan jenis kegiatan dengan menggunakan faktor kelipatan (Fk) dan EMB (Energi Metabolisme Basal) untuk tiap jenis kegiatan. Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk setiap kegiatan ditunjukkan dalam Tabel 4. Nilai PAR diperlukan untuk menentukan tingkat aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level) diperoleh dengan mengalikan PAR dengan waktu (dalam jam) melakukan sebuah aktivitas (FAO/WHO/UNU 2001). Secara sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL: Total pengeluaran = AMB x PAL
Secara sederhana, rumus untuk menghitung total pengeluaran energi adalah: Physical Activity Level(PAL) = (∑ (Lama melakukan aktivitas x PAR)): 24 Jam
Kategori tingkat aktivitas PAL dibedakan menjadi tiga, yaitu aktivitas ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik ringan memiliki nilai PAL antara 1.40-1.69, aktivitas fisik sedang memiliki nilai PAL 1.70-1.99 dan ktivitas fisik berat memiliki nilai PAL 2.00-2.39 (FAO/WHO/UNU 2001).
9 Tabel 2 Nilai Physical Activity Ratio Kategori Keterangan PAR PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) 1 PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2 PAL3 Duduk sambil menonton TV 1.72 PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5 PAL5 Makan dan minum 1.6 PAL6 Jalan santai 2.5 PAL7 Berbelanja (membawa beban) 5 PAL8 Mengendarai kendaraan 2.4 PAL9 Menjaga anak 2.5 PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75 PAL11 Setrika pakaian (duduk) 1.7 PAL12 Kegiatan berkebun 2.7 PAL13 Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1.3 PAL14 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) 1.6 PAL15 Olahraga (badminton) 4.85 PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5 PAL17 Olahraga (bersepeda) 3.6 PAL18 Olahraga (aerobic, berenang, sepak bola, dan lain-lain) 7.5 Sumber : FAO/WHO/UNU 2001 Keterangan: PAR = Physical Activity Ratio (faktor aktivitas) Data kebiasaan olahraga diperoleh dari frekuensi dan durasi contoh dalam berolahraga sehari. Data frekuensi kebiasaan olahraga contoh dikategorikan menjadi <3x seminggu, 3-5x seminggu dan >5x seminggu dan durasi olahraga contoh dikategorikan menjadi <83 menit/hari, 83-129 menit/hari dan >129 menit/hari. Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2 max yang menunujukkan data denyut jantung maksimum contoh. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO2 max calculator). Hasil perhitungan jarak yang telah ditempuh contoh juga dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut. %VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) –133) x 0.172] + 33.3
Data denyut jantung digunakan untuk mengetahui kondisi denyut jantung contoh antara sebelum dan sesudah melakukan tes. Data denyut jantung contoh sebelum dan sesudah tes tersebut kemudian dibandingkan dengan data denyut jantung normal untuk individu yang berprofesi sebagai atlet
10
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor adalah lembaga pendidikan pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dimulai pada awal abat ke-20 ini di Bogor. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan tempat atau wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan minat dan bakat dalam berolahraga, terdapat berbagai macam UKM yakni UKM Basket, UKM karate, UKM panahan, UKM taekwondo, UKM merpati putih, UKM tenis, UKM badminton, UKM futsal, UKM voli dan UKM sepakbola. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola Institut Pertanian Bogor terbentuk pada tanggal 4 Desember 1996 di Bogor. Dipelopori oleh sejumlah mahasiswa IPB dan beberapa staf IPB sebagai pembina. UKM mempunyai visi menyalurkan minat dan bakat anggota di bidang sepakbola sehingga dapat meningkatkan kualitas dan prestasi di bidang sepakbola bagi almamater. Syarat menjadi anggota UKM sepakbola IPB cukup dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa dan perekrutan anggota biasanya sudah dilakukan ketika calon mahasiswa melakukan regestrasi untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di IPB. Untuk menunjang kegiatan kemahasiswaan tersebut IPB mempunyai lapangan sepakbola sendiri dengan standar yang baik. Latihan rutin yang dilaksanakan UKM sebanyak 1 kali seminggu, dari latihan ini di evaluasi oleh pelatih dan manejer siapa saja yang sering mengikuti latihan dan mempunyai teknik yang baik maka akan diikutsertakan ketika ada pertandingan. Pertandingan persahabatan biasanya dilakukan minimal 1 kali dalam sebulan. Sruktur organisasi UKM sepakbola IPB terdiri dari penasehat, pembina, pelatih, ketua umum, sekretaris, manager, bendahara dan terdapat 5 (lima) devisi yaitu; humas, infokom, logistik, internal dan eksternal. Tidak semua divisi berjalan dengan baik pada kepengurusan UKM sepakbola ini, hal ini terlihat dari tidak adanya daftar nama anggota UKM yang tercatat. Jadi para anggota hanya diajak mengikuti UKM sementara pembukuaan untuk keanggotaan tidak dilakukan. Hal ini menjadi salah satu kesulitan untuk peneliti dalam melakukan sampling, sehingga diputuskan dilakukan dengan metode purposive sampling (Singarimbun & Effendi 1995) dengan berdasarkan kehadiran anggota pada saat latihan dilaksanakan. Prestasi yang pernah diraih oleh UKM adalah: tahun 1999 menembus perempat final Piala Siliwangi Bandung, tahun 2000 menjuarai Turnamen Sepakbola Antar Perguruan Tinggi se-wilayah II Karisidenan Jawa Barat, tahun 2001 semi final Piala Rektor Pakuan, tahun 2002 termasuk 8 besar Pusdikzi Cup dan tahun 2005, termasuk 8 besar Yonif 315 Cup dan Lanud ATS Cup.
11 Karakteristik Contoh Contoh yang diambil adalah mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola IPB yang aktif dan mengikuti latihan serta pertandingan yang dilaksanakan UKM, pengambilan contoh dengan metode purposive sampling yaitu pada semua anggota UKM sepakbola IPB berdasarkan kehadiran pada saat latihan berjumlah 25 orang. Usia Umur contoh berkisar antara 17 sampai 24 tahun, sebagian besar berada pada usia 18 tahun yaitu sebanyak 12 orang (48%) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Rata-rata umur contoh yaitu 18.6 ± 1.8. Menurut WHO (1995), usia contoh masuk dalam kategori remaja menengah yaitu 1519 dan kategori remaja akhir yaitu 19-24. Pada usia ini sebagian besar mahasiswa pada masa tahap tingkat persiapan bersama, normalnya pada tahap ini mahasiswa tidak terlalu sibuk dengan aktivitas kuliah, sehingga mereka mengisi waktu luang dengan berolahraga.
Gambar 2 Sebaran usia anggota UKM sepakbola IPB Berat Badan Pengukuran antropometri yang dilakukan pada contoh meliputi pengukuran berat badan, dan tinggi badan. Berat badan contoh dihitung dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian pengukuran 0.1 kg, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan stature meter. Tabel 3 Berat badan anggota UKM sepakbola IPB BB n % <52 2 8 52-62 19 76 ≥62 4 16 Rata-rata ± SD 57 ± 4.7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan contoh berkisar antara 45-65 kg. Contoh sebagian besar memiliki kisaran berat badan antara 52-62 kg yaitu sebanyak sembilan belas orang dengan persentase 76%.
12 Contoh yang memiliki berat badan <52 kg yaitu berjumlah dua orang dengan persentase 8%. Sedangkan contoh yang memiliki berat badan >62 kg berjumlah empat orang dengan persentase 16%. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap contoh diketahui bahwa rata-rata berat badan contoh yaitu 56.9 ± 4.8 kg. Tinggi Badan Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan stature meter. Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Tabel 4 Tinggi badan anggota UKM sepakbola IPB TB <162 162-174 >174 Rata-rata ± SD
n 3 18 4
% 12 72 16 167.2 ± 5.7
Hasil penelitian menujukkan bahwa Tinggi badan contoh berkisar antara 156-179 cm. Contoh sebagian besar memiliki kisaran tinggi badan antara 162-174 cm yaitu sebanyak delapan belas orang dengan persentase 72%. Contoh yang memiliki tinggi badan <162 cm berjumlah tiga orang dengan persentase 12%. Contoh yang memiliki tinggi badan >174 berjumlah empat orang dengan persentase 16%. Rata-rata tinggi badan contoh yaitu 167.2 ± 5.7. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi. Beberapa cara untuk mengukur status gizi adalah dengan konsumsi, biokimia/laboratorium, antropometri dan secara klinis. Pengukuran status gizi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode antropometri. Untuk menentukan status gizi contoh terlebih dahulu ditentukan IMT contoh. Penentuan status gizi contoh dilakukan dengan menggunakan indikator IMT/Umur yang direkomendasikan sebagai indikator penentuan status gizi untuk remaja (Riyadi 2003).
13
Gambar 3 Status gizi anggota UKM sepakbola IPB Gambar 3 menunjukkan bahwa seluruh contoh (100%) memiliki status gizi normal yang memiliki IMT 18.5-24.9. Status gizi yang baik sangat penting bagi atlet karena dapat meningkatkan kemampuan dan performa atlet (Williams 1989).
Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi (Karyadi 1997). Melalui pengetahuan yang tepat dan benar mengenai gizi, orang tersebut akan berupaya untuk mengatur pola makannya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan, tidak berlebihan dengan memanfaatkan bahan pangan yang ada, sehingga masalah gizi yang timbul, baik itu gizi kurang atau gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh prilaku seseorang (Pranadji 1988). Pengetahuan gizi diberikan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan contoh terhadap gizi. Pengetahuan gizi yang diberikan sebanyak 20 soal dengan yang berhubungan dengan gizi secara umum dan gizi olahraga secara khusus. Jawaban dari soal diberi nilai dengan menggunakan sistem angka yang kemudian dipersentasekan dengan skor maksimal jawaban total menurut Khomsan (2000).
Gambar 4 Sebaran pengetahuan gizi anggota UKM sepakbola IPB
14 Berdasarkan Gambar 4 didapat sebagian besar contoh dikategorikan ke dalam pengetahuan gizi sedang yaitu sebesar 80%, kakategori kurang 12% dan kategori baik 8%. Tabel 5 Sebaran contoh menurut pertanyaan pengetahuan gizi No 1
Pertanyaan Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung gizi
Menjawab benar n % 24 96
yang cukup aman dan higienis 2
Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh antara lain karbohidrat,
24
96
17
68
24 13
96 52
24
96
10
40
17
68
18
72
18
72
24
96
18
72
5
20
19
76
23
92
25 22
100 88
7
28
1
4
10
40
protein, lemak, vitamin, mineral dan air 3 4 5
Zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energi utama saat berolahraga yaitu karbohidrat Makanan sumber karbohidrat yaitu beras Protein bagi atlet berfungsi sebagai perkembangan dan
perbaikan jaringan 6
Tujuan pemberian karbohidrat bagi atlet yaitu mempunyai
cadangan glikogen 7 8
Jenis makanan yang mengandung protein dengan asam amino yang cukup lengkap yaitu ayam Makanan yang cocok untuk mengembalikan glikogen tubuh sehabis berolahraga adalah makanan yang mengandung
karbohidrat tinggi 9
Lemak yang digunakan oleh otot terutama dalam bentuk asam
lemak tak jenuh 10
Di bawah ini yang termasuk pangan tinggi lemak antara lain keju,
mentega, minyak goring 11
Pemberian cairan bagi atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi
dan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh 12
Konsumsi cairan bagi atlet sebaikanya dilakukan pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pertandingan 13 14 15
Jenis elektrolit yang banyak hilang melalui keringat saat berolahraga yaitu Natrium (Na) dan Klorida (Cl) Minuman isotonik alami yang dapat dikonsumsi setelah atlet berolahraga yaitu air kelapa Tujuan pengaturan makan bagi atlet yaitu memperoleh gizi
yang optimal 16 17 18 19
20
Kekurangan cairan selama latihan dapat menyebabkan dehidrasi Kebugaran atlet dapat dipengaruhi oleh gizi, intensitas latihan dan kondisi fisik Aktivitas dalam olahraga sepakbola termasuk aktivitas aerobik dan anaerobik Dalam istilah olahraga, semua bahan atau zat yang meningkatkan atau diperkirakan dapat meningkatkan penampilan fisik atlet disebut alat bantu ergogenik (ergogenic aids) Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk olahraga endurance (daya tahan) yaitu lemak
15 Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan nomor 16 tentang “kekurangan cairan selama latihan dapat menyebabkan dehidrasi” semua contoh menjawab dengan benar, sedangkan jawaban yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 19 tentang “bahan atau zat yang dapat meningkatkan penampilan fisik atlet disebut alat bantu ergogenik” hanya satu contoh yang menjawab benar. Nilai tertinggi adalah dengan skor 80 dan yang paling rendah adalah 54, sementara rata-ratanya adalah 66. Ketidakmampuan contoh dalam menjawab pertanyaan diduga karena pilihan jawaban yang tidak umum dan mungkin belum diketahui contoh. Kesehatan tubuh belum terjamin dengan konsumsi makanan yang berkualitas baik tanpa mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk kesehatan. Untuk mengetahui hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan gizi yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal ataupun informal. Hal lain yang juga berperan dalam menambah wawasan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi seseorang olahragawan adalah dengan aktif mengikuti perkembangan informasi mengenai gizi olahragawan. Informasi ini dapat diperoleh melalui media informasi misalnya surat kabar dan majalah, siaran radio, siaran televise, internet dan lain-lain. Menurut Martianto dan Ariani (2004) peningkatan pengetahuan gizi memungkinkan pengelolaan sumberdaya secara lebih baik sehingga seseorang dapat memilih jenis-jenis pangan yang bermutu gizi tinggi dengan harga terjangkau. Tercukupinya kebutuhan gizi individu menurut Pranadji (1988) adalah merupakan hasil akhir yang diharapkan akibat meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan gizi.
Keanekaragaman konsumsi pangan Keanekaragaman Konsumsi Pangan adalah beranekaragam-nya jenis pangan yang dikonsumsi mencakup pangan sumber energi, protein dan zat gizi lainnya, dalam bentuk bahan mentah maupun pangan olahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan baik kuantitas maupun kualitas (Deptan 2002). Keanekaragaman konsumsi pangan sangat diperlukan karena adanya saling mengisi yang artinya kekurangan zat gizi suatu pangan dapat dipenuhi oleh kelebihan zat gizi yang bersangkutan dari pangan lainnya (LIPI 1998). Dengan demikian dapat disimpulkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi maka akan semakin baik kualitas gizinya. Keanekaragaman konsumsi pangan diukur menggunakan skor PPH dan dikatakan beragam apabila skor di atas 90 (Permentan 65 Tahun 2010).
16
Gambar 5 Sebaran skor PPH anggota UKM sepakbola IPB Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (84%) konsumsi pangannya tidak beragam dan yang beragam (16%). Hal ini menunjukkan sebagian besar contoh konsumsi pangannya belum beragam. Keanekaragaman konsumsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni menurut Hardinsyah (2007), keragaman konsumsi pangan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, daya beli pangan, waktu yang tersedia untuk pengolahan pangan dan tersedianya pangan lokal. Konsumsi pangan contoh secara keseluruhan berasal dari padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah (Tabel 6). Namun pada penelitian ini tidak terdapat contoh yang mengkonsumsi kelompok pangan buah/biji berminyak. Tabel 6 Total skor PPH contoh Kelompok
Energi aktual Padi-padian 2176.5 Umbi-umbian 29.9 Pangan hewani 1144.8 Minyak dan lemak 419.6 Buah/biji berminyak Kacang-kacangan 348.2 Gula 96.1 Sayur dan buah 106.4 Lain-lain 367.2 Total 4688.7
% % Bobot aktual AKE 46.4 84.2 0.5 0.6 1.2 0.5 24.4 44.3 2 8.9 16.2 0.5 0.5 7.4 13.5 2 2.0 3.7 0.5 2.3 4.1 5 7.8 14.2 0 100 181.5
Skor aktual 23.2 0.3 48.8 4.5 14.9 1.0 11.3 0.0 104.1
Skor Skor AKE maks 42.1 25 0.6 2.5 88.6 24 8.1 5 1 27.0 10 1.9 2.5 20.6 30 0.0 0 188.8
Skor PPH 25 0.6 24 5 10 1.9 20.6 0 87.1
Kelompok pangan yang sering dikonsumsi contoh adalah padi-padian, pangan hewani serta sayur dan buah. Hal ini dapat dilihat dari skor PPH kelompok padi-padian, pangan hewani yang mencapai skor maksimum, serta sayur dan buah yang hampir mendekati skor maksimum.Berdasarkan tabel diatas bahwa terdapat beberapa kelompok pangan seperti padi-padian (nasi, roti dan mie), pangan hewani (telur dan daging), minyak dan lemak
17 serta kacang-kacangan (tempe dan tahu) didapat skor AKE melebihi skor maksimal hal ini dikarenakan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan individu, menurut Hardinsyah (2007) keragaman konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan gizi, daya beli pangan, waktu yang tersedia untuk pengolahan pangan dan tersedianya pangan lokal. Berdasarkan tabel diatas didapat total skor PPH contoh yaitu 87.1. Berdasarkan rata-rata skor PPH tersebut dapat dikatakan konsumsi pangan contoh sudah baik namun belum bisa dikatakan beragam.
Tingkat Kecukupan Zat gizi Energi Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang. Tingkat kecukupan energi (TKE) adalah rata-rata tingkat kecukupan energi pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat dan tinggi badan) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan (Hardiansyah & Tambunan 2004). Makanan seorang atlet hendaknya mencukupi kebutuhan semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan zat-zat gizi di dalam tubuh akan berkurang akibat aktivitas yang dilakukannya. Oleh sebab itu perlu pemenuhan gizi yang cukup bagi contoh dalam rangka memenuhi kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Konsumsi energi contoh diperoleh dengan menggunakan metode recall 2x 24 jam yaitu satu hari recall pada hari biasa dan satu hari recall pada hari libur. Tujuan dari metode recall ini adalah agar dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi contoh yang representatif dilakukan pada saat hari biasa dan hari libur. Hasil recall tersebut data diolah dengan menggunakan konversi sterhadap Daftar Kompisisi Bahan Makanan (DKBM) dan pada akhirnya dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Angka kecukupan energi (AKE) contoh diperoleh dari WKNPG 2004 sesuai dengan jenis kelamin dan umur contoh. Faktor aktivitas yang digunakan adalah faktor aktivitas dari tingkat ringan sampai tingkat sedang. Tingkat kecukupan energi dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat sedang, defisit tingkat ringan, normal, dan lebih sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan Depkes (1996).
18
Gambar 6 Tingkat kecukupan energi anggota UKM sepakbola IPB Hasil recall menunjukkan rata-rata konsumsi energi contoh secara keseluruhan yaitu 2341 kkal, dengan konsumsi energi paling tinggi yaitu sebesar 2726 kkal dan konsumsi energi paling rendah yaitu 2010 kkal. Berdasarkan Gambar 6 hasil tingkat kecukupan energi yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 44% contoh dalam kategori defisit ringan dan 56% dalam kategori normal. Konsumsi energi yang rendah (mengalami defisit) sangat tidak cocok bagi contoh karena dapat mengganggu performa contoh. Oleh karena itu, menurut Mihardja (2007) konsumsi makanan secara baik dan optimal mampu memelihara ketersediaan yang cukup sehingga menghasilkan kemampuan beraktivitas dan waktu pemulihan yang baik. Menurut Williams (1989), kebutuhan energi tergantung pada jenis aktivitas fisik dan durasinya. Beberapa aktivitas tidak membutuhkan dan tidak mengeluarkan energi besar serta dilakukan dalam waktu singkat. Namun beberapa aktivitas, seperti lari dan latihan fisik yang membutuhkan daya tahan tubuh lebih besar juga membutuhkan energi dalam jumlah yang cukup besar pula. Protein Protein adalah zat gizi utama untuk keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot yang aus, produksi hormon dan mengganti sel-sel darah merah yang mati dengan yang baru. Protein juga berfungsi sebagai pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi dan sumber energi (Fatmah 2011). Sumber protein dapat berasal dari bahan pangan hewani dan nabati. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, baik dalam segi jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Pada protein nabati berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya. Gambar 7 menunjukkan data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein.
19
Gambar 7 Tingkat kecukupan protein anggota UKM sepakbola IPB Hasil recall menunjukkan rata-rata konsumsi protein contoh secara keseluruhan yaitu 61 gram, dengan konsumsi protein paling tinggi yaitu sebesar 100 gram dan konsumsi protein paling rendah yaitu 38 gram. Berdasarkan Gambar 7 hasil tingkat kecukupan energi yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 8% contoh dalam kategori defisit berat, 28% contoh dalam kategori defisit ringan, 20% dalam kategori defisit sedang dan 56% dalam kategori normal serta 16% dalam kategori lebih. Protein merupakan salah satu jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting bagi tubuh, yaitu sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein juga mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan pembentukan enzim yang kemudian juga akan terlibat di dalam proses metabolisme tubuh (Irawan 2007). Oleh karena itu protein sangat dibutuhkan bagi atlet karena atlet lebih berisiko untuk mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhan konsumsi protein seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan non-atlet. Kelebihan dan kekurangan asupan protein juga sangat berbahaya, apabila asupan protein terlalu rendah dapat merugikan karena protein tubuh akan dipecah dan tenaga akan dipakai untuk melakukan pemecahan protein tubuh tersebut dan apabila kelebihan asupan protein juga dapat menyebabkan terbentuknya lemak tubuh dan meningkatnya kebutuhan akan air (Fatmah 2011). Lemak Lemak merupakan zat gizi yang menghasilkan energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan oleh karbohidrat.
20 Walaupun lemak sangat dibutuhkan oleh atlet yang melakukan olahraga dalam intensitas waktu yang lama, namun konsumsi lemak yang berlebihan tidak dianjurkan bagi seorang atlet karena dapat mengakibatkan peningakatan trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko kesehatan seperti aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul pada seorang atlet akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana 2000).
Gambar 8 Tingkat kecukupan lemak anggota UKM sepakbola IPB Berdasarkan Gambar 8 hasil tingkat kecukupan lemak yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 12% contoh dalam kategori defisit berat, 16% dalam kategori defisit ringan, 20% dalam kategori defisit sedang dan 40% dalam kategori normal serta 12% dalam kategori lebih. Rata-rata konsumsi contoh yaitu 65.6 gram. Pada gambar tersebut menunjukkan sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan yang tergolong normal dan hanya sebagian kecil contoh yang tingkat kecukupannya tergolong lebih. Konsumsi lemak berlebih dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti jantung koroner dan kanker (Almatsier 2009) dan juga dapat mengakibatkan kegemukan, hal ini justru akan mengurangi kelincahan pergerakan pemain di lapangan sehingga pemain terlihat lamban. Karbohidrat Karbohidrat merupak sumber energi yang utama bagi manusia, terlebih lagi bagi olahragawan sepakbola yang memerlukan energi sebagai kebutuhan utamanya agar dapat mempertahankan stamina tubuh untuk keperluan latihanmaupun pertandingan sehingga dapat berprestasi setinggi mungkin. Karbohidrat yang dikonsumsi dapat tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Sekitar 80% dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen di dalam otot, 18-22% akan tersimpan sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya akan bersirkulasi di dalam aliran darah dalam bentuk glukosa (Irawan 2007).
21
Gambar 9 Tingkat kecukupan karbohidrat anggota UKM sepakbola IPB Berdasarkan Gambar 9 hasil tingkat kecukupan karbohdrat yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 20% contoh dalam kategori defisit berat, 28% contoh dalam kategori defisit ringan, 44% dalam kategori defisit sedang dan 8% dalam kategori normal serta tidak terdapat contoh pada kategori lebih. Rata-rata konsumsi karbohidrat yaitu 321.6 gram. Menurut Irawan (2007) atlet seharusnya mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Hal ini dikarenakan jika atlet mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang besar dalam sehari-hari akan memilki simpanan glikogen yang relatif lebih besar jika dibandingan dengan atlet yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang kecil. Dengan simpanan glikogen yang rendah, seorang atlet dalam menjalankan latihan/pertandingannya akan cepat merasa lelah sehingga kemudian mengakibatkan terjadinya penurunan intensitas dan performa olahraga. Hal ini berbeda dengan seorang atlet yang akan memiliki performa dan ketahanan yang lebih baik apabila memiliki simpanan glikogen yang besar. Namun jika konsumsi melebihi kebutuhan akan mengakibatkan seseorang menjadi gemuk karena karbohidrat berlebih akan diubah menjadi lemak di dalam tubuh (Almatsier 2009). Kalsium Kalsium merupakan gizi mikro yang memiliki peranan penting Kalsium merupakan zat gizi yang diperlukan bagi seseorang dengan aktivitas fisik (olahraga) yang cukup. Kebutuhan kalsium akan meningkat dengan jenis olahraga yang dapat meningkatkan densitas tulang, seperti basket, sepak bola, lari, berjalan kaki dan lain-lain (Syafiq et al. 2007). Fungsi utama kalsium di dalam tubuh adalah peranannya dalam pembentukan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium dapat meningkatkan risiko osteoporosis yaitu gangguan yang menyebabkan penurunan secara bertahap dan jumlah kekuatan jaringan tulang. Menurut WKNPG 2004 kecukupan kalsium remaja yang berumur 16-18 tahun adalah sebanyak 1000 mg setiap harinya dan remaja berumur 19-29 tahun adalah sebanyak 800 mg setiap harinya.
22
Gambar 10 Tingkat kecukupan kalsium anggota UKM sepakbola IPB Pada gambar diatas dapat dilihat tingkat kecukupan kalsium contoh didapat 52% pada kategori cukup dan 48% pada kategori kurang. Rata-rata konsumsi kalsium yaitu 673.1 mg. Menurut penelitian Fikawati, Syafiq dan Puspasari (2005) menunjukkan bahwa remaja yang aktivitas olahraganya kurang, memiliki resiko untuk kurang asupan kalsiumnya sebesar 1.56 kali dibandingkan remaja yang tingkat aktivitas olahraganya cukup. Kekurang kalsium juga dapat mengganggu kerja otot, sehingga otot tidak bisa mengendur sesudah kontraksi dan tubuh akan kaku sehingga dapat menimbulkan kejang (Almatsier 2009). Zat Besi Bagi olahragawan, konsumsi Fe dalam jumlah yang cukup sangat dianjurkan karena merupakan mineral yang sangat diperlukan tubuh dalam pembentukan hemoglobin, mioglobin dan juga sebagai enzim yang diperlukan dalam metabolisme. Kekurangan zat besi terutama pada remaja dapat menyebabkan anemia gizi besi dan juga menurunkan kinerja fisik, hambatan perkembangan, dan bagi olahragawan dikhawatirkan apabila terjadi kekurangan zat besi secara terus-menerus maka seorang olahragawan akan cepat lelah dan lambat masa pemulihannya (Sumosardjuno 1992).
Gambar 11 Tingkat kecukupan besi anggota UKM sepakbola IPB
23 Pada gambar diatas dapat dilihat tingkat kecukupan besi contoh didapat 52% pada kategori cukup dan 48% pada kategori kurang. Rata-rata konsumsi besi yaitu 9.6 mg. Sumber bahan pangan zat besi yang terbesar berasal dari bahan pangan daging ayam, ikan, tahu dan tempe. Zat besi sangat penting bagi contoh, dimana asupan zat besi yang cukup akan berhubungan langsung dengan rasa lelah dan daya tahan tubuh contoh. Jika contoh kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia gizi besi yang ditandai dengan kulit pucat, lemah, letih, dan nafas pendek akibat kekurangan oksigen. Menurut Karyadi dan Muhilal (1990) besi hem yang berasal dari makanan hewani lebih mudah diserap 10-20%, sedangkan besi nonhem yang berasal dari bahan makanan nonhewani lebih sukar diserap 15%. Vitamin A Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai fungsi penting dalam penglihatan. Selain berperan dalam proses penglihatan, vitamin A juga berperan dalam kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan pencegahan penyakit kanker dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung (Almatsier 2004). Bagi seseorang yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi, vitamin A sangat berperan penting dalam differensiasi sel, oleh sebab itu intik vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam peningkatan performa dan pemulihan latihan.
Gambar 12 Tingkat kecukupan vitamin A anggota UKM sepakbola IPB Pada gambar diatas dapat dilihat tingkat kecukupan vitamin A contoh didapat 80% pada kategori cukup dan 20% pada kategori kurang. Rata-rata konsumsi vitamin A yaitu 854 RE. Sumber bahan pangan vitamin A yang terbesar berasal dari bahan pangan sayur-sayuran seperti wortel, sawi dan kangkung. Bagi atlet, vitamin A sangat berperan penting dalam differensiasi sel, oleh sebab itu intik vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam peningkatan performa atlet dan pemulihan latihan. Sulaeman dan Muhilal (2004) menyatakan bahwa kelebihan konsumsi vitamin A dapat memberikan efek teratogenik, kelainan jantung, kelainan saluran kemih, mengganggu sistem saraf pusat dan tulang otot. Selain itu menurut Wiliams
24 (2002) vitamin A adalah salah satu vitamin larut lemak, dimana defisiensi vitamin A akan dapat mempengaruhi performa aktivitas fisik. Vitamin C Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air. Vitamin C atau yang biasa dikenal dengan nama asam askorbat berfungsi untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Vitamin C bekerja sebagai pereduksi kemampuan metal yang diperlukan untuk aktivitas katalik enzim terkait. Kemampuan mereduksi ini juga berperan dalam membantu absorbsi zat besi, menghambat pembentukan nitrosamin, membantu metabolisme obat, respon imun, sintesis steroid anti inflamasi, dan penyembuhan luka. Peranperan tersebut juga menunjukkan bahwa vitamin C mempunyai fungsi sebagai antioksidan (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Angka kecukupan vitamin C bagi remaja yang berumur 16-29 tahun adalah 90 mg menurut WKNPG 2004.
Gambar 13 Tingkat kecukupan vitamin C anggota UKM sepakbola IPB Pada gambar diatas dapat dilihat tingkat kecukupan vitamin C contoh didapat 8% pada kategori cukup dan 92% pada kategori kurang. Rata-rata konsumsi vitamin C yaitu 31.8 mg. Bahan pangan sumber vitamin C yang sering dikonsumsi oleh contoh yaitu jus mangga, jus alpokat dan jus jambu. Konsumsi vitamin C yang kurang dapat menghambat terbentuknya asam laktat dalam otot yang dapat menyebabkan kelelahan (Sumosardjuno 1990 diacu dalam Basir 2008). Apabila konsumsi vitamin C yang cukup, olahragawan diharapkan tidak cepat lelah dalam melaksanakan latihanlatihan rutinnya ataupun saat mengikuti suatu pertandingan. Namun Clark (1996) menyatakan bahwa olahraga tidak meningkatkan kebutuhan vitamin karena olahraga tidak membakar vitamin, tetapi hal itu pun harus dengan syarat yaitu selama seseorang selalu mendapat makanan seimbang sehingga dia tidak perlu mendapatkan suplementasi.
25 Aktivitas Fisik Menurut WHO (2010), aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap kebugaran seseorang. Menurut Caspersen et al. (1985) aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dan dilakukan berulang-ulang dapat memperbaiki atau memelihara kebugaran fisik. Aktivitas fisik contoh dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) yaitu aktivitas aktivitas ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik Hari Kuliah n %
Hari Libur n %
Aktivitas ringan
9
36
16
Aktivitas sedang Aktivitas berat Rata-rata ± SD
16 64 0 0 1.79 ± 0.2
7 2
Kategori PAL
64
28 8 1.70 ± 0.2
Pada Tabel 6 terlihat adanya perbedaan tingkat aktivitas contoh pada hari kuliah dengan hari libur. Pada hari kuliah aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas ringan sebanyak 36%, aktivitas sedang 64% dan tidak ada contoh yang aktivitasnya tergolong aktivitas berat. Sedangkan pada hari kuliah aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas ringan sebanyak 64%, aktivitas sedang 28% dan 8% contoh aktivitasnya tergolong aktivitas berat.
Kebiasaan Olahraga Olahraga merupakan salah satu contoh dari aktifitas fisik. Olahraga adalah segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (Mutohir & Maksum 2007). Manfaat dari berolahraga yakni menjaga kebugaran dan kesehatan. Jenis Olahraga Olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Manfaat dari olahraga yaitu menjaga berat badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al. 2003), dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang menjadi indikator kebugaran (Stevanie 2011). Jenis olahraga yang sering dilakukan contoh yaitu sepakbola, futsal, badminton, basket, joging, bersepeda, tenis meja dan voli. Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga terdapat pada Gambar 14. Persentase jenis olahraga yang paling tinggi yaitu sepakbola sebesar 100%, futsal sebesar 76%, badminton 12%, joging 20%, basket 8% dan bersepeda,
26 tenis meja dan voli masung-masing sebesar 4%. Menurut Karim (2002) menyebutkan bahwa olahraga sebaiknya dilakukan secara bervariasi, berganti-ganti jenisnya supaya tidak monoton.
Gambar 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga Frekuensi Olahraga Frekuensi olahraga adalah berapa kali seminggu olahraga dilakukan agar memberi efek latihan bagi kesehatan (Kusmana 1997). Frekuensi olahraga terbagi menjadi tiga kategori yaitu <3x seminggu, 3-5x seminggu dan >5x seminggu. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga terdapat pada Tabel 7. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga Frekuensi n % < 3x seminggu 2 8 3-5x seminggu 16 64 >5x seminggu 7 28 Rata-rata ± SD 4 ± 1.3 Berdasarkan tabel diatas didapat sebagian besar contoh melakukan olahraga 3-5x seminggu sebanyak 64%, contoh yang melakukan olahraga <3x seminggu sebanyak 8% dan yang >5x seminggu sebanyak 4%. Menurut Bernstein (2003), intensitas olahraga akan mempengaruhi kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara maksimal (VO2 max) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Durasi atau Lama Olahraga Menurut Karim (2002), olahraga yang baik dan benar memiliki beberapa syarat antara lain olahraga dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan 5-10 menit, diikuti dengan latihan inti minimal 20 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 5-10 menit. Pada penelitian ini durasi atau lama olahraga terbagi menjadi 3 kategori yaitu <83 menit/hari, 83-129 menit/hari dan >129 menit/hari. Tabel 8 menunjukkan sebaran contoh
27 berdasarkan durasi atau lama olahraga. Persentase contoh sebesar 68% melakukan olahraga selama 83-129 menit/hari, 31% melakukan olahraga <83 menit/hari dan tidak ada contoh yang melakukan olahraga >129 menit/hari. Rata-rata durasi olahraga contoh adalah 105.6 ± 23.1 menit/hari. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan durasi olahraga Durasi(menit/hari) <83 83-129 >129 Rata-rata ± SD
n 8 17 0
% 32 68 0 105.6 ± 23.1
Tingkat Kebugaran Menurut Giriwijoyo dan Ali (2005) kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam menjalankan tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan untuk melakukan kegiatan aktivitas fisik ekstra serta pulih kembali sebelum menjalani tugasnya sehari-hari. Nilai kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas atau profesi masingmasing. Tingkat kebugaran jasmani dapat dilihat dari VO2 maksimum yang diperoleh dari Tes Balke dan denyut jantung. VO2 Maksimum Kebuguran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dikonsumsi selama berolahraga. Kemampuan menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Volum oksigen maximum (VO2 max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen (Depkes 1997). Selain itu, VO2 max juga didefinisikan sebagai laju tertinggi dari konsumsi oksigen yang dapat dicapai selama latihan yang maksimal (Mackenzie 1997). Nilai VO2 max dapat dikategorikan berdasarkan umur contoh menjadi 3 kategori yaitu baik, kurang dan cukup. Data sebaran contoh berdasarkan kategori VO2 max disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15 Tingkat kebugaran anggota UKM sepakbola IPB
28 Pada gambar diatas didapat bahwa sebagian besar VO2 max contoh berada pada kategori cukup sebesar 64%, kategori kurang 28% dan kategori baik 8%. Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil tes ini diantaranya suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban, waktu tidur contoh sebelum melaksanakan tes, emosi, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, waktu pelaksanaan tes, asupan kafein atlet, waktu makan terakhir contoh, lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym), pengetahuan, akurasi pengukuran, apakah contoh benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes, kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji (Mackenzie 1997). Keberhasilan pengukuran VO2 max dipengaruhi berbagai faktor diantaranya waktu tidur, emosi, dan kesungguhan contoh untuk menggunakan usaha maksimal dalam tes (Mackenzie 1997). Denyut Jantung Denyut jantung dapat diartikan sebagai jumlah detak jantung setiap satu menit. Jumlah denyut jantung pada orang normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada olahragawan seperti atlet jumlah denyut jantung per menit nya lebih rendah dari pada orang normal.
Gambar 16 Denyut nadi sebelum dan sesudah anggota UKM sepakbola IPB Rata-rata denyut nadi atlet sebelum melakukan tes yaitu sebanyak 81 kali per menit, dan rata-rata denyut nadi setelah melakukan tes yaitu 121 kali per menit. Denyut nadi sebelum melakukan tes mempunyai nilai lebih tinggi dari yang biasanya yaitu 60-80 kali/menit dikarenakan sebelum melakukan tes sebagian contoh telah melakukan aktivitas seperti lari dan jalan dari asrama ke tempat latihan karena baru selesai kuliah. Menurut Wibowo (2005) pada saat berolahraga dan melakukan aktivitas, denyut jantung akan meningkat dan akan menurun kembali pada saat beristirahat. Hal ini dikarenakan pada saat berolahraga tubuh memerlukan oksigen lebih besar dari pada saat aktivitas normal, sehingga akan membuat jantung bekerja lebih keras dan akan mempercepat denyut jantung.
29 Uji Hubungan Antar Variabel Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel pada penelitian ini adalah uji korelasi Pearson dan Spearman. Hubungan antar variabel yang akan dilihat pada contoh adalah hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga, hubungan antara pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan, hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan gizi, hubungan tingkat kecukupan gizi dengan kebugaran, hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran, serta hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebugaran. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Keanekaragaman Konsumsi Pangan Hasil uji korelasi Pearson antara variabel pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan menunjukkan tidak memiliki hubungan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan gizi atlet belum tentu beranekaragam konsumsi pangannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tina (2000) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan. Dalam penelitian ini, hubungan antara pengetahuan gizi dengan keanekargaman konsumsi belum dapat menunjukan bahwa pengetahuan gizi yang tinggi akan menyebabkan konsumsi pangan yang lebih beragam. Hal ini diduga dikarenakan terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keanekaragaman konsumsi pangan seseorang. Menurut Hardinsyah (2007), Keanekaragaman pangan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, namun juga daya beli dan preferensi pangan. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Olahraga Hasil uji korelasi Pearson antara variabel pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga menunjukkan adanya hubungan signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi berhubungan dengan kebiasaan olahraga. Pengetahuan gizi sangatlah penting bagi atlet, dimana dengan pengetahuan gizi yang baik maka kebiasaan olahraga contoh juga semakin baik. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat contoh menunjukkan adanya hubungan (p<0.05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh. Menurut Nasoetion dan Khomsan (1995), pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi pangan seseorang/keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemelihan atau pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin. Tercukupinya kebutuhan gizi
30 individu menurut Pranadji (1988) adalah merupakan hasil akhir yang diharapkan akibat meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan gizi. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebugaran Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel pengetahuan gizi dengan kebugaran contoh menunjukkan adanya hubungan (p<0.05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan pengetahuan gizi dengan kebugaran contoh. Pengetahuan gizi sangatlah penting bagi contoh karena dengan pengetahuan gizi yang baik maka contoh dapat mengetahui mana yang baik bagi dirinya sehingga dapat menjaga maupun meningkatkan kebugarannya seperti berolahraga dan mengkonsumsi pangan sesuai kebutuhannya. Hubungan Keanekaragaman Konsumsi Pangan dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Hasil uji korelasi Pearson untuk keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium besi, vitamin A, dan vitamin C contoh menunjukkan tidak ada hubungan (p>0.05). Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tina (2000) dan Suhardjo (1998), bahwa keanekaragaman konsumsi berhubungan dengan tingkat kecukupan zat gizi karena semakin beragam konsumsi maka semakin baik tingkat kecukupannya. Pangan yang beragam umumnya memiliki mutu yang lebih tinggi daripada mutu masing-masing bahan penyusunnya. Hal ini terjadi karena adanya saling melengkapi antara pangan yang dikonsumsi, dimana kekurangan zat gizi dalam suatu pangan dapat ditutupi oleh kelebihan zat gizi yg bersangkutan yang tekandung dalam pangan lainnya. Hubungan Keanekaragaman Konsumsi Pangan dengan Kebugaran Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel keanekaragaman konsumsi pangan dengan kebugaran contoh menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan contoh dengan kebugaran. Hal ini terjadi karena adanya saling melengkapi antara pangan yang dikonsumsi, dimana kekurangan zat gizi dalam suatu pangan dapat ditutupi oleh kelebihan zat gizi yg bersangkutan yang tekandung dalam pangan lainnya sehingga dapat memenuhi kebutuhannya sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya dapat meningkatkan kebugarannya. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Kebugaran Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat dengan kebugaran contoh menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh dengan kebugaran. Hasil penelitian sejalan dengan Fatmah (2011) yang menyatakan bahwa ketersediaan zat gizi dalam tubuh berpengaruh terhadap kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskular. Hasil ini juga
31 sejalan dengan Kartika (2006) salah satu upaya untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang baik diperlukan tingkat konsumsi yang cukup. Konsumsi zat gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah dan mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai prestasi olahraga yang maksimal. Namun Hasil uji korelasi Pearson untuk variabel tingkat kecukupan kalsium, besi, vitamin A dan vitamin C dengan kebugaran contoh menunjukkan tidak adanya hubungan (p>0.05). Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat kecukupan kalsium, vitamin A dan vitamin C contoh dengan kebugaran. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Hasil uji korelasi Pearson antara frekuensi dan durasi olahraga dengan kebugaran menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi dan durasi olahraga contoh dengan kebugaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nonly (2011) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan, hal ini ditunjukan dengan semakin lama dan sering contoh melakukan olahraga akan semakin baik daya tahan paru-jantung contoh. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Isriati (2004) yaitu terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani berdasarkan kebiasaan olahraga pada siswa SMA, yang menyatakan terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebugaran. Menurut Bernstein (2003), intensitas olahraga akan mempengaruhi kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara maksimal (VO2 max) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugran Hasil uji korelasi Spearman untuk variabel aktivitas fisik dengan kebugaran contoh menunjukkan adanya hubungan (p<0.05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi aktivitas contoh maka kebugaran contoh akan meningkat. Hasil ini sejalan dengan penelititan Gutin et al. (2005) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat aktivitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi. Hal ini berarti semakin aktif tingkat aktivitas seseorang semakin baik daya tahan kardiorespirasimya. Organ yang paling aktif pada aktivitas fisik adala otot rangka. Akibat aktivitas otot rangka yang dilakukan secara teratur dan terukur, maka memberi pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap organ lainnya yang akan meningkatkan taraf kesehatan dan kebugaran (Fatmah 2011). Menurut Caspersen et al. (1985) aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dan dilakukan berulang-ulang dapat memperbaiki atau memelihara kebugaran fisik.
32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Gizi, Keanekaragaman Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Olahraga dengan Kebugaran Anggota UKM Sepakbola IPB menggunakan contoh keseluruhan berjenis kelamin laki-laki. Kisaran Umur contoh berkisar antara 19 sampai 24 tahun. Berat badan contoh berkisar antara 45-65 kg. Tinggi badan contoh berkisar antara 156-179 cm. Seluruh contoh berstatus gizi normal yang dihitung menggunakan indikator IMT/U. Hasil yang didapat yaitu 8% contoh berpengatahuan gizi baik, 80% contoh berpengatahuan gizi sedang dan 12% contoh berpengetahuan gizi kurang. Keanekaragaman konsumsi pangan diukur menggunakan skor PPH, dikatakan beragam apabila skor diatas 90. Berdasarkan hasil yang didapat sebanyak 16% tergolong beragam dan 84% tidak beragam. Tingkat kecukupan energi hampir seluruh contoh yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 44% contoh dalam kategori defisit ringan dan 56% dalam kategori normal. Tingkat kecukupan protein yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 8% contoh dalam kategori defisit berat, 28% dalam kategori defisit sedang dan normal, 20% dalam kategori defisit ringan dan 16% dalam kategori lebih. Tingkat kecukupan lemak yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 16% contoh dalam kategori defisit berat dan kategori defisit ringan, 12% dalam kategori defisit sedang dan lebih serta 44% dalam kategori normal. Tingkat kecukupan karbohidrat yang telah dikategorikan menunjukkan bahwa terdapat 20% contoh dalam kategori defisit berat, 28% contoh dalam kategori defisit ringan, 44% dalam kategori defisit sedang dan 8% dalam kategori normal serta tidak terdapat contoh pada kategori lebih. Tingkat kecukupan kalsium dan besi contoh didapat 52% pada kategori cukup dan 48% pada kategori kurang. Tingkat kecukupan vitamin A contoh didapat hampir seluruhnya dalam kategori cukup (80%). Tingkat kecukupan vitamin C contoh didapat 8% pada kategori cukup dan 92% pada kategori kurang. Pada hari kuliah sebagian besar aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas sedang 64%. Sedangkan pada hari libur sebagian besar aktivitas contoh tergolong dalam kategori aktivitas ringan sebanyak 64%. Jenis olahraga yang sering dilakukan contoh yaitu sepakbola, futsal, badminton, basket, joging, bersepeda, tenis meja dan voli. Frekuensi olahraga sebagian besar contoh melakukan olahraga tigasampai lima kali seminggu dan durasi atau lamanya berolahraga contoh selama 83-129 menit/hari. Sebagian besar VO2 max contoh berada pada kategori cukup sebesar 64%, kategori kurang 28% dan kategori baik 8%. Hasil ini didapat sesuai berapa putaran mengelilingi lapangan selama 15 menit Hubungan antara variabel didapatkan bahwa terdapat hubungan (p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga, pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan zat gizi, pengetahaun gizi dengan kebugaran,
33 aktivitas fisik dengan kebugaran, tingkat kecukupan gizi dengan kebugaran, kebiasaan olahraga dengan kebugaran, keanekaragaman dengan kebugaran. Tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara pengetahuan gizi dengan keanekaragaman konsumsi pangan dan keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan gizi
Saran Penyuluhan dan konsultasi gizi merupakan hal penting yang sebaiknya diberikan kepada anggota UKM sepakbola IPB, hal ini dilakukan untuk menambah pengetahuan tentang gizi dan bagaimana cara memperbaiki konsumsi energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk pemain sepakbola, sehingga kegiatan kemahasiswaan ini dapat memberikan prestasi kepada mahasiswa maupun IPB dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier. 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Amelia F. 2008. Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi pada remaja di kota sungai penuh kabupaten kerinci propinsi jambi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Aggel-Leijssen DPC, Saris WHM, Hul GB, Baak MA. 2001. Short-Term Effects of Weight Loss With or Without Low-Intensity Exercise Training on Fat Metabolism in Obese Men. Am J Clin Nutr 73: 523531. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Basir. 2008. Tingkat pengetahuan gizi, kesesuaian diet dan status gizi anggota UKM sepakbola IPB [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bernstein D. 2003. Exercise assesment of transgenic models of human cardiovascular disease. Physiol Genomics 3: 217-226(2003). Casperson CJ, Powell KE,Christenson GM. 1985. Physical activity, exercise, and physical fitness: definitions and distinctions for healthrelated research. Public Health. 100:126-31.
34 Clark N. 1996. Petunjuk Gizi untuk Setiap Cabang Olahraga. Jakarta: Rajagrafindo. Hal 3-68. Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktik Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Departemen Kesehatan. __________. 1997. Unsur-unsur Kesegaran Jasmani. Jakarta: Departemen Kesehatan. __________. 2002. Gizi Atlet Sepakbola. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Penyusunan Program Pengembangan Konsumsi Pangan. www.deptan.go.id/pesantren/bkp/PKP/pedoman_umum .htm. [29 Agustus 2013]. __________. 2003. Pengkajian Tentang Analisis Permintaan Rorumah Tangga Terhadap Keanekargaman Pangan Untuk Menunjang Kebijaksanaan Diversifikasi Konsumsi. Kerja sama Departemen Pertanian-IPB. Bogor. [FAO] Food And Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU. Fatmah. 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung. Fikawati S, Syafiq A, dan Puspasari P. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di Kota Bandung. Universa Medicina. Jurnal Kedokteran Trisakti 24(1). Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press. Gutin B, Barbeau P, Owens S, Lemmon C, Bauman M, Allison J, Kang HS, Litaker MS. 2002. Effects of Exercise Intensity on Cardiovascular Fitness, Total Body Composition, and Visceral Adiposity of Obese Adolescents. Am J Clin Nutr 75: 818-826. Gutin B, Yin Z, Humphries MC, Barbeau P. 2005. Relations of moderate and vigorous physical activity to fitness and fatness in adolescents. Am J Clin Nutr 81: 746-750. Hardinsyah dan Martianto D. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan . Jakarta: Wirasari.
35 _________ & Martianto D. 1992. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari. _________ & Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. _________, Briawan D, Retnaningsih, Herawati T, Wijaya R. 2002. Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Jakarta: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan. _________. 2007. Review Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2007 2(2): 55-74. Giriwijoyo S, Ali M. 2005. Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Hardiansyah & Tambunan V. 2004. Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Irawan A. 2007. Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga. www.pssplab.com [9 Desember 2013]. Isriati. 2004. Perbedaan tingkat kesegaran jasmani pada siswa Sma Negeri I Gubug,Grobogan berdasarkan status merokok, indeks massa tubuh (imt), kebiasaan olah raga dan jenis kelamin [skripsi]. Karim F. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Komunitas. Kartika E. 2006. Hubungan Tingkat Konsumsi Gizi (Energi, Protein, Besi) dan Status Gizi (Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin) dengan Ketahanan Fisik pada Atlet Sepak Bola di PSIS Semarang Tahun 2006 [skripsi]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Karyadi E. 1997. Tiga Belas Pesan Pengganti 4 Sehat 5 Sempurna. www.indomedia.com [7 Desember 2013]. Karyadi D & Muhilal. 1990. Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.
36 Kushendar D. 2008. Pengertian Kebugaran Jasmani. www.multiply.com [29 Agustus 2013]. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1998. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: LIPI. Mihardja L. 2007. Sistem Energi dan Zat Gizi yang Diperlukan pada Olahraga Aerobik dan Anaerobik. www.gizi.net.pdf [10 Desember 2013]. Mutohir TC, Maksum A. 2007. Sport Development Index. Jakarta: Index. Nasoetion A, Khomsan A. 1995. Aspek Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Makalah yang Disajikan dalam Lokakarya Eksekutif dalam Rangka Training Integrasi Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian, Bogor. Nonly 2011. Kebiasaan Sarapan dan Olahraga serta Hubungannya dengan Daya Tahan Paru Jantung Anak Sekolah Dasar Kebon Kopi 2 Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pranadji DK. 1988. Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar) [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor. Primana D. 2000. Pemenuhan Energi pada Olahraga. Jakarta: Departemen Kesehatan. Riyadi H. 2003. Diktat Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Institut Pertanian Bogor. -----------. 2007. Diktat Mata Kuliah Gizi Olahraga. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Setiawan B & Rahayuningsih S. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Air. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Singarimbun, M. & S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Penerbit LP3S. Stear JS, Prentice A, Jones SC, Cole TJ. 2003. Effect of a Calcium and Exercise Intervention on The Bone Mineral Status of 16–18-y-old Adolescent Girls. Am J Clin Nutr. 77: 985-992. Stevanie N. 2011. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Olahraga terhadap Daya Tahan Paru-Jantung pada Anak Sekolah Dasar Kebon Kopi 2 Bogor [skripsi]. Bogor: Depatemen Gizi Masyarakat, IPB.
37 Suhardjo. 1998. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sulaeman A & Muhilal. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Lemak. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Sumosardjuno S. 1992. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Syafiq A, et al. 2007. Gizi dan kesehatan masyarakat. Edisi revisi. Departemen Gizi dan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Tina. 2000. Keragaman konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi pada wanita menepause. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. WHO. 2010. Physical Activity. Geneva. Wibowo D. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia. Williams M. 1989. Nutrition for Fitness & Sport. USA: WM. C. Brown Communication, Inc. _________. 2002. Nutrition for Health, Fitness & Sport 6th ed. New York: McGraw-Hill.
38
LAMPIRAN Lampiran 1 Uji hubungan antara pengetahuan gizi dengan tigkat kecukupan energi dan zat gizi pengiz pengiz
Pearson Correlation
TKE
1
Sig. (2-tailed) N TKE
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKP
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKL
TKKH
Pearson Correlation
25
25
25
25
25
25
25
25
1
**
**
*
*
-.158
.334
.269
.624
.624
25 **
.012
.031
.451
.102
.194
25
25
25
25
25
25
25
1
**
-.278
**
*
*
.000
.179
.902
25
25
25
**
1
-.241
.902
25
*
-.278
-.241
.012
.179
.246
.013 25
25
Pearson Correlation
.345
.431
Sig. (2-tailed)
.091
.031
Pearson Correlation
25
*
.926
**
.000
25
25
25
-.168
-.158
-.439
.421
.451
25
25
25 .813
**
.000
.926
.000 25 .813
**
-.439
.028
25 .382
25
25
25
25
25
1
*
.354
-.123
.025
.082
.557
-.447
25
25
*
1
-.447
.025
25 -.552
**
.004
.004
25
25
25
25
25
*
.382
-.123
**
.060
.557
.009
.116
.102
.027
25
25
25
**
1
-.322
-.552
.513
25 -.607
**
1
25
.007
.000
.001
.004
25
25
25
25
25
25
25
25
-.607
**
.549
**
.004
.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.000
-.322
.000
**
**
25
.194
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
25 .936
25 .936
25
.426
**
.007
25
Sig. (2-tailed)
-.525
**
.001
25
**
-.525
.116
.269
.693
25
.009
25
**
25
**
.167
N
25
25 .513
Pearson Correlation
.811
**
.000
.082
.263
25 .693
.060
.033
Sig. (2-tailed)
.000
.033
.028 .442
**
.000
25
.334
.811
.246
.354
.233
.027
*
*
-.428
.442
25 -.428
25
*
Pearson Correlation
N
.431
.000
25 .495
.495
.001
.001 .683
.683
*
N
TKVITA
.426
25
Sig. (2-tailed)
.167
.263
N
.490
.233
.421
.000
Pearson Correlation
-.168
.091
**
**
.345
.013
25
25
TKVITC TKVITA
.002
**
.583
TKB
.003
25 .03
.490
TKK *
.000
.000 .563
.583
.000
Sig. (2-tailed)
TKVITC
.563
TKKH **
.02
N TKB
.895
**
.895
TKL **
Sig. (2-tailed)
N TKK
25
TKP **
25
25
**
1
.549
25
39 Lampiran 2 Uji hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan olahraga, kebugaran dan keanekaragaman konsumsi pangan pengiz pengiz
Pearson Correlation
balke 1
.891
Sig. (2-tailed) N balke
.891
Sig. (2-tailed)
freq
Pearson Correlation
N Sig. (2-tailed)
25
25
25
1
**
**
.907
25 **
.907
Pearson Correlation
**
.778
25 **
.000
.031
25
25
25
1
**
-.318
.000
.122
.895
25
25
25
**
1
-.245
.895
.000
.000
25
25
25
25
25
-.335
-.432
*
-.318
-.245
1
.102
.031
.122
.237
25
25
25
25
Sig. (2-tailed) N
.237
25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 3 Uji hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan kebugaran Correlations pph pph
Pearson Correlation
balke 1
-.432
Sig. (2-tailed) N balke
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
*
.000
.000 .778
-.432
.000
N pph
25
**
.732
-.335 .102
25
Pearson Correlation
.732
.000
**
.000
pph **
.000
25 .843
Sig. (2-tailed)
durasi
.843
.000
N
durasi **
.000 25
Pearson Correlation
Freq **
*
.031 25
25
*
1
-.432
.031 25
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
25
40 Lampiran 4 Uji hubungan antara keanekaragaman konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pph pph
Pearson Correlation
TKE 1
Sig. (2-tailed) N TKE
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKP
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKKH
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKK
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKB
25 -.335
TKP
-.202
.301
.257
-.062
.102
.177
.225
.637
.334
.143
.215
.770
25
25
25
25
25
25
25
25
1
**
**
*
*
-.158
.334
.269
.624
-.279
**
.624
25 **
.031
.451
.102
.194
25
25
25
25
25
25
25
1
**
-.278
**
*
*
.000
.179
25
25
25
**
1
-.241
.902
.000
25
25
25
-.099
.495
*
-.278
-.241
.637
.012
.179
.246
25 .431
.334
.031
25
*
.926
**
.000
25
25
25
-.158
-.439
Sig. (2-tailed)
.143
.451
25
Sig. (2-tailed) N TKVITA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.902
.000
25
.431
.012
.225
-.202
.495
.000
.001 .683
.683
.001
.301
TKVITC Pearson Correlation
TKVITC TKVITA
-.099
Pearson Correlation
N
TKB
-.252
25
25
TKK
-.279
25
-.252
TKKH
-.335
.102
.177
TKL
25
25 .813
**
.000
.926
.000 25 .813
**
-.439
.028
25
*
.382
25
25
25
25
25
1
*
.354
-.123
.025
.082
.557
-.447
25
25
*
1
-.447
.025
25 -.552
**
.004
.082
.004
25
25
25
25
25
.257
.334
.442
*
.382
-.123
**
.215
.102
.027
.060
.557
.009
.116
**
.009
25
25
25
**
1
-.322
-.552
.513
**
.000 25 -.607
**
25
-.322
1
25
.000
.000
.007
.000
.001
.004
25
25
25
25
25
25
25
25
-.607
**
.549
**
.004
.194
**
25 .936
25
.770
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
25 .936
.007
25
25
**
**
.001
.269
-.525
-.525
.116
25
**
25
25 .513
-.062
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
25
**
.000
.033
.693
25 .693
.060
.028
**
.000
.033
25
25
**
.000
.354
.811
.811
.246
*
-.428
.027
25 -.428
25
*
.442
25
25
**
1
.549
25
41 Lampiran 5 Uji hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan kebugaran TKE TKE
Pearson Correlation
TKP 1
Sig. (2-tailed) N TKP
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TKKH
25
25
**
1
.624
.001 25
25
**
**
.683
.902
.000
.000
25
25
.000
.495
.012
.02
25
25
25
25
25
25
25
-.241
**
*
.382
**
1
25
N TKVITC Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TKVITA Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
25
25
1
.354
-.123
**
.025
.082
.557
.007
.048
25
25
25
25
25
1
**
**
**
.379
.000
.062
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.447
-.447
.025
-.552
.004
.082
.004
25
25
25
25
25
.334
.442
*
.382
-.123
**
-.322
.102
.027
.060
.557
.009
.116
25
25
25
25
25
25
.269
**
**
**
**
**
25 .885
**
.000
25 .588
**
25 .599
**
-.525
.007
.513
.009
25
25
25
**
1
-.322
-.552
.513
.936
.000
25
-.607
.001
-.525
.936
*
25
**
-.219
.116
.001
.294
25
25
25
1
**
.260
.004
.209
25
25
25
**
1
.201
.549
.549
.004
.335
25
25
25
25
25
25
*
.379
-.219
.260
.201
1
.399
.002
.002
.048
.062
.294
.209
.335
25
25
25
25
25
25
25
25
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.399
25 -.607
.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
25
.033
.000
.599
**
25
.028
.194
25 .588
*
25
.693
.693
**
25
.354
.811
25 .811
25
*
-.428
*
.03
25
*
25 .442
.000
*
.451
-.428
*
.060
25
25
25 -.439
.033
**
-.439
.813
**
.000
25
.000
.926
.246
**
.813
25
.000
.000
25
25
.194
.027
*
-.158
.102
.028
25
Pearson Correlation
.451
**
.000
.246
.000
.031
.885
.179
.179
.031
.269
.000
.012
Sig. (2-tailed)
.334
25
Sig. (2-tailed)
.926
-.158
.431
balke
-.278
-.241
.431
TKVITC TKVITA
**
-.278
Pearson Correlation
TKB *
25 .902
.495
Sig. (2-tailed)
Balke
.001
.683
TKK *
*
N TKB
.624
TKKH **
Pearson Correlation
N TKK
TKL **
25
42 Lampiran 6 Uji hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebugaran freq Freq
Pearson Correlation
durasi 1
.895
Sig. (2-tailed) N durasi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.907
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**
.000
.000
25
25
25
**
1
.895
.778
.000
N Balke
balke **
**
.000
25
25
25
**
**
1
.907
.778
.000
.000
25
25
25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 7 Uji hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran Aktv Spearman's rho
aktv
Correlation Coefficient
balke
1.000
Sig. (2-tailed) N balke
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.532
**
.
.046
25
25
**
1.000
.046
.
25
25
.532
43 Lampiran 8 Gambar pengambilan data penelitian
44 Lampiran 9 Kuesioner HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, KEANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEBUGARAN ANGGOTA UKM SEPAKBOLA IPB A. Karakteristik Responden 1. Nama Lengkap : 2. Tempat Tanggal Lahir : 3. Umur : 4. No.Telp/Hp : 5. Berat Badan : 6. Tinggi Badan : 7. Jenis kelamin : B. Pengetahuan Gizi 1. Makanan yang sehat adalah a. Makanan yang mengandung gizi yang cukup aman dan higienis b. Makanan yang mudah di dapat dan pengelolaannya praktis c. Makanan yang mahal dan enak d. Makanan yang banyak dan menyenangkan 2. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh antara lain a. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air b. Karbohidrat, protein dan lemak c. Karbohidrat dan protein d. Vitamin dan mineral 3. Zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energi utama saat berolahraga yaitu a. Karbohidrat c. Vitamin b. Protein d. Mineral 4. Makanan sumber karbohidrat yaitu a. Beras c. Daging b. Ayam d. Telur 5. Protein bagi atlet berfungsi sebagai a. Sumber energi utama b. Perkembangan dan perbaikan jaringan c. Mengatur keseimbangan suhu tubuh d. Mengatur gula darah 6. Tujuan pemberian karbohidrat bagi atlet yaitu a. Mempunyai cadangan glikogen b. Mencegah terjadinya penyakit c. Mencegah terjadinya dehidrasi d. Mencegah terjadinya osteoporosis 7. Jenis makanan yang mengandung protein dengan asam amino yang cukup lengkap yaitu a. Tempe c. Tahu d. Ayam b. Kacang tanah
45 8.
Makanan yang cocok untuk mengembalikan glikogen tubuh sehabis berolahraga adalah makanan yang mengandung a. Karbohidrat tinggi c. Protein tinggi b. Karbohidrat rendah d. Protein rendah 9. Lemak yang digunakan oleh otot terutama dalam bentuk (dicek lg, masi ragu) a. Asam lemak tak jenuh c. Asam lemak jenuh b. Asam lemak bebas d. Asam lemak tak bebas 10. Di bawah ini yang termasuk pangan tinggi lemak antara lain a. Roti, nasi, daging b. Keju, mentega, minyak goreng c. Nasi, roti, serealia d. Daging, ikan, telur 11. Pemberian cairan bagi atlet bertujuan untuk a. Menambah cadangan glikogen b. Memperbaiki jaringan yang rusak c. Mencegah dehidrasi dan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh d. Mencegah kerusakan otot 12. Konsumsi cairan bagi atlet sebaikanya dilakukan pada saat a. Sebelum pertandingan b. Selama pertandingan c. Sesudah pertandingan d. Sebelum, selama, dan sesudah pertandingan 13. Jenis elektrolit yang banyak hilang melalui keringat saat berolahraga yaitu a. Natrium (Na) dan Magnesium (Mg) b. Natrium (Na) dan Kalium (K) c. Natrium (Na) dan Klorida (Cl) d. Magnesium (Mg) dan Klorida (Cl) 14. Minuman isotonik alami yang dapat dikonsumsi setelah atlet berolahraga yaitu a. Air putih c. Es krim b. Air kelapa d. Air jeruk 15. Tujuan pengaturan makan bagi atlet yaitu a. Mencegah terjadinya cidera b. Mencegah terjadinya penyakit c. Memperoleh gizi yang optimal d. Mengurangi pengeluaran keuangan 16. Kekurangan cairan selama latihan dapat menyebabkan a. Dehidrasi c. Anemia b. Osteoporosis d. Avitaminosis 17. Kebugaran atlet dapat dipengaruhi oleh a. Gizi c. Kondisi fisik b. Intensitas latihan d. Semua benar 18. Aktivitas dalam olahraga sepakbola termasuk aktivitas a. Aerobik (membutuhkan oksigen) b. Anaerobik (tidak membutuhkan oksigen)
46 c. Intensif d. Semua salah 19. Dalam istilah olahraga, semua bahan atau zat yang meningkatkan atau diperkirakan dapat meningkatkan penampilan fisik atlet disebut a. Alat bantu ergogenik (ergogenic aids) b. Suplemen c. Dopping d. Multivitamin 20. Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk olahraga endurance (daya tahan) yaitu a. Karbohidrat c. Protein b. Lemak d. Air
A. Data Konsumsi Pangan FOOD RECALL 2 x 24 JAM Hari biasa Waktu Nama Jenis bahan URT makanan makanan Makan Pagi
Selingan
Makan siang
Selingan
Makan malam
gram
Keterangan
47 Hari libur Waktu Makan pagi
Selingan
Makan siang
Selingan
Makan malam
Nama makanan
Jenis bahan makanan
URT
gram
Keterangan
48 B.
Aktivitasfisik (Hari biasa) Waktu 04.00 – 04.30 04.30 – 05.00 05.00 – 05.30 05.30 – 06.00 06.00 – 06.30 06.30 – 07.00 07.00 – 07.30 07.30 – 08.00 08.00 – 08.30 08.30 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 11.30 11.30 – 12.00 12.00 – 12.30 12.30 – 13.00 13.00 – 13.30 13.30 – 14.00 14.00 – 14.30 14.30 – 15.00 15.00 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 16.30 16.30 – 17.00 17.00 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.30 18.30 – 19.00 19.00 – 19.30 19.30 –20.00 20.00 –20.30 20.30 – 21.00 21.00 –21.30 21.30 – 22.00 22.00 – 22.30 22.30 – 23.00 23.00 – 23.30 23.30 – 00.00 00.00 – 00.30 00.30 – 01.00 01.00 – 01.30 01.30 – 02.00 02.00 – 02.30 02.30 – 03.00 03.00 – 03.30 03.30 – 04.00
Jenis Aktivitas
Lama (menit)
49 C.
Aktivitasfisik (Hari libur) Waktu 04.00 – 04.30 04.30 – 05.00 05.00 – 05.30 05.30 – 06.00 06.00 – 06.30 06.30 – 07.00 07.00 – 07.30 07.30 – 08.00 08.00 – 08.30 08.30 – 09.00 09.00 – 09.30 09.30 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 11.30 11.30 – 12.00 12.00 – 12.30 12.30 – 13.00 13.00 – 13.30 13.30 – 14.00 14.00 – 14.30 14.30 – 15.00 15.00 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 16.30 16.30 – 17.00 17.00 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.30 18.30 – 19.00 19.00 – 19.30 19.30 –20.00 20.00 –20.30 20.30 – 21.00 21.00 –21.30 21.30 – 22.00 22.00 – 22.30 22.30 – 23.00 23.00 – 23.30 23.30 – 00.00 00.00 – 00.30 00.30 – 01.00 01.00 – 01.30 01.30 – 02.00 02.00 – 02.30 02.30 – 03.00 03.00 – 03.30 03.30 – 04.00
Jenis Aktivitas
Lama (menit)
50 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Merauke pada tanggal 10 Juni 1991 dari pasangan Charles Sinery dan Chatarina Letsoin. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pendidikan menengah atas di tempuh selama tiga tahun di SMA YPPK Yohanes 23 Merauke dan lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor Program di Departemen Gizi Fakultas Ekologi Manusia Masyarakat IPB.