i
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB
ROBIAH AL ADAWIYYAH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
ABSTRACT ROBIAH AL ADAWIYYAH. Analysis of Relationship between Nutritional Adequacy, Nutritional Status and Fitness Level of IPB Students. Under direction of LILIK KUSTIYAH and MIRA DEWI Economical progress in developing countries, including Indonesia, has generated many changes. There has been changes in lifestyle from active to less active as well as advances is technology. This resulted in changes in consumption which are generally use food instant. These changes can easily lead to degenerative diseases at a young age. The general objective of this study was to analyze the relationship between nutritional status and fitness levels of students with the specific objectives including 1) assess the characteristics, nutritional status and fitness level of samples; 2) analyze the relationship between the sample’s characteristics and BMI, body composition and fitness levels; 3) analyze the relationship between the adequacy level of energy - nutrient and BMI (Body Mass Index), body composition and fitness level; 4) analyze the relationship between BMI and fitness level; 5) analyze the relationship between body composition and BMI and fitness levels. The research was conducted using Cross Sectional study design with 75 students as samples. Primary data used included characteristics, nutritional status, body composition and fitness level of samples. The results showed that nutritional status of male students was not significantly different from the female students. In contrast, the percentage of body fat of men is lower than those in women. The level of fitness (flexibility and VO2max) was significantly higher in the men than of the women. BMI was significantly decreased with the level of fitness. Body fat percentage were significantly increased with BMI and body fat percentage were significantly decreased with the fitness level. The study suggested that students should improved the nutrients intake and do the exercise in order to have a good level of fitness. Keywords: nutritional status, flexibility, VO2max
iii
RINGKASAN ROBIAH AL ADAWIYYAH. Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH dan MIRA DEWI. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran. Secara khusus tujuannya adalah (1) Mempelajari karakteristik contoh yang meliputi jenis kelamin, umur dan status gizi contoh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan komposisi tubuh. (2) Mempelajari konsumsi pangan yang meliputi tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. (3) Mengkaji tingkat kebugaran yang terdiri dari kelentukan atau flexibility dan daya tahan kardiorespiratori atau VO2max. (4) Menganalisis keberadaan perbedaan IMT, komposisi tubuh dan tingkat kebugaran antar gender. (5) Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT, komposisi tubuh dan tingkat kebugaran; antara komposisi tubuh dengan IMT; antara IMT dan komposisi tubuh dengan tingkat kebugaran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Pada bulan November-Desember 2011 di Kampus IPB Darmaga. Cara pengumpulan data karakteristik dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri dikumpulkan dengan mengukur secara langsung. Cara pengumpulan data komposisi tubuh dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer. Cara pengumpulan data konsumsi pangan dengan menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner recall 2x24 jam. Data kebugaran dikumpulkan dengan cara mengukur langsung dengan metode tes balke dan tes reach. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat program Microsoft excel 2007. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji beda independent t-test. Jumlah contoh awal dalam penelitian berjumlah 84 orang, namun pada rangkaian penelitian terdapat hambatan, diantaranya adalah beberapa contoh sakit sehingga total contoh yang diteliti menjadi 75 orang. Pada penelitian ini rata-rata umur contoh yaitu 19.96 ± 0.55 tahun. Sebagian besar (72.0%) contoh adalah perempuan dan sisanya (28.0%) contoh adalah laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 66.67% contoh yang memiliki status gizi normal serta status gizi kategori kurus dan lebih masing-masing sebesar 12.00%, dan untuk kategori obese adalah sebanyak 9.33%. Rata-rata persentase lemak tubuh pada contoh perempuan lebih tinggi daripada contoh laki-laki (28.8 ± 5.61% vs 17.3 ± 8.37%). Rata-rata Lean Body Mass contoh laki-laki lebih tinggi daripada contoh perempuan (49.3 ± 3.93 kg vs 38.4 ± 4.79 kg). Demikian juga ratarata Mass of Body Fat / MBF pada contoh perempuan lebih tinggi daripada contoh laki-laki (16.3 ± 6.68 kg vs 11.3 ± 8.01 kg). Intake energi contoh berkisar antara 429-1684 Kal dengan rata-rata 1131 ± 225 Kal. Sebanyak 81% contoh yang memiliki intake energi kategori defisit tingkat berat. Intake protein contoh berkisar antara 20.78-62.08 gram dengan rata-rata 39.25 ± 9.09 gram. Sebanyak 38% contoh yang memiliki intake protein kategori defisit tingkat berat. Intake lemak contoh berkisar antara 8.32-61.37 gram dengan rata-rata 32.08 ± 12.18 gram. Sebanyak 72% contoh yang memiliki intake lemak kategori defisit tingkat berat. Intake karbohidrat contoh berkisar antara 83.48-809.67 gram dengan rata-rata 285.34 ± 185.74 gram. Sebanyak 56% contoh yang memiliki intake karbohidrat kategori defisit tingkat berat.
iv
Sebanyak 33.33% contoh laki-laki memiliki tingkat kebugaran (flexibility) dalam kategori cukup dan terdapat 38.10% yang termasuk kategori bagus dan bagus sekali. Pada contoh perempuan (42.59%) berada dalam kategori kurang. Tingkat kebugaran (VO2max) contoh lai-laki (42.86%) dalam kategori kurang dan sedang serta terdapat 4.76% yang termasuk kategori bagus sekali. Pada contoh perempuan (55.56%) memiliki tingkat kebugaran (VO2max) dalam kategori sedang. Status gizi berdasarkan IMT contoh laki-laki tidak berbeda nyata dengan perempuan. Namun, berdasarkan persentase lemak tubuh, contoh perempuan nyata lebih tinggi daripada laki-laki, dan tingkat kebugaran (flexibility maupun VO2max) adalah nyata lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Terdapat perbedaan tingkat kecukupan energi dan lemak antara contoh laki-laki dengan perempuan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecukupan energi dan lemak contoh perempuan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Namun tidak berbeda nyata tingkat kecukupan protein dan karbohidrat pada contoh. Terdapat hubungan signifikan negatif antara status gizi contoh dengan tingkat kebugaran (flexibility dan VO2max). Nilai persentase lemak tubuh contoh memiliki hubungan signifikan positif terhadap status gizi contoh. Terdapat hubungan yang signifikan negatif antara persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran contoh. Mahasiswa dianjurkan untuk memperbaiki konsumsi agar dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi sehingga mencapai status gizi normal dan melakukan exercise agar dapat memiliki kebugaran yang lebih baik.
v
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB
ROBIAH AL ADAWIYYAH
Skripsi Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
vi
Judul
: Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB
Nama
: Robiah Al adawiyyah
NIM
: I14070075
Menyetujui: Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si
dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si
NIP. 19620507 198703 2 001
NIP. 19761116 200501 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal lulus:
vii
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama skripsi ini disusun, penulis telah menerima dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si dan dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si selaku dosen pembimbing
skripsi
yang
telah
meluangkan
waktu
dan
pikirannya,
memberikan arahan, masukan, kritikan dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, masukan dan kritikan untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Keluarga : M. Husni (papa) dan Nafsiyah (mama) dan adik-adik saya (Tuty, Novi, Dessy dan Ardi) yang telah memberikan kasih sayang, dorongan (moral dan materi), pengertian, perhatian, semangat serta doanya. 4. Teman teman mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang telah bersedia menjadi contoh dalam penelitian. 5. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan teman-teman di Departemen Gizi Masyarakat.
Penulis
menyadari
bahwa
penulisan
skripsi
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi maupun bagi yang memerlukannya. Bogor, Maret 2012 Penulis
viii
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara, putrid dari pasangan Bapak M. Husni dan Ibu Nafsiah. Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1989. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1995 hingga 2001 di SD Negeri 02 Jakarta, pada tahun 2001 hingga 2004 di SMP Negeri 43 Jakarta, pada tahun 2004 hingga 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 55 Jakarta. Pada tahun 2007, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Program strata 1 di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) selama kuliah di Mayor Ilmu Gizi. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Bukit Baru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kecamatan Satui, Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Islam Jakarta, Pondok Kopi. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan dan menghadiri seminar yang diselenggarakan Fakultas Ekologi Manusia maupun Departemen Gizi Masyarakat.
ix
DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii PENDAHULUAN....................................................................................................... 1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................................... 3 Kegunaan.............................................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 4 Dewasa Awal dan Mahasiswa ............................................................................... 4 Konsumsi Pangan ................................................................................................. 4 Food Recall 24 Jam .............................................................................................. 5 Kecukupan Gizi ..................................................................................................... 6 Status Gizi............................................................................................................. 8 Kebugaran Jasmani ............................................................................................ 10 VO2 max........................................................................................................... 11 Tes balke ......................................................................................................... 12 Tes flexibility .................................................................................................... 13 KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................................................... 15 METODE ................................................................................................................ 17 Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ............................................................... 17 Cara Pengambilan Contoh .................................................................................. 17 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 17 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................ 18 Definisi Operasional ............................................................................................ 23 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 25 Karakteristik Contoh ............................................................................................ 25 Status Gizi........................................................................................................... 26 Tingkat Kecukupan ............................................................................................. 32 Tingkat Kebugaran .............................................................................................. 40
x
Uji Antar Variabel ................................................................................................ 44 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 48 Kesimpulan ......................................................................................................... 48 Saran .................................................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 50 LAMPIRAN ............................................................................................................. 54
xi
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin........ 10 Tabel 2 Normatif nilai VO2max atlet dan non atlet pada wanita dan pria ............... 12 Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) ................................................ 14 Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian............................................ 18 Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) ................................................ 21 Tabel 6 Kategori pengukuran data penelitian ........................................................ 21 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan berat badan ............................................... 26 Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan ............................................... 27 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin 28 Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan nilai Lean Body Mass dan jenis kelamin .... 28 Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan nilai massa lemak tubuh dan jenis kelamin 29 Tabel 12 Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin .......... 29 Tabel 13 Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin ............................................................................................. 30 Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan nilai flexibility dan jenis kelamin ................. 41 Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan nilai VO2 max dan jenis kelamin................. 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, tingkat kebugaran dan status gizi mahasiswa. ......................... 16 Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur............................................................ 25 Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ............................................... 26 Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi .................................................... 31 Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin........................ 32 Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi ............................ 33 Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin 34 Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein ........................... 35 Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin ..................................................................................................... 36 Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak ............................. 37 Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin. 38 Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat..................... 39 Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin ..................................................................................................... 40 Gambar 14 Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan ............................................ 41 Gambar 15 Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki .................................................. 42 Gambar 16 Sebaran pengkategorian VO2max contoh perempuan............................... 43 Gambar 17 Sebaran pengkategorian VO2max contoh laki-laki ..................................... 44
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1 Lembar kuesioner untuk konsumsi contoh ......................................... 55 Lampiran 2 Data karakteristik contoh .................................................................... 57 Lampiran 3 Data status gizi contoh ....................................................................... 59 Lampiran 4 Data tes kebugaran contoh ................................................................ 61 Lampiran 5 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran VO2max .......... 63 Lampiran 6 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran flexibility .......... 65 Lampiran 7 Persentase tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh .................. 67 Lampiran 8 Pengkategorian data kecukupan energi dan zat gizi contoh ............... 71 Lampiran 9 Uji beda IMT contoh antar gender ...................................................... 72 Lampiran 10 Uji beda persentase lemak tubuh contoh antar gender....................... 72 Lampiran 11 Uji beda tes kebugaran (Flexibility) contoh antar gender .................... 73 Lampiran 12 Uji beda tes kebugaran (VO2max) contoh antar gender ..................... 73 Lampiran 13 Uji beda tingkat kecukupan energi contoh antar gender ..................... 74 Lampiran 14 Uji beda tingkat kecukupan protein contoh antar gender .................... 74 Lampiran 15 Uji beda tingkat kecukupan Lemak contoh antar gender .................... 75 Lampiran 16 Uji beda tingkat kecukupan karbohidrat contoh antar gender ............. 75 Lampiran 17 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan IMT ................... 76 Lampiran 18 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan IMT .................. 76 Lampiran 19 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan IMT .................... 76 Lampiran 20 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan IMT............ 77 Lampiran 21 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (VO2max).......................... 77 Lampiran 22 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (flexibility) ......................... 78 Lampiran 23 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan IMT contoh ......... 78 Lampiran 24 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan persentase lemak tubuh........................................................................................ 78 Lampiran 25 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan persentase lemak tubuh........................................................................................ 79 Lampiran 26 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan persentase lemak tubuh........................................................................................ 79 Lampiran 27 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan persentase lemak tubuh........................................................................................ 79
xiv
Lampiran 28 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran flexibility ............................................................................................. 80 Lampiran 29 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran VO2max .............................................................................................. 80 Lampiran 30 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran flexibility ............................................................................................. 80 Lampiran 31 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran flexibility ............................................................................................. 81 Lampiran 32 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran flexibility ............................................................................................. 81 Lampiran 33 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran flexibility ............................................................................................. 82 Lampiran 34 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran VO2 max ............................................................................................. 82 Lampiran 35 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran VO2max .............................................................................................. 82 Lampiran 36 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran VO2max ............................................................................................. 83 Lampiran 37 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran VO2max .............................................................................................. 83
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, banyak menimbulkan perubahan. Dari perubahan gaya hidup maupun pola makan bagi penduduknya. Perubahan gaya hidup dari yang sederhana menjadi serba cepat atau instan menyebabkan banyak orang memanfaatkan kemajuan teknologi di masa kini. Pemikiran yang semua serba instan ini menyebabkan banyak orang yang lebih tertarik mengkonsumsi makanan fast food atau junkfood. Perubahan-perubahan ini dapat dengan mudah memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di usia muda, yang sangat merugikan bagi generasi penerus bangsa. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh infeksi baik bakteri, virus, maupun parasit. Beberapa penyakit degeneratif diantaranya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), jantung koroner, stroke, kegemukan (obesitas). Penyakit degeneratif saat ini semakin banyak terjadi pada usia muda karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan akan ada satu miliar orang di dunia, khususnya di wilayah perkotaan yang dibayangi akan menderita obesitas atau kegemukan. Jumlah ini juga diprediksi oleh WHO (World Health Organization) tetap akan meningkat pada 2015 mendatang dengan jumlah penderita obesitas sebanyak 1,5 miliar orang. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 1997) Sebanyak 12,8 % pria dewasa mengalami overweight dan sebanyak 2,5 % mengalami obesitas. Sedangkan pada wanita angka ini menjadi lebih besar lagi yaitu 20 % dan 5,9 %. Penyakit degeneratif lainnya yaitu diabetes melitus (DM). Saat ini DM masih menduduki peringkat ke-empat sebagai epidemik dunia yang menyebabkan kematian (Harmanto, 1997). Beberapa studi epidemiologis yang telah dilakukan mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara angka kejadian mortalitas (kematian) dan obesitas. Diketahui terdapat peningkatan angka kematian yang dimulai pada IMT (Indeks Massa Tubuh) diatas 25 dan semakin jelas pada individu dengan IMT di atas atau sama dengan 30. Penelitian yang dilakukan oleh Heart Study di Amerika menemukan adanya korelasi antara tekanan darah dan obesitas. Disebutkan pada
2
studi tersebut bahwa pada individu dewasa muda dengan obesitas akan mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 10 kali lebih besar daripada individu dengan berat badan normal. Akumulasi lemak yang terjadi pada obesitas berhubungan langsung dengan meningkatnya kejadian penyakit metabolik serta penyakit pembuluh darah dan jantung.
Banyaknya lemak tubuh merupakan indikator yang lebih penting untuk
memprediksi penyakit-penyakit tersebut dibandingkan IMT. Akumulasi lemak dapat menurunkan kebugaran fisik, yang juga merupakan prediktor dari penyakit-penyakit tersebut. Beberapa manfaat dari kebugaran fisik diantaranya untuk manfaat pada otot. Manfaat pada otot menjadi lebih kuat, lentuk, dan daya tahan otot akan bertambah. Lebih dari itu perubahan otot ini akan mendukung kelincahan gerak, kecepatan reaksi dan lain-lain. Selain itu latihan kebugaran jasmani untuk komposisi tubuh, yaitu persentase lemak tubuh dibandingkan dengan massa tubuh total. Lemak yang ada dalam tubuh jika jumlahnya berlebihan, tentu akan mengurangi komponen kebugaran yang lain, mengurangi kinerja dan mempengaruhi kesehatan (Kushartanti 2004). Pertumbuhan
mahasiswa
(remaja
menuju
dewasa)
diiringi
dengan
meningkatnya partisipasi kehidupan sosial mereka dan aktivitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan mahasiswa tersebut. Biasanya mahasiswa lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina
(2004),
89%
mahasiswa
putri
dan
92%
mahasiswa
putra
suka
mengkonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Berdasarkan beberapa data dan hasil penelitian terdahulu masih banyak masalah terkait gizi pada mahasiswa yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai mengenai hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran pada mahasiswa.
3
Tujuan Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat IPB tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari karakteristik contoh (jenis kelamin, umur dan status gizi contoh berdasarkan IMT dan komposisi tubuh). 2. Mempelajari konsumsi pangan contoh yang meliputi tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak dan tingkat kecukupan karbohidrat. 3. Mengkaji tingkat kebugaran contoh (kelentukan atau flexibility dan daya tahan kardiorespiratori atau VO2max). 4. Menganalisis
keberadaan perbedaan
IMT, persentase lemak
tubuh,
kecukupan energi dan zat gizi dan tingkat kebugaran antar gender. 5. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT, persentase lemak tubuh dan tingkat kebugaran contoh; antara persentase lemak tubuh dengan IMT; antara IMT dan persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran contoh. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat kebugaran khususnya pada mahasiswa Mayor Ilmu Gizi. Selain itu diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi tentang konsumsi pangan dan komposisi tubuh yang dapat dijadikan acuan dalam pengaturan kebiasaan makan pada mahasiswa gizi khususnya.
4
TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Awal dan Mahasiswa Dari pertumbuhan fisik, dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lainnya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi (Dariyo 2003). Mahasiswa merupakan orang yang belajar diperguruan tinggi. Berdasarkan kisaran umur diketahui bahwa mahasiswa termasuk golongan umur dewasa awal. Jika dilihat dari segi kesehatan, masa dewasa awal merupakan masa yang paling sehat selama kehidupan. Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional. Mahasiswa (youth) adalah suatu periode yang disebutnya dengan “studenthood” (masa belajar) yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap (Morgan dkk dalam Rahmawati 2006). Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan
5
dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi oleh individu (Hardinsyah dan Briawan 1994). Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Food Recall 24 Jam Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka metode recall 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode recall 24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Widajanti 2009). Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Pengukuran recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih
6
optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson 2005). Kecukupan Gizi Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Sandjaja et al 2009). Energi Angka kecukupan energi (AKE) pada WNPG VIII ini bagi dewasa didasarkan pada oxford equation, yang merupakan hasil meta analisis untuk estimasi energi basal metabolism (EMB) berdasarkan berat badan (Hardinsyah & Tambunan 2004). Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), aktivitas fisik dan faktor pertumbuhan (Irawan 2007). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah istirahat. Dengan kata lain, metabolism basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernapasan, sirkulasi darah, peristaltic usus, tonus otot, temperatur tubuh dan kegiatan kelenjar (Arisman 2004). Specific Dynamic Action (SDA) disebut juga dengan food Induce Thermogenesis diartikan sebagai keluaran energi untuk makanan. Pada orang dewasa sebesar kira-kira [6-8%] – [10-13%] dari energi yang dikonsumsi (Arisman 2004). Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumbersumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai jika simpanan
7
karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot akan ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan (Irawan 2007). Aktivitas fisik membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan energi dewasa awal dalam Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria sebesar 2550 kkal/hari sedangkan untuk wanita sebesar 1900 kkal/hari. Protein Protein terdiri dari asam-asam amino. Di samping menyediakan asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino essensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya (Gibney dkk dalam WKNPG 2004). Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama berolahraga karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan berasal dari protein (Depkes 1993). Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh yag rusak seperti otot serta berperan dalam pembentukan enzim, hormon, dan antibodi. Angka kecukupan protein menurut Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 60 gram protein dalam sehari, sedangkan untuk wanita dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 50 gram protein dalam sehari. Lemak Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena metabolism lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibandingkan karbohidrat (Primana 2000). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing dan komposisi semuanya mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan
8
asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Hamazaki dkk dalam WKNPG 2004). Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak, akan tetapi seseorang yang bukan berprofesi sebagai atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak 15-30% (Almatsier 2004). Karbohidrat Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana, seperti monosakarida dan disakarida, dan karbohidrat komplek seperti glikogen (pada manusia), starch dan serat (pada tanaman). Glikogen dan starch dihidrolisis oleh tubuh menjadi glukosa yang berguna sebagai energi siap dipakai oleh tubuh. Karbohidrat sederhana mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi, sehingga penting untuk pemulih energi. Karbohidrat komplek (glikogen dan starch) butuh waktu lama untuk dicerna, dan karena sifatnya ini, maka karbohidrat komplek sangat baik digunakan untuk pengendalian kadar glukosa darah (Whitney dkk dalam WKNPG 2004). Kebutuhan karbohidrat untuk dewasa awal sebesar 55-75% berasal dari karbohidrat komplek dan 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier 2004). Status Gizi Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, yang dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien,
sehingga
memungkinkan
pertumbuhan
fisik,
perkembangan
otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang lebih tinggi (Almatsier 2004). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu; antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu; survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Riyadi 2001). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agen dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi,
9
metabolisme dan kebutuhan zat gizi. Faktor agen meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, sedangkan faktor lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, higiene dan sanitasi makanan (Supariasa 2002). Indikator Status Gizi Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi pada masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Menurut Arisman (2004) pengukuran berat badan sebaiknya jika keadaan memungkinkan, subyek ditimbang bertelanjang atau berpakaian seminimal mungkin. Jika tidak dapat, hasil penimbangan dikurangi dengan pakaian maupun aksesoris. b. Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat kebadan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan. Potongan kayu (atau logam) bagian dari alat pengukur tinggi badan yang dapat digeser kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan itu harus diperkuat jika subyek berambut tebal.
10
c. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh seseorang dapat diukur melalui berbagai cara misalnya dengan mengukur berat jenis tubuh. Tubuh yang memiliki berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif kecil. Jumlah cadangan lemak di bawah kulit dapat diukur menggunakan suatu alat yang disebut Body Composition Analyzer. Pemberian makanan yang melebihi kebutuhan akan mengakibatkan bertambahnya cadangan lemak, sehingga tidak mencapai komposisi tubuh yang sesuai. Sebaliknya jika makanan yang kurang dari kebutuhan akan mengakibatkan terhambatnya
proses
perkembangan
pada
otot-otot
tubuh
(Moehji
2003).
Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin Women 10-13% 14-20% 21-24% 25-31% >32%
Kategori Essential fat Athletes Fitness Acceptable Obese Sumber : Anonim (2009b)
Men 2-5% 6-13% 14-17% 18-25% >25%
Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Menurut
Gibney
et
al
(2008)
kebugaran
pada
umumnya
dapat
diklasifikasikan sebagai kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan kinerja. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh dan kelentukan (fleksibilitas). Kebugaran yang berkaitan dengan kinerja meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh, kelentukan (fleksibilitas), tenaga otot (muscle power), kecepatan (speed), agilitas dan keseimbangan. Kebugaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur, jenis kelamin, keturunan, makanan dan gizi yang seimbang, serta kebiasaan merokok. Cirri-ciri kebugaran jasmani yang baik yaitu, tahan jika bekerja dalam waktu yang
11
lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena stres, tidak mudah terserang penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2007). VO2 max Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi
selama
berolahraga
pada
kapasitas
maksimum.
Kemampuan
menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Volum oksigen maximum (VO2max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen (Depkes 1997). Selain itu, VO2max juga didefinisikan sebagai laju tertinggi dari konsumsi oksigen yang dapat dicapai selama latihan yang maksimal (Mackenzie 1997). Pria dewasa biasanya selalu memiliki kapasitas VO2max yang lebih besar dari pada perempuan. Rentang normalnya adalah 40-45 ml/kg/menit pada laki-laki sedangkan pada perempuan sebesar 35-40 ml/kg/menit. Perbedaan tersebut dikarenakan komposisi tubuh atau konsentrasi hemoglobin. Perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria. Perputaran konsentrasi hemoglobin pada laki-laki sekitar 10-20% lebih tinggi dari pada wanita, sehingga meningkatkan kemampuan laki-laki dalam mengantarkan oksigen ke dalam otot. Selain itu, komposisi tubuh juga dapat mempengaruhi VO 2max. Walaupun VO2max dinyatakan dalam berapa mililiter oksigen yang dikonsumsi per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang berbeda. Tubuh yang mempunyai lemak dengan persentasi yang tinggi, mempunyai VO2max yang lebih rendah (MacMurray & Ondrak 2008). Salah satu contoh, pada saat lari menaiki bukit, maka akan menggunakan lebih banyak oksigen pada saat menaiki bukit kedua dibandingkan dengan bukit pertama, tetapi pada satu titik tertentu akan tiba pada tingkatan dimana konsumsi oksigen maksimum atau yang disebut dengan VO2max. Faktor ini memberikan indikasi bagaimana kedayagunaan tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan pekerjaan, misalnya sewaktu olahraga, otot harus menghasilkan energi, satu proses dimana oksigen memegang peranan penting. Lebih banyak oksigen digunakan berarti lebih besar kapasitas untuk menghasilkan energi dan kerja yang berarti daya tahan tubuh lebih besar. Mereka yang mempunyai VO 2max yang tinggi dapat melakukan lebih banyak pekerjaan sebelum menjadi lelah, dibandingkan dengan mereka yang mempunyai VO2max yang rendah (Nurcahyo 2008).
12
Nilai VO2max dapat dijadikan sebagai indikator kebugaran yang paling banyak digunakan karena orang yang memiliki nilai VO 2max yang tinggi berarti menandakan mampu melakukan latihan pre-dominant energy system aerobics yang artinya orang tersebut akan memiliki kualitas komponen biomotorik yang baik sebagai dampak latihan yang dilakukannya. Penilaian kebugaran kardiorespirasi pada anak-anak dan remaja telah menjadi hal yang semakin penting karena beberapa data VO2max menunjukan faktor resiko CVD. Kebugaran aerobik adalah indikator yang sangat baik untuk kebugaran jantung dan olahraga pernafasan untuk kegiatan setiap hari yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat umum. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya latihan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, melalui pengurangan lipid darah, lemak tubuh, dan tekanan darah, serta peningkatan fungsi miokard (Koley 2007). Nilai VO2max seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Tabel 2 Normatif nilai VO2max atlet dan non atlet pada wanita dan pria Umur Very Poor
Poor
Fair
Good
Excellent
Superior
Wanita 13-19 <25.0
25.0 - 30.9 31.0 - 34.9 35.0 - 38.9 39.0 - 41.9
>41.9
20-29 <23.6
23.6 - 28.9 29.0 - 32.9 33.0 - 36.9 37.0 - 41.0
>41.0
30-39 <22.8
22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.6 35.7 - 40.0
>40.0
40-49 <21.0
21.0 - 24.4 24.5 - 28.9 29.0 - 32.8 32.9 - 36.9
>36.9
50-59 <20.2
20.2 - 22.7 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.7
>35.7
<17.5
17.5 - 20.1 20.2 - 24.4 24.5 - 30.2 30.3 - 31.4
>31.4
13-19
<35.0
35.0 - 38.3 38.4 - 45.1 45.2 - 50.9 51.0 - 55.9
>55.9
20-29
<33.0
33.0 - 36.4 36.5 - 42.4 42.5 - 46.4 46.5 - 52.4
>52.4
30-39
<31.5
31.5 - 35.4 35.5 - 40.9 41.0 - 44.9 45.0 - 49.4
>49.4
40-49
<30.2
30.2 - 33.5 33.6 - 38.9 39.0 - 43.7 43.8 - 48.0
>48.0
50-59
<26.1
26.1 - 30.9 31.0 - 35.7 35.8 - 40.9 41.0 - 45.3
>45.3
60+ <20.5 20.5 - 26.0 26.1 - 32.2 32.3 - 36.4 36.5 - 44.2 Sumber: Mackenzie (1997)
>44.2
60+ Pria
Tes Balke Tes balke merupakan salah satu metode untuk mengukur VO2max atau kebugaran aerobik yang dilakukan dengan cara atlet berlari selama 15 menit
13
kemudian diukur jarak tempuhnya (Anonim 1997). Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes yang dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat. Hasil pengukuran tes balke dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban 2. Waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes dan emosi atlet 3. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet 4. Waktu pelaksanaan tes (sebaiknya dilakukan sebelum jam 11 siang) 5. Asupan kafein atlet 6. Waktu makan terakhir atlet 7. Lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym) 8. Pengetahuan atlet 9. Akurasi pengukuran 10. Apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes. 11. Kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji. (Mackenzie 1997). Tes Flexibility Fleksibilitas merupakan rentang gerak sendi atau kemungkinan gerakan bersama, sehingga potongan-potongan tulang yang membentuk sendi bergerak sebanyak mungkin. Tes kelentukan atau flexibility meter dilakukan untuk memperoleh data dimana dari data tersebut kita dapat mengetahui tingkat kelentukan seseorang (Anonim 2009a). Alat yang digunakan untuk tes kelentukan biasanya yaitu bangku atau balok dan mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut dengan flexibility meter. Satuan alat ini yaitu centimeter (Anonim 2009a). Metode reach test adalah salah satu metode yang dilakukan untuk pengukuran kelentukan seseorang yang dilakukan dengan cara berdiri di atas balok kemudian membungkukkan badan sejauh mungkin dengan posisi kaki dan tangan lurus ke bawah. Tangan yang mencapai balok akan dihitung dengan nilai positif (+) sedangkan tangan yang tidak bisa mencapai balok akan terhitung negatif (-) dengan satuan centimeter (Anonim 2009a).
14
Tingkat kelentukan seseorang pasti berbeda satu sama lain. sehingga memang perlu diadakan pengukuran untuk mengambil data kelentukan seseorang, karena sangat bermanfaat untuk beberapa tujuan yang diinginkan seseorang. Pengkategorian untuk hasil tes kelentukan atau fleksibilitas terdiri dari: Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Kategori Bagus sekali Bagus Sedang Cukup Kurang Sumber : Anonim (2009a)
Pria (cm) +21 +17 +11 +5 -2
Wanita (cm) +22 +18 +12 +8 +2
15
KERANGKA PEMIKIRAN Tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat mahasiswa dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan kecukupan gizi ditentukan antara lain oleh aktivitas fisik dan karakteristik seperti umur dan jenis kelamin. Aktivitas fisik mahasiswa tergolong sedang. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa antara lain; kuliah, perkumpulan organisasi dan selebihnya kegiatan di rumah ataupun di kost. Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi merupakan keadaan gizi seseorang yang dipengaruhi oleh hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi, dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan penyakit non infeksi. Penyakit infeksi dan non infeksi dapat terserang oleh kalangan usia apapun dan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Penyakit tersebut dapat dicegah dengan konsumsi pangan yang bergizi seimbang. Status gizi yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh seseorang. Komposisi tubuh selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kebugaran. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda beda sesuai dengan tugas atau profesinya.
16
Karakteristik Contoh :
Pengetahuan Gizi
Umur Jenis Kelamin
Konsumsi Pangan
Ketersediaan
Tingkat Kecukupan : Aktivitas Fisik
Penyakit Infeksi
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Status Gizi IMT
Penyakit non infeksi
Komposisi Tubuh
Tingkat Kebugaran (VO2Gambar max & flexibility) 1. Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, tingkat kebugaran dan status gizi mahasiswa.
17
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB) Darmaga. Cara Pengambilan Contoh Contoh dari penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2009 dari Mayor Ilmu Gizi. Seluruh mahasiswa Mayor Ilmu Gizi angkatan 2009 diminta untuk mengisi kuesioner penelitian. Kemudian dari semua kuesioner yang dikembalikan untuk selanjutnya dipilih kuesioner yang terisi dengan lengkap. Seluruh mahasiswa yang kuesionernya terisi lengkap diminta untuk mengikuti tes kebugaran (flexibility dan balke test) dan pengukuran komposisi lemak tubuh. Mahasiswa yang memiliki data yang lengkap, yang akan dijadikan contoh. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer. Data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan pengukuran langsung. Data primer ini meliputi data karakteristik contoh, data antropometri (tinggi badan, dan berat badan), data komposisi tubuh contoh (persentase lemak tubuh, Lean Body Mass dan Mass of Body Fat), konsumsi pangan, dan tingkat kebugaran. Cara pengumpulan data karakteristik contoh dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri contoh dikumpulkan dengan mengukur secara langsung berat badan contoh menggunakan
timbangan
injak
sedangkan
tinggi
badan
contoh
dengan
menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Cara pengumpulan data komposisi tubuh contoh dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer. Cara
pengumpulan
data
konsumsi
pangan
contoh
dengan
menggunakan
wawancara dengan alat bantu kuesioner recall 2x24 jam. Data kebugaran contoh dikumpulkan dengan cara mengukur langsung dengan metode tes balke dan tes reach. Jenis data dan cara pengumpulan data penelitian disajikan dalam Tabel 4.
18
Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian No 1.
Variabel Karakteristik contoh
Jenis Data 1. Nama 2. Jenis Kelamin 3. Umur 1. IMT (BB dan TB) 2. Komposisi tubuh lemak tubuh Lean Body Mass Mass of Body Fat
2.
Status Gizi
3.
Konsumsi pangan
Jenis dan jumlah makanan
4.
Tingkat kebugaran
Kelentukan tubuh VO2 max
Cara pengumpulan data Wawancara dengan menggunakan kuesioner 1. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak 2. Tinggi badan diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm 3. IMT dihitung (WHO 2007). 4. Komposisi tubuh diukur dengan menggunakan Body Composition Analyzer. Wawancara jenis dan jumlah pangan dengan menggunakan recall 2x24 jam. Pengukuran kelentukan dengan cara test reach Pengukuran VO2max dengan balke test
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diperiksa terlebih dahulu agar informasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi. Data yang telah di verifikasi kemudian dilakukan penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data, serta selanjutnya dilakukan entri data. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan penentuan data yang lengkap. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat program Microsoft excel 2007. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji beda Independent T-test. Data karakteristik ini memberikan gambaran mengenai mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh. Data status gizi contoh ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (m2). Kemudian IMT diklasifikasikan berdasarkan kategori
19
WHO (2007), yaitu kurus (<18,5), normal (18,5-24,9), gizi lebih (25,0-29,9), obes (30,0-39,9), dan sangat obes (>40,0). Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan kandungan zat gizi yaitu protein, lemak dan karbohidrat serta energi. Kandungan energi dan zat gizi ditentukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994). Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij
= Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j
Bj
= Berat makanan –j yang dikonsumsi
Gij
= Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j
BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j Untuk menentukan Angka Kecukupan energi dan protein contoh digunakan rumus: AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan: AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba
= Berat badan aktual sehat (kg)
Bs
= Berat badan standar (kg)
AKG
= Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG (2004). Angka kecukupan lemak lebih difokuskan pada komposisi energi yang
berasal dari lemak. Berdasarkan WKNPG (2004) komposisi energi yang berasal dari lemak 20-30%. Kecukupan lemak menggunakan perhitungan 25% dari total konsumsi energi contoh WKNPG (2004). Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kecukupan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kecukupan karbohidrat contoh. Angka kecukupan karbohidrat lebih difokuskan pada komposisi energi yang berasal dari karbohidrat. Berdasarkan WKNPG (2004) komposisi energi yang berasal dari karbohidrat adalah 50-65% dari angka kecukupan energi. Perhitungan data kecukupan karbohidrat contoh menggunakan 65% dari total konsumsi energi contoh WKNPG (2004).
20
Selanjutnya tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah dan Briawan 1994). TKG = (K/AKGI) x 100%
Keterangan: TKG
= Tingkat kecukupan zat gizi
K
= Konsumsi zat gizi
AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Data tingkat kebugaran yang diperoleh merupakan data primer yaitu dengan menggunakan hasil beberapa tes kebugaran diantaranya adalah kelentukan (flexibility) dan daya tahan kardiorespiratori (tes balke). Contoh berlari terus menerus tanpa berhenti selama selang waktu 15 menit. Kemudian setelah selesai melakukan tes, dihitung jarak yang telah ditempuh oleh contoh selama berlari 15 menit tersebut. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan tes balke (balke VO2max calculator). Selain dimasukkan ke dalam software, hasil perhitungan jarak tempuh contoh juga dapat dihitung dengan cara data tersebut dimasukkan ke dalam rumus (Mackenzie 1997). %VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) – 133) x 0.172] + 33.3 Data kebugaran selain dengan tes balke, dilakukan tes kebugaran lainnya yaitu tes reach. Tes tersebut dilakukan dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok diukur sebagai (+) cm dan jika tidak melewati batas balok diukur sebagai (-) cm. Untuk perhitungan nilai kebugaran flexibility dari hasil pengukuran tersebut kemudian dikategorikan ke dalam beberapa kategori. Data kategori kebugaran flexibility terdiri dari perempuan dan laki-laki disajikan pada Tabel 5 sedangkan data kategori pengukuran data penelitian disajikan pada Tabel 6 di bawah ini.
21
Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Kategori Bagus sekali Bagus Sedang Cukup Kurang Sumber : Anonim (2009a)
Pria (cm) +21 +17 +11 +5 -2
Wanita (cm) +22 +18 +12 +8 +2
Tabel 6 Kategori pengukuran data penelitian No 1.
Variabel Status gizi contoh
2.
Konsumsi pangan
Jenis Data 1. Komposisi tubuh (persentase lemak tubuh) 2. IMT
Jenis dan makanan
jumlah
Kategori Pengukuran 1. Perempuan Essential fat 10-13% Athletes 14-20% Fitness 21-24% Acceptable 25-31% Obese >32% Laki-laki Essential fat 2-5% Athletes 6-13% Fitness 14-17% Acceptable 18-25% Obese >25% 2.IMT dengan kategori (WHO 2007) Kurus : <18.5 Normal : 18.5-24.9 Gizi lebih : 25.0-29.9 Obes : 30.0-39.9 Sangat obes : >40.0 Tingkat konsumsi energi (Depkes. dkk. 1996): 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (7079% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi protein (Depkes. dkk. 1996): 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (7079% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi lemak (Depkes. dkk. 1996):
22
No
3.
Variabel
Tingkat kebugaran
Jenis Data
VO2max
Kelentukan tubuh
Kategori Pengukuran 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (7079% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi karbohidrat (Depkes. dkk. 1996): 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (7079% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Umur 13-19 dan 20-29 (wanita) Very poor <25.0 dan <23.6 Poor 25.0-30.9 dan 23.6-28.9 Fair 31.0-34.9 dan 29.0-32.9 Good 35.0-38.9 dan 33.0-36.9 Excellent 39.0-41.9 dan 37.0-41.0 Seperior >41.9 dan >41.0 Umur 13-19 dan 20-29 (pria) Very poor <35.0 dan <33.0 Poor 35.0-38.3 dan 33.6-36.4 Fair 38.4-45.1 dan 36.5-42.4 Good 45.2-50.9 dan 42.5-46.4 Excellent 51.0-55.9 dan 46.5-52.4 Seperior >55.9 dan >52.4
Laki-laki Bagus sekali (+21) Bagus (+17) Sedang (+11) Cukup (+5) Kurang (-2)
Perempuan Bagus sekali (+22) Bagus (+18) Sedang (+12) Cukup (+8) Kurang (+2)
23
Uji Statistik yang Digunakan pada penelitian ini antara lain: 1.
Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kebugaran antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test.
2.
Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan IMT antar gender diuji dengan menggunakan analisis Independent T-Test.
3.
Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan persentase lemak tubuh antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test.
4.
Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kecukupan energi dan zat gizi antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test.
5.
Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.
6.
Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.
7.
Hubungan antara komposisi lemak tubuh contoh dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.
8.
Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan komposisi tubuh diuji dengan menggunakan analisi korelasi Pearson.
9.
Hubungan antara komposisi tubuh contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.
10.
Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran iuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. Definisi Operasional
Contoh adalah mahasiswa dan mahasiswi Mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Mahasiswa adalah seseorang yang masih menjalani perkuliah dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki usia 19 hingga 21. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan oleh contoh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan aktifitas fisik serta aktivitas lain. Asupan zat gizi dan energi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh berupa karbohidrat, protein, lemak dan energi.
24
Tingkat kecukupan gizi dan energi adalah perbandingan rata-rata asupan zat gizi dan energi terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) yang dinyatakan dalam persen. Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui IMT dan komposisi tubuh. Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. VO2max adalah kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen yang merupakan indikator kebugaran dalam melakukan aktivitas. Balke test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan oleh contoh dengan cara lari selama 15 menit kemudian diukur dan dicatat jarak tempuhnya dalam kurun waktu tersebut. Flexibility test adalah tes yang dilakukan untuk melihat kemampuan sendi tubuh bergerak sesuai dengan ruang gerak sendinya. Reach test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan contoh dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda positif (+) dan jika tidak melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda negatif (-). Komposisi massa tubuh adalah komposisi tubuh yang menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif, terutama otot, dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif, terutama lemak. Terdiri dari persentase lemak tubuh, Mass of Body Fat dan Lean Body Mass. Presentase lemak tubuh adalah jumlah lemak dalam tubuh contoh yang diukur dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer dan dinyatakan dalam persen.
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian berjumlah 84 orang. Pada tahapan penelitian selanjutnya terdapat hambatan, diantaranya adalah terdapat beberapa contoh yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti serangkaian penelitian ini. Oleh karena itu total contoh yang diteliti adalah sebanyak 75 orang. Karakteristik contoh merupakan gambaran umum mahasiswa, meliputi umur dan jenis kelamin. Umur Pada penelitian ini terdapat keberagaman umur dari contoh yaitu berkisar antara 19-21 tahun dan rata-rata umur contoh adalah 19.96 ± 0.55 tahun. Berdasarkan umur tersebut dapat diketahui bahwa contoh pada penelitian ini tergolong ke dalam umur dewasa awal (WKNPG 2004). Data sebaran contoh berdasarkan umur disajikan pada Gambar 2.
14%
17%
69%
19 tahun
20 tahun
21 tahun
Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (69%) berumur 20 tahun. Rata rata umur contoh ini lebih rendah daripada contoh pada penelitian Maria (2012). Hal ini dikarenakan pada penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa program sarjana regular semester 6 sedangkan pada penelitian Maria
26
(2012) menggunakan contoh mahasiswa program pendidikan sarjana alih jenis dan tidak dibatasi pada semester tertentu. Jenis Kelamin Data sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 3.
28%
72%
laki-laki
perempuan
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 72.0% (54 orang). Hal ini hampir serupa dengan penelitian Maria (2012) bahwa sebanyak 75% mahasiswa Institut Pertanian Bogor berjenis kelamin perempuan. Status Gizi Berat Badan Pengukuran antropometri yang dilakukan salah satunya adalah pengukuran berat badan (BB). Pengukuran ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan timbangan injak. Dalam penelitian ini menggunakan contoh yang umurnya termasuk dalam kategori dewasa awal. Oleh karena itu untuk menentukan status gizi contoh menggunakan indikator IMT. Data sebaran contoh berdasarkan berat badan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan berat badan Berat Badan (kg) <50 51-60 61-70 71-80 >80 Total
n (orang) 28 30 8 5 4 75
Persentase (%) 37.3 40.0 10.7 6.7 5.3 100
27
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan contoh berkisar antara 34.5-89.0 kg. Namun paling banyak contoh memiliki berat badan dalam kisaran 5160 kg yaitu sebesar 40.0%. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap contoh diketahui bahwa rata-rata berat badan contoh setelah pengukuran yaitu untuk contoh yang berjenis kelamin perempuan sebesar 54.7 ± 11.10 kg, sedangkan untuk contoh yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 60.6 ± 10.88 kg. Rata-rata berat badan contoh tersebut hampir sama dengan rata-rata berat badan standar untuk tingkat dewasa awal menurut WIdya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu untuk laki-laki sebesar 60.0 kg sedangkan untuk perempuan sebesar 52.0 kg. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan suatu ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan usia (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan microtoise. Tinggi badan seseorang diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, posisi kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan dengan pandangan diarahkan lurus ke depan (Arisman 2004). Data sebaran contoh berdasarkan tinggi badan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan Tinggi Badan (cm) <155 156-160 161-165 166-170 171-180 Total
n (orang) 33 19 9 7 7 75
Persentase (%) 44.0 25.4 12.0 9.3 9.3 100
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat hasil pengukuran terhadap tinggi badan contoh dengan menggunakan microtoise. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tinggi badan contoh terbanyak pada kisaran kurang dari 155 cm yaitu sebesar 44.0%. Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan contoh laki-laki yaitu 167.5 ± 6.01 cm dan rata-rata tinggi badan contoh perempuan yaitu 154.8 ± 5.25 cm. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
28
terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi terhadap tinggi badan akan muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama (Riyadi 2003). Komposisi Tubuh Persentase lemak dalam tubuh harus terdapat dalam persentase yang normal, jika melebihi persentase batas normal tersebut dapat terjadi kelainankelainan pada tubuh kita, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak, seperti terjadinya kegemukan, arterosklerosis (penebalan dinding pembuluh darah), peningkatan tekanan darah, stroke dan serangan jantung (Huda 2007). Data Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Contoh n 54 21
% 72.0 28.0
Persentase lemak tubuh % 28.8 ± 5.61 17.3 ± 8.37
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa terdapat perbedaan terhadap hasil pengukuran persentase lemak tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin. Hasil dari pengukuran komposisi lemak tubuh contoh menunjukan bahwa rata-rata persentase lemak tubuh perempuan (28.8 ± 5.61%) adalah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan contoh laki-laki (17.3 ± 8.37%). Rata-rata contoh laki-laki, hasil ini sejalan dengan penelitian Wilmore and Costil (1994) bahwa pada umumnya kisaran persentase lemak tubuh pada pada laki-laki sebesar 15-17%. Namun untuk contoh perempuan adalah tidak sejalan, yakni berkisar 18-22% (Wilmore and Costil, 1994). Data sebaran contoh berdasarkan Lean Body Mass dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan Lean Body Mass dan jenis kelamin Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Contoh N 54 21
% 72.0 28.0
Lean Body Mass Kg 38.4 ± 4.79 49.3 ± 3.93
Selain nilai persentase lemak tubuh, terdapat juga nilai massa tubuh tanpa lemak dan massa lemak tubuh. Nilai komposisi tubuh tanpa lemak atau Lean Body Mass (LBM) contoh laki-laki adalah 49.3 ± 3.93 kg. Hasil ini nyata lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perempuan (38.4 ± 4.79 kg). Hal ini memperkuat
29
pendapat Galleta (2005) umumnya laki-laki mempunyai massa otot yang lebih banyak dari wanita. Laki-laki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita bahkan saat istirahat. Selain itu otot membakar kalori lebih banyak dibandingkan dengan jaringan yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah berat badan dibandingkan laki-laki dengan asupan kalori yang sama. Data sebaran contoh berdasarkan massa lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan massa lemak tubuh dan jenis kelamin Jenis kelamin
Contoh n 54 21
Perempuan Laki-laki
Massa lemak tubuh Kg 16.3 ± 6.68 11.3 ± 8.01
% 72.0 28.0
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa massa lemak tubuh contoh perempuan (16.3 ± 6.68kg) adalah nyata lebih tinggi daripada contoh laki-laki (11.3 ± 8.01kg). Hasil pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapat Supariasa et al (2001) yang menyatakan bahwa rata-rata massa lemak tubuh perempuan berkisar antara 10-12kg sedangkan pada laki-laki adalah 9-11kg. Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dinyatakan dalam kilogram maupun secara relatif dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan umur (Supariasa et al 2001). Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin MBF
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
LBM
Kategori n
%
n
%
Kurang
3
5.56
26
48.15
Normal
29
53.70
24
44.44
Lebih
22
40.74
4
7.41
Total
54
100.00
54
100.00
Kurang
12
57.14
11
52.38
Normal
6
28.57
2
9.52
Lebih
3
14.29
8
38.10
Total
21
100.00
21
100.00
30
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh perempuan (53.70%) memiliki MBF kategori normal. Namun masih terdapat 40.74% contoh perempuan yang MBF nya termasuk kategori lebih. Pada contoh laki-laki sebagian besar (57.14%) memiliki MBF kategori kurang, namun masih terdapat 28.57% contoh laki-laki yang MBF nya termasuk kategori normal. Untuk LBM, baik pada perempuan maupun laki-laki sebagian besar termasuk kategori kurang, yakni masing-masing sebesar 48.15% dan 52.38%. Hasil yang terlihat pada Tabel 12 masih banyaknya terdapat kategori kurang dalam pengkategorian status gizi berdasarkan komposisi tubuh. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan adalah alat yang menggunakan standar internasional. Penentuan status gizi berdasarkan komposisi tubuh dapat menggambarkan status kesehatan seseorang. Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin Kategori Persentase lemak Essential fat Athletes Fitness Acceptable Obese Total
Perempuan n 0 3 12 25 14 54
% 0 5.55 22.22 46.30 25.93 100
Laki-laki n 0 10 2 6 3 21
% 0 47.62 9.53 28.57 14.28 100
Pada Tabel 13 terlihat bahwa sebagian besar contoh perempuan (46.30%) memiliki kategori acceptable sedangkan pada contoh laki laki (47.62%) mimiliki kategori athletes. Apabila dilihat dari jenis kelamin, prevalensi obesitas sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki (Garrow 1993). Perempuan mempunyai lebih banyak sel lemak dari pada laki-laki perkilogram berat badan. Hal ini disebabkan karena pada perempuan lemak tubuh diperlukan untuk fungsi reproduksi, dimana pada perempuan disaat kekurangan makanan perempuan dapat menjaga reproduksi dengan menggunakan cadangan lemak yang ada (Garrow 1993). Indeks Massa Tubuh Pada umur yang sama rata-rata IMT perempuan sebelum menopause biasanya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata IMT laki-laki. Akan tetapi
31
secara umum prevalensi gizi lebih dan obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (WHO 2000). Status gizi merupakan keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa et.al 2001). Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Penelitian ini menggunakan metode antropometri dalam pengukuran status gizi. Mahasiswa dalam penelitian ini yang dijadikan contoh termasuk dalam kategori usia dewasa awal, sehingga menurut Riyadi (2003) untuk pengukuran status gizi contoh menggunakan IMT. Data status gizi contoh dihitung dengan menggunakan indikator berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Contoh dalam penelitian ini tergolong usia dewasa awal sehingga
menggunakan
rumus
perhitungan
Indeks
Massa
Tubuh
yaitu
perbandingan berat badan contoh dengan tinggi badan contoh di kuadratkan dalam satuan cm. Data sebaran contoh berdasarkan status gizi disajikan pada Gambar 4. 66.67%
12.00%
12.00%
kurus
normal
lebih
9.33%
obese
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 66.67% contoh yang memiliki status gizi normal serta kategori kurus dan lebih masing-masing sebesar 12.00%, dan untuk kategori obese adalah sebanyak 9.33%. Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar (58.3%) mahasiswa Institut Pertanian Bogor memiliki status gizi normal. Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 5.
32
66.67%
66.67% laki-laki
19.05%
14.81%
9.26% kurus
perempuan
4.76% normal
lebih
9.52% 9.26% obese
Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin
Pada Gambar 5 terlihat bahwa status gizi contoh laki-laki dan perempuan relatif tidak jauh berbeda untuk kategori normal dan obese. Untuk kategori kurus lebih banyak pada contoh laki-laki sedangkan pada kategori lebih terdapat pada contoh perempuan yang persentasenya lebih banyak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2004) yang menyatakan bahwa terdapat 88.3% mahasiswa putri Institut Pertanian Bogor yang memiliki status gizi normal, terdapat 8.1% kategori kurus dan 3.6% berstatus gizi lebih. Begitu juga dengan hasil penelitian oleh Santika (2004) menyatakan bahwa terdapat 68.2% mahasiswa putra Institut Pertanian Bogor yang memiliki status gizi normal, terdapat 29.4% kategori kurus dan 2.4% berstatus gizi lebih.Penilaian status gizi berdasarkan IMT hanya dapat menggambarkan status gizi seseorang. Indikator IMT tidak dapat menggambarkan status kesehatan seseorang. Tingkat Kecukupan Energi Konsumsi energi contoh diperoleh melaui metode recall 2x24 jam yaitu pada saat hari kuliah dan hari libur. Tujuan dari penggunaan metode recall 2x24 jam yaitu agar dapat menghasilkan gambaran mengenai asupan zat gizi contoh yang lebih optimal (Arisman 2004). Kemudian dari hasil recall tersebut data diolah dengan menggunakan konversi terhadap Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan pada akhirnya akan dibandingkan dengan angka kecukupan energi masing-masing contoh berdasarkan rumus menurut WKNPG 2004.
33
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi disajikan pada Gambar 6.
81.00%
15.00% 0.00% defisit berat
defisit sedang
defisit ringan
4.00% normal
0.00% kelebihan
Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi Intake energi contoh berkisar antara 429-1684 Kal dengan rata-rata 1131 ± 225 Kal. Jika dikategorikan maka 81% contoh yang memiliki intake energi defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake energi defisit tingkat sedang dan normal masing-masing sebanyak 15% dan 4%. Pada gambar menunjukan sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit tingkat berat. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar (86.7%) mahasiswa Institut Pertanian Bogor memiliki tingkat kecukupan energi kategori normal. Peranan energi dalam olahraga penting diperhatikan, misalnya kelelahan (tidak bugar) dapat terjadi akibat tidak cukupnya ketersediaan energi yang diperlukan dari glikogen otot atau glukosa darah. Konsumsi energi yang rendah (mengalami defisit) sangat tidak baik bagi contoh. Hal ini disebabkan dapat mengganggu performa contoh karena saat usia dewasa awal memiliki kebutuhan energi yang optimal untuk aktivitas fisik yang tergolong berat dan banyak. Oleh karena itu, konsumsi makanan secara baik dan optimal mampu memelihara
34
ketersediaan yang cukup sehingga menghasilkan kemampuan beraktivitas dan waktu pemulihan yang baik (Mihardja 2000). Data sebaran
contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis
kelamin disajikan pada Gambar 7.
95.24 % laki-laki
perempuan
75.92%
18.52% 4.76% defisit berat
defisit sedang
0% 0% defisit ringan
0%
5.56%
normal
0% 0% kelebihan
Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki maupun perempuan memiliki intake energi defisit tingkat berat yang masing-masing persentasenya adalah 95.24% dan 75.92%. intake energi kategori defisit tingkat sedang pada contoh laki-laki sebesar 4.76% sedangkan pada contoh perempuan sebesar 18.52%. intake energi kategori normal hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 5.56%. Dalam hal ini contoh perempuan lebih memiliki tingkat kecukupan yang tergolong lebih baik dibandingkan contoh laki-laki terlihat pada terdapatnya contoh perempuan yang memiliki kategori intake energi normal sedangkan pada contoh laki-laki tidak ada. Protein Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan struktur tubuh, tetapi protein adalah sumber yang miskin untuk penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang aktif fisiknya. Sumber protein dapat
35
berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes 2002). Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein disajikan pada Gambar 8. 38.00%
27.00% 20.00%
11.00% 4.00%
defisit berat
defisit sedang defisit ringan
normal
kelebihan
Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein Intake protein contoh berkisar antara 20.78-62.08 gram dengan rata-rata 39.25 ± 9.09 gram. Jika dikategorikan maka 38% contoh yang memiliki intake protein defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake protein defisit tingkat sedang, normal, defisit ringan dan kelebihan masing-masing sebanyak 27%, 20%, 11% dan 4%. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa Institut Pertanian Bogor (46.7%) termasuk pada kategori intake protein normal dan tidak terdapat (0%) contoh yang termasuk kategori intake protein defisit tingkat berat. Protein merupakan salah satu jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein
juga
mempunyai
fungsi
sebagai
bahan
pembentuk
hormon
dan
pembentukan enzim yang kemudian juga akan terlibat di dalam proses metabolisme tubuh (Irawan 2007).
36
Untuk mengetahui perbedaan intake protein antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake protein dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 9.
laki-laki
perempuan
47.62% 35.18%
38.09%
22.22%
22.22% 14.82%
14.29% 5.56%
0% defisit berat
defisit sedang
defisit ringan
0% normal
kelebihan
Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin. Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki intake protein defisit tingkat berat yang masing-masing persentasenya adalah 47.62% dan 35.18%. kategori defisit tingkat sedang pada contoh laki-laki sebesar 38.09% sedangkan pada contoh perempuan sebesar 22.22%. kategori defisit tingkat ringan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 14.82%. Pada contoh laki-laki mapun perempuan memiliki intake protein normal masing masing adalah 14.29% dan 22.22%. untuk kategori intake protein kelebihan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 5.56%. Konsumsi protein yang berlebih dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak yang akhirnya dapat menyebabkan resiko terjadinya kegemukan. Selain itu, efek dari kelebihan mengkonsumsi protein akan lebih sering mengalami buang air kecil karena protein di dalam tubuh akan dicerna menjadi urea yang merupakan suatu senyawa dalam bentuk sisa yang harus dibuang melalui urin. Hal tersebut tentunya juga akan memperberat kerja ginjal dan akan meningkatkan resiko terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan (Husaini 2000).
37
Lemak Lemak merupakan zat gizi yang menghasilkan energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan oleh karbohidrat. Rasa kenyang dan penuh yang terjadi akibat makan lemak yang berlebihan dapat mengurangi konsumsi karbohidrat yang adekuat. Selain itu konsumsi lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan peningakatan trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko kesehatan seperti aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul pada seseorang akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana 2000). Tingkat kecukupan lemak contoh merupakan perbandingan dari konsumsi dengan kebutuhan masing-masing contoh. Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak disajikan dalam Gambar 10. 72.00%
9.33%
defisit berat
defisit sedang
5.33% defisit ringan
10.67% 2.67% normal
kelebihan
Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak contoh Intake lemak contoh berkisar antara 8.32-61.37 gram dengan rata-rata 32.08 ± 12.18 gram. Jika dikategorikan maka 72% contoh yang memiliki intake lemak defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake lemak normal, defisit tingkat sedang, defisit ringan dan kelebihan masing-masing sebanyak 10.67%, 9.33%, 5.33% dan 2.67% . Lemak memiliki potensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan dibandingkan karbohidrat dan protein, sehingga menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Depkes 2005). Untuk mengetahui perbedaan intake lemak antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake lemak dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin contoh disajikan pada Gambar 11.
38
95.24%
laki-laki
perempuan
62.96%
4.76% defisit berat
11.12%
defisit sedang
0%
7.40%
defisit ringan
14.82% 0% normal
0 3.70% kelebihan
Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki maupun perempuan memiliki intake lemak defisit berat dengan masing-masing sebanyak 95.24% dan 62.96%. kategori defisit tingkat sedang masing-masing sebanyak 4.76% dan 11.12%. untuk kategori defisit ringan, normal dan kelebihan hanya terdapat pada contoh perempuan dengan persentase masing-masing sebanya 7.40%, 14.82% dan 3.70%. hal ini terlihat pada contoh perempuan untuk konsumsi lemak lebih banyak dibandingkan dengan contoh laki-laki. Tingkat kecukupan lemak rendah akan menurunkan sumber energi, hal ini dikarenakan lemak dapat menghasilkan dua kali lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat dan protein (Fatmah 2011). Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi yang tidak hanya berfungsi untuk mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga merupakan sumber energi utama bagi sistem pusat syaraf termasuk otak. Di dalam tubuh, karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Walaupun karbohidrat bukan satusatunya sumber energi, namun karbohidrat lebih dibutuhkan sebagai sumber energi otot untuk aktifitas fisik yang tinggi (Damayanti 2000).
Peranan karbohidrat adalah menyediakan glukosa yang dapat diubah menjadi energi. Kelebihan glukosa dalam tubuh akan disimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen dan apabila masih berlebihan akan disimpan dalam
39
bentuk lemak di jaringan adiposa sehingga seseorang akan menjadi cepat kenyang. Pada saat cadangan glikogen di otot dan di hati berkurang, maka seseorang akan mengalami kelelahan (tidak bugar) yang dapat mempengaruhi performa dan prestasi (Ilyas 2002). Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat disajikan pada Gambar 12. 56.00%
24.00% 10.67%
6.67%
defisit berat
defisit sedang
2.66%
defisit ringan
normal
kelebihan
Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat Intake karbohidrat contoh berkisar antara 83.48-809.67 gram dengan ratarata 285.34 ± 185.74 gram. Jika dikategorikan maka 56% contoh yang memiliki intake karbohidrat defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake karbohidrat kelebihan, normal, defisit tingkat sedang, dan defisit ringan masing-masing sebanyak 24%, 10.67%, 6.67% dan 2.66% . Sebagian besar contoh dalam penelitian ini jumlah konsumsi pangan yang banyak
mengandung
karbohidrat
tergolong
sedikit.
Contoh
paling
banyak
mengkonsumsi pangan yang mengandung karbohidrat contohnya nasi dalam sehari hanya 1-2 kali makan saja dalam porsi kecil. Sehingga data untuk tingkat kecukupan karbohidrat tergolong defisit tingkat berat. Untuk mengetahui perbedaan intake karbohidrat antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake karbohidrat dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin contoh disajikan pada Gambar 13.
40
laki-laki
66.67%
perempuan
51.85%
27.80% 14.28% 4.77% defisit berat
7.40% 0%
defisit sedang
9.25%
14.28%
3.7%
defisit ringan
normal
kelebihan
Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin. Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki
intake
karbohidrat
defisit
tingkat
berat
dengan
masing-masing
persentasenya adalah 66.67% dan 51.85%. Kategori defisit sedang contoh laki-laki sebanyak 4.77% sedangkan contoh perempuan sebanyak 7.40%. untuk kategori defisit tingkat ringan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebanyak 3.7%. Kategori normal pada contoh laki-laki sebanyak 14.28% sedangkan pada contoh perempuan sebanyak 9.25%. Kategori kelebihan pada masing-masing contoh sebanyak 14.28% dan 27.80%. fungsi utama dari karbohidrat adalah sebagai penghasil energi. Tubuh akan menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi apabila kandungan karbohidrat di dalam makanan cukup, sedangkan bila yang dikonsumsi kurang kandungan karbohidratnya, maka akan digunakan lemak dan protein sebai sumber energi lainnya (Fatmah 2011). Tingkat Kebugaran Flexibility test Kelentukan adalah luas bidang gerak tubuh pada persendian, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen. Kelentukan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga (Depkes, 1996). Faktor fisiologis yang
41
mempengaruhi kelentukan antara lain: usia dan aktivitas. Pada usia lanjut kelentukan berkurang sebagai akibat menurunnya elastisitas otot sebagai akibat kurang latihan. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan nilai flexibility dan jenis kelamin Jenis kelamin
Jumlah
Nilai flexibility (cm)
Laki-laki
21
12.6 ± 6.83
Perempuan
54
9.1 ± 5.86
Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata flexibility pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Rata-rata nilai flexibility pada contoh laki-laki sebesar 12.6 cm termasuk kategori sedang untuk umur dewasa awal sedangkan untuk contoh perempuan dengan rata-rata nilai flexibility sebesar 9.1 cm termasuk kategori cukup untuk umur dewasa awal. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan. Diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi resiko sakit pinggang dan kolumna spinal lainnya, meningkatkan postur tubuh, tubuh bergerak lebih gemulai, meningkatkan penampilan pribadi, perkembangan keterampilan berolahraga dan mengurangi tekanan darah dan stres (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan disajikan pada Gambar 14. 42.59%
24.07%
24.07%
9.26% 0.00% bagus sekali
bagus
sedang
cukup
kurang
Gambar 14 Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan
42
Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh perempuan memiliki kategori kurang dengan persentase sebesar 42.59%, untuk kategori sedang dan cukup memiliki nilai presentase masing-masing sebesar 24.07% sedangkan untuk kategori bagus sebesar 9.26%. Hal ini dikarenakan pada contoh perempuan memiliki akumulasi lemak yang dapat menghambat dalam perlakuan tes kelentukan tubuh (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki disajikan pada Gambar 15. 33.33% 28.57% 19.05% 9.52%
bagus sekali
9.52%
bagus
sedang
cukup
kurang
Gambar 15 Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki memiliki kategori cukup yaitu sebesar 33.33%, kategori bagus 28.57%, kategori sedang sebesar 19.05% sedangkan untuk kategori kurang dan bagus sekali memiliki kesamaan nilai yaitu sebesar 9.52%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada contoh laki-laki lebih baik tingkat flexibility contoh laki-laki sebagian besar berada pada kategori cukup dan juga terdapat contoh yang termasuk kategori bagus sekali, hal ini dikarenakan pada laki-laki memiliki serat otot yang lebih tebal, besar dan kuat yang bisa mempermudah untuk melakukan tes kebugaran kelentukan tubuh (Fatmah 2011). VO2max Pengukuran VO2max bisa dilakukan dengan cara tes kebugaran dengan metode tes balke. Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes ini dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat. Kerugian tes balke adalah memerlukan lintasan untuk lari, yang standar adalah lintas sepanjang 400 meter (Mackenzie 1997).
43
VO2 maximum (VO2max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen. Semakin keras berlatih maka akan semakin cepat bernafas yang
menjadikan
masukan
oksigen
meningkat
sehingga
pembentukan energi secara aerob (Depkes 1997).
memungkinkan
Data sebaran contoh
berdasarkan nilai VO2max dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan nilai VO2max dan jenis kelamin Jenis kelamin
Jumlah
Nilai VO2 max (ml/kg/menit)
Laki-laki
21
37.36 ± 4.44
Perempuan
54
30.30 ± 2.67
Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata VO2max pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Rata-rata nilai VO2max pada contoh laki-laki sebesar 37.36 ml/kg/menit termasuk kategori fair untuk usia 20-29 tahun sedangkan untuk contoh perempuan dengan rata-rata nilai VO2max sebesar 30.30 ml/kg/menit termasuk kategori fair untuk usia 20-29 tahun. Sebelum puber, anak laki-laki dan wanita memiliki kebugaran aerobik yang sedikit berbeda, tetapi setelah itu anak perempuan jauh tertinggal. Rata-rata wanita muda memiliki kebugaran aerobik antara 15 sampai 25% lebih kecil dari laki-laki muda, tergantung pada tingkat aktivitas mereka (Sharkey 2003). Sebaran pengkategorian VO2max yang dilakukan terhadap contoh perempuan disajikan pada Gambar 16. 55.56%
35.19%
7.41% 1.85% very poor
poor
fair
good
0.00%
0.00%
excellent
superior
Gambar 16 Sebaran pengkategorian VO2max contoh perempuan
44
Dapat dilihat pada Gambar 16 bahwa sebagian besar contoh perempuan memiliki kategori fair dengan persentase sebanyak 55.56%. Kategori poor sebanyak 35.19%, kategori good sebanyak 7.41% dan kategori very poor 1.85%. Sedangkan untuk kategori excellent dan superior tidak ada. Setelah pubertas, terutama yang berhubungan dengan daya tahan kardiorespiratori , yaitu kapasitas aerobik pada perempuan lebih rendah 15-25% dari laki-laki (Jensen, 1979 dalam Permaesih 2001). Sebaran pengkategorian VO2max yang dilakukan terhadap contoh laki-laki disajikan pada Gambar 17. 42.86%
42.86%
9.52% 4.76% 0.00%
0.00% very poor
poor
fair
good
excellent
superior
Gambar 17 Sebaran pengkategorian VO2max contoh laki-laki Hasil pengukuran VO2max yang dilakukan terhadap contoh laki-laki menunjukkan hasil yang terbesar pada kategori poor dan fair yang masing-masing persentasenya sebesar 42.86%. Kategori very poor sebesar 9.52% dan untuk kategori excellent sebesar 4.76% sedangkan untuk kategori good dan superior tidak ada. Hasil pengkategorian nilai VO2max pada contoh laki-laki lebih bagus dibandingkan dengan contoh perempuan, terlihat dari adanya contoh yang berkategori excellent. Dengan komposisi otot pada laki-laki dapat memudahkan untuk melakukan tes kebugaran.
45
Uji Antar Variabel Uji beda status gizi antar gender Hasil uji beda independent t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan status gizi berdasarkan IMT antara contoh laki-laki dengan perempuan (p>0.05). Namun berbeda nyata apabila status gizinya berdasarkan nilai persentase lemak tubuh di mana contoh perempuan secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan contoh laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Silitonga (2009) yang menyatakan bahwa persentase lemak responden wanita lebih tinggi dibandingkan dengan responden pria. Uji beda tingkat kecukupan energi dan zat gizi antar gender Hasil uji beda independent t-test menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecukupan energi dan lemak antara contoh laki-laki dengan perempuan (p>0.05). Tingkat kecukupan energi dan lemak contoh perempuan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terlihat dari data konsumsi yang dikumpulkan melalui recall menunjukkan bahwa untuk konsumsi energi dan lemak contoh perempuan lebih banyak dibandingkan dengan contoh laki-laki. Sedangkan untuk konsumsi protein dan karbohidrat contoh tidak berbeda jauh antar gender, sehingga hasil uji beda menyatakan tidak terdapat perbebedaan yang nyata antara tingkat kecukupan protein dan karbohidrat contoh laki-laki dengan perempuan. Uji beda tingkat kebugaran (Flexibility dan VO2 max) antar gender Hasil uji beda independent t-test menunjukkan bahwa nilai kebugaran baik flexibility maupun VO2max pada contoh laki-laki secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perempuan. Menurut Riyadi (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang adalah jenis kelamin.
Massa
otot laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan sehingga dapat melakukan tes kebugaran dengan lebih baik dibandingkan dengan perempuan yang lebih banyak memiliki massa lemak dalam tubuhnya yang dapat menghambat kekuatan untuk melakukan tes flexibility. Andhini (2011) melaporkan hal serupa, yakni atlet laki-laki memiliki nilai VO2max lebih tinggi dibandingkan dengan atlet perempuan. Hubungan antara kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT Hasil uji korelasi Pearson antara kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan IMT menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>0.05 dan
46
r=-0.048). Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan energi, lemak, protein dan karbohidrat tidak berhubungan dengan IMT. Pada penelitian ini nilai kecukupan energi, lemak, protein dan karbohidrat contoh jauh dari nilai normal. Hal ini dikarenakan untuk indikator yang mempengaruhi IMT tidak hanya dari tingkat kecukupan energi saja, melainkan ada indikator lain yang dapat mempengaruhi nilai IMT seperti faktor penyakit infeksi atau non infeksi yang diderita. Hubungan antara IMT dengan kebugaran (Flexibility dan VO2max) Hasil uji korelasi Pearson antara IMT dengan nilai flexibility dan VO2max contoh menunjukkan hubungan negatif yang signifikan masing-masing dengan (p<0.05 r=-0.258) dan (p<0.05 r=-0.345). Hal ini menunjukkan bahwa IMT contoh berhubungan dengan kebugaran contoh. Keseimbangan asupan makanan dan penggunaannya oleh tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardioveskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorang
haruslah
melakukan
latihan-latihan
olahraga
yang
cukup
dan
mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Fatmah 2011). Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan IMT Hasil uji korelasi Pearson antara persentase lemak tubuh dengan IMT menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan (p<0.05 r= 0.777). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi presentase lemak tubuh, maka semakin tinggi pula IMT. Hal ini dikarenakan pada peningkatan IMT seseorang merupakan peningkatan pada massa lemak tubuh bukan karena peningkatan massa otot dalam tubuh. Hubungan antara kecukupan energi dan zat gizi dengan persentase lemak tubuh Hasil uji korelasi Pearson antara kecukupan energi dengan persentase lemak tubuh, kecukupan protein dengan persentase lemak tubuh, kecukupan lemak dengan persentase lemak tubuh, serta kecukupan karbohidrat dengan persentase lemak tubuh contoh menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi dan zat gizi belum menunjukkan adanya hubungan dengan persentase lemak tubuh diduga karena relatif homogen data konsumsinya dan recall 2x24 jam belum bisa menggambarkan kebiasaan makan yang sebenarnya. Selain itu untuk pembentukan lemak tubuh diperlukan waktu yang
47
relatif lama sehingga belum terlihat korelasinya dengan kecukupan energi dan zat gizi. Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran (Flexibility dan VO2 max) Hasil uji korelasi pearson antara persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran, baik nilai flexibility maupun VO2max contoh, menunjukkan hubungan negatif yang signifikan dengan masing-masing nilai (p<0.05 r= -0.397) dan (p<0.05 r= -0.671). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar nilai persentase lemak tubuh maka semakin rendah tingkat kebugaran seseorang. Jika lemak dalam tubuh meningkat, maka kebugaran akan menurun. Salah satu cara untuk
mempertahankan
atau
meningkatkan
kebugaran
adalah
dengan
menghilangkan kelebihan lemak (Sharkey 2003). Kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran (Flexibility dan VO2 max) Hasil uji korelasi Pearson antara masing-masing variabel kecukupan energi, protein, lemak dan kabohidrat dengan tingkat kebugaran berdasarkan flexibility dan VO2max contoh tidak menunjukan hubungan yang signifikan.
Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang dikumpulkan dengan cara recall 2x24 jam belum dapat menentukan tingkat kebugaran baik flexibility mau pun VO2max.
Salah satu upaya untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang baik
diperlukan tingkat konsumsi yang cukup (Kartika 2006).
48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sebagian besar contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, berumur antara 19 hingga 21 tahun dan sebagian besar berumur 20 tahun (dewasa awal). Mayoritas (66.67%) status gizi contoh tergolong kategori normal, persentase lemak tubuh contoh perempuan (28.8 ± 5.61%) adalah nyata lebih tinggi dibandingkan contoh laki-laki (17.3 ± 8.37%). Sedangkan rata-rata massa tubuh tanpa lemak contoh laki-laki (49.3 ± 3.93 kg) adalah nyata lebih tinggi daripada contoh perempuan (38.4 ± 4.79 kg). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi mayoritas contoh berada dalam kategori defisit tingkat berat. Tingkat kebugaran (flexibility) contoh laki-laki (33.33%) dalam kategori cukup dan terdapat 38.10% yang termasuk kategori bagus dan bagus sekali. Pada contoh perempuan (42.59%) berada dalam kategori kurang. Tingkat kebugaran (VO2max) contoh lai-laki (42.86%) dalam kategori kurang dan sedang serta terdapat 4.76% yang termasuk kategori bagus sekali. Pada contoh perempuan (55.56%) memiliki tingkat kebugaran (VO2max) dalam kategori sedang. Status gizi berdasarkan IMT contoh laki-laki tidak berbeda nyata dengan perempuan. Namun, persentase lemak tubuh pada perempuan adalah nyata lebih tinggi daripada laki-laki, dan tingkat kebugaran (flexibility maupun VO2max) adalah nyata lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Tingkat kecukupan energi dan lemak pada perempuan adalah nyata lebih tinggi daripada laki-laki, namun pada tingkat kecukupan protein dan karbohidrat tidak terdapat perbedaan yang nyata antara laki-laki dengan perempuan. Semakin tinggi nilai IMT contoh maka semakin rendah tingkat kebugaran (flexibility dan VO2max). Semakin tinggi persentase lemak tubuh contoh maka semakin tinggi pula IMTnya. Sebaliknya semakin tinggi persentase lemak tubuh, maka semakin rendah tingkat kebugaran contoh.
49
Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah bagi mahasiswa dianjurkan untuk memperbaiki konsumsi agar dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi dapt memenuhi angka kecukupan sehingga dapat mencapai status gizi normal. Selain itu juga diharapkan dapat melakukan exercise secara
teratur,
sehingga memiliki tingkat kebugaran yang lebih baik. Untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang serupa bisa ditambahkan informasi tentang rutinitas dan periode dalam melakukan exercise dari contoh.
50
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Andhini RA. 2011. Hubungan antara Asupan Makan dan Komposisi Lemak Tubuh terhadap Peningkatan Kapasitas Daya Tahan Tubuh Atlet Di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Boogor. [Anonim]. 1997. Metode Tes Balke. www.kebugaran.web.id [10 Januari 2012]. [Anonim]. 2009a. Prinsip Dasar-Dasar Latihan Daya Tahan. www.wordpress.com [10 Januari 2012]. [Anonim]. 2009b. BMI-Calculator. www.BMI-calculator.net [12 Maret 2012]. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Budiman I. 2007. Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand [skripsi]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Damayanti D. 2000. Pengaturan Berat Badan Pada Atlet. Di dalam: Tanaya ZA et. al., editor. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga Untuk Prestasi. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dariyo A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Darlina. 2004. Hubungan Konsumsi Mie Instan dengan Status Gizi pada Mahasiswa di Asrama Putra. Medan: Universitas Sumatra Utara. [Depkes]. 1996. Pedoman Praktik Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Depkes. [Depkes]. 1997. Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta : Departemen Kesehatan. [Depkes]. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Departemen Kesehatan. Fatmah. 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung. Ganong WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa: Widjajakusumah D, Irawati D, Siagian M, Moeloek D, Pendit BU. Edisi 20. Jakarta: EGC. Garrow J.S. 1993. Obesity in human Nutrition ang Dieteties. London: Churchil Livingston www.Obesitas.web.id [13 Februari 2012]. Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press.
51
Harmanto N. 1997. Diabetes Melitus. Jakarta: Yudistira. Hardinsyah, Martianto D. 1992. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari. Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan perencanaan asupan pangan.Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah,
Muhilal.
2004.
Penentuan
Kebutuhan
Gizi
dan
Kesepakatan
Harmonisasi di Asia Tenggara. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Harjadi. 2000. Ketidak Seimbangan Kalori pada Kegemukan. Jakarta: FKUI. Heart F . 2005. Overweight and obesity and weight change in middle aged men: impact on cardiovascular dsease and diabetes, J Epidemial Communit Health, 59: 134-139 [25 Januari 2012]. Horton TJ, Miller EK, Glueck D, Tench K. 2002. No Effect of Menstrual Cycle Phase on Glucose Kinetics and Fuel Oxidation During Moderate-Intensity Exercise. Am J Physiol Endocrinol Metab;282:E752-E762 [25 Januari 2012]. Husaini MA. 2000. Kebutuhan Protein Untuk Berprestasi Optimal. Di dalam: Tanaya ZA et. al., editor. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga Untuk Prestasi. Jakarta: Departemen Kesehatan. Irawan A. 2007. Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga. www.pssplab.com [1 Desember 2011]. Kartika E. 2006. Hubungan tingkat konsumsi gizi (energi,protein,besi)dan status gizi (indeks massa tubuh, kadar hemoglobin) dengan ketahanan fisik pada atlet sepak bola di psis semarang tahun 2006 [skripsi]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Karyadi D, Muhilal. 1990. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta : Gramedia. Koley S. 2007. Association of Cardiorespiratory Fitness, Body Composition and Blood Pressure in Collegiate Population of Amritsar, Punjab, India. The Internet Journal of Biological Anthropology. Volume 1 Numbe 1 [25 Januari 2012]. Kuntaraf KL, Kuntaraf J. 1992. Olahraga Mempertinggi Vitalitas Paru-Paru. Dalam: Saerang EE, editor. Olahraga Sumber Kesehatan. Bandung: percetakan Advent Indonesia; p. 34.
52
Kushartanti
W.2004.
Kebugaran
Jasmani
dan
Produktivitas
Kerja.[skripsi].
Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Mackenzie B. 1997. Borg Scale and VO2 max. www.brianmac.co.uk [8 Januari 2012]. Macmillan S. 1995. Nutrition and fatness. New York: Macmillan Library Reference. Maria A. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Seimbang serta Hubungannya dengan Status Gizi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor [skripsi] Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Mutohir TC, Maksum A. 2007. Sport Development Index. Jakarta: Indeks. Nurcahyo H. 2008. Ilmu Kesehatan Jilid 1. Jakarta: Depdiknas. Primana DA. 2000. Penggunaan Lemak dalam Olahraga. Di dalam: Tanaya ZA et.al. editor.
Pedoman
Pelatihan
Gizi
Olahraga
untuk
Prestasi.
Jakarta:
Departemen Kesehatan. Putri T. 2004. Hubungan faktor sosial ekonomi, status gizi dan penyakit dengan keluhan kesehatan pada mahasiswa putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun 2002/2003 [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rahmawati D. 2006. Status dan Perkembangan Anak Usia Dini di Taman Pendidikan Karakter Sutra Alam, Desa Sukamantri, Bogor. [skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Riyadi
H.
2003.
Penilaian
Gizi
secara
Antropometri.
[diktat
yang
tidak
dipublikasikan]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. ______. 2007. Diktat Mata Kuliah Gizi Olahraga. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sandjaja et al. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas. Santika O. 2004. Hubungan faktor sosial ekonomi, status gizi dan penyakit dengan keluhan kesehatan pada mahasiswa putra Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun 2002/2003 [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada. Silitonga N. 2009. Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Orang Dewasa yang Mengalami Obesitas [skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara.
53
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Supariasa. et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Warren MP, Constantini NW. 2000. Exercise and The Female Reproductive System. In: Quadagno David M, editor. Sports Endocrinology. New Jersey: Humana Press; p. 322-7. www.sport.net [13 februari 2012]. [WHO] World Health Organization. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Genewa: WHO Technical Report Series. [WHO] World Health Organization. 2007. Pengkategorian Status Gizi. Genewa: WHO Technical Report Series. Widajanti L. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Semarang: BP UNDIP.
54
LAMPIRAN
55
Lampiran 1 Lembar kuesioner untuk konsumsi contoh Nama : Jenis Kelamin :
Umur BB dan TB
: :
RECALL KONSUMSI PANGAN (2 X 24 JAM) 1. Hari Kuliah Waktu Pagi (06.00-09.00)
Selingan (09.00-12.00)
Siang (12.00-14.00)
Selingan (14.00-18.00)
Malam (18.00-21.00)
Selingan (21.00)
Nama
Bahan
Makanan
Pangan
URT
Berat (g)
Keterangan
56
2. Hari Libur Waktu Pagi (06.00-09.00) Selingan (09.00-12.00) Siang (12.00-14.00)
Selingan (14.00-18.00)
Malam (18.00-21.00)
Selingan (21.00)
Nama Makanan
Bahan Pangan
URT
Berat (g)
Keterangan
57
Lampiran 2 Data karakteristik contoh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur (tahun) 20 19 21 20 21 21 20 20 19 20 20 20 20 20 19 20 20 20 20 19 20 20 20 20 20 20 20 20 19 20 21 20 19 20 20 19 19
58
No 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Jenis Kelamin Perempuan Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Laki laki Perempuan Laki laki Laki laki Perempuan Perempuan Laki laki Perempuan Perempuan Laki laki Laki laki Laki laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki laki Laki laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur (tahun) 20 20 19 20 20 21 20 19 20 21 20 20 20 21 20 20 19 20 20 20 21 19 21 20 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 20 20
59
Lampiran 3 Data status gizi contoh
No
BB (kg)
TB (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
53.3 47.8 44.3 60.1 44.3 53.5 53.5 47.3 48.0 85.9 65.3 47.7 48.8 53.7 85.0 50.1 76.2 49.7 34.5 55.7 58.2 53.4 41.4 58.8 50.5 46.5 39.8 65.5 55.0 44.0 58.8 80.6 58.4 46.7
167.3 153.2 148.4 157.4 149.5 159.8 151.5 155.7 152.5 158.9 160.5 148.9 157.0 161.0 160.5 154.1 154.4 155.2 141.7 147.4 161.3 154.1 153.8 153.5 152.2 149.0 142.5 155.4 162.4 146.5 153.0 158.6 160.1 151.0
PBF (%) 24.4 25.9 28.0 33.4 24.6 25.0 32.5 24.3 25.8 40.9 31.7 25.8 23.2 26.1 41.2 22.6 41.0 27.0 20.0 33.0 29.2 29.8 19.6 31.5 27.7 27.3 25.1 35.3 24.9 26.6 34.9 37.7 29.1 26.3
BMI (kg/m2) 19.0 20.4 20.1 24.3 14.8 21.0 23.3 15.9 20.6 34.0 25.3 21.5 19.8 20.7 33.0 21.1 31.9 20.6 17.2 25.6 22.4 22.5 17.5 25.0 21.8 20.9 19.6 27.1 22.9 20.5 25.1 32.0 22.8 20.5
Status Gizi normal normal normal normal kurus normal normal kurus normal obese lebih normal normal normal obese normal obese normal kurus lebih normal normal kurus normal normal normal normal lebih normal normal lebih obese normal normal
60
No
BB (kg)
TB (cm)
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
57.2 72.1 74.4 43.2 50.5 87.1 61.5 53.2 59.3 49.3 61.4 55.9 52.9 76.2 59.4 89.0 55.7 58.0 59.6 50.7 46.1 67.5 56.0 57.1 57.6 54.4 65.4 61.5 46.0 44.0 52.8 54.1 60.0 46.4 55.5 60.7 44.9
158.5 160.0 155.0 144.7 165.6 168.4 161.5 171.9 161.0 160.3 171.5 166.2 173.3 160.0 166.8 168.1 166.7 155.1 157.2 164.4 160.6 155.7 179.2 157.9 153.4 171.0 163.5 180.2 153.0 148.5 159.2 171.6 169.1 152.0 163.5 153.0 155.0
PBF (%) 32.2 40.2 38.4 25.9 9.9 30.0 22.0 6.0 21.8 13.8 17.9 15.6 10.0 31.5 18.4 36.0 12.7 31.9 23.5 10.5 18.2 36.9 6.6 28.4 32.6 11.0 23.5 10.4 25.4 22.5 28.4 11.1 20.6 24.8 27.2 31.0 23.6
BMI (kg/m2) 22.8 28.2 31.0 20.6 18.4 30.7 23.6 18.0 22.9 19.2 20.9 20.2 17.6 29.8 21.3 31.5 20.0 24.1 24.1 18.8 17.9 27.8 17.4 22.9 24.5 18.6 24.5 18.9 19.7 20.0 20.8 18.9 20.9 20.1 20.8 25.9 18.7
Status Gizi normal lebih obese normal kurus obese normal kurus normal normal normal normal kurus lebih normal obese normal normal normal normal kurus lebih kurus normal normal normal normal normal normal normal normal normal normal normal normal lebih normal
61
No
BB (kg)
TB (cm)
72 73 74 75
48.5 61.5 49.5 50.1
156.0 156.0 154.5 160.5
PBF (%)
BMI (kg/m2)
24.7 31.1 27.1 22.4
19.9 25.3 20.7 19.4
Status Gizi normal lebih normal normal
Lampiran 4 Data tes kebugaran contoh
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Jenis Kelamin p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p
Fleksibility (cm) Balke (m) VO2max 12.0 1860 31.75 18.7 2112 34.64 0.9 1935 32.61 15.5 1615 28.94 7.0 1558 28.29 20.9 1950 32.78 6.0 2101 34.52 16.4 1927 32.52 6.5 1630 33.70 11.1 1570 28.43 12.2 1945 32.73 13.4 1714 30.08 9.5 1675 29.63 11.9 1675 29.63 15.2 1630 29.11 16.0 1870 31.87 1.0 1420 26.71 14.1 1700 29.92 12.6 1799 31.05 3.7 1480 27.39 7.5 1555 28.25 14.5 2115 34.68 12.2 1711 30.04 5.7 1605 28.83 17.8 1914 32.37 14.4 1880 32.98 10.8 1700 29.92 8.0 1820 31.29
62
No 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Jenis Kelamin p p p p p p p p p p L L L L L L L L L L L L L p L L p p L p p L L L p p p L
Fleksibility (cm) Balke (m) VO2max 8.5 1880 31.98 -2.7 1538 28.06 10.6 1610 28.89 2.5 800 19.60 5.0 2008 33.45 10.1 1920 32.44 2.0 1925 32.50 3.0 1422 26.73 11.7 1600 28.77 16.9 1570 28.43 9.8 2690 41.27 7.3 2010 33.47 20.5 2545 39.61 12.5 2613 40.39 4.3 2405 38.00 20.1 3600 51.70 1.8 2380 37.71 16.0 2283 36.60 9.3 2000 33.35 0.5 2335 37.20 18.0 2114 34.66 6.8 1745 30.43 13.2 2220 35.88 2.7 1600 28.77 5.0 2300 36.80 21.5 2335 37.20 10.9 1990 33.24 6.9 1530 27.97 21.0 2690 41.27 10.0 1592 28.68 18.1 1665 29.52 14.0 2109 34.61 18.0 2168 35.28 18.0 2609 40.34 -5.5 1480 27.39 2.5 1895 32.15 8.0 1623 29.03 20.5 2345 37.31
63
No 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Jenis Kelamin L p p p p p p p p
Fleksibility (cm) Balke (m) VO2max 7.0 1845 31.58 7.0 1783 30.87 1.0 1840 31.52 7.0 1818 31.27 18.5 1512 27.76 6.0 1784 30.88 7.0 2063 34.08 1.5 1420 26.71 8.0 1788 30.93
Lampiran 5 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran VO2max No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jenis Kelamin p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p
VO2max 31.75 34.64 32.61 28.94 28.29 32.78 34.52 32.52 33.70 28.43 32.73 30.08 29.63 29.63 29.11 31.87 26.71 29.92 31.05 27.39 28.25 34.68 30.04 28.83 32.37
Kategori Fair Fair Fair Poor Poor Fair Good Fair Fair Poor Fair Fair Fair Fair Poor Fair Poor Fair Fair Poor Poor Good Fair Poor Fair
64
No 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Jenis Kelamin p p p p p p p p p p p p p L L L L L L L L L L L L L p L L p p L p p L L L p
VO2max 32.98 29.92 31.29 31.98 28.06 28.89 19.60 33.45 32.44 32.50 26.73 28.77 28.43 41.27 33.47 39.61 40.39 38.00 51.70 37.71 36.60 33.35 37.20 34.66 30.43 35.88 28.77 36.80 37.20 33.24 27.97 41.27 28.68 29.52 34.61 35.28 40.34 27.39
Kategori Fair Fair Fair Fair Poor Poor very poor Fair Fair Fair Poor Poor Poor Fair Poor Fair Fair Fair excellent Poor Poor Poor Fair Poor very poor Poor Poor Fair Poor Good Poor Fair Poor Fair Poor Poor Fair Poor
65
No 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Jenis Kelamin p p L L p p p p p p p p
VO2max 32.15 29.03 37.31 31.58 30.87 31.52 31.27 27.76 30.88 34.08 26.71 30.93
Kategori Fair Fair Fair very poor Fair Fair Fair Poor Fair Good Poor Fair
Lampiran 6 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran flexibility No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Jenis Kelamin p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p
Flexibility (cm) 12.0 18.7 0.9 15.5 7.0 20.9 6.0 16.4 6.5 11.1 12.2 13.4 9.5 11.9 15.2 16.0 1.0 14.1 12.6 3.7 7.5
Kategori sedang Bagus kurang sedang kurang Bagus kurang sedang kurang Cukup sedang sedang kurang Cukup sedang sedang kurang sedang sedang kurang kurang
66
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Jenis Kelamin p p p p p p p p p p p p p p p p p L L L L L L L L L L L L L p L L p p L p p
Flexibility (cm) 14.5 12.2 5.7 17.8 14.4 10.8 8.0 8.5 -2.7 10.6 2.5 5.0 10.1 2.0 3.0 11.7 16.9 9.8 7.3 20.5 12.5 4.3 20.1 1.8 16.0 9.3 0.5 18.0 6.8 13.2 2.7 5.0 21.5 10.9 6.9 21.0 10.0 18.1
Kategori sedang sedang kurang Bagus sedang Cukup Cukup Cukup kurang Cukup kurang kurang Cukup kurang kurang Cukup sedang Cukup Cukup Bagus sedang Cukup Bagus kurang sedang Cukup kurang Bagus Cukup sedang kurang Cukup bagus sekali Cukup kurang bagus sekali Cukup Bagus
67
No 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Jenis Kelamin L L L p p p L L p p p p p p p p
Flexibility (cm) 14.0 18.0 18.0 -5.5 2.5 8.0 20.5 7.0 7.0 1.0 7.0 18.5 6.0 7.0 1.5 8.0
Kategori sedang Bagus Bagus kurang kurang Cukup Bagus Cukup Cukup kurang kurang Bagus kurang kurang kurang Cukup
Lampiran 7 Persentase tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh Jenis Kelamin
No 1
p
2
p
3
p
4
p
5
p
6
p
7
p
8
p
9
p
10
p
TKE (%)
TKL (%)
55.42
TKP (%) 61.43
TKKH (%)
30.55
71.78
71.12
109.40
57.59
131.66
91.49
105.61
128.86
70.41
49.83
62.30
66.53
219.75
55.85
86.32
60.52
78.15
50.64
72.53
67.12
37.51
50.99
77.85
50.76
45.38
59.42
67.26
66.88
80.53
61.56
95.65
42.93
62.14
55.41
57.52
63.69
46.58
68
Jenis Kelamin
No 11
p
12
p
13
p
14
p
15
p
16
p
17
p
18
p
19
p
20
p
21
p
22
p
23
p
24
p
25
p
26
p
27
p
28
p
29
p
30
p
31
p
32
p
33
p
TKE (%)
78.89
TKP (%) 115.98
72.75
TKL (%)
TKKH (%)
98.26
163.67
81.56
64.75
237.91
60.16
78.52
83.32
47.28
47.94
46.00
41.08
69.83
73.72
89.85
80.34
66.41
47.16
74.94
32.74
274.41
44.50
56.51
51.40
38.01
49.17
59.30
53.36
43.26
45.53
57.60
19.18
86.46
66.26
80.62
83.10
52.17
53.28
67.06
48.44
177.42
74.06
68.17
90.33
87.36
57.70
52.92
74.32
54.21
57.47
86.74
42.86
57.65
43.09
101.85
33.03
41.95
69.48
113.98
77.59
61.48
96.68
110.57
92.68
93.00
59.29
94.97
108.21
43.31
71.93
72.29
100.92
59.68
53.77
88.68
92.53
32.21
60.17
77.72
34.91
210.55
77.09
84.43
78.18
259.18
52.74
82.47
49.15
114.05
69
Jenis Kelamin
No 34
p
35
p
36
p
37
p
38
p
39
L
40
L
41
L
42
L
43
L
44
L
45
L
46
L
47
L
48
L
49
L
50
L
51
L
52
p
53
L
54
L
55
p
56
p
TKE (%)
77.02
TKP (%) 93.86
49.49
TKL (%)
TKKH (%)
83.50
242.30
71.62
74.96
34.97
22.60
45.86
27.80
45.68
62.70
92.71
116.28
35.61
104.77
112.22
131.11
99.13
54.52
70.25
61.15
104.00
47.03
74.60
57.59
36.97
54.36
91.53
55.49
59.88
46.54
74.52
49.99
61.55
51.59
75.34
46.49
50.58
77.50
106.95
72.12
75.52
47.33
57.14
50.17
98.34
51.00
66.55
29.04
57.88
41.96
65.41
40.74
37.92
48.61
74.11
38.09
143.00
51.48
77.22
60.67
39.90
53.71
69.29
29.21
111.79
59.27
101.34
63.27
148.49
54.12
57.79
52.14
117.87
47.18
72.45
45.14
45.40
54.75
67.74
39.86
125.36
77.04
92.72
51.88
155.31
53.38
75.71
41.52
124.32
70
Jenis Kelamin
No 57
L
58
p
59
p
60
L
61
L
62
L
63
p
64
p
65
p
66
L
67
L
68
p
69
p
70
p
71
p
72
p
73
p
74
p
75
p
TKE (%)
43.61
TKP (%) 72.27
53.73
TKL (%)
TKKH (%)
28.56
59.34
76.28
41.39
52.23
41.32
76.09
31.94
176.82
34.91
49.35
16.19
37.40
36.54
68.76
43.30
29.12
51.71
67.55
39.58
51.23
56.08
83.19
70.87
39.60
76.63
146.75
74.34
57.95
43.52
47.21
46.93
59.44
39.06
59.09
54.42
36.55
29.85
34.64
26.16
26.43
61.80
132.07
61.47
111.62
55.05
52.68
55.66
51.75
52.75
51.28
41.70
163.56
50.67
53.26
18.26
63.63
67.67
72.99
106.42
78.08
43.11
59.00
31.23
73.70
46.44
70.31
31.41
48.82
68.62
66.07
65.76
133.66
71
Lampiran 8 Pengkategorian data kecukupan energi dan zat gizi contoh Tingkat kecukupan
Kategori
n
%
Tingkat Kecekupan Energi
Defisit Tingkat Berat
61
81.00%
Defisit Tingkat Sedang
11
15.00%
Defisit Tingkat Ringan
0
0.00%
Normal
3
4.00%
Defisit Tingkat Berat
29
38.00%
Defisit Tingkat Sedang
20
27.00%
Defisit Tingkat Ringan
8
11.00%
Normal
15
20.00%
Di atas Kecukupan/lebih
3
4.00%
Defisit Tingkat Berat
54
72.00%
Defisit Tingkat Sedang
7
9.33%
Defisit Tingkat Ringan
4
5.33%
Normal
8
10.67%
Di atas Kecukupan/lebih
2
2.67%
Tingkat Kecukupan
Defisit Tingkat Berat
41
54.67%
Karbohidrat
Defisit Tingkat Sedang
6
8.00%
Defisit Tingkat Ringan
3
4.00%
Normal
8
10.67%
Di atas Kecukupan/lebih
17
22.66%
Tingkat Kecukupan Protein
Tingkat Kecukupan Lemak
72
Lampiran 9 Uji beda IMT contoh antar gender Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
Df
Mean
Std. Error
Difference
tailed) Difference Difference Lower
Upper
bmi Equal variances
.028
.869 -.829
73
.410
-.9021
1.0886 -3.0717
1.2674
-.822 35.919
.416
-.9021
1.0973 -3.1277
1.3234
assumed Equal variances not assumed
Lampiran 10 Uji beda persentase lemak tubuh contoh antar gender
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F %
Equal
lemak
variances
tubuh
assumed Equal variances not assumed
6.396
Sig.
.014
t
df -
6.892
5.808
Mean
Std. Error
Difference
tailed) Difference Difference Lower
73
.000 -11.5071
1.6695
27.301
.000 -11.5071
1.9811
Upper -
14.8345
15.5700
-8.1798
-7.4443
73
Lampiran 11 Uji beda tes kebugaran (flexibility) contoh antar gender Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
Sig. (2F flexibility
Sig.
t
df
Mean
Difference
Std. Error
tailed) Difference Difference Lower Upper
Equal variances
1.702
.196 2.215
73
.030
3.4997
1.5803
.3502 6.6493
2.069 32.106
.047
3.4997
1.6912
.0554 6.9441
assumed Equal variances not assumed
Lampiran 12 Uji beda tes kebugaran (VO2max) contoh antar gender Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
Difference
tailed) Difference Difference Lower
Upper
vo2max Equal variances
2.455
.121 8.432
73
.000
7.06328
.83764 5.39386 8.73270
6.820 25.848
.000
7.06328
1.03571 4.93373 9.19283
assumed Equal variances not assumed
74
Lampiran 13 Uji beda tingkat kecukupan energi contoh antar gender Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
TKE Equal variances
3.710
.058
assumed
df -
-
variances not
3.791
assumed
Std. Error
Difference
tailed) Difference Difference Lower
73
.002 -11.1807
3.4900
53.956
.000 -11.1807
2.9490
3.204
Equal
Mean
Upper -
18.1363
17.0932
-4.2251
-5.2683
Lampiran 14 Uji beda tingkat kecukupan protein contoh antar gender Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
TKP Equal variances assumed Equal variances not assumed
4.177
.045
t
df -
1.476
1.710
Mean
Std. Error
Difference
tailed) Difference Difference Lower
73
.144
-7.7992
5.2848
51.193
.093
-7.7992
4.5606
Upper -
18.3318
16.9542
2.7335
1.3559
75
Lampiran 15 Uji beda tingkat kecukupan lemak contoh antar gender Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
df
TKL Equal variances
8.378
.005
assumed
-
-
variances not
3.778
assumed
Difference
Std. Error
tailed) Difference Difference Lower
73
.005 -18.2768
6.2647
66.443
.000 -18.2768
4.8379
2.917
Equal
Mean
Upper -
30.7623
27.9347
-5.7912
-8.6188
Lampiran 16 Uji beda tingkat kecukupan karbohidrat contoh antar gender Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
TKKH Equal variances assumed Equal variances not assumed
5.101
.027
t
df -
1.828
2.279
Mean
Std. Error
Difference
tailed) Difference Difference Lower
73
.072 -27.5399
15.0639
61.238
.026 -27.5399
12.0826
Upper -
57.5623
51.6988
2.4824
-3.3811
76
Lampiran 17 Hubungan antara tingkat kecukupan energi contoh dengan IMT TKE TKE
Pearson Correlation
bmi 1
-.048
Sig. (2-tailed)
.684
N Bmi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
75
75
-.048
1
.684
N
75
75
Lampiran 18 Hubungan antara tingkat kecukupan protein contoh dengan IMT
TKP TKP
Pearson Correlation
bmi 1
-.045
Sig. (2-tailed)
.700
N Bmi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
75
75
-.045
1
.700
N
75
75
Lampiran 19 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak contoh dengan IMT TKL TKL
Pearson Correlation
bmi 1
Sig. (2-tailed) N bmi
.078 .507
75
75
Pearson Correlation
.078
1
Sig. (2-tailed)
.507
N
75
75
77
Lampiran 20 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat contoh dengan IMT
TKKH TKKH
bmi
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.446
N bmi
.089
75
75
Pearson Correlation
.089
1
Sig. (2-tailed)
.446
N
75
75
Lampiran 21 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (VO2max)
vo2max
bmi bmi
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N vo2max
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.345
**
.002 75
75
**
1
-.345
.002 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
75
78
Lampiran 22 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (Flexibility) flexibility
bmi bmi
Pearson Correlation
1
-.258
Sig. (2-tailed)
.025
N fleksibility
*
Pearson Correlation
75
75
*
1
-.258
Sig. (2-tailed)
.025
N
75
75
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 23 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan IMT contoh % lemak tubuh % lemak tubuh
Pearson Correlation
bmi 1
Sig. (2-tailed)
**
.000
N bmi
.777
Pearson Correlation
75
75
**
1
.777
Sig. (2-tailed)
.000
N
75
75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 24 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan persentase lemak tubuh Correlations TKE TKE
Pearson Correlation
% lemak tubuh 1
Sig. (2-tailed) N % lemak tubuh
.115 .327
75
75
Pearson Correlation
.115
1
Sig. (2-tailed)
.327
N
75
75
79
Lampiran 25 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan persentase lemak tubuh
TKP TKP
% lemak tubuh
Pearson Correlation
1
.034
Sig. (2-tailed)
.775
N % lemak tubuh
75
75
Pearson Correlation
.034
1
Sig. (2-tailed)
.775
N
75
75
Lampiran 26 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan persentase lemak tubuh TKL TKL
Pearson Correlation
% lemak tubuh 1
.213
Sig. (2-tailed)
.066
N % lemak tubuh
75
75
Pearson Correlation
.213
1
Sig. (2-tailed)
.066
N
75
75
Lampiran 27 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan persentase lemak tubuh TKKH TKKH
Pearson Correlation
% lemak tubuh 1
Sig. (2-tailed) N % lemak tubuh
.134 .251
75
75
Pearson Correlation
.134
1
Sig. (2-tailed)
.251
N
75
75
80
Lampiran 28 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran Flexibility flexibility
% lemak tubuh % lemak tubuh
Pearson Correlation
1
-.397
Sig. (2-tailed)
.000
N fleksibility
**
Pearson Correlation
75
75
**
1
-.397
Sig. (2-tailed)
.000
N
75
75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 29 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran (VO2Max) vo2max
% lemak tubuh % lemak tubuh
Pearson Correlation
1
-.671
Sig. (2-tailed)
.000
N vo2max
**
Pearson Correlation
75
75
**
1
-.671
Sig. (2-tailed)
.000
N
75
75
Lampiran 30 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran Flexibility flexibility
TKE TKE
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N fleksibility
.009 .941
75
75
Pearson Correlation
.009
1
Sig. (2-tailed)
.941
N
75
75
81
Lampiran 31 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran flexibility flexibility
TKP TKP
Pearson Correlation
1
.030
Sig. (2-tailed)
.799
N fleksibility
75
75
Pearson Correlation
.030
1
Sig. (2-tailed)
.799
N
75
75
Lampiran 32 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran Flexibility Flexibility
TKL TKL
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N fleksibility
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.128 .275
75
75
-.128
1
.275 75
75
82
Lampiran 33 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran Flexibility
Flexibility
TKKH TKKH
Pearson Correlation
1
.077
Sig. (2-tailed)
.511
N fleksibility
75
75
Pearson Correlation
.077
1
Sig. (2-tailed)
.511
N
75
75
Lampiran 34 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran VO2 max TKE TKE
vo2max
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.514
N vo2max
-.077
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
75
75
-.077
1
.514
N
75
75
Lampiran 35 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran VO2max TKP TKP
Pearson Correlation
vo2max 1
Sig. (2-tailed) N vo2max
.095 .417
75
75
Pearson Correlation
.095
1
Sig. (2-tailed)
.417
N
75
75
83
Lampiran 36 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran VO2max TKL TKL
Pearson Correlation
vo2max 1
-.134
Sig. (2-tailed) N vo2max
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.251 75
75
-.134
1
.251 75
75
Lampiran 37 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran VO2max TKKH TKKH
Pearson Correlation
vo2max 1
Sig. (2-tailed) N vo2max
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.165 .156
75
75
-.165
1
.156 75
75