HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI
TITA NIA FANINA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi, Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Futsal Putri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014
Tita Nia Fanina NIM I14124024
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama terkait
ABSTRAK TITA NIA FANINA. Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi, Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Futsal Putri. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal remaja putri serta menganalisis perbedaan tingkat kebugaran dan pengetahuan gizi antara atlet dan non-atlet. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang melibatkan 46 orang siswa, terdiri dari 21 atlet futsal dan 25 non-atlet. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik individu dan keluarga, konsumsi pangan, status gizi, pengetahuan gizi, persen lemak, prestasi akademik, aktifitas fisik dan tingkat kebugaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 84.8% subjek memiliki pengetahuan gizi baik (84.8%) dan persen lemak tubuh yang normal (76.1%). Terdapat hubungan negatif antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran (p<0.1) dan terdapat hubungan positif antara aktifitas fisik dengan tingkat kebugaran (p<0.1). Tingkat kebugaran dan pengetahuan gizi atlet lebih tinggi dibandingkan non-atlet namun prestasi belajar dan persen lemak tubuh tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kata kunci: pengetahuan gizi, persen lemak tubuh, tingkat kebugaran, tingkat kecukupan gizi
ABSTRACT TITA NIA FANINA. Relationship between Food Consumption, Nutritional Adequacy, Nutritional Status with Fitness Level of Athlete’s Futsal Girls. Supervised by BUDI SETIAWAN. This study aimed to analyze the relationship between food consumption, nutritional adequacy, and nutritional status with fitness level of athlete's futsal girls and analyzed differences in fitness level and nutrition knowledge between futsal athletes and non-athletes. This study used a cross sectional study involved 46 students, consist of 21 futsal athletes and 25 non-athletes. The data collected includes data of individual and family characteristics, food consumption, nutritional status, nutritional knowledge, percent of body fat, academic achievement, physical activity and fitness level. The results showed that majority of subject had good nutritional knowledge (84.8%) and percent of body fat was acceptable (54.3%). There were negative relationship between the percent of body fat with fitness level (p<0.1) and positive relationship between physical activity with fitness level (p<0.1). Moreover, fitness level and nutritional knowledge athletes were higher than non-athletes however study achievement and percent of body fat was not significant differences (p>0.1). Keywords: fitness level, nutritional adequacy, nutritional knowledge, percent of body fat
HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI
TITA NIA FANINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Studi Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Futsal Putri Nama : Tita Nia Fanina NIM : I14124024
Disetujui oleh
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. Pembimbing Tunggal
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingg akhir zaman. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi, Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran dan Prestasi Akademik Atlet Futsal Putri dalam rangka memenuhi persyaratan untuk melaksnakan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dapat. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan. 2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi. 3. Prof. Dr. Rizal M. Damanik selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan motivasi pada penulis. 4. Keluarga tercinta: Bapak, mama, Mbak Ririn dan tiwi serta seluruh keluarga besar atas segala do’a dan dukungannya. 5. Teman-teman dekat tersayang: Pina Yasinta, Syarifah Hayatun Nufus, Nur Azizah, Fadhillah Safriani, Irma Febriyanti, Titis Susiolyanti, Anisyah Citra, Faradina Mutari, Rizki Steffiani yang telah membantu selama penelitian dan memberikan semangat dan motivasi. 6. Teman-teman Alih Jenis Gizi angkatan 6 atas segala dukungan, perhatian, semangat, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. 7. Teman-teman kos Nayara: Kak ipit, kak eva, widia, ade atas semangat dan motivasinya. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Tita Nia Fanina
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Hipotesis Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Waktu, dan Tempat
6
Cara Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
12
HASIL & PEMBAHASAN
13
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
13
Karakteristik Keluarga
13
Karakteristik Responden
15
Konsumsi Pangan
21
Kebiasaan Makan
21
Kebiasaan Makan dan Minum Sebelum Pertandingan
24
Kebiasaan Makan dan Minum Selama Pertandingan
25
Kebiasaan Makan dan Minum Setelah Pertandingan
26
Tingkat Kecukupan Gizi
26
Tingkat Kebugaran
32
Hubungan Antar Peubah
33
Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran
33
Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Tingkat Kebugaran
34
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kebugaran
34
Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dengan Status Gizi
34
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi
35
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Persen Lemak Tubuh
35
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar
35
SIMPULAN & SARAN
36
Simpulan
36
Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
47
DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian 2 Kategori karakteristik responden 3 Kategori pengetahuan gizi 4 Kategori status gizi menurut IMT/U 5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL 6 Klasifikasi persen lemak tubuh 7 Klasifikasi kebugaran jasmani berdasarkan tes ACSPFT 8 Sebaran responden berdasarkan pendidikan orangtua 9 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orangtua 10 Sebaran responden berdasarkan pendapatan orangtua 11 Sebaran responden berdasarkan umur 12 Sebaran responden berdasarkan berat badan 13 Sebaran responden berdasarkan tinggi badan 14 Sebaran responden berdasarkan uang saku 15 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan gizi 16 Sebaran responden berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi 17 Sebaran responden berdasarkan status gizi 18 Sebaran responden berdasarkan aktivitas fisik 19 Sebaran responden berdasarkan persen lemak tubuh 20 Sebaran responden berdasarkan prestasi belajar 21 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan 22 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan dan minum sebelum pertandingan 23 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan dan minum selama pertandingan 24 Sebaran responden berdasarkan kebiasan makan dan minum setelah pertandingan 25 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan energi 26 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan protein 27 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan lemak 28 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat 29 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan kalsium 30 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan zat besi 31 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C 32 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A 33 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin B1 34 Sebaran responden berdasarkan tingkat kebugaran
7 8 8 9 9 10 12 13 14 15 15 16 16 17 18 18 19 20 20 21 23 24 24 25 27 28 29 29 30 30 31 31 32 33
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri
5
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
status gizi Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi Hasil uji korelasi pearson antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi spearman antara aktifitas fisik dengan tingkat kebugaran Hasil uji korelasi spearman antara pengetahuan gizi dengan status gizi Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi aktifitas fisik dengan persen lemak Hasil uji korelasi spearman antara status gizi dengan prestasi akademik Hasil uji beda Mann Whitney tingkat kecukupan gizi futsal dan reguler Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan gizi Hasil uji beda Mann Whitney aktifitas fisik Hasil uji beda Independent Sample T-test prestasi akademik Hasil uji beda Independent Sample T-test persen lemak tubuh Hasil uji beda Independent Sample T-test tingkat kebugaran Dokumentasi
39 39 39 40 40 40 41 41 41 42 42 43 43 44
PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian yang lebih pada tim olahraga Indonesia dapat meningkatkan prestasi bangsa Indonesia pada bidang olahraga di tingkat Internasional. Salah satu aspek penting untuk meningkatkan prestasi dan kualitas atlet yaitu dengan adanya peran gizi. Zat gizi yang diperoleh dari makanan berperan penting untuk menjalankan fungsi-fungsi tubuh. Kebutuhan zat gizi yang terpenuhi dengan baik akan menghasilkan kinerja yang optimal. Sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dapat diperoleh dengan mengonsumsi pangan. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), konsumsi pangan adalah jumlah pangan (beragam atau tunggal) yang dimakan seseorang atau kelompok dengan tujuan tertentu. Konsumsi pangan akan dipengaruhi oleh kebiasaan makan seseorang. Berdasarkan penelitian Hoogenboom et al. (2009) 95,9% atlet renang wanita belum memenuhi angka Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk kecukupan zat gizi makro. Hal ini disebabkan oleh karena atlet wanita renang memiliki perilaku makan yang tidak baik untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Davar (2012) juga menemukan adanya kebiasaan makan yang buruk pada atlet hockey wanita yang dilihat dari preferensi dan pemilihan makanan seharihari. Kebiasaan makan yang baik dalam segi kualitas dan kuantitas akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kebugaran seorang atlet terutama olahraga yang memerlukan tingkat kebugaran yang tinggi seperti futsal. Futsal merupakan salah satu olahraga beregu atau tim yang membutuhkan keterampilan yang berhubungan dengan kesegaran jasmani yaitu kekuatan otot, kecepatan, kelincahan, dan membutuhkan energi tinggi dalam pelaksanaannya. Permainan futsal sama dengan sepakbola yang memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan atau daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan (Depkes 2002). Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan prestasi futsal yaitu dengan pemenuhan kecukupan gizi atlet futsal. Perilaku makan atlet yang buruk akan berdampak pada perubahan status gizi yang tidak diinginkan dan jangka panjang akan mempengaruhi prestasi atlet. Kondisi gizi yang kurang pada atlet dengan terus menjalani latihan tanpa diikuti dengan pemenuhan gizi yang cukup akan mempengaruhi penampilan olahraganya (Damayanti 2000). Hal serupa juga dijelaskan oleh Bar-Or & Hebestreit (2008), asupan zat gizi cukup merupakan satu dari beberapa faktor yang mendukung penampilan atlet remaja saat bertanding. Bila asupan zat gizi kurang maka akan mengganggu penampilan saat bertanding dan juga mempengaruhi proses pertumbuhannya. Seseorang yang berada pada fase remaja memerlukan zat gizi lebih tinggi daripada kelompok usia lainnya. Kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineral meningkat untuk mengkompensasi pertumbuhan tubuh yang pesat pada berat dan tinggi badan. Pada umumnya remaja mengkonsumsi banyak makanan kaya karbohidrat dan rendah kandungan protein sebagai pemenuhan akan nafsu makan yang ikut meningkat akibat peningkatan kebutuhan gizi (Eastwood 2003).
2 Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan penurunan kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani atau dikenal juga dengan kebugaran yang dimiliki seseorang akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja seseorang dan juga akan memberikan dukungan yang positif terhadap produktivitas bekerja atau belajar. Seseorang yang memiliki derajat kebugaran jasmani yang baik, akan memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan fisik yang diberikan kepadanya. Selain itu ia akan mengalami kelelahan yang tidak berarti selepas ia melaksanakan tugasnya. Ia masih dapat melakukan tugas-tugas lainnya. Orang yang bugar akan memiliki kemampuan recovery dalam waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan orang yang tidak bugar ( Bennet et.al 2006). Tim futsal putri SMP N 3 Cibinong memiliki prestasi yang mengagumkan di Provinsi Jawa Barat. Banyak lawan yang sudah dikalahkan baik di tingkat SMP, SMA ataupun mahasiswi perguruan tinggi. Berdasarkan fakta-fakta yang sudah dijelaskan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri dan membandingkannya dengan siswa putri yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMP N 3 Cibinong.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri di SMPN 3 Cibinong. Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik, konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi responden? 2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecukupan gizi dengan status gizi responden? 3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi responden? 4. Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden? 5. Apakah terdapat hubungan antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran responden? 6. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran responden? 7. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran atlet dan non-atlet
3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri di SMPN 3 Cibinong. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Mengkaji karakteristik umum, konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, status gizi, dan tingkat kebugaran responden 2. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan gizi dengan status gizi responden 3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi responden 4. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden 5. Menganalisis hubungan antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran responden 6. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran responden 7. Menganalisis perbedaan pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran atlet dan non-atlet
Hipotesis 1. Terdapat hubungan positif antara tingkat kecukupan gizi dengan status gizi responden. 2. Terdapat hubungan negatif antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran responden. 3. Terdapat hubungan positif antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden. 4. Pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran atlet lebih tinggi dibandingkan non-atlet.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi atlet sehingga masyarakat, khususnya atlet remaja putri dapat mengetahui konsumsi pangan dan status gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang kemudian akan berdampak pada performa tubuh atlet. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru dalam bidang gizi dan kesehatan.
4
KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik individu yang terdiri dari umur, berat badan, tinggi badan, uang saku,pengetahuan gizi, pendidikan dan pekerjaan orangtua, pendapatan orang tua akan memiliki dampak pada konsumsi pangan individu sehari-hari. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dipengaruhi oleh kebiasaan makannya. Kebiasaan makan adalah suatu istilah yang menggambarkan bagaimana kebiasaan seseorang dalam mengonsumsi makanan sehari-hari seperti frekuensi, pola makan, dan pemilihan makanan yang akan dikonsumsi. Kebiasaan makan seseorang bisa dipengaruhi oleh karakteristik, media masa dan teman sebaya. Media masa banyak memberikan informasi-informasi tertentu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengonsumsi makanan. Kebiasaan makan remaja juga dapat terbentuk akibat pengaruh dari teman sebayanya. Remaja terutama yang berprofesi sebagai atlet memerlukan asupan zat gizi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhannya. Remaja merupakan kelompok umur yang memerlukan kebutuhan zat gizi tinggi karena dalam proses pertumbuhan. Konsumsi pangan remaja atlet dan non-atlet akan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya sehari-hari. Kebiasaan makan yang tidak baik akan mempengaruhi tingkat kecukupan gizi remaja khususnya energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang kemudian akan berdampak terhadap status gizinya. Angka kecukupan gizi remaja yang berprofesi sebagai atlet akan berbeda dengan non-atlet. Hal ini dikarenakan aktifitas fisik atlet yang lebih tinggi sehingga memerlukan asupan yang lebih tinggi untuk menunjang performa atlet selama latihan atau pertandingan. Perhitungan angka kecukupan gizi remaja pada penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat aktifitas fisik. Tingkat kecukupan zat gizi dari konsumsi makanan sehari-hari akan berdampak pada status gizi remaja. Status gizi merupakan kondisi tubuh yang disebabkan oleh konsumsi dari makanan sehari-hari. Status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performa dan pertumbuhan seorang atlet remaja. Status gizi dapat dipengaruhi oleh aktifitas fisik dan riwayat penyakit yang dimiliki oleh seseorang. Tingginya aktifitas fisik remaja yang diimbangi dengan asupan yang seimbang akan berdampak baik pada status gizinya. Namun apabila tingginya aktifitas fisik tidak diimbangi dengan asupan yang cukup dan seimbang maka akan berdampak buruk pada status gizi remaja. Status gizi kurang ataupun lebih pada remaja merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi prestasi belajar dan tingkat kebugaran remaja terutama bagi remaja yang berprofesi sebagai atlet akan berdampak pada performa selama latihan dan pertandingan yang disebabkan oleh tingkat kebugaran yang kurang baik. Kebugaran merupakan kebutuhan pokok dalam melakukan aktivitas untuk kehidupan sehari-hari. Remaja yang memiliki tingkat kebugaran yang baik akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa merasakan kelelahan yang berarti terutama pada remaja atlet apabila memiliki tingkat kebugaran yang baik maka masih dapat menyelesaikan tugas sekolah selesai mengikuti latihan rutin setiap harinya. Atlet futsal memerlukan kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan tubuh yaitu meliputi daya tahan kardiovaskuler, kekuatan daya tahan otot, daya ledak otot, kecepatan, kelincahan, dan kelentukan.
5 Karakteristik contoh Umur Berat badan Tinggi badan Uang saku Pengetahuan gizi Pendidikan orangtua Pendapatan orangtua
Media masa
Konsumsi Pangan Kebiasaan makan Konsumsi makan
Teman sebaya
Asupan gizi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin & Mineral
Angka Kecukupan Gizi Tingkat Kecukupan gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin & Mineral
Riwayat penyakit
Status Gizi
Prestasi Belajar
Tingkat Kebugaran
Aktifitas fisik
Persen lemak
Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri.
6
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 di SMPN 3 Cibinong. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena SMPN 3 Cibinong merupakan salah satu sekolah di Provinsi Jawa Barat yang mempunyai kelas khusus olahraga untuk atlet-atlet remaja Kabupaten Bogor.
Cara Pengambilan Contoh Populasi pada penelitian ini adalah siswa putri kelas VII SMPN 3 Cibinong. Pengambilan responden atlet pada kelas olahraga dilakukan secara purposive sampling yaitu siswi yang mengikuti kegiatan futsal dan rutin mengikuti latihan yaitu berjumlah 21 orang. Pengambilan responden non-atlet juga dilakukan secara purposive sampling yaitu siswa kelas VII yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecuali kegiatan ekstrakurikuler english club dan bersedia menjadi responden penelitian ini yaitu berjumlah 25 orang. Total responden yang digunakan untuk penelitian ini yaitu berjumlah 46 orang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dan penyebaran kuisioner. Data primer yang dikumpulkan antara lain: data karakteristik umum responden (meliputi usia, uang saku, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang tua), prestasi belajar yang diperoleh dari rata-rata nilai rapor semester pertama, data pengetahuan gizi yang diperoleh dengan pengisian dan wawancara menggunakan kuesioner, data konsumsi pangan yang terbagi atas kebiasaan makan dan data kecukupan gizi diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam yaitu pada hari sekolah dan hari libur, data antropometri yang diperoleh dari pengukuran secara langsung berat badan responden menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg sedangkan tinggi badan responden menggunakan stature dengan ketelitian 0,1 cm, data aktifitas fisik diperoleh dengan menggunakan formulir recall 2x24 jam yaitu pada hari sekolah dan libur, persen lemak tubuh yang diperoleh secara langsung dengan pengukuran menggunakan alat Body Fat Monitoring Omron dan data tingkat kebugaran yang diperoleh berdasarkan tes secara langsung dengan menggunakan metode Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test (ACSPFT) yang terdiri dari 7 rangkaian tes. Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah yang meliputi data nilai rapor semester satu responden dan data mengenai gambaran umum sekolah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian.
7 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian No 1
2
Variabel Karakteristik contoh
Jenis Data Umur Uang saku Pengetahuan gizi Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua
Antropometri dan Berat badan status gizi contoh
Tinggi badan
IMT/U
3
Kecukupan gizi
4
Konsumsi pangan
5
Cara pengumpulan data Penyebaran dan pengisian kuisioner karakteristik oleh responden. Penyebaran dan pengisian kuisioner pengetahuan gizi oleh responden (Imaduddin 2012). Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat stature dengan ketelitian 0,1 cm IMT/U dihitung dengan menggunakan WHO anthroplus 2007
Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin A Vitamin C Zat besi Kalsium Kebiasaan makan Konsumsi makan 2x24 jam
Pengolahan hasil data recall 2x24 jam
Aktivitas fisik
Aktivitas fisik
Record aktivitas fisik 2x24 jam dan wawancara
6
Prestasi belajar
Nilai rapor
Rata-rata nilai rapor semester 1
7
Persen lemak tubuh
Persen lemak tubuh
Pengukuran langsung dengan menggunakan omron
8
Tingkat kebugaran
Data ketahanan kardiorespirasi Data kelenturan Data kecepatan Data kekuatan otot Data daya tahan otot Data kelincahan
Lari jarak jauh 800 meter
Penyebaran dan pengisian kuisioner oleh responden
Vertical jump Lari cepat 50 meter Standing broad jump Pull up dan sit-up Shuttle run 4x10 meter (Depdikbud 1977)
8 Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisa data. Tahapan pengkodean dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan pengolahan data. Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam tabel yang sudah ada, setelah itu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahap akhir adalah analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excell 2007 for windows dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for windows. Hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden menggunakan uji korelasi spearman, hubungan antara kecukupan gizi dengan tingkat kebugaran responden menggunakan uji korelasi spearman, hubungan persen lemak dengan tingkat kebugaran menggunakan uji korelasi pearson, dan untuk melihat perbedaan tingkat kebugaran, persen lemak, prestasi akademik antara responden futsal dan reguler menggunakan uji beda independent t-test. Data karakteristik responden yang meliputi usia, pengetahuan gizi responden, pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua akan memberikan gambaran mengenai responden. Data tersebut diperoleh dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. Tabel 2 Kategori karakteristik responden Karakteristik responden
Kategori
Usia
Remaja (12-14 tahun)
Pendidikan orang tua
SD SMP SMA Perguruan tinggi
Pendapatan orang tua
< Rp 1 000 000 Rp 1 000 000-Rp 3 000 000 Rp 3 000 000-Rp 5 000 000 > Rp 5 000 000
Pengetahuan gizi responden diperoleh berdasarkan hasil penilaian jawaban pertanyaan dari kuisioner yang diberi nilai 1 jika jawaban benar dan diberi nilai 0 jika jawaban salah. Tabel 3 Kategori pengetahuan gizi Kategori Baik Sedang Rendah
Persentase nilai >80% 60-80% <60%
Sumber: Khomsan 2000
Data antropometri responden yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan digunakan untuk memperoleh data Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai
9 indikator dari status gizi responden. Data status gizi responden ditentukan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO 2007. Tabel 4 Kategori status gizi menurut IMT/U Kategori Severe thinness Thinness Normal Overweight Obese Severe obese
Cut off point ≤ -3 SD -2 SD ≤ z-score < -3 SD -2 SD < z-score < +1 SD +1 SD ≤ z-score < +2 SD +2 SD ≤ z-score < +3 SD ≥ +3 SD
Sumber: WHO 2007
Data aktivitas fisik diolah berdasarkan metode self-record kegiatan sehari dan wawancara langsung. Hasil dari catatan tersebut akan diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunkan untuk beraktivitas dalam 24 jam yang dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001). PAL dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: PAL = ∑(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam Keterangan: PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Menurut FAO/WHO/UNU (2001), nilai yang diperoleh dari PAL akan dikategorikan menjadi tiga kategori, seperti yang disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang Aktivitas Berat
Nilai PAL 1.40-1.69 1.70-1.99 2.00-2.40
Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)
Data konsumsi pangan berupa jenis pangan dan berat pangan yang dikonsumsi kemudian dihitung kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994) sebagai berikut : KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan : KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j
10 Bj Gij BDDj
= Berat makanan j yang dikonsumsi (g) = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan Rumus untuk menentukan AKG contoh adalah sebagai berikut : AKGI = (Ba/Bs) x AKG
Keterangan : AKGI = Angka kecukupan gizi responden Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg) AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG 2013). Selanjutnya tingkat kecukupan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus : TKG = (K/AKGI) x 100 Keterangan : TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi AKGI = Angka kecukupan gizi responden Formula yang digunakan untuk menentukan kecukupan energi responden digunakan formula WKNPG tahun 2013 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu : Proses Estimasi AKE Remaja AKE = [135.3-(30.8xU) + PA x (10 x BB + 934 x TB)] +25 Kal Keterangan : AKE = Angka kecukupan energi (kkal) U = Usia (tahun) BB = Berat badan (kg) PA = Angka kegiatan fisik (untuk remaja sangat aktif) TB = Tinggi badan (cm) Data persen lemak tubuh diperoleh berdasarkan pengukuran menggunakan alat omron yang kemudian diklasifikasikan kedalam 3 kategori, seperti yang disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Klasifikasi persen lemak tubuh Kategori Athletic Good Acceptable Overweight Obese
Persen lemak tubuh (%) 8-15 16-23 24-30 31-36 >37
Sumber: Jeukendrup & Gleeson 2004
11 Data tingkat kebugaran atlet dilakukan menurut ACSPFT (Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test) dengan tes lari cepat 50 meter, lompat jauh tanpa awalan, bergantung angkat badan, lari hilir mudik 4x10 meter, baring duduk 30 detik, kelenturan togok ke depan dan lari 800 meter. Masingmasing hasil tes dikonversikan ke Tabel T selanjutnya dijumlahkan nilai T tersebut. Hasil nilai T dapat dikategorikan sesuai Tabel 6. Tabel 7 Klasifikasi kebugaran jasmani berdasarkan Metode ACSPFT Kategori kebugaran Total Nilai T Baik sekali >430 Baik 376-430 Sedang 311-375 Kurang 250-310 Kurang sekali <250 Sumber: Depdikbud 1977
Definisi Operasional Responden atlet adalah siswi yang mempunya keahlian dalam olahraga futsal dan mengikuti latihan rutin sesuai dengan yang sudah dijadwalkan. Responden non-atlet adalah siswi yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler fisik. Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh tentang gizi yang diukur menggunakan kuisioner. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan parameter IMT/U. Konsumsi pangan adalah istilah yang menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan seperti frekuensi makan, pola makan dan preferensi makan. Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan rata-rata konsumsi dari zat gizi makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2013) yang dinyatakan dalam persen. Food recall 24 jam adalah salah satu metode dalam melakukan survei konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan. Tingkat kebugaran adalah kemampuan tubuh contoh untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah tanpa kelelahan yang berarti. Aktifitas fisik adalah keseluruhan kegiatanj responden yang melibatkan fisik dan diperoleh melalui metode recall 2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur.
12 Persen lemak tubuh adalah komposisi lemak dalam tubuh yang tersimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan alat Body Fat Monitoring (Omron). Prestasi belajar adalah hasil pembelajaran responden dalam bentuk angka atau nilai yang tertera pada rapor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMPN 3 Cibinong adalah salah satu SMP yang terdapat di Kabupaten Cibinong. SMP ini terletak di Jl. Raya Karadenan, komplek pendidikan. SMPN 3 memiliki beberapa ekstrakurikuler yaitu sepakbola, paskibraka, basket, pramuka, english club, rohis, dan seni tari. Salah satu yang menjadi ciri khas SMPN 3 Cibinong dengan adanya kelas khusus olahraga yaitu kelas khusus bagi siswa yang berbakat dibidang olahraga. Kelas khusus ini didirikan oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat sebagai kelas percontohan. Jenis olahraga yang masuk dalam kelas olahraga yaitu futsal, kempo, panahan, dan lari jarak jauh.
Karakteristik Keluarga Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi (Rahmawati 2006), tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat diasumsikan bahwa kemampuannya untuk mengakses dan menyerap informasi demi memenuhi kebutuhan gizinya semakin baik. Pendidikan orangtua siswi meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi empat kategori yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Tabel 8 menunjukkan hasil sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan orangtua. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan orangtua Karakteristik Pendidikan Ayah
Total Pendidikan Ibu
Total
Kategori SD SMP SMA Perguruan Tinggi SD SMP SMA Perguruan Tinggi
n 1 5 19 21 46 6 3 24 13 46
% 2.2 10.8 41.3 45.7 100 13 6.5 52.2 28.3 100
13 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa persentase tertinggi pada kategori tingkat pendidikan ayah responden yaitu perguruan tinggi (45.7%) sedangkan pada kategori tingkat pendidikan ibu yaitu SMA (52.2%). Salah satu faktor yang memiliki dampak pada pola asuh anak seperti status gizi adalah tingkat pendidikan ibu karena pendidikan seorang ibu bereperan penting dalam mendidik anak (Rahmawati 2006). Pekerjaan Orangtua Jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima. Jenis pekerjaan ini secara tidak langsung menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan (Soehardjo 1989). Pekerjaan ayah dikategorikan menjadi 6 kategori yaitu PNS, pegawai swasta, BUMN, TNI/Polri, wiraswasta, dan lainnya. Pekerjaan ibu diberi tambahan satu kategori yaitu ibu rumah tangga. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah responden adalah pegawai swasta (41.3%) yang kemudian diikuti dengan PNS, TNI/Polri, wiraswasta, dan lainnya. Pekerjaan ayah responden yang termasuk dalam kategori lainnya yaitu buruh. Pekerjaan sebagian besar ibu responden yaitu Ibu rumah tangga (69.6%) yang kemudian diikuti oleh PNS, pegawai swasta, dan wiraswasta. Menurut Soehardjo (1989), semakin tinggi jenis pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pendapatannya yang kemudian akan berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orangtua Karakteristik Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu
Total
Kategori PNS Pegawai swasta BUMN TNI/Polri Wiraswasta Lainnya PNS Pegawai swasta Berwiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya
n 7 19 1 7 6 6 6 6 2 32 0 46
% 15.2 41.3 2.2 15.2 13 13 13 13 4.3 69.6 0 100
Pendapatan orangtua Faktor yang dapat menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi salah satunya adalah pendapatan. Pemilihan pangan yang baik akan terjadi pada saat semakin tingginya pendapatan seseorang. Peningkatan pendapatan ini juga akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam susunan makanan (Soehardjo 1989). Pendapatan orangtua responden dikategorikan menjadi empat kategori yaitu ≤ Rp 1 500 000, Rp 1 500 000 – Rp 3 000 000, Rp 3 000 000 – Rp 5 000 000, dan >Rp 5 000 000.
14 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendapatan orangtua responden (47.8%) berada pada kategori Rp 1 000 000 – Rp 3 000 000. Menurut Little et al (2002), keadaan sosial ekonomi keluarga khususnya pendapatan akan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makan yang akan dikonsumsi. Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan pendapatan orangtua Karakteristik Pendapatan orangtua
Kategori < Rp 1 000 000 Rp 1 000 000 – Rp 3 000 000 Rp 3 000 000 – Rp 5 000 000 > Rp 5 000 000 Total
n 9 22 9 6 46
% 19.6 47.8 19.6 13 100
Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan responden siswi SMPN 3 Cibinong yang duduk dibangku kelas VII. Responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok atlet yang merupakan siswi yang mengikuti kelas olahraga futsal dan non-atlet yang merupakan siswi yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berat. Umur Responden pada penelitian ini berusia 12-14 tahun. Menurut Depkes (2005), masa remaja dibedakan dalam tiga tahap, yaitu masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun). Responden pada penelitian ini berada pada kategori remaja awal dan remaja tengah. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (60.9%) berumur 13 tahun. Rata-rata umur responden yaitu 13.05±0.55 tahun. Berikut sebaran responden berdasarkan umur. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan umur Kategori umur (tahun) 12 13 14 Total
Total n 17 28 1 46
% 37 60.9 2.2 100
Berat Badan Karakteristik pertama yang menjadi penelitian ini yaitu berat badan yang diperoleh secara langsung menggunakan timbangan injak digital. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh berat badan responden yang beragam maka untuk mempermudah analisis terhadap data dibuat menjadi kategori. Karakteristik berat badan responden dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kurang dari 46 kg, dan
15 lebih dari 46 kg. Pengkategorian ini berdasarkan berat badan ideal WKNPG 2013. Berikut tabel sebaran responden berdasarkan berat badan. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan berat badan Kategori berat badan < 46 kg ≥ 46 kg Total
n 11 10 21
Atlet % 52.4 47.6 100
Non-atlet n % 16 64 9 36 25 100
n 27 19 46
Total % 58.7 41.3 100
Uji beda
P=0.7
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa 58.7% responden memiliki berat badan <46 kg. Berat badan sebagian besar atlet dan non-atlet <46 kg yaitu dengan persentase masing-masing 52.4% dan 64%. Hal ini menunjukkan bahwa berat badan sebagian besar responden belum termasuk berat badan yang ideal untuk remaja perempuan yang berumur 13-14 tahun. Rata-rata berat badan responden atlet yaitu 46.05 ± 6.72 kg sedangkan rata-rata berat badan responden non-atlet yaitu 45.09 ± 8.38 kg. Hasil uji beda Independent Sample T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara berat badan responden atlet dan non atlet. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan salah satu parameter antropometri yang diukur untuk memeriksa status gizi responden. Tinggi badan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu <155 cm dan ≥155 cm. Berikut sebaran responden berdasarkan tinggi badan. Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan tinggi badan Kategori tinggi badan < 155 cm ≥ 155 cm Total
Atlet n % 13 61.9 8 38.1 21 100
Non-atlet n % 18 72 7 28 25 100
Total n % 32 69.6 15 30.4 46 100
Uji beda
P=0.8
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa 69.6% tinggi badan responden yaitu <155 cm. Tinggi badan sebagian besar responden atlet dan nonatlet <155 cm dengan persentase masing-masing 61.9% dan 72%. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi badan responden belum termasuk tinggi badan ideal untuk remaja perempuan berumur 13-14 tahun menurut WKNPG 2013. Rata-rata tinggi badan responden atlet yaitu 151.32 ± 6.14 sedangkan rata-rata tinggi badan responden non-atlet yaitu 150.92 ± 6.42 cm. Hasil uji beda Independent Sample Ttest menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tinggi badan responden atlet dan non-atlet. Uang saku Uang saku adalah sejumlah uang yang diterima oleh siswa untuk membeli jajanan dalam sehari (Sinaga et al. 2012). Kisaran uang saku responden berkisar antara Rp 5 000-Rp 25 000. Uang saku responden penelitian ini dibagi menjadi
16 dua kategori yaitu
Atlet n 11 10 21
% 52.4 47.6 100
Non-atlet n % 10 40 15 60 25 100
n 21 25 46
Total % 45.7 54.3 100
Uji beda
p=0.85
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar atlet (52.4%) memiliki uang saku