KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman 2004). Selain itu, pada masa ini dibutuhkan terbentuk dasar-dasar keinderaan, berpikir dan berbicara, pertumbuhan mental dan moral. Oleh karena itu dibutuhan konsumsi pangan dan pemeliharaan kesehatan yang baik sehingga tidak mengalami gizi kurang.
Konsumsi makanan bagi seseorang yang rawan terhadap kekurangan gizi (balita, ibu hamil) dipengaruhi oleh pola konsumsi keluarga dan pola distribusi makanan antar anggota keluarga (ayah, ibu, anak, balita). Selanjutnya pola distrbusi makanan antar anggota keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang penting yang diduga ada kaitannya dengan kebijaksanaan ekonomi makro adalah tingkat upah kerja, alokasi waktu untuk keluarga terutama bagi wanita, kepala rumah tangga wanita, siapa pengambil keputusan di rumah tangga untuk pembelanjaan makanan dan sebagainya (Soekirman 1991).
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, pengeluaran) dan karakeristik demografi (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, besar keluarga). Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi pangan secara langsung mempengaruhi status gizi seseorang. Selain itu, riwayat kesehatan juga mempengaruhi status gizi. Namun dalam penelitian ini, riwayat kesehatan merupakan variabel yang tidak diamati. Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Karakteristik Demografi penerima program :
Karakterstik Sosial Ekonomi penerima program:
Umur Jenis kelamin Berat badan istri Tinggi badan istri Besar keluarga
Pendidikan Pendapatan rumah tangga Pengeluaran pangan rumah tangga
Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi
Status Gizi
Riwayat kesehatan
Keterangan : : Variabel yang diteliti : Va
: Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran pola konsumsi pangan dan status gizi pada rumah tangga peserta program pemberdayaan masyarakat di Kota dan Kabupaten Bogor.
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini menggunakan metode survei. Lokasi penelitian terletak di Kelurahan Bubulak dan Cilendek Timur, Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara di Kota Bogor serta Kelurahan Cimayang, Kecamatan Pamijahan di Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive disesuaikan dengan pertimbangan adanya pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi di lokasi tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Kajian Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Untuk Peningkatan Akses Pangan. Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah penerima program pemberdayaan masyarakat seperti PNPM Mandiri, Kube, P2KP, Dakabalarea, dan Garda Emas. Dalam penelitian ini terdapat 5 buah populasi. Populasi pertama yaitu PNPM Mandiri berlokasi di Kecamatan Pamijahan tepatnya di Kelurahan Cimayang. Populasi kedua dan ketiga yaitu Kube dan P2KP berlokasi di Kecamatan Bogor Barat tepatnya di Kelurahan Bubulak. Populasi keempat yaitu Dakabalarea berlokasi di Kecamatan Bogor tepatnya di Kelurahan Cilendek Timur. Populasi kelima adalah Garda Emas yang berlokasi di Kecamatan Bogor Utara tepatnya Kelurahan Ciluar. Pengambilan contoh dilakukan dengan penarikan contoh acak sederhana dan terpilih 48 orang. Berikut ini dijelaskan ukuran populasi (N) dan ukuran sampel (n) pada masing-masing program pemberdayaan masyarakat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Ukuran populasi (N) dan ukuran sampel (n) Program
N
n
PNPM Mandiri
20
10
Kube
57
10
P2KP
280
10
Dakabalarea
10
8
Garda Emas
28
10
Total
395
48
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada contoh. Data sekunder diperoleh melalui pihak pemerintah setempat. Data primer meliputi karakteristik contoh yaitu karakteristik penerima program seperti demografi (jenis kelamin, umur, berat badan istri, tinggi badan istri, dan besar keluarga), sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan dan pengeluaran pangan rumah tangga), pola konsumsi pangan rumah tangga (Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi). Data primer tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung dan dengan wawancara menggunakan kuisioner. Pada pola konsumsi pangan rumah tangga yaitu perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan menggunakan food frequency method dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menggunakan metode recall 1 x 24 jam. Berat badan diperoleh dengan penimbangan menggunakan timbangan injak. Tinggi badan contoh diukur dengan microtoise yang ditempelkan pada dinding. Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) istri digunakan untuk menilai status gizi. Status gizi diukur dengan menggunakan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian, daftar lokasi pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi, dan daftar peserta program pemberdayaan ekonomi. Tabel 4 Peubah, jenis data, dan cara pengumpulan data Peubah
Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Primer Primer Primer
Wawancara Wawancara Wawancara
Primer Primer Primer Primer Primer Primer
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Food Frequency Method
Primer
Recall
Primer
Penimbangan
Karakteristik sosial ekonomi Pendidikan Pendapatan Pengeluaran pangan Karakteristik Demografi Umur Jenis kelamin Tinggi badan istri Berat badan istri Besar keluarga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat kecukupan energi dan zat gizi Status Gizi
Lanjutan Tabel 4 Peubah, jenis data, dan cara pengumpulan Peubah
Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Sekunder
Kantor Kelurahan
Daftar lokasi pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi Daftar peserta program pemberdayaan ekonomi.
Sekunder
Kantor Kelurahan
Sekunder
Kantor Kelurahan
data
Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microscoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows. Data contoh terdiri dari karakteristik penerima program meliputi karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, berat badan istri, tinggi badan istri, dan besar keluarga), sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga), Umur digolongkan berdasarkan berdasarkan Turner J S & Helms D B (1991), diacu dalam Gabriel (2008). Berdasarkan pembagian tersebut maka umur contoh dikelompokkan menjadi kelompok umur 13-19 tahun (remaja), 2030 tahun (dewasa muda), 31-50 tahun (dewasa madya), 51-75 tahun (dewasa lanjut), dan ≥76 tahun (lansia). Jenis kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) istri digunakan untuk menilai status gizi. Besar keluarga menurut Hurlock (1998), diacu dalam Gabriel (2008) dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥8 orang). Data karakteristik sosial ekonomi contoh dikelompokkan menjadi beberapa variabel dan dianalisis secara statistik deskriptik. Tingkat pendidikan yang dikelompokkan menjadi: (1) tidak sekolah; (2) Sekolah Dasar (SD); (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP); (4) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA); dan (5) Perguruan Tinggi. Untuk menunjang kelengkapan data diperlukan data identitas berupa sumber pendapatan dan pengeluaran pangan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dianalisis secara statistik deskriptik. Selain itu, data pendapatan rumah tangga digunakan untuk mengklasifiikasikan kemiskinan. Pengklasifikasian
kemiskinan
rumah
tangga
diperoleh
berdasarkan
perbandingan pendapatan per kapita dalam rumah tangga dibandingkan dengan garis kemiskinan dan dinyatakan dalam persen. Garis kemiskinan adalah penghasilan keluarga terendah yang di bawah tingkat itu tidak mungkin membeli sejumlah makanan dan bahan makanan yang cukup untuk kesehatan seluruh
keluarga (Suhardjo 1989). Jika pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan dikategorikan miskin dan jika pendapatan per kapita diatas garis kemiskinan dikategorikan tidak miskin. Garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan tingkat propinsi Jawa Barat tahun 2009 atau BPS (2009) yaitu Rp. 191.985. Data pengeluaran pangan rumah tangga dianalisis secara deskriptif dan dinyatakan dalam persen. Program pemberdayaan masyarakat yang diamati dalam penelitian ini dipelajari berdasarkan wawancara dan kuisioner yang digunakan. Pada pola konsumsi pangan rumah tangga yaitu perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan meggunakan metode frekuensi makanan (food frequency method) dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menggunakan metode recall 1 x 24 jam. Metode frekuensi makanan digunakan untuk melihat daftar bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga penerima program pada mineral).
kelompok pangan tertentu (sumber energi, protein, vitamin,
Kemudian
dihitung
jumlah
konsumsi
pangan
dengan
satuan
gram/kap/tahun. Untuk membandingkan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan menggunakan uji t berpasangan.
Tingkat
kecukupan zat gizi rumah tangga dilihat dari nilai konsumsi energi dan zat gizi dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada WKNPG (2004) berdasarkan golongan umur. Dalam menentukan AKG untuk kelompok masyarakat (institusi dan rumah tangga) yang terdiri dari berbagai golongan umur,
dihitung
dari
penjumlahan
AKG
masing-masing
anggota
keluarga/kelompok tersebut sesuai yang tercantum pada daftar/tabel AKG pada golongan umur masing-masing kemudian dihitung rata-ratanya (Supriasa et al. 2001). Konsumsi energi dan zat gizi yang diteliti adalah energi, dan zat gizi (protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalsium, Posfor, dan zat Besi). Data konsumsi pangan dikonversi ke dalam bentuk energi dan protein dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Data konsumsi energi dan zat gizi dilakukan dengan recall konsumsi pangan keluarga selama 1 x 24 jam. Kandungan energi dan zat gizi makanan yang dikonsumsi keluarga dilihat dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Excel. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) diacu dalam Sukandar (2007) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan
(80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan (≥ 120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005), diacu dalam Sukandar (2007) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup (≥77% AKG). Penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan WHO (2007) dari data berat badan istri dan tinggi badan istri yang digunakan untuk menilai status gizi. Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah uji t berpasangan, uji regresi, dan uji korelasi pearson. Uji t berpasangan digunakan untuk melihat perbedaan jumlah konsumsi pangan rumah tangga contoh pada saat sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pada pola konsumsi pangan rumah tangga hanya tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Uji regresi digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya serta digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan indikator status gizi. Adapun persamaan untuk masing-masing variabel yang diteliti (independen) yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya adalah: 1. Tingkat Kecukupan Energi Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + Є Ket : Y1 = variabel tingkat kecukupan energi (%) β0, β1, β2, β3, β4, β5, β6 = parameter koefesien regresi X1 = umur (tahun) X2 = jenis kelamin (X2= 1 Laki-laki, X2= 0 Perempuan) X3 = besar keluarga (orang) X4 = pendidikan (tahun) X5 = pendapatan (Rp/Kap/bulan) X6 = pengeluaran pangan (Rp/Kap/bulan) Є = galat 2. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Lainnya (Protein, Ca, Fe, Pospor, Vitamin A, B, C) Y2 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + Є
Ket : Y2 = variabel tingkat kecukupan zat gizi (Protein, Ca, Fe, Pospor, Vitamin A, B, dan C) (%) β0, β1, β2, β3, β4, β5, β6 = parameter koefesien regresi X1 = umur (tahun) X2 = jenis kelamin (X2= 1 Laki-laki, X2= 0 Perempuan) X3 = besar keluarga (orang) X4 = pendidikan (tahun) X5 = pendapatan (Rp/Kap/bulan) X6 = pengeluaran pangan (Rp/Kap/bulan) Є = galat Uji regresi juga digunakan untuk mengetahui variabel-variabel (yang diteliti) yang berpengaruh terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan indikator dari status gizi dengan persamaan: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11 + β12X12 + β13X13 + β14X14+ Є Ket : Y = Indeks Massa Tubuh (Kg/m2) β0, β1, β2 s. d β14 = parameter koefesien regresi X1 = umur (tahun) X2 = jenis kelamin (X2= 1 Laki-laki, X2= 0 Perempuan) X3 = besar keluarga (orang) X4 = pendidikan (tahun) X5 = pendapatan (Rp/Kap/bulan) X6 = pengeluaran pangan (Rp/Kap/bulan) X7 = tingkat kecukupan energi (%) X8 = tingkat kecukupan protein (%) X9 = tingkat kecukupan kalsium (%) X10 = tingkat kecukupan pospor (%) X11 = tingkat kecukupan zat besi (%) X12 = tingkat kecukupan vitamin A (%) X13 = tingkat kecukupan vitamin B (%) X14 = tingkat kecukupan vitamin C (%) Є = galat
Uji korelasi pearson untuk melihat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja. Untuk lebih jelasnya, pengkategorian beberapa variabel dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kategori variabel penelitian
No. 1.
Variabel Jenis kelamin
2.
Pendidikan
3.
Umur
4.
Pendapatan
5.
Besar keluarga
6.
Tingkat Kecukupan Energi dan protein
Kemiskinan: Miskin (pendapatan < Rp. 191.985) Tidak miskin (pendapatan > Rp. 191.985) Kecil (≤4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar (≥8 orang)
7.
Tingkat kecukupan Vitamin dan Mineral
8.
Status Gizi
Kategori Laki-laki Perempuan Tidak sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Remaja (13-19 tahun) Dewasa musa (20-30 tahun) Dewasa madya (31-50 tahun) Lansia (≥76 tahun)
Defisit tingkat berat (<70% AKG) Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Kelebihan (≥ 120% AKG) Kurang (<77% AKG) Cukup (≥77% AKG) Underweight (IMT<18,5) Normal (IMT: 18,5-22,9) Overweight (IMT ≥ 23) At Risk (pra obese) (IMT: 23,024,9) Obesitas Tingkat 1 (IMT: 25,029,9) Obeseitas Tingkat 2 (IMT ≥ 30)
Keterangan Ketentuan peneliti Ketentuan peneliti
Turner J S & Helms D B (1991), diacu dalam Gabriel (2008) BPS 2009
Hurlock (1998), diacu dalam Gabriel (2008) Depkes (1996), diacu dalam Sukandar (2007)
Gibson (2005), diacu dalam Sukandar (2007) WHO (2007)
Definisi Operasional Rumah Tangga Contoh adalah kumpulan orang yang terdiri atas satu kepala rumah tangga yang memiliki ibu rumah tangga dan mengikuti program pemberdayaan masyarakat. Karakteristik Demografi adalah karakteristik penerima program yang meliputi umur, jenis kelamin, berat badan istri, tinggi badan istri, dan besar keluarga. Umur Contoh adalah lama waktu hidup penerima program yang dikelompokkan menjadi kelompok umur 13-19 tahun (remaja), 20-30 tahun (dewasa muda), 31-50 tahun (dewasa madya), 51-75 tahun (dewasa lanjut), dan ≥76 tahun (lansia) berdasarkan Turner J S & Helms D B (1991), diacu dalam Gabriel (2008). Jenis Kelamin Contoh adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis pada penerima program. Berat badan Istri adalah pengukuran antropometri pada istri yang mengikuti program pemberdayaan dinyatakan dalam kilogram (kg) dan digunakan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator status gizi. Tinggi Badan Istri adalah pengukuran antropometri pada istri yang mengikuti program pemberdayaan dinyatakan dalan sentimeter (cm) dan digunakan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator status gizi. Besar Keluarga Contoh adalah jumlah anggota keluarga penerima program dan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kecil (≤4 orang), sedang (57 orang), dan besar (≥8 orang) menurut Hurlock (1998), diacu dalam Gabriel (2008). Karakteristik Sosial Ekonomi adalah karakteristik penerima program yang meliputi pendidikan, pendapatan dan pengeluaran pangan rumah tangga penerima program. Pendidikan Contoh adalah pengajaran formal yang diperoleh penerima program dan digolongkan menjadi : (1) tidak sekolah; (2) Sekolah Dasar (SD); (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP); (4) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA); dan (5) Perguruan Tinggi. Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah uang yang diperoleh rumah tangga dari usaha yang dilakukan dan dinyatakan dalam rupiah perkapita
perbulan.
Pendapatan
rumah
tangga
digunakan
untuk
mengklasifikasikan kemiskinan rumah tangga. Pengklasifikasian kemiskinan rumah tangga diperoleh berdasarkan perbandingan pendapatan per kapita dalam rumah tangga dibandingkan dengan garis kemiskinan dan dinyatakan dalam persen. Garis kemiskinan adalah penghasilan keluarga terendah yang di bawah tingkat itu tidak mungkin membeli sejumlah makanan dan bahan makanan yang cukup untuk kesehatan seluruh keluarga (Suhardjo 1989). Jika pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan dikategorikan miskin dan jika pendapatan per kapita diatas garis kemiskinan dikategorikan tidak miskin. Garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan tingkat propinsi Jawa Barat tahun 2009 atau BPS (2009) yaitu Rp. 191.985 Pengeluaran Pangan Rumah Tangga adalah jumlah uang yang dibelanjakan untuk memperoleh pangan oleh rumah tangga dan dinyatakan dalam rupiah perkapita perbulan. Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga adalah perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan diukur dengan metode frekuensi makanan (food frequency method) dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan metode recall 1 x 24 jam. Metode frekuensi makanan digunakan untuk melihat daftar bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga penerima program pada kelompok pangan tertentu (sumber energi, protein, vitamin, mineral). Kemudian dihitung jumlah konsumsi pangan dengan satuan gram/kap/tahun. Tingkat kecukupan zat gizi rumah tangga dilihat dari nilai konsumsi energi dan zat gizi dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada WKNPG (2004) berdasarkan golongan umur. Data konsumsi energi dan zat gizi dilakukan dengan recall konsumsi pangan keluarga selama 1 x 24 jam. Dalam menentukan AKG untuk kelompok masyarakat (institusi dan rumah tangga) yang terdiri dari berbagai golongan umur, dihitung dari penjumlahan AKG masing-masing anggota keluarga/kelompok tersebut sesuai yang tercantum pada daftar/tabel AKG pada
golongan umur masing-masing kemudian dihitung rata-ratanya (Supriasa et al. 2001). Tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) diacu dalam Sukandar (2007) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan (≥120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) diacu dalam Sukandar (2007) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup (≥77% AKG). Status Gizi adalah keadaan tubuh istri sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dalam pangan yang diukur secara antropometri bersadarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu BB/TB2 (kg/m2). IMT diklasifikasikan berdasarkan WHO (2007), yakni <18.5 (underweight), 18.5-22.9 (normal), ≥ 23 (overweight), 23.024.9 (at risk/pra obese), 25.0-29.9 (obesitas tingkat 1), dan ≥ 30 (obesitas tingkat 2).